Anda di halaman 1dari 3

Perlawanan di Bali (1846-1905)

By
Plengdut
-
October 20, 2012

Di Bali timbulnya perlawanan rakyat melawan Belanda, setelah Belanda berulang kali
memaksakan kehendaknya untuk menghapuskan “hak tawan karang” . Telah berulang kali
kapal Belanda hendak dirampas, namun Belanda memprotes dan mengadakan perjanjian
sehingga terbebas. Raja-raja Bali yang pernah diajak berunding ialah Raja Klungklung dan
Badung (1841). Raja Buleleng dan Karangasem (1843). Akan tetapi kesemuanya tidak
diindahkan sehingga Belanda memutuskan untuk menggunakan kekerasan dalam usaha
menundukkan Bali.
Hak Tawan Karang yakni hak bagi kerajaan-kerajaan Bali untuk merampas perahu yang
terdampar di pantai wilayah kekuasaan kerajaan yang bersangkutan.
Dalam menghadapi perlawanan rakyat Bali, pihak Belanda terpaksa mengerahkan ekspedisi
militer secara besar-besaran sebanyak tiga kali. Ekspedisi pertama (1846) dengan kekuatan
1.700 orang pasukan dan gagal dalam usaha menundukkan rakyat Bali. Ekspedisi kedua
(1848) dengan kekuatan yang lebih besar dari yang pertama dan disambut dengan perlawanan
oleh I Gusti Ktut Jelentik, yang telah mempersiapkan pasukannya di benteng Jagaraga,
sehingga dikenal dengan Perang Jagaraga I. Ekspedisi Belanda ini pun juga berhasil
digagalkan.

I Gusti Ktut Jelentik


Kekalahan ekspedisi Belanda baik yang pertama maupun kedua, menyebabkan pemerintah
Hindia Belanda mengirimkan ekspedisi ketiga (1849) dengan kekuatan yang lebih besar lagi
yakni 4.177 orang pasukan, kemudian menimbulkan Perang Jaga-raga II. Perang berlangsung
selama dua hari dua malam (tanggal 15 dan 16 April 1849) dan menunjukkan semangat
perjuangan rakyat Bali yang heroik dalam mengusir penjajahan Belanda. Dalam pertempuran
ini, pihak Belanda mengerahkan pasukan darat dan laut yang terbagi dalam tiga kolone.
Kolone 1 di bawah pimpinan Van Swieten; kolone 2 dipercayakan kepada La Bron de
Vexela, dan kolone 3 dipimpin oleh Poland. Setelah terjadi pertempuran sengit, akhirnya
Benteng Jagaraga jatuh ke tangan Belanda. Prajurit Bali dan para pemimpin mereka termasuk
I Gusti Jelantik, berhasil meloloskan diri.
Perlawanan rakyat Bali tidaklah padam. Pada tahun 1858, I Nyoman Gempol mengangkat
senjata melawan Belanda, namun berhasil dipukul mundur. Selanjutnya, tahun 1868 terjadi
lagi perlawanan di bawah pimpinan Ida Made Rai, ini pun juga mengalami kegagalan.
Perlawanan masih terus berlanjut dan baru pada awal abad ke-20 (1905), seluruh Bali berada
di bawah kekuasaan Belanda.

Perlawanan di Bali
Perlawanan di Bali

Bali adalah sebuah pulau kecil yang terkenal di Indonesia. Pada abad ke 19 bali belum
banyak menarik perhatian orang-orang. Baru tahun 1830 pemerintahan Hindia Belanda aktif
menanamkan pengaruhnya. Perkembangan dominasi belanda menyulut api perlawanan rakyat
bali “perang puputan”.

Mengapa terjadi perang puputan di bali?

Abad ke 19 bali sudah berkembang kerajaan-kerajaan berdaulat.


Contohnya Kerajan Buleleng dll. Pada masa Gubernur Jenderal Daendels ada kontak dengan
kerajaan bali menyangkut hubungan dagang dan sewa. Tapi Hindia Belanda ingin
menanamkan pengaruh dan berkuasa di bali. Pertama G.A Granpre moliere misi ekonomi,
kedua huskus koopman misi politik. Misi ekonomi jauh lebih berhasil dari pada misi politik
namun terus di usahakan dan di capai perjanjian antara raja bali dan belanda.perjanjian
kontrak antara raja-raja bali dengan belanda seputar hukum tawan karang agar di hapuskan.

Karena kelihaian belanda raja-raja bali dapat menerima perjanjian untuk meratifikasi
penghapusan hukum tawan karang.tahun 1844 raja Buleleng dan Karang Asem belum
melaksanakan perjanjian tersebut dibuktikan dengan perampasan atas isi 2 kapal belanda
yang terdampar dipantai sangsit (Buleleng) dan Jembrana (buleleng ) . belnda memaksa
raja Buleleng untuk melaksanakan perjanjian tersebut,benda juga memaksa untuk membayar
ganti rugi antas kapal belanda. Pihak buleleng menolak dengan tegas tuntutan tersebut yang
menyebabkan perang terjadi. Pati Ktut Jelantik mempersiapkan pos-pos dan prajurit .
buleleng juga mendapat dukungan dari kerajaan karang asem dan klungkung. Tanggal 27 juli
1846 1.700 pasukan barat menyerbu kampung-kampung tepi pantai ada juga pasukan laut
dengan kapal selam. Karena persenjataan belanda lebih lengkap dan modern pejuang
buleleng demakin terdesak dan jebol . ibu kota singaraja dikuasai belanda. Kemudian belanda
mendesak untuk menandatangani perjanjian tanggal 6 juli 1846 yang isinya 1.dalam waktu 3
bulan,raja buleleng harus menghancurkan semua benteng buleleng yang pernah digunakan
dan tidak boleh membangun benteng baru, 2.raja buleleng harus membayar ganti rugi dari
biaya perang yang telah dikeluarkan belanda,sejumlah 75.000 gulden,dan raja harus
menyerahkan I Gusti Ktut Jelantik kepada pemerintah belanda,3. Belanda diizinkan
menempatkan pasukannya di Buleleng.
Tipu daya dilakukan oleh rakyat bali untuk berpura-pura menerima isi perjanjian itu. Tapi
dibalik itu raja dan patih ketut jelantik memperkuat pasukannya. Di Jagaraga dibangun
pertahanan yang kuat bagaikan gelar-supit urang. Rakyat juga mempertahankan hukum tawan
karang. Tahun 1847 kapal-kapal asing terdampar dipantai kusumba Klungkung,dirampas oleh
kerajaan, hal itu menimbulkan amarah Belanda.belanda memaksa untuk melaksanakannya
tapi raja-raja bali tidak menghiraukan rakyat justru dipersiapkan untuk berperang.

Tanggal 7 dan 8 juni 1848 mendarat bala bantuan belanda. Tanggal 8 juni serangan di
jagaraga dimulai. Sebagai pemimpin tentara belanda J.van Swieten, Letkol Sutherland
benteng jagaraga dimulai namun dengan pertahanan gelar-supit urang berhasil
menjebak Belanda. Pasukan Belanda ditarik mundur. Kekalahan itu menyakitkan perasaan
pimpinan belanda, kemudian terjadi serangan balasan awal april 1849 datang serdadu belanda
dalam jumlah belanda besar. Tanggal 15 april 1849 seranggan Belanda dimulai di jagaraga
,tanggal 16 April Jagaraga berhasil dilumpuhkan belanda

Terbunuhnya raja buleleng dan Patih Ketut Jelantik jatuhlah Kerajaan Buleleng. Menyusul
karang asem yang ditakhlukan 18 mei 1849. Pertempuran terus terjadi. Tahun 1906 perang
puputan terjadi di Bandung, tahun 1908 perang Puputan di Klungkung.

Anda mungkin juga menyukai