Anda di halaman 1dari 11

PENGEMBANGAN PRODUKSI BIOHIDROGEN

DARI KELAPA SAWIT ATAU LIMBAH SEBAGAI


BAHAN BAKAR FUEL CELL UNTUK PEMBANGKIT
LISTRIK DAERAH TERPENCIL
1) 2) 3)
Irhan Febijanto , Mahyudin A.R dan Eniya Listiani Dewi
1)
Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi
2)
Institute Hidrogen of Economy, Energi Research Alliances
Universiti Teknologi Malaysia. Jl. Semarak, 54100 Kuala Lumpur
3)
Pusat Teknologi Material
BPPT Gedung II Lt 20 Jl. MH Thamrin 8 Jakarta 10340
E-mail: irhan@bandung.wasantara.net.id

Abstract
Indonesia is the country which produces the biggest amount CPO (Crude Palm
Oil) in the world. The production would be larger in the next 10 years. The
biggest amount of abundant palm oil waste is also produced, such as shell,
empty fruit bunch for solid waste and POME (palm oil mill waste) for water waste.
All waste produces methane gas which is contributing GHG (Green House
Gasses) emission. In this study, waste palm oil waste substituted by glycerol is
fermented using Enterobacter Aerogens ADH43 to produces bio-H2. The bio-H2
is purified by carbon dioxide, CO2 and water, H2 O using zeolit and silica absorber
and Ca(OH) 2 solvent, respectively, before flew it to fuel cell. In order to produce
bio-H2, the compact fermentor was equipped in this study. It is shown from the
study result that Enterobacter Aerogens could growth and produced bio-H2,
continuously. The electricity could be generated from fuel cell by flew purified
bio-H2 constantly to the fuel cell.

Kata kunci: abundant palm waste, bio-H2, electricity, fuel cell, fermentor

1. PENDAHULUAN ramah lingkungan karena dapat diperbaharui,


efisien, dan juga karena tidak memiliki ikatan
1.1. Latar Belakang dengan karbon sehingga tidak menghasilkan
Menipisnya cadangan bahan bakar fosil atau emisi gas buang yang dapat mencemari
bahan bakar tidak terbarukan dan meningkatnya lingkungan.
kebutuhan energi mendorong kita semua untuk Selama ini, gas H2 diproduksi dengan proses
melakukan penghematan dan pencarian sumber yang tidak ramah lingkungan seperti gasifikasi,
energi baru sebagai alternatif. pirolisa dari batubara atau biomasa, atau
Pada masa sekarang banyak negara maju perubahan biogas metan dan menggunakan
seperti Amerika, Canada, Jepang dan Eropa, proses yang mahal seperti elektrolisa air. Maka
untuk menjadikan teknologi fuel cell sebagai untuk mendapatkan terobosan baru proses
energi alternatif pada masa perekonomian tahun produksi H2, proses bioteknologi baik itu secara
2025, dimana H2 akan menjadi basis pergerakan fotosintesis maupun fermentasi adalah pilihan
dunia menggantikan minyak bumi. terbaik untuk dapat menghasilkan gas H2 dengan
Di Indonesia pemanfaatan energi terbarukan tingkat kemurnian yang tinggi (>99 %). Lebih
dicanangkan sebesar 5% menggunakan energi lanjut proses tersebut akan dimanfaatkan melalui
alternatif pada tahun 2025, yang diartikan teknologi fuel cell maka H2 dikonversi langsung
sebesar 250 Megawatt dimana akan disuplai dari menjadi energi listrik tanpa hasil samping yang
energi angin, solar cell, biomass, natural gas dan berbahaya atau merusak lingkungan.
fuel cell. Berkaitan dengan pemenuhan energi listrik
Gas H2 merupakan bahan bakar yang dan penyebaran energi listrik di Indonesia yang
menjanjikan sebagai bahan bakar alternatif yang tidak merata, terutama di daerah terpencil yang

Pengembangan Produksi ............... (Irhan Febijanto, Mahyudin A.R. dan Eniya Listiana Dewi) 41
belum dijangkau oleh PLN, maka dengan memproduksi gas hidrogen adalah hasil
memanfaatkan sumber potensi limbah bahan dekomposisi/penguraian senyawa organik
nabati yang ada di masing-masing daerah yang tersebut meninggalkan asam-asam organik
belum tersedia fasilitas listrik melalui teknologi seperti asam asetat, asam butirat, dan lain-lain.
yang akan dikembangkan dalam penelitian ini Asam organik tersebut menjadi masalah baru jika
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan tersebut. tujuan dari produksi adalah untuk menanggulangi
Pembuatan percontohan produksi H2 limbah.
dengan metode fermentasi dengan Bakteri fotosintetik membutuhkan senyawa
menggunakan bahan baku awal kelapa sawit organik untuk memproduksi H2 dan energi
atau limbah, digabungkan dengan komponen fuel cahaya untuk membantu reaksi energi yang
cell adalah contoh aplikasi teknologi penyedia terlibat dalam produksi H2. Keuntungan bakteri ini
energi alternatif yang mempunyai originalitas dibandingkan pada sianobakteri yaitu energi
tinggi. Harga produksi H2 yang akan mampu yang dibutuhkan untuk produksi hidrogen lebih
ditekan 90% adalah terobosan baru dalam dunia kecil karena adanya peran senyawa organik.
rekayasa teknologi. Pembuatan percontohan ini Senyawa organik yang dapat digunakan oleh
sudah berhasil dilakukan pada skala bakteri ini sebagai substrat untuk produksi H2
laboratorium. adalah asam lemak, gula, tepung, selulosa, dan
Dalam kegiatan ini akan diolah bahan baku lainnya. Bakteri fotosintetik dalam memproduksi
limbah kelapa sawit, limbah biodiesel atau H2 dengan melibatkan substrat senyawa organik,
gliserol murni yang merupakan komponen 10 % fotosistem I, feridoksin, dan enzim nitrogenase.
pada limbah dengan perlengkapan reaktor Reaksi produksi hidrogen dari substrat
fermentasi menggunakan filter dengan kapasitas glukosa oleh bakteri fotosintetik adalah sebagai
yang lebih besar, yaitu 40 liter sebelum teknologi berikut :
ini diterapkan pada skala industri. Perlengkapan
fermentasi ini digabungkan dengan perlengkapan Glukosa + 2H2O → 6CO2 +12H2
fuel cell yang akan dimanufaktur secara mandiri
untuk menghasilkan 100 W listrik. Perlengkapan Ada berbagai macam mikroba yang dapat
sistem secara keseluruhan akan dilengkapi menghasilkan bio-H2 baik yang fotosintetik
dengan peralatan dan komponen pendukung maupun yang nonfotosintetik. Bakteri yang
operasional didukung oleh PT. PLN. termasuk fotosintetik antara lain
Rhodopseudomonas Rhodobacter, Anabaena,
1.2. Mikroba Penghasil Gas Hidrogen Chlamydomonas, Chromatium, dan Thiocapsa.
Hidrogen yang diproduksi oleh mikroalga dan Sedangkan yang termasuk nonfotosintetik
bakteri disebut bio-hidrogen. Bakteri dan antar lain Klebsiella, Clostridium, Enterobacter,
mikroalga yang sering digunakan untuk penelitian Azotobacter, Metanobacteria, dan Eschericia coli.
tersebut adalah bakteri anaerob dan mikroba Salah satu contoh bakteri fotosintetik adalah
fotosintetik seperti bakteri fotosintetik dan Rhodopseudomonas marina atau yang lebih
sianobakteria. dikenal dengan nama Rhodobium marinum.
Sianobakteria dapat menguraikan air menjadi Bakteri ini termasuk bakteri garam negatif,
H2 dan O2 dengan bantuan energi cahaya. berbentuk batang, bergerak, fotoheterotrop
Keuntungan mikroba ini dalam memproduksi H2 anaerob fakultatif, dan memproduksi warna
adalah tidak menggunakan senyawa organik merah.
sebagai substrat tetapi menggunakan sinar Rhodobium marinum diisolasi dari laut pada
matahari. Kelemahannya adalah produksi H2 nya tahun 1995. Enzim yang terlibat pada fotosintetik
lambat, sistem reaksinya membutuhkan energi produksi H2 oleh bakteri ini adalah enzim
yang besar, dan pemisahan gas H2 dan O2 nitrogenase. Isolat Sanur merupakan konsorsium
membutuhkan penanganan yang khusus. bakteri fotosintetik yang diisolasi dari air laut
Reaksi biofotolisis dari organisme ini adalah pantai Sanur, Bali. Bakteri dominan yang ada
sebagai berikut : dalam isolat ini adalah R. marinum sehingga
Cahaya isolat tersebut berwarna merah.
H2O → 0.5 O2 + H2 Telah dilaporkan beberapa penelitian
mengenai produksi gas hidrogen menggunakan
Bakteri anaerob tidak menggunakan air bakteri fotosintetik, di antaranya: Rhodobium
sebagai senyawa penghasil bio-H2 namun Marinum A-150 pada substrat asam laktat),
menggunakan senyawa organik. Keuntungan Rhodobacter sphaeroides pada limbah cair
dari bakteri ini adalah reaksi pembentukan H2 pabrik susu, dan Rhodobacter sphaeroides pada
yang cepat dan tidak memerlukan energi limbah cair tahu).
matahari. Kelemahan dari bakteri ini dalam

42 Jurnal Energi dan Lingkungan Vol. 7, No. 2, Desember 2011 Hlm. 41-51
Penelitian penelitian yang telah dilakukan fase stasioner pada jam ke-24. Bakteri tersebut
tersebut merupakan acuan dari penelitian ini, juga memliki fase lag yang sangat pendek.
sehingga dapat disimpulkan bahwa bakteri Enterobacter aerogenes VP-1 dan VP-2
fotosintetik merupakan pilihan utama di dalam yang merupakan hasil mutasi dengan N-methyl-
pemanfaatan limbah hasil perkebunan yang N’-nitro-N-nitrosoguanidine (NTG) yang memiliki
mengandung asam-asam organik. pertumbuhan yang cepat pada kondisi anaerob
fakultatif suhu 37 °C dengan kandungan glukosa
1.2.1. Morfologi dan Fisiologi Enterobacter 1%. Enterobacter aerogenes VP-1 telah
aerogenes mencapai fase stasioner pada jam ke 5,
sedangkan Enterobacter aerogenes VP-2
mencapai fase stasioner pada jam ke 6.
Mutan Enterobacter aerogenes AY-2 yang
ditumbuhkan pada kondisi anaerob fakultatif
suhu 37 °C dengan kandungan glukosa 2%
dalam medium kompleks memiliki fase lag yang
cukup lama yaitu 4 jam. Fase lag tersebut jauh
lebih lama dibandingkan fase lag pada wild type
yaitu kurang dari 2 jam. Pertumbuhan E.
aerogenes AY-2 pada jam ke 24 belum
mengalami fase stasioner sedangkan wild type
telah mengalami fase stasioner (Rachman M.A.,
et. al.,1997)
Lama suatu lag dapat dipengaruhi oleh
jumlah sel dan kemampuan fisiologi suatu
Gambar 2.1. Enterobacter aerogenes mikroorganisme yang akan dijadikan inokulum.
Fase lag kemungkinan tidak dapat diamati
Enterobacter aerogenes termasuk dalam apabila kultur diinokulasikan saat fase logaritmik
kelas Enterobacteriaceae yang dapat kedalam medium yang sama pada kondisi
memfermentasi laktosa dengan produk akhir lingkungan yang sama pula.
berupa asam-asam organik seperti asam asetat,
asam laktat, asam butirat serta alkohol seperti 1.3. Proses Produksi Bio-H2
2,3-butandiol dan etanol. Sama halnya dengan Gas H2 yang diproduksi oleh bakteri fotosintetik
Eschericia dan Klebsiella. Enterobacter dihasilkan melalui proses fotofermentasi.
aerogenes merupakan bakteri Gram negatif Fotosistem pada bakteri fotosintetik hanya
berbentuk batang dengan panjang sekitar 1,2 – melibatkan satu fotosistem (PS1). Fotosistem
3,0 µm dan lebar 0,6 – 1,0 µm (Gambar terjadi dalam membrane intraseluler. Fotosistem
2.1).Bakteri tersebut bersifat anaerob fakultatif pada bakteri ini tidak cukup kuat untuk memecah
dan kemoorganotrof dengan suhu pertumbuhan air. Pada kondisi anaerob, bakteri fotosintetik
optimum 30 – 37°C. Enterobacter aerogenes dapat dengan baik menggunakan asam organik
menghasilkan koloni dengan tekstur smooth sederhana seperti asam asetat sebagai donor
pada medium padat. Bakteri tersebut bersifat electron.
kosmopolit karena dapat dijumpai pada berbagai Elektron yang dilepaskan dari senyawa
habitat seperti air, tanah, sampah dan produk organik akan dipompakan oleh sejumlah besar
makanan serta merupakan flora normal dalam pembawa elektron (diantara kuinon dan
usus manusia. plastosianin). Selama transpor elektron, proton
Galur-galur E. aerogenes dapat hidup pada dipompakan melewati membrane (dalam
kisaran pH yang cukup luas (Rachman M.A., et. kompleks protein sitokrom bc1) sehingga terjadi
al.,1997) mengisolasi E. aerogenes HU-101 dari gradien proton. Gradien proton yang terjadi
lumpur fermentasi metana yang tumbuh optimum digunakan oleh enzin ATP sintase untuk
pada pH 7. menghasilkan ATP. Energi ATP yang terbentuk
dapat digunakan untuk transpor lebih jauh
1.2.2. Pertumbuhan E. Aerogenes elektron ke electron akseptor feridoksin (Fd).
Enterobacter aerogenes memiliki pola Jika molekul nitrogen tidak ada, maka enzim
pertumbuhan yang cepat (Rachman M.A., et. nitrogenase dapat mereduksi proton menjadi gas
al.,1997) melaporkan bahwa kultur E. aerogenes hidrogen (H2) dibantu dengan energi dalam
HU-101 yang ditumbuhkan pada kondisi anaerob bentuk ATP dan elektron yang diperoleh dari
fakultatif suhu 37 °C dengan kandungan glukosa feridoksin (Fd). Secara keseluruhan fotosistem
2% dalam medium kompleks telah mencapai bakteri fotosintetik ini mengubah komponen

Pengembangan Produksi ............... (Irhan Febijanto, Mahyudin A.R. dan Eniya Listiana Dewi) 43
utama dari asam organik menjadi gas hidrogen Sel bahan bakar ini berbeda dengan baterai
(H2) dan karbon dioksia (CO2). Fotosistem bakteri elektroda dalam baterai beraksi dan berganti
ini tidak menghasilkan oksigen (O2) sehingga pada saat baterai diisi atau dibuang energinya,
tidak menghambat kerja enzim nitrogenase, sedangkan elektroda sel bahan bakar adalah
mengingat enzim nitrogenase sensitive terhadap katalitik dan relatif stabil.
oksigen. Fuel cell ini sangat menarik dalam aplikasi
modern karena efisiensi tinggi dan ramah
1.4. Fermentasi lingkungan. Fuel cell ini dapat menggunakan
Fermentasi terbagi menjadi dua berdasarkan kombinasi dari bahan bakar dan oksidan seperti
kebutuhan akan oksigen, yaitu fermentasi hidrogen, hidrokarbon dan alkohol. Satu-satunya
aerobik dan anaerobik. hasil produksi dari bahan bakar yang beroperasi
Fermentasi aerobik adalah fermentasi yang menggunakan hidrogen murni adalah uap air.
prosesnya memerlukan oksigen. Oksigen Sel bahan bakar terdiri dari berbagai jenis,
dibutuhkan untuk membuat mikroorganisme tetapi prinsip kerjanya sama. Mereka terdiri dari
dapat mencerna glukosa dan menghasilkan air, tiga segmen yang terjepit satu sama lainnya,
karbondioksida dan sejumlah besar energi. yaitu anoda, elektrolit, dan katoda. Dua reaksi
Fermentasi dalam proses anaerobik tidak kimia terjadi pada interface dari tiga segmen
memerlukan oksigen. Ada berbagai produk yang berbeda. Bahan bakar dikonsumsi untuk
(metabolit) yang bisa dihasilkan dalam proses menghasilkan air atau karbon dioksida dan arus
fermentasi, antara lain berbagai jenis asam listrik yang dapat digunakan untuk power.
(asam laktat, asetat, asam butirat), alkohol,
etanol, protein, dan ester. Produk dari hasil
fermentasi dapat diubah lebih lanjut melalui
proses fermentasi lain untuk menghasilkan
produk akhir yang lain, seperti gas H2.
Ada tiga jenis sistem fermentasi yang
dioperasikan dalam proses bioteknologi, yaitu :
• sistem diskontinu (batch),
• kontinu,
• dan semikontinu (fed-batch).

Pada sistem diskontinu, pemberian medium,


nutrisi, dan bakteri dilakukan hanya di awal
fermentasi (tidak ada penambahan medium, Gambar 2.2. Prinsip fuel cell
nutrisi, dan bakteri selama fermentasi
berlangsung). Sedangkan pada sistem kontinu, Pada anoda katalis terjadi oksidasi bahan
pemberian medium dan nutrisi serta pengeluaran bakar, yaitu yang biasanya H2, mengubah bahan
sejumlah fraksi dari volume kultur terjadi secara bakar menjadi sebuah ion bermuatan positif dan
terus-menerus. Sistem semikontinu adalah suatu elektron bermuatan negatif. Elektrolit merupakan
sistem fermentasi yang medium atau substratnya zat yang dirancang khusus sehingga ion bisa
ditambahkan secara kontinu selama fermentasi melewatinya namun elektron tidak bisa
berlangsung tanpa mengeluarkan sesuatu dari melewatinya. Elektron yang dibebaskan
sistem. berpindah melalui suatu kawat yang menciptakan
menciptakan arus listrik. Ion berpindah melalui
1.5. Fuel Cell elektrolit ke katoda. Ketika mencapai katoda, ion-
Fuel cell atau sel bahan bakar merupakan sel ion bergabung kembali dengan elektron dan
elektrokimia yang mengubah sumber bahan keduanya bereaksi dengan bahan kimia yang
bakar menjadi aliran listrik (Anonim, 2010,; ketiga, biasanya oksigen, menghasilkan air atau
EG&G Technical Services, 2004). Arus listrik karbon dioksida.
terjadi melalui reaksi antara bahan bakar dengan Dalam desain fuel cell, komponen yang
oksidan dengan kehadiran elektrolit. penting adalah :
Reaktan yang biasanya digunakan dalam sebuah  Zat elektrolit yang menentukan jenis sel
sel bahan bakar adalah H2 di bahan bakar.
sisi anode dan oksigen di sisi kathoda (sebuah  Bahan bakar yang digunakan, yang paling
sel H2). Reaktan mengalir dalam sel dan produk umum adalah H2 .
reaksi mengalir keluar. Sehingga operasi jangka  Katalis anoda, yang memecah bahan bakar
panjang dapat terus menerus dilakukan selama menjadi elektron dan ion. Katalis anoda
aliran tersebut dapat dijaga kelangsungannya.

44 Jurnal Energi dan Lingkungan Vol. 7, No. 2, Desember 2011 Hlm. 41-51
biasanya terdiri dari serbuk platina sangat Aplikasi fuel cell digunakan untuk sumber
halus. daya listrik atau kogenerasi dan sumber listrik
 Katalis katoda, yang mengubah ion ke kendaraan hibrida serta daya listrik untuk BTS.
dalam limbah bahan kimia seperti air atau
karbon dioksida. Katalis katoda umumnya 1.7. Tujuan
terbuat dari nikel. Untuk memproduksi gas biohidrogen dari proses
fermentasi limbah biomasa, sebagai bahan bakar
Sebuah sel bahan bakar umumnya fuel cell yang murah dan ramah lingkungan serta
menghasilkan tegangan dari 0,6 V ke 0,7 V pada tidak mengandung emisi gas rumah kaca seperti
beban penuh. Turunnya tegangan dapat CO2.
disebabkan oleh :
 Menurunnya aktivitas 2. METODOLOGI
 Ohmic loss (tegangan drop karena
ketahanan komponen sel dan interkoneksi) 2.1. Bahan dan Peralatan
 penipisan reaktan di situs katalis dalam Dalam kegiatan ini secara teknis akan disusun
beban tinggi, menyebabkan hilangnya cepat perlengkapan produksi H2 kapasitas 35 liter
tegangan dengan reaktor fermentasi seperti pada Gambar
4.2. Metode yang digunakan untuk mendapatkan
Untuk memberikan jumlah energi yang gas H2 adalah fermentasi enzym. Dengan skala
diharapkan, sel-sel bahan bakar dapat reaktor produksi bio-H2 35 liter fermentor dengan
dikombinasikan dalam susunan seri dan paralel. menggunakan kelapa sawit, limbah biodiesel,
Di mana susunan seri menghasilkan gliserol dan gula dari ubikayu yang
tegangan yang lebih tinggi, sedangkan susunan berkonsentrasi 1-4 % dan dihubungkan dengan
paralel memungkinkan aliran yang lebih fuel cell berkekuatan 10-100 watt, maka dengan
tinggi. Desain seperti ini disebut fuel cell sistem seperti pada Gambar 2, telah dihasilkan
stack. Luas permukaan sel dapat ditingkatkan, listrik.
untuk memungkinkan aliran yang lebih kuat dari
masing-masing sel.

1.6. Proton exchange fuel cells


Jenis fuel cell yang dipakai dalam penelitian ini
adalah proton exchange membrane fuel
cell (PEMFC), dimana dengan perlakuan polimer
membrane proton, elektrolit memisahkan sisi
anoda dan katoda. Jenis ini disebut dengan
“elektrolit padat polimer fuel cell” (SPEFC) pada
awal tahun 1070 sebelum mekanisme pertukaran
proton dipahami dengan baik.
Pada sisi anoda, H2 berdifusi ke katalis
anoda kemudian berdisosiasi dengan proton dan
elektron. Proton ini sering bereaksi dengan
oksidan menyebabkan mereka untuk menjadi
apa yang sering disebut multi-facilitated proton Gambar 4.2. Spesifikasi sistem fermentasi
membranes. Proton dimasukkan melalui produksi H2
membran ke katoda, tetapi elektron dipaksa
untuk pindah ke luar jalur (mensuplai listrik) 2.1.1. Material.
karena membran mengisolasi listrik. Pada katalis Mikroba Enterobacter aerogenes ADH43
katoda, molekul oksigen bereaksi dengan digunakan untuk mengubah gliserol (limbah
elektron (yang telah dijalani melalui luar jalur) biodiesel), molases, menjadi H2 dan 1.3-
dan proton untuk membentuk air sebagai limbah, propanediol. Media fermentasi untuk
baik cair atau uap. menumbuhkan mikroba tersebut dibuat dalam
Selain jenis H2 murni, ada hidrokarbon untuk fermentor tersendiri, dimana fermentor ini
bahan bakar fuel cell, mengandung media Enterobacter aerogenes,
termasuk diesel, metanol dan hidrida trypton dan ekstrak yeast. Media ini dinetralkan
kimia. Bahan bakar tersebut menghasilkan dengan 0.1 N NaOH hingga 6.8. Oksigen dalam
limbah berupa karbon dioksida dan air. media diturunkan dengan menambahkan gas
nitrogen, kemudian disterilisasi pada 121ºC
selama 15 menit. Pada media ini ditambahkan

Pengembangan Produksi ............... (Irhan Febijanto, Mahyudin A.R. dan Eniya Listiana Dewi) 45
gliserol dan buffer. Dan diinkubasi pada suhu 37 sehingga stack bisa dipakai untuk kegiatan
ºC dengan rotasi 50-75 rpm. selanjutnya.

2.1.2. Sistem produksi bio-H2. 2.2. Pengujian


Dari fermentor dihasilkan gas H2 yang
bercampur CO2, dan H2O sehingga perlu 2.2.1. Pengujian konsentrasi gliserol
tambahan instalasi untuk menghilangkan CO2 Gliserol yang digunakan memiliki kemurnian
dan H2O dengan absorsi menggunakan zeolit 95%. Kondisi optimum atau konsentrasi gliserol
sebelum dimasukkan pada fuel cell stack. optimal untuk menghasilkan gas H2 paling
maksimum diperoleh sebesar 7% gliserol dalam
2.1.3. Aplikasi untuk fuel cell. substrat sesuai dengan Tabel 1.
Fuel cell yang digunakan adalah proton Setelah diperoleh kondisi optimal
exchange membrane fuel cell (PEMFC) standar 7 menggunakan bahan baku gliserol dalam
cell dari Electrochem Co. Membrane electrode substrat Enterobacter aerogens ADH43, maka
assembly (MEA) adalah 4 buah. Keterangan dilakukan produksi bio-H2 pada fermentor
detail adalah sebagai berikut: Luas aktif area kapasitas 40 liter dengan bahan baku gliserol
2
elektroda 50 cm , dengan kandungan katalis 40 konsentrasi 7% yang diperoleh pada percobaan
2
wt% Pt/C 1 mg/cm , menggunakan Nafion 115. optimasi beserta substrat dan bakteri
Penggunaan 4 cell adalah menyesuaikan Enterobacter Aerogens.
kemampuan hasil bio-H2 dari umpan bahan
baku 2 L dalam reaktor 4 L. Setelah Tabel 1. Hasil optimasi pada bahan baku gliserol
pengoperasian fuel cell, MEA dapat dipakai Konsentrasi Jam ke-0 Jam ke-20 mol H2
kembali setelah terlebih dahulu dicuci dan pH OD pH OD

dikeringkan pada suhu 40-50°C selama 2 jam. 1% 5,62 0,25 6,27 0,73 0,16
2% 5,59 0,26 6,35 0,66 0,20
2.1.4. Sistem perolehan data. 3% 5,6 0,25 6,31 0,65 0,17
Parameter yang diharapkan dari percobaan ini 4% 5,63 0,25 6,32 0,64 0,17
adalah produksi gas H2 , komposisi gas H2 serta 5% 5,56 0,24 6,37 0,65 0,19
polarisai pada fuel cell. 6% 5,58 0,25 6,37 0,68 0,17
7% 5,58 0,22 6,37 0,67 0,29
8% 5,57 0,22 6,35 0,68 0,17
9% 5,55 0,22 6,35 0,66 0,18
10% 5,58 0,21 6,33 0,61 0,16
11% 5,55 0,21 6,35 0,58 0,14
Keterangan : setiap data merupakan rerata dua kali
ulangan

Produksi bio-H2 pada fermentor dengan


gliserol konsentrasi 7% yang diperoleh pada
percobaan optimasi beserta substrat dan bakteri
Enterobacter Aerogens ADH43 dilakukan dalam
kurun waktu selama 32 jam, dengan kecepatan
Gambar 2 Skema proses produksi bio-H2 dan
produksi gas antara 100-200 ml/menit.
aplikasinya pada PEM fuel cell stack

Gambar 2 menunjukkan sistem dari


Fermentor dimana sistem ini terintegrasi dengan
fuel cell stack system sebagai pembangkit listrik
dengan menggunakan biohidrogen sebagai
bahan bakarnya. fuel cell yang digunakan adalah
Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC)
standar 7 cell yang dibuat dengan bahan lokal
dan sudah dilakukan menggunakan proses
engineering. Membrane Electrode Assembly
(MEA) berjumlah 7 buah. Stack 7 cell PEMFC
yang dibuat di laboratorium, diujikan pada sistem
Gambar 3. Kurva pertumbuhan bakteri
discharge untuk mendapatkan performa kinerja
Enterobacter Aerogens pada
fuel cell dengan menggunakan gas hidrogen
fermentasi gliserol 7%
komersial. Leak (kebocoran) tidak terlihat

46 Jurnal Energi dan Lingkungan Vol. 7, No. 2, Desember 2011 Hlm. 41-51
Laju produksi ditunjukkan pada kurva
pertumbuhan (Gambar 3) yang menunjukkan
bahwa sampai dengan jam ke-32, nilai OD
meningkat. Peningkatan nilai OD menunjukkan
peningkatan pertumbuhan mikroba.

2.2. Batch Stired Tank Reactor


Hasil analisa media fermentasi bahan baku
gliserol dan Enterobacter aerogens dengan
sistem batch stired tank reactor dapat dilihat
pada Gambar 4 di bawah ini :

Gambar 5. Hubungan waktu fermentasi dengan


flowrate bio-H2 secara kontinyu

Gambar di atas menunjukkan bahwa


produksi gas bio-H2 dengan gliserol secara semi-
kontinyu stired tank reactor. Setelah proses
fermentasi berjalan selama 19 jam maka
ditambahkan substrat baru.
Produksi gas dimulai pada jam ke-3 setelah
fermentasi. Pada jam ke 0-3 ini terlihat bahwa
pertumbuhan mikroba lambat. Kemudian
produksi bio-H2 mengalami peningkatan yang
Gambar 4. Hubungan waktu fermentasi dengan lambat dari jam ke 3 sampai jam ke 14. Hal ini
flowrate bio-H2 secara batch ditandai dengan rendahnya flowrate gas bio-H2
yang dihasilkan.
Gambar di atas menunjukkan bahwa Sedangkan pada jam ke 14 sampai jam ke
produksi gas bio-H2 dengan gliserol secara batch 19. Hal ini ditandai dengan meningkatnya
stired tank reactor. Produksi gas dimulai pada flowrate bio-H2 yang meningkat. Flowrate bio-H2
jam ke-3 setelah fermentasi terjadi. mencapai maksimum pada jam ke 17-19 setelah
Pada jam ke 0-3 ini, pertumbuhan mikroba fermentasi, yaitu 450 cc/menit. Setelah itu
lambat, kemudian dengan berjalannya waktu, produksi bio-H2 mengalami penurunan yang
produksi bio-H2 mengalami peningkatan dari jam tajam setelah jam ke 19 fermentasi. Hal ini
ke 3 sampai jam ke 19. Hal ini ditandai dengan dikarenakan mikroba mengalami fase kematian,
meningkatnya flowrate bio-H2. Flowrate bio-H2 dimana laju pertumbuhan bakteri sama dengan
mencapai maksimum pada jam ke 15 setelah laju kematian yang ditandai dengan tidak ada
fermentasi, yaitu 500 cc/menit. peningkatan nilai OD pada jam ke-14 sampai
Setelah itu produksi bio-H2 mengalami dengan jam ke-18.
penurunan. Hal ini dikarenakan mikroba Hal ini juga dapat disebabkan oleh substrat
mengalami fase kematian, dimana laju yang tersedia mengalami penurunan dan tidak
pertumbuhan bakteri sama dengan laju kematian cukup untuk kelangsungan hidup sel mikroba
yang ditandai dengan tidak ada peningkatan nilai sehingga sel-sel mengalami kematian. Dan Pada
OD pada jam ke-14 sampai dengan jam ke-18. jam ke-19 ini dimasukkan substrat baru dengan
Hal ini juga dapat disebabkan oleh substrat yang tujuan jumlah produksi bio-H2 akan meningkat.
tersedia mengalami penurunan dan tidak cukup Akan tetapi produksi bio-H2 mengalami
untuk kelangsungan hidup sel mikroba sehingga penurunan sampai dengan jam ke-23.
sel-sel mengalami kematian. Penurunan ini disebabkan karena penambahan
substrat tidak dapat meningkatkan jumlah
2.3. Continuous Stired Tank Reaktor produksi bio-H2, karena jumlah bakteri yang
Hasil analisa media fermentasi menggunakan hidup tidak mampu untuk menambah melakukan
bahan baku gliserol dan Enterobacter aerogens proses fermentasi lagi.
dengan sistem continuous stired tank reactor
dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Pengembangan Produksi ............... (Irhan Febijanto, Mahyudin A.R. dan Eniya Listiana Dewi) 47
2.4. Purifikasi gas dan Analisa menggunakan organik, selain itu sebagai perbandingan juga
Gas Kromatografi (GC) digunakan gas murni H2 dan N2. Setelah gas
Gas yang keluar dari fermentor masih sampel dan gas standar disiapkan dalam
mengandung beberapa kontaminator untuk sampling bag maka segera dilakukan analisa
bahan bakar fuel cell, yaitu CO2 dan H2O. CO2 gas.
dalam bio- hidrogen akan mengganggu kinerja Hasil persentase kandungan gas diuraikan
fuel cell yang menyebabkan penyaluran gas pada Tabel 2, 3, 4, dan Tabel 5.
tersendat, sehingga dapat merusak komponen
fuel cell. Untuk itu gas tersebut harus Tabel 2. Komposisi Gas Standar Campuran
dihilangkan, dalam hal ini digunakan absorber
zeolit dan silica serta larutan Ca(OH)2. Komponen Persentase (%)
Sebagai referensi penting yang menunjukkan
H2 96.3613
komposisi senyawa dalam gas hasil fermentasi
CO 0.0142
untuk fuel cell tersebut maka dilakukan analisa
CH4 3.3167
gas menggunakan Gas Chromatography (GC)
CO2 0.3079
(McNair, H. M., dan E. J. Bonelli, 1988). Analisa
kolom yang digunakan dalam analisa GC ini
Tabel 3. Komposisi Gas Hidrogen Purify
adalah Molecular Shieve 5A menggunakan
Thermal Conductivity Detector (TCD) dan Komponen Persentase (%)
menggunakan carrier gas Argon (Ar).
H2 99.9874
uV(x10,000)

N2 0.0126
5.0 Chromatogram uV(x 10,000)
5.0 Chromatogram
H2/2.850

H2/2.902

4.5 4.5

4.0 4.0

3.5 3.5

3.0 3.0

Tabel 4. Komposisi Fuel Cell Setelah Fermentor


CH4/7.711

2.5 2.5

2.0 2.0

1.5 1.5

Komponen Persentase (%)


CO2/10.491

1.0 1.0
CO/4.857
CO/4.894

0.5 0.5

0.0 0.0

-0.5
0.0 2.5 5.0 7.5 10.0 min -0.5
2.5 5.0 7.5 10.0 min
H2 99.93243
(a) (b) O2 0.009711
uV(x10,000)
5.0 Chromatogram
uV(x10,000)
5.0 Chromatogram
N2 0.057858
H2/2.728

H2/2.761

4.5 4.5

4.0 4.0

3.5 3.5

3.0 3.0

2.5 2.5

2.0

1.5
2.0

1.5
Tabel 5. Komposisi Fuel Cell Setelah Ca(OH)2
CO/4.821

1.0 1.0
/3.451
CO/4.900

Komponen Persentase (%)


/3.444

0.5 0.5

0.0 0.0

-0.5 -0.5
2.5 5.0 7.5 10.0 min 2.5 5.0 7.5 10.0 min

(c ) (d) H2 99.47149
uV(x10,000)
5.0 C hrom atogram O2 0.111415
H2/2.686

4.5

4.0
N2 0.417097
3.5

3.0

2.5 Tabel 6. Komposisi Fuel Cell Setelah Silika


CO/4.624

2.0
/3.427

Komponen Persentase (%)


1.5

1.0

0.5

0.0

-0.5
2.5 5.0 7.5 10.0 m in
H2 97.21182
O2 0.668029
(e) N2 2.120153
Gambar Kromatogram gas biohidrogen 6. Dalam analisa gas biohidrogen
dengan GC menggunakan Gas Chromatography, ditemukan
(a) kromatogram gas standar (campuran), gas H2, O2 dan N2, dimana gas hidrogen memiliki
(b) kromatogram gas standar khusus hidrogen komposisi gas terbesar yakni 99,9%. Sedangkan
(c) kromatogram setelah fermentor, gas CO2 yang umumnya ada dalam produk
(d) kromatogram setelah Ca(OH)2, fermentasi ini tidak ditemukan dalam hasil
(e) kromatogram setelah silika analisa menggunakan GC ini. Setelah gas
biohidrogen dilewatkan dalam larutan Ca(OH)2,
Gambar diatas menunjukkan peak zeolit dan silica maka komposisi gas biohidrogen
kromatogram gas biohidrogen menggunakan GC. mengalami penurunan, yakni menjadi 97%, dan
Gas standar yang digunakan adalah ada kenaikan rasio dari O2 dan N2. Dalam hal ini
campuran gas-gas hidrokarbon dan gas-gas

48 Jurnal Energi dan Lingkungan Vol. 7, No. 2, Desember 2011 Hlm. 41-51
diduga ada kebocoran udara sehingga
menaikkan rasio O2 dan N2, dan menurunkan
rasio H2.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Fuel Cell Test


Parameter dari uji coba fuel cell test adalah nilai
voltase, arus listrik dan daya. Sebelum pengujian
dilakukan pengujian performa fuel cell dengan
menggunakan hidrogen komersial.

Gambar 7(d). Hasil polarisasi gas H2 komersial


pada fuel cell dengan laju 200
ml/min

Gambar 7(a). Hasil polarisasi gas H2 komersial


pada fuel cell dengan laju 50
ml/min

Gambar 7(e). Hasil polarisasi gas H2 komersial


pada fuel cell dengan laju 250
ml/min

Gambar 7(b). Hasil polarisasi gas H2 komersial


pada fuel cell dengan laju 100
ml/min

Gambar 7. Hasil polarisasi gas H2 komersial


pada fuel cell dengan laju
300 ml/min

Percobaan menggunakan bio-H2 hasil


fermentasi gliserol 7% menghasilkan voltase 3 V
pada 0,05 A. Pada penggunaan bio-H2 pada fuel
Gambar 7(c). Hasil polarisasi gas H2 komersial cell terjadi drop.
pada fuel cell dengan laju 150
ml/min

Pengembangan Produksi ............... (Irhan Febijanto, Mahyudin A.R. dan Eniya Listiana Dewi) 49
Gambar 11. Polarisasi hidrogen komersial pada
Gambar 8. Polarisasi hidrogen komersial pada
fuel cell sebelum pengujian dengan
fuel cell sebelum pengujian dengan
bio-H2
bio-H2 dengan flowrate hidrogen dan
oksigen masing-masing 100
Dari hasil pengujian yang ditunjukkan pada
cc/menit.
Gambar 8, 9, 10 dan Gambar 11, diketahui
bahwa penggunaan bio-H2 dari hasil fermentasi
yang diproses dengan sistem seperti tersebut di
atas mengakibatkan fuel cell drop. Hal ini dapat
dikuatkan dengan hasil analisa yang
menunjukkan bahwa pada pengujian fuel cell
dengan menggunakan H2 komersial pada
Gambar 7(a), 7(b), 7(c), 7(d), 7(e), dan Gambar
7(b),menunjukkan hasil yang signifikan, yaitu
pada flowrate H2 100 cc/menit menghasilkan 1,66
Vol dan 1,8 A.
Sedangkan pada pengujian bio-H2 yang
sudah dipurifikasi dengan Ca(OH)2 dan silika
menunjukkan 2,25 V dan 0,8 A. Hal ini
menunjukkan bahwa performance fuel cell
Gambar 9. Polariasi bio-H2 pada fuel cell menggunakan bio-H2 ini mengalami penurunan.
Sementara pengujian fuel cell menggunakan H2
(treatment bio-H2 menggunakan
komersial setelah pengujian fuel dengan
Ca(OH)2 dan silica.
menggunakan bio-H2 tidak terjadi masalah atau
performance fuel cell kembali ke keadaan
sebelum pengujian fuel cell dengan bio-H2. Hal
ini bisa disebabkan karena kemungkinan
pemurnian gas yang belum sempurna sehingga
mengakibatkan fuel cell drop [EG&G Technical
Services, 2004).

4. KESIMPULAN
Formulasi reaksi produksi biohidrogen dengan
kapasitas 40L telah diperoleh.
Proses purifikasi gas hasil reaksi telah
dianalisa dengan GC dan didapat kesimpulan
bahwa kandungan gas hidrogen tinggi mencapai
98%. Tidak adanya kandungan CO dipastikan
untuk memenuhi kebutuhan spesifikasi fuel cell.
Proses penghilangan kadar air dan CO2
Gambar 10. Polariasi bio-H2 pada fuel cell telah dilakukan dengan menggunakan metode
(treatment bio-H2 menggunakan penyerapan silika dan zeolit.
Ca(OH)2 Metode proses produksi gas hidrogen telah
dapat dilakukan dengan cara kontinyu.

50 Jurnal Energi dan Lingkungan Vol. 7, No. 2, Desember 2011 Hlm. 41-51
Pengujian dengan menggunakan fuel cell EG&G Technical Services, 2004. Fuel Cell
sebagai generator pembangkit listrik dilakukan Handbook, US Department of Energy, Office
dengan menggunakan bahan bakar biohidrogen and Fossil Energy, National Energy
langsung dari proses fermentasi. Technology Laboratory, 2004
Reaktor produksi biohidrogen yang langsung
menghasilkan listrik telah didesain dan McNair, H. M., dan E. J. Bonelli, penerjemah Dr.
diperolehnya prototipe alat tersebut Kosasih Padmawinata, 1988. Dasar
memudahkan pembuktian proses pembangkit Kromatografi Gas. Bandung. ITB : xiii + 249
listrik yang langsung dari limbah biomassa tanpa
adanya emisi. Rachman MA, Y Furutani, Y Nakashimida, T
Kakizono, N Nishio, 1997. Enhanced
DAFTAR PUSTAKA Hydrogen Production in Altered Mixed Acid
Anonim, 2010. Fuel Cell, Fermentation of Glucose by Enterobacter
http://wikipedia.org/wiki/Fuel Cell. diakses 28 aerogenes. Journal of Ferm. and Bioeng 83 :
Oktober 2010 358-363.

Pengembangan Produksi ............... (Irhan Febijanto, Mahyudin A.R. dan Eniya Listiana Dewi) 51

Anda mungkin juga menyukai