KMB II
DISUSUN OLEH
TIM
Alhamdulillah, Puji syukur tim penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas
terselesaikannya buku panduan pembelajaran laboratorium Komunikasi Dalam Keperawatan I.
Buku panduan pembelajaran laboratorium ini merupakan salah satu bagian dari buku panduan
pembelajaran laboratorium sebagai pendekatan dalam pencapaian kompetensi lulusan S-1
keperawatan.
Komunikasi keperawatan merupakan tonggak atau senjata bagi seorang perawat dalam
berhubungan dengan pasien maupun keluarga. Buku panduan pembelajaran laboratorium ini
membahas tentang prosedur, teori dan konsep komunikasi umum dan komunikasi therapeutic
dalam keperawatan, serta penerapan komunikasi dalam asuhan keperawatan pada berbagai
kasus dan tingkat usia.
Kompetensi yang dicapai oleh mahasiswa tidak saja aspek hard skill, namun
demikian aspek soft skill sangat berperan menjadikan lulusan yang unggul. Studi di lapangan
menunjukkan aspek soft skill sangat menentukan keberhasilan mahasiswa dalam dunia nyata.
Kami berharap buku panduan pembelajaran laboratorium komunikasi keperawatan ini
dapat dijadikan petunjuk dan dipergunakan dengan sebaik- baiknya. Kami juga merasa
masih banyak kekurangan dalam pembuatan buku panduan pembelajaran laboratorium ini,
sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun untuk peningkatan kualitas buku panduan
pembelajaran laboratorium ini sangat kami harapkan. Semoga buku panduan pembelajaran
laboratorium ini dapat mengantarkan mahasiswa mencapai tujuan sebagai perawat yang
professional.
Tim Penyusun
PENDAHULUAN
a. VISI
Menjadi sekolah tinggi kesehatan yang unggul, menghasilkan lulusan dengan
penguasaan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Keterampilan dan Seni (IPTEKS), di
tingkat regional dan nasional berlandaskan nilai nilai luhur bangsa dan keislaman
pada tahun 2020.
b. MISI
1) Care Provider
2) Communicator
3) Educator and health promoter
4) Manager and leader
5) Researcher
RANCANGAN PEMBELAJARAN
C. CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Sikap
a. Menghargai orang lain
b. Tanggung jawab Komunikasi terapeutik
c. Kreatif dan inovatif diri
Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 6
d. Kerja sama
e. Berfikir kritis
f. Pengendalian
2. Ketrampilan
a. Pengambilan darah untuk specimen pemeriksaan leukosit
b. Pembacaan hasil hitung jenis leukosit
c. Pemeriksaan gula darah sewaktu
d. Latihan senam kaki, PMR untuk pasien DM
e. Pemberian insulin injeksi konvensional dan pen
f. Pemberian insulin drip
g. Pemberian insulin dengan syringe pump
h. Pemeriksaan vaskuler kaki pasien DM
i. Perawatan colostomy
j. Irigasi lambung
k. Pemasangan kateter 3 way dan perawatanya
l. Irigasi kandung kemih
E. WAKTU
SKS Laborat : 1 sks
1 sks x 170 menit x 14 minggu efektif = 2380 menit
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua
IK.PSDI.STIKESM.LAB Ketua
Ketua Berlaku:
1. DEFINISI
Pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan imunologi dengan cara Darah dibuat
hapusan obyek glass kemudian di cat dengan pewarna tertentu kemudian &hitung jenis
leukositnya.
2. TUJUAN
Untuk mengetahui jenis leukosit yang diidentifikasi dalam darah perifer yaitu eosinofil, basofil,
neutrofil batang, neutrofil segmen, monosit dan limposit.
Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 8
STIKES Instruksional Kerja Halaman 2 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengambilan Sampel Darah No. Dokumen:
Untuk Pemeriksaan Imunologi ......IK.PSDI.STIKESM/2018
Berlaku:
Ketua
6) Tuangkan kelebihan methanol dari obyek kemudian dicat menggunakan cat giemsa
+ buffer pro giemsa biarkan 20 menit.
7) Bilas sediaan dengan air mengalir.
8) Letakan dengan sikap vertikal dan biarkan sampai kering diudara.
9) Hitung jenis sel leukosit dihitung dengan menggunakan mikroskop dengan
pembesaran 40x.
10) Sel yang eulmp tipis, rata dan dihitung sampai jumlah 100 sel dengan satuan %
11) Pelaporan hasil hitung jenis leukosit harus diurut sebagai berikut:
Eosinophil, basotil, neutmfil batang, neutroñl segmen, lymposit, monosit
c. Fase Terminasi
a. Merapikan alat
b. Melakukan evaluasi hasil tindakan
c. Menyampaikan rencana tindak lanjut
d. Berpamitan
e. Mencuci tangan
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
Eosinophil :1-3%
Basofil :0-1%
Neutrofil batang : 2 - 6 %
Neutrofil segmen : 50 - 70 %
Lymposit : 20 1 40 %
Monosit :2-8%
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua
IK.PHJL.STIKESM.LAB Ketua
Ketua Berlaku:
1. DEFINISI
Lekosit (White Blood Cell) adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah
putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian
dari sistem kekebalan tubuh.
Sel CD4 adalah jenis sel darah putih atau limfosit. Sel tersebut adalah bagian yang
penting dari sistem kekebalan tubuh kita. Sel CD4 kadang kala disebut sebagai sel-T. Ada dua
macam sel-T. Sel T-4, yang juga disebut CD4 dan kadang kala sel CD4+, adalah sel
‘pembantu’. Sel T-8 (CD8) adalah sel ‘penekan’, yang mengakhiri tanggapan
kekebalan. Sel CD8 juga disebut sebagai sel ‘pembunuh’, karena sel tersebut membunuh sel
kanker atau sel yang terinfeksi virus
2. NILAI NORMAL LEUKOSIT
Nilai normal Lekosit, yaitu:
Dewasa : 4.000-11.000/µl;
Neonatus (Bayi baru lahir) : 10.000-26.000/µl;
Anak umur 1 tahun : 6.000-18.000/µl;
Anak umur 4-7 tahun : 5.000-15.000/µl;
Anak umur 8-12 tahun : 4.500-13.500/µl
3. HITUNG JENIS LEUKOSIT
A) Basofil
Basofil adalah jenis leukosit yang terlibat dalam reaksi alergi jangka panjang seperti
asma, alergi kulit, dan lain-lain. Nilai normal dalam tubuh: 0 - 1%. Sel ini jarang ditemukan
dalam darah tepi normal. Sel ini mempunyai banyak granula sitoplasma yang gelap menutup
inti serta mengandung heparin dan histamin. Pada reaksi antigen-antibodi basofil akan
melepaskan histamin dari granulanya. Di dalam jaringan basofil berubah menjadi
sel mast basofil mrmpunyai tempat perlekatan immunoglobulin E (IgE) dan degranulasinya
disertai dengan pelepasan histamin. Basofil terutama bertanggung jawab untuk memberi
reaksi alergi dan antigen dengan jalan mengeluarkan histamin kimia yang menyebabkan
peradangan.
Basofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah basofil lebih dari 100/µl darah.
Peningkatan basofil terdapat pada proses inflamasi(radang), leukemia, dan fase
penyembuhan infeksi. Penurunan basofil terjadi pada penderita stress, reaksi
hipersensitivitas (alergi), dan kehamilan.
B) Eosinofil
Eosinofil merupakan jenis leukosit yang terlibat dalam alergi dan infeksi (terutama
parasit) dalam tubuh. Nilai normal dalam tubuh: 1 - 3%. Sel ini mirip dengan neutrofil
kecuali granula sitoplasmanya lebih kasar, lebih berwarana merah tua, jarang dijumpai lebih
anak netrofilia biasanya lebih tinggi dari pada orang dewasa. Rangsangan yang
menimbulkan netrofilia dapat mengakibatkan dilepasnya granulosit muda ke peredaran
darah dan keadaan ini disebut pergeseran ke kiri ataushift to the left. Infeksi tanpa netrofilia
atau dengan netrofilia ringan disertai banyak sel muda menunjukkan infeksi yang tidak
teratasi atau respons penderita yang kurang. Pada infeksi berat dan keadaan toksik dapat
dijumpai tanda degenerasi, yang sering dijumpai pada netrofil adalah granula yang lebih
kasar dan gelap yang disebut granulasi toksik.
Netropenia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil kurang dari 2500/µl darah.
Penyebab netropenia dapat disebabkan karena pemindahan netrofil dari peredaran darah
misalnya umur netrofil yang memendek karena penggunaan obat, gangguan pembentukan
netrofil yang dapat terjadi akibat radiasi atau obat-obatan dan yang terakhir yang tidak
diketahui penyebabnya. Penurunan jumlah neutrofil terdapat pada infeksi virus, leukemia,
anemia defisiensi besi, dan Iain-Iain.
D) Monosit
Monosit merupakan salah satu leukosit yang berinti besar dengan ukuran 2x lebih
besar dari eritrosit sel darah merah, terbesar dalam sirkulasi darah dan diproduksi di jaringan
limpatik. Nilai normal dalam tubuh: 2 - 8% dari jumlah seluruh leukosit. biasanya berukuran
lebih besar dari leukosit darah tepi lainnya dan mempunyai inti sentral berbentuk lonjong
atau berlekuk dengan kromatin yang menggumpal. Sitoplasmanya yang banyak berwarna
biru dan mengandung banyak vakuola halus sehingga memberikan gambaran kaca asah
(ground-glass-apperance). Granula sitoplasma juga sering d-glass-apperance. granula
sitoplasma juga sering dijumpai. Monosit membagi fungsi 'pembersih vakum' (fagositosis)
dari neutrofil tetapi lebih jauh dia hidup dengan tugas tambahan yaitu memberikan potongan
patogen kepada sel T sehingga patogen tersebut dapat dihafal dan dibunuh atau dapat
membuat tanggapan antibodi untuk menjaga.
Monositosis adalah suatu keadaan dimana jumlah monosit lebih dari 750/µl pada
anak dan lebih dari 800/µl darah pada orang dewasa. Monositosis dijumpai pada beberapa
penyakit infeksi baik oleh bakteri, virus, protozoa maupun jamur. Penurunan monosit
terdapat pada leukemia limposit dan anemia aplastik.
4. HITUNG JENIS CD4
a. Normal Limfosit
Limfosit adalah jenis leukosit agranuler dimana sel ini berukuran kecil dan sitoplasmanya
sedikit. Salah satu leukosit yang berperan dalam proses kekebalan dan pembentukan
antibodi. Nilai normal: 20 - 40% dari seluruh leukosit. Limfosit adalah sel yang kompeten
secara imunologik dan membantu fagosit dalam petahanan tubuh terhadap infeksi dan
invasi asing lain. Limfosit lebih umum dalam sistem limfa. Darah mempunyai tiga jenis
limfosit, yaitu :
b. Sel B.
Berfungsi membuat antbodi yang mengikat patogen lalu menghancurkannya (sel B tidak
hanya membuat antibodi yang dapat mengikat patogen tetapi setelah adanya serangan,
beberapa sel B akan mempertahankan kemampuannya dalam menghasilkan antibodi
sebagai layanan sistem 'memori').
c. Sel T = CD+4 (pembantu)
Berfungsi mengkoordinir tanggapan ketahanan (yang bertahan dalam infeksi HIV) serta
penting untuk menahan bakteri intraseluler. CD+8 (sitotoksik) dapat membunuh sel yang
terinfeksi virus
c. Sel natural killer = sel pembunuh alami (NK, Natural Killer) dapat membunuh sel
tubuh yang tidak menunjukkan sinyal bahwa dia tidak boleh dibinuh karena telah terinfeksi
virus atau telah menjadi kanker.
Limfositosis adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah limfosit lebih
dari 8000/µl pada bayi dan anak-anak serta lebih dari 4000/µl darah pada dewasa.
Limfositosis dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti morbili, mononukleosis infeksiosa;
infeksi kronik seperti tuberkulosis, sifilis, pertusis dan oleh kelainan limfoproliferatif seperti
leukemia limfositik kronik dan makroglobulinemia primer.
Pada orang dewasa limfopenia terjadi bila jumlah limfosit kurang dari 1000/µl dan pada
anak-anak kurang dari 3000/µl darah. Penyebab limfopenia adalah produksi limfosit yang
menurun yang disebabkan oleh kortikosteroid dan obat-obat sitotoksis.
Bagaimana Hasil Tes CD4 Dilaporkan?
Hasil tes CD4 biasanya dilaporkan sebagai jumlah sel CD4 yang ada dalam satu milimeter
kubik darah (biasanya ditulis mm3). Jumlah CD4 yang normal biasanya berkisar antara 500
dan 1.600.
Karena jumlah CD4 begitu berubah-ubah, kadang lebih cocok kita lihat persentase sel CD4.
Jika hasil tes melaporkan CD4% = 34%, ini berarti 34% limfosit kita adalah sel CD4.
Persentase ini lebih stabil dibandingkan jumlah sel CD4 mutlak. Angka normal berkisar
antara 30-60%. Setiap laboratorium mempunyai kisaran yang berbeda. Belum ada pedoman
untuk keputusan pengobatan berdasarkan CD4%, kecuali untuk anak berusia di bawah lima
tahun.
Jumlah CD4 mutlak di bawah 200 menunjukkan kerusakan yang berat pada sistem
kekebalan tubuh. Walau CD4% mungkin lebih baik meramalkan perkembangan penyakit
HIV dibandingkan CD4 mutlak, jumlah CD4 mutlak tetap dipakai untuk menentukan kapan
ART sebaiknya dimulai.
Kadang kita juga diusulkan untuk melakukan tes CD8. Namun sama sekali tidak jelas
bagaimana hasil tes CD8 dapat ditafsirkan. Oleh karena itu, tidak ada manfaat mengeluarkan
biaya untuk tes CD8.
Apa Artinya Angka Ini?
Jumlah CD4 adalah ukuran kunci kesehatan sistem kekebalan tubuh. Semakin rendah
jumlahnya, semakin besar kerusakan yang diakibatkan HIV. Jika kita mempunyai jumlah
CD4 di bawah 200, atau persentase CD4 di bawah 14%, kita dianggap AIDS, berdasarkan
definisi Kemenkes.
Jumlah CD4 dipakai bersama dengan viral load untuk meramalkan berapa lama kita akan
tetap sehat. Lihat LI 125 untuk informasi lebih lanjut tentang tes viral load.
Jumlah CD4 juga dipakai untuk menunjukkan kapan beberapa macam pengobatan termasuk
ART sebaiknya dimulai.
Kapan mulai pengobatan untuk mencegah infeksi oportunistik: Sebagian besar dokter
meresepkan obat untuk mencegah infeksi oportunistik pada jumlah CD4 yang berikut:
Di bawah 200: PCP (lihat LI 512)
Di bawah 100: toksoplasmosis (lihat LI 517) dan meningitis kriptokokus (LI 503)
Di bawah 50: MAC (lihat LI 510)
Memantau keberhasilan ART: Umumnya jumlah CD4 akan mulai naik segera setelah kita
mulai ART. Namun kecepatan sangat beragam, dan kadang pelan. Bila jumlah CD4 di
bawah 50 waktu kita mulai ART, jumlah CD4 kita mungkin tidak akan meningkat menjadi
normal (di atas 500). Yang penting jumlah naik; kita sebaiknya tidak terlalu berfokus pada
angka. Sebaliknya, bila jumlah CD4 mulai menurun lagi setelah naik, mungkin itu adalah
tanda bahwa ART kita mulai gagal, dan mungkin rejimen harus diganti.
Jumlah CD4 yang lebih tinggi adalah lebih baik. Namun, jumlah CD4 yang normal tidak
tentu berarti sistem kekebalan tubuh benar-benar pulih.
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua
IK.PPK3W.STIKESM.LAB Ketua
Berlaku:
Ketua
1) DEFINISI
Irigasi kateter adalah pencucian kateter urine untuk mempertahankan kepatenan kateter
urine menetap dengan larutan steril yang diprogramkan oleh dokter. Karena darah, pus, atau
sedimen dapat terkumpul di dalam selang dan menyebabkan distensi kandung kemih serta
menyebabkan urine tetap berada di tempatnya. Ada dua metode tambahan untuk irigasi
kateter, yaitu : Irigasi kandung kemih secara tertutup. Sistem ini memungkinkan seringnya
irigasi kontinu tanpa gangguan pada sistem kateter steril. Sistem ini paling sering digunakan
Ketua Berlaku:
pada klien yang menjalani bedah genitourinaria dan yang kateternya berisiko mengalami
penyumbatan oleh fragmen lendir dan bekuan darah.
Dengan membuka sistem drainase tertutup untuk menginstilasi irigasi kandung
kemih. Teknik ini menimbulkan resiko lebih besar untuk terjadinya infeksi. Namun,
demikian kateter ini diperlukan saat kateter kateter tersumbat dan kateter tidak ingin diganti
(mis ; setelah pembedahan prostat).
Dokter dapat memprogramkan irigasi kandung kemih untuk klien yang
mengalami infeksi kandung kemih, yang larutannya terdiri dari antiseptik atau
antibiotik untuk membersihkan kandung kemih atau mengobati infeksi lokal. Kedua
irigasi tersebut menerapkan teknik asepsis steril (Potter & Perry, 2005).
Dengan demikian Irigasi kandung kemih adalah proses pencucian kandung kemih
dengan aliran cairan yang telah di programkan oleh dokter.
2) TUJUAN
1. Untuk mempertahankan kepatenan kateter urine
2. Mencegah terjadinya distensi kandung kemih karena adanya penyumbatan kateter
urine, misalnya oleh darah dan pus
3. Untuk membersihkan kandung kemih
4. Untuk mengobati infeksi local
3) PERSIAPAN ALAT
1. Larutan iritasi steril,sesuaikan suhu dalam kantung dengan suhu ruangan
2. Kateter Foley (3 saluran)
3. Slang irigasi dengan klem (dengan atau konektor-Y)
4. Sarung tangan sekali paka
5. Tiang penggantung IV
6. Kapas antiseptik
7. Wadah metrik
8. Konektor-Y
9. Selimut mandi (opsional)
Berlaku:
Ketua
5) PERSIAPAN PASIEN
a. Fase Orientasi
7. Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
8. Memperkenalkan diri
9. Menjelaskan tujuan tindakan
10. Menjelaskan langkah prosedur tindakan
11. Menempatkan alat kedekat pasien
12. Mencuci tangan
6) INSTRUKSIONAL KERJA
d. Fase Kerja
1. Kaji abdomen bagian bawah untuk melihat adanya distensi
2. Atur posisi klien , misal dorsal recumbent untuk wanita bila mampu, jika tidak posisi
supine
3. Pasang alas dibawah kateter
4. Keluarkan urin dari urin bag ke dalam wadah
5. Dengan menggunakan teknik aseptic (disenfeksi ujung botol dengan kapas
alkohol)masukan ujung selang irigasi ke dalam larutan Irigasi (botol NaCl)
6. Tutup klem pada selang dan gantung larutan irigasi pada tiang infus
7. Buka klem dan biarkan larutan mengalir melalui selang, pertahankan ujung selang
tetap steril,tutup klem
8. Disinfeksi porta irigasi pada kateter berlumen tiga dan sambungkan ke selang irigasi
9. Pastikan kantung drainase dan selang terhubung kuat ke pintu masuk drainase pada
kateter berlumen tiga
10. Kateter tertutup continues intermitten : buka klem irigasi dan biarkan cairan yang di
programkan mengalir memasuki kandung kemih (100 ml adalah jumlah yang normal
pada orang dewasa), tutup selang irigasi selama 20-30 menit dan kemudia buka klem
selang drainase
Berlaku:
Ketua
11. Kateter tertutup continues : hitung kecepatan tetesan larutan irigasi (slow rate 10-20
tetes/menit, fast rate 20-40 rate/menit) dan periksa volume drainase di dalam kantung
drainase. pastikan bahwa selang drainase paten dan hindari lekukan selang
12. Buka sarung tangan dan atur posisi nyaman klien
13. Bereskan semua perlatan dan cuci tangan
e. Fase Terminasi
1) Merapikan alat
2) Melakukan evaluasi hasil tindakan
3) Berpamitan
4) Mencuci tangan
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua
IK.SKDM.STIKESM.LAB Ketua
1. DEFINISI
Adalah latihan menggerakkan lutut, kaki, telapak kaki dan jari-jari kaki yang ditujukan pada
penderita Diabetes Mellitus.
2. TUJUAN
1) Membantu melancarkan sirkulasi darah
2) Memperkuat otot-otot kecil kaki
3) Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki
3. INDIKASI
Senam diabet ini dapat diberikan kepada seluruh penderita Diabetes mellitus dengan tipe 1
maupun 2. Terapi ini dapat dilakukan pada klien dengan resiko terjadinya komplikasi
gangguan sirkulasi, neuropati pada kaki bawah, dengan tujuan untuk mencegah terjadinya
komplikasi, atau pada klien yang sudah mengalami komplikasi tersebut, dengan tujuan
untuk meminimalisasi dampak yang lebih lanjut.
4. KONTRA INDIKASI
1) Klien mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti dipsnu atau nyeri dada
2) Orang yang depresi, khawatir atau cemas
5. PERSIAPAN ALAT
Kertas koran, kursi.
6. PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
1) Cek identitas dan riwayat pasien di buku status perkembangan pasien
2) Persiapan untuk pasien :
- Memakai celana yang tidak ketat (longgar)
- Memastikan tidak terdapat keluhan nyeri pada kaki klien, yang dapat
mengganggu proses latihan
- Latihan dilakukan sesuai tahapan
b. Fase Orientasi
1) Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan tindakan
4) Menjelaskan langkah prosedur tindakan
5) Menanyakan kesiapan pasien
6) Mencuci tangan
7. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) Instruksilan klien untuk duduk secara benar di atas kursi dengan
kaki di lantai
2 ) Instruksikan klien untuk meletakkan/ bertumpu pada tumit dilantai, jari-
jari kedua belah kaki ditarik keatas dan ke bawah sebanyak 10 kali.
Pada saat arah kebawah hindari jari-jari kaki menyentuh lantai
3 ) Dengan tumit tetap dilantai, tarik/ angkat telapak kaki ke atas kemudian
jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki diangkat ke atas
(diulang 10 kali)
4 ) Selanjutnya tumit tetap dilantai, bagian depan kaki diangkat ke atas dan
buat putaran 360 0 dengan pergerakkan dada pergelangan kaki, sebanyak
10 kaki
5 ) Jari-jari kaki diletakkan dilantai, tumit diangkat dan putaran 3600
dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali
6 ) Kaki diangkat ke atas dengan meluruskan lutut, buat putaran 3600
dengan pergerakan pada pergelangan kaki, sebanyak 10 kali
7 ) Lutut diluruskan, lalu ayunkan kembali ke bawah sebanyak 10 kali,
ulangi langkah ini untuk kaki yang sebelumnya
8) Letakkan sehelai kertas surat kabar dilantai, bentuk kertas itu menjadi
seperti bola dengan kedua belah kaki, kemudian , buka bola itu menjadi
lembaran seperti semula menggunakan kedua belah kaki. Cara ini
dilakukannya sekali saja.
b. Fase Terminasi
5) Merapikan alat
6) Melakukan evaluasi hasil tindakan
7) Berpamitan dan mencuci tangan
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua
IK.IIK.STIKESM.LAB Ketua
1. DEFINISI
Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi oleh sel beta pulau Langerhans
kelenjar pankreas. Insulin menstimulasi pemasukan asam amino kedalam sel dan
kemudian meningkatkan sintesa protein. Insulin meningkatkan penyimpanan lemak dan
mencegah penggunaan lemak sebagai bahan energi. Insulin menstimulasi pemasukan
glukosa ke dalam sel untuk digunakan sebagai sumber energi dan membantu
penyimpanan glikogen di dalam sel otot dan hati.
4. INDIKASI
1. Semua penderita DM tipe I memerlukan insulin eksogen karena produksi insulin oleh sel
beta tidak ada atau hampir tidak ada.
2. Penderita DM tipe II tertentu mungkin membutuhkan insulin bila terapi jenis lain tidak
dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
3. Keadaan stress berat, seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan, infark miokard
akut atau stroke.
4. DM gestasional dan penderita DM yang hamil membutuhkan insulin bila diet saja tidak
dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
5. Ketoasidosis diabetik.
6. Hiperglikemik hiperosmolar non ketotik.
7. Penderita DM yang mendapat nutrisi parenteral atau yang memerlukan suplemen tinggi
kalori, untuk memenuhi kebutuhan energi yang meningkat, secara bertahap akan
memerlukan insulin eksogen untuk mempertahkan.
6. PERSIAPAN PASIEN
a. Fase Orientasi
1. Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan langkah prosedur tindakan
5. Menempatkan alat kedekat pasien
6. Mencuci tangan
7. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) Bebaskan daerah yang akan disuntik atau bebaskan suntikan dari pakaian. Apa bila
menggunakan pakaian, buka pakaian dan singsingkan pakaian tersebut.
2) Ambil obat dalam tempatnya sesuai dengan dosis yang akan diberikan. Setelah itu
tempatkan pada bak injeksi
3) Desinfeksikan area penyuntikan dengan kapas alkohol
4) Renggangkan dengan tangan kiri (daerah yang akan dilakukan suntikan subkutan)
5) Lakukan penusukan dengan lobang jarum menghadap keatas dengan sudut 45° dari
permukaan kulit sesuai dengan ketebalan lemak pasien
6) Lakukan aspirasi, bila tidak ada darah, suntikan secara perlahan-lahan obat hingga
habis
7) Tarik spuit dan tahan dengan kapas alkohol dan sepuit yang sudah dipakai masukan
kedalam bengkok
b. Fase Terminasi
1) Evaluasi
2) Melakukan rencana tindak lanjut dan jelaskan pada keluarga
3) Merapikan pasien
4) Merapikan alat
5) Berpamitan
6) Dokumentasi (catat hasil pemberian, tanggal, waktu pemberian, dan jenia serta
dosis)
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua
IK.IIDP.STIKESM.LAB Ketua
1. DEFINISI
Insulin adalah hormon yang digunakan untuk mengobati diabetes mellitus. Actrapid
Novolet : adalah insulin short acting yang dikemas dalam bentuk pulpen insulin khusus
yang berisi 3 cc insulin.
2. TUJUAN
Mengontrol kadar gula darah dalam pengobatan diabetes mellitus
3. KONTRA INDIKASI
Klien yang mengalami hipoglikemia dan hipersensitivitas terhadap human insulin
4. PERSIAPAN ALAT
1. Spuit insulin / insulin pen (Actrapid Novolet).
2. Vial insulin.
3. Kapas + alkohol / alcohol swab.
4. Handscoen bersih.
5. Daftar / formulir obat klien.
6. Bak instrument kecil
7. Perlak + pengalas
8. Bengkok
5. PERSIAPAN PASIEN
a) Fase Orientasi
1. Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan langkah prosedur tindakan
5. Menempatkan alat kedekat pasien
6. Mencuci tangan
6. INSTRUKSIONAL KERJA
b) Fase Kerja
1. Memakai handscoen bersih.
2. Memilih lokasi suntikan. Periksa apakah dipermukaan kulitnya terdapat kebiruan,
inflamasi, atau edema.
3. Melakukan rotasi tempat/lokasi penyuntikan insulin. Lihat catatan perawat
sebelumnya.
4. Memeriksa apakah Novolet berisi tipe insulin yang sesuai dengan kebutuhan.
5. Mengganti jarum pada insulin pen dengan jarum yang baru.
6. Memasang cap Novolet sehingga angka nol (0) terletak sejajar dengan indikator
dosis.
7. Memegang novolet secara horizontal dan menggerakkan insulin pen (bagian cap)
sesuai dosis yang telah ditentukan sehingga indicator dosis sejajar dengan jumlah
dosis insulin yang akan diberikan kepada klien. Skala pada cap : 0, 2, 4, 6, 8, 10, 12,
14, 16, 18 unit (setiap rasa ”klik” yang dirasakan perawat saatb memutar cap Novolet
menandakan 2 unit insulin telah tersedia).
c) Fase Terminasi
1. Merapikan alat dan pasien
2. Melakukan evaluasi hasil tindakan
3. Berpamitan
4. Mencuci tangan
7. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
1. Actrapid Novolet yang tidak sedang digunakan harus disimpan dalam suhu 2–80C dalam
lemari pendingin (tidak boleh didalam freezer)
2. Actrapid Novolet yang sedang digunakan sebaiknya tidak disimpan dalam lemari
pendingin. Actrapid Novolet dapat digunakan/dibawa oleh perawat dalam kondisi suhu
ruangan (sampai dengan suhu 250C) selama 4 minggu.
3. Jauh dari jangkauan anak-anak, tidak boleh terpapar dengan api, sinar matahari
langsung, dan tidak boleh dibekukan.
4. Jangan menggunakan Actrapid Novolet jika cairan didalamnya tidak berwarna jernih
lagi.
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua
IK.IDD.STIKESM.LAB Ketua
1. DEFINISI
Injeksi Insulin dengan drip adalah pemberian insulin yang dicampur dengan cairan infus.
2. TUJUAN
Mengontrol kadar gula darah dalam pengobatan diabetes mellitus
3. KONTRA INDIKASI
Klien yang mengalami hipoglikemia dan hipersensitivitas terhadap human insulin
4. PERSIAPAN ALAT
1. Cairan infus NaCl atau cairan infus D5
2. Insulin 1 amp
5. PERSIAPAN PASIEN
a) Fase Orientasi
1. Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan langkah prosedur tindakan
5. Menempatkan alat kedekat pasien
6. Mencuci tangan
6. INSTRUKSIONAL KERJA
a) Fase Kerja
1. Mengganti cairan infus yang sudah terpasang dengan cairan NaCl atau D5 sesuai
dengan advice dokter.
2. Pemberian insulin drip :
a. Insulin 1 amp (50 U) dicampurkan kedalam 1 kolf NaCl (500cc) = 50 U/500cc
b. Sehingga didapatkan 1 U insulin untuk setiap 10 cc = 1 U/10cc
c. Diketahui bahwa : Tetesan Mikro = 60 tetes/1cc
Tetesan Makro = 15 tetes/1cc
d. Biasanya digunakan tetesan mikro, sehingga perhitungannya
a. Tetesan Mikro (60 tetes/1cc):
- 1 U/jam = 10 cc/jam = 10 cc/60menit = 600 tetes/60menit = 10
tetes/menit
- 2 U/jam = 20 cc/jam = 20 cc/60menit = 1200 tetes/60menit = 20
tetes/menit
- 3 U/jam = 30 cc/jam = 30 cc/60menit = 1800 tetes/60menit = 30
tetes/menit
Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 36
STIKES Instruksional Kerja Halaman 3 dari 3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Injeksi Insulin Dengan No. Dokumen:
Drip ......IK.IIDD.STIKESM/2018
Berlaku:
Ketua
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua
IK.PIMSP.STIKESM.LAB Ketua
3. TUJUAN
Digunakan untuk mengontrol kadar gula darah. Pemberian insulin terdapat dua tipelarutan
yaitu jernih dan keruh karena adanya penambahan protein sehingga memperlambat absorbsi
obat atau juga termasuk tipe lambat.
4. INDIKASI
a. Semua penyandang DM tipe 1
b. Semua penyandang DM tipe 2
c. Keadaan stres berat
d. Gangguan fungsi ginjal/hati yang berat
e. Ketoadsidosis diabetik
f. Hiperglamik, Hiperosmolar non ketotis
g. Penyandang DM yang mendapat nutrisi parenteal
h. Diabetes gastional
i. Penyandang DM yang memerlukan suplemen tinggi kalori
5. KONTRA INDIKASI
a. Klien yang mengalami hipoglikemia dan hipersensitivitas terhadap human insulin.
b. Penderita obat obatan hipoglikemik oral
6. PERSIAPAN ALAT
a. Spuit insulin / insulin pen (Actrapid Novolet).
b. Vial insulin.
c. Kapas + alkohol / alcohol swab.
d. Handscoen bersih.
e. Daftar / formulir obat klien
7. PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
1) Cek identitas dan riwayat pasien di buku status perkembangan pasien
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua
IK.PVK.STIKESM.LAB Ketua
1. DEFINISI
Merupakan suatu kegiatan pemeriksaan kondisi kaki pada penderita diabetes untuk
mengetahui adanya gangguan vaskularisasi, neuropati, infeksi dan deformitas sebagai
akibat komplikasi dari penyakit diabetes yang diderita klien.
2. TUJUAN
a. Sumber data pengkajian untuk tindakan keperawatan selanjutnya
b. Monitoring status kesehatan klien
3. PRINSIP
a. Akurat dan sistematis
b. Bersih
c. Kenyamanan klien
4. PERSIAPAN ALAT
1) Formulir pengkajian dan alat tulis
2) Timbangan berat badan dan meteran tinggi badan
3) Doppler vascular dan sphygnomanometer (jika tidak tersedian Doppler siapkan
Stetoskop)
4) Garputala 128 Hz
5) Monofilament Semmes Weinstein 10 gr
6) Reflek hammer
7) Jelly
8) Handscoon
5. PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
1) Cek identitas dan riwayat pasien di buku status perkembangan pasien
2) Lakukan anamnesa sesuai panduan format :
- Klarifikasi data demografi (sebelumnya telah diisi dengan melihat status
klien)
- Anamnesa riwayat penyakit sistemik
- Anamnesa social (perilaku resiko)
- Anamnesa adanya nyeri
- Anamnesa riwayat pembedahan terdahulu
- Anamnesa riwayat penyakit sekarang berkaitan dengan luka
- Anamnesa penggunaan alas kaki
b. Fase Orientasi
1. Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan langkah prosedur tindakan
5. Menempatkan alat kedekat pasien
6. Mencuci tangan
6. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) Lakukan inspeksi pada area kaki (kulit, kuku dan adanya disfungsi biomekanik :
calus, corns, hammer toe,dll)
2) Lakukan pemeriksaan neurologis pada area kaki ;
- Pemeriksaan menggunakan monofilament semmes Weinstein 10 gr
- Pemeriksaan sensasi Vibrasi menggunakan garputala 128 Hz
- Pemeriksaan reflek tendon patella dan achiles
3) Lakukan pemeriksaan vaskularisasi kaki
- Palpasi denyut nadi dorsalis pedis dan tibia posterior atau popliteal jika ada
riwayat amputasi pada area angle
- Lakukan pengukuran Angle Brachial Indeks :
1. Memakai handsoen bersih
2. Menentukan daerah yang mau dilakukan
3. Mengembangkan manset pada lengan
4. Memasang doppler dan mendengarkan denyut nadi
5. Menentukan nilai tekanan darah di lengan
6. Mengembangkan manset pada ankle
7. Memasang doppler dan mendengarkan denyut nadi
8. Menentukan nilai tekanan darah di ankle
Arterial ulcer Arterial dan venus Arterial dan Venous ulcer Calcified
ulcer venous ulcer
Gangguan Gangguan arteri dan Gangguan arteri Gangguan Periksa ulang
pembuluh arteri vena dan vena pembuluh vena
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
/.Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua
IK.PDPMDM.STIKESM.LAB Ketua
1) DEFINISI
Diet adalah awal dari usaha untuk mengendalikan diabetes. Mengikuti diet rendah
gula seumur hidup adalah sesuai dengan anjuran dokter atau ahli gizi. kelebihan berat
badan, turunkan berat badan Anda secara bertahap melalui cara yang benar.
Kunci diet diabetes adalah memilih karbohidrat yang aman. Semua karbohidrat
halus (misalnya gula tepung halus, roti manis, biskuit, permen, sirop dan minuman
ringan) harus dihindari dan diganti dengan makanan lengkap (yaitu buah, sayuran,
kacang, biji, dan makanan lainnya yang belum diproses) yang efektif untuk memperbaiki
resistensi.
2) TUJUAN
Sesuai dengan tujuan umum terapi gizi adalah membantu diabetetisi memperbaiki
kebiasaan hidup dan olah raga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik.
Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah :
1) Mempertahankan kadar Glukosa darah mendekati normal dengan keseimbangan
asupan makanan dengan insulin (endogen atau eksogen) atau obat hipoglikemik oral
dan tingkat aktifitas.
2) Mencapai kadar serum lipid yang optimal.
3) Memberikan energi yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan berat badan
yang memadai orang dewasa, mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang normal
pada anak dan remaja, untuk meningkatkan kebutuhan metabolik selama kehamilan
dan laktasi penyembuhan dari penyakit katabolik. Berat badan memadai diartikan
sebagai berat badan yang dianggap dapat dicapai dan dipertahankan baik jangka
pendek maupun jangka panjang oleh orang dengan diabetes itu sendiri maupun oleh
petugas kesehatan.
4) Menghindari dan menangani komplikasi akut orang dengan diabetes yang
menggunakan insulin seperti hipoglikemia, penyakit-penyakit jangka pendek, masalah
yang berhubungan dengan kelainan jasmani dan komplikasi kronik diabetes seperti :
penyakit ginjal, neuropati automik, hipertensi dan penyakit jantung
5) Meningkatkan kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal
3) INDIKASI
Untuk pasien Diabetes millitus
4) PERSIAPAN ALAT
1) Menu Lauk (Ikan, Tahu, Tempe, DLL)
2) Buah
3) Sayur
4) Alat makan (piring, Gelas, Sendok, Mangkok)
b. Serat
Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama dengan untuk orang yang
tidak diabetes yaitu dianjurkan mengkonsumsi 20-35 gr serat makanan dari berbagai
sumber bahan makanan. Di Indonesia anjurannya adalah kira-kira 25 gr/1000 kalori/ hari
dengan mengutamakan serat larut air.
c. Protein
Menurut konsensus pengelolaan diabetes di Indonesia tahun 2006 kebutuhan protein
untuk diabetisi 15%-20% energi. Perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg
berat badan perhari atau 10% dari kebutuhan energi dengan timbulnya nefropati pada
orang dewasa dan 65% hendaknya bernilai biologic tinggi. Sumber protein yang baik
adalah ikan, seafood, daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak,
kacang-kacangan dan tahu-tempe.
d. Total lemak
Anjuran asupan lemak di Indonesia adalah 20-25% energi. lemak jenuh < 7% kebutuhan
energi dan lemak tidak jenuh ganda <10% kebutuhan energi, sedangkan selebihnya dari
lemak tidak jenuh tunggal. Asupan kolesterol makanan hendaknya dibatasi tidak lebih
dari 300 mg perhari.
Apabila peningkatan LDL merupakan masalah utama, dapat diikuti anjuran diet disiplin
diet dislipidemia. Tujuan utama pengurangan konsumsi lemak jenuh dan kolesterol
adalah untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular.
e. Garam
Anjuran asupan untuk orang dengan diabetes sama dengan penduduk biasa yaitu tidak
lebih dari 3000 mgr atau sama dengan 6-7 g (1 sdt) garam dapur, sedangkan bagi yang
menderita hipertensi ringan sampai sedang, dianjurkan 2400 mgr natrium perhari atau
sama dengan 6 gr/hari garam dapur. Sumber natrium antara lain adalah garam dapur,
vetsin dan soda.
f. Kebutuhan kalori
Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.
Komposisi energy adalah 45-65% dari karbohidrat, 10-20% dari protein dan 20-25%
dari lemak. Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan orang
dengan diabetes. Di antaranya adalah dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal
yang besarnya 25-30 kalori/kg BB ideal, ditambah dan dikurangi bergantung pada
beberapa faktor yaitu jenis kelamin, umur, aktivitas, kehamilan/laktasi, adanya
komplikasi dan berat badan.
Perhitungan berat badan ideal (BBI) dengan rumus Brocca yang dimodifikasi :
· BBI = 90% x (TB dalam cm-100) x 1 kg
Bagi pria dengan TB di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm , rumus
modifikasi menjadi: BBI = (TB dalam cm – 100) x 1 kg
BB Normal : bila BB ideal ± 10%
Kurus :
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua
IK.PFA.STIKESM.LAB Ketua
Berlaku:
Ketua
1. DEFINISI
Pemeriksaan fisik abdomen adalah pemeriksaan tubuh pada bagian abdomen
untuk menentukan adanya kelainan-kelainan dari suatu organ bagian abdomen dengan
cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan mendengarkan
(auskultasi).
2. TUJUAN
a. Mengetahui kondisi permukaan abdomen
b. Mengetahui suara peristaltik usus & bising usus.
4. PERSIAPAN ALAT
a. Stetoskop
b. Bak instrumen
c. Sarung tangan/handscoon
d. Kassa steril
e. Selimut
f. Tissue
g. Bullpen
h. Bengkok
i. Lembar dokumentasi
j. Metlin
k. Bantal.
5. PERSIAPAN PASIEN
a) Fase Orientasi
1) Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan tindakan
4) Menjelaskan langkah prosedur tindakan
5) Menempatkan alat kedekat pasien
Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 50
STIKES Instruksional Kerja Halaman 3 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan Fisik No. Dokumen:
Abdomen
......IK.PFA.STIKESM/2018
Ketua
Berlaku:
6) Mencuci tangan
6. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) Memakai handscoon
2) Posisikan pasien supine (telentang) dengan nyaman
3) Buka baju pasien, bantu/minta pasien untuk turunkan celana hingga simfisis
4) Tutup dada dan daerah simfisis pasien menggunakan selimut
INSPEKSI
Amati permukaan abdomen (rata, abdominal frog, scapoid/cekung) kesimetrisan
abdomen, kulit (warna, lesi, penyebaran pembuluh darah vena), gerakan dinding
abdomen (gelombang peristaltik, pulsasi), umbilicus, pembesaran organ, massa.
AUSKULTASI
Mendengarkan peristaltic usus
a) Letakkan diafragma stetoskop pada kuadran kiri bawah dinding abdomen
(sesuaikan dengan gambar) pada abdomen pasien
b) Dengarkan suara peristaltic usus, hitung selama 1 menit
(1) Normal dewasa : 5-35 x/menit
(2) Normal anak : 5-15 x/menit
PALPASI
a) Lakukan palpasi dimulai dari daerah superficial, lalu ke dalam (jika pasien
mengeluhkan nyeri, sebaiknya diperiksa paling akhir)
b) Jika dinding abdomen tegang, minta pasien untuk menekuk lutut. Tekan daerah
muskulus rectus abdominalis, minta pasien nafas dalam (muskulus rectus
relaksasi maka ada spasme volunter, jika kontraksi/kaku maka itu spasme.
PERKUSI
a) Tentukan bagian abdomen yang akan dilakukan perkusi
b) Tempatkan telapak tangan kiri pada bagian yang akan diperkusi
c) Ketuk punggung jari telunjuk/tengah tangan kiri dengan jari telunjuk/ tengah
tangan kanan.
Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 51
STIKES Instruksional Kerja Halaman 4 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan Fisik No. Dokumen:
Abdomen
......IK.PFA.STIKESM/2018
Ketua
Berlaku:
b. Fase Terminasi
1) Melakukan evaluasi tindakan
2) Melakukan rencara tindak lanjut
3) Mendokumentasikan tindakan
4) Berpamitan
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua
IK.PGDS.STIKESM.LAB Ketua
1. DEFINISI
Pemeriksaan gula darah digunakan untuk mengetahui kadar gula darah seseorang.
Macam- macam pemeriksaan gula darah:
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan
a. Glukosa plasma sewaktu ≤ 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b. Glukosa plasma puasa ≤ 140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi
75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) ≤ 200 mg/dl
2. TUJUAN
a. Untuk mengetahui kadar gula pada pasien.
b. Mengungkapkan tentang proses penyakit dan pengobatannya mengkaji masalah dan
evaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada pasien
3. INDIKASI
Klien yang tidak mengetahui proses penyakitnya
4. PERSIAPAN ALAT
1. Glukometer
2. Kapas Alkohol
3. Hand scone
4. Stik GDA
5. Lanset
6. Bengkok
5. PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
1) Cek identitas dan riwayat pasien di buku status perkembangan pasien
b. Fase Orientasi
1) Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan tindakan
4) Menjelaskan langkah prosedur tindakan
5) Menempatkan alat kedekat pasien
6) Cuci tangan
6. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada pasien.
2) Mencuci tangan
3) Memakai handscone
4) Atur posisi pasien senyaman mungkin.
5) Dekatkan alat di samping pasien.
6) Pastikan alat bisa digunakan.
7) Pasang stik GDA pada alat glukometer.
8) Menusukkan lanset di jari tangan pasien.
9) Menghidupkan alat glukometer yang sudah terpasang stik GDA.
10) Meletakkan stik GDA dijari tangan pasien.
11) Menutup bekas tusukkan lanset menggunakan kapas alkohol.
12) Alat glukometer akan berbunyi dan hasil sudah bisa dibaca.
13) Membereskan dan mencici alat.
14) Mencuci tangan
b. Fase Terminasi
1. Memperhatikan reaksi / respon pasien dan menanyakan perasaan klien setelah
dilakukan tindakan
2. Merapikan alat
3. Menyampaikan rencana tindak lanjut
4. Kontrak waktu dan berpamitan
5. Mencuci tangan
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua
Ketua Berlaku:
1. DEFINISI
Bilas lambung, atau disebut juga pompa perut dan irigasi lambung merupakan
suatu prosedur yang dilakukan untuk membersihkan isi perut dengan cara mengurasnya..
2. TUJUAN
a. Untuk mengambil contoh racun dari dalam tubuh,
b. Menguras isi lambung sampai bersih.
c. Untuk mengetes benar tidaknya tube dimasukkan ke lambung.
Ketua Berlaku:
3. INDIKASI
a. Keracunan obat oral kurang dari 1 jam
b. Overdosis obat/narkotik
c. Terjadi perdarahan lama (hematemesis Melena) pada saluran pencernaan atas.
d. Mengambil contoh asam lambung untuk dianalisis lebih lanjut.
e. Dekompresi lambung
f. Sebelum operasi perut atau biasanya sebelum dilakukan endoskopi
4. KONTRAINDIKASI
Pada pasien yang mengalami cedera/injuri pada system pencernaan bagian atas,
menelan racun yang bersifat keras/korosif pada kulit, daln mengalami cedera pada jalan
nafasnya, serta mengalami perforasi pada saluran cerna bagian atas.
5. PERSIAPAN ALAT
a. Cairan isotonis seperti Nacl 0,9 %
b. Kom besar
c. Manekin yang sudah terpasang NGT lengkap dengan penguncinya (spuit 5 cc)
d. Spuit 10 cc untuk memasukkan cairan
e. Perlak dan pengalas
f. Bengkok
g. Sarung tangan
h. Klem
6. PERSIAPAN PASIEN
a. Fase Orientasi
1) Memberikan salam
2) Perkenalan
3) Menyampaikan tujuan
4) Menyampaikan prosedur
5) Menanyakan kesediaan pasien
Ketua Berlaku:
7. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) Cuci tangan
2) Jaga privasi klien
3) Menggunakan sarung tangan
4) Meletakkan perlak atau pengalas diatas dada pasien
5) Mengecek posisi selang NGT dan melakukan aspirasi dengan spuit
6) Ambil NaCl 30 cc dengan menggunakan spuit
7) Klem selang NGT kemudian masukkan spuit kedalam ujung NGT.
8) Buka klem, masukkan cairan kedalam lambung pelan tapi pasti
9) Aspirasi kembali cairan yang dimasukkan tadi sesuai dengan jumlah yang
dimasukkan dan buang kedalam bengkok
10) Ulangi prosedur no 6 – 9 secara berulang-ulang (Jika tujuannya untuk membersihkan
lambung)
11) Lepaskan spuit, tutup kembali ujung NGT dengan spuit atau penguncinya
12) merapikan klien
13) Melepas sarung tangan
14) Cuci tangan
b. Fase Terminasi
1) Mengevaluasi tindakan yang baru saja dilakukan
2) Menyampaikan rencana tindak lanjut
3) Merapikan dan kembalikan alat
4) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
8. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
KOMPLIKASI
a. Aspirasi
b. Bradikardi
Ketua Berlaku:
c. Hiponatremiaselama
d. Epistaksis
e. Spasme laring
f. Hipoksia dan hiperkapnia
g. Injuri mekanik pada leher, eksofagus dan saluran percernaan atas
h. Ketidakseimbangan antara cairan dan elektrolit
i. Pasien yang berontak memperbesar resiko komplikasi
j. Pengertian
k. Selang NGT diirigasi untuk mempertahankan patensi. Bila ujung distal selang terletak
menempel dinding lambung atau bila selang menjadi tersumbat oleh sekret, harus
diirigasi. Obstruksi selang dapat mengakibatkan distensi abdomen dan kemungkinan
muntah. Irigasi selang NG secara rutin dipesankan bila dipesankan penghisapan gaster
intermiten
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua
IK.PC.STIKESM.LAB Ketua
Berlaku:
Ketua
1. DEFINISI
Colostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan buatan antara
colon dengan permukaan kulit pada dinding perut.
Colostomi adalah sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada
dinding abdomen untuk mengeluarkan feses.
Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa mukosa kemerahan
yang disebut STOMA.
Ketua Berlaku:
Perawatan Colostomy adalah membersihkan stoma, kulit sekitar stoma, dan mengganti
balutan kantong kolostomi secara berkala sesuai kebutuhan.
2. TUJUAN
b. Meningkatkan kebersihan klien
c. mencegah terjadinya infksi
d. mencegah iritasi pada kulit sekitar stoma
e. mempertahankan kenyamanan kulit dan lingkungan sekitar stoma
3. INDIKASI
a. Pasien Atresia ani
b. Mega colone
c. Ca Rekti
d. Ca kolone
4. KONTRAINDIKASI
a. Baru menjalani pembedahan jahitan belum pulih
b. Penyakit menetap di dalam kolon
c. Fasilitas kebersihan tidak adekua
5. PERSIAPAN ALAT
a. Kantong kolostomi
b. Satu set ganti balutan (bak instrument sedang, pinset anatomis, pinset cirrurgis, kom kecil
dan gunting)
c. Kapas
d. Kassa steril
e. Larutan nacl
f. Zink salep/zink oil
g. Betadin
h. Plester
i. Sepasang sarung tangan
j. Bengkok
Ketua Berlaku:
Ketua Berlaku:
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua
IK.PMR.STIKESM.LAB Ketua
Berlaku:
Ketua
1. DEFINISI
PMR adalah gerakan mengencangkan dan melemaskan otot-otot pada satu bagian
tubuh pada satu waktu yang dapat menghadirkan kondisi rilek scara fisik dan psikologi.
PMR dapat mengistirahatkan tubuh dari kekencangan otot sehingga dapat menurunkan
rasa ketidaknyamanan pada tubuh dan rasa keletihan (William & Carey, 2003).
2. TUJUAN
Membantu pasien dalam mengurangi ansietas atau kecemasan, dan berkurangnya
kecemasan ini mempengaruhi berbagai gejala psikologis dan kondisi medis.
3. INDIKASI
PMR merupakan salah satu bentuk mind-body therapy dalam terapi komplementer dan
alternatif (Complementary and Alternative Therapy (CAM) .PMR digunakan sebagai
terapi pendamping terapi atau terapi mandiri untuk untuk menurunkan stres,
ketegangan otot dan nyeri (Cooke, 2011).
PMR dapat dijadikan sebagai salah satu intervensi keperawatan yang diberikan kepada
pasienpost operasi CABG untuk meningkatkan relaksasi dan kemampuan pengelolaan
diri. Latihan ini dapat membantu mengurangi ketegangan otot, stres, menurunkan
tekanan darah, meningkatkan toleransi terhadap aktivitas sehari-hari, meningkatkan
imunitas, sehingga status fungsional dan kualitas hidup meningkat (Stoppler, 2005)
Untuk hasil yang maksimal dianjurkan untuk melakukan PMR pada jam yang sama 2
kali sehari selama 10-20 menit. Latihan relaksasi dianjurkan dalam kondisi tidak lapar
dan perut tidak terlalu penuh. Kalau menurut penelitian Dehdari, et al, 2009 PMR
dianjurkan selama 5 minggu untuk dapat menurunkan kecemasan
4. KEGUNAAN
PMR telah menunjukkan manfaat dalam mengurangi ansietas atau kecemasan, dan
berkurangnya kecemasan ini mempengaruhi berbagai gejala psikologis dan kondisi medis
(Miells, et al, 2010)
5. KONTRA INDIKASI
Beberapa hal yang mungkin menjadi kontra indikasi latihan PMR pada pasien di rumah
sakit adalah masih adanya selang darinase, ketidaknyamanan muskuloskeletal, dan penyakit
jantung berat/ akut. Latihan PMR dapat meningkatkan resiko penurunan tekanan darah,
sehingga perlu memeriksa tekanan darah untuk mengidentifikasi kecendrungan hipotensi
(Bourne, 2011).
untuk menekankan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga
pasien dapat merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan punggung atas.
Lakukan penegangan otot ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan
rasakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2
kali.
10. Gerakan kesepuluh bertujuan untuk melatih otot leher bagian depan. Gerakan ini
dilakukan dengan cara membawa kepala ke muka, kemudian pasien diminta untuk
membenamkan dagu ke dadanya. Sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah
leher bagian muka. Rasakan ketegangan otot-otot tersebut ± 8 detik, kemudian
relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan perbedaan antara ketegangan otot dan
keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.
11. Gerakan kesebelas bertujuan untuk melatih otot-otot punggung. Gerakan ini dapat
dilakukan dengan cara mengangkat tubuh dari sandaran kursi, kemudian punggung
dilengkungkan, lalu busungkan dada. Kondisi tegang dipertahankan selama ± 8 detik,
kemudian rileks. Pada saat rileks, letakkan tubuh kembali ke kursi, sambil
membiarkan otot-otot menjadi lemas. Rasakan ketegangan otot-otot punggung selama
± 8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan perbedaan antara
ketegangan otot dan keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.
12. Gerakan kedua belas dilakukan untuk melemaskan otot-otot dada. Tarik nafas
panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-banyaknya. Tahan selama
beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di bagian dada kemudian turun ke perut.
Pada saat ketegangan dilepas, pasien dapat bernafas normal dengan lega. Lakukan
penegangan otot ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan
perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.
13. Gerakan ketiga belas bertujuan untuk melatih otot-otot perut. Tarik kuat-kuat perut
ke dalam, kemudian tahan sampai perut menjadi kencang dan keras. Rasakan
ketegangan otot-otot tersebut ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan
dan rasakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks. Lakukan gerakan
ini 2 kali.
14. Gerakan keempat belas bertujuan untuk melatih otot-otot paha, dilakukan dengan
cara meluruskan kedua belah telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang. Rasakan
ketegangan otot-otot paha tersebut selama ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara
perlahan-lahan dan rasakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks.
Lakukan gerakan ini 2 kali.
15. Gerakan kelima belas bertujuan untuk melatih otot-otot betis, luruskan kedua belah
telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang. Gerakan ini dilanjutkan dengan
mengunci lutut, lakukan penegangan otot ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara
perlahan-lahan dan rasakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks.
Lakukan gerakan ini 2 kalib.
b. Fase Terminasi
1) Memberikan reinforcemen positif
2) Melakukan evaluasi
3) Merencanakan tindak lanjut dengan klien
4) Memberikan salam
Alimul A.A. 2003. Riset Keperawatan & Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Pernerbit
Salemba Medika.
Brunner and Suddarth.2001.Keperawatan Medikal Bedah Volume 1.Jakarta:EGC.
Ellis R.B & Gates R.J. 2000. Komunikasi Interpersonal dalam Keperawatan(terjemahan).
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
MH. Pribadi Zen (2013). Panduan Komunikasi Efektif Untuk Bekal Keperawatan
Profesional. Jogjakarta: D-Medika Mundakir (2006). Komunikasi Keperawatan
Aplikasi Dalam
Potter and Perry.2005.Fundamental Keperawatan Volume 1.Jakarta:EGC.
Suryani.(2005). Komunikasi Terapeutik; Teori dan Praktik. Jakarta: EGC
Stuart, Gail Wiscarz., Sundeen, Sandra.J. 1998. Pocket Guide to Psychiatric Nursing. Edisi 3
EGC. Jakarta
Wahyuni Arti. 2004. Hubungan Antara Karakteristik Perawat Dengan Motivasi Perawat
Dalam Menerapkan Komunikasi Terapeutik. Semarang.
Widjaja.2000.Ilmu Komunikasi.Jakarta: Rineka Cipta.