BAB I
PENDAHULUAN
1 Deti Rostika & Herni Junita, Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SD Dalam
Pembelajaran Matematika dengan Model Diskursus Multy Representation (DMR), Jurnal Pendidikan
Dasar, Vol. 9 No. 1, Januari 2017, h. 35.
2 Wayan Lasmawan,. Menelisik Pendidikan IPS dalam Perspektif Kontekstual-Empiris. (Singaraja:
3 Marhamah Saleh, Strategi Pembelajaran Fiqh Dengan Problem-Based Learning, Jurnal Ilmiah
Didaktika, Vol. 14 No. 1, Agustus 2013, h. 1.
4 Sri Wahyuni & Nuni Widiarti, Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Berorientasi Chemo-
h. 14.
sebagai suatu proses di mana anak secara aktif membangun pengetahuan dan
pemahaman realita melalui pengalaman-pengalaman interaksi yang dialami oleh
mereka. Teori pembelajaran berbasis masalah dikembangkan oleh Jhon Dewey
yang menekankan adanya hubungan dua arah dalam pembelajaran dan
lingkungan yang tidak dapat dipisahkan.
Proses pembelajaran yang baik tidak hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada peserta didik, namun peserta didik harus aktif membangun
pengetahuan yang ada di dalam dirinya sehingga pengetahuan yang dimiliki
diharapkan peserta didik mampu memecahkan permasalahan yang ada
disekitarnya. Pembelajaran berbasis masalah merupakan penyajian
pembelajaran kepada peserta didik dengan situasi masalah, masalah yang
diberikan di sesuaikan dengan situasi masalah yang otentik dan bermakna yang
dapat memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk melakukan
penyelidikan dan inkuiri.6 Melihat kelebihan pembelajaran berbasis masalah
tersebut, maka pembelajaran berbasis masalah diduga mampu meningkatkan
prestasi belajar siswa.
Jika diatas, telah dijabarkan mengenai sistem pembelajaran berbasis
masalah yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, perlunya guru yang
profesional sebagai faktor utama dalam meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap anak didik agak kelak dapat berguna bagi bangsa dan
negara. Guru merupakan pilar utama demi mewujudkan tujuan “mencerdaskan
kehidupan bangsa” dan mencapai pendidikan yang bermutu. Hingga saat ini
tenaga kependidikan secara kuantitatif memiliki jumlah yang cukup banyak.
Namun tidak semuanya memiliki kualitas tenaga kependidikan sesuai dengan
kompetensi guru yang sudah ditetapkan yaitu kompetensi pedadogis, kognitif,
profesional dan sosial. Selain itu, selengkap apapun sarana dan prasarana yang
dimiliki suatu sekolah, namun apabila tenaga pendidik tidak memiliki kompetensi,
maka hal tersebut tidak akan sejalan dengan baik.
6
Ibid., h. 67.
BAB II
KAJIAN KONSEP
7Munirah, Sistem Pendidikan di Indonesia Antara Keinginan dan Realita, Jurnal Auladuna, Vol. 2 No. 2,
Desember 2015, h. 234.
nasional8 diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta di bawah tanggung
jawab Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan menteri lainnya, seperti
pendidikan agama oleh menteri agama, Akabri oleh menteri pertahanan dan
keamanan. Juga departemen lainnya menyelenggarakan pendidikan yang
disebut diklat. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa sistem pendidikan
nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara
terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Adapun fungsi dan
tujuan pendidikan nasional Republik Indonesia menurut secara definitif,
fungsi dan tujuan pendidikan nasional Republik Indonesia adalah untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
B. Strategi Pembelajaran
Istilah strategi yang diterapkan dalam dunia pendidikan, khususnya dalam
kegiatan belajar-mengajar adalah suatu seni dan ilmu untuk membawakan
pengajaran di kelas sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan
dapat ditetapkan secara efektif dan efisien.9 Strategi pembelajaran
merupakan cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditentukan secara efektif dan efisien. Sejalan dengan pendapat di atas
menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan pendekatan dalam
mengelola kegiatan, dengan mengintegrasikan urutan kegiatan, cara
mengorganisasikan materi pelajaran dan pebelajar, peralatan dan bahan
serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran yang telah
ditentukan, secara efektif dan efisien.10 Melalui adanya sebuah strategi
pembelajaran yang telah direncanakan terlebih dulu oleh guru diharapkan
mampu menjadikan kegiatan belajar mengajar menjadi lebih efektif dan
semua tujuan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
8 Amin Nasir, Dinamika Pengembangan Sistem Pendidikan (Kerangka Dasar Potensi Anak Usia Dini),
Jurnal Thufula, Vol. 2, No. 2, Juli-Desember 2014, h. 236.
9 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, PT. Grasindo, Jakarta, 2008, h. 2.
10 Abdul Haris & Asep Jihad, Evaluasi Pembelajaran, Multi Pressindo, Yogyakarta, 2012, h. 24.
C. Profesionalisme Guru
1. Konsep Profesionalisme
Konsep profesionalisme dalam penelitian Sumardi dijelaskan bahwa ia
memiliki lima muatan atau prinsip, yaitu :12
1. Afiliasi komunitas (community affilition)
2. Kebutuhan untuk mandiri (autonomy demand)
3. Keyakinan terhadap peraturan sendiri/profesi (belief self regulation)
4. Dedikasi pada profesi (dedication)
5. Kewajiban sosial (social obligation)
2. Profesionalisme Guru
Profesionalisme guru merupakan kemampuan guru untuk melakukan
tugas pokoknya sebagai pendidik dan pengajar. Profesionalisme guru
mempunyai kriteria tertentu yang dapat dilihat dan diukur berdasarkan
kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Berdasarkan Undang-
Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) pasal 10
ayat 1 menyebutkan bahwa ciri-ciri guru profesional adalah mempunyai
kompetensi-kompetensi di bawah ini :13
11 Abidin Djalla & et al, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profesionalisme Petugas Kesehatan di
Puskesmas Baroko Kabupaten Enrekang, Jurnal Ilmiah Manusia & Kesehatan, Vol. 1 No. 2, Januari
2018, h. 16.
12 Rizky Aditya, Peran Pembina Latihan Dalam Mendukung Kesiapan Operasional di Yonif Raider
Kostrad (Studi Tentang Kegiatan Pembinaan Latihan di Yonif Raider 514/9/2 KOSTRAD), Jurnal Prodi
Strategi Pertahanan Darat, Vol. 4 No. 1, April 2018, h.6.
13 Pausil, Ciri-Ciri Guru Profesional, https://fzil.wordpress.com/2011/10/25/ciri-ciri-guru-profesional/,
D. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematik dan mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melakukan
aktivitas pembelajaran. Joyce mengatakan bahwa model pembelajaran
adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran
dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran
termasuk di dalamnya bukubuku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.14
Model-model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan
pembelajarannya, sintaks (pola urutannya) dan sifat lingkungan belajarnya.
Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran adalah pola yang
menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya
disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks (pola urutan)
dari suatu model pembelajaran tertentu menunjukkan dengan jelas kegiatan-
kegiatan apa yang harus dilakukan guru atau siswa Berikut ini adalah
beberapa model pembelajaran:
15 Suprijono, Agus, Cooperatif Learning Teori Dan Aplikasi Palkem. (Yogyakarta: Pustaka Belajar,2007),
h.47.
16 Slavin, Cooperative Learning, Teori, Riset, dan Praktik., ( Bandung: Penerbit Nusa Media, 2009), h.4.
17 Suprijono, Agus, Cooperative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 68.
pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep
yang esensial dari materi kuliah atau materi pelajaran.18
18 Sudarman, Problem Based Learning : Suatu Model Pembelajaran untuk Mengembangkan dan
Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah, (Jakarta : Dalam jurnal pendidikan inovatif, 2007).
19
Suprijono, Agus, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem, (Yogyakrta: Pustaka Pelajar,
2012), h. 68.
perilaku. Kemudian hasil pemecahan masalah dapat dilihat dari tindakan
dalam mencari permasalahan. Selanjutnya pemecahan masalah merupakan
proses tindakan manipulasi dari pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.
Menurut Shahram pembelajaran berdasarkan masalah memiliki cirri-ciri
sebagai berikut:20
a. Berpusat pada siswa, guru sebagai fasilitator atau pembimbing. Pada
pembelajaran disajikan situasi bermasalah. Paserta didik dibimbing untuk
belajar mengembangkan pengetahuan dan keterampilan menyelesaikan
masalah. Peserta didik belajar bersama kelompok yang nantinya
informasi yang mereka peroleh dapat bermakna bagi dirinya sendiri.
b. Belajar melampaui target. Kemampuan memecahkan masalah dalam
model ini membantu menganalisis situasi. Masalah yang diberikan
merupakan wahana belajar untuk mengembangkan keterampilan
pemecahan masalah.
20 Khosravi, Shahram, ASP.NET AJAX Programmer Reference with ASP.NET 2.0 or ASP.NET 3.5.
(Indianapolis:Willey Publishing, Inc, 2007).
21 Arends, Richard I. Learning To Teach. (New York: McGraw Hill, 2011.)
dalam Wina Sanjaya, menjelaskan 6 langkah strategi pembelajaran
berdasarkan masalah yang kemudian dinamakan metode pemecahan
masalah (problem solving), yaitu:
1. Merumuskan masalah, yakni langkah peserta didik dalam menentukan
masalah yang akan dipecahkan.
2. Menganalisis masalah, yakni langkah peserta didik meninjau masalah
secara kritis dari berbagai sudut pandang.
3. Merumuskan hipotesis, yakni langkah peserta didik dalam merumuskan
pemecahan masalah berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya
4. Mengumpulkan data, yakni langkah peserta didik untuk mencari informasi
dalam upaya pemecahan masalah.
5. Pengujian hipotesis, yakni langkah peserta didik untuk merumuskan
kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang
diajukan.
6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yakni langkah peserta
didik menggambarkan rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan
kesimpulan.
23
Riyanto, Yatim., Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2010). h. 288.
e. Banyak solusi, artinya mampu mengemukakan dan menggunakan
berbagai solusi dengan mempertimbangkan kelbihan dan kelemahan
masing-masing
f. Melibatkan banyak kriteria, artinya tidak semua yang menghubung
dengan tugas yang ditangani telah diketahui.
g. Melibatkan pengajuan diri dalam proses-proses berfikir.
h. Menentukan makna, menemukan struktur dalam suatu yang tampak
tidak beraturan.
2. Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah
a. Memungkinkan peserta didik menjadi jenuh karena harus berhadapan
langsung dengan masalah.
b. Memungkinkan mpeserta didik kesulitan dalam memproses sejumlah
data dan informasi dalam waktu singkat, sehingga Pembelajaran
Berbasis Masalah membutuhkan waktu yang relatif lama.
26 Sofjan Aripin, Implementasi Undnag-Undang No. 14 Tahun 2005 dalam Peningkatan Kualifikasi
Akademik Guru SD Melalui Pendidikan Tinggi Jarak Jauh di Wilayah Kabupaten Belitung, Jurnal
Pendiikan Terbuka dan Jarak Jauh, Vol. 11, No. 1, Maret 2010, h. 36
27Anshar, Upaya-Upaya Peningkatan Profesionalitas Guru, http://anshar-
mtk.blogspot.com/2012/10/upaya-upaya-peningkatan-profesionalitas.html, Diunduh pada tanggal 6 Juni
2018, Pukul 21.03 WIB.
a. Melakukan pendataan, validasi data, pengembangan program dan
sistem pelaporan pembinaan profesi pendidik melalui jaringan kerja
dengan P4TK, LPMP, dan Dinas Pendidikan.
b. Mengembangkan model penyiapan dan penempatan pendidik untuk
daerah khusus melalui pembentukan tim pengembang dan survey
wilayah.
c. Menyusun kebijakan dan mengembangkan sistem pengelolaan
pendidik secara transparan dan akuntabel melalui pembentukan tim
pengembang dan program rintisan pengelolaan pendidik.
d. Meningkatkan kapasitas staf dalam perencanaan dan evaluasi
program melalui pelatihan, pendidikan lanjutan dan rotasi. Kelima,
mengembangkan sistem layanan pendidik untuk pendidikan layanan
khusus melalui kerja sama dengan LPTK dan lembaga terkait lain.
Keenam, melakukan kerja sama antar lembaga di dalam dan di luar
negeri melalui berbagai program yang bermanfaat bagi
pengembangan profesi pendidik.
e. Mengembangkan sistem dan pelaksanaan penjaminan mutu
pendidikan melalui pembentukan tim pengembang dan tim penjamin
mutu pendidikan. Keenam, menyusun kebijakan dan mengembangkan
sistem pengelolaan pendidik secara transparan dan akuntabel melalui
pembentukan tim pengembang dan program rintisan pengelolaan guru
dan tenaga kependidikan.
Profesionalisme guru di bangun melalui penguasaan kompetensi-
komptensi yang secara nyata diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan.
Kompetensi-kompetensi penting jabatan guru tersebut adalah : kompetensi
bidang bidang substansi atau bidang studi, kompetensi bidang pembelajaran,
kompetensi bidang pendidikan nilai dan bimbingan serta kompetensi bidang
hubungan dan pelayanan / pengabdian masyarakat.
1. Upaya-upaya Guru Meningkatkan Profesionalisme
Peningkatan profesionalisme guru sebenarnya ditentukan oleh seorang
guru itu sendiri. Apakah seorang guru tesebut ingin menjadi seorang guru
yang profesional atau tidak Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
seorang guru jika ingin meningkatkan keprofesionalisme, yaitu :28
a. Memahami standart tuntutan profesi yang ada.
Upaya memahami tuntutan standar profesi yang ada (di Indonesia
dan yang berlaku di dunia) harus ditempatkan sebagai prioritas
utama jika guru kita ingin meningkatkan Profesionalismenya.Sebab,
persaingan global sekarang memungkinkan adanya mobilitas guru
secara lintas negara, sebagai profesional seorang guru harus
mengikuti tuntutan perkembangan profesi secara global dan tuntutan
masyarakat yang menghendaki pelayanan yang lebih baik. Cara
satu-satunya untuk memenuhi standar profesi ini adalah dengan
belajar secara terus menerus sepanjang hayat, dengan membuka diri
yakni mau mau mendengar dan melihat perkembangan baru di
bidangnya.
b. Mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan.
Upaya mencapai kualifikasi dan kompetensi yang di persyaratkan
juga tidak kalah pentingnya bagi guru. Dengan dipenuhinya
kualifikasi dan kompetensi yang memadai maka guru memiliki posisi
tawar yang kuat dan memenuhi syarat yang dibutuhkan. Peningkatan
kualitas dan kompetensi ini dapat ditempuh melului training, seminar,
dan berbagai upaya lain untuk memperoleh sertifikasi.
c. Membangun kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat
organisasi profesi.
Upaya membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas dapat
dilakukan guru dengan membina jaringan kerja. Guru harus
berusaha mengetahui apa yang telah dilkukan oleh sejawatnya yang
sukses. Sehingga bisa belajar untuk mencapai sukses yang sama
atau bahkan bisa lebih baik lagi. Melalui jaringan kerja inilah guru
dapat memperoleh akses terhadap inovasi-inovasi di bidang
28Novaria Marissa, Upaya Meningkatkan Kompetensi dan Profesionalisme Guru Pada Era Sertifikasi,
Jurnal Pendidikan, Vol. 4 No. 2, Desember 2007, h. 83.
profesinya.Dalam hal ini juga dapat di bina melalui jaringan kerja
yang luas dengan menggunakan tekhnologi komunikasi dan
informasi, misal melalui korespondensi dan mungkin melalui internet.
Apabila hal ini dilakukan secara intensif akan dapat diperoleh kiat-
kiat menjalankan profesi dari sejawat guru di Indonesia bahkan
dunia.
d. Mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan
pelayanan bermutu tinggi kepada konstituen.
Upaya membangun etos kerja atau budaya kerja yang
mengutamakan pelayanan bermutu tinggi kepada konstituen
merupakan suatu keharusan di zaman sekarang. Semua bidang
dituntut untuk memberikan pelayanan prima. Guru pun harus
memberikan pelayanan prima kepada konstituenya yaitu siswa,
Orang tua dan sekolah. Terlebih lagi pelayanan pendidikan adalah
termasuk pelayanan publik yang di danai, di adakan dikontrol oleh
dan untuk kepentingan publik. Oleh karena itu guru harus
mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada publik.
e. Mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam
pemanfaatan tekhnologi komunikasi dan inmormasi mutkhir agar
senantiasa tidak keinggalan dalam kemampuannya menggelola
pembelajaran. Satu hal lagi yang dapat diupayakan ntuk peningkatan
profesionalisme guru adalah melalui adopsi inovasi atau
pengembangan kreatifitas dalam pemanfaatan tekhnologi komunikasi
dan informasi mutakhir. Guru dapat memanfaatkan media presentasi
komputer dan juga pendekatan-pendekatan baru bidang tekhnologi
pendidikan. Upaya-upaya guru untuk meningkatkan
profesionalismenya tersebut pada akhirnya memerlukan adanya
dukungan dari semua pihak yang terkait agar benar-benar terwujud.
Pihak-pihak yang harus memberikan dukunganya tersebut adalah
organisasi profesi seperti PGRI, pemerintah dan juga masyarakat.
Mengenai kompetensi, di Indonesia telah ditetapkan sembilan
kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sebagai instructional
leader, yaitu:
1) Memiliki kepribadian ideal sebagai guru.
2) Penguasaan landasan pendidikan.
3) Menguasai bahan pengajaran.
4) Kemampuan menyusun program pengajaran.
5) Kemampuan menilai hasil dan proses belajar mengajar.
6) Kemampuan menyelenggarakan program bimbingan.
7) Kemampuan menyelenggarakan administrasi sekolah.
8) Kemampuan bekerja sama dengan teman sejawat dan
masyarakat; dan
9) Kemampuan menyelenggarakan penelitian sederhana untuk
keperluan pengajaran.
Dengan begitu, tugas guru menjadi lebih luas lagi dari pada proses
mentransmisikan pengetahuan, membangun afeksi, dan mengembangkan
fungis psikomotorik,karena di dalamnya terkandung finsi-funsi
produksi.Guru yang mogok mengajar apapun alasannya merupakan
counter produdari sisi etika keguruan juga tidak layak terjadi sebab figu
guru menjadi panutan di kalangan masyarakat setidaknya bagi para
siswanya sendiri. Disini predikat guru sebagai pendidikitu berkonotasi
dengan tindakan-tindakan yang senantiasa memberi contoh yang baik
dalam semua perilakunya.
Sebagai pendidik, guru harus professional sebagaimana ditetapkan
dalam Undang-undang Sitem Pendidikan Nasional bab IX pasal 39 ayat 2
yaitu Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada mayarakat, terutama bagi pendidikan
pada perguruan tinggi. Ketentuan ini mencakup tipe macam kegiatan yang
harus dilaksanakan oeh guru yaitu pengajaran, penelitan, dan pengabdian
masyarakat. Beban ini tidak ada bedanya dengan beban bagi dosen. Tiga
macam kegiatan tersebut secara hierarchy melambangkan tiga upaya
berjenjang dan meluas gerakannya. Pengajaran melambangkan
pelaksanaan tugas rutin, penelitian melambangkan upaya pengembangan
profesi, sedang pengabdian melambangkan pemberian kontribusi sosial
kepada masyarakat akibat prestasi yang dicapai tersebut.
Dari ketiga kegiatan tersebut, terutama penelitian menuntut sikap
gurui dinamis sebagai seorang professional. ‘seorang profesional adalah
seorang yang terus meneur berkembang atau trainable. Untuk
mewujudkan keadaan dinamis ini pendidikan guru harus mampu
membeklai kemampuan kreativitas, rasionalitas, keterlatihan
memecahkan masalah , dan kematangan emosionalnya. Semua bekal ini
dimaksudkan mewujudkan guru yang berkualitas sebagai tenaga
profesional yang sukses dalam menjalankan tugasnya.
Keberhasilan guru dapat ditinjau dari dua segi proses dan dari segi
hasil. Dari segi proses, guru berhasil bila mampu melibatkan sebagian
besar peserta didik secara aktif baik fisik, mental maupun sosial dalam
proses pembelajaran, juga dari gairah dan semangat mengajarnya serta
adanya rasa percaya diri. Sedangkan dari segi hasil, guru berhasil bila
pembelajaran yang diberikannya mampu mengubah perilaku pada
sebagian besar peserta didik ke arah yang lebih baik. Sebaliknya,dari sisi
siswa, belajar akan berhasil bila memenuhi dua persyaratan:
1) Belajar merupakan sebuah kebutuhan siswa.
2) Ada kesiapan untuk belajar, yakni kesiapan memperoleh pengalaman
pengalaman baru baik pengetahuan maupun keterampilan.
BAB III
KESIMPULAN
1. Kesimpulan
Guru-Guru tidak lagi berdiri di depan kelas sebagai ahli dan satu-
satunya sumber yang siap untuk memberikan pelajaran. Guru dalam kelas
PBL berfungsi sebagai fasilitator yang kadang disebut tutor karena proses
diskusi kelompok disebut tutorial. peran dan tanggungjawab tutor dalam PBL
sangat beragam. Perubahan yang mendasar ialah tutor bukanlah orang yang
otoriter. Tutor harus cakap memfasilitasi kelompok dan bukan hanya cakap
dalam mentransfer pengetahuan. Didalam PBL, tutor memberi fasilitas dan
mengaktifkan kelompok untuk memastikan bahwa siswa mencapai kemajuan
secara bermakna melalui pembahasan masalah yang tersaji .adalah pendidik
professional dengan tugas utama mengajar, mendidik, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Pengertia profesi adalah pekerjaan ataui kegiatan
yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan
yang memerlukan, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu
atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Jadi guru yang
professional adalah pendidik yang tugasnya meliputi mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik di sekolah tugas itu menjadi sumber penghasilan kehiduoan yang
memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan, yang memerlukan standar
mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Prinsip-prinsip keprofesionalan guru sebagai berikut :
1) Memiliki bakat minat panggilan jiwa dan idealisme.
2) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan, dan akhlak mulia.
3) Memiliki kualifikasi akademi dan latarbelakang pendidikan sesuai dengan
bidang tugasnya.
4) Memiliki kompotensi yang diperlukan sesuia dengan bidang tugasnya.
5) Memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.
6) Memperoleh penghasilan ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.
7) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.
8) Memilki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan guru.
9) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan, mengatur hal-
hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Menurut PP RI No. 19/ 2005 tentang standar Nasional Pendidikan
pasal 28, dinyatakan bahwa pendidik adalah agen pembelajaran yang harus
memiliki empat jenis kompetensi, yakni kompetensi pedagogic, kepribadian,
professional, dan social,
Guru efektif berarti guru demokratis. Guru demokratis biasanya
memilih metode pembelajaran dialogis. Guru dan murid secara bersama-
sama sebagai subyek dalam proses belajar. Proses belajar menjadi proses
pencarian bersama. Proses itu dalam kelas dilaksanakan dengan suasana
menyenangkan dan saling membutuhkan. Untuk mencapai kondisi
pembelajaran seperti itu, membutuhkan adanya gerakan pembaharuan
pembelajaran.Dari pembelajaran tradisional statis/monoton ke pembelajaran
aktif-kreatif dan menyenangkan
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan
dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
pengabidaian kepada mayarakat, terutama bagi pendidikan pada pergurua
tinggi.
Tugas dan tanggungjawab guru sebagai pendidik adalah membantu
dan membimbing siswa untuk mencapai kedewasaan seluruh rana jiwa
sesuai dengan criteria yang telah ditetapkan. Untuk dapat menjalankan tugas
dan tanggungjawab guru berkewajiban merealisasikan segenap upaya yang
mengarah pada pengertian membantu dan membimbing siswa dalam
melapangkan jalan menuju perubahan positif seluruh rasa kejiwaannya.
Dalam hal ini, kegiatan nyata yang paling utama dalam member bantuan dan
biombingan itu adalah mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdul Haris., Asep Jihad, (2012), Evaluasi Pembelajaran, Multi Pressindo, Yogyakarta.
Agus Suprijono, (2007), Cooperatif Learning Teori Dan Aplikasi Palkem, Yogyakarta:
Pustaka Belajar
Pustaka Pelajar.
Shahram Khosravi, (2007), ASP.NET AJAX Programmer Reference with ASP.NET 2.0
or ASP.NET 3.5. Indianapolis:Willey Publishing, Inc.
Slavin, (2009), Cooperative Learning, Teori, Riset, dan Praktik, Bandung: Penerbit Nusa
Media.
Jurnal / Artikel
Rizky Aditya, Peran Pembina Latihan Dalam Mendukung Kesiapan Operasional di Yonif
Raider Kostrad (Studi Tentang Kegiatan Pembinaan Latihan di Yonif Raider
514/9/2 KOSTRAD), Jurnal Prodi Strategi Pertahanan Darat, Vol. 4 No. 1, April
2018).