KELOMPOK 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu.
Adapun isi dari makalah ini mengenai “Dialog antar umat beragama,
perlukah ?”. yang akan membahas tentang latar belakang dialog, mengapa
dialog sangat penting bagi masyarakat, bagaimana peran dialog antar umat
beragama, etika-etika dalam berdialog, dan masalah-masalah yang timbul.
Dalam situasi historis yang baru itulah dialog makin menonjol dalam
semua bidang, baik di tingkat internasional, tingkat regional, tingkat nasional
dan juga tiap-tiap daerah, kota dan desa, dimana manusia-manusia yang
mempunyai latar belakang yang beraneka ragam menghadapi tanggung jawab
bersama untuk memelihara dan mengembangkan kemanusiaan bersama. Dialog
berarti membuka diri bagi pandangan yang berbeda-beda dengan tiap orang.
Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Dosen pengempu
mata kuliah agama (Bu Ester) dan orang-orang yang telah berpartisipasi dalam
menyelesaikan makalah ini.
2|Page
DAFTAR ISI
Halaman Judul....................................................................................................... i
Kata Pengantar......................................................................................................ii
Daftar Isi...............................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan............................................................................................1-2
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2
BAB II Pembahasan.........................................................................................3-10
2.1 Sejarah Dialog antar agama di Indonesia..............................................3
2.2 Pengertian Dialog Antar Umat Beragama.............................................4
2.3 Tujuan Dialog antar agama....................................................................4
2.4 Syarat-syarat Dialog...........................................................................4-5
2.5 Jenis Dialog Antar Umat Beragama.......................................................6
2.6 Kehidupan Agama Di Indonesia.........................................................6-7
2.7 Beberapa Masalah yang Mempengaruhi Hubungan Antar-Agama....7-8
2.8 Hubungan antara Agama Islam, Kristen, Hindu, Buddha................8-10
2.9 Realitas Konflik Antar-Agama di Indonesia........................................11
2.10 Tantangan dan Peluang dalam Dialog Antar Agama...................11-12
2.11 Hambatan-hambatan dalam Membangun Dialog Antarumat
beragama.........................................................................................12-13
2.12 Penanggulangan konflik antar umat agama......................................13
BAB III Penutup..................................................................................................14
- Kesimpulan........................................................................................14
- Saran..................................................................................................14
Daftar Pustaka.....................................................................................................16
Lampiran..............................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
1|Page
3. apa tujuan dialog antar umat beragama ?
4. Syarat-syarat apa sajakah dalam berdialog ?
5. Jenis dialog antar umat beragama seperti apa ?
6. Kehidupan agama di Indonesia seperti apa ?
7. Masalah-masalah apa sajakah yang mempengaruhi hubungan antar-
Agama ?
8. Bagaimana hubungan antara Agama Islam, Kristen, Hindu, Buddha, Kong
Hu Cu ?
9. Bagaimana realitas konflik Antar-Agama di Indonesia ?
10.Apa sajakah tantangan dan peluang dalam dialog antar Agama ?
2|Page
BAB II
PEMBAHASAN
3|Page
(DGI) menyelenggarakan seminar Agama-agama yang kemudian
berlangsung setiap tahun dengan tema-tema yang disesuaikan dengan
perkembangan yang sedang terjadi. Dari tema-tema yang jelas dialog
dipusatkan pada masalah yang dihadapi bersama sebagai bangsa dan
masyarakat Indonesia.
Di Indonesia tampaknya agama-agama bergerak sendiri-sendiri
menghadapi tantangan perkembangan zaman. Padahal tantangan yang kita
hadapi itu dihadapi oleh semua umat. GBHN mengamanatkan harapan dari
umat beragama akan bertanggungjawab bersama dari semua golongan
beragama dan kepercayaan TYME untuk secara terus menerus dan bersama-
sama meletakkan landasan spriritual, moral danetika yang kokoh bagi
pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila.
Selain ini umat beragama belum bergaul secara akrab yang ada hanya
semacam ko-eksistensi, enggan membicarakan masalah secara bersama-sama
karena takut menimbulkan “keresahan” atau takut ada yang tersinggung.
Padahal justru karena ada perbedaanlah maka pengenalan perlu dan karena
perbedaan pula persatuan menjadi hidup.
4|Page
berdampak sangat negatif. Untuk menghadapi fenomena ini, para pemuka
lintas agama tingkat pusat melakukan dialog antar umat beragama.
5|Page
2.) Rintangan yang harus diatasi :
a.) Rintangan bahasa : karena dalam setiap logat bahasa setiap
orang berbeda beda walaupun cara baca sama, tetapi
mempunyai arti beda, maka dari itu harus mencari bahasa yang
sesuai.
b.) Gambaran tentang orang lain yang keliru : dalam hal ini
banyak masyarakat beranggapan bahwa pendapat bahkan
agama mereka yang benar dan menyalahkan agama orang lain,
dalam dialog tidak bisa kita menyalahkan yang lain karna akan
mempersempit pemikiran kita.
c.) Nafsu membela diri : dalam dialog kebanyakan saling
membela diri dan ingin pendapat mereka yang diterima dan
menang, tapi hal itu tidak dapat titik terang dalam dialog,
harusnya kita terbuka dan menerima pendapat mereka, dalam
artian kita tidak kalah, tetapi hanya saling tukar informasi untuk
mencari tujuan pemersatu antar umat beragama.
2.5 Jenis Dialog Antar Umat Beragama
Menurut H. Kasno Sudaryanto, jenis dialog terbagi jadi 4, yaitu :
1) Dialog Kehidupan, menjadi aktual dalam berkehidupan bersama
masyarakat dengan sikap saling menghormati, menghargai, dan mampu
menerima perbedaan orang lain. Dialog ini terjadi di antara penganut-
penganut yang berbeda dalam hidup keseharian yang mencangkup segala
bentuk pergaulan dan hubungan sosial. Dialog ini bisa terjadi dimana saja,
seperti dalam keluarga, masyarakat, dan tempat kerja. Hal ini dikarenakan
penganut-penganut agama yang berbeda hidup saling berdampingan.
Dengan hidup berdampingan, secara langsung mereka kondisi kehidupan
yang sama, baik suka dan duka, sehingga mereka dapat berbagi
pengalaman dan menghayati hidupnya berdasarkan keyakinan imannya
sendiri tanpa melihat perbedaan yang ada.
2) Dialog Aksi/karya, adalah upaya melakukan kegiatan sosial yang
bertujuan membantu orang lain secara bersama-sama. Tujuannya yaitu
membantu orang lain tanpa memandang siapa dia dan agamanya apa.
Tidak dipungkiri lagi sebagai umat beragama menyadari bahwa dirinya
adalah bagian dari masyarakat. Maka dari itu diharapkan bahwa umat
beragama dapat bekerjasama untuk membangun atau memajukan
masyarakat dalam dialog karya, mereka yang berbeda agama dapat saling
6|Page
bahu-membahu untuk beraksi atau berkarya, baik untuk tujuan
kemanusiaan, sosial, ekonomi, atau politik.
3) Dialog Pengalaman Religius, yaitu dalam bentuk aktivitas bertukar
pengalaman tentang agamanya masing-masing. Contohnya, orang islam
berbagi pengalaman mengenai Ibadah Haji, orang Kristen berziarah ke
Israel.
4) Dialog Teologi, yaitu upaya menjelaskan ajaran agama yang dianut oleh
masing-masing pihak, guna untuk dipahami dan dimengerti, bukan untuk
diperdebatkan. Biasanya dilakukan oleh para teologi.
7|Page
bergerak dalam bidang keagamaan, pendidikan, sosial dan politik. Dan dalam
perkembangan pergerakan-pergerakan tersebut bukan saja dipengaruhi tapi
juga ikut mempengaruhi kehidupan politik. Salah satu perkembangan yang
penting dewasa ini adalah bahwa masing-masing umat beragama mempunyai
semacam puncak organisasi, setidak-tidaknya yang berdiri di atas kelompok
umat. Umat Islam mempunyai “Majelis Ulama Indonesia”, umat Kristen
mempunyai “Dewan Gereja-gereja Indonesia, umat Katolik mempunyai
“Majelis Agung Waligereja Indonesia, umat Hindu mempunyai “Parisada
Hindu Dharma”, umat Budha mempunyai “Majelis Agung Agama Budha
Indonesia” dan umat Kong Hu Cu mempunyai “Majelis Tinggi Agama Kong
Hu Cu Indonesia”.
8|Page
Hubungan antara umat beragama di Indonesia tidak bisa lepas dari
problem mayoritas dan minoritas. Di kalangan mayoritas timbul perasaan
tidak puas karena merasa terdesak posisi dan peranannya. Sedangkan di
kalangan minoritas timbul ketakutan karena merasa terancam ekstensi dan
hak-hak asasinya. Ditambah lagi kurang adanya pergaulan yang erat antara
para pemuka berbagai agama, maka ancaman terhadap kehidupan yang rukun
cukup besar.
9|Page
keterbatasanya, manusia dipanggil untuk mengungkapkan cinta kasih Allah
yang tak terbatas.
Gereja Katolik sangat menyetujui dengan kegiatan dialog, terlebih dialog
antarumat beragama. Sikap dialog dalam Gereja Katolik sangat terlihat
ketika Konsili Vatikan II. Dalam konsili tersebut disadari bahwa dialog
adalah suatu kebutuhan fundamental Gereja, di mana Gereja terpanggil untuk
bekerja sama dalam rencana Allah, lewat respek dan cinta terhadap semua
orang. Bagi Paulus VI, dialog bukanlah sekedar diskusi, melainkan
mencangkup berbagai hubungan antaragama yang positif dan membangun,
demi saling pemahaman dan saling memperkaya.
Dalam Islam prinsip ini, dikenal dengan adagium al-Quran “bagimu
agamamu dan bagiku agamaku” dan ajaran ta’aruf yang saling memahami,
saling menghargai, dan saling menghormati. Ajaran ini akan membawa
pemeluk berbeda agama untuk bersedia hidup berdampingan secara damai
dama konfigurasi kemajemukan. Islam menekankan yang kuat pada
persekutuan orang percaya Qur’an menekankan bahwa “Umat manusia
adalah satu persekutuan”. Lain dari pada itu bukan hanya orang setia kepada
agama tertentu yang menyatakan bahwa mereka memiliki cadangan-
cadangan yang menekankan pokok ini.
Didalam masing-masing agama dari kelima agama yang hadir disini
terasa ada unsur umum yang mengatasi batas-batas mereka. Dalam agama
Hindu baik yang klasik maupun yang modern, ada unsur penekanan perhatian
terhadap persekutuan umat manusia yang universal. Sri Aurobindo, dalam
buku Devini life, bahkan membicarakan tentang pengelompokan-
pengelompokan besar dari bangsa-bangsa dan tentang kesatuan dunia sebagai
konsekuensi logis daripada evolusi spiritual dalam batin.
Agama Buddha menekankan persamaan manusia, dalam Sangha
mereka menekankan pola persekutuan yang baru sama sekali, yang mengatasi
sistim kasta tradisional. Adalah suatu kesalah pahaman kalau dikira agama
Yahudi hanya bersangkut paut dengan Israel, karena perhatian Allah juga
meliputi bangsa-bangsa lain, serta nabi-nabi menunjuk pada penglihatan
tentang umat manusia yang hidup bersama dalam naungan Allah dalam
kebenaran dan kedamaian.
Khong Hu Cu sangat mementingkan ajaran moral. Jika setiap orang
dapat mengusahakan keharmonisan dengan sesama, dengan alam dan dengan
Tuhan maka akan tercipta perdamaian Allah. Tujuan hidup yang dicita-
citakan salam ajaran agama ini adalah menjadi seorang kunchu (manusia
10 | P a g e
budiman). Seorang Kuncu adalah orang yang memiliki moralitas tinggi yang
mendekati moralitas sang Nabi (Konghucu).
Orang-orang yang mengaku tidak beragama, yang setia kepada
ideologi-ideologi tertentu seperti Marxisme juga menunjukkan pada dimensi
yang lebih besar itu dengan cara yang berbeda. Marxisme menantikan
terwujudnya ”persekutuan dunia” secara penuh sebagai hasil dari proses
historis yang berlangsung melalu perjuangan kelas dan revolusi kearah
terbentuknya masyarakat tanpa kelas pada akhirnya. Persekutuan dunia disini
dipahami akan terjadi dalam bentuk ”Internasionalisasi proletariat”.
Organisasi-organisasi seperti persekutuan bangsa-bangsa memiliki anggapan-
anggapan mereka sendiri mengenai hakekat persekutuan dunia, usaha-usaha
yang harus dilakukan untuk membangunnya serta proses historis yang barang
kali dapat menuju kesana dimasa depan yang mungkin masih jauh disana.
Soal yang pelik yang dihadapi disini ialah untuk menyatakan hubungan
dialektis antara kekhususan persekutuan seseorang pada satu pihak dan
tuntutan universal bagi terwujudnya persekutuan dunia pada pihak lainnya.
11 | P a g e
Menghadapi berbagai konflik di atas, tepat bila diupayakan
terselenggaranya dialog antar umat beragama yang dimulai antara para tokoh-
tokoh agama dengan pemerintah maupun tokoh-tokoh agama dengan
masyarakat. Mengapa dialog sangat ditekankan dalam membina kerukunan di
antara umat beragama? Ada beberapa alasan yang dapat dijadikan dasar bagi
pelegitimasian adanya dialog antara umat beragama. Beberapa alasan itu antara
lain; Pertama, dialog merupakan titik simpul dari semua pembahasan tentang
membangun kerukunan di antara umat beragama. Dialog menjadi media
pertukaran ide, informasi, dan pengetahuan tentang agama satu sama lain.
Dialog juga membantu kita dalam proses transaksi nilai-nilai religius yang
mengacu pada pembentukan dan penumbuhan semangat bersama. Melalui
dialog, kita diajak untuk melihat kehidupan dalam wawasan yang lebih luas,
perspektif yang semakin variatif, dan persoalan-persoalan yang mendesak yang
mesti harus diatasi. Kedua, dengan dialog, umat kristiani dan umat lain
diundang untuk memperdalam komitmen religiusnya agar menanggapi
panggilan personalnya dengan semakin tulus dan hormat akan yang lain.
12 | P a g e
Kristen dan islam secara besar-besaran seperti Perang Salib. Kedua sejarah
kelam ini membawa umat kristiani kepada suatu kesadaran baru dengan
mengajak umat Kristiani maupun umat beragama lain untuk melupakan masa
lampau yang suram karena dianggap sebagai beban sejarah yang merusakkan
hubungan yang terbuka dan saling menerima. Kedua, antara agama katolik dan
agama-agama yang lainnya mengandung unsur-unsur kebenaran tertentu yang
perlu diyakini dan diterima oleh penganut agama manapun. Selain itu, antara
agama katolik dan agama-agama yang lainnya memiliki kesamaan sejumlah
unsur pokok. Misalnya antara Islam dan Katolik. Keduanya merupakan agama
Ibrahim, mewarisi tradisi ethical monotheism, merupakan agama wahyu dengan
rasul dan kitab suci masing-masing, sedangkan dengan rasul dan kitab suci itu
menempatkan keduanya sebagai agama historis.
13 | P a g e
selalu mencari ilmu dulu kepada orang yang dianggap ahlinya dalam ilmu
agama, sebelum mereka mengamalkan dan mendakwahkan.
14 | P a g e
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dialog antarumat beragama adalah sebuah komunikasi antarumat
beragama, baik individu maupun kelompok, yang bersifat dinamis penuh
dengan semangat persahabatan dan pelayanan. Dialog antarumat
beragama mempunyai empat macam, yakni dialog kehidupan, dialog
karya, dialog pakar, dan dialog pengalaman religius. Tujuan dari dialog
antar umat beragama adalah untuk saling memahami dan memperkaya
pengalaman iman dari masing-masing agama. Selain itu umat beragama
diharapkan dapat saling berpikir untuk membangun masyarakat dan
memikirkan fenomena-fenomena yang ada, dan menghindari konflik yang
dapat memecahkan masyarakat.
Dialog merupakan gejala harapan baik yang berlangsung di dalam
maupun di luar manusia. Jadi, dialog umat beragama mengajarkan kita
bahwa dalam umat beragama kita tidak boleh memandang perbedaan-
perbedaan yang timbul dan dialog mengajarkan kita betapa pentingnya
menjalin kerukunan dalam umat beragama.
B. Saran
Agar kerukunan hidup umat beragama dapat terwujud dan
senantiasa terpelihara, perlu memperhatikan upaya-upaya yang
mendorong terjadinya kerukunan secara mantap dalam bentuk
memperkuat dasar-dasar kerukunan internal dan antar umat beragama,
serta antar umat beragama dengan pemerintah.
15 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
- Dialog antar umat beragama, dimana kita berada kini ? disusun oleh Olaf
Schumann. Lembaga penelitian dan studi-Dewan Gereja-gereja di
indonesia Jakarta. Penerbit LPS-DGI kerja sama dengan Dharma Cipta
1982 (291.1 S392d)
- Dialog antar umat beragama, dari manakah kita bertolak ? disusun oleh
Olaf Schumann. Lembaga penelitian dan studi-Dewan Gereja-gereja di
indonesia Jakarta. Penerbit LPS-DGI kerja sama dengan Dharma Cipta
1982 (291.1 S392dd)
- Agama dan Tantangan Zaman seri prisma II LP3ES. Pencetak : Midas
Surya Grafindo cetakan pertama November 1985 (291.17 A259a c.5)
- Pluralisme Dialog & Keadilan. Stenley Adi Prasetyo
16 | P a g e
LAMPIRAN
Sinopsis Vidio
Dialog Teologi, yaitu upaya menjelaskan ajaran agama yang dianut oleh masing-
masing pihak,guna untuk dipahami dan dimengerti, bukan untuk diperdebatkan. Biasanya
dilakukan oleh para teologi. Dialog ini untuk menjabatani hubungan umat pemeluk kedua
agama yaitu agama Islam dan Kristen, karena hanya dengan demikian umat antar agama
dapat menyelesaikan masalah diantara mereka. Berdialog merupakan kesediaan untuk saling
berbicara dan saling mengenal, tanpa saling mencampuri satu sama lain. Namun dalam dialog
ini malah terjadi perdebatan sengit antara Tim Islam dan Tim Kristen. Sebenarnya
kepercayaan dan KeTuhanan itu tidak perlu di perdebatkan karena setiap agama punya cra
pandangnya masing-masing. Jadi dialog seperti ini tidak ada titik temu, malah membuat
masing-masing agama saling memandang rendah terhadap kepercayaan lainnya, mereka
menganggap kepercayaan mereka paling benar dengan cara pandang mereka masing-masing
dan secara terang-terangan menolak kepercayaan lainnya, sehingga hal itu yang membuat
dialog seperti ini tidak berakhir dengan baik karena masing-masing orang tidak mau
merendahkan hati untuk saling menerima cara pandang yang lainnya.
Karena itu lebih baik masing-masig orang memiliki jiwa saling tolerensi satu sama
lain sehingga walaupun berbeda keyakinan atau agama mereka tetap bisa hidup
berdampingan, saling membantu dengan yang lainnya. Sehingga di dalam masyarakan akan
merasa damai sejahtera.
17 | P a g e