Anda di halaman 1dari 2

Deorub K Pembeku Lateks dan Pencegah Timbulnya

Bau Busuk Karet

Oleh : M. Solichin dan A. Anwar

Masalah utama yang terjadi yang terjadi dalam bokar (bahan olah karet) yang dihasilkan
oleh petani karet untuk diolah menjadi karet remah jenis SIR 20 adalah mutu bokar
yang rendah dan bau busuk yang menyengat sejak dari kebun.

Mutu bokar yang rendah disebabkan petani menggunakan bahan pembeku lateks (getah
karet) yang tidak dianjurkan dan merendam bokar di dalam kolam/sungai selama 7-14
hari. Hal ini akan memacu berkembangnya bakteri perusak antioksidan alami di dalam
bokar, sehingga nilai plastisitas awal (Po) dan plastisitas setelah dipanaskan selama 30
menit pada suhu 140 oC (PRI) menjadi rendah. Bau busuk menyengat terjadi juga
karena pertumbuhan bakteri pembusuk yang melakukan biodegradasi protein di dalam
bokar menjadi amonia dan sulfida. Kedua hal tersebut terjadi karena bahan pembeku
lateks yang digunakan saat ini tidak dapat mencegah pertumbuhan bakteri. Kemudian
bau busuk tersebut di bawa terus sampai ke pabrik karet remah dan di pabrik yang
menjadi sumber bau busuk tersebut adalah berasal dari tempat penyimpanan bokar,
kamar gantung angin (pre drying room), dan mesin pengering (dryer).

Masalah bau busuk yang mencemari udara di sekitar pabrik karet remah ini sampai saat
ini sangat sulit diatasi walaupun semua pabrik sudah menggunakan scrubber (cerobong
asap), padahal disekeliling pabrik sudah menjadi kawasan perumahan. Pada akhirnya
bau busuk ini menimbulkan keluhan-keluhan masyarakat disekeliling pabrik atau
bahkan yang jauh dari pabrik (bau terbawa oleh angin). Sedangkan masalah nilai
plastisitas (Po dan PRI) yang rendah dapat diatasi oleh pabrik karet remah dengan
proses penggantungan angin selama 7-14 hari, walaupun hal ini akan menyebabkan
waktu pengolahan meningkat karena terhentinya perputaran modal dalam jumlah besar
selam waktu tersebut.

Untuk mengatasi masalah bau busuk dan mutu karet tersebut, Balai Penelitian Sembawa
telah mengembangkan dan menghasilkan formula Deorub yang disebut dengan Deorub
K. Deorub K dapat mengatasi semua masalah tersebut diatas karena mengandung
senyawa-senyawa yang dapat membekukan dengan cepat, mencegah pertumbuhan
bakteri dan harganya sebanding dengan asam semut (format). Mutu teknis, karakteristik
vullkanisasi dan sifat fisik vulkanisat dari karet yang dibekukan dengan Deorub K
adalah setara dengan asam semut.

Deorub K merupakan pengembangan dari Deorub yang dihasilkan dari penelitian di


Balai Penelitian Sembawa - Pusat Penelitian Karet. Deorub K adalah cairan berwarna
coklat tua dengan bau asap , pH sekitar 0,5 dan digunakan untuk lateks yang akan
dibekukan dan diolah menjadi karet remah jenis SIR 20. Deorub K ditujukan khususnya
untuk petani karet yang menghendaki pembekuan cepat dengan harga murah, dan tidak
berbau sejak dari kebun sehingga dapat disimpan di dekat rumahnya (tidak takut dicuri
orang).
Deorub K dapat mengatasi masalah tersebut di atas karenma mengandung senyawa-
senyawa yang dapat berfungsi sebagai antibakteri, antioksidan, pembeku, dan bau asap
yang khas. Senyawa yang berfungsi sebagai antibakteri adalah fenol dan turunannya,
yang akan membunuh bakteri didalam lateks dan bekuan sehingga tidak terjadi bau
busuk. Senyawa fenol atau turunannya juga berfungsi sebagai antioksidan yang akan
melindungi molekul karet dari oksidasi pada suhu tinggi sehingga nilai PRInya tetap
tinggi. Asam-asam terutama asam asetat akan membekukan lateks kebun dan juga
berperan sebagai antibakteri. Senyawa karbonil, fenol, alkohol dan ester kan
menyebabkan warna coklat dan akan memberikan bau asap khas pada bokar.

Jadi fungsi dari Deorub K adalah mencegah pertumbuhan bakteri (karena adanya fenol)
sehingga tidak terjadi bau busuk. Karena bakteri ridak berkembang akibatnya adalah
tidak terjadi kerusakan antioksidan dalam bentuk protein (asam-asam amino) sehingga
nilai Po dan PRI tetap tinggi. Dengan nilai Po dan PRI tinggi tidak diperlukan
penggantungan angin (pre-drying ) akibatnya proses pengolahan lebih cepat dan biaya
pengolahan menjadi lebih murah. Kemudian dengan tidak terjadinya dekomposisi
protein menjadi amonia dan sulfida maka terjadi pengurangan jumlah limbah cair dalam
bentuk NH3-N.

Pengaruh Deorub K terhadap pembekuan (pH larutan, pH bekuan, kecepatan bekuan,


kondisi bekuan) dan mutu teknis (Po, PRI, dan VR) antara Deorub K dan asam semut
(format) tidak terjadi perbedaan yang nyata. Perbedaan yang nyata antara Deorub K dan
asam semut adalah pada warna bekuan dan bau yaitu berwarna cokelat dipermukaan
sampai abu-abu dan berbau asap ringan. Untuk karakteristik vulkanisat menunjukkan
bahwa torque modulus dan indeks kecepatan masak (cure rate indeks) dari Deorub K
sedikit lebih tinggi, tetapi waktu masak (cure time) Deorub K lebih cepat sedikit
dibandingkan dengan asam semut, sedangkan waktu scroch sama. Hal ini menunjukkan
bahwa tidak terjadi perbedaan yang nyata antara Deorub K dan asam semut.

Untuk beberapa sifat fisik vulkanisat menunjukkan bahwa kuat tarik, modulus 500%
dan perpanjangan putus dari kompon karet yang menggunakan pembeku Deorub K
lebih tinggi dibandingkan dengan asam semut sedangkan kekerasan sama. Hal ini
menunjukkan bahwa pembeku Deorub K lebih baik sedikit dibandingakn dengan asam
semut.

M. Solichin dan A. Anwar


Penulis adalah Staf Peneliti LRPI, Pusat Penelitian Karet
Dimuat dalam Tabloid Sinar Tani, 11 Oktober 2006

Anda mungkin juga menyukai