>>>>>>>>>>
Selasa, 27 Maret 2012
Laporan Inalum
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kekayaan alam Indonesia memiliki sejuta manfaat yang tersimpan indah dan sangat
potensial yang masih menunggu tangan-tangan ahli untuk dapat dimanfaatkan secara
maksimal demi kesejahteraan umat manusia. Sungai Asahan yang mengalirkan air Danau
Toba di Sumatera Utara ke selat Malaka merupakan salah satu contoh dari potensi alam
tersebut.
Menyadari potensial yang tersimpan begitu besar, maka pemerintah mengambil
langkah strategis untuk memanfaatkan aliran Sungai Asahan tersebut untuk membangkitkan
tenaga listrik yang seiring dengan pembangunan Pabrik Peleburan Aluminium sebagai
konsumen tunggal listrik yang dihasilkan, yaitu PLTA Siguragura yang terletak di Paritohan,
kecamatan Pintu Pohan Meranti, Kabupaten Toba Samosir dan PLTA Tangga serta Pabrik
Peleburan Aluminium PT. INALUM yang terletak di Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka,
Kabupaten Batubara (dahulunya Kabupaten Asahan). Dengan demikian, PT. INALUM telah
berhasil mengangkat nama Indonesia sebagai salah satu negara pengekspor Aluminium Ingot
(Batangan) di dunia. Untuk mendapatkan produk yang bermutu tinggi dan berdaya saing di
pasar global, tentunya perlu dilakukan pengujian terhadap bahan baku, bahan dalam proses
dan juga produk aluminium yang dihasilkan. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui
Operasi pada Tungku Reduksi di Pabrik Reduksi PT. INALUM dari tanggal 21 Juni s/d 05
Agustus 2010.
1. Untuk Mahasiswa
a. Mengetahui lebih banyak tentang tempat Kuliah Kerja Praktek terkait berdasarkan
sejarahnya, tujuannya, proses produksi, produk dan permasalahan yang ada didalamnya.
b. Memperoleh pengalaman kerja terutama yang berkaitan dengan analisa dan penyelesaian
masalah yang sedang dihadapi.
c. Sebagai wadah untuk melatih diri dan mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku
kuliah di lapangan kerja.
d. Sebagai bahan penulisan laporan Kuliah Kerja Praktek yang nantinya akan dijadikan sebagai
acuan untuk penulisan Tugas Akhir/Karya Akhir.
D. Batasan Permasalahan
1. Setiap mahasiswa yang telah memenuhi persyaratan harus melakukan kerja praktek pada
perusahaan atau lembaga/instansi pemerintah atau swasta.
2. Kerja praktek dilakukan di PT. INALUM di Kuala Tanjung, yaitu perusahaan yang bergerak
di bidang pembuatan aluminium batangan (ingot). Secara khusus, kerja praktek dilakukan
pada proses operasi tungku reduksi aluminium di Smelter Reduction and Casting (SRC).
3. Kerja praktek ini harus bersifat latihan kerja yang berdisiplin dan bertanggungjawab sesuai
dengan aturan pada perusahaan bersangkutan.
E. Sistematika Penulisan
1. Tahap persiapan
Mempersiapkan hal-hal yang perlu untuk kegiatan kerja praktek, seperti pengenalan
perusahaan, membuat permohonan kerja praktek pada departemen dan perusahaan, konsultasi
dengan koordinator kerja praktek dan dosen pembimbing serta membuat proposal.
2. Studi Literatur
Mempelajari buku-buku, karangan ilmiah, majalah yang berhubungan dengan masalah yang
dihadapi di lapangan.
3. Peninjauan Lapangan
Melihat secara langsung keadaan perusahaan, pengenalan dengan pimpinan. Staff dan
karyawan.
4. Pengumpulan Data
Mengumpulkan data-data untuk menyusun laporan kerja praktek dari perusahan. Data-data
yang dikkumpulkan mengenai aspek perusahaan, organisasi dan manajemen tenaga kerja,
proses produksi dan data lain yang bersangkutan dengan akademis.
5. Analisis dan evaluasi data
Data yang telah diperoleh/dikumpulkan, dianalisa dan dievaluasi dengan menggunakan
metode yang telah diterapkan.
6. Pembuatan draft laporan kerja praktek
Membuat penulisan draft kerja praktek sehubungan dengan data-data yang diperoleh dari
perusahaan dengan diketik.
7. Diskusi dengan pembimbing
Mengasistensi draft kerja praktek kepada pembimbing lapangan dan dosen pembimbing, serta
didiskusikan dengan koordinator kerja praktek.
8. Penulis laporan kerja praktek
Draft kerja praktek yang sudah diasistensikan kemudian dijilid.
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Untuk lebih menjelaskan tujuan ataupun target pencapaian perusahaan, maka PT. INALUM
memiliki visi, yaitu : PT. INALUM Adalah Perusahaan Kelas Dunia dalam Bidang
Aluminium dan Industri Terkait.
Dengan mengoperasikan pabrik peleburan aluminium dan pembangkit listrik tenaga air
(PLTA) untuk menciptakan manfaat bagi semua pihak berkepentingan (stakeholder), PT.
INALUM bekerja keras untuk melestarikan lingkungan dan yakin bahwa komitmennya
kepada masyarakat dan ekonomi sekitar adalah hal yang paling mendasar untuk mencapai
misinya.
B. Riwayat Ringkas PT. INALUM
Upaya untuk menadayagunakan Sungai Asahan sudah dilakukan pada masa pemerintahan
Hindia Belanda dengan cara pembangunan pembangkit listrik di aliran sungai Asahan
tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan listrik Propinsi Sumatera Utara, tapi karena
kebutuhan tersebut masih sangat kecil jika dibandingkan dengan listrik yang bisa dihasilkan,
maka pengerjaannya mengalami kegagalan. Setelah upaya memanfaatkan potensi Sungai
Asahan yang mengalir dari Danau Toba di Propinsi Sumatera Utara ke Selat Malaka itu
mengalami kegagalan, pemerintah Republik Indonesia bertekad mewujudkan pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di sungai tersebut. Tekad tersebut semakin kuat
ketika tahun 1972 pemerintah menerima laporan dari Nippon Koei, sebuah perusahaan
konsultan Jepang, tentang studi kelayakan Proyek PLTA dan Pabrik Peleburan Aluminium.
Laporan tersebut menyatakan bahwa PLTA layak dibangun dengan sebuah pabrik peleburan
aluminium sebagai pemakai utama dari listrik yang dihasilkannya.
Dalam rangka mewujudkan tekad tersebut, pada Tahun 1972 Pemerintah Indonesia
mengadakan pelelangan terhadap pembangunan proyek PLTA dan Pabrik Peleburan
Aluminium yang dijadikan satu paket untuk Penanaman Modal Asing (PMA), tapi tidak ada
satu pun yang menyanggupi sampai waktu pelelangan ditutup pada tahun 1973. Hal tersebut
terjadi karena proyek ini membutuhkan investasi yang sangat besar.
Pada tanggal 7 Juli 1975 di Tokyo, setelah melalui perundingan yang panjang, pemerintah
Republik Indonesia dan 12 Perusahaan Penanam Modal Jepang menandatangani Perjanjian
Induk untuk PLTA dan Pabrik Peleburan Aluminium Asahan yang kemudian dikenal dengan
sebutan Proyek Asahan. Kedua belas Perusahaan Penanam Modal Jepang tersebut adalah
Sumitomo Chemical company Ltd., Sumitomo Shoji Kaisha Ltd., Nippon Iwai Co., Ltd.,
Nichimen Co., Ltd., Showa Denko K.K., Marubeni Copporation, Mitsui Aluminium Co., Ltd.,
Mitsui & co., Ltd.
Selanjutnya, untuk penyertaan modal pada perusahaan yang akan didirikan di Jakarta
kedua belas Perusahaan Penanam Modal tersebut bersama Pemerintah Jepang membentuk
sebuah perusahaan dengan nama Nippon Asahan Aluminium Co., Ltd (NAA) yang
berkedudukan di Tokyo pada tanggal 25 Nopember 1975.
Pada tanggal 6 Januari 1976, PT Indonesia Asahan Aluminium (PT. INALUM), sebuah
perusahaan patungan antara Pemerintah Indonesia dan Nippon Asahan Aluminium Co., Ltd,
didirikan di Jakarta. PT. INALUM adalah perusahaan yang membangun dan mengoperasikan
Proyek Asahan, sesuai dengan Perjanjian Induk.
Untuk melaksanakan ketentuan dalam Perjanjian Induk, Pemerintah Indonesia kemudian
mengeluarkan SK Presiden No. 5/1976 yang melandasi terbentuknya Otorita Pengembangan
Proyek Asahan sebagai wakil Pemerintah yang bertanggung jawab atas lancarnya
pembangunan dan pengembangan Proyek Asahan.
PT. INALUM dapat dicatat sebagai pelopor dan perusahaan pertama di Indonesia yang
bergerak dalam bidang industri peleburan aluminium dengan investasi 411 milyar yen.
PT. INALUM membangun dan mengoperasikan PLTA yang terdiri dari stasiun
pembangkit listrik Siguragura dan Tangga yang terkenal dengan nama Asahan 2 yang terletak
di Paritohan, Kabupaten Toba Samosir, Propinsi Sumatera Utara. Stasiun pembangkit ini
dioperasikan dengan memanfaatkan air Sungai Asahan yang mengalirkan air danau Toba ke
Selat Malaka.
Tenaga listrik yang dihasilkan sangat bergantung pada kondisi permukaan air danau
Toba. Pembangunan PLTA dimulai pada tanggal 9 Juni 1978. Pembangunan stasiun
pembangkit listrik bawah tanah Siguragura dimulai pada tanggal 7 April 1980 dan diresmikan
oleh Presiden RI, Soeharto. Dalam acara Peletakan Batu Pertama yang diselenggarakan
dengan tata cara adat Jepang dan tradisi lokal. Pembangunan seluruh PLTA memakan waktu
5 tahun dan diresmikan oleh Wakil Presiden Umar Wirahadikusuma pada tanggal 7 Juni
1983. Total kapasitas tetap 426 MW dan output puncak 513 MW. Listrik yang dihasilkan
digunakan untuk pabrik peleburan di Kuala Tanjung. PLTA PT. INALUM terdiri dari :
a. Bendungan Pengatur
Bendungan ini terletak di desa Siruar, 14,6 km dari mulut Danau Toba. Bendungan ini
berfungsi mengatur tinggi permukaan air danau Toba dan mengatur aliran air yang keluar
dari Danau Toba. Bendungan ini dibangun dengan tipe beton massa, tinggi 39 m, panjang 71
m.
b. Bendungan Penadah Air Siguragura
Bendungan Penadah Air Siguragura (Siguragura Intake Dam) terletak di Simorea, 9 km dari
Bendungan Pengatur. Bendungan ini berfungsi untuk mengontrol debit air yang masuk ke
Stasiun Pembangkit Siguragura (Siguragura Power Station). Tipe bendungan ini adalah
beton massa dengan ketinggian 46 meter, panjang 173 meter.
c. PLTA Siguragura
Stasiun Pembangkit Siguragura berada 200 m di dalam perut bumi dengan 4 unit generator di
dalamnya, masing-masing generator tersebut berkapasitas 71,5 MW. Stasiun Pembangkit ini
merupakan stasiun pembangkit bawah tanah pertama di Indonesia. Kapasitas tetap dari PLTA
Siguragura adalah 203 MW.
d. Bendungan Penadah Air Tangga
Bendungan Penadah Air Tangga (Tangga Intake dam) yang terletak di Tangga, 4 km di
bagian hilir Stasiun Pembangkit Listrik Siguragura. Tipe bendungan ini adalah beton massa
berbentuk busur dengan ketinggian 82 meter, panjang 125 m. Bendungan ini berfungsi untuk
mengatur pasokan air ke dalam Staiun Pembangkit Listrik Tangga (Tangga Power Station).
Bendungan ini merupakan bendungan busur pertama di Indonesia.
e. PLTA Tangga
Air dari Bendungan pengatur dialirkan melalui sebuah terowongan bawah tanah dengan
panjang 3.150 meter. Stasiun pembangkit listrik ini memiliki 4 generator yang masing-
masingnya berkapasitas 79,2 MW dan berada diatas permukaan tanah. Total kapasitas tetap
dari PLTA tangga adalah 223 MW
f. Jaringan Transmisi
Tenaga listrik yang dihasilkan stasiun pembangkit listrik Siguragura dan Tangga disalurkan
melalui jaringan transmisi sepanjang 120 km dengan jumlah menara 271 buah dan tegangan
275 KV ke Kuala Tanjung. Melalui gardu induk Kuala Tanjung, tegangannya didistribusikan
ke tiga gedung tungku reduksi dan gedung penunjang lainnya 2 unit penyearah silikon
dengan DC 37 KA dan 800 V.
a. Perbandingan saham antara Pemerintah Indonesia dan Nippon Asahan Aluminium Co., Ltd.
Tahun Pemerintah RI Nippon Asahan Aluminium Co., Ltd. Januari 1976 (10%-90%),
Oktober 1978 (25%-75%) Juni 1987 (41,13 % -58,87%) Pebruari 1998-sekarang (41,12-
58,88%).
b. Tenaga Kerja Kantor Per 31 Maret 2008 Jakarta (IHO) 37 orang, Medan (IMO) 8 orang,
Kuala Tanjung (ISP) 1859 orang, serta Paritohan 268 orang.
4. Fasilitas Lainnya
a. Gas Cleaning (Pembersih Gas) Dalam rangka menciptakan pabrik yang ramah lingkungan,
maka PT. INALUM melakukan pembersihan terhadap gas yang berasal dari tungku reduksi
termasuk Fluorida dan debu dihisap ke dalam sistem pembersih gas kering melalui pipa gas
dengan ventilator penghisap.
b. Pembersih Limbah Pemukiman Air limbah yang berasal dari pemukiman karyawan
disalurkan ke dalam instalasi air yang akan diproses dan dibersihkan kotoran-kotoran
kemudian dialirkan kembali ke hilir sungai. Semua itu dilakukan untuk mencegah terjadinya
pencemaran air di daerah pemukiman karyawan.
c. Prasarana penunjang
Prasarana merupakan hal penting yang dibangun dan dilakukan perawatan terhadapnya untuk
penunjang kelancaran proses pekerjaan di PT. INALUM.
1) Jalan Perusahaan melakukan perbaikan terhadap jalan dekat kawasan PT. INALUM terutama
jalan penghubung antara pemukiman karyawan di Tanjung Gading dengan Pabrik di Kuala
Tanjung yang berjarak 17 Km. Selain itu juga melakukan perbaikan terhadap jembatan-
jembatan yang sudah tua dan rapuh di dekat proyek agar dapat digunakan oleh masyarakat
sekitar.
2) Pelabuhan
PT. INALUM membangun pelabuhan yang menjorok ke selat malaka sepanjang 2,5 km
dengan tiga dermaga. Dermaga A dan B dapat disandari kapal 25.000 DWT dan 16.000 DWT
yang digunakan untuk membongkar bahan baku dan keperluan operasi peleburan aluminium
dan PLTA dan juga sebagai tempat pengapalan hasil produksi PT. INALUM. Sedangkan
dermaga C sudah diserahkan kepada pemerintah pada tanggal 24 April 1984 untuk keperluan
umum yang dapat disandari oleh kapal dengan bobot 3.000 DWT.
3) Perumahan (perkotaan)
PT. INALUM membangun perumahan yang disediakan untuk karyawan yang dibangun
diatas tanah seluas 200 ha di Tanjung Gading. Terdiri dari 1340 unit rumah untuk karyawan
yang sudah berkeluarga dan 7 asrama untuk karyawan yang masih lajang. Perusahaan juga
membangun fasilitas akomodasi bagi karyawan di Paritohan di atas tanah seluas 80 ha.
4) Pendidikan
Dalam rangka mendorong semangat belajar para pelajar setempat, PT. INALUM pada tahun
1997 menyediakan beasiswa tidak mengikat kepada mereka yang belajar di Universitas
Sumatera Utara, STM dan SMA sekitar proyek pada masa konstruksi. Sedangkan bagi siswa
SD dan SMP yang berprestasi disediakan TABANAS oleh Perusahaan.
5) Fasilitas Umum
Di kedua proyek ini dibangun gedung Sekolah, Mesjid, Gereja, dan Rumah Sakit yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat. PT. INALUM juga menyerahkan Gedung dan fasilitas
telekomunikasi berkapasitas 1000 satuan sambungan kepada PERUMTEL pada akhir tahun
1980.
6) Fasilitas lainnya
Selain TK, SD dan SMP yang dibuka sejak 1981 dan dikelola oleh Depdiknas, terdapat juga
berbagai fasilitas lain. Diantaranya : lapangan sepakbola, lapangan volly ball, lapangan tenis,
lapangan golf, kolam renang, gedung pertemuan dan olah raga, supermarket, pertokoan,
internet, telekomunkasi, kantor pos dan juga danau buatan.
D. Manfaat PT. INALUM
Perusahaan menyadari bahwa kelancaran Pembangunan dan keberhasilan operasionalnya,
tidak terlepas dari dukungan dan kerjasama yang baik dengan pemangku amanahnya
(stakeholder). Oleh karena itu, Perusahaan melakukan berbagai kegiatan seperti dalam bidang
Keagamaan, Pendidikan, Pemberdayaan Masyarakat, Olahraga dan Kebudayaan,
Kepemudaan dan lain sebagainya. Kegiatan tersebut bertujuan untuk menciptakan hubungan
baik dengan masyarakat di sekitarnya.
E. Kinerja Perusahaan
1. Produksi
Desain produksi aluminum ingot PT. INALUM adalah 250.000 ton aluminium per tahun.
Namun dengan adanya technology Improvement yang dilakukan oleh karyawan PT.
INALUM, kini produksi PT. INALUM jauh di atas desain produksinya. Tingkat efisiensi
penggunaan arus juga meningkat lebih dari 92%. Kapasitas produksi aluminium batangan PT.
INALUM sangat bergantung pada jumlah listrik yang dihasilkan oleh PLTA PT. INALUM.
Sedangkan PLTA PT. INALUM sangat bergantung pada kondisi permukaan air Danau Toba
sebagai sumber air utama Sungai Asahan.
2. Sertifikasi dan Penghargaan
Sertifikat Internasional dan penghargaan yang telah diterima PT. INALUM adalah :
a. Quality Management System (QMS) PT. INALUM telah mendapatkan sertifikasi Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001 dari SGS, Internasional dan memperoleh 2 (dua) sertifikat,
masing-masing :
1) No. AU98/1054 sejak Pebruari 1988 untuk PLTA.
2) No. : ID03/0239, sejak April 1988 untuk Pabrik Peleburan.
b. Environment Management System (EMS)
Dalam rangka turut melestarikan lingkungan, PT. INALUM telah mendapatkan sertifikat
ISO 14001 tentang Sistem Managemen Lingkungan No. : GB02/55087 sejak April 2002 dari
SGS Internasional.
c. Sistem Manajemen Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja (SMK3) PT. INALUM telah
menerapkan Sistem Manajemen K3 dan Mendapatkan predikat Bendera Emas (Gold Flag)
sebanyak 2(dua) kali yaitu pada tahun 2005 & 2008 (Sertifikat No. : 00351/SE/2004 & No. :
00351/SE/2007 untuk PLTA dan Sertifikat No. : 00352/SE/2004 & No.: 00352/SE/2007
untuk Pabrik Peleburan) dari Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Proper PT.
INALUM juga telah mendapatkan 3 (tiga) kali peringkat BIRU dalam Program Penilaian
Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) yaitu pada tahun 2004, 2005 dan 2008 dari
Kementrian Lingkungan Hidup Indonesia. International Ship & Port Facility Security (ISPS)
Code Untuk mendeteksi ancaman keamanan dan tindakan pencegahan di Pelabuhan, PT
INALUM telah mendapatkan sertifikasi ISPS Code No. : 02/1060-DV tanggal 3 Juni 2005
dari Pemerintah Republik Indonesia.
d. Syahwali Awards
Perusahaan juga menerima Syahwali Awards tentang Environmentally Friendly Businessman
pada tanggal 13 Nopember 1992 dari Indonesian Environmental Management and
Information Center (IEMIC).
Alih Teknologi
Pembangunan PT. INALUM merupakan suatu kesempatan baik untuk alih teknologi dan
harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh putra-putri Indonesia sebagai suatu medan latihan.
Untuk memenuhi harapan ini dilakukanlah alih teknologi dari para kontraktor asing.
Pembangunan PT. INALUM membutuhkan teknologi yang rumit. Dengan berpartisipasi
dalam pembangunan proyek ini banyak staf dan karyawan Indonesia memperoleh
kesempatan untuk melangkahkan kakinya ke gerbang teknik konstruksi modern yang
diperolehnya dari para kontraktor Jepang. Banyak pula staf Indonesia yang bekerja pada
perusahaan kontraktor Jepang dan sub kontraktornya dikirim ke Jepang untuk mengikuti
pelatihan.
F. Proses Produksi
Pabrik peleburan Aluminum disebut juga Proyek “Listrik Dalam Kaleng”, sebab listrik
yang dihasilkan oleh Pembangkit listriknya sebagian besar digunakan untuk kepentingan
pabrik peleburan. Listrik yang dihasilkan melalui PLTA PT. INALUM, yang terletak di
Sungai Asahan, disalurkan ke Pabrik Peleburan Aluminium di Kuala Tanjung melalui 275 Kv
jaringan transmisi. Bahan baku untuk Aluminium dibongkar di pelabuhan PT. INALUM dan
dimasukkan ke dalam silo masing-masing melalui belt conveyor. Alumina di dalam silo
kemudian dialirkan ke Dry Scrubber System untuk direaksikan dengan gas HF dari tungku
reduksi. Reacted alumina tersebut kemudian dibawa ke Hopper Pot dengan Anode Changing
Crane (ACC) dan dimasukkkan ke dalam tungku reduksi. Kokas yang ada di dalam silo
dicampur dengan butt atau puntung anoda dan dipanaskan dulu. Material-material tersebut
dicampur dengan pitch sebagai perekatnya. Kemudian material tersebut dicetak di shaking
Machine menjadi blok karbon mentah. Blok tersebut kemudian dipanggang di baking
furnace. Anoda yang sudah dipanggang kemudian dibawa ke pabrik penangkaian untuk
diberikan tangkai, namanya Anode Assembly. Anode assembly ini kemudian dibawa ke Pabrik
Reduksi dengan kendaraan khusus, Anode Transport Car (ATC) untuk digunakan sebagai
elektroda dalam proses elektrolisa. Setelah anoda tersebut dipakai selama kurang lebih 30
hari di dalam pot, puntung anoda tersebut diganti dengan yang baru. Puntung tersebut
kemudian dipecah di pabrik penangkaian untuk kemudian dipakai lagi. Di dalam tungku
reduksi, alumina akan dielektrolisa menjadi aluminium cair. Setiap 32 jam, setiap pot akan
dihisap 1,8 sampai 2 ton aluminium. Aluminium cair ini kemudian dibawa ke pabrik
Penuangan dengan Metal Transport Car (MTC) dan dituangkan ke dalam Holding Furnace.
Setelah mendapat proses lanjutan, aluminium cair ini dicetak di Casting Machine menjadi
Ingot, beratnya 22,7 kg per batang. Aluminium batangan (ingot) ini kemudian diikat dan siap
untuk dipasarkan. PT. INALUM memiliki tiga pabrik utama, yaitu:
Blok anoda karbon yang disebut Blade Block (BB) diproduksi di pabrik karbon dengan
menggunakan bahan baku berupa kokas (Petroleum Coke) yang didatangkan dari Jepang dan
Amerika, dan Pitch keras (hard pitch) yang telah dicairkan dan berfungsi sebagai
binder/perekat yang diimpor dari Jepang. Disamping itu, sisa anoda dari tungku reduksi
(Butt) dan bongkahan bekas dari pabrik pemanggangan masih digunakan sebagai bahan untuk
pembuatan anoda blok. Proses pembuatan anoda blok ini terdiri atas :
a. Pembuatan Blok Anoda Mentah di pabrik Anoda Mentah (green Plant) Kokas yang berasal
dari penyimpanan kokas (Coke Silo) dibawa ka pabrik anoda mentah menggunakan ban
berjalan yang disebut belt conveyor dan bucket elevator. Selanjutnya dilakukan penyaringan
secara gravitasi dengan menjatuhkan kokas dari tingkat 8 sehingga tersaring sesuai dengan
ukurannya. Setelah penyaringan, maka diperoleh kokas dengan ukuran sebagai berikut:
1) Kasar-1 (Coarse-1) : 5-18 mm
2) Kasar-2 (Coarse-2) : 1-5 mm
3) Menengah (medium) : 0,2-1 mm
4) Halus (fine) : < 0,2 mm
Hal-hal yang perlu dikontrol untuk anoda mentah yang baik adalah :
1) Kontrol kokas : pengaturan terhadap komposisi ukuran kokas, karena akan mempengaruhi
pemakaian hard pitch.
2) Temperatur pencampuran : temperatur sangat mempengaruhi pasta yang dihasilkan.
3) Proses pencetakan blok anoda di shaking machine.
4) Pemanggangan Blok anoda mentah di Pabrik Pemanggangan Anoda (Backing Plant) Blok
anoda mentah dari pabrik anoda mentah diangkut ke pabrik pemanggangan menggunakan
Chain conveyor. Di PT. INALUM terdapat 106 tungku pemanggangan anoda yang berukran
5 x 6 x 5 meter. Kapasitas 1 tungku adalah 75 anoda. Proses pemanggangan ini terdiri atas 5
tahap :
a) Anode Baking Crane (ABC)
b) Pemanasan awal (Preheating)
c) Pembakaran awal (Burning)
d) Pendinginan (Colling System)
e) Pengeluaran blok anoda (Discharging) dari furnace.
Setiap furnace terlebih dahulu dilapisi dengan kokas penyekat, baru kemudian diisi dengan
blok anoda sebanyak 3 tingkat. Setiap tingkat terdiri atas 5 blok anoda. Sebelum furnace
ditutup bagian atas blok anoda dilapisi dengan bola-bola keramik (Ceramic Ball) untuk
mencegah terjadinya oksidasi. Kemudian diadakan pemanasan secara bertahap. Kecepatan
pengaliran udara diatur sedemikian rupa, sehingga suhu naik secara bertahap mulai dari
200oC hingga 1250oC. Karena pembakaran yang terjadi merupakan proses kalsinasi hard
pitch (hard pitch terdiri dari 65% karbon), sehingga bila pembakaran tidak baik, maka
kualitas anoda yang dihasilkan menjadi tidak baik juga. Blok anoda yang telah dipanggang
didinginkan secara bertahap kemudian dikeluarkan menggunakan ABC.
b. Penangkaian Anoda Karbon di pabrik penangkaian (RoddingPlant)
Anoda yang telah dipanggang di backing plant diangkut ke Blok pabrik penangkaian untuk
diberi tangkai. Anoda-anoda yang telah diberi tangkai ini siap untuk digunakan di pabrik
peleburan aluminium. Tangkai yang digunakan terbuat dari aluminium yang pada awalnya
didatangkan dari Jepang. Tangkai ini dapat digunakan berulang kali, dengan kata lain bahwa
tangkai yang digunakan adalah tangkai yang sudah dipakai sebelumnya di tungku reduksi.
Pada saat pencetakan anoda mentah, pada sisi atas anoda tersebut telah dibuat lobang sebagai
tempat pemasangan tangkai. Agar blok anoda dan tangkai dapat bersatu dengan kuat, maka
digunakan besi tuang (Cast Iron). Setelah diberi tangkai, anoda tersebut disemprot dengan
aluminium cair untuk mengurangi terjadinya oksidasi antara karbon dan udara. Sebagian
anoda yang telah diberi tangkai tidak disempot yang akan digunakan untuk starter tungku
reduksi yang baru selesai dikonstruksi ulang atau diperbaiki.
2. Pabrik Reduksi
Aluminium merupakan unsur yang sangat reaktif sehingga mudah teroksidasi. Karena
sifatnya itu, di alam tidak ditemukan aluminiun dalam bentuk unsur, melainkan senyawa
oksida. Umumnya dalam bentuk oksida alumina atau silikat. Proses produksi aluminium yang
digunakan saat ini ditemukan secara bersamaan oleh Charles Hall di USA dan Paul Herloult
di Prancis pada tahun 1886. Prosesnya adalah elektrolisa larutan alumina (Al2O3) di dalam
lelehan Kriolit (Na3AlF6) pada temperatur 980oC, sehingga menghasilkan aluminium cair. Pot
atau tungku reduksi berbentuk kotak baja persegi yang dindingnya berlapiskan batu isolasi
atau batu tahan api (Brick) dan pasta yang disebut Castable. Di dasar pot terdapat katoda
karbon yang dihubungkan dengan kolektor bar, yang berfungsi sebagai penghantar listrik. Di
bawah katoda dilapisi brick. Di PT. INALUM terdapat 510 unit pot reduksi yang terbagi
menjadi 3 gedung, sehingga di masing-masing gedung terdapat 170 pot. Arus listrik yang
digunakan sebesar 190 KA-195 KA, dengan tegangan rata-rata di setiap pot 4,3 Volt.
a. Operasi Pot Reduksi
Bahan baku yang digunakan dalam proses peleburan aluminium ini adalah alumina yang
diperoleh dari Bauksit (Al2O3.xH2O) melalui proses Bayer. Bahan baku diimpor dari
Australia dan India. Pada proses peleburan aluminium dalam pot reduksi dahulu dilakukan
beberapa proses, yaitu :
1) Backing atau Preheating
Backing atau preheating pamanasan blok katoda secara bertahap, tujuannya untuk
menghindari dasar diletakkan di anoda dan katoda. Kokas dasar ini berfungsi sebagai
penghantar listrik dari anoda ke katoda. Pada saat baking arus listrik dialiri untuk mencegah
thermal shock yang mungkin terjadi bila pot yang masih dingin tiba-tiba dioperasikan pada
temperatur tinggi. Sebelum dilakukan breaking, kokas dimasukkan secara bertahap ke dalam
pot. Kokas dimasukkan secara perlahan, sehingga membara, memanasi permukaan blok
anoda, blok katoda dan dinding samping pot. Operasi ini berlangsung selama 72 jam. Pada
akhir baking temperatur blok katoda sekitar 750 ºC dan siap untuk di start up.
2) Start Up
Merupakan proses menghidupkan pot yang baru diperbaiki maupun baru dikonstruksi ulang,
sehingga elektrolisa bisa berlangsung. Proses ini diawali dengan mengeluarkan kokas dasar
dan memutuskan arus listrik yang mengalir ke pot. Kemudian dimasukkan bath cair (Kriolit)
sebanyak 6 ton ke dalam pot. Setelah itu arus listrik dialirkan kembali ke dalam pot sehingga
proses elektrolisa berlangsung. Agar terjadi kesetimbangan panas (heat balance) di dalam
pot, 20 jam atau 72 jam setelah start up metal cair dimasukkan ke dalam pot sebanyak 12 ton,
dan selanjutnya mengalami proses transisi.
3) Transisi
Masa transisi merupakan masa peralihan dari start up menuju normal. Selama tahap ini,
komposisi bath, tinggi metal dan tinggi bath harus dijaga sesuai dengan standarnya. Dalam
proses ini terjadi pembentukan kerak samping yang berguna sebagai pelindung dinding
samping dari serangan bath yang korosif. Meskipun masa transisi ini hanya berlangsung 35
hari, tetapi sangat menentukan umur dan kestabilan pot.
b. Operasi normal
Operasi normal adalah keadaan dimana pot sudah berada dalam keadaan stabil dan dapat
dioperasikan untuk proses elektrolisa. Selama pot dalam keadaan normal, pekerjaan utama
yang biasa dilakukan antara lain :
1) Penggantian anoda (anode changing) dan penaikan busbar anoda
Setiap unit pot terdapat 18 buah anoda yang masa pakainya rata-rata 27 hari. Supaya
tegangan tetap stabil dan proses elektrolisa berjalan dengan baik, penggantian anoda
dilakukan secara berkala dan teratur. Setiap hari biasanya dilakukan penggantian satu anoda
untuk tiap pot. Penggantian anoda ini dilakukan menggunakan alat yaitu Anode Canging
crane (ACC). Busbar anoda adalah aluminium penghantar listrik, untuk menjepit tangkai
anoda. Busbar ini dapat naik turun menggerakkan seluruh anoda, karena anoda terkonsumsi
oleh proses elektrolisa maka busbar akan turun. Secara berkala busbar akan dinaikkan ke
posisi semula. Pekerjaan penggantian anoda dan penaikkan busbar dilakukan dengan bantuan
Anode Changing Crane (ACC).
2) Pengambilan aluminium cair (Metal Tapping)
Pengambilan aluminium cair hasil proses reduksi, setiap hari di tapping (diambil) atau
dihisap dengan cara vakum menggunkan vacum ladle yang digantungkan pada Anode
Changing Crane (ACC).
Pengambilan aluminium cair dilakukan setiap 32 jam sekali. Banyaknya metal cair yang
diambil dari setiap pot berkisar antara 1,5 ton. Aluminium cair yang diambil dari pot dibawa
langsung ke casting shop menggunakan Metal Transpor Car (MTC).
3) Pemasukan material
Material yang dimaksud disini adalah AlF3 merupakan adiktif (reacted alumina) untuk
mengimbangi penguapan gas fluorida dan menjaga kondisi bath agar tetap stabil. Bath cair
perlu dimasukkan atau dikeluarkan dari dalam pot bila tidak sesuai dengan standar tinggi
bath, antara 20-24 cm. Pemasukan dan pengeluarannya dilakukan secara manual
menggunakan kereta bath setiap harinya.
4) Pemecahan kerak dan pemasukan alumina
Pemecahan kerak tengah dilakukan oleh teeth blade, sedangkan pemasukan alumina ke dalam
bath sebanyak 20 kg dilakukan melalui hopper alumina di bagian tengah pot. Pekerjaan ini
dikontrol secara kontinu oleh komputer dan dilakukan setiap 18 menit sekali.
5) Pengontrolan Voltase dan penanggulangan Noise
Agar temperatur tetap terjaga, maka volume pot sebanding dengan energi input perlu
dikontrol terus menerus dan gangguan (noise) voltage dihilangkan secepatnya. Pekerjaan ini
dilakukan dengan bantuan komputer.
6) Penghentian Anode Effect
Anode Effect merupakan peristiwa naiknya pot voltage secara tiba-tiba, karena konsentrasi
alumina dalam bath terlalu rendah (≤ 1%). Voltage naik dari 4,3 volt menjadi 30-50 volt,
yang dapat mengakibatkan kebocoran pot. Anode Effect dapat dihentikan dengan cara
memasukkan alumina ke dalam bath sambil menarik turunkan anoda, sehinggan gas-gas
dibawah anoda dapat keluar. Pekerjaan ini dibantu dengan komputer.
7) Pengukuran parameter-parameter
Pada operasi normal, paremeter-perameter yang perlu diukur adalah :
a) Pengukuran tinggi bath dan tinggi metal.
b) Pengukuran keasaman.
c) Pengukuran kemurnian metal.
d) Pengukuran distribusi tegangan pot, tinggi lumpur dan jumlah metal.
e) Pengukuran temperatur bath.
c. Cut Out Pot
Cut out pot dilakukan bila terjadi kondisi sudah memburuk dan tidak memungkinkan untuk
operasi lagi. Tanda-tanda pot mulai memburuk diantaranya :
1) Kadar Fe dan Si di dalam metal cair meningkat dan tidak bisa diturunkan lagi. Hal ini
biasanya terjadi apabila blok katoda retak atau berlubang, sehingga baja kolektor yang
terletak dibawah blok katoda dapat tererosi dan larut dalam metal cair, hal ini akan
mengakibatkan kandungan Fe naik. Sedangkan kenaikan kadar Si terjadi apabila dinding pot
samping tererosi, sehingga silika yang terkandung dalam isolasi akan larut dan menaikkan
kadar Si dalam metal cair.
2) Operasi pot yang sulit. Bila gangguan (noise) voltage sulit dikendalikan, suhu dan tegangan
sering naik dan sulit diturunkan. Hal ini mengakibatkan Anode Effect yang timbul sulit
dihentikan. Keadaan seperti ini membuat banyak operasi manual dilakukan, sehinggga
memberatkan operator. Pot biasanya dimatikan untuk dilakukan perbaikan, sehingga akan
dapat digunakan kembali jika kerusakannya telah diperbaiki.
3) Pabrik Pencetakan Aluminium cair yang dihasilkan di pabrik peleburan (Reduction Plant)
yang telah dihisap oleh vacum laddle dibawa dengan Meteal Transport Car ke pabrik
penuangan. Di pabrik pencetakan (casting shop) temperatur aluminium cair tetap dijaga dan
ditaburi flux untuk memurnikannya. Dross yang terbentuk dipermukaan aluminium cair
diambil, lalu didinginkan di tempat pendinginan dross. Terdapat 10 unit dapur di pabrik
pencetakan, yang terdiri dari 1 unit dapur pelebur (Melting Furnace) dan 9 unit dapur
penampung (holding furnace) dengan masing-masing kapasitas 30 ton aluminium cair.
Sebelum diisikan ke dalam dapur, Metal Transport Car beserta laddle dan isinya ditimbang
pada 40 ton scale. Aluminium yang sudah murni diatur temperaturnya, kemudian dituangkan
ke casting machine melalui suatu pengalir, dimana aluminium ini akan membeku membentuk
aluminium batangan (ingot). Ingot yang keluar dari casting machine masuk ke konveyor
pendingin, lalu dipindahkan ke conveyor penumpuk dengan mengggunakan servo arm.
Setelah tumpukan ingot ditimbang, selanjutnya dipindahkan ke lapangan pendingin dengan
menggunakan Forklift, sedangkan ingot yang sudah dingin dilakukan proses bundling,
kemudian disimpan ke lapangan penyimpangan ingot. Di PT. INALUM terdapat 7 unit
casting machine untuk pencetakan ingot 50 pon (22,7 Kg) dengan kapasitas 12 ton/jam untuk
masing-masing unit casting.
BAB III
STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN
A. Struktur Organisasi
Setiap orang tentu mempunyai tujuan dan berusaha untuk mencapainya. Tujuan itu akan
berbeda bagi setiap orang antara lain karena pengaruh pengetahuan dan pengalamannya
berbeda. Namun, demikian setiap orang akan sama dalam satu hal yaitu ingin
mempertahankan dan memenuhi kebutuhan hidupnya, antara lain kebutuhan akan sandang
pangan, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan untuk bergaul, kebutuhan untuk dihargai dan
kebutuhan diakui keberhasilannya.
Oleh karena manusia secara kodrat terbatas kemampuannya maka dia tidak dapat
memenuhi kebutuhannya secara sendiri. Dia harus bekerja sama dengan orang lain untuk
mencapai tujuannya, atau berorganisasi.
Struktur organisasi berbentuk Garis dan Staf berdasarkan fungsi:
2. Komisaris
a. Keanggotaaannya
1) Komisaris terdiri dari sekurang-kurangnya 2 (dua) orang anggota, salah seorang diantaranya
bertindak sebagai Presiden Komisaris.
2) Para anggota Komisaris dan Presiden Komisaris diangkat oleh RUPS dari calon-calon yang
diusulkan oleh para Pemegang Saham pihak asing dan Pemegang Saham Pihak Indonesia
sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh masing-masing pihak dengan keentuan
sekurang-kurangnya 1 (satu) orang anggota komisaris harus dari calon yang diusulkan oleh
Pemegang Saham pihak Indonesia.
3) Anggota Komisaris dipilih untuk jangka waktu yang berakhir pada penutupan Rapat Umum
Pemegang Saham tahunan yang kedua setelah mereka terpilih dengan tidak mengurangi hak
Rapat Umum Pemegang saham untuk memberhentikan para anggota Komisaris sewaktu-
waktu dan mereka dapat dipilih kembali oleh Rapat Umum Pemegang Saham.
b. Tugas dan wewenang
1) Komisaris bertugas mengawasi kebijakan direksi dalam menjalankan perseroan serta
memberikan nasihat kepada Direksi.
2) Komisaris dapat meminta penjelasan tentang segala hal yang dipertanyakan.
3) Komisaris setiap waktu berhak memberhentikan untuk sementara waktu seorang atau lebih
anggota Direksi berdasarkan keputusan yang disetujui oleh lebih dari ½ jumlah anggota
komisaris jikalau mereka bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan/atau Undang-
Undang dan peraturan yang berlaku.
3. Direksi
a. Keanggotaan
1) Direksi terdiri dari sekurang-klurangnya enam orang anggota, diantaranya seorang sebagai
Presiden Direktur.
2) Para anggota Direksi diangkat dan diberhentikan oleh Rapat Umum Pemegang saham.
3) Para anggota Direksi diangkat dari calon-calon yang diusulkan oleh para pemegang saham
pihak Indonesia sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh masing-masing pihak
dengan ketentuan sekurang-kurangnya satu orang anggota Direksi harus dari calon yang
diusulkan oleh Pemegang Saham pihak Indonesia.
4) Tidak kurang dari dua orang anggota Direksi termasuk seorang anggota yang dicalonkan
oleh pemegang Saham Pihak Indonesia harus berkebangsaan Indonesia.
b. Masa Jabatan
1) Para anggota Direksi dipilih untuk jangka waktu yang berakhir pada penutupan Rapat Umum
Pemegang Saham tahunan yang kedua setelah mereka terpilih dengan tidak mengurangi hak
Rapat Umum Pemegang saham untuk memberhentikan para anggota Direksi sewaktu-waktu
dan mereka dapat dipilih kembali oleh Rapat Umum Pemegang Saham.
2) Dalam hal terdapat penambahan anggota Direksi, maka masa jabatan anggota Direksi
tersebut akan berakhir bersamaan dengan berakhirnya masa jabatan anggota Direksi lainnya
yang telah ada, kecuali Rapat Umum Pemegang Saham menetapkan lain.
c. Tugas dan wewenang
1) Direksi bertanggung jawab penuh dalam melaksanakan tugasnya untuk kepentingan
perseroan dalam mencapai maksud dan tujuannya.
2) Pembagian tugas dan wewenang setiap anggota Direksi ditetapkan oleh Rapat Umum
Pemegang Saham dapat dilimpahkan kepada Komisaris.
3) Direksi untuk perbuatan tertentu atas tanggung jawabnya sendiri, berhak pula mengangkat
seorang atau lebih sebagai wakil atau kuasa yang diatur dalam surat kuasa.
4) Direksi berhak mewakili Perseroan di dalam atau di luar pengadilan serta melakukan segala
tindakan dan perbuatan baik mengenai pengurusan maupun mengenai pemilikan serta
mengikat Perseroan dengan pihak lain dan/atau pihak lain dengan Perseroan, dengan
pembatasan-pembatasan yang ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham.
4. Presiden direktur
Presiden Direktur adalah salah seorang anggota Direksi yang oleh karena jabatannya berhak
dan berwenang bertindak untuk dan atas nama Direksi serta mewakili Perseroan.
5. Direktur
Direktur adalah anggota Direksi yang oleh karena jabatannya melaksanakan tugas untuk
kepentingan Perseroan sesuai dengan ruang lingkup tugas/fungsi masing-masing seperti
tersebut di bawah ini:
a. Umum dan Sumber Daya Manusia
b. Perencanaan & Keuangan
c. Bisnis
d. Produksi
e. Teknologi Peleburan
f. Pembangkit Listrik
g. Koordinasi Keuangan
6. Divisi
Badan atau orang yang dibentuk/ditugaskan untuk membantu Direktur dalam menuangkan
ketentuan-ketentuan yang akan dilaksanakan berdasarkan ruang lingkup/fungsi direktur
masing-masing. Divisi dikepalai oleh seorang Deputy General Manager.
7. Departemen
8. Seksi
Badan atau orang yang dibentuk/ditugaskan untuk melaksanakan setiap kebijaksanaan yang
telah ditentukan/digariskan oleh Departemen masing-masing. Seksi dikepalai oleh Manager.
9. Sub-Seksi
Badan atau orang yang dibentuk/ditugaskan untuk melaksanakan setiap kebijaksanaan yang
telah ditentukan/digariskan oleh Seksi masing-masing. Sub-Seksi dikepalai oleh Junior
Manager (JM).
Auditor Internal merupakan unit organisasi yang berdiri sendiri yang bertanggung jawab atas
pemeriksaan dan penilaian kegiatan Perusahaan dan melaporkan hasil pemeriksaan dan
penilaian tersebut kepada Presiden Direktur. Auditor Internal di bawah pengawasan Presiden
Direktur membantu anggota organisasi yang bertanggung jawab atas tugas yang mereka
emban dengan cara memberikan analisis, penilaian, rekomendasi, pemberian nasihat dan
informasi.
11. Wakil Manajemen Untuk ISO 9001:2000, ISO 14001:2004 Dan SMK3 (MR)
Sejak tanggal 1 April 2005 Smelter Reduction Department (SRD) berubah nama menjadi
Smelter Reduction and Casting Department (SRC). SRC merupakan departemen yang
menangani proses peleburan alumina menjadi aluminium cair di gedung reduksi (reduction
plant) dan dari aluminium cair menjadi ingot di gedung pencetakan (Casting). SRC berada di
bawah kendali Divisi Produksi, namun tugas dan tanggung jawab yang ada di gedung reduksi
ini meliputi :
1. Pengoperasian pot reduksi.
2. Pendukung pengoperasian pot reduksi, perawatan pot, gedung, dan alat-alat operasi reduksi.
3. Pencetakan aluminium cair menjadi ingot.
SRC dikepalai oleh seorang Senior Manager dan terdiri dari tiga seksi yang masing-masing
dikepalai oleh seorang Manager yaitu :
Smelter Reduction Preparation (SRP).
Smelter Reduction Operation (SRO)..
Smelter Casting (SCA), (tidak dibahas dalam hal ini)
1. Seksi SRP
Seksi SRP teridiri dari 4 subseksi yaitu:
a. Procom dan Service
Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:
1) Mengoperasikan dan meningkatkan sistem kontrol proses pot
2) Membuat rencana produksi tahunan dan bulanan
3) Memelihara dan menangani permasalahan sistem kontrol proses baik sofware maupun
perihalnya
4) Manajemen data dan laporan – laporan
5) Mempersiapkan dan mendistribusikan peralatan keselamatan kerja, sanitasi, ATK, dan
kebutuhan harian karyawan dan tamu di gedung reduksi
6) Menangani administrasi dan korespondensi departemen dan seksi
7) Melatih karyawan baru dan mahasiswa OJT
8) Persiapan data pribadi karyawan
9) Mengoperasikan peralatan photocopy
10) Menyalurkan slip gaji, rembushment, dokumen khusus dan pembayaran lainnya.
b. Cathode Paste (CP)/Cathode Fastening (CF) dan Ladle Cleaning Shop (LCS)
Tugas dan tanggung jawab subseksi ini adalah:
1) Merangkai collector bar dan catode block untuk selanjutnya dipasang ke pot.
2) Mengoperasikan short blast machine ( SBM ) untuk pemolesan collector bar.
3) Merencanakan dan mengontrol penggunaan bahan – bahan dari karbon rekonstruksi pot.
4) Membuat jadwal pot rekonstruksi pot.
5) Melaksanakan pekerjaan pot lining (bottom and sidewall) dan ramming pada pekerjaan pot
rekonstruksi.
6) Membersihkan metal ladle, bath ladle dan coke ladle.
7) Mengatasi ladle trouble.
c. Daily and Minor Maintenance
Tugas dan tanggung jawab subseksi ini adalah:
1) Melakukan perbaikan dan men-supply operation tools sesuai dengan kebutuhan di lapangan.
2) Membuat rencana kebutuhan operation tools tahunan.
3) Mengkoordinasikan perbaikan dan preventive maintanance pot cell.
4) Membuat rencana perbaikan inventory.
5) Merequest, menyimpan dan mendistribusikan barang-barang inventory.
6) Mengatur sistem penggudangan operation tools and inventory.
7) Melakukan small repair pada peralatan pendukung operasi.
8) Mengontrol pekerjaan perawatan peralatan pendukung operasi.
9) Mengontrol kelengkapan tanda-tanda lalu lintas dan tanda-tanda keselamatan di lingkungan
gedung reduksi.
10) Membuat laporan kondisi peralatan ke atasan.
11) Melakukan pengaturan penggunaan ACC dengan mempertimbangkan pekerjaan preventive
maintanance dan pot rekonstruksi.
12) Melakukan minor repair dan pemeriksaan mingguan terhadap ACC serta distribution bin.
13) Menerima informasi trouble dari bagian operasi, konfirmasi ke lapangan, melakukan
perbaikan atau mengkoordinasikan perbaikannya dengan seksi terkait.
14) Mendampingi bagian mekanik/listrik dalam pelaksanaan preventive maintannce atau
pengatasan trouble.
15) Melaporkan kondisi ACC dan distribution bin ke atasan.
16) Mengatur distribusi kendaraan operasi ke masing – masing sub seksi.
17) Melakukan small repair seperti: penggantian ban, ganti baterai, cas baterai, ganti oli, filter
cleanning dan lain-lain.
18) Mengirim kendaraan operasi yang rusak dan ban-ban bocor/rusak ke SMR, serta mengambil
yang sudah diperbaiki/bagus.
d. Gas cleaning (GC) dan transportasi
Tugas dan tanggung jawab subseksi ini adalah:
1) Mengotrol ukuran partikel alumina.
2) Mengoperasikan Dry Scrubbing System (DSS).
3) Mengoperasikan Batch Material Mixing Centre (BMMC).
4) Mendistribusikan anoda ke SRO.
5) Memasok campuran alumina dan return crust ke pot hopper, soda abu, dan aluminium
fluorida.
2. Seksi SRO
Seksi SRO terdiri dari 2 subseksi yaitu:
a. Pot Operation ( Pot line 1, 2 dan 3 )
Tugas dan tanggung jawab subseksi ini adalah :
1) Memproduksi aluminium cair dari tiap potline.
2) Mengatur kinerja dan meningkatkan performance masing-masing pot.
3) Mengontrol mutu aluminium cair di tiap potline.
4) Menjaga dan meningkatkan safety dan kondisi lingkungan kerja.
b. Technical Operation Support
Tugas dan tanggung jawab subseksi ini adalah:
1) Memberikan dukungan teknis ke pot operasi setiap potline.
2) Operasi start-up dan menangani perbaikan cover pot.
3) Mengukur temperatur bath.
4) Mengukur tinggi metal, tinggi bath dan metal clear.
5) Mengambil sampel metal dan bath.
6) Mengukur parameter untuk pendeteksian awal terhadap keabnormalan pot.
7) Menaikkan anode busbar dan menganalisa hasil dari kenaikan tesebut.
8) Mengawasi dan mengontrol safety dan lingkungan kerja di lapangan.
9) Memasukkan data procom dan HRMS, korespondensi dan filling dokumen.
10) Memperbaiki hal-hal kecil fasilitas pot, penanggulangan dan pemeriksaan keabnormalan
pot.
Earplug - - √ -
Sarung tangan √ √ √ √
safety
Seragam kerja √ √ √ √
Sepatu safety √ √ √ √
Arm protector - √ - -
Body protector - √ - -
Foot protector - - - √
1. Baking (Preheating)
Baking adalah pemanasan permukaan blok katoda secara bertahap tujuannya menghindari
thermal shock yang mungkin terjadi bila pot yang masih dingin tiba-tiba dioperasikan pada
temperatur tinggi. Secara umum ada dua metoda proses baking yang digunakan saat ini, yaitu
:
a. Reduction Cell Electrical Bake-out atau Resistance Preheating atau Coke Bed Preheating
Dalam prosesnya, metoda ini diterapkan pot yang telah direkonstruksi sebagian atau penuh
(partial or full reconstruction) tanpa ada sisa bath dan metal beku di dalam pot tersebut.
Pemanggangan dilakukan dengan menggunakan arus listrik dan shunt resistor dan berlagsung
sampai distribusi temperatur pada permukaan katoda mencapai ± 800-900 C (± selama 72
jam, tergantung dimensi pot dan kuat arus yang dipakai). Selain itu metoda ini juga
menggunakan coke (kokas) sebagai media penghantar arus/panas dari anoda ke katoda dan
sebagai isolasi terhadap oksidasi.
b. Reduction Cell Fuel Bake-out atau Fuel Fired Baking atau Thermal Preheating
Metoda kedua ini adalah metoda baking yag menggunakan minyak atau gas LPG sebagai
bahan bakar dan dilengkapi dengan burner (semacam nozle untuk menginjeksikan nyala
api/panas ke dalam pot). Gas baking system termasuk ke dalam kelompok metoda ini dan
meggunakan gas LPG sebagai bahan bakar di dalam prosesnya. PT. INALUM dari awal
pengoperasiannya menggunakan metoda electric baking untuk proses pemanggangan pot.
Sejak tanggal 23-26 April 2002 dlakukan uji coba metoda gas baking dengan hasil yang
cukup memuaska. Hingga saat ini, PT. INALUM menggunakan electric dan gas baking
system untuk pemanggangan pot. Pemilihan metoda baking tergantung pada ketersediaan
energi listrik dan LPG. Gas baking system yang dilakukan PT. INALUM saat ini bertujuan
untuk mempersiapkan suatu system restart up pot cut-out (menghidupkan kembali pot yang
sudah mati) yang cepat, aman, dan biaya rendah dalam mengantisipasi gangguan terhadap
arus listrik untuk jagka waktu yang lama, dimana sejumlah besar pot harus dicut-out
(dimatikan).
2. Start Up
Setelah operasi baking yang berlangsung selama 72 jam (3 hari) atau pada akhir masa
operasi baking, temperatur blok katoda sekitar 750OC dan siap untuk start-up. Metode start-
up dibagi atas dua bagian berdasarkan jenis pemanggangan awal (preheating) pot, yaitu :
a. Metode Start-Up untuk Gas Baking
1) Gas LPG dimatikan kemudian burner yang ada di dalam pot dikeluarkan.
2) Cover yang ada di sekeliing pot dibuka, kemudian arus diturunkan sampai 130 KA.
3) Serbuk kriolit ditaburkan di sekeliling dinding pot, hal ini dilakukan agar panas tidak banyak
yang hilang.
4) Dimasukkan bath cair sebanyak 12 ton kemudian Pasak Hubung Singkat (PHS) dicabut,
diatur posisi busbar anoda sehingga terjadi funken atau Anode Effect (AE) dan arus dinaikkan
kembali hingga normal.
5) Dimasukkan alumina ke dalam pot.
6) Pertahankan funken selama 10-15 menit dan setelah itu funken dimatikan dengan jalan
menyemprotkan udara kering ke dalam bath cair dengan menggunakan pipa AE.
7) Dimasukkan bath cair yang kedua sebanyak 6 ton.
8) Hood ditutup seluruhnya kemudian peralatan dikembalikan ke tempat yang telah ditentukan.
9) Setelah satu hari dilakukan metal charging yaitu pemasukkan metal cair ke dalam tungku
sebanyak 12 ton.
10) Dicatat data-data operasi start up.
b. Metode Start-Up untuk Electric Baking
1) Kokas isolasi dikeluarkan dengan menggunakan ladle kokas.
2) PHS dimasukkan untuk memutus arus listrik, alat kontrol Anode Current Distribtion Device
(ACDD) dilepas dan diletakkan di tempat yang telah ditentukan.
3) Posisi busbar diatur pada 280 mm kemudia anoda diangkat ±100 mm dan anoda diklem
menggunakan ACC.
4) Dengan menggunakan motor jack posisi busbar dinaikkan ke posisi 100 mm.
5) Kokas dasar didorong ke bagian sisi panjang arus masuk dengan menggunakan sapu kokas
yang dibantu dengan forklift putar dan kokas dihisap dengan ladle kokas sampai habis.
6) Busbar diturunkan ke posisi 360 mm kemudian arus ditrunkan sampai 130 KA.
7) Bath cair sebanyak 6 ton yang diambil penyedia bath dituang ke dalam pot.
8) PHS dicabut dan posisi busbar diatur hingga terjadi funken (AE) dan arus dinaikkan kembali
hingga normal.
9) Dimasukkan alumina ke dalam pot.
10) Funken dipertahankan selama 10-15 menit dan setelah itu funken dimatikan dengan jalan
menyemprotkan udara kering ke dalam bath air dengan menggunakan pipa AE.
11) Bath cair yang kedua sebanyak ±4-5 ton dimasukkan ke dalam pot.
12) Hood ditutup seluruhnya kemudian peralatan dikembalikan ke tempat yang telah ditentukan.
13) Setelah satu hari dilakukan metal charging yaitu pemasukkan metal cair ke dalam tungku
sebanyak 12 ton.
14) Dicatat data-data operasi start up.
3. Transisi
Transisi adalah masa peralihan dari start-up menuju operasi normal. Selama transisi,
komposisi bath, tinggi metal dan tinggi bath, harus dijaga sesuai dengan standarnya. Pada
masa transisi ini, terjadi pembentukan kerak samping yang berguna sebagai pelindung
dinding samping dari serangan bath yang korosif. Pada akhir masa transisi, heat balance di
dalam pot diharapkan sudah stabil. Meskipun masa transisi hanya berlangsung 60 hari
pengaruhnya terhadap umur dan kestabilan pot cukup besar.
4. Operasi Normal
Saat memasuki operasi normal kondisi pot diharapkan sudah stabil. Pekerjaan-pekerjaan
utama yang biasa dilakukan antara lain:
a. Penggantian anoda dan penaikan busbar anoda.
Anoda di dalam pot berjumlah 18 buah, dengan masa pakai tiap anoda rata-rata 27 – 28 hari.
Agar tegangan pot tetap stabil, penggantian anoda harus diatur, tiap harinya 1 anoda yang
boleh diganti. Bila yang diganti anoda pojok, 1 hari berikutnya tidak ada penggantian anoda.
Busbar anoda adalah batangan aluminium penghantar listrik, tempat menjepitkan rod anoda.
Busbar anoda dapat bergerak turun naik menggerakkan seluruh anoda. Karena anoda karbon
terkonsumsi, maka busbar anoda akan turun. Secara berkala busbar anoda harus dinaikkan
pada posisinya semula. Pada saat ini penggantian anoda dan penaikan busbar ini dilakukan
dengan bantuan ACC.
D
T
D. Cathode Paste (CP)/Cathode Fastening (CF) dan Ladle Cleaning Shop (LCS)
1. Cathode Paste (CP)
Merupakan salah satu sub seksi yang bertanggung jawab dalam pot rekonstruksi. Cathode
lining adalah proses rekronstruksi pot yang telah mati, baik secara keseluruhan (full repair)
maupun secara sebagian (partial repair) termasuk di dalamnya pekerjaan setting bottom dan
sidewall brick maupun pekerjaan ramming. Adapun urutan kegiatan kerjanya adalah sebagai
berikut :
a. Bottom castable
Pemasukkan castable C-13 sebanyak ± 1900 kg ke dalam dasar pot berfungsi sebagai
penahan panas dan untuk meratakan permukaan katoda blok.
b. Pemasukkan Bottom Brick
Pemasangan brick B-1 sebanyak 4500 buah dan potongan 1 set pada lapis 1&2; brick C-1
sebanyak 1250 buah pada lapis-3 (keduanya sebagai isolite) serta batu tahan api SK-32 pada
lapis-4. Di samping itu juga dilakukan pemasangan superwool 607 sebanyak 4 roll antara sisi
samping brick yang sudah terpasang dengan sisi sel pot. Kecuali brick B-1, di antara brick
diberi mortar HS ± 80 kg untuk isolite brick dan mortar HF ± 200 kg untuk fire brick yang
berfungsi untuk menutup celah yang ada di anntara brick. Pemasangan bottom brick
berfungsi untuk menahan panas keluar dari sisi bawah pot.
c. Setting Cathode Block
Cathode block 16 buah yang akan dipasang adalah elektroda bermuatan negatif yang sudah
ditangkaikan dengan kolektor bar (cathode assembly), sisi katoda blok berbentuk sirip-sirip
yang berguna sebagai penguat ikatan saat dilakukan slot ramming. Sebelum pemasangan
diletakkan seal plat besi dan plat non asbestos pada kedua ujung kolekktor bar. Pemasangan
katoda blok dilakukan di atas bottom brick yanng telah dilapisi dengan pasta karbon sebanyak
1200 kg. Jarak antar katoda blok terpasang 35-45 mm. kegiatan pemasangan ini
menggunakan crane ACC.
d. Castable under upper collector bar
Pemberian castable 13 N sebanyak 950 Kg berguna untuk mengisi sisi bawah dan kolektor
bar dan berfungsi untuk menahan agar panas dari sisi bawah tidak terbuang.
e. Pemasangan brick dinding samping (sidewall brick)
Setelah selesai pemasangan castable di bawah dan di atas kolektor bar, dipasang brick B-1
sejumlah 400 buah dan brick B-1 potong/cuttinng brick 1 set (934 buah) di antara celah
kolektor bar. Baru kemudian dipasang brick tahan api SK-32 sejumlah 2680 buah.
Pemasangan ini bertujuan untuk menghindari kehilangan panas dari sisi samping pot.
f. Setting Rand Block
Rand block yang dipasang terdiri type A = 52 buah, B = 8 buah, C = 4 buah dan D = 4 buah,
total 68 buah yang terbuat dari silicon carbide. Di antara rand block yang terpasang dilapisi
oleh SIC mortar setebal ± 2 mm dengan total pemakaian 100 kg. Pemasangan rand block ini
sebagai penyekat batu dinding samping juga berfungsi untuk menahan atau mengurangi
panas yang keluar dari dinding sisi samping.
g. Slot Ramming (C-Ramming)
Pada saat pemasangan katoda blok, terdapat celah antara satu blok dengan blok yang lain
dengan jarak sekitar 35-45 mm. Maka dilakukan ramming pada celah tersebut dengan
mengisikan pasta dengan jumlah total 1900 kg yang bertujuan untuk melapisi tiap-tiap parit
antar katoda blok yang ada di dalam pot reduksi dengan katoda pasta agar nantinya cairan
aluminium dan material bath yang ada di atas permukaan katoda blok tidak bocor ke bawah.
h. Sidewall Ramming
Sidewall Ramming dilakukan untuk melapisi dinding samping antara sisi ujung katoda blok
dengan brick samping dengan menggunakan material pasta katoda sebanyak 9800 kg. Hal ini
dilakukan setelah selesai pekerjaan slot ramming.
i. Castable upper randblock
Castable yang dipasang adalah Castable HC-AL sebanyak 950 kg yang berguna menahan
panas yang keluar melalui plat deck.
j. Sealing/penyekatan kolektor bar
Material yang digunakan adalah Fire Proof Plastic sebanyak 50 kg. Penyekatan kolektor bar
dilaksanakan 10-14 hari setelah start up bertujuan agar panas tidak keluar dari sela kolektor
bar dan mencegah oksidasi udara masuk melalui sela kolektor bar.
Tidak semua pot cut akan direkonstruksi secara keseluruhan (full repair). Beberapa
diantaranya dilakukan rekonstruksi sebagian (partial repair) dengan syarat-syarat sebagai
berikut :
a. Umur pot ≤2500 hari.
b. Jumlah kolektor bar yang putus ≤1 buah.
c. Kolektor bar cooling ≤1 buah.
d. Direkomendasikan oleh Manager Pot Operasi yang bersangkutan.
e. Kelengkungan maksimum 100 mm.
f. Kesompelan (tambal kolektor bar) maksimum ukuran 200 x 200 mm maksimum 2 lokasi
yang berbeda.
Perbaikan pot partial untuk mempersiapkan secepatnya pot cut out untuk dapat di-start up
kembali tanpa mengganti lapisan brick dasar dan katoda blok. P/R partial pada bagian katoda
biasanya menggunakan bahan yang merupakan bahan hasil recycle dari bahan yang tak
terpakai dari hasil pembongkaran katoda blok yang direkronstruksi secara total atau katoda
blok yang reject. Blok yang reject atau sisa ini kemudian dihancurkan di Rodding Plant untuk
dibuat sebagai bahan menambak kerusakan yang terjadi pada katoda blok. Sedangkan untuk
fire bricks, side blocks dan ramming paste yang mengalami kerusakan dengan bagian yang
baru.
Urutan kegiatannya adalah :
a. Setting sidewall brick
Penggantian sidewall brick adalah pada lokasi yang rusak, akan diganti dengan brick yang
baru maupun yang bekas (kondisi masih bisa digunakan).
b. Setting rand block
Setting rand block juga menggunakan campuran block yang baru (jika kerusakan rand block
melebihi 150 mm) dan yang bekas (kondisi masih bisa digunakan)
c. Penempelan permukaan katoda blok (patching)
Permukaan katoda blok dibersihkan dahulu dari bath beku dan materialnya lainnya. Pada saat
pembersihan dilakukan pengamatan dan terhadap tinggi permukaan, keretakan, kondisi kenal
slot ramming, metal yang menyusup ke kanal dan katoda blok. Sembari itu, material carbon
powder, soft pitch (10-12,5% dari berat carbon powder), hard pitch (4,5-5% dari berat carbon
powder) dan anthrence oil (0,75% dari berat carbon powder) dicampur dan dipanaskan
sampai temperatur 150 ± 5 oC dan dibawa ke lokasi penambalan (pot). Juga dilakukan
pemanasan kepala rammer dan soft pitch untuk perekat. Permukaan katoda blok dipanaskan
sekitar 45 menit sammpai temperature 60 ± 5 C. Setelah persiapan selesai maka dilakukan
penambalan permukaan katoda blok.
d. Sidewall Ramming
Pasta yang digunakan untuk sidewall ramming partial sebanyak 8500 kg.
e. Castable upper randblock
f. Sealing
Alumina yang dikirim ke Pot Operasi dikendalikan ke angka yang tertera diatas sesuai SFT
(Specification for Tender ) dengan cara mengatur udara tekan di Silo dan usaha mencampur
Alumina yang ada dengan cara mengoperasikan 1 silo atau 2 silo sekaligus silo Alumina
tidak dapat dioperasikan 3 silo sekaligus disebabkan udara tekanan yang tidak memadai.
8) Gas Isap dan Jumlah Main Fan
Gas Hydrogen Fluoride yang diemisikan oleh Tungku Reduksi dihisap oleh Main Fan
dengan jumlah yang diinginkan oleh Pot Operasi yang dapat diminta ke Pihak Gas Cleaning,
gas dari masing masing pot dikumpul ke Main Duct dan dialirkan ke Pabrik Pembersih Gas (
DSS), jumlah gas normal = 4800 Nm3/Jam/Pot , max = 5000 Nm3/Jam /Pot , > 5000 sesuai
kapasitas Main Fan 10.44 *104 Nm3/jam. Pengaturan gas yang dihisap dari masing masing
Pot dilaksanakan 2 kali sebulan oleh Gas Cleaning dan Measuring Team.
Unit Main Fan sangat tergantung dari Jumlah Pot dan gas isap dari masing masing Pot
dengan formula Normal 9.7 U = 0.48N+(170-N)*0.1+(9-U)*0.4+0.28 * U ( untuk satu
gedung reduksi ).
U = Unit Main Fan
N = Jumlah Pot operasi
9.7 = Prosentase kapasitas MF normal 93 % dari kapasitas Nm3/jam
0.1 = Kebocoran Pot damper yang tidak dioperasikan
0.4 = Kebocoran reactor yang tidak dioperasikan
0.28 = Udara yang berasal dari Blower, Fan, Reversae flow fan yang juga merupakan
beban dari Main Fan.
Gas isap dari Pot diukur sekali sehari dengan Tabung Pitot oleh Gas Cleaning team dari hasil
ukuran Tabung Pitot kita dapat mengetahui jumlah aliran gas dari masing masing Pot ke
Gas Cleaning. Metode pengukuran menurut JIS Z 8808 (1970 ) ketentuan ini dapat dilihat di
Working Instruction (WI) Gas Cleaning.
9) Flow of Material
Gas Cleaning mengalirkan Alumina dan Auxiliary material mulai dari sisi keluar Alumina
silo sampai kepada Hopper Pot seperti yang dijelaskan lembaran terlampir.
A
B
C
NO. 1 DSS
NO.2 DSS
NO.3 DSS
SBB
SF-1
SF-2
BP-3
1B1
2B1
3B1
BS-1
RF1A/ AL-1A
RF1B/ AL-1B
RF1C/ AL-1C
S2
S4
S6
SILO ALUMINA
BS-3
S-53 Return crust
S-52 Cryolite
S-51
Alf3
AS-4 C
AS-4 A
AS-4 B
AS-5
BC-1
BC-3
BC-4
BC-6
BC-5
AS-6-A
AS-7
AS-8
AS-6-B
S5
S3
S1
FLOW OF MATERIAL
AL - 2
DAY BIN
BC-2
G. Measuring (Pengukuran)
H. Maintenance
A. Tinjauan Pustaka
Aluminium adalah unsur yang sangat reaktif sehingga mudah teroksidasi, karena
sifatnya itu di alam yang tidak pernah ditemukan dalam bentuk unsur melainkan berupa
senyawa oksida, umumnya dalam bentuk oksida aluminat atau silikat. Di dalam senyawa
tersebut, aluminium berupa oksida bebas (Al2O3) yang berikatan dengan molekul air dan
molekul-molekul lainnya.
Aluminium merupakan salah satu logam ringan yang peranannya cukup penting untuk
berbagai kepentingan manusia. Gaya ikat antara aluminium dan oksigen sedemikian kuatnya
sehingga bila dibandingkan dengan besi dan tembaga, maka mereduksi aluminium tetap lebih
sulit. Aluminium adalah logam paling muda, baru pada abad ke-XIV diakui orang sebagai
logam. Besi dan tembaga sudah ditemukan sejak 5000-3000 tahun sebelum masehi dan
dipakai sebagai peralatan sehari-hari, hiasan dan alat-alat perang.
Orang yang pertama sekali memisahkan aluminium adalah ilmuwan yang
berkebangsaan Inggris yaitu H. Davy pada tahun 1808. Davy berhasil memisahkan sejumlah
aluminium dengan besi. Pemisahan ini dilakukan dengan metoda yang disebut “Electro
Thermic-Electrochemica”.
Pada tahun 1825 seorang ilmuwan berkebangsaan Denmark, H. Oerstead berhasil
mendapatkan aluminium dengan kadar yang lebih murni dengan cara memasukkan alumina
Chlorida dalam kalium amlgama dan kemudian memisahkan merkurinya cara destilasi.
Kemudian pada tahun 1827 Friedrich Wholer dari Jerman mengulangi metoda Oerstead dan
menghasilkan aluminium dalam bentuk tepung.
Pabrik yang menggunakan metoda Henri Sainte Claire Devile dan Robert Wilhem
Bunsen yaitu pabrik yang berada terpisah dan telah menemukan suatu cara untuk
memisahkan aluminium dengan menggunakan natrium sebagai pengganti kalium. Mereka
mendapatkan aluminium dari lelehan auminium dari lelehan natrium tetra chlor aluminat.
Untuk mendapatkan kemurnian aluminium yang lebih tinggi diperlukan energi listrik dengan
kapasitas yang lebih besar.
Pada tahun 1886 peristiwa menarik kedua terjadi lagi dalam penyelidikan aluminium.
Seorang mahasiswa dari Oberlin College di Amerika Serikat bernama Charles Martin Hall
menemukan aluminium dapat dihasilkan dengan cara melarutkan alumina dalam lelehan
kriolit (Na3AlF6) pada temperatur 9800 C di dalam suatu kotak baja yang dilapisi karbon
kemudian melewatkan arus listrik searah melalui ruang tersebut. Kemudian pada tahun 1886
Charles Martin Hall mendaftarkan penemuannya sebgai suatu hak paten Amerika Serikat.
Pada tahun yang sama seorang ilmuwan berkebangsaan bernama Paul Heroult
menemukan proses yang sama dengan yang ditemukan oleh Charles Martin Hall. Paul heroult
mendaftarkan penemuannya sebagai hak paten Amerika Serikat pada tanggal 23 April 1886.
Dalam usaha untuk memproduksi aluminium dengan proses elektrolisa yang memakai
larutan elektrolit kriolit banyak mengalami kegagalan. Heroult mencoba menurunkan titik
cair dari kriolit dengan menambahkan tetra chlor aluminat ke dalam elektrolit, ternyata
percobaan ini berhasil dengan baik. Maka Heroult menyimpulkan bahwa alumina merupakan
bahan dasar untuk memperoleh alumiium dengan memakai elektrolit kriolit.
Kedua penemu ini meninggal pada tahun yang sama yaitu pada tahun 1914. Untuk
mengenang jasa kedua penemu ini, maka proses pembuatan aluminium dalam industri dengan
cara elektrolisa dari larutan alumina di dalam larutan eletrolit kriolit disebut dengan proses
Hall-Heroult.
1. Alumina
Alumina adalah bahan baku utama utuk memproduksi aluminium. Alumina mempunyai
morfologi sebagai bubuk berwarna putih dengan berat molekul 102, titik leleh pada 20500C,
dan densitas 3,5-4,0 g/cm3.
Dalam industri peleburan aluminium, alumina memegang 4 fungsi penting, yaitu:
a. Sebagai bahan baku utama dalam memproduksi aluminium.
b. Sebagai insulasi termal untuk mengurangi kehilangan panas dari atas pot, dan untuk
mempertahankan temperatur operasi.
b. Proses pengendapan
c. Proses kalsinasi
2. Elektrolit (Bath)
Lelehan kriolit adalah komposisi utama dari elektrolit (bath) pada proses Hall-Heroult. Sifat-
sifat kriolit yang diinginkan adalah :
a. Kemapuan melarutkan alumina relatif baik
b. Tegangan dekomposisinya lebih tinggi dari pada alumina
g. Dalam keadaan sama-sama cair, massa jenisnya lebih rendah dari aluminium
Untuk memungkinkan terjadinya proses peleburan dibutuhka larutan elektrolit, agar alumina
yang mempunyai titik didih yag tinggi dapat melarut pada temperatur yang rendah.
Untuk mendapatkan sifat-sifat bath yang lebih baik, ke dalam bath biasanya
ditambahkan zat additif seperti, CaF2, AlF3, LiF, MgF2, dan NaCl. Zat additif yang digunakan
diharapkan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1) Menurunkan kelarutan dari spesies yang tereduksi dalam lelehan bath.
5) Mengurangi densitas bath agar pemisahan antara aluminium dengan garam leleh dapat
berlangsung dengan baik.
B. Gambaran Masalah
Dalam memproduksi aluminiumm batangan, PT. INALUM memakai proses
elektrolisa HALL HEROULT dengan menggunakan jenis tungku Prebaked Anode Furnace
(PAF). Pada dasarnya tungku ini terdiri dari anoda karbon, katoda karbon, cairan aluminium,
dan elektrolit (bath) yang terbentuk dari caian kriolit yang akan melarutkan alumina.
Proses elektrolisa dalam tungku reduksi akan berlangsung dengan adanya larutan
elektolit dan arus listrik. Dalam hal ini arus listrik searah dilirkan dari anoda menuju katoda
dengan perantaraan larutan elektrolit (bath) sehingga alumina yang ada dalam bath
tereelektrolisa menjadi Al3+ dan O-2. O2- ini akan diikat oleh karbon dari blok anoda dan
membentuk gas CO2 dan Al3+ akan mengendap pada permukaan blok katoda.
Untuk mendapatkan sifat-sifat elektrolit yang lebih baik seperti temperatur liquidis
yang lebih rendah maka ke dalam larutan elektrolit ditambahkan bahan aditif. Salah satu
bahan aditif adalah aluminium florida (AlF3), dimana penambahan tersebut didasarkan atas
keasaman bath (% kelebihan aluminium fluorida dalam larutan elektrolit) tersebut dan
keasaman bath dipertahankan dalam batas 9%-13% agar tercapai kondisi operasi yang baik.
Efisiensi arus (perbandingan berat aluminium cair yang dihasilkan secara aktual
terhadap berat aluminium yang dihitung secara teoritis) dapat ditingkatkan dengan menaikkan
tingkat keasaman bath, karena dengan keasaman bath yang tinggi dapat menurunkan
temperatur liqudis sehingga akan mengurangi konsumsi energi dan meningkatkan efisiensi
arus.
Namun disisi lain pada tingkat keasaman yang terlalu tinggi dapat menimbulkan
terbentuknya lumpur alumina di dasar pot karena keasaman bath yang terlalu tinggi akan
mengakibatkan temperatur operasi pot sehingga alumina tidak dapat melarut semuanya.
Lumpur alumina biasanya terkumpul di bagian tengah dari dasar pot dan hal ini akan
mengakibatkan voltase pot berfluktuasi sebagai akibat dari tidak meratanya lumpur alumina
pada dasar pot dan tentunya hal ini akan menganggu proses elektrolisa dan juga menurunkan
efisiensi arus.
Sedangkan jika tingkat keasaman elektrolit rendah hal ini akan lebih memungkinkan
terjadinya reaksi balik aluminium menjadi alumina kembali. Sebab dengan tingkat keasaman
yang rendah akan mengakibatkan temperatur operasi akan naik dimana pada temperatur
tinggi aluminium dapat berubah menjadi kabut metal yang lebih mudah bereaksi dengan gas
CO2 di sekitar anoda karbon sehingga akan terjadi reaksi balik aluminium menjadi alumina
kembali.
C. Rumusan Masalah
Salah satu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan efisiensi arus adalah dengan
mengontrol tingkat keasaman bath yaitu dalam batas 8,5%-11,5%. Untuk mengontrol tingkat
keasaman bath dilakukan dengan pengendalian pemasukan AlF3 ke dalam pot yang
didasarkan atas kesaman bath tersebut yang telah diukur sebelumnya, maka sesuai dengan
gambaran masalah di atas yang menjadi rumusan masalah adalah:
1. Berapa persentase efesiensi arus dari masing-masing pot selama satu hari.
2. Bagaimana menghitung keasaman bath untuk kondisi operasi yang baik/normal.
D. Pengambilan Data
Dari hasil kerja praktek yang dilaksanakan di proses operasi tungku reduksi, penulis
mengadakan pengamatan langsung ke lapangan dan memperoleh data-data dan informasi
yang diperlukan sehubungan dengan permasalahan yang dikemukakan. Adapun data yang
dihasilkan atau metal tapping (MT), dan kuat arus yang digunakan (I), yang dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4. Data Hasil Pengamatan
NO POT I (KA) Sa (%) MT (Kg/hari)
R-205 190 8,8 1345
R-211 190 9,3 1358
R-255 190 9,5 1370
R-278 190 9,8 1378
R-284 190 12,5 1400
E. Pembahasan
1 Perhitungan harga efisiensi arus (CE)
Sesuai denga hukum Faraday maka:
W=
Dimana,
W = Berat aluminium (gr)
M = Berat molekul Alumina
n = Jumlah Elektron tiap mol zat
F = Konstanta Faraday (96500 oC)
I = Kuat Arus (A)
T = Waktu (detik)
W =
W = 0,3354 gr
Ini berarti untuk menghasilkan aluminium sebesar 0,3354 gr dibutuhkan kuat arus sebanyak 1
A selama 3600 detik. Sehingga untuk menghitung jumlah aluminium yang dihasilkan secara
teoritis dapat dihitung dengan persamaan:
P = 0,3354 x I x H x 10-3
Dimana,
p = Jumlah aluminium teoritis (kg)
I = Kuat arus (A)
H = Waktu (jam)
Maka dengan kuat arus 190.000 A, selama satu hari (24 jam) diperoleh:
P = 0,3354 x I x H x 10-3
P = 0,3354 x 190 x 24 x 10-3
= 1529,42 Kg
Untuk menghitung harga efisiensi arus (CE) digunakan rumus:
CE =
Jumlah Metal tapping untuk pot R-205 = 1345 Kg, sehingga harga CE untuk Pot tersebut
adalah:
CE =
CE =
= 87,94%
Dengan cara yang sama maka dapat dihitung efesiensi arus dari tiap-tiap Pot pada tabel
dibawah.
2 Perhitungan kesaman bath
Pada pot R-205 keasaman elektrolitnya rendah yaitu 8,8% atau berada standar yang telah
ditentukan (8,5%-11,5%). Untuk mencapai kondisi operasi yang baik dalam hal peningkatan
efisiensi arus perlu ditambahkan AlF3 dan diharapkan agar kesaman mencapai 10 %.
Perubahan keasaman (Sa) yang diinginkan yaitu 10% - 8,8% = 1,2%
% Sa = dimana kuantitas bath (Na3AlF6) = 3000kg
1,2 % =
0,012 Kg AlF3 + 36 Kg = Kg AlF3
0,988 Kg AlF3 = 36 Kg
Kg AlF3 = 36,43 Kg
Sehingga AlF3 yang perlu untuk keasaman bath adalah sebanyak 36,43 Kg. Sehingga pot
yang beroperasi dengan tingkat keasman bath di atas atau sama dengan 10%, maka tidak
perlu lagi penambahan AlF3 karena keasaman bath sudah tinggi. Maka dengan cara yang
sama dapat diperoleh jumlah AlF3 yang perlu ditambahkan untuk kesaaman bath dapat dilihat
pada tabel dibawah:
Tabel 5. Data hasil perhitungan
NO POT Sa (%) CE (%) AlF3 yang ditambahkan (Kg)
R-205 8,8 87,97 36,43
R-211 9,3 88,80 21,14
R-255 9,5 89,60 15.07
R-278 9,8 90,12 6,01
R-284 12,5 91,60 0
3 Kesimpulan
a. Persentase rata-rata efisiensi arus yang dihasilkan dari masing-masing pot adalah sebesar
89,61%.
b. Untuk memperoleh keasaman bath yang baik atau normal perlu ditambahkan zat aditif yaitu
AlF3 dimana penambahan AlF3 tersebut didasarkan dalam batas 8,5% - 11,5% .
c. Keasaman pada bath atau kriolit sangat mempengaruhi Current Efisiensi dan jumlah
produksi aluminium.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. PT INALUM yang terletak di Kuala Tanjung, Kabupaten Batu Bara merupakan pabrik yang
memproduksi aluminium batangan (ingot). Untuk memproduksi aluminium batangan, PT
INALUM memakai proses elektrolisa Hall-Heroult dengan menggunakan jenis tungku
Prebaked Anode Furnace. Proses elektrolisa di dalam tungku dapat berlangsung dengan
adanya material-material yang digunakan, antara lain : alumina, anoda karbon, bath (kriolit)
dan aluminium fluorida. Reaksi proses elektrolisa yang terjadi pada industri peleburan
alumina (PT INALUM) adalah sebagai berikut :
2Al2O3 + 3C 4Al + 3CO2
2. Salah satu penyebab rendahnya efisiensi arus adalah rendahnya tingkat keasaman elektrolit
(bath), hal ini terjadi karena dengan tingkat keasaman yang rendah akan mengakibatkan
temperatur operasi akan naik sehingga akan lebih memungkinkan terjadinya reaksi balik
aluminium menjadi alumina kembali, maka untuk meningkatkan efisiensi arus perlu
pengendalian penambahan AlF3 yang didasarkan atas keasaman elektrolit tersebut, sedangkan
dengan tingkat keasaman elektrolit yang terlalu tinggi hal ini juga akan menurunkan efisiensi
arus dan untuk kondisi operasi yang baik maka AlF3 tidak perlu ditambahkan lagi.
B. Saran
1. Dalam prakteknya masih ada pot yang beroperasi dengan tingkat keasaman di bawah atau di
atas tingkat keasaman standar keasaman elektrolit yang ditentukan (8,5%-11,5%), agar
tercapai efisiensi arus yang tinggi hendaknya keasaman elektrolit dijaga dalam batas standar
tertentu.
2. Untuk mencapai kondisi operasi yang baik dalam hal peningkatan efisiensi arus, perlu
diperhatikan komposisi dari elektrolit terutama keasaman elektrolit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Grjotheim, K. and Wetch, B. J., (1988), “Aluminium Smelter Technology”, 2nd Edition,
Aluminium – Verlag, Dusseldorf.
Anonim,”Memproduksi Aluminium dengan Cara Elektrolisa”, Bahan Bacaan untuk OJT,PT.
Inalum
PT.Inalum, (2003),”Modul Pelatihan Operasi Tungku Reduksi”, Bahan Bacaan untuk
OJT,PT.Inalum
Diposkan oleh KARYA ANAK BANGSA di 03.00
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
1 komentar:
1.
The Owner Of Heart16 Maret 2014 10.02
rudy5t4r@gmail.com
thanks
Balas
Fish
Pengikut
Arsip Blog
▼ 2012 (2)
o ▼ Maret (1)
Laporan Inalum
o ► Februari (1)
► 2011 (7)
Mengenai Saya
1,618
Template Simple. Gambar template oleh bluestocking. Diberdayakan oleh Blogger.