1 Pemetaan
Pemetaan (
Surveying
) adalah penentuan lokasi titik yang terdapat diatas,pada maupun dibawah permukaan
bumi. Untuk penentuan lokasi diperlukan adanya suatukerangka referensi, yang
direpresentasikan dengan menggunakan bench mark (alammaupun buatan manusia).
Bench mark ini digunakan sebagai titik awal pengukuran.Untuk pengukuran poligon
ini Bench mark menggunakan arak Utara sebagai titik awal.
Pada awalnya pemetaan hanya digunakan untuk menandai
b a t a s - b a t a s kepemilikan tanah. Sekarang hasil pemetaan digunakan
u n t u k m e m e t a k a n b u m i diatas dan dibawah permukaan laut menyiapkan peta
na!igasi udara, darat dan laut menetapkan batas-batas pemilikan tanah pribadi dan
tanah negara mengembangkaninformasi tata guna tanah dan sumber daya alam
yang digunakan untuk pengelolaanlingkungan menentukan ukuran, bentuk, gaya berat dan
medan magnet bumi. Selainitu pemetaan "uga mempunyai peranan penting dalam
bidang rekayasa untuk desain perencanaan dan pembangunan "alan raya, "alan ba"a,
pembangunan gedung, saluranirigrasi, "alur pipa gas dll.
Pemetaan dapat dilakukan dengan dua cara, terestris dan
e k s t r a t e r e s t r i s . Pemetaan terestris merupakan pemetaan yang dilakukan
d e n g a n m e n g g u n a k a n peralatan yang berpangkal di tanah. Sedangkan pemetaan
ekstraterestris tidak berpangkal di tanah tapi dilakukan dengan menggunakan bantuan wahana
(pesawatterbang, pesawat ulang-alik maupun satelit),
Prinsip dasar pemetaan adalah pengukuran sudut dan "arak untuk menentukan posisi
dari suatu titik. #ika dua sudut dan satu sisi dari sebuah segitiga diketahui,m a k a s e m u a
sudut dan "arak dari segitiga tersebut dapat ditentukan.
$ e n g a n demikian untuk mendapatkan koordinat suatu titik dapat dilakukan
d e n g a n c a r a mengukur sudut dan "arak dari titik yang sudah diketahui koordinatnya
Letakkan pesawat di atas kaki tiga dan ikat dengan baut. Setelah pesawat terikat dengan
baik pada statif, pesawat yang sudah terikat tersebut baru diangkat dan Anda dapat
meletakkannya di atas patok yang sudah diberi paku
Tancapkan salah satu kaki tripod dan pegang kedua kaki tripod lainnya. Kemudian lihat
paku dibawah menggunakan centring. Jika paku sudah terlihat, kedua kaki tripod tersebut
baru diletakkan di tanah.
Setelah statif diletakkan semua dan patok beserta pakunya sudah terlihat, ketiga kaki di
statif baru diinjak agar posisinya menancap kuat di tanah dan alat juga tidak mudah
goyang. Kemudian, lihat paku lewat centring. Jika paku tidak tepat, kejar pakunya
dengan sekrup penyetel. Kemudian, lihat nivo kotak. Jika nivo kotak tidak berada di
tengah maka alat posisinya miring. Untuk mengetahui posisi alat yang lebih tinggi, lihat
gelembung pada nivo kotak. Jika nivo kotak berada di timur, posisi alat tersebut akan
lebih tinggi di timur sehingga kaki sebelah timur dapat dipendekkan.
Setelah posisi gelembung di nivo kotak berada di tengah,alat sudah dalam keadaan
waterpass namun masih dalam keadaan kasar. Cara mengaluskannya, gunakan nivo
tabung. Di bawah theodolit terdapat 3 sekrup penyetel. Sebut saja sekrup A, B, dan C.
Untuk menggunakan nivo tabung sejajarkan nivo tabung dengan 2 sekrup penyetel.
Misalnya sekrup A dan B. Kemudian, lohat posisi gelembungnya. Jika tidak di tengah,
posisi alat berarti masih belum level dan harus ditengahkan. Setelah nivo tabung berada
di tengah baru kemudian diputar 90 derajat atau 270 derajat dan nivo tabung bisa
ditengahkan dengan sekrup C. Setelah ada di tengah, berarti posisi kotak dan nivo tabung
sudah sempurna
Lihat centring. Jika paku sudah tepat di lingkaran kecil, maka alat sudah tepat di atas
patok. Tetapi jika belum, alat harus digeser terlebih dahulu dengan mengendorkan baut
pengikat yang terdapat di bawah alat ukur. Geser alat agar tepat berada di atas paku
namun jangan diputar karena jika diputar dapat mengubah posisi nivo.
Setelah posisi alat tepat berada di atas patok, pengaturan nivo tabung perlu diulangi
seperti langkah di atas agar posisinya di tengah lagi.
Setelah selesai, tentukan titik acuan yaitu 0°00’00″ dan jangan lupa mengunci sekrup
penggerak horizontal.
Nyalakan layar dengan tombol power. Kemudian setting sudut horizontal pada 0°00’00″
dan tekan tombol [0 SET] dua kali. Tekan tombol [V/%] untuk menampilkan pembacaan
sudut vertikal.
Sekarang, Theodolite sudah siap untuk digunakan dan Anda bisa mulai bekerja dengan alat ini.
Metode polygon adalah salah satu cara penentuan posisi horizontal banyak titik dimana titik satu
dengan yang lainnya dihubungkan satu sama lain dengan pengukuran sudut dan jarak sehingga
membentuk rangkaian titik-titik (poligon).
Pengukuran dan pemetaan poligon merupakan salah satu metode pengukuran dan
pemetaan. Kerangka dasar horizontal yang bertujuan untuk memperoleh koordinat planimetris
(x,y) titik-titik pengukuran.
Pengukuran polygon sendiri mengandung arti salah satu metode penentuan titik diantara
beberapa metode penentuan titik yang lain. Berdasarkan bentuknya polygon dapat dibagi dalam
dua bagian, diantaranya:
1. Polygon berdasarkan visualnya, macamnya adalah :
a. Polygon tertutup
Pada poligon tertutup :
- Garis-garis kembali ke titik awal, jadi membentuk segi banyak.
- Berakhir di stasiun lain yang mempunyai ketelitian letak sama atau lebih besar daripada
ketelitian letak titik awal.
- Poligon tertutup memberikan pengecekan pada sudut-sudut dan jarak tertentu, suatu
pertimbangan yang sangat penting.
- Titik sudut yang pertama = titik sudut yang terakhir.
Poligon tertutup biasanya dipergunakan untuk :
- Pengukuran titik kontur.
- Bangunan sipil terpusat.
- Waduk.
- Bendungan.
- Kampus UPI.
- Pemukiman.
- Jembatan (karena diisolir dari 1 tempat).
- Kepemilikan tanah.
- Topografi kerangka.
b. Polygon terbuka
(secara geometris dan matematis), terdiri atas serangkaian garis yang berhubungan tetapi
tidak kembali ke titik awal atau terikat pada sebuah titik dengan ketelitian sama atau lebih tinggi
ordenya. Titik pertama tidak sama dengan titik terakhir.
Poligon terbuka biasanya digunakan untuk :
- Jalur lintas / jalan raya.
- Saluran irigasi.
- Kabel listrik tegangan tinggi.
- Kabel TELKOM.
- Jalan kereta api.
c. Polygon bercabang
Dilihat dari geometris, poligon terbagi menjadi 3, yaitu:
1. Poligon terikat sempurna
Dikatakan poligon terikat sempurna, apabila :
- Sudut awal dan sudut akhir diketahui besarnya sehingga terjadi hubungan antara sudut awal
dengan sudut akhir.
- Adanya absis dan ordinat titik awal atau akhir.
- Koordinat awal dan koordinat akhir diketahui.
2. Poligon terikat sebagian.
Dikatakan poligon terikat sebagian, apabila :
- Hanya diikat oleh koordinat saja atau sudut saja.
- Terikat sudut dengan koordinat akhir tidak diketahui.
3. Poligon tidak terikat
Dikatakan poligon tidak terikat, apabila :
- Hanya ada titik awal, azimuth awal, dan jarak. Sedangkan tidak diketahui koordinatnya.
- Tidak terikat koordinat dan tidak terikat sudut.
Dilihat dari geometris, poligon terbagi menjadi 3, yaitu:
- Polygon terikat sempurna
- Polygon terikat sebagian
- Polygon tidak terikat
Untuk mendapatkan nilai sudut-sudut dalam atau sudut-sudut luar serta jarak-jarak
mendatar antara titik-titik polygon diperoleh atau diukur dari lapangan menggunakan alat
pengukur sudut dan pengukur jarak yang mempunyai tingkat ketelitian tinggi.
Pengolahan data polygon dikontrol terhadap sudut-sudut dalam atau luar polygon dan
dikontrol terhadap koordinat baik absis maupun ordinat. Pengolahan data polygon dimulai dengan
menghitung sudut awal dan sudut akhir dari titik-titik ikat polygon. kontrol sudut polygon diawali
terlebih dahulu dilakukan yaitu untuk memperoleh koreksi sudut polygon dengan cara
mengontroljumlah sudut polygon terhadap pengurangan sudut akhir dengan sudut awal polygon.
Koreksi sudut polygon yang diperoleh kemudian dibagi secara merata tanpa bobot terhadap sudut-
sudut polygon hasil pengukuran dan pengamatan di lapangan.
Sudut-sudut jurusan titik polygon terhadap titik polygon berikutnya mengacu terhadap
sudut awal polygon dijumlahkan terhadap sudut polygon yang dikoreksi. Kontrol Koordinat
berbeda dengan kontrol sudut yaitu koordinat akhir dan awal dikurangi serta dibandingkan
terhadap jumlah proyeksinya terhadap absis dan ordinat. Koreksi absis dan ordinat akan diperoleh
dan dibandingkan dengan mempertimbangkan bobot kepada masing-masin titik polygon. Bobot
koreksi didekati dengan cara perbandingan jarak pada suatu ruas garis terhadap jarak total polygon
dari awal sampai dengan akhir pengukuran.
Syarat Geometris
Jenis-jenis Poligon
Berdasarkan bentuknya poligon dibagi dalam dua bagian, diantaranya :
Jenis Poligon secara Visual :
A. Poligon Tertutup
Polygon tertutup ialah poligon yang bermula dan berakhir pada satu titik yang sama.
Poligon tertutup sering disebut poligon kring (kring poligon). Ditinjau dari segi pengkatannya
(azimut dan koordinat), terdapat beberapa variasi seperti :
a) Tanpa ikatan
b) Terikat hanya azimut
c) Terikat hanya koordinat
d) Terikat azimut dan koordinat
Keuntungan dari poligon tertutup yaitu, walaupun tidak ada ikatan sama sekali, namun
koreksi sudut dapat dicari dengan adanya sifat poligon tertutup yang jumlah sudut dalamnya sama
dengan (n-2) 1000. Selain itu, terdapat pula koreksi koordinat dengan adanya konsekuensi logis
dari bentuk geometrisnya bahwa jumlah selisih absis dan jumlah selisih ordinat sama dengan nol.
Keuntungan inilah yang menyebabkan orang senang bentuk polygon tertutup.
Satu-satunya kelemahan polygon tertutup yang sangat menonjol ialah bahwa bila ada kesalahan
yang proporsional dengan jarak (salah satu salah sistematis) tidak akan ketahuan, dengan kata lain
walaupun ada kesalahan tersebut, namun polygon tertutup itu kelihatan baik juga. Jarak-jarak yang
diukur secara elektronis sangat mudah dihinggapi kesalahan seperti itu, yaitu kalau ada kesalahan
frekuensi gelombang.
Kelemahan poligon tertutup yaitu, bila ada kesalahan yang proporsional dengan jarak (salah satu
salah sistematis) tidak akan ketahuan. Dengan kata lain, walaupun ada kesalahan, namun poligon
tertutup kelihatan baik juga. Jarak-jarak yang diukur secara elektronis sangat mudah dihinggapi
kesalahan seperti kesalahan frekuensi gelombang.
Pada Poligon Tertutup :
Garis-garis kembali ke titik awal, jadi membentuk segi banyak.
Berakhir di stasiun lain yang mempunyai ketelitian letak sama atau lebih besar daripada ketelitian
letak titik awal.
B. Poligon Terbuka
Yang dimaksud dengan polygon terbuka ialah polygon yang titik awal dan titik akhirnya
merupakan titik yang berlainan (bukan satu titik yang sama). Polygon terbuka ini dapat kita bagi
lebih lanjut berdasarkan peningkatan pada titik-titik (kedua titik ujungnya). Ada dua macam
peningkatan untuk polygon terbuka ini yaitu :
- Peningkatan azimut
- Peningkatan koordinat
Berdasarkan peningkatan-peningkatan itu, maka polygon terbuka dapat dibagi lebih lanjut menjadi
:
1. Tanpa ikatan sama sekali,
2. Pada salah satu ujung yang lain tanpa ikatan sama sekali,
3. Pada salah satu ujungnya terikat azimut saja, sedangkan pada ujung yang lain tanpa
ikatan sama sekali,
4. Pada salah satu ujungnya terikat azimut dan koordinat, sedangkan pada ujung yang lain
tanpa ikatan sama sekali,
5. Pada kedua ujungnya masing-masing terikat azimuth,
6. Pada salah satu ujungnya terikat koordinat, sedangkan ujung yang lain terikat azimuth
Pada kedua ujungnya masing-masing terikat koordinat ,
7. Pada salah satu ujungnya terikat azimut dan koordinat, sedangkan ujung yang lain terikat azimut
saja,
8. Pada salah satu ujungnya terikat azimut dan koordinat, sedangkan ujung yang lain terikat koordinat
9. Pada kedua ujungnya masing-masing terikat baik azimut maupun koordinat.
10. Pada kedua ujungnya masing-masing terikat baik azimut maupun koordinat.
Latar Belakang
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap jalan, dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan/atau air,
serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel (UU RI No. 38
Tahun 2004).
B. Tujuan
Tujuannya adalah untuk mendesain suatu penampang jalan yang memadai untuk
keperluan lalu lintas, tidak saja memperhatikan keamanan dan ekonomisnya biaya, tetapi juga
nilai strukturalnya. Kita harus lebih teliti dalam memilih lokasi perencanaan geometrik sehingga
suatu jalan menjadi nyaman dan aman akan stabilitas.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Lalu Lintas
Masalah lalu lintas meliputi :
a. Volume/Jumlah Lalu Lntas
Untuk volume lalu lintas ini, harus diketahui sebelumnya jumlah lalu
lintas perhari, pertahun serta arah dan tujuan lalu lintas, sehingga di perlukan juga penyelidikan
lapangan terhadap semua jenis kendaraan untuk mendapat data LHR.
Volume lalu lintas menyatakan jumlah lalu lintas perhari dalam satu tahun untuk kedua jurusan,
yang disebut juga lalu lintas harian rata-rata (LHR). LHR dinyatakan dalam satuan mobil
penumpang (smp). Satuan mobil penumpang adalah jumlah mobil yang di gantikan tempatnya
oleh kendaraan lain dalam kondisi jalan, lalu lintas dan pengawasan yang berlaku. LHR ini
memerlukan penyelidikan lapangan selama 24 jam selama satu tahun dan di laksanakan tiap
tahun dengan mencatat tiap jenis kendaraan. Sifat lalu lintas meliputi lambat dan cepatnya
kendaraan bersangkutan, sedangkan komposisi lalu lintas mengganbarkan jenis kendaraan yang
melaluinya.
3. Kapasitas Jalan
Kapasitas jalan berarti kecepatan arus kendaraan maksimum layak diperkirakan akan
melintasi suatu titik atau ruas jalan atau daerah manfaat jalan atau selama jangka waktu tertentu
pada kondisi jalur lalu lintas, pengawasan dan lingkungan ideal, dinyatakan dalam banyaknya
kendaraan per jam. Kapasitas jalan terbagi atas tiga golongan :
Kapasitas dasar (ideal capacity), yaitu kapasitas jalan dalam kondisi ideal, yang meliputi :
Lalu lintas mempunyai ukuran standart
Lebar perkerasan ideal : 3,6 m
Lebar bahu : 1.3 m dan tak ada penghalang
Jumlah tikungan dan tanjakan sedikit.
Kapasitas rencana (design capacity), yaitu kapasitas jalan untuk perencanaan yang dinyatakan
sebagai jumlah kendaraan yang melalui suatu tempat dalam satu satuan waktu (jam).
Kapasitas mungkin (possible capacity), yaitu jumlah kendaraan yang melalui titik pada suatu
tempat dalam satuan waktu dengan memperhatikan percepatan atau perlambatan yang terjadi
pada jalan tersebut.
4. Factor Keamanan
Karena pada jalan raya kita berhadapan dengan manusia dan kendaraan, tentu
saja perencanaan geometrik jalan raya ditunjukkan terhadap efisiensi, keamanan dan
kenyamanan. Faktor kecepatan kendaraan merupakan faktor keamanan sehingga dalam
perencanaan harus diberikan suatu penampang batas kecepatan untuk mendapatkan keamanan
yang tinggi.
Perencanaan geometrik adalah bagian dari perencanaan jalan yang bersangkut paut dengan dimensi
nyata dari bentuk fisik dari suatu jalan beserta bagian-bagiannya, masing-masing disesuaikan dengan
tuntutan serta sifat-sifat lalu lintas untuk memperoleh modal layanan transfortasi yang mengakses
hingga ke rumah-rumah.
Dalam perencanaan geometrik jalan terdapat beberapa parameter perencanaan seperti kendaraan
rencana, kecepatan rencana, volume dan kapasitas jalan, dan tingkat pelayanan yang diberikan oleh
jalan tersebut. Parameter – parameter ini merupakan penentu tingkat kenyamanan dan keamanan yang
dihasilkan oleh suatu bentuk geometrik jalan
Dalam menentukan trase kita akan menghadapi beberapa persoalan diantaranya mengenai bentuk dari
permukaan alam yang tidak teratur, turun naik kemudian keadaan tanah dasar dan lain sebagainya.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan trase diantaranya yaitu :
1. Perencanaan Garis trase dibuat sependek mungkin.
2. Dipilih Route rencana jalan dipilih sedatar mungkin mengikuti garis kontur atau transis.
3. Syarat antara sudut belokan pertama dan sudut belokan kedua diusahakan sepanjang – panjangnya.
(4,0 cm pada gambar dengan skala 1 : 10.000).
4. Perencanaan sudut belok pada masing-masing tikungan disesuaikan dengan kecepatan rencana
kendaraan (Vr)
Dalam klasifikasi jalan masih ada pula ketentuan lain, yaitu terkait dengan volume kendaraan yang
melintas, besarnya kapasitas jalan raya, dan juga pembiayaan pembangunan serta perawatannya.
1. Jalan arteri
adalah jalan umum yang fungsinya lebih pada pelayanan kendaraan dengan jarak tempuh
perjalanan jauh, oleh karenanya biasa berkecepatan tinggi.
2. Jalan kolektor
yaitu jalan raya yang berfungsi melayani kendaraan dengan perjalanan jarak sedang,
kecepatan melaju tentu juga sedang.
3. Jalan lokal
merupakan jalan raya yang digunakan demi melayani kendaraan lokal di suatu tempat, ciri
perjalanannyapun adalah jarak dekat, sementara kecepatannya juga rendah.
4. Jalan lingkungan
adalah jalan raya yang digunakan untuk melayani angkutan lingkungan yang perjalanannya
berjarak dekat, dan berkecepatanpun rendah.
5. Freeway dan Highway
adalah dua jenis jalan yang posisinya diatas jalan arteri
Tatkala kita bisa mengategorikan jalan berdasarkan fungsi sebagaimana tersebut di atas, maka
masih ada pula pengelompokan jalan yang didasari oleh administrasi pemerintahan, dengan tujuan
untuk mewujudkan kepastian hukum penyelenggaraan jalan, dimana kewenangan pemerintah
pusat pun pemerintah daerah sangat berperan disini.
Jalan nasional
yaitu jalan arteri dan juga jalan kolektor yang menghubungkan antara dua ibukota provinsi
serta jalan tol.
Jalan provinsi
ymerupakan jalan kolektor yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota
kabupaten/kota, atau antara ibukota kabupaten/kota yang satu dengan ibukota
kabupaten/kota lainnya.
Jalan kabupaten
adalah jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk jalan yang
menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan,
ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum
dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis
kabupaten.
Jalan kota
merupakan jalan raya yang menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota,
menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antara persil satu dengan
persil lainnya, serta menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.
Jalan desa
adalah jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antara permukimansatu
dengan pemukiman lainnya dalam suatu desa.
Di atas adalah klasifikasi jalan yang didasarkan atas fungsi dan administarsi pemerintahan,
kenyataannya masih ada pula klasifikasi jalan yang didasarkan pada faktor muatan sumbu.
Jalan Kelas I merupakan jalan arteri yang dapat dilewati kendaraan angkut berukuran lebar
maksimal 2.500 milimeter (2,5 meter), dan panjang maksimal adalah 18.000 milimeter (18
meter). Sementara di Indonesia ini untuk muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih dari
10 ton.
Jalan Kelas II
Untuk jalan kelas II merupakan jalan arteri yang bisa dilewati kendaraan bermotor dengan
ukuran lebarmaksimal adalah 2.500 milimeter (2,5 meter), sementara untuk ukuran
panjang maksimalnya adalah 18.000 milimeter (18 meter). Untuk muatan sumbu terberat
yang diizinkan adalah 10 ton, dimana jalan kelas ini biasanya merupakan jalan yang
digunakan untuk angkutan peti kemas.
Adalah jalan raya yang dapat dilalui angkutan berukuran lebar maksimal 2.500 milimeter
(2,5 meter), dan panjang maksimalnya adalah 18.000 milimeter (18 meter). Sementara
muatan sumbu terberat yang diizinkan adalah 8 ton.
Jalan kelas IIIB adalah jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi
12.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton
Jalan kelas IIIC merupakan jalan lokal dan jalan lingkungan yang bisa dilewati kendaraan
bermotor termasuk kendaraan angkut berukuran lebar maksimal 2.100 milimeter (2,1
meter) dan panjangnya tidak boleh lebih dari 9.000 milimeter (9 meter). Sementara muatan
sumbu maksimalnya adalah 8 ton.
1. Jalan Arteri, adalah jalan umum yang berfungsi untuk melayani angkutan utama dengan
ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rencana > 60 km/jam, lebar badan jalan > 8 m,
kapasitas jalan lebih besar daripada volume lalu lintas rata-rata, tidak boleh terganggu
oleh kegiatan lokal, dan jalan primer tidak terputus, dan sebagainya.
2. Jalan Kolektor adalah jalan yang digunakan untuk melayani angkuatan
pengumpul/pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rencana >40 km/jam,
lebar badan jalan > 7 m, kapasitas jalan lebih besar atau sama dengan volume lalu lintas
rata-rata, tidak boleh terganggu oleh kegiatan lokal, dan jalan primer tidak terputus, dan
sebagainya.
3. Jalan Lokal adalah jalan umum yang digunakan untuk melayani angkutan setempat denan
ciri perjalanan dekat, kecepatan rencana > 40 km/jam, lebar jalan > 5 m,
4. Jalan Lingkungan adalah jalan umum yang digunakan untuk melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
Pengelompokkan Jenis klasifikasi jalan bertujuan untuk mewujudkan kepastian hukum
penyelenggaraan jalan sesuai dengan kewenangan pemerintah dan pemerintah daerah.
Berdasarkan administrasi pemerintahan, jalan diklasifikasikan ke dalam jalan nasional, jalan
provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa. Berikut penjelasan jenis klasifikasi jalan di
Indonesia.
1. Jalan Nasional adalah jalan arteri atau kolektor yang menghubungkan antar ibukota
provinsi dan jalan strategis nasional dan jalan tol.
2. Jalan Provinsi adalah jalan kolektor yang menghubungkan ibukota provinsi dengan
ibukota kabupaten atau kota, antar kabupaten dan jalan strategis provinsi.
3. Jalan Kabupaten adalah jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak
termasuk jalan yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibokota kecamatan,
antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat
kegiatan lokal serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah
kabupaten dan jalan strategis kabupaten.
4. Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan sekunder yang menghubungkan
antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil,
menghubungkan antarpersil serta menghubungkan antarpusat pemukiman yang berada di
dalam kota.
5. Jalan desa adalah jalan umum yang menghubungkan kawasan dan atau antar pemukiman
di dalam desa serta jalan lingkungan.