BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
dimana :
P = daya aktif (W)
VL = tegangan line / jala-jala (V)
IL = arus line / jala-jala (A)
Vp = tegangan fasa (V)
IP = arus fasa (A)
cos φ = faktor daya beban
kompleks yang merupakan penjumlahan secara vektor dari daya aktif dan daya
reakrif. Daya yang dibangkitkan oleh sumber pembangkit tenaga listrik adalah
daya semu yang dinyatakan dengan Volt Ampere (VA). Dari sejumlah daya semu
ini diusahakan semuanya dapat dimanfaatkan secara maksimal dengan faktor daya
beban yang tinggi (Edminister, 1985).
Daya semu untuk sistem satu fasa:
S = VI (VA) (2.7)
Daya semu untuk sistem tiga fasa :
S = √3VLIL (VA)
S = 3VpIp (VA)
dimana:
S = daya semu (VA)
VL = tegangan line /jala-jala (V)
IL = arus line /jala-jala (A)
Vp = tegangan fasa (V)
IP = arus fasa (A)
a. b.
Gambar 2.1 Segitiga Daya
a. Faktor Daya Tertinggal (lagging)
b. Faktor Daya Mendahului (leading)
Sumber: Hayt, 1993
Keterangan :
P = daya aktif ( W )
8
b. Instalasi catu daya arus bolak-balik (AC) boleh terputus dengan cadangan
Instalasi ini sama dengan instalasi yang di terangkan pada gambar 2.2
diatasdengan tambahan suatu instalasi generator cadangan. Blila sumber
utama(PLN) terputus maka akan di bekap oleh generator yang stenbai
dijalankan dan disambungkan pada beban sehingga tidak mengganggu
pemakaian listrik. Instalasi ini dapat dilihat pada gambar 2.3.
9
Pembagian beban arus bolak-balik di bagi menjadi tiga yaitu (Harten, 1992):
a. Beban tidak penting (Non esential load)
Bila catu daya AC terputus dalam periode yang panjang, peralatan dalam
kategori ini tidak mengganggu beban seperti lampu penerangan dan air
conditional.
b. Beban penting(Essential load)
Peralatan dalam kategori ini dapat putus sementara dengan waktu terbatas
tanpa mengganggu pemakaian pada beban seperti rectifier untuk mengisi
batray input no-break set sebagai suplai pada beban penting.
10
b. Instalasi catu daya arus searah(DC) tanpa terputus satu macam cadangan
Instalasi ini sama pada gambar 2.5 namun hanya ditambah batrai pada
output rectifier. Pada saat normal tegangan AC dirubah menjadi DC di
pakai untuk mencatu beban dan batrai agar selalu dalam kondisi muatan
penuh, seperti terlihat pada gambar 2.6
Gambar 2.6 Instalasi Catu Daya DC Tanpa Terputus Dengan Satu Cadangan
Sumber: Soewardjo, 1978
11
Bila sumber ac terganggu beban masih dapat di catu dari batrai sehingga
beban tidak terputus atau terganggu. Jenis instalasi ini hanya cocok untuk
beban rendah dan dapat memenuhi kebutuhan secara singkat.
c. Instalasi catu daya tanpa terputus dengan dua cadangan
Instalasi jenis ini cocok untuk beban tinggi karena catu daya AC
terganggu maka beban akan dicatu oleh genset dan batray sehingga
hubungan penyaluran catu daya tidak terganggu, untuk jelasnya dapat
dilihat pada gambar 2.7 dibawah ini:
𝑃𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑇𝑗𝑎𝑚
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 = ×𝑇 (2.12)
𝑃𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
dimana :
T = periode waktu
𝑃𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = Beban rata – rata dalam periode waktu
Pp= beban puncak yang terjadi dalam periode T pada selang waktu
tertentu (15 menit atau 30 menit).
Dimana bila 𝑃𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 dan 𝑃𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘 dalam kW dan T dalam jam atau T dalam
setahun, maka didapat faktor beban tahunan, begitu pula bila T dalam satu bulan.
Berikut ini beberapa faktor yang menentukan karaktristik beban dapat dibagi
menjadi:(Suswanto, 1989)
1. Faktor beban harian
Faktor beban harian, bervariasi menurut karakterstik dari daerah beban
tersebut, apakah daerah pemukiman, daerah industri, perdagangan ataupun
gabungan dari bermacam pemakai/pelanggan, juga bagimana keadaan cuaca
atau juga apakah hari libur dan sebagainya.
2. Faktor beban harian rata–rata
Faktor beban harian rata–rata merupakan jumlah beban yang di gunakan
sehari-hari berdasarkan atas penggunaan daya listrik dalam jangka satu tahun
14
atau lebih untuk memenuhi beban harian rata-rata dapat dilihat pada gambar 1.
merupakan dasar dari pada faktor beban tahunan total.
Pada gambar 2.12 menunjukan tipikal pola beban harian dari listrik yang
digunakan oleh masing-masing kelompok konsumen. Penjumlahan (akumulasi)
dari beban harian ini dalam satu tahun merupakan total penjualan listrik PLN.
Dari masing-masing kurva terlihat bahwa kurva konsumen rumah tangga
merupakan kurva yang paling fluktuatif (pada waktu beban puncak). Di pagi dan
siang hari, energi listrik yang digunakan konsumen rumah tangga adalah yang
terendah namun kemudian di sekitar jam 18.00-21.00, adalah yang tertingi dari
kelompok konsumen lain. Pola penggunaan listrik oleh konsumen rumah tangga
sangat menentukan pola total penggunaan.
Pola beban sangat menentukan kombinasi pengoperasian jenis pembangkit,
yang tentunya berujung pada biaya pembangkitan. Jenis pembangkit untuk
memasok kebutuhan listrik minimum (beban dasar) adalah pembangkit yang
dapat dioperasikan secara kontinyu dengan biaya operasi yang relatif rendah,
misalnya pembangkit dengan bahan bakar batubara atau nuklir. Jenis pembangkit
dengan tenaga batubara atau nuklir memiliki karakter yaitu memerlukan waktu
yang lama untuk mulai beroperasi (start-up), biaya modal (capital cost) tinggi,
tetapi biaya operasinya rendah. Sebaliknya, untuk memenuhi kebutuhan pada saat
beban puncak, pembangkit yang digunakan adalah yang start-up cepat, biaya
modal relatif rendah, tetapi biaya operasinya mahal, seperti pembangkit yang
17
menggunakan bahan bakar minyak. Maka pembangkit berbahan batu bara atau
nuklir akan banyak berkontribusi sehingga biaya operasi secara keseluruhan akan
lebih murah, tetapi dilain pihak akan membutuhkan biaya modal yang cukup
tinggi. Jika satu sistem pembangkit listrik mempunyai terlalu banyak pembangkit
beban puncak, maka akan menjadi sangat mahal untuk beroperasi, tetapi jika
mempunyai terlalu banyak mengoperasikan pembangkit beban dasar, biaya
investasimya mahal.
Untuk suatu pola beban tertentu maka disusun suatu kombinasi
pembangkit dari beban dasar, beban antara (intermediate) dan beban puncak
sehingga dapat diperoleh suatu biaya tahunan minimum. Hal ini dikenal sebagai
”Optimal Mix” dari suatu pembangkitan. Gambar 2.13 menggambarkan
bagaimana suatu kombinasi operasi dari pembangkit beban dasar, beban antara
dan pembangkit beban puncak dalam memenuhi permintaan listrik sesuai dengan
pola beban yang ada sehingga diperoleh suatu kondisi ”optimal mix”
pembangkitan.
Beban sistem tenaga listrik berubah setiap waktu, dari hari ke hari, bulan ke bulan,
dan dari tahun ke tahun. Beban juga akan berubah dengan adanya perubahan pola
konsumsi konsumen. Dalam program perencanaan kelistrikan biasanya digunakan
suatu kurva yang menggambarkan pola beban yang disebut kurva lama beban atau
load duration curve (LDC).
18
Pada generator sinkron, arus DC diterapkan pada lilitan rotor untuk menghasilkan
medan magnet rotor. Rotor generator diputar oleh prime mover menghasilkan
medan magnet berputar pada mesin. Medan magnet putar ini menginduksi
tegangan pada kumparan stator generator. Rotor pada generator sinkron pada
dasarnya adalah sebuah elektromagnet yang besar. Kutub medan magnet rotor
dapat berupa salient (kutub sepatu) dan non salient (rotor silinder). Gambaran
bentuk kutup sepatu generator sinkron diperlihatkan pada gambar 2.15.
Pada kutub salient, kutub magnet menonjol keluar dari permukaan rotor
sedangkan pada kutub non salient, konstruksi kutub magnet rata dengan
permukaan rotor. Rotor silinder umumnya digunakan untuk rotor dua kutub dan
empat kutub, sedangkan rotor kutub sepatu digunakan untuk rotor dengan empat
atau lebih kutub. Pemilihan konstruksi rotor tergantung dari kecepatan putar
prime mover, frekuensi dan rating daya generator. Generator dengan kecepatan
1500 rpm ke atas pada frekuensi 50 Hz dan rating daya sekitar 10MVA
menggunakan rotor silinder. Sementara untuk daya dibawah 10 MVA dan
21
kecepatan rendah maka digunakan rotor kutub sepatu. Gambaran bentuk kutup
silinder generator sinkron diperlihatkan pada gambar 2.16.
Gambar.2.16 (a) Rotor Silinder, (b) Penampang Rotor pada Generator Sinkron
Sumber : Sumanto. 1992
dimana:
fe = frekuensi listrik (Hz)
nr = kecepatan putar rotor = kecepatan medan magnet (rpm)
p = jumlah kutub magnet
Jika pada kumparan medan di beri arus searah (If), maka pada permukaan
kumparan medan akan timbul medan magnet (Fluksi) yang berputar dengan
kecepatan putaran kumparan medan. Garis-garis gaya (fluks) yang berputan
tersebut akan memotong kumparan jangakar yang ada di stator. Pada saat kutub
rotor segaris dengan sumbu magnet dari kumparan stator, fluksi dengan kumparan
N-lilitan stator adalah N , dimana merupakan fluks celah udara tiap kutub dan
N adalah jumlah lilitan kumparan stator. Dengan asumsi gelombang kerapatan
fluks berbentuk sinus.
Gambar 2.17 Bentuk Gelombang Kerapatan Fluks Yang Terjadi pada Medan Generator
Sumber: Wijaya. 2001
Besarnya fluks celah udara tiap kutup merupakan integral dari kerapatan fluks
yang dicakup pada daerah kutub. (Wijaya. 2001)
AVR biasanya bekerja pada batas tertentu (dapat disetel). Jika terjadi kenaikan
atau penurunan tegangan melebihi batas kemampuanya, harus diusahakan beban
terlepas dan beberapa saat kemudian mesin mati. (Budiasa, 2003)
Karena kedua tegangan tidak sama, maka antara ujung saklar S diatas. Besar ∆U
tersebut menjadi nol pada saat tertentu saja, misalnya pada ta dan tb. Jika dalam
kondisi demikian saklar S dituntut maka pada perbedaan tegangan ∆U tersebut
24
2.14 Sinkronisasi
Dalam proses sinkronisasi generator ada beberapa metode untuk
mengetahui agar sistem dapat sinkronisasi yaitu menggunakan siloskop lampu
yaitu lampu-lampu yang menghubungkan titik saklar sinkroskop dan dengan alat
syncronizer. Dimana saklar Sinkroskop adalah instrumen untuk menunjukkan
perbedaan fase dan frekuensi antara dua tegangan. Instrumen ini sebenarnya
adalah motor fase-terbagi atau split phase yang akan menghasilkan kopel jika dua
tegangan yang dikenakan berbeda frekuensinya. Tegangan dari bus dan generator
yang baru beroperasi itu dikenakan pada sinkroskop. Penunjuk yang dipasang
pada rotor instrumen, bergerak diatas permukaan skala dengan arah baik searah
jarum maupun berlawanan arah jarum jam, bergantung apakah frekuensi generator
25
baru itu lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan dengan frekuensi bus. Jika
penunjuk berhenti dalam posisi vertical (seperti jam 12), sinkroskop menunjukkan
bahwa frekuensinya sama dan tegangannya sefase. Tanda-tanda pada skala
sinkroskop ditunjukkan dalam gambar 2.22.(Sumanto1992)
Pada metode yang lain sikronoskop lampu dapat memperlihatkan gejala yang
sebaliknya dari keadaan tadi dalam hal ini lampu-lampu dihubungkan dengan cara
lain seperti pada gambar 2.24.
Dengan metode ini lampu dihubungkan antara dua phasa yang berlainan. Bila
terdapat keadaan sinkron maka ketiga lampu akan menyala sama sama terang
karena masing-masing mendapatkan tegangan antar phasa.
Sebuah metode lagi adalah menggunakan perpaduan antara dua lampu terang dan
satu lampu gelap seperti gambar 2.22 pada keadaan sinkron maka lampu Lu akan
padam karena tidak ada beda tegangan kedua ujung saklar S. Sedangkan pada
lampu-lampu terdapat beda tegangan antara phasa yang menyebabkan kedua
lampu menyala sama terang.
Dari ketiga cara diatas perlu diperhatikan bahwa lampu-lampu yang yang
di gunakan harus memiliki kemampuan menerima tegangan dua kali lipat dari
tegangan dari tegangan normal.
e. Tarif Dasar Listrik untuk keperluan Kantor Pemerintah dan Penerangan Jalan
Umum, terdiri atas:
1. Golongan tarif untuk keperluan kantor pemerintah kecil dan sedang pada
tegangan rendah, dengan daya 450 VA s.d. 200 kVA (P-1/TR);
2. Golongan tarif untuk keperluan kantor pemerintah besar pada tegangan
menengah, dengan daya di atas 200 kVA (P-2/TM);
3. Golongan tarif untuk keperluan penerangan jalan umum pada tegangan
rendah (P-3/TR),
f. Tarif Dasar Listrik untuk keperluan Traksi pada tegangan menengah, dengan
daya di atas 200 kVA (T/TM) diperuntukkan bagi Perusahaan Perseroan
(Persero) PT Kereta Api Indonesia,
g. Tarif Dasar Listrik untuk keperluan penjualan Curah (bulk) pada tegangan
menengah, dengan daya di atas 200 kVA (C/TM) diperuntukkan bagi
Pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik,
h. Tarif Dasar Listrik untuk keperluan Layanan Khusus pada tegangan rendah,
tegangan menengah, dan tegangan tinggi (L/TR,TM,TT), diperuntukkan
hanya bagi pengguna listrik yang memerlukan pelayanan dengan kualitas
khusus dan yang karena berbagai hal tidak termasuk dalam ketentuan
golongan tarif Sosial, Rumah Tangga, Bisnis, Industri, dan Pemerintah