Anda di halaman 1dari 28

TUGAS MAKALAH

PENGANGGURAN DAN KEMISKINAN


DI INDONESIA
MATA KULIAH : PEREKONOMIAN INDONESIA
DAFTAR ISI
BAB I...................................................................................................................................2
PENDAHULUAN..................................................................................................................2
A. Latar Belakang........................................................................................................2
B. Rumusan Masalah..................................................................................................3
BAB II..................................................................................................................................4
PEMBAHASAN....................................................................................................................4
A. Definisi Pengangguran............................................................................................4
 Pengangguran terbuka.......................................................................................4
 Setengah pengangguran terpaksa......................................................................4
B. Jenis-Jenis Pengangguran.......................................................................................5
1. Macam Pengangguran Berdasarkan Lama Waktu Kerja.....................................5
2. Macam Pengangguran Berdasarkan Penyebab Terjadinya..................................6
C. Faktor Penyebab Terjadinya Pengganguran............................................................7
D. Tingkat Pengangguran di Indonesia......................................................................10
E. Dampak-Dampak Pengangguran Terhadap Perekonomian...................................10
1. Dampak Pengangguran Bagi Pembangunan Nasional......................................11
2. Dampak Pengangguran Terhadap Perekonomian suatu Negara.......................11
3. Dampak pengangguran bagi masyarakat..........................................................12
F. Cara Mengatasi Pengangguan..............................................................................12
G. Definisi Kemiskinan..............................................................................................14
H. Jenis-Jenis Kemiskinan..........................................................................................15
I. Indikator-Indikator Kemiskinan.............................................................................16
J. Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan.....................................................................17
K. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Indonesia..................................................18
L. Tantangan Kemiskinan di Indonesia.....................................................................19
M. Kebijakan dan Program Penuntasan Kemiskinan..............................................20
STUDY KASUS PENGANGGURAN DI INDONESIA...............................................................24
STUDY KASUS KEMISKINAN DI INDONESIA.......................................................................25
BAB III...............................................................................................................................27
PENUTUP..........................................................................................................................27
A. Kesimpulan...........................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................28

1
2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perekonomian indonesia sejak krisis ekonomi pada tahun 1997 membuat
kondisi ketenagakerjaan di indonesia ikut memburuk yang berdampak pada
kemiskinan. Sejak itu perekononian indonesia tidak pernah mencapai 7-8%.
Padahal masalah pengangguran dan kemiskinan erat kaitannya dengan
pertumbuhan ekonomi jika pertumbuhan ekonomi bagus ,otomatis penyerapan
tenaga kerja juga meningkat dan kemiskinan pun ikut berkurang.Setiap
pertumbuhan ekonomi satu persen tenaga kerja yang terserap bisa mencapai 400
ribu orang.
Selain masalah diatas ,masalah kependudukan yang berhubungan erat
dengan pengangguran dan kemiskinannan,sejak tahun 2002,sebuah tim yang
terdiri dari para analisa kemiskinan di Indonesia di kantor bank dunia Jakarta,telah
mempelajari karakteristik kemiskinan di Indonesia.Mereka telah berusaha untuk
mengidentifikasikan apa yang bermanfaat dan apa yang tidak bermanfaat dalam
upaya pengentasan kemiskinan,dan untuk memperjelas pilihan-pilihan apa saja
yang tersedia untuk pemerintah dan lembaga-lembaga non pemerintah dalam
upaya mereka untuk memperbaiki standar dan kualitas hidup masyarakat miskin,
Makalah ini mencoba untuk menganalisa sifat multi dimensi dari pengangguran
dan kemiskinan di indonesia pada saat ini melalui pandangan baru yang
didasarkan pada perubahan-perubahan penting yang terjadi di negeri ini selama
satu dekade terakhir.Sebelum ini Bank dunia telah menyusun kajian-kajian
kemiskinan,yaitu pada tahun 2002 dan 2011 ,namun kajian-kajian tersebut tidak
membahas kemiskinan secara mendalam dan lebih memaparkan kekayaan yang
dimiliki oleh bank dunia dan pemerintah Indonesia dan penulis berharap bahwa
kajian ini dapat membawa perubahan dalam penyusunan kebijakan serta
pelaksanaan upaya-upaya pengentasan pengangguran dan kemiskinan di
indonesia.
Pengangguran dan Kemiskinan merupakan hal yang kompleks karena
menyangkut berbagai macam aspek seperti hak untuk terpenuhinya pangan,

3
kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya. Agar pengangguran dan
kemiskinan di Indonesia dapat menurun diperlukan dukungan dan kerja sama dari
pihak masyarakat dan keseriusan pemerintah dalam menangani masalah ini.
Melihat kondisi negara Indonesia yang masih memiliki angka kemiskinan tinggi,
penulis tertarik untuk mengangkat masalah kemiskinan di Indonesia dan
penanggulangannya.

B. Rumusan Masalah
Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, maka penulis mengambil
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa Definisi Pengangguran ?
2. Jenis-Jenis Pengangguran meliputi apa saja ?
3. Apa Faktor Penyebab Terjadinya Pengganguran ?
4. Berapa Tingkat Pengangguran di Indonesia ?
5. Apa Dampak-Dampak Pengangguran Terhadap Perekonomian ?
6. Bagaimana Cara Mengatasi Pengangguan ?
7. Apa Definisi Kemiskinan ?
8. Jenis-Jenis Kemiskinan meliputi apa saja ?
9. Indikator-Indikator Kemiskinan meliputi apa saja ?
10. Apa Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan ?
11. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Indonesia ?
12. Apa Tantangan Kemiskinan di Indonesia ?
13. Kebijakan dan Program Penuntasan Kemiskinan meliputi apa saja ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Pengangguran
Tiap negara dapat memberikan definisi yang berbeda mengenai definisi
pengangguran. Nanga ( 2005 : 249 ) mendefinisikan pengangguran adalah suatu

4
keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam kategori angkatan kerja tidak
memiliki pekerjaan dan secara aktif tidak sedang mencari pekerjaan. Dalam
sensus penduduk 2001 mendefinisikan pengangguran sebagai orang yang tidak
bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum
pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan ( BPS, 2001 : 8 ).
Menurut Sudono Sukirno pengangguran adalah jumlah tenaga kerja dalam
perekonomian yang secara aktif mencari pekerjaan tetapi belum memperolehnya.
Selanjutnya International Labor Organization (ILO) memberikan definisi
pengangguran yaitu :
 Pengangguran terbuka adalah seseorang yang termasuk kelompok
penduduk usia kerja yang selama periode tertentu tidak bekerja, dan
bersedia menerima pekerjaan, serta sedang mencari pekerjaan.
 Setengah pengangguran terpaksa adalah seseorang yang bekerja sebagai
buruh karyawan dan pekerja mandiri ( berusaha sendiri ) yang selama
periode tertentu secara terpaksa bekerja kurang dari jam kerja normal,
yang masih mencari pekerjaan lain atau masih bersedia mencari pekerjaan
lain / tambahan ( BPS, 2001: 4 ).

Definisi pengangguran berdasarkan istilah umum dari pusat dan latihan


tenaga kerja Pengangguran adalah orang yang tidak mampu mendapatkan
pekerjaan yang menghasilkan uang meskipun dapat dan mampu melakukan kerja.
Definisi pengangguran menurut Menakertrans Pengangguran adalah orang yang
tidak bekerja, sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan suatu usaha baru, dan
tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak
bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama
seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang
layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau
para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang
mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam
perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan

5
masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan
dan masalah - masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah
pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran
konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan
kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek
psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat
pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik
keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per
kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal
istilah “pengangguran terselubung” di mana pekerjaan yang semestinya bisa
dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
Dari definisi-definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengangguran
adalah penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan atau
menyiapkan suatu usaha baru.

B. Jenis-Jenis Pengangguran
Ada beberapa jenis pengangguran yang digolongkan berdasarkan lama
waktu dan penyebab terjadinya, antara lain:
1. Macam Pengangguran Berdasarkan Lama Waktu Kerja
Pengangguran terbuka (open unemployment), yakni tenaga kerja
yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran
jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan
padahal telah berusaha secara maksimal. Contoh : seorang lulusan S1
mesin tapi tidak memperoleh pekerjaan karena lapangan yang belum
tersedia sesuai dengan kualifikasinya.
Setengah menganggur (under unemployment), yakni tenaga kerja
yang bekerja, tetapi bila di ukur dari sudut jam kerja, pendapatan,
produktivitas dan jenis pekerjaan tidak optimal. Contoh : Buruh
bangunan yg telah menyelesaikan suatu proyek, kemudian sementara
menganggur sambil menunggu proyek berikutnya.

6
Pengangguran terselubung (disguised unemployment) yakni tenaga
kerja yang bekerja tapi tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan
atau keahliannya. Misalnya, seorang lulusan S1 pertanian bekerja
sebagai tenaga pembukuan, atau seorang insinyur teknik, bekerja
sebagai pelayan restoran.

2. Macam Pengangguran Berdasarkan Penyebab Terjadinya


Pengangguran structural, yakni pengangguran yang disebabkan
oleh terjadinya perubahan struktur perekonomian. Misalnya,
perubahan struktur dari agraris ke industri, perubahan ini menuntut
tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu (misal keterampilan
mengoperasikan mesin teknologi modern) untuk bisa bekerja disektor
industri. Tenaga kerja yang tidak memiliki keterampilan tersebut akan
ditolak oleh sector industri, sehingga terjadilah pengangguran.
Pengangguran konjungtural, yakni pengangguran yang disebabkan
oleh pergerakan naik turunnya kegiatan perekonomian suatu Negara.
Ada masa pertumbuhan (naik), masa resesi (turun), dan masa depresi
(turun). Pada masa resesi dan depresi, masyarakat mengalami
penurunan daya beli sehingga permintaan terhadap barang dan jasa
juga menurun. Penurunan ini mengharuskan produsen mengurangi
produksi barang dan jasa, diantaranya dengan cara mengurangi jumlah
pekerja sehingga terjadilah pengangguran. PHK yang terjadi karena
krisis ekonomi tahun 1997 di Indonesia adalah contoh pengangguran
siklikal atau konjungtural.
Pengangguran friksional yakni pengangguran yang disebabkan oleh
pergeseran (friksi) pekerja yang ingin bergeser (berpindah) dari satu
perusahaan ke perusahaan lain dalam rangka mencari pekerjaan yang
lebih bagus dan cocok. Sementara mencari pekerjaan baru, pekerja
menganggur untuk sementara waktu, sambil mencari pekerjaan yang
di inginkan. Oleh karena itu, pengangguran friksional disebut juga
pengangguran sukarela, karena terjadi karena keinginan pekerja
sendiri. Contoh : Perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor industri, untuk sementara menganggur.

7
Pengangguran musiman, yakni pengangguran yang disebabkan oleh
perubahan musim atau perubahan permintaan tenaga kerja secara
berkala. Pada umumnya, setelah panen, petani akan menganggur
sambil menunggu masa tanam. Contoh lain misalnya pada masa
pembangunan gedung, tukang bangunan bisa bekerja. Tetapi bila
gedung telah selesai dibangun, tukang bangunan menjadi
pengangguran musiman sambil menunggu pembangunan berikutnya.
Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat
perubahan atau penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin -
mesin. Contoh, sebelum ada penggilingan padi, orang yang berprofesi
sebagai penumbuk padi bekerja, setelah ada mesin penggilingan padi
maka mereka tidak bekerja lagi.
Pengangguran Politis, pengangguran ini terjadi karena adanya
peraturan pemerintah yang secara langsung atau tidak, mengakibatkan
pengangguran. Misalnya penutupan Bank-bank bermasalah sehingga
menimbulkan PHK.
Pengangguran Deflatoir ini disebabkan tidak cukup tersedianya
lapangan pekerjaan dalam perekonomian secara keseluruhan, atau
karena jumlah tenaga kerja melebihi kesempatan kerja, maka
timbullah pengangguran.

C. Faktor Penyebab Terjadinya Pengganguran


Pengangguran dapat terjadi karena beberapa sebab diantara nya:
1) Perubahan struktural
Seperti disebutkan Reynold, masters dan Moser jenis
pengangguran ini terjadi karena tidak sepadan/ketidak cocokan antara
kulifikasi pekerja yang membutuhkan pekerjaan dengan persyaratan
yang diinginkan. Hal ini biasanya terjadi karena adanya perubahan
struktur ekonomi. Struktur ekonomi dapat diamati dari dominasi
konstribusi sektoral terhadap produksi nasional (regional). Bila sektor
industri memberikan konstribusi paling besar terhadap PDB dibanding
dengan sektor lainnya, maka struktur perekonomian tersebut adalah
industri, atau sebaliknya (Sadono Sukirno) katakanlah dalam suatu
negara atau daerah terjadi pergeseran struktur ekonomi dari pertanian

8
ke sektor industri. Dampak selanjutnya, adalah dibutuhkannya
kualifikasi pekerjaan yang cocok disektor industri. Ketika persyaratan
ini tidak terpenuhi, maka tenaga kerja yang ada menjadi tidak
terpakai, kecuali terjadi penyesuaian kualifikasi seperti yang
dibutuhkan.
2) Pengaruh Musim
Perubahan musim terjadi bukan hanya disektor pertanian saja.
Tetapi sektor terjadi juga pada sektor lain. Pada liburan dan tahun
baru, misalnya suasana sektor jasa tansportasi dan pariwisata menjadi
sangat sibuk dibanding dengan hari-hari biasa. Begitu pula hari
menjelang, sedang dan bulan suci Ramadhan, nampak permintaan
antara barang dan jasa meningkat dan selanjutnya akan membawa
dampak otomatis terhadap permintaan tenaga kerja disektor yang
bersangkutan.
3) Adanya hambatan (ketidak lancaran) bertemunya pencari kerja dan
lowongan kerja
Jenis pengangguran ini biasanya terjadi karena hambatan teknis
(misalnya waktu dan tempat). Sering terjadi pencari kerja tidak
mendapat informasi yang lengkap tentang lowongan kerja. Sehingga
mereka kehilangan kesempatan untuk mendapat lowongan pekerjaan
tersebut. Pilihannya adalah tidak bekerja. Karena kondisi sudah tidak
kondusif lagi.
4) Rendahnya Aliran Investasi
Investasi merupakan komponen aggregate demand yang
mempunyai daya ungkit terhadap perluasan tenaga kerja. Perubahan
investasi membawa dampak output (pendapatan). Secara otomatis
meningkatnya output akan membutuhkan sumberdaya untuk proses
produksi (modal, tenaga kerja, dan input lainnya). Dengan demikian
permintaan tenaga kerja akan meningkat dengan adanya peningkatan
dan pengeluaran otonom tadi.
5) Rendahnya Tingkat Keahlian
Keahlian dan produktifitas sangan erat. Orang yang memiliki
keahlian akan memiliki produktifitas tinggi karena ia mampu
memanfaatkan dirinya pada aktivitas ekonomi produktif. Untuk
meningkatkan keahlian dapat dilakukan dengan cara diantaranya

9
adalah melalui pendidikan, atihan, magang, pendidikan formal,
membangkitkan kecerdasan tenaga kerja lewat pembinaan motifasi
kerja.
6) Diskriminasi
Diskriminasi bukan hanya pada warna kulis saja, tetapi pada
tingkat pendidikan, ekonomi, hukum, agama dan lainnya. Misalnya
bila pendidikan dan pengembangan SDM tidak diberikan seluas-
luasnya kepada publik, dampak selanjutnya adalah terpuruknya
sumber SDM. Dan dalam jangka panjang kesempatan akan sulit diraih
oleh tenaga kerja.
7) Laju Pertumbuhan Penduduk
Hal-hal yang tidak diinginkan dari persoalan penduduk diantaranya
adalah apabila pertumbuhan penduduk bersamaan dengan munculnya
karakteristik berikut:
a. Tidak diimbangi dengan sarana dan prasarana pendidikan yang
memadai,
b. Rendahnya anggaran pendidikan,
c. Rendahnya tingkat kesehatan,
d. Tidak seimbang dengan laju pertumbuhan tenaga kerja,
e. Rendahnya pembentukan modal,
f. Rendahnya kualitas tenaga pendidikan,
g. Rendahnya balas jasa disektor pendidikan,
h. Rendahnya daya beli masyarakat,
i. Minimnya sumber daya ekonomi yang bisa di eksploitasi,
Bila kendala-kendala diatas bisa dieleminir atau bahkan dapat ditemukan
pemecahannya, maka persoalan pertumbuhan penduduk tidak akan terlalu jadi
masalah. Bahkan boleh jadi bisa menjadi pendorong pembangunan.

D. Tingkat Pengangguran di Indonesia


Data Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah pengangguran di
Indonesia pada Agustus 2017 sebanyak 7,56 juta orang, bertambah 320 ribu orang
dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 7,24 juta jiwa.
Pada Agustus 2017, tingkat pengangguran terbuka menurut pendidikan
didominasi oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12,65 persen, disusul
Sekolah Menengah Atas sebesar 10,32 persen, Diploma 7,54 persen, Sarjana 6,40
persen, Sekolah Menengah Pertama 6,22 persen, dan Sekolah Dasar ke bawah
2,74 persen.

10
Akibat dari banyak penduduk yang menganggur berimplikasi langsung
pada munculnya masalah yang lebih kompleks, yaitu kemiskinan, yang antara lain
ditandai oleh jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan dan
penduduk yang rentan untuk jatuh ke bawah garis kemiskinan

E. Dampak-Dampak Pengangguran Terhadap Perekonomian


Untuk mengetahui dampak pengganguran terhadap per-ekonomian kita
perlu mengelompokkan pengaruh pengganguran terhadap dua aspek ekonomi,
yaitu :
Adapun dampak dari pengangguran antara lain :
1. Dampak Pengangguran Bagi Pembangunan Nasional
Dampak pengangguran bagi pembangunan dapat dilihat melalui
hubungan antara pengangguran dan indikator-indikator berikut :
Pendapatan Nasional Dan Pendapatan Per Kapita
Apabila tingkat pengangguran semakin tinggi, maka
komponen upah akan semakin kecil. Dengan demikian, nilai
pendapatan Nasional pun akan semakin kecil.
Penerimaan Negara
Salah satu penerimaan Negara adalah pajak, diantaranya
pajak penghasilan. Pajak penghasilan diwajibkan bagi orang-
orang yang bekerja. Apabila tingkat pengangguran meningkat
maka jumlah orang yang membayar pajak penghasilan berkurang.
Akibatnya penerimaan Negara pun berkurang.
Beban Psikologis
Semakin lama menganggur, semakin besar beban psikologis
yang ditanggung. Secara psikologis, orang yang menganggur
menpunyai perasaan tertekan, sehingga berpengaruh dalam
berbagai prilakunya dalam kegiatan sehari-hari.
Biaya sosial
Dengan semakin besarnya jumlah penganggur, semakin
besar pula biaya sosial yang harus dikeluarkan. Biaya sosial itu
menyangkut atas tugas-tugas medis, biaya keamanan, dan biaya
proses peradilan sebagai akibat meningkatnya proses kejahatan.

11
2. Dampak Pengangguran Terhadap Perekonomian suatu Negara
Tujuan akhir pembangunan ekonomi suatu Negara adalah
meningkatkan kemakmuran masyarakat dan pertumbuhan ekonomi agar
stabil dan dalamkeadaan naik terus. Jika tingkat pengangguran disuaru
Negara felatif tinggi, hal ini akan menghambat pencapaian tujuan
pembangunan ekonomi yang telah dicita-citakan. Hal ini terjadi karena
pengangguran berdampak negatif terhadap perekonomian seperti yang
dijelaskan dibawah ini :
Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak dapat
memaksimalkan tingkat kemakmuran yang dicapai. Hal ini terjadi
karena pengangguran bisa menyebabkan pendapatan nasional riil
(nyata) yang dicapai masyarakat akan lebih rendah dari pada
pendapatan potensial (pendapatan yang seharusnya). Oleh karena
itu, kemakmuran yang dicapai masyarakat pun akan lebih rendah.
Pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional yang
berasal dari sektor pajak berkurang. Hal ini terjadi karena
pengangguran yang tinggi akan menyebabkan kegiatan
perekonomian menurun sehingga pendapatn masyarakat pun akan
menurun. Denagn demikian, pajak yang akan dibayar masyarakat
pun akan menurun.
Pengangguran tidak menggalakan pertumbuhan ekonomi. Adanya
pengangguran akan menyebabkan daya beli masyarakat
berkurang sehingga permintaan akan barang-barang hasil
produksi akan berkurang. Keadaan demikian tidak akan
merangsang investor untuk melakukan peluasan atau pendiarian
industri baru. Dengan demikian, tingkat investasi menurun
sehingga pertumbuhan ekonomi pun tidak akan terpacu.Dampak
pengangguran terhadap Individu yang Meng-alaminya dan
Masyarakat
3. Dampak pengangguran bagi masyarakat
Pengangguran merupakan beban psikologis dan psikis.
Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan, karena tidak
digunakan apabila tidak bekerja.

12
Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial dan
politik

F. Cara Mengatasi Pengangguan


Adanya jenis-jenis pengangguran membutuhkan cara-cara
mengatasinya yang disesuaikan dengan jenis pengangguran yang terjadi,
yaitu sbb :
 Cara Mengatasi Pengangguran Struktural
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan
adalah :
 Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja
 Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan
sector yang kelebihan ke tempat dan sector ekonomi yang
kekurangan
 Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi
kesempatan (lowongan) kerja yang kosong, dan
 Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang
mengalami pengangguran.
 Cara mengatasi Pengangguran konjungtural / Siklikal
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini adalah :
 Peningkatan daya beli masyarakat. Daya beli masyarakat dapat
meningkat apabila mereka mendapat tambahan penghasilan.
Pemerintah harus membuka proyek yang bersifat umum, seperti
membangun jalan, jembatan, irigasi, dan kegiatan lainnya.
 Mengarahkan permintaan masyarakat untuk membeli barang
dan jasa, serta memperluas pasar barang dan jasa. Pasar yang
sudah ada harus terus dipertahankan. Namun, diusahakan
membuka peluang lain dalam rangka memasuki pasar yang baru.
Misalnya, dengan membuka pasar baru di luar negeri yang dapat
menambah permintaan.
3. Cara Mengatasi Pengangguran Friksional
Untuk mengatasi pengangguran secara umum antara lain dapat
digunakan cara-cara sbb :
 Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-
industri baru, terutama yang bersifat padat karya
 Deregulasi dan Debirokratisasi di berbagai bidang industri untuk
merangsang timbulnya investasi baru

13
 Menggalakkan pengembangan sector Informal, seperti home
indiustri
 Menggalakkan program transmigrasi untuk me-nyerap tenaga
kerja di sector agraris dan sector formal lainnya
 Pembukaan proyek-proyek umum oleh peme-rintah, seperti
pembangunan jembatan, jalan raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain
sehingga bisa menyerap tenaga kerja secara langsung maupun
untuk merangsang investasi baru dari kalangan swasta.
4. Cara Mengatasi Pengangguran Musiman.
Jenis pengangguran ini bisa diatasi dengan cara :
 Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di
sector lain, dan
 Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk
memanfaatkan waktu ketika menunggu musim tertentu.
5. Cara mengatasi pengangguran teknologi
 Memberikan pelatihan kepada para pendidik agar dapat
menguasai teknologi sehingga dapat disampaikan kepeada anak
didiknya
 Mengenalkan teknolologi kepada anak usia dini
 Memasukkan materi kurikulum tentaang teknologi pada sekolah
guna mempersiapkan siswa agar dapat mengikuti perkembangan
teknologi
6. Cara Mengatasi Pengangguran Deflatoir
 Menarik investor baru unutk melahirkan ide baru sehingga dapat
menyerap banyak tenaga kerja
 Memberikan pelatihan kepada tenaga kerja sebelum dikirim ke
luar negeri

G. Definisi Kemiskinan
Dalam kamus ilmiah populer, kata “Miskin” mengandung arti tidak
berharta (harta yang ada tidak mencukupi kebutuhan) atau bokek. Adapun kata
“fakir” diartikan sebagai orang yang sangat miskin. Secara Etimologi makna yang
terkandung yaitu bahwa kemiskinan sarat dengan masalah konsumsi. Hal ini
bermula sejak masa neo-klasik di mana kemiskinan hanya dilihat dari interaksi
negatif (ketidakseimbangan) antara pekerja dan upah yang diperoleh.
Kemiskinan juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang
tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau bisa dikatakan

14
dengan suatu kondisi serba kekurangan dalam arti minimnya materi yang dimana
mereka ini tidak dapat menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan
kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada jaman modern.
Menurut wikipedia Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan
hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung
dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup . Kemiskinan
kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang
mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak
sebagai warga negara. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang
memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya
melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya
dari sudut ilmiah yang telah mapan. Istilah "negara berkembang" biasanya
digunakan untuk merujuk kepada negara-negara yang "miskin".
Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan dalam distribusi pendapatan
antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat
berpendapatan rendah serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang berada di
bawah garis kemiskinan (poverty line) merupakan dua masalah besar di banyak
negara-negara berkembang (LDCs), tidak terkecuali di Indonesia.

H. Jenis-Jenis Kemiskinan
Besarnya kemiskinan dapat diukur dengan atau tanpa mengacu kepada
garis kemiskinan. Konsep yang mengacu kepada garis kemiskinan disebut
kemiskinan relatif, sedangkan konsep yang pengukurannya tidak didasarkan pada
garis kemiskinan disebut kemiskinan absolut
· Kemiskinan relatif adalah suatu ukuran mengenai kesenjangan di dalam
distribusi pendapatan, biasanya dapat didefinisikan didalam kaitannya dengan
tingkat rata-rata dari distribusi yang dimaksud. Seseorang yang tergolong miskin
relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di
bawah kemampuan masyarakat sekitarnya.
· Kemiskinan absolut adalah derajat kemiskinan dibawah, dimana kebutuhan-
kebutuhan minimum untuk bertahan hidup tidak dapat terpenuhi. Seseorang
termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah

15
garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum:
pangan, sandang, kesehatan, papan, pendidikan.

I. Indikator-Indikator Kemiskinan
Untuk menuju solusi kemiskinan penting bagi kita untuk menelusuri
secara detail indikator-indikator kemiskinan tersebut. Adapun indikator-indikator
kemiskinan sebagaimana di kutip dari Badan Pusat Statistika, antara lain sebagai
berikut :
1) Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang,
pangan dan papan).
2) Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya
(kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih, dan transportasi).
3) Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk
pendidikan dan keluarga).
4) Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun
massa.
5) Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber
daya alam.
6) Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.
7) Tidak adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencaharian yang
berkesinambungan.
8) Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.
9) Ketidakmampuan dan ketidaktergantungan sosial (anak-anak terlantar,
wanita korban kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok
marginal dan terpencil).

J. Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan


Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yaitu
kemiskinan alami dan kemiskinan buatan. Kemiskinan alami terjadi akibat sumber
daya alam (SDA) yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana
alam. Kemiskinan buatan diakibatkan oleh imbas dari para birokrat kurang
berkompeten dalam penguasaan ekonomi dan berbagai fasilitas yang tersedia,
sehingga mengakibatkan susahnya untuk keluar dari kemelut kemiskinan tersebut.
Dampaknya, para ekonom selalu gencar mengkritik kebijakan pembangunan yang
mengedepankan pertumbuhan ketimbang dari pemerataan.

16
Di bawah ini beberapa penyebab kemiskinan menurut pendapat Karimah
Kuraiyyim, yang antara lain adalah:
1. Merosotnya standar perkembangan pendapatan per-kapita secara
global
Yang penting digaris bawahi di sini adalah bahwa standar
pendapatan per-kapita bergerak seimbang dengan produktivitas yang
ada pada suatu sistem. Jikalau produktivitas berangsur meningkat
maka pendapatan per-kapita pun akan naik. Begitu pula sebaliknya,
seandainya produktivitas menyusut maka pendapatan per-kapita akan
turun beriringan. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi
kemerosotan standar perkembangan pendapatan per-kapita :
 Naiknya standar perkembangan suatu daerah.
 Politik ekonomi yang tidak sehat.
Faktor-faktor luar negeri, diantaranya:
a) Rusaknya syarat-syarat perdagangan
b) Beban hutang
c) Kurangnya bantuan luar negeri, dan
d) Perang
2. Menurunnya etos kerja dan produktivitas masyarakat
Terlihat jelas faktor ini sangat urgent dalam pengaruhnya terhadap
kemiskinan. Oleh karena itu, untuk menaikkan etos kerja dan
produktivitas masyarakat harus didukung dengan SDA dan SDM yang
bagus, serta jaminan kesehatan dan pendidikan yang bisa
dipertanggungjawabkan dengan maksimal
3. Biaya kehidupan yang tinggi
Melonjak tingginya biaya kehidupan di suatu daerah adalah
sebagai akibat dari tidak adanya keseimbangan pendapatan atau gaji
masyarakat. Tentunya kemiskinan adalah konsekuensi logis dari
realita di atas. Hal ini bisa disebabkan oleh karena kurangnya tenaga
kerja ahli, lemahnya peranan wanita di depan publik dan banyaknya
pengangguran.
4. Pembagian subsidi in come pemerintah yang kurang merata.
Hal ini selain menyulitkan akan terpenuhinya kebutuhan pokok dan
jaminan keamanan untuk para warga miskin, juga secara tidak
langsung mematikan sumber pemasukan warga. Bahkan di sisi lain
rakyat miskin masih terbebani oleh pajak negara.

17
Selain itu, ada juga penyebab utama lain dari timbulnya kemiskinan ini,
diantaranya :
Terbatasnya kecukupan dan mutu pangan
Terbatasnya akses serta rendahnya mutu layanan kesehatan,
pendidikan, dan sempitnya lapangan pekerjaan
Kurangnya pengawasan serta perlindungan terhadap asset usaha
Kurangnya penyesuaian terhadap gaji upah yang tidak sesuai dengan
pekerjaan yang dilakukan seseorang
Memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumberdaya alam
Besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya
tanggungan keluarga.
Tata kelola pemerintahan yang buruk yang menyebabkan inefisiensi
dan inefektivitas dalam pelayanan publik, meluasnya korupsi dan
rendahnya jaminan sosial terhadap masyarakat.

K. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Indonesia


Laporan Bank Pembangunan Asia (ADB) menyebutkan bahwa dalam lima
tahun terakhir keadaan kemiskinan di Indonesia semakin memburuk. Hal ini
diduga karena pesatnya pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan
meningkatnya Gross Domestic Product (GDP) dan atau disebabkan semakin
luasnya kesenjangan social.
Hingga kini kemiskinan merupakan problematika kemanusiaan yang
menjadi isu sentral di Indonesia. Lebih dari 110 juta orang Indonesia hidup
dengan penghasilan kurang dari US$ 2 per hari. Jumlah ini sama dengan jumlah
penduduk Malaysia, Vietnam, dan Kamboja jika digabungkan. Sebagian besar
penduduk miskin di Asia Tenggara tinggal di Indonesia.
Kemiskinan menjadi alasan rendahnya Human Development Index
(Indeks Pembangunan Manusia) Indonesia. Secara menyeluruh, kualitas manusia
Indonesia relatif sangat rendah jika dibandingkan dengan kualitas manusia di
negara-negara lain di dunia. United Nations Development Programme (UNDP)
menempatkan HDI Indonesia di peringkat 124 dari 187 negara pada tahun 2017.
Di tahun yang sama, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 30 juta
orang, sebesar 37% dari jumlah tersebut berada di daerah perkotaan dan 63% di
daerah pedesaan.

18
Kemiskinan menyebabkan jutaan rakyat memenuhi kebutuhan pangan,
sandang, dan papan secara terbatas, membuat anak-anak tidak bisa mengenyam
pendidikan yang berkualitas, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya
kemampuan untuk menabung dan berinvestasi, minimnya akses ke pelayanan
publik, kurangnya lapangan pekerjaan dan jaminan sosial, serta menguatnya arus
urbanisasi ke kota.

L. Tantangan Kemiskinan di Indonesia


Masalah kemiskinan di Indonesia sarat sekali hubungannya dengan
rendahnya tingkat Sumber Daya Manusia (SDM). dibuktikan oleh rendahnya
mutu kehidupan masyarakat Indonesia meskipun kaya akan Sumber Daya Alam
(SDA). Sebagaimana yang ditunjukkan oleh rendahnya Indeks Pembangunan
Masyarakat (IPM) Indonesia pada tahun 2002 sebesar 0,692. yang masih
menempati peringkat lebih rendah dari Malaysia dan Thailand di antara negara-
negara ASEAN. Sementara, Indeks Kemiskinan Manusia (IKM) Indonesia pada
tahun yang sama sebesar 0,178. masih lebih tinggi dari Filipina dan Thailand.
Selain itu, kesenjangan gender di Indonesia masih relatif lebih besar dibanding
negara ASEAN lainnya.
Tantangan lainnya adalah kesenjangan antara desa dan kota. Proporsi
penduduk miskin di pedesaan relatif lebih tinggi dibanding perkotaan. Data
Susenas (National Social Ekonomi Survey) 2004 menunjukkan bahwa sekitar 69,0
% penduduk Indonesia termasuk penduduk miskin yang sebagian besar bekerja di
sektor pertanian. Selain itu juga tantangan yang sangat memilukan adalah
kemiskinan di alami oleh kaum perempuan yang ditunjukkan oleh rendahnya
kualitas hidup dan peranan wanita, terjadinya tindak kekerasan terhadap
perempuan dan anak, serta masih rendahnya angka pembangunan gender (Gender-
related Development Indeks, GDI) dan angka Indeks pemberdayaan
Gender(Gender Empowerment Measurement,GEM).
Tantangan selanjutnya adalah otonomi daerah. di mana hal ini mempunyai
peran yang sangat signifikan untuk mengentaskan atau menjerumuskan
masyarakat dari kemiskinan. Sebab ketika meningkatnya peran keikutsertaan
pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan. maka tidak mustahil dalam
jangka waktu yang relatif singkat kita akan bisa mengentaskan masyarakat dari

19
kemiskinan pada skala nasional terutama dalam mendekatkan pelayanan dasar
bagi masyarakat. Akan tetapi ketika pemerintah daerah kurang peka terhadap
keadaan lingkungan sekitar, hal ini sangat berpotensi sekali untuk membawa
masyarakat ke jurang kemiskinan, serta bisa menimbulkan bahaya laten dalam
skala Nasional.
M. Kebijakan dan Program Penuntasan Kemiskinan
1) Penanganan Masalah Kurang Gizi dan Kekurangan Pangan
Penanganan masalah kurang gizi dan kekurangan pangan meliputi :
Perbaikan gizi masyarakat dengan kegiatan prioritas:
penanggulangan kurang energi protein, anemia gizi besi,
gangguan akibat kurang yodium, kurang vitamin A, dan zat
gizi mikro lainnya pada rumah tangga miskin.
Peningkatan ketahanan pangan dengan kegiatan prioritas:
penyaluran beras bersubsidi untuk keluarga miskin.
2) Perluasan Kesempatan Masyarakat Miskin Atas Pendidikan
Perluasan kesempatan masyarakat miskin atas pendidikan meliputi
kegiatan prioritas sebagai berikut :
Penyediaan bantuan operasional sekolah untuk SD, SMP,
Pesantren Salafiyah, dan satuan pendidikan non Islam setara
SD dan SMP.
Beasiswa siswa miskin jenjang SMA.
Pengembangan pendidikan untuk dapat membaca.
3) Perluasan kesempatan masyarakat miskin atas kesehatan
Perluasan kesempatan masyarakat miskin atas kesehatan meliputi
kegiatan prioritas sebagai berikut :
Pelayanan kesehatan penduduk miskin di Puskesmas
Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan
dasar terutama di daerah perbatasan, terpencil, tertinggal,
dan kepulauan.
Peningkatan pelayanan kesehatan rujukan terutama untuk
penanganan penyakit menular dan berpotensi wabah,
pelayanan kesehatan ibu dan anak, gizi buruk dan pelayanan
ke gawat darurat.
Pelatihan teknis bidan dan tenaga kesehatan untuk
mengurangi tingkat kematian pada kelahiran.
4) Perluasan Kesempatan Berusaha

20
Perluasan kesempatan berusaha meliputi peningkatan dukungan
pengembangan usaha bagi masyarakat miskin dengan kegiatan
pokok:
Percepatan pelaksanaan pendaftaran tanah rumah tangga
miskin.
Penasehat penataan hak kepemilikan dan sertifikasi lahan
petani.
Penyediaan sarana dan prasarana untuk usaha.
Pelatihan ketrampilan untuk menjalankan usaha.
Peningkatan pelayanan koperasi sebagai modal usaha

Upaya penanggulangan kemiskinan Indonesia telah dilakukan dan


menempatkan penanggulangan kemiskinan sebagai prioritas utama kebijakan
pembangunan nasional. Kebijakan kemiskinan merupakan prioritas Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2004-2009 dan dijabarkan lebih rinci
dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) setiap tahun serta digunakan sebagai
acuan bagi kementrian, lembaga dan pemerintah daerah dalam pelaksanaan
pembangunan tahunan.
Sebagai wujud gerakan bersama dalam mengatasi kemiskinan dan
mencapai Tujuan pembangunan Milenium, Strategi Nasional Pembangunan
Kemiskinan (SPNK) telah disusun melalui proses partisipatif dengan melibatkan
seluruh stakeholders pembangunan di Indonesia. Selain itu, sekitar 60 %
pemerintah kabupaten/ kota telah membentuk Komite penanggulangan
Kemiskinan Daerah (KPKD) dan menyusun Strategi Penanggulangan Kemiskinan
Daerah (SPKD) sebagai dasar arus utama penanggulangan kemiskinan di daerah
dan mendorong gerakan sosial dalam mengatasi kemiskinan.

Adapun langkah jangka pendek yang diprioritaskan antara lain sebagai


berikut:
 Mengurangi kesenjangan antar daerah dengan; (i) penyediaan sarana-
sarana irigasi, air bersih dan sanitasi dasar terutama daerah-daerah langka
sumber air bersih. (ii) pembangunan jalan, jembatan, dan dermaga daerah-
daerah tertinggal. (iii) redistribusi sumber dana kepada daerah-daerah yang
memiliki pendapatan rendah dengan instrumen Dana Alokasi Khusus
(DAK).

21
 Perluasan kesempatan kerja dan berusaha dilakukan melalui bantuan dana
stimulan untuk modal usaha, pelatihan keterampilan kerja dan
meningkatkan investasi dan revitalisasi industri.
 Khusus untuk pemenuhan sarana hak dasar penduduk miskin diberikan
pelayanan antara lain (i) pendidikan gratis sebagai penuntasan program
belajar 9 tahun termasuk tunjangan bagi murid yang kurang mampu (ii)
jaminan pemeliharaan kesehatan gratis bagi penduduk miskin di
puskesmas dan rumah sakit kelas tiga.
Di bawah ini merupakan contoh dari upaya mengatasi kemiskinan di
Indonesia :
Contoh dari upaya kemiskinan adalah di propinsi Jawa Barat tepatnya di
Bandung dengan diadakannya Bandung Peduli yang dibentuk pada tanggal 23 –
25 Februari 1998. Bandung Peduli adalah gerakan kemanusiaan yang
memfokuskan kegiatannya pada upaya menolong orang kelaparan, dan
mengentaskan orang-orang yang berada di bawah garis kemiskinan. Dalam
melakukan kegiatan, Bandung Peduli berpegang teguh pada wawasan
kemanusiaan, tanpa mengindahkan perbedaan suku, ras, agama, kepercayaan,
ataupun haluan politik.
Oleh karena sumbangan dari para dermawan tidak terlalu besar bila
dibandingkan dengan permasalahan kelaparan dan kemiskinan yang dihadapi,
maka Bandung Peduli melakukan targetting dengan sasaran bahwa orang yang
dibantu tinggal di Kabupaten/ Kotamadya Bandung, dan mereka yang tergolong
fakir. Golongan fakir yang dimaksud adalah orang yang miskin sekali dan paling
miskin bila diukur dengan “Ekuivalen Nilai Tukar Beras”.

22
STUDY KASUS PENGANGGURAN DI INDONESIA

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah pengangguran di


Indonesia mencapai 7,03 juta orang di Agustus 2016. Paling banyak berada di
perkotaan, di Provinsi Banten dan tamatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
yang notabene diarahkan untuk bekerja.
Pengangguran di Indonesia, paling banyak terdapat di perkotaan sebesar
6,60 persen di Agustus 2016. Di perdesaan hanya 4,51 persen. TPT tersebut
mengalami penurunan untuk wilayah perkotaan dari realisasi sebelumnya di
periode yang sama 2015 sebesar 7,31 persen dan 4,93 persen di perdesaan.
Lebih jauh Suharyanto menyebut, jumlah orang yang menganggur di
Republik ini berdasarkan pendidikan, terbanyak dari lulusan SMK dengan TPT
11,11 persen. Disusul lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) 8,73 persen,
Diploma III 6,04 persen, Sekolah Menengah Pertama (SMP) 5,75 persen, tamatan
Universitas 4,87 persen, dan Sekolah Dasar (SD) 2,88 persen.
"Kualitas lulusan SMK masih menjadi pekerjaan rumah. Masih terjadi
miss match antara yang dipelajari di sekolah dengan lowongan yang ada, sehingga
kualitas ini yang harus dibenahi," terang Suharyanto.
Berdasarkan provinsi, jumlah pengangguran tersebar di berbagai wilayah
di Tanah Air. TPT tertinggi, kata Suharyanto, berada di Banten sebesar 8,92
persen. Di urutan selanjutnya ada Jawa Barat dengan tingkat pengangguran 8,89
persen, dan di posisi tiga di Kalimantan Timur sebesar 7,95 persen.
"Tapi di Bali yang terendah dengan tingkat pengangguran 1,89 persen, itu
karena terkait pariwisata. Kalau pariwisata berkembang, makin banyak tenaga
kerja yang terserap dan pariwisata sangat luas cakupannya," Suharyanto
menuturkan. (liputan6.com)

23
STUDY KASUS KEMISKINAN DI INDONESIA

Badan Pusat Statistik mencatat terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin


secara tahunan menjadi 28,51 juta orang pada September 2015 atau bertambah
780 ribu orang dibanding September 2014 yang sebesar 27,73 juta orang.Kepala
BPS Suryamin di Jakarta, Senin (4/1/2016) mengatakan kenaikan jumlah
penduduk miskin paling signifikan tercatat pada periode September 2014 ke
Maret 2015, di antaranya dipicu oleh kenaikan harga Bahan Bakar Minyak pada
November 2014, dan juga imbas dari perlambatan ekonomi yang menekan
indikator kesejahteraan di sektor riil."Dari September 2014, bila kita bandingkan
dengan September 2015 masih naik. Kenaikan ada 0,78 juta orang,"
ujarnya.Merujuk data BPS, inflasi periode September 2014 ke Maret 2015
terekam tinggi, sebesar 4,03 persen, dengan laju inflasi pedesaan periode
September 2014-Maret 2015 sebesar 4,4 persen.BPS menggunakan garis
kemiskinann sebesar Rp344.809 per kapita per bulan per September 2015 untuk
menghitung penduduk miskin. Garis kemiskinan itu meningkat 4,24 persen dari
Rp330.776 per kapita per bulan per Maret 2015."Peranan komoditas makanan
terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditas non
makanan," kata dia.Dari sisi geografis, jumlah penduduk miskin paling banyak
mendominasi di pulau Jawa sebesar 15,31 juta jiwa. Sementara sisanya tersebar di
Sumatera sebesar 6,31 juta jiwa, Bali dan Nusa Tenggara 2,18 juta jiwa, pulau
Sulawesi 2,19 juta jiwa, Maluku sebanyak 1,53 juta jiwa, dan Kalimantan 0,99
juta jiwa. (http://www.suara.com)
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada
Maret 2017 jumlah penduduk miskin, yakni penduduk dengan pengeluaran per
kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di lndonesia mencapai 27,77 juta
orang (10,64 persen dari jumlah total penduduk). Menurut Kepala BPS
Suhariyanto, angka tersebut bertambah 6,90 ribu orang dibandingkan dengan
kondisi September 2016 yang sebesar 27,76 juta orang (10,70 persen). Meski
secara presentase angka kemiskinan mengalami penurunan, namun secara jumlah
angka tersebut mengalami kenaikan. "Ini sebenarnya karena pertumbuhan
penduduk yang naik saja dari tahun ke tahun. Sekarang kan jumlah penduduk 261

24
juta. Ini kan tiap hari juga berubah karena ada faktor kelahiran dan kematian,"
kata Suhariyanto di kantor BPS, Jakarta Pusat, Senin 17 Juli 2017.

25
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengangguran di Indonesia kondisinya saat ini sangat memprihatinkan,
banyak sekali terdapat pengangguran di mana-mana. Penyebab pengangguran
di Indonesia ialah terdapat pada masalah sumber daya manusia itu sendiri dan
tentunya keterbatasan lapangan pekerjaan. Indonesia menempati urutan ke 133
dalam hal tingkat pengangguran di dunia, semakin rendah peringkatnya maka
semakin banyak pula jumlah pengangguran yang terdapat di Negara tersebut.
Untuk mengatasi masalah pengangguran ini pemerintah telah membuat suatu
program untuk menampung para pengangguran. Selain mengharapkan bantuan
dari pemerintah sebaiknya kita secara pribadi juga harus berusaha
memperbaiki kualitas sumber daya kita agar tidak menjadi seorang
pengangguran dan menjadi beban pemerintah.
Dengan besarnya tingkat pengangguran tersebut maka semakin besar
pula tigkat kemiskinan di Indonesia. Indonesia yang sekarang tentu saja sangat
berbeda dari Indonesia satu dekade yang lalu. Maka bukan hal yang
mengejutkan apabila strategi-strategi pengentasan kemiskinan telah berubah
seiring dengan perubahan yang telah dialami oleh Indonesia.

26
DAFTAR PUSTAKA

http://astosetio.blogspot.co.id/2015/02/makalah-pengangguran.html
https://beritagar.id/artikel/berita/data-bps-pengangguran-di-indonesia-756-juta-
orang
http://blogganeh.blogspot.co.id/2013/08/penyebab-pengangguran-dan-cara.html
http://ekonomisajalah.blogspot.co.id/2015/09/pengertian-jenis-dampak-dan-
cara.html
https://gudangmakalah.blogspot.co.id/2012/12/makalah-pengangguran-dan-
kemiskinan-di.html
http://lianitadian-story.blogspot.co.id/2015/02/makalah-kemiskinan_19.html
http://nur-novia.blogspot.co.id/2012/02/cara-mengatasi-pengangguran.html
http://www.ilmuekonomi.net/2016/04/macam-macam-dan-cara-mengatasi-
pengangguran-terbuka-menurut-para-ahli.html
http://www.scribd.com/doc/15891512/Makalah-Masalah-Kemiskinan-Ekonomi
http://bisnis.liputan6.com/read/2645675/bps-banyak-lulusan-smk-yang-
menganggur
http://www.suara.com/bisnis/2016/01/04/211058/bps-akui-angka-kemiskinan-di-
indonesia-meningkat
https://www.liputan6.com/news/read/3445815/orangtua-depresi-bocah-8-tahun-
jadi-tulang-punggung-keluarga
https://bisnis.tempo.co/read/892130/maret-2017-jumlah-penduduk-miskin-
indonesia-capai-2777-juta

27

Anda mungkin juga menyukai