Anda di halaman 1dari 4

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Melitus atau yang biasa di singkat DM merupakan suatu kelompok

penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia karena adanya kelainan

pada sel β langerhans pankreas meliputi kelainan sekresi insulin, kerja insulin

atau keduanya (Chodijah dkk, 2013). DM berada pada peringkat keempat

penyakit tidak menular penyebab kematian pada semua umur di Indonesia

dengan persentase sebesar 2,1% (Fatimah, 2015). Menurut Puspita dkk. (2015)

akan terjadi peningkatan jumlah penyandang DM di Indonesia setiap tahunnya,

dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Fatimah

(2015) juga mengatakan gejala umum DM yang dikeluhkan oleh penderita

meliputi polidipsia, polifagia, poliuria, penurunan berat badan, dan kesemutan.

Diabetes Melitus merupakan penyakit yang bersifat menahun (kronik) yang

berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi, atau kegagalan

beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf jantung dan pembuluh darah

(Ruscianto dkk, 2016). Kerusakan yang terjadi pada pasien DM akan

meningkatkan resiko pengembangan penyakit mikrovaskular (nefropati,

neuropati, dan retinopati) dan makrovaskular (penyakit kardiovaskular, stroke,

dan penyakit arteri perifer). Kerusakan yang terjadi pada pembuluh darah akan

diikuti kelainan pada sel-sel darah (Kodiatte dkk, 2012).

Salah satu indikator kerusakan karena DM yakni perubahan pada jumlah

leukosit. Pada penderita DM akan terjadi reaksi inflamasi diikuti ketidak

seimbangan fungsi kemotaksis dan fagositosis, yang menyebabkan penderita


lebih rentan terhadap infeksi (ADA, 2015). Leukosit akan teraktivasi melalui

pelepasan sitokin seperti tumor necrosis factor (TNF), transforming growth

factor-1, superoksida, nuclear factor-B, monocyte chemoattractant protein 1,

interleukin-1, dan lain-lain yang dapat terinduksi pada kondisi hiperglikemia

(Sama, 2015).

Penelitian Chodijah dkk. (2013) pada perubahan jumlah leukosit

menunjukkan bahwa pasien DM tipe 2 dengan sepsis yang telah di ukur kadar

gula darah puasa dan jumlah leukositnya mengalami hubungan linear negatif

yang artinya makin tinggi glukosa darah puasa rerata maka makin rendah jumlah

leukosit rerata.

Trombosit berperan penting pada pembekuan darah dan juga sebagai salah

satu indikator adanya kerusakan pembuluh darah (endotel) akibat DM (Enrica

dkk, 2014). Pada penderita DM akan terjadi perubahan viskositas darah dan

menurunkan sintesis Nitrit Oxide (NO). Perubahan yang terjadi dapat

meningkatkan aktivasi trombosit dan sistem pembekuan (Setiabudi, 2009).

Trombosit pada pasien DM juga mengalami beberapa perubahan di antaranya

peningkatan ekspresi P-selektin dan ekskresi kalsium, penurunan kadar cAMP

dan ambang rangsang. Perubahan tersebut menyebabkan trombosit yang hiper

reaktif (Enrica dkk, 2014).

Penelitian Puspita dkk. (2015) terhadap perubahan jumlah trombosit pada

penderita DM dengan kaki diabetik, sebanyak 6 pasien mengalami peningkatan

jumlah trombosit (trombositosis) dan sebanyak 14 pasien memiliki jumlah

trombosit dalam batas normal. Selain itu, juga didapatkan adanya perbedaan

2
rerata angka trombosit yang lebih tinggi pada kelompok tes daripada kelompok

kontrol.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

meneliti tentang hubungan antara kadar gula darah terhadap jumlah leukosit dan

trombosit pada penderita diabetes melitus.

B. Pembatasan Masalah

Pembatas masalah pada penelitian yang dilakukan yakni pasien DM tanpa

komplikasi dengan tidak memperhatikan jenis DM yang di derita.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, rumusan masalah yang di dapat yaitu

bagaimana hubungan antara kadar gula darah terhadap jumlah leukosit dan

trombosit pada penderita DM ?

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum.

Untuk mengetahui hubungan antara kadar gula darah terhadap jumlah

leukosit dan trombosit pada penderita DM.

2. Tujuan Khusus.

a. Untuk mengetahui adanya hubungan antara kadar gula darah dengan

jumlah leukosit

b. Untuk mengetahui adanya hubungan antara kadar gula darah dengan

jumlah trombosit

c.

3
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis.

Hasil penelitian dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan

pengetahuan tentang hubungan antara kadar gula darah terhadap jumlah

leukosit dan trombosit serta dapat dijadikan acuan bagi calon peneliti

selanjutnya, terutama penelitian yang berhubungan dengan DM.

2. Manfaat Praktis.

a. Penelitian dapat menjadi masukan bagi penentu kebijakan, dinas

kesehatan, puskesmas dan rumah sakit dalam mengembangkan program

pengendalian gula darah.

b. Penelitian akan memberikan implikasi terhadap proses monitoring dan

evaluasi program DM.

Anda mungkin juga menyukai