Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS TERHADAP ASPEK PENGETAHUAN


DAN KOMPETENSI SAINS SISWA KELAS X PADA MATERI LARUTAN
ELEKTROLIT DAN LARUTAN NONELEKTROLIT DI SMAN 6 MATARAM
TAHUN AJARAN 2018/2019

Disusun Oleh :

Devi Ayu Septiani

[E1M 015 020]

Program Studi Pendidikan Kimia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Mataram
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Literasi Sains


2.1.1 Pengertian Literasi Sains
Literasi sains (Science Literacy) berasal dari gabungan dua kata Latin, yaitu
literatus yang berarti huruf, melek huruf, atau berpendidikan dan scientia yang artinya
memiliki pengetahuan. Paul de Hart Hurt (dalam Adisendjaja, 2007:2) adalah orang
pertama yang menggunakan istilah literasi sains, menurut Hurt scienci literacy berarti
tindakan memahami sains dan mengaplikasikannya bagi kebutuhan masyarkat
(Toharudin dkk, 2011:1). Sementara itu, National Science Teacher Assosiation (Putri,
2013:5) mengemukakan bahwa seseorang yang memiliki literasi sains adalah yang
menggunakan konsep sains, mempunyai keterampilan proses sains untuk dapat
menilai dan membuat keputusan sehari-hari kalau ia berhubungan dengan orang lain,
lingkungan, serta memahami interaksi antara sains, teknologi dan masyarakat,
termasuk perkembangan sosial dan ekonomi. Literasi sains didefinisikan pula sebagai
kapasitas untuk menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan dan
menarik kesimpulan berdasarkan fakta dan data untuk memahami alam semesta dan
membuat keputusan dari perubahan yang terjadi karena aktivitas manusia.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa literasi sains
adalah kemampuan atau tindakan seseorang dalam memahami konsep, menulis,
melisankan, serta mengaplikasikan pengetahuan sains agar dapat memecahkan
masalah-masalah sains yang terjadi didalam kehidupannya sehingga dapat
menemukan keputusan yang tepat berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sains.

2.1.2 Aspek Literasi Sains


Sains memiliki 3 pandangan yaitu konten (produk), proses dan konteks. Sains
sebagai konten artinya dalam sains terdapat fakta-fakta, hukum-hukum, prinsi-prinsip
dan teori-teori yang sudah diterima kebenarnnya. Sains sebagai proses artinya bahwa
sains merupakan suatu proses atau metode untuk mendapatkan pengetahuan dan sains
sebagai kontek artinya aplikasi pengetahuan dan ketrampilan proses sains dalam
kehidupan nyata (Rustaman, 2003:11). Hal ini senada dengan PISA (2010:135- 138)
yang menetapkan tiga dimensi besar literasi sains dalam pengukurannya, yakni
kompetensi/proses sains, konten/pengetahuan sains dan konteks aplikasi sains.
1. Aspek Konteks
PISA menilai pengetahuan sains relevan dengan kurikulum pendidikan
sains di negara partisipan tanpa membatasi diri pada aspek-aspek umum
kurikulum nasional tiap negara. Penilaian PISA dibingkai dalam situasi kehidupan
umum yang lebih luas dan tidak terbatas pada kehidupan di sekolah saja. Butir-
butir soal pada penilaian PISA berfokus pada situasi yang terkait pada diri
individu, keluarga dan kelompok individu (personal), terkait pada komunitas
(social), serta terkait pada kehidupan lintas negara (global). Konteks PISA
mencakup bidang-bidang aplikasi sains dalam seting personal, sosial dan global,
yaitu: (1) kesehatan; (2) sumber daya alam; (3) mutu lingkungan; (4) bahaya; (5)
perkembangan mutakhir sains dan teknologi.
2. Aspek Pengetahuan
Konten atau pengetahuan sains merujuk pada konsep-konsep kunci dari
sains yang diperlukan untuk memahami fenomena alam dan perubahan yang
dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia. Dalam kaitan ini PISA tidak
secara khusus membatasi cakupan konten sains hanya pada pengetahuan yang
menjadi kurikulum sains sekolah, namun termasuk pula pengetahuan yang
diperoleh melalui sumber-sumber informasi lain yang tersedia. Kriteria pemilihan
konten sains adalah sebagai berikut: (1) relevan dengan situasi nyata, (2)
merupakan pengetahuan penting sehingga penggunaannya berjangka panjang, (3)
sesuai untuk tingkat perkembangan anak usia 15 tahun. Berdasarkan kriteria
tersebut, maka dipilih pengetahuan yang sesuai untuk memahami alam dan
memaknai pengalaman dalam konteks personal, sosial dan global, yang diambil
dari bidang studi biologi dan bidang ilmu pengetahuan alam lainnya.
3. Aspek Kompetensi
PISA memandang pendidikan sains berfungsi untuk mempersiapkan
warganegara masa depan, yakni warganegara yang mampu berpartisipasi dalam
masyarakat yang semakin terpengaruh oleh kemajuan sains dan teknologi. Oleh
karenanya pendidikan sains perlu mengembangkan kemampuan siswa memahami
hakekat sains, prosedur sains, serta kekuatan dan limitasi sains. Siswa perlu
memahami bagaimana ilmuwan sains mengambil data dan mengusulkan
eksplanasi-eksplanasi terhadap fenomena alam, mengenal karakteristik utama
penyelidikan ilmiah, serta tipe jawaban yang dapat diharapkan dari sains.
Toharudin (2011:9) menambahkan bahwa proses sains merujuk pada proses
mental yang terlibat ketika peserta didik menjawab suatu pertanyaan atau
memecahkan masalah, seperti mengidentifikasi dan menginterpretasi bukti, serta
menerangkan kesimpulan. Termasuk di dalamnya mengenal jenis pertanyaan yang
dapat atau tidak dapat dijawab oleh sains, mengenal bukti apa yang diperlukan
dalam suatu penyelidikan sains, serta mengenal kesimpulan yang sesuai dengan
bukti yang ada PISA menetapkan tiga aspek dari komponen kompetensi/proses
sains berikut dalam penilaian literasi sains, yakni mengidentifikasi pertanyaan
ilmiah, menjelaskan fenomena secara ilmiah dan menggunakan bukti ilmiah.
Proses kognitif yang terlibat dalam kompetensi sains antara lain penalaran
induktif/deduktif, berfikir kritis dan terpadu, pengubahan representasi,
mengkonstruksi eksplanasi berdasarkan data, berfikir dengan menggunakan model
dan menggunakan matematika. Untuk membangun kemampuan inkuiri ilmiah
pada diri peserta didik, yang berlandaskan pada logika, penalaran dan analisis
kritis, maka kompetensi sains dalam PISA dibagi menjadi tiga aspek berikut:
3.1. Mengidentifikasi Pertanyaan Ilmiah
Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang meminta jawaban berlandaskan
bukti ilmiah, yang didalamnya mencakup juga mengenal pertanyaan yang
mungkin diselidiki secara ilmiah dalam situasi yang diberikan, mencari
informasi dan mengidentifikasi kata kunci serta mengenal fitur penyelidikan
ilmiah, misalnya hal-hal apa yang harus dibandingkan, variabel apa yang harus
diubah-ubah dan dikendalikan, informasi tambahan apa yang diperlukan atau
tindakan apa yang harus dilakukan agar data relevan dapat dikumpulkan.
3.2. Menjelaskan Fenomena Secara Ilmiah
Kompetensi ini mencakup pengaplikasikan pengetahuan sains dalam situasi
yang diberikan, mendeskripsikan fenomena, memprediksi perubahan,
pengenalan dan identifikasi deskripsi, eksplanasi dan prediksi yang sesuai.
3.3. Menggunakan Bukti Ilmiah
Kompetensi ini menuntut peserta didik memaknai temuan ilmiah sebagai bukti
untuk suatu kesimpulan. Selain itu juga menyatakan bukti dan keputusan
dengan kata-kata, diagram atau bentuk representasi lainnya. Dengan kata lain,
peserta didik harus mampu menggambarkan hubungan yang jelas dan logis
antara bukti dan kesimpulan atau keputusan.
4. Aspek Sikap
Untuk membantu siswa mendapatkan pengetahuan teknik dan sains, tujuan
utama dari pendidikan sains adalah untuk membantu siswa mengembangkan
minat siswa dalam sains dan mendukung penyelidikan ilmiah. Sikap-sikap akan
sains berperan penting dalam keputusan siswa untuk mengembangkan
pengetahuan sains lebih lanjut, mngejar karir dalam sains, dan menggunakan
konsep dan metode ilmiah dalam kehidupan mereka. Dengan begitu, pandangan
PISA akan kemampuan sains tidak hanya kecakapan dalam sains, juga bagaimana
sifat mereka akan sains.
Kemampuan sains seseorang di dalamnya memuat sikap-sikap tertentu,
seperti kepercayaan, termotivasi, pemahaman diri, dan nilai-nilai. Sesuai
perkembangan sains dan teknologi yang terus berkembang, PISA (Toharudin dkk,
2011:10) mengemukakan domain literasi sains yang terdiri atas pengetahuan
ilmiah, konteks, kompetensi, dan sikap yang digambarkan sebagai berikut:

2.2 Tinjauan Materi Larutan Elektrolit dan Larutan Nonelektrolit


Materi larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit yang dibahas meliputi
pengertian larutan elektrolit dan nonelektrolit, perbedaan larutan elektrolit dan
nonelekrolit, pengelompokkan larutan ke dalam larutan larutan elektrolit atau
nonelektrolit, sifat larutan elektrolit dan nonelektrolit, dan isu-isu atau fenomena
ilmiah mengenai larutan elektrolit dan nonelektrolit dalam kehidupan sehari-hari.
1. Larutan elektrolit dan nonelektrolit
a. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan
memberikan gejala berupa menyalanya lampu pada alat uji atau timbulnya
gelmbung gas dalam larutan. Larutan yang menunjukan gejala-gejala tersebut
pada pengujian tergolong ke dalam larutan elektrolit.
b. Larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus
listrik dengan memberikan gejala berupa tidak ada gelembung dalam larutan
atau lampu tidak menyala pada alat uji. Larutan yang menunjukan gejala-
gejala tersebut pada pengujian tergolong ke dalam larutan nonelektrolit.
2. Jenis-jenis larutan berdasarkan daya hantar listrik
a. Larutan elektrolit kuat
Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang banyak menghasilkan ion – ion
karena terurai sempurna, maka harga derajat ionisasi (ά ) = 1. Banyak sedikit
elektrolit menjadi ion dinyatakan dengan derajat ionisasi ( ά ) yaitu
perbandingan jumlah zat yang menjadi ion dengan jumlah zat yang di
hantarkan. Yang tergolong elektrolit kuat adalah :
1) Asam – asam kuat
2) Basa – basa kuat
3) Garam – garam yang mudah larut
Ciri – ciri daya hantar listrik larutan elektrolit kuat yaitu lampu pijar akan
menyala terang dan timbul gelembung – gelembung di sekitar elektrode.
Larutan elektrolit kuat terbentuk dari terlarutnya senyawa elektrolit kuat dalam
pelarut air. Senyawa elektrolit kuat dalam air dapat terurai sempurna
membentuk ion positif ( kation ) dan ion negatif (anion). Arus listrik
merupakan arus electron. Pada saat di lewatkan ke dalam larutan elektrolit
kuat, electron tersebut dapat di hantarkan melalui ion – ion dalam larutan,
seperti ddihantarkan oleh kabel. Akibatnya lampu pada alat uji elektrolit akan
menyala. Elektrolit kuat terurai sempurna dalam larutan. Contoh : HCl, HBr,
HI, HNO3, H2SO4, NaOH, KOH, dan NaCL.
b. Larutan elektrolit lemah
Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah
dengan harga derajat ionisasi sebesar 0 < ά > 1. Larutan elektrolit lemah
mengandung zat yang hanya sebagian kecil menjadi ion – ion ketika larut
dalam air. Yang tergolong elektrolit lemah adalah :
1) Asam – asam lemah
2) Garam – garam yang sukar larut
3) Basa – basa lemah
Adapun larutan elektrolit yang tidak memberikan gejala lampu menyala, tetapi
menimbulkan gas termasuk ke dalam larutan elektrolit lemah. Contohnya
adalah larutan ammonia, larutan cuka dan larutan H2S.
c. Larutan nonelektrolit
Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus
listrik karena zat terlarutnya di dalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion –
ion ( tidak mengion ). Yang tergolong jenis larutan ini adalah larutan urea,
larutan sukrosa, larutan glukosa, alcohol dan lain – lain.

2.3 Kerangka Berpikir


Berikut kerangka berpikir dalam penelitian ini :

Masalah:
- Kemajuan dan perkembangan IPTEK berdampak pada perkembangan
pendidikan
- Kemampuan literasi sains siswa di Indonesia masih dibawah standar Internasional

Tes Pilihan Ganda

Kelas X jurusan IPA Kelas X jurusan IPS lintas


minat kimia

Bandingkan

Hasil analisis kemampuan literasi


sains terhadap aspek pengetahuan
dan kompetensi sains siswa pada
materi larutan elektrolit dan larutan
nonelektrolit
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah membawa pengaruh
terhadap perkembangan dunia pendidikan di Indonesia. Seiring dengan kemajuan
teknologi informasi, perkembangan pendidikan semakin mengalami perubahan dan
mendorong berbagai usaha perubahan yang lebih baik. Proses pendidikan telah
menunjukkan perkembangan pesat pada bidang kurikulum, metode pembelajaran, dan
fasilitas penunjang sudah lebih maju. Peningkatan daya saing bangsa dalam mengikuti
perkembangan era globaliasi penting diupayakan. Kondisi yang dialami bangsa
Indonesia saat ini adalah belum banyaknya sumber daya manusia (SDM) yang mampu
mengikuti kemajuan IPTEK secara optimal.

Literasi sains merupakan kemampuan dalam menggunakan pengetahuan


ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti yang
ada. Sehingga seseorang yang memiliki kemampuan literasi yang baik akan dapat
memahami dan membuat keputusan berkaitan dengan alam dan perubahan yang
dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia. Kemampuan literasi sains secara
signifikan dapat meningkatkan keterlibatan siswa dengan ide-ide dan isu-isu
mengenai ilmu pengetahuan. Salah satu parameter kualitas pendidikan suatu negara
adalah tergambar dari pencapaian prestasi siswanya dalam mengikuti studi Nasional
maupun studi Internasional.

Anda mungkin juga menyukai