ABSTRAK
Seiring dengan pencarian sumber bahan alternatif untuk memproduksi hidrogen, maka saat ini dikembangkan produksi
hidrogen dari biomassa yang salah satunya bersumber dari limbah-limbah perkebunan khususnya limbah kakao dan kopi.
Keunggulan dari biohidrogen ini adalah dapat dihasilkan dari bahan yang dapat diperbaharui, ramah lingkungan, hasil
pembakaran berupa uap air yang tidak menyebabkan efek rumah kaca, hujan asam dan merusak lapisan ozon. Selain itu
proses produksi dapat berlangsung pada tekanan dan suhu ruang, biaya produksi lebih rendah dan dapat memanfaatkan
limbah hasil perkebunan yang digunakan sebagai substrat. Salah satu upaya mencari bahan baku yang lebih murah dalam
produksi biohidrogen adalah menggunakan limbah perkebunan yang dapat dikonversi menjadi glukosa. Limbah kakao
mengandung 14,58% selulosa, 4,32% lignin, dan 10,35% kadar air, Sedangkan kulit gelondong kopi kering terdiri atas 12,4%
gula reduksi, 2.02% gula non pereduksi, dan lendir kering kopi mengandung 30% gula pereduksi, 17% selulosa. Limbah
kakao dapat dihidrolisis secara kimiawi maupun biologi untuk menghasilkan gula reduksi seperti glukosa dan xylosa.
Glukosa dan xylosa yang diperoleh dari proses hidrolisis dapat difermentasi lebih lanjut untuk menghasilkan hidrogen.
Produksi hidrogen melalui proses non-fotosintetik memiliki beberapa keuntungan antara lain tidak memerlukan cahaya
matahari sehingga bisa berlangsung sepanjang hari.
Kata kunci : Biohidrogen, Limbah Kakao, Limbah kopi, Bakteri non fotosintetik
ABSTRACT
Inline with finding alternative sources of materials to produce hydrogen, it is now developed the production of hydrogen
from biomass. One of which is sourced from plantation wastes especially cocoa and coffee waste. The advantages of
biohidrogen are it can be produced from renewable materials, environmentally friendly, it does not cause the greenhouse
effect, acid rain and damage the ozone layer. In addition, the production process can take place at room temperature and
pressure, lower production costs and can use waste crop that is used as the substrate. One effort to find cheaper raw
materials in the production biohidrogen is using plantation waste that can be converted into glucose. Cocoa waste contain
about 14.58% cellulose, 4.32% lignin, and 10.35% water content. While the dry skin of coffee logs consist of 12.4% reducing
sugar, 2.02% non-reducing sugar; and dried mucus of coffee contai 30% reducing sugars and 17% cellulose. Cocoa waste
can be hydrolyzed by chemical or biological process to produce reducing sugars such as glucose and xylose. Glucose and
xylose obtained from the hydrolysis process can be further fermented to produce hydrogen. Hydrogen production through
non-photosynthetic process has several advantages, among others, does not require sunlight so that it can be produced all
day.
dengan memanfaatkan proses bioteknologi atau memproduksi biohidrogen ini antara lain bio-
memanfaatkan aktivitas mikroorganisme fotolisis langsung, bio-fotolisis tak langsung,
melalui proses fotosintesis atau fermentasi. foto-fermentasi dan fermentasi gelap/dark-
Selain ramah lingkungan, proses ini dapat fermentation. Metode fotolisis hanya dapat
menghasilkan biohidrogen dengan kemurnian dilakukan pada siang hari ketika adanya sinar
dapat mencapai lebih dari 99%. matahari, karena mikroorganisme fotosintetik
Hasil pembakaran hidrogen yang menggunakan energi matahari sebagai sumber
menghasilkan air tidak menimbulkan bahan energi. Metode fotosintesis gelap dapat
pencemar lingkungan seperti CO2 yang dapat dilakukan pada siang maupun malam hari. Hal
meningkatkan pemanasan global. Kajian ini tergantung dari jenis mikroorganisme yang
mengenai produksi hidrogen dengan berbagai digunakan dalam fermentasi, tetapi sebagian
metode telah dilakukan dan dikembangkan., besar bakteri yang dapat digunakan untuk
diantaranya hidrogen dapat dibuat dari air, memproduksi biohidrogen merupakan bakteri
biomassa dan bahan bakar fosil. Metode fotosintesis dan fermentasi ( foto-fermentasi).
produksi hidrogen dari air meliputi proses Keunggulan dari biohidrogen adalah
elektrolisis (Zhang et al, 2009), auto dapat dihasilkan dari bahan yang dapat
elektrolisis, disosiasi thermal dengan katalis, diperbaharui, ramah lingkungan, hasil
alkalin (Wang & Wan, 2009) dan biofotolisis pembakaran berupa uap air yang tidak
dengan mikroalga (Kirtay, 2011). Selain itu menyebabkan efek rumah kaca, hujan asam dan
produksi hidrogen dapat dilakukan merusak lapisan ozon. Selain itu proses
menggunakan bahan bakar fosil. Metode yang produksi dapat berlangsung pada tekanan dan
dipakai meliputi proses oksidasi parsial minyak suhu ruang, biaya produksi lebih rendah dan
berat dengan katalis, oksidasi parsial naptha, dapat memanfaatkan limbah hasil perkebunan
metana, metanol, steam reforming metanol dan yang digunakan sebagai substrat.
gasifikasi batubara. Sebagian besar penyediaan
hidrogen saat ini di produksi dari bahan bakar A. Mikrobia Penghasil Gas Hidrogen
fosil dan pencairan udara. Mikroorganisme yang dapat
Seiring dengan pencarian sumber bahan menghasilkan biohidrogen adalah bakteri. Jenis
alternatif untuk memproduksi hidrogen, maka bakteri yang biasa digunakan adalah bakteri
saat ini dikembangkan produksi hidrogen dari anaerob, mikrobia fotosintetik dan bakteri
biomassa yang salah satunya bersumber pada Cyanobacteria. Cyanobacteria dapat
limbah perkebunan khususnya limbah kulit menguraikan air menjadi hidrogen dan oksigen
kakao dan kopi. Metode produksi hidrogen dari dengan bantuan cahaya matahari. Keuntungan
biomassa dapat menggunakan metode secara mikrobia ini untuk memproduksi hidrogen
kimia maupun secara biologi. Biomassa adalah tidak menggunakan senyawa organik
merupakan bahan yang menyimpan energi sinar sebagai substrat tetapi menggunakan sinar
matahari dalam bentuk energi kimia di dalam matahari. Kelemahan dari proses ini adalah
tubuh tanaman (Kirtay, 2011). Biomassa dapat produksi hidrogen rendah dan lambat, sistem
diubah menjadi hidrogen melalui proses reaksinya membutuhkan energi yang besar dan
pirolisis dan gasifikasi. Kelemahan dari metode pemisahan hirogen dan oksigen yang dihasilkan
ini adalah terbentuknya tar/limbah gas dan memerlukan penanganan yang khusus.
char/arang. Oleh karena itu perlu Bakteri anaerob tidak menggunakan air
pengembangan untuk memproduksi hidrogen sebagai senyawa penghasil biohidrogen tetapi
dengan metode yang ramah lingkungan. menggunakan senyawa organik. Keuntungan
Biohidrogen merupakan hidrogen yang proses ini adalah produksi biohidrogen sangat
diproduksi secara biologi yang biasanya cepat dan tidak memerlukan energi matahari.
melibatkan mikroorganisme atau enzim. Kelemahan proses ini adalah hasil dekomposisi
Banyak jenis dan spesies mikroorganisme yang senyawa organik ini menghasilkan senyawa
memiliki kemampuan untuk memproduksi senyawa asam organik seperti asam asetat,
biohidrogen. Metode yang digunakan untuk asam butirat dan lain lain.
Bakteri yang dianggap cukup untuk dengan Eschericia dan Klebsiella. Enterobacter
memproduksi biohidrogen adalah bakteri aerogenes merupakan bakteri gram negatif
fotosintetik. Bakteri jenis ini menggunakan berbentuk batang dengan panjang sekitar 1,2 –
senyawa organik sebagai substrat dan 3,0 µm dan lebar 0,6 – 1,0 μm. Bakteri tersebut
membutuhkan cahaya matahari. Keuntungan bersifat anaerob fakultatif dan kemoorganoirof
proses ini adalah penggunaan energi matahari dengan suhu pertumbuhan optimum 30-37oC.
yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan E. aerogenes menghasilkan koloni dengan
Cyanobacteria, hal ini disebabkan adanya tekstur smooth pada medium padat. Bakteri
senyawa organik sebagai substrat. Senyawa tersebut bersifat kosmopolit karena dapat
organik yang dapat digunakan sebagai substrat dijumpai pada. berbagai habitat seperti air,
oleh bakteri ini adalah asam lemak, gula, tanah, sampah dan produk makanan serta
tepung, selulosa dan lainnya. Bakteri merupakan flora normal dalam usus manusia. E.
fotosintetik dalam memproduksi hidrogen aerogenes dapat hidup pada kisaran pH yang
melibatkan senyawa organik, fotosistem, cukup luas. Yokoi et al (1997) mengisolasi E.
feridoksin, dan enzim nitrogenase. Reaksi aerogenes aciduric HO-39 yang dapat hidup
produksi hidrogen dari substrat glukosa oleh pada pH 3,3 secara aerob dan pH 4 secara
bakteri fotositetik adalah sebagai berikut : anaerob. Rachman et al (1997) mengisolasi E
aerogenes HU-101 dari lumpur fermentasi
Glukosa + 2H2O → 6 CO2 + 12 H2
metana yang tumbuh optimum pada pH
Ada berbagai macam mikroorganisme 7.Enterobacter aerogenes memiliki pola
yang dapat menghasilkan biohidrogen baik pertumbuhan yang cepat. Rachman et al (1997)
fotosintetik maupun yang non-fotosintetik. melaporkan bahwa kultur E. aerogenes HU-101
Bakteri yang termasuk fotosintetik antara lain yang ditumbuhkan pada kondisi anaerob
Rhodopseudomonas Rhodobacter, Anabaena, fakultatif suhu 37°C dengan kandungan glukosa
Chlamydomonas, Chromatium, dan Thiocapsa. 2% dalam medium kompleks telah mencapai
Sedangkan yang termasuk nonfotosintetik antar fase stasioner pada jam ke-24. Bakteri tersebut
lain Klebsiella, Clostridium, Enterobacter, juga memliki fase lag yang sangat pendek.
Azotobacter, Metanobacteria, dan Eschericia E. aerogenes VP-1 dan VP-2 yang
coli. Salah satu contoh bakteri fotosintetik merupakan hasil mutasi dengan N-methyl·N-
adalah Rhodopseudomonas marina/Rhodobium nitro~N-nitrosoguanidine (NTG) merniliki
marinum. Bakteri ini termasuk bakteri gram pertumbuhan yang cepat pada kondisi anaerob
negatif, berbentuk batang, bergerak, fakultatif suhu 37 °C dengan kandungan
fotoheterotrop anaerob fakultatif, dan glukosa 1 %. E. aerogenes VP-1 telah mencapai
memproduksi warna merah (Hirashi et al. fase stasioner pada jam ke 5, sedangkan E.
1995). Rhodobium marinum diisolasi dari laut aerogenes VP-2 mencapai fase stasioner pada
pada tahun 1995. Enzim yang terlibat pada jam ke 6 (Ito et al, 2005).
fotosintetik produksi H2 oleh bakteri ini adalah Mutan E. aerogenes AY-2 yang
enzim nitrogenase. Isolat Sanur merupakan ditumbuhkan pada kondisi anaerob fakultatif
konsorsium bakteri fotosintetik yang diisolasi suhu 37°C dengan kandungan glukosa 2%
dari air laut pantai Sanur, Bali. Bakteri dominan dalam medium kompleks memiliki fase lag
yang ada dalam isolat ini adalah R. marinum yang cukup lama yaitu 4 jam. Fase lag tersebut
sehingga isolat tersebut berwarna merah . jauh lebih lama dibandingkan fase lag pada wild
Salah satu bakteri yang dikembangkan type yaitu kurang dari 2 jam. Pertumbuhan E.
untuk memproduksi biohidrogen adalah : aerogenes A Y -2 pada jam ke 24 belum
Enterobacter aerogenes . E. aerogenes mengalami fase stasioner sedangkan wild type
termasuk dalam kelas Enterobacteriaceae yang telah mengalami fase stasioner (Rachman et al,
dapat memfermentasi laktosa dengan produk 1997).
akhir berupa asam-asam organik seperti asam Gas biohidrogen yang diproduksi oleh
asetat, asam laktat, asam butirat serta alkohol bakteri fotosintetik dihasilkan melalui proses
seperti 2,3-butandiol dan etanol. Sama halnya foto-fermentasi (gambar 1). Fotosistem pada
bakteri fotosintetik hanya melibatkan satu untuk transport lebih jauh elektron ke lektron
fotosistem. Fotosistem terjadi dalam membrane aseptor feridoksin (Fd). Jika molekul nitrogen
intraseluler. Fotosistem pada bakteri ini tidak tidak ada, maka enzim nirogenase dapat
cukup kuat untuk memecah air. Pada kondisi mereduksi proton menjadi gas hidrogen dibantu
anaerob, bakteri fotosintetik dapat dengan baik dengan energi dalam bentuk ATP dan elektron
menggunakan asam organik sederhana seperti yang diperoleh dari feridoksin (Fd). Secara
asam asetat sebagai donor elektron. Elektron keseluruhan foto-sistem bakteri fotosintetik ini
yang dilepaskan dari senyawa organik akan mengubah komponen utama dari asam organik
dipompakan oleh sejumlah besar pembawa menjadi biohidrogen dan karbon dioksida.
elektron (diantara kuinon dan plastosianin). Fotosistem bakteri ini tidak menghasilkan
Selama transport elektron, proton dipompakan oksigen sehingga tidak menghambat kerja
melewati membrane (dalam kompleks protein enzim nitrogenase mengingat enzim nitrogenase
sitokrom bc1) sehingga terjadi gradien proton. sensitif terhadap oksigen.
Gradien proton yang terjadi digunakan oleh
enzin ATP sintase untuk menghasilkan ATP.
Energi ATP yang terbentuk dapat digunakan
B. Analisa Sistem Produksi Hidrogen glukosa dan xylosa. Glukosa dan xylosa yang
berbasis Biomassa Limbah Kakao dan diperoleh dari proses hidrolisis dapat
Kopi difermentasi lebih lanjut untuk menghasilkan
Salah satu upaya mencari bahan baku hidrogen. Produksi hidrogen melalui proses
yang lebih murah dalam produksi biohidrogen non-fotosintetik memiliki beberapa keuntungan
adalah menggunakan limbah perkebunan yang antara lain tidak memerlukan cahaya matahari
dapat dikonversi menjadi glukosa. Salah satu sehingga bisa berlangsung sepanjang hari.
alternatif limbah perkebunan yang mengandung
selulosa adalah Limbah kakao. Limbah kakao C. Potensi Biomassa Limbah Kakao
merupakan limbah yang mengandung 14,58% Pengembangan potensi biomassa
selulosa, 4,32% lignin, dan 10,35% kadar air sebagai salah satu sumber energi terbarukan
(Syamsiro et al, 2012). Limbah kakao dapat telah menjadi Kebijakan Pengembangan Energi
dihidrolisis baik secara kimiawi maupun secara Terbarukan dan Konservasi Energi (Energi
biologi untuk menghasilkan gula reduksi seperti Hijau) Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral. Biomassa dapat dikonversi menjadi besar. Pemanfaatan energi biomassa sudah
energi dalam bentuk bahan bakar cair, gas, sejak lama dilakukan dan termasuk energi tertua
panas, dan listrik. Teknologi konversi biomassa yang peranannya sangat besar khususnya di
menjadi bahan bakar padat, cair dan gas, antara pedesaan. Diperkirakan 35% dari total
lain teknologi pirolisis, esterifikasi, teknologi konsumsi energi nasional berasal dari biomassa.
fermentasi, anaerobik digester (biogas). Energi yang dihasilkan telah digunakan untuk
Teknologi konversi biomassa menjadi energi berbagai tujuan antara lain untuk kebutuhan
panas kemudian dapat diubah menjadi energi rumah tangga (memasak dan industri rumah
mekanis dan listrik, antara lain teknologi tangga), pengering hasil pertanian dan industri
pembakaran dan gasifikasi. biomasa meliputi kayu, pembangkit listrik pada industri kayu dan
kayu, limbah pertanian/perkebunan/hutan, gula. Produksi, luas area dan produktivitas kopi
komponen organik dari industri dan rumah dan kakao yang berpotensi sebagai sumber
tangga. (DESDM, 2003). biomassa untuk pengembangan energi alternatif
Sebagai negara agraris, Indonesia biohidrogen (Tabel 1).
mempunyai potensi energi biomassa yang
Tabel 1. Data Produksi, Luas Area, dan Produktivitas Kopi dan Kakao di Indonesia
Tahun Laju Pertumbuhan/ Growth
No. Uraian ) 2013 *) over 2012
2012 2013*
(%)
I. Produksi (Ton)
1. Kopi 691,163 669,064 -3,20
2. Kakao 740,513 777,539 5,00
Banyaknya produksi ini mengakibatkan pengolahan 100 kg buah kopi akan dihasilkan
kulit kopi dan kakao sebagai limbah 15,95 kg (55%) biji kopi dan 13,05 kg (45%)
perkebunan meningkat (Tabel 2). Darmono dan kulit gelondong kering. Kulit gelondong kering
Tri Panji (1999) menyatakan bahwa limbah terdiri dari kulit cangkang, lendir, dan kulit
kulit buah kakao yang dihasilkan dalam jumlah buah dengan perbandingan 11,9 : 4,9 : 28,7.
banyak akan menjadi masalah jika tidak Kandungan kulit gelondong kering (Tabel 2),
ditangani dengan baik. Produksi limbah padat sedangkan kandungan lendir kering tertera pada
ini mencapai sekitar 60% dari total produksi Tabel 3. (Widyotomo, 2013).
buah, dan sampai saat ini belum banyak
mendapat perhatian masyarakat atau perusahaan
untuk dijadikan sumber energi.
Tabel 2. Kandungan kulit gelondong kering alkoliol, etanol, protein, dan ester (Gambar 2)
Kandungan Kulit Gelondong Kadar (%) (Dunn 2002). Produk suatu hasil fermentasi
Gula reduksi 12,4 dapat diubah lebih lanjut melalui proses
Gula non pereduksi 2,02 fermentasi lain untuk menghasilkan produk
Senyawa pektat 6,52 akhir yang lain, seperti gas biohidrogen.
Protein kasar 20,7 Ada tiga jenis sistem fermentasi yang
Serat kasar 20,8
dioperasikan dalam proses bioteknologi, yaitu
Sumber : Widyotomo (2013)
sistem diskontinu (batch), kontinu, dan
Tabel 3. Kandungan lendir kering semikontinu (fed-batch). Pada sistem
diskontinu, pemberian medium, nutrisi dan
Kandungan Lendir Kering Kadar (%)
bakteri dilakukan hanya di awal fermentasi
Pektin 35
Gula pereduksi 30
(tidak ada penambahan medium, nutrisi, dan
Selulosa dan abu 17 bakteri selama fermentasi berlangsung).
Sumber : Widyotomo (2013) Sedangkan pada sistem kontinu, pemberian
medium dan nutrisi serta pengeluaran sejumlah
E. Proses dan Sistem Fermentasi Bahan
fraksi dari volume kultur terjadi secara terus-
Dalam Produksi Biohidrogen
menerus. Sistem semikontinu adalah suatu
Berdasarkan kebutuhan oksigen,
sistem fermentasi yang medium atau
fermentasi terbagi menjadi dua, yaitu
substratnya ditambahkan secara kontinu selama
fermentasi aerobik dan anaerobik. Fermentasi
fermentasi berlangsung tanpa mengeluarkan
aerobik adalah fermentasi yang prosesnya
sesuatu dari sistem. Penggunaan beberapa
memerlukan oksigen. Keberadaan oksigen
substrat melalui mekanisme fermentasi dapat
membuat mikroorganisme dapat mencerna
menghasilkan produk gas hidrogen yang
glukosa dan menghasilkan air, karbondioksida
berbeda (Tabel 4).
dan sejumlah besar energi. Fermentasi dalam
proses anaerobik tidak memerlukan oksigen.
Ada berbagai produk yang bisa dihasilkan
dalam proses fermentasi, antara lain berbagai
jenis asam (asam laktat asetat, asam butirat),
Berdasarkan gambar 3 dan 4 maka Jumlah jumlah sel bakteri menunjukkan bahwa
hidrogen terbanyak diperoleh pada konsentrasi pertumbuhan sel bakteri berbanding lurus
substrat 20%. Hal ini terjadi karena semakin dengan jumlah hidrogen yang dihasilkan
banyak substrat maka akan semakin (gambar 4). Produksi hidrogen melalui proses
meningkatkan aktivitas metabolisme sel-sel non-fotosintetik memiliki beberapa keuntungan
bakteri, dan secara anaerob fakultatif dihasilkan antara lain tidak memerlukan cahaya matahari
hydrogen oleh aktivitas bakteri penghasil H2. sehingga bisa berlangsung sepanjang hari.
Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan