RumusMolekul C9H8O4
Beratmolekul 180,16
Namakimia Asamasetilsalisilat
Hablurputih, umumnyasepertijarumataulempengantersusun,
Pemerian atauserbukhablurputih, tidakberbauatauberbaulemah. Stabil di udarakering, di
dalamudaralembabsecarabertahapterhidrolisamenjadiasamsalisilatdanasamasetat.
Sukarlarutdalam air, mudahlarutdalametanol, larutdalamkloroform,
Kelarutan
dandalameter, agaklarutdalametermutlak.
RumusMolekul C7H6O3
Titikleleh 156oC
Titiknyala 76oC
2. AsetatAnhidridat
Asetat anhidrat merupakan anhidrat dari asam asetat yang struktur antar molekulnya simetris. Asetat
anhidrat memiliki berbagai macam kegunaan antara lain sebagai fungisida dan bakterisida, pelarut senyawa
organik, berperan dalam proses asetilasi, pembuatan aspirin, dan dapat digunakan untuk
membuat acetylmorphine. Asam asetat anhidrat paling banyak digunakan dalam industri selulosa asetat
untuk menghasilkan serat asetat, plastik, serat kain dan lapisan kain(Baysinger,2004).
Tabel 2.4Sifat fisika asetat anhidrat(Baysinger,2004).
%UnsurPenyusun C= 1(16,67%), H= 4 (66,67%), O= 1 (16,67%)
Rumusmolekul (CH3CO)2O
Suhukritis 2960C
3. Asam sulfat
Asam sulfat H2SO4, merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut dalam air pada
semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan dan merupakan salah satu produk
utamaindustri kimia (Baysinger,2004).
Tabel 2.6 Sifat fisika Asam Sulfat (Baysinger,2004).
% UnsurPenyusun H=2 (28,57%), S=1 (14,28 %), O = 4 (57,14%)
RumusMolekul H2SO4
Titikdidih 340oC
Titikbeku 10,49oC
Densitas 1,9224 gr/cm3
4. Aspirin
Aspirin adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang sering digunakan sebagai
senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri), antipiretik (terhadap demam)
dan peradangan(Baysinger,2004).
Tabel 2.8 Sifat fisika Aspirin(Baysinger,2004).
BobotMolekul 180,2 gr/mol
Titikdidih 1400C
Titiklebur 1380C – 1400C
Beratjenis 1.40 g/cm³
Kelarutandalam
10 mg/mL (20°C)
air
Rumusmolekul FeCl3
Titikdidih 315OC
Titiklebur 282OC
Penyimpanan Dalamwadahtertutuprapat.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Bahan-bahan yang Digunakan:
1. Alkohol
2. Aquadest
3. Asam asetat glasial
4. Asam salisilat
5. Asam sulfat pekat
6. Ferri klorida
3.2 Alat-alat yang Digunakan:
1. Batang pengaduk 7. Pipet tetes
2. Gelas piala 8. Pompa vakum
3. Kaca arloji 9. Tabung reaksi
4. Kertas saring 10. Termometer
5. Labu didih dasar bulat 11. Timbangan analitik
6. Penangas air
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Pembuatan aspirin
1. Asam salisilat sebanyak5 gramdimasukkan ke dalam labu didih dasar bulat(reaktor)kemudianditambahkan
denganasam asetat glasialsebanyak 12 ml sedikit demi sedikit serta 4 tetesasam sulfat pekat.
2. Labu didih digoyang-goyangkan agar zat tercampur dengan baik(dilakukan dalam lemari asam).
3. Campuran dipanaskan dengan penangas air pada temperatur 500C -600C sambil diaduk selama 15 menit.
4. Campuran dibiarkan menjadi dingin pada suhu kamar, sambildiaduk sekali-sekali.
5. Aquades sebanyak60 ml ditambahkankedalamcampuran, kemudian diaduk sempurna.
6. Selanjutnya endapan disaringmenggunakan pompavakum.
3.3.2 Rekristalisasi aspirin (pemurnian aspirin)
1. Aspirin dilarutkan dengan15 ml alkohol hangat (dalam labu didih dasar bulat).
2. Air hangat sebanyak40 ml dituangkan ke dalam larutan aspirin-alkohol.
3. Labu didih dipanaskan sampai zat-zat larut dengan baik (dalam penangas air). Bila
terbentuk endapan, larutan disaring dalam keadaan panas dengan cepat.
4. Larutan jernih didinginkan menggunakan batu es.
5. Larutan tersebut diamati sampai kristal yang terbentuk cukup banyak.
6. Larutan dan endapan disaringmenggunakan kertas saring dengan corongbuchner,sebelumnya kertas saring
yang digunakanditimbang terlebih dahulu.
7. Endapan dikeringkan pada suhu kamar.
8. Berat aspirin yang terbentuk ditimbang bila telah kering.
9. Rendemennya kemudian dihitung.
3.3.3 Uji kemurnian aspirin
1. Kristal aspirin hasil rekristalisasidimasukkan dalam tabung reaksi (cukup diambil sedikit), kemudian asam
salisilat dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berbeda (dengan kadar sama sebagai pembanding).
2. Kristal aspirin dan asam salisilat dilarutkan menggunakan alkohol masing-masing sebanyak 1 ml.
3. Larutan ferri klorida sebanyak 3 tetes ditambahkan pada setiap tabung reaksi dandiamati, bila
larutan aspirin berubah warna menjadi ungu berarti aspirin yang dibuat belum murni.
4. Jika aspirin belum murni, rekristalisasi terhadap aspirin diulangi dengan cara seperti diatas.
3.3.4 Rangkaian alat
Gambar 3.1 Rangkaian pompa vakum (Tjay, 1998)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
Data yang didapat:
Kertas saring : 1,074 gram
Kertas saring + sampel : 4,78 gram
Aspirin yang didapat : 3,706 gram
Massa Relatif : 180 gram/ml
Asam salisilat : 5 gram
Berat Jenis : 1,44 gram/ml
Massa Relatif : 138 gram/ml
Asam Asetat anhidrat : 12 ml
Berat Jenis : 1,08 gram/ml
Massa Relatif : 102 gr/mol
Asam Sulfat pekat : 4 tetes
Alkohol : 15 ml
Akuades : 40 ml
FeCl3 : 3 tetes
m.aspirin teori = n x Mr
= 0,038 mol x 180 gr/mol
=6,48 gram
% rendemen x 100 %
x 100 % = 57,19 %
4.2 Pembahasan
Sintesa asam asetil salisilat berdasarkan reaksi asetilasi antara asam salisilat dengan
asetatglasialdengan menggunakan asamsulfat pekat sebagai katalisator. Asam salisilat adalah asam
bifungsional yang mengandung dua gugus –OH dan –COOH.
Digunakan asetat glasialdimaksudkan karena asetat glasial tidak mengandung air dan mudah
menyerap air sehingga air yang dapat menghidrolisis aspirin menjadi salisilat dan asetat dapat dihindari.
Penggunaan asetat glasial juga dimaksudkan agar mencegah adanya air, karena jika terdapat air makakristal
dari aspirin akan terurai menjadi asam salisilat dan asetat glasial kembali atau dengan kata lain reversible
(reaksi bolak balik). Penambahan asam sulfat pekat pada larutan campuran asam salisilat dengan
asetat glasial adalah berfungsi sebagai kataliastor, jadi asam sulfat berfungsi untuk mempercepat terjadinya
sintesadengancara menurunkan energi aktivasi sehingga energi yang diperlukan dalam sintesa sedikit.
Setelah asam salisilat tercampur sempurna maka larutan dipanaskan dengan menggunakan penangas
air, hal ini bertujuan untuk menghilangkan zat-zat pengotor yang ada pada bahan sehingga aspirin yang
diperoleh nanti memiliki kemurniaan tinggi. Selain itu fungsi dari pemanasan adalah untuk memepercepat
kelarutan dari asam salisilat sehingga dapat bercampur dengan sempurna, hal ini dikarenakan proses
pemanasan akan mempercepat gerak kinetik dari molekul-molekul yang ada dalam larutan sehingga laju
reaksi akan semakin cepat dan reaksi berjalan cepat.
Berat aspirin kasar basah yang kami dapatkan pada praktikum yaitu 6,77 gram. Aspirin kasar ini
kemudian dimurnikan dengan melarutkannya dalam 15 ml alkohol dan 40 ml air hangat, agar aspirin larut
sempurna dilakukan pemanasan pada suhu 500C-600C. Dengan demikian aspirin akan larut dan dapat
dipisahkan dari pengotornya dengan penyaringan menggunakanpompa vakum.
Setelahitu dilakukan proses rekristalisasi menggunakan dua pelarut (alkoholdan air) supaya
mendapatkan kristal yang bagus dan hasil yang maksimum. Dalam hal ini alkohol berperan untuk melarutkan
sedangkan air berperan untuk mengkristalkan. Syarat pelarut rekristalisasi adalah dalam keadaan panas
maupun dingin, aspirin tetap larut dalam alkohol sehingga perlu ditambahkan air untuk membantu
mengkristalkan aspirin. Akan tetapi penambahan air dilakukan setelah aspirin larut dalam etanol. Karena
aspirin akan berubah menjadi asam asetat jika terkena air langsung.
Filtrat hasil penyaringan mengandung aspirin murni didinginkan dan dibiarkan membentuk kristal
aspirin, setelah tidak lagi terbentuk kristal. Kristal disaring dan dikeringkan. Hasil kristal aspirin murni yang
didapat yaitu 3,706 gram.
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum mereaksikan bahan-bahan, yaitu alat-alat yang digunakan
harus bebas air (kering),jika aspirin yang sudah terbentuk terkena air, maka aspirin akan berubah kembali
menjadi asam asetatdan tidak dapat dipakai kembali.Reaksi akan berlangsung dengan baik pada suhu 50 0C-
600C. Pada suhu tersebut merupakan suhu optimal pada pembentukan aspirin (reaksi berlangsung cepat tetapi
ikatan ester aspirin tidak lepas). Jika suhu yang digunakan di atas 60 0C maka ester yang terbentuk dapat
terurai sehingga aspirin tidak terbentuk. Dikarenakan titik leleh aspirin di atas 70 0C. dan bila suhu yang
digunakan dibawah 500C maka reaksi yang terjadi akan berlangsung lambat. Juga pada percobaan ini baru
terbentuk endapan putih (aspirin) setelah dipanaskan. Lalu didiamkan sampai dingin dan di uji dengan
larutan FeCl3, supaya kita dapat mengetahui apakah masih ada asam salisilat yang tersisa (yang belum
beraksi dengan asetat glasial) untuk membentuk aspirin. Jika masih ada asam salisilat, maka larutan yang
telah ditambahkan FeCl3, akan berwarna ungu. Jika semua asam salisilat sudahberubah menjadi aspirin maka
larutan tersebut akan berwarna bening bila ditambahkan FeCl3. Apabila masih ada asam salisilat maka harus
dilakukan rekristalisasi ulang sampai tidak berwarna ungu lagi saat di uji dengan FeCl3
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Aspirin dibuat dengan cara mereaksikan asam salisilat dengan asetat glacial menggunakan asam sulfat pekat
sebagai katalis.
2. Hasil rekristalisasi aspirin dalam pratikum berwujud kristal.
3. Berat aspirin yang didapatkan dari percobaan yaitu 3,706 gr, dengan rendemen sebesar 57,19 %.
4. Pada proses pengujian dengan menggunakan FeCl3, warna larutan tetap bening yangmenandakan aspirin
telah murni.
5.2 Saran
1. Sebaiknya melakukan pencampuran zat-zat untuk membuat aspirin dilakukan di dalam lemari asam dengan
hati-hati.
2. Jaga rentang suhu pada saat pemanasan karena suhu tinggi menyebabkan zat terurai.
3. Lakukan penyaringan zat pengotor dengan segera setelah aspirin dipanaskan agar aspirin yang didapat lebih
murni.
Daftar Pustaka
Austin. Gorge T. 1984. Shereve’s Chemical Process Industries. 5th ed. McGra- Hill Book Co: Singapura
Baysinger, Grace.Et all. 2004. CRC Handbook Of Chemistry and Physics. 85th ed.
Marry, Bellis. 2010. “Aspirin”, http://inventors.about.com,DiaksesRabu18 Maret 2015.
Mimir. 2011. “Aspirin atau Asam Asetilsalisilat (Asetosal”). http://robbaniryo.com, Kamis19 Maret2015.
Posted by Rifa'i_S at 07:51
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK II
PERCOBAAN I
PEMBUATAN ASPIRIN
(Asam Asetilsalisilat)
OLEH :
NAMA : ALFAHRU MANGIDI
STAMBUK : A1C4 13 050
KELOMPOK :IB
ASISTEN PEMBIMBING : ALI SAMAD ASCHAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aspirin adalah obat pertama yang dipasarkan dalam bentuk tablet. Sebelumnya, obat
diperdagangkan dalam bentuk bubuk (puyer). Dalam menyambut Piala Dunia FIFA 2006 di Jerman,
replika tablet aspirin raksasa dipajang di Berlin sebagai bagian dari pameran terbuka Deutschland, Land
der Ideen ("Jerman, negeri berbagai ide").
Awal mula penggunaan aspirin sebagai obat diprakarsai oleh Hippocrates yang menggunakan
ekstrak tumbuhan willow untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Kemudian senyawa ini
dikembangkan oleh perusahaan Bayer menjadi senyawa asam asetilsalisilat yang dikenal saat ini.
Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan
dari salisilatyang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri
minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi (peradangan). Aspirin juga memiliki
efek antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk
mencegah serangan jantung. Kepopuleran penggunaan aspirin sebagai obat dimulai pada
tahun 1918 ketika terjadi pandemik flu di berbagai wilayah dunia.
Selama hampir satu abad, manusia telah menggunakan aspirin sebagai obat penghilang rasa
sakit. Aspirin menjadi salah satu obat yang paling umum tersedia di pasaran. Efek utama aspirin adalah
dapat meredakan rasa sakit di kepala dan demam. Tetapi, aspirin juga memiliki manfaat kesehatan
lainnya, seperti menjadi obat darurat untuk menunda serangan jantung. Namun, bahan kimia tetaplah
bahan kimia. Zat tersebut tentu memiliki efek samping yang buruk untuk tubuh jika dikonsumsi dalam
jumlah tidak terbatas. Oleh karena itu, untuk mengetahui secara jelas tentang aspirin maka percobaan
ini dilakukan untuk membuat aspirin dari asam salisilat.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan yang dicapai pada praktikum ini yaitu untuk membuat aspirin dari asam
salisilat dan anhidrida asam asetat.
C. Prinsip Percobaan
Adapun prinsip percobaan pembuatan aspirin adalah membuat aspirin yang didasarkan pada
reaksi esterifikasi dari asam salisilat dan metanol.
BAB II
TEORI PENDUKUNG
A. Asam Salisilat
Asam salisilat memiliki rumus molekul C6H4COOHOH berbentuk kristal kecil yang memiliki
berat molekul sebesar 138,123 g/mol dengan titik leleh sebesar 156°C. Mudah larut dalam keadaan
dingin tetapi dapat melarutkan dalam keadaan panas. Asam salisilat dapat menyublim tetapi dapat
terdekomposisi dengan mudah menjadi karbon dioksida dan fenol bila dipanaskan pada suhu 200°C.
Asam salisilat kebanyakan digunakan sebagai bahan obat-obatan dan intermediet pada pabrik obat dan
pabrik farmasi seperti aspirin dan beberapa turunannya (Kristian, 2007).
Asam fenolat adalah golongan khusus dari asam hidroksi.Asam fenolat yang penting ialah
asam salisilat (asam o-hidroksibenzoat).Senyawa ini dibuat melalui pemanasan natrium fenoksida
dengan karbon dioksida dibawah tekanan.
O- Na+
O- Na+
OH
H+
CO2H
CO2-Na+
kalor
Tekanan NaOH
+ O=C=O ® ®
B. Metode Rekristalisasi
Kristalisasi adalah peristiwa pembentukan partikel-partikel zat padat dalam dalam suatu fase
homogen. Kristalisasi dari larutan dapat terjadi jika padatan terlarut dalam keadaan berlebih(di luar
kesetimbangan, maka sistem akan mencapai kesetimbangan dengan cara mengkristalkan padatan
terlarut. Penggunaan proses kristalisasi diaplikasikan dalam berbagai jenis reaktor, tetapi reaktor dengan
mediaterfluidisasi menjadi prioritas pilihan (Dewi, 2003).
Keunggulan kristalisasi pelarut adalah penggunaan suhu rendah dan mudah diaplikasikan
dengan peralatan sederhana.Pelarut digunakan pada tahap kristalisasi. Pada tahap ini, terjadi proses
kristalisasi komponen-komponen yang tidak larut dalam pelarut dan mempunyai titik beku yang lebih
tinggi dari suhu yang digunakan akan membeku dan membentuk kristal ( Ahmadi, 2010).
C. Metanol
Metanol (CH3OH) mempunyai keuntungan lebih mudah bereaksi atau lebih stabil
dibandingkan dengan etanol (C2H5OH) karena metanol memiliki satu ikatan karbon sedangkan etanol
memiliki dua ikatan karbon, sehingga lebih mudah memperoleh pemisahan gliserol dibanding dengan
etanol. Metanol memiliki massa jenis 0,7915 g/m3 dan titik didih 65 oC, sedangkan etanol memiliki
massa jenis 0,79 g/m3 dan titik didih 79 oC. Metanol mulia mendidih pada suhu 64,7°C, namun mulai
menguap sebelum mencapai titik didihnya. Metanol lebih mudah diperoleh kembali dan didaur ulang
karena tidak membentuk azeotrop dengan air dan relatif menghasilkan metanol murni yang dapat
digunakan kembali. Metanol dapat diperoleh kembali diakhir proses atau hanya dari fasa gliserol,
karena sekurang-kurangya 70% dari jumlah kelebihan metanol berada didalam fasa gliserol (Mahlinda,
2011).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan pembuatan aspirin yaitu: Gelas kimia 250 ml,Gelas
kimia 500 ml,Corong kaca, corong Buchner, Kaca Arloji, Pipet Tetes, Hotplet, Timbangan, Filler, Pipet
volume 25 ml, Filler, Batang pengaduk, dan spatula.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan pembuatan aspirin yaitu: Asam Salisilat, Metanol
(CH3OH), FeCl3 1 %, Larutan H2SO4 pekat, Es batu, Aquades, Kertas Saring, Hcl pekat 3,5 ml,
dan Natrium bikarbonat (NaHco3)
B. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dalam percobaan ini yaitu :
a. Dimasukkan asam salisilat sebanyak 2 gram kedalam erlenmeyer
b. Ditambahkan sebanyak 5 ml metanol
c. Ditetesi sebanyak 5 tetes H2SO4 pekat kedalam erlenmeyer
d. Diaduk sampai semua asam salisilat larut
e. Dipanaskan campuran pada suhu 40-50°C sambil diaduk selama beberapa menit
f. Didinginkan pada suhu kamar
g. Ditambahkan 50 ml air sambil diaduk kembali
h. Didinginkan dengan es batu sampai proses kristalisasi sempurna
i. Disaring kristal aspirin yang terbentuk dengan corong
j. Dibilas erlenmeyer dengan filtratnya
k. Dicuci kristal dalam corong
l. Dikumpulkan kristalnya dari corong
m. Dikeringkan dengan hotplet pada kertas saring
n. Ditimbang kertas saring yang berisi kristal aspirin
o. Direaksikan dengan ditetesi FeCl3
p. Dihitung rendemennya
BAB IV
Perlakuan Pengamatan
2 gram asam salisilat + 5 ml metanol + 5 tetes Larutan berwarna bening
H2SO4 pekat, sambil diaduk
Dipanaskan campuran dipenangas dan diaduk hingga 10 Larutan sedikit berwarna merah muda
menit
Didinginkan + 50 ml air sambil diaduk, kemudian Terbentuk kristal putih
didinginkan dalam pendingin sampai proses kristalisasi
sepurna
Kristalnya disaring dengan corong bucnher, lalu dibilas Masih terdapat air pada Kristal
erlenmeyer dengan filtratnya, lalu dikeringkan
Kristal diuji dengan satu tetes larutan FeCl3 Timbul warna ungu pada kristal (masih terdapat
asam salsilat)
Dilakukan rekristalisasi : Larutan berwarna bening
ü Kristal +25 ml larutan jenuh nahc03
ü Disaring campuran tersebut
ü Dinginkan dengan es batu
Disaring dengan corong bucnher
Kristal ditimbang dalam kaca arloji. Sebelumnya
dikeringkan terlebih dahulu
B. Reaksi Lengkap
O
OH OH
OH
CH3
+ CH3OH« + H2O
C. Perhitungan
D. Pembahasan
Aspirin atau asam asetilsalisilatadalah turunan asam salisilat.Aspirin bersifat antipiretik dan
analgesik karena merupakan kelompok senyawa glikosida. Glikosida adalah senyawa yang memiliki
bagian gula yang terikat pada non-glikosida L. Aglikon dalam salian adalah salial alkohol dan tereduksi
sempurna menjadi asam salisilat.Sintesis aspirin merupakan suatu proses dari esterifikasi. Esterifikasi
merupakan reaksi antara asam karboksilat dengan suatu alkohol membentuk suatu ester. Aspirin
merupakan salisilat ester yang dapat disintesis dengan menggunakan asam asetat (memiliki gugus
COOH) dan asam salisilat (memiliki gugus OH).
Aspirin dalam percobaan ini dibuat dari asam salisilat dengan metanol.Metanol (CH3OH)
dalam campuran bertindak sebagai reaktan.Asam salisilat ditambahkan dengan metanol dan larutan
H2SO4 pekat menjadi berbentuk larutan yang berwarna putih.Penambahan asam sulfat pekat pada
larutan yaitu larutan H2SO4 tersebut berfungsi sebagai katalisator sehingga asam sulfat berfungsi untuk
mempercepat terjadinya sintesa dengan cara menurunkan energi aktivasi sehingga energi yang
diperlukan dalam sintesa sedikit, jadi reaksi berjalan lebih cepat.
Larutan yang telah dicampurkan tersebut dipanaskan pada suhu ± 45°C menjadi berbentuk
kristal. Proses pemanasan bahan dapat mempercepat gerak dari molekul-molekul dalam larutan
sehingga dapat mempercepat laju reaksinya.Kristal yang mengalami proses pemanasan didinginkan dan
ditambahkan dengan air dan kristal sebelumnya kembali menjadi larutan. Penambahan air pada
kristaldilakukan agar reaksi pembentukan kristal berjalan sempurna dan dimaksudkan untuk
menghidrolisis kelebihan asam yang terdapat pada kristal aspirin. Larutan didinginkan kembali dengan
es batu agar dapat mencapai proses kristalisasi sempurna. Dengan proses pendinginan
dapat membentuk kristal karena ketika suhu dingin molekul-molekul aspirin dalamlarutan akan
bergerak melambat dan pada akhirnya terkumpul membentuk endapan melalui proses nukleasi.
Kristal yang terbentuk disaring dengan corong karena masih terdapat sedikit kandungan air
pada kristal tersebut. Kristal tersebutdikumpulkan dan diletakkan pada kertas saring untuk dikeringkan.
Setelah kristal aspirin kering, dilakukan penimbangan untuk mengetahui berat dari kristal. Berat kertas
saring kosong yang dilakukan pada percobaan awal (sebelum adanya kristal aspirin yang ditimbang)
yaitu 1,21 gram. Setelah pengeringan,kristal yang diperoleh beratnya 1,9436 gram. Jadi, rendemen yang
peroleh berdasarkan perhitungan adalah 97,18 %.Setelah semua proses dilakukan, kristal yang
dihasilkan direaksikan dengan FeCl3untuk mengetahui kemurnian kristal. Setelah diteteskan dengan
FeCl3kristal berwarna ungu. Hal ini menunjukkan bahwa kristalaspirin tersebut belum murni karena
masih terdapat asam salisilat yang belum bereaksi.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa aspirin
dapat dibuat dengan mereaksikan asam salisilat dengan metanol dan dari percobaan diperoleh
rendemennya sebesar 97,18%.
B. Saran
Saran yang dapat kami berikan pada praktikum kali ini yaitu agar kedepannya praktikan
terlebih dahulu membekali dirinya mengenai materi yang akan dipraktekkan dan juga menguasai
prosedur kerja agar dapat menghindari kesalahan yang kemungkinan muncul saat praktikum
berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi. (2010). Kristalisasi Pelarut Suhu Rendah pada Pembuatan Konsentrat Vitamin E dari Distilat Asam
Lemak Minyak Sawit. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 11 No. 1.
Dewi, Devina Fitrika. (2003). Penyisihan Fosfat dengan Proses Kristalisasi dalam Reaktor Terfluidisasi
Menggunakan Media Pasir Silika. Jurnal Purifikasi. Vol. 4 No. 4.
Hart, Herolt. (1990). Kimia Organik Edisi Keenam. Penerbit Erlangga : Jakarta.
Kristian, Rieko. (2007). Asam Salisilat dari Phenol. Skripsi Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa :Banten
Mahlinda. (2011). Proses Pemurnian Metanol Hasil Sintesa Biodiesel Menggunakan Rotary Evaporator. Jurnal
Hasil Penelitian Industri. Vol. 4 No.1.