Anda di halaman 1dari 73

BUKU PANDUAN PRAKTIK LABORATORIUM

KMB II

DISUSUN OLEH

TIM

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
JL. GANESHA 1 PURWOSARI KUDUS TELP. 0291-437218

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 1


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur tim penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas
terselesaikannya buku panduan pembelajaran laboratorium Komunikasi Dalam Keperawatan I.
Buku panduan pembelajaran laboratorium ini merupakan salah satu bagian dari buku panduan
pembelajaran laboratorium sebagai pendekatan dalam pencapaian kompetensi lulusan S-1
keperawatan.
Komunikasi keperawatan merupakan tonggak atau senjata bagi seorang perawat dalam
berhubungan dengan pasien maupun keluarga. Buku panduan pembelajaran laboratorium ini
membahas tentang prosedur, teori dan konsep komunikasi umum dan komunikasi therapeutic
dalam keperawatan, serta penerapan komunikasi dalam asuhan keperawatan pada berbagai
kasus dan tingkat usia.
Kompetensi yang dicapai oleh mahasiswa tidak saja aspek hard skill, namun
demikian aspek soft skill sangat berperan menjadikan lulusan yang unggul. Studi di lapangan
menunjukkan aspek soft skill sangat menentukan keberhasilan mahasiswa dalam dunia nyata.
Kami berharap buku panduan pembelajaran laboratorium komunikasi keperawatan ini
dapat dijadikan petunjuk dan dipergunakan dengan sebaik- baiknya. Kami juga merasa
masih banyak kekurangan dalam pembuatan buku panduan pembelajaran laboratorium ini,
sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun untuk peningkatan kualitas buku panduan
pembelajaran laboratorium ini sangat kami harapkan. Semoga buku panduan pembelajaran
laboratorium ini dapat mengantarkan mahasiswa mencapai tujuan sebagai perawat yang
professional.

Kudus, Maret 2018

Tim Penyusun

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 2


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................................. 1


KATA PENGANTAR ................................................................................................................ 2
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
1. Visi Dan Misi Stikes Muhammadiyah Kudus ..................................................... 4
2. Profil Program Studi S-1 Keperawatan ............................................................... 5
3. Profil Lulusan Program Studi S-1 Keperawatan ................................................. 5
BAB II RANCANGAN PEMBELAJARAN
1. Deskripsi Mata Ajar ........................................................................................... 6
2. Capaian Pembelajaran ........................................................................................ 6
3. Alokasi Waktu .................................................................................................... 7
4. Penilaian Dan Pembobotan ................................................................................. 7
BAB III MATERI PEMBELAJARAN
1. Pengambilan Sampel Darah Untuk Pemeriksaan Imunologi .............................. 8
2. Pembacaan Hasil Laborat Hitung Jenis Leukosit ................................................ 11
3. Latihan Kaki Pasien DM ..................................................................................... 22
4. Latihan PMR .......................................................................................................
5. Pemberian Injeksi Insulin Konvensional ............................................................ 29
6. Pemberian Injeksi Insulin Pen .............................................................................
7. Pemberian Insulin Drip .......................................................................................
8. Pemberian Insulin Syringe Pump ........................................................................
9. Pemeriksaan Vaskuler Kaki Pasien DM .............................................................
10. Penghitungan Diet dan Penyajian Menu .............................................................
11. Pemasangan dan Perawatan Kateter Triway ....................................................... 18
12. Pemeriksaan Fisik Abdomen ...............................................................................
13. Irigasi Lambung ..................................................................................................
14. Perawatan Kolostomi ...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 3


BAB I

PENDAHULUAN

1. VISI DAN MISI STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS

a. VISI
Menjadi sekolah tinggi kesehatan yang unggul, menghasilkan lulusan dengan
penguasaan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Keterampilan dan Seni (IPTEKS), di
tingkat regional dan nasional berlandaskan nilai nilai luhur bangsa dan keislaman
pada tahun 2020.
b. MISI

1. Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dengan cara mengikuti


perkembangan ilmu pengetahuan yang dilaksanakan secara berkesinambungan,
terpadu, dan mampu memenuhi kebutuhan serta tuntutan ketenagaan kesehatan
pada tingkat regional dan nasional.
2. Mengembangkan kegiatan yang mendorong terwujudnya pendidikan berbasis
research bagi pendidikan melalui pelatihan, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat
3. Merealisasikan pendidikan dengan menerapkan nilai-nilai Keislaman untuk
menghasilkan lulusan kesehatan yang islami dengan keteladanan
Kemuhammadiyahan dan berwawasan kebangsaan
4. Mengembangkan organisasi sekolah tinggi yang sesuai dengan perkembangan
zaman dan meningkatkan manajemen yang transparan, berkualitas serta
bertanggungjawab
5. Menjalin kerjasama secara sinergi dan berkelanjutan dengan stakeholders,
instansi pemerintah maupun swasta.

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 4


2. VISI DAN MISI PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
a. VISI
Menjadi program studi S-1 Ilmu Keperawatan STIKES
Muhammadiyah Kudus yang unggul, menghasilkan lulusan dengan
penguasaan IPTEKS serta berlandaskan nilai - nilai luhur bangsa dan
keislaman untuk kemanfaatan masyarakat di tingkat regional dan nasional pada
tahun 2020.
b. MISI

1. Menyelenggarakan pendidikan S-1 keperawatan yang unggul,


berkualitas dengan mengikuti perkembangan IPTEKS
2. Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang mendorong terwujudnya
pendidikan berbasis riset melalui pelatihan, penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat
3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat sesuai bidang ilmu
keperawatan untuk kemanfaatan masyarakat.
4. Mengembangkan peserta didik agar menjadi lulusan yang islami,
berwawasan kebangsaan dan mampu mengamalkan IPTEKS keperawatan
di masyarakat
5. Mengembangkan kerjasama untuk meningkatkan IPTEKS dan
ketrampilan keperawatan dan lembaga dengan berbagai pihak.

4. PROFIL LULUSAN S1 KEPERAWATAN

1) Care Provider
2) Communicator
3) Educator and health promoter
4) Manager and leader
5) Researcher

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 5


BAB II

RANCANGAN PEMBELAJARAN

A. IDENTITAS MATA KULIAH :


Mata Kuliah : KMB II
Kode Mata Kuliah :
Bobot SKS : 2 SKS (1 T + 1 P)
Semester :4
Tim Pengajar :
1) Sukarmin, M.Kep.,Ns.,Sp.KMB (0,5)
2) Sukesih,M.Kep (0,25)
3) Tri Suwarto,S.Kep.,Ns (0,25)

B. DESKRIPSI MATA KULIAH


Mata kuliah ini membahas tentang prinsip-prinsip teoritis dan ketrampilan klinis tentang
sistem persarafan, endokrin, pencernaan dan perkemihan sesuai tingkat usia manusia mulai
dari pembentukan dalam kandungan sampai lansia. Fokus mata kuliah dari sistem
imunologi meliputi berbagai aspek yang terkait dengan gangguan umum imunologi, sisetem
kekebalan, mekanisme sistem imun terhadap penyakit infeksi . Fokus mata kuliah dari
sistem endokrin membahas aspek yang terkait dengan sistem endokrin yang berfungsi
sebagai sistem pengatur metabolisme glukosa, lipid maupun protein baik mandiri atau
bersama – sama dengan sistem saraf dalam pengaturan metabolisme. Fokus maateri sistem
pencernaan membahas tentang proses pencernaan dan metabolism makanan serta gangguan
dalam pencernaan makanan. Fokus mata kuliah dari sistem perkemihan membahas tentang
mekanisme produksi urin dan mekanisme penyimpangan fisiologi yang berupa gangguan
produksi urin dan gangguan proses ekresi urin.

C. CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Sikap
a. Menghargai orang lain
b. Tanggung jawab Komunikasi terapeutik
c. Kreatif dan inovatif diri
Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 6
d. Kerja sama
e. Berfikir kritis
f. Pengendalian
2. Ketrampilan
a. Pengambilan darah untuk specimen pemeriksaan leukosit
b. Pembacaan hasil hitung jenis leukosit
c. Pemeriksaan gula darah sewaktu
d. Latihan senam kaki, PMR untuk pasien DM
e. Pemberian insulin injeksi konvensional dan pen
f. Pemberian insulin drip
g. Pemberian insulin dengan syringe pump
h. Pemeriksaan vaskuler kaki pasien DM
i. Perawatan colostomy
j. Irigasi lambung
k. Pemasangan kateter 3 way dan perawatanya
l. Irigasi kandung kemih

D. PENILAIAN DAN PEMBOBOTAN Praktik


1. Ujian kompetensi = 70 %
2. Nilai observasi/PROJECT/partisipasi kuliah = 30 %

E. WAKTU
SKS Laborat : 1 sks
1 sks x 170 menit x 14 minggu efektif = 2380 menit

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 7


BAB III
MATERI PEMBELAJARAN

PENGAMBILAN SAMPEL DARAH UNTUK PEMERIKSAAN


IMUNOLOGI

IKP.PSDI STIKES LAB KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua

© STIKES MUHAMMADIYAH, 2018 – All Right Reserved


STIKES Instruksional Kerja Pengambilan Sampel Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Darah Untuk Pemeriksaan Imunologi
Revisi Tanggal

IK.PSDI.STIKESM.LAB Ketua

STIKES Instruksional Kerja Halaman 1 dari 3


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengambilan Sampel Darah Untuk No. Dokumen:
Pemeriksaan Imunologi ..IK.PSDI.STIKESM/2018

Ketua Berlaku:

1. DEFINISI
Pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan imunologi dengan cara Darah dibuat
hapusan obyek glass kemudian di cat dengan pewarna tertentu kemudian &hitung jenis
leukositnya.
2. TUJUAN
Untuk mengetahui jenis leukosit yang diidentifikasi dalam darah perifer yaitu eosinofil, basofil,
neutrofil batang, neutrofil segmen, monosit dan limposit.
Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 8
STIKES Instruksional Kerja Halaman 2 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengambilan Sampel Darah No. Dokumen:
Untuk Pemeriksaan Imunologi ......IK.PSDI.STIKESM/2018
Berlaku:
Ketua

3. PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN


Alat
a. Tabung Wimrobe
b. Sentrfuige
Bahan
a. Darah kapiler atau darah dengan antikoagulan
b. Reagen: Methanol
Cat giemsa
c. Larutan buffer pro giemsa
4. PERSIAPAN PASIEN
a. Fase Orientasi
1. Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan langkah prosedur tindakan
5. Menempatkan alat kedekat pasien
6. Mencuci tangan
5. INSTRUKSIONAL KERJA
b. Fase Kerja
1) Teteskan setetes darah pada tepi ujung kanan obyek glass.
2) Dengan menggunaka deck glass disebelah kiri tetesan darah tadi digeser kekanan
sampai menyetuh tetesan darah.
3) Tetesan darah akan menyebar pada sisi deck glass, kemudian digesr ke kiri dengan
sudut<0.
4) Biarkan sediaan kering diudara.
5) Setelah kering diletakan pada rak pengecatan kemudian difiksasi dengan methanol
selama 5 menit

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 9


STIKES Instruksional Kerja Halaman 2 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengambilan Sampel Darah No. Dokumen:
Untuk Pemeriksaan Imunologi ......IK.PSDI.STIKESM/2018
Berlaku:
Ketua

6) Tuangkan kelebihan methanol dari obyek kemudian dicat menggunakan cat giemsa
+ buffer pro giemsa biarkan 20 menit.
7) Bilas sediaan dengan air mengalir.
8) Letakan dengan sikap vertikal dan biarkan sampai kering diudara.
9) Hitung jenis sel leukosit dihitung dengan menggunakan mikroskop dengan
pembesaran 40x.
10) Sel yang eulmp tipis, rata dan dihitung sampai jumlah 100 sel dengan satuan %
11) Pelaporan hasil hitung jenis leukosit harus diurut sebagai berikut:
Eosinophil, basotil, neutmfil batang, neutroñl segmen, lymposit, monosit
c. Fase Terminasi
a. Merapikan alat
b. Melakukan evaluasi hasil tindakan
c. Menyampaikan rencana tindak lanjut
d. Berpamitan
e. Mencuci tangan
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
Eosinophil :1-3%
Basofil :0-1%
Neutrofil batang : 2 - 6 %
Neutrofil segmen : 50 - 70 %
Lymposit : 20 1 40 %
Monosit :2-8%

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 10


PEMBACAAN HASIL HITUNG JENIS LEUKOSIT DAN CD4

IKP.PSDI STIKES LAB KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua

© STIKES MUHAMMADIYAH, 2018 – All Right Reserved


STIKES Instruksional Kerja Pembacaan Hasil Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Hitung Jenis Leukosit dan CD4
Revisi Tanggal

IK.PHJL.STIKESM.LAB Ketua

STIKES Instruksional Kerja Halaman 1 dari 3


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pembacaan Hasil Hitung Jenis Leukosit No. Dokumen:
dan CD4 ..IK.PHJL.STIKESM/2018

Ketua Berlaku:

1. DEFINISI
Lekosit (White Blood Cell) adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah
putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian
dari sistem kekebalan tubuh.
Sel CD4 adalah jenis sel darah putih atau limfosit. Sel tersebut adalah bagian yang
penting dari sistem kekebalan tubuh kita. Sel CD4 kadang kala disebut sebagai sel-T. Ada dua
macam sel-T. Sel T-4, yang juga disebut CD4 dan kadang kala sel CD4+, adalah sel
‘pembantu’. Sel T-8 (CD8) adalah sel ‘penekan’, yang mengakhiri tanggapan

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 11


STIKES Instruksional Kerja Halaman 2 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pembacaan Hasil Hitung Jenis No. Dokumen:
Leukosit dan CD4 ......IK.PHJL.STIKESM/2018
Berlaku:
Ketua

kekebalan. Sel CD8 juga disebut sebagai sel ‘pembunuh’, karena sel tersebut membunuh sel
kanker atau sel yang terinfeksi virus
2. NILAI NORMAL LEUKOSIT
Nilai normal Lekosit, yaitu:
Dewasa : 4.000-11.000/µl;
Neonatus (Bayi baru lahir) : 10.000-26.000/µl;
Anak umur 1 tahun : 6.000-18.000/µl;
Anak umur 4-7 tahun : 5.000-15.000/µl;
Anak umur 8-12 tahun : 4.500-13.500/µl
3. HITUNG JENIS LEUKOSIT
A) Basofil
Basofil adalah jenis leukosit yang terlibat dalam reaksi alergi jangka panjang seperti
asma, alergi kulit, dan lain-lain. Nilai normal dalam tubuh: 0 - 1%. Sel ini jarang ditemukan
dalam darah tepi normal. Sel ini mempunyai banyak granula sitoplasma yang gelap menutup
inti serta mengandung heparin dan histamin. Pada reaksi antigen-antibodi basofil akan
melepaskan histamin dari granulanya. Di dalam jaringan basofil berubah menjadi
sel mast basofil mrmpunyai tempat perlekatan immunoglobulin E (IgE) dan degranulasinya
disertai dengan pelepasan histamin. Basofil terutama bertanggung jawab untuk memberi
reaksi alergi dan antigen dengan jalan mengeluarkan histamin kimia yang menyebabkan
peradangan.
Basofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah basofil lebih dari 100/µl darah.
Peningkatan basofil terdapat pada proses inflamasi(radang), leukemia, dan fase
penyembuhan infeksi. Penurunan basofil terjadi pada penderita stress, reaksi
hipersensitivitas (alergi), dan kehamilan.
B) Eosinofil
Eosinofil merupakan jenis leukosit yang terlibat dalam alergi dan infeksi (terutama
parasit) dalam tubuh. Nilai normal dalam tubuh: 1 - 3%. Sel ini mirip dengan neutrofil
kecuali granula sitoplasmanya lebih kasar, lebih berwarana merah tua, jarang dijumpai lebih

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 12


STIKES Instruksional Kerja Halaman 2 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pembacaan Hasil Hitung Jenis No. Dokumen:
Leukosit dan CD4 ......IK.PHJL.STIKESM/2018
Berlaku:
Ketua
dari 3 lobus inti. Sel ini memasuki eksudat inflamatorik dan berperan khusus dalam respon
alergi, pertahanan terhadap parasit, dan pembuangan fibrin yang terbentuk selama inflamasi.
Eosinofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah eosinofil lebih dari 300/µl darah.
Eosinofilia terutama dijumpai pada keadaan alergi, infeksi parasit. Histamin yang dilepaskan
pada reaksi antigen-antibodi merupakan substansi khemotaksis yang menarik eosinofil.
Penyebab lain dari eosinofilia adalah penyakit kulit kronik, dan kanker tulang, otak, testis,
dan ovarium.
Eosinopenia adalah suatu keadaan dimana jumlah eosinofil kurang dari 50/µl darah.
Hal ini dapat dijumpai pada keadaan stress seperti syok, luka bakar, perdarahan dan infeksi
berat, juga dapat terjadi pada hiperfungsi koreks adrenal dan pengobatan dengan
kortikosteroid. Pemberian epinefrin akan menyebabkan penurunan jumlah eosinofil dan
basofil, sedang jumlah monosit akan menurun pada infeksi akut. Walaupun demikian,
jumlah basofil, eosinofil dan monosit yang kurang dari normal kurang bermakna dalam
klinik. Pada hitung jenis leukosit pada pada orang normal, sering tidak dijumlah basofil
maupun eosinofil.
C) Neutrofil
Neutrofil merupakan sel yang paling cepat bereaksi terhadap radang dan luka
dibanding leukosit yang lain dan merupakan pertahanan selama fase infeksi akut. Sel ini
mempunyai inti padat khas yang terdiri atas 2-5 lobus dan sitoplasma yang pucat dengan
batas tida beraturan, mengandung banyak granula merah-biru (azurofilik) atau kelabu - biru.
Granula terbagi menjadi granula primer yang muncul pada stadium promielosit, dan
sekunder yang muncul pada stadium mielosit dan terbanyak pada neutrofil matang. Nilai
normal dalam tubuh adalah 1 – 5% untuk neutrofil batang dan 50 – 70% untuk neutrofil
segmen.
Netrofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil lebih dari 7000/µl dalam
darah tepi. Penyebab biasanya adalah infeksi bakteri, keracunan bahan kimia dan logam
berat, gangguan metabolik seperti uremia, nekrosia jaringan, kehilangan darah dan radang
Banyak faktor yang mempengaruhi respons netrofil terhadap infeksi, seperti penyebab
infeksi, virulensi kuman, respons penderita, luas peradangan dan pengobatan. Pada anak-

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 13


STIKES Instruksional Kerja Halaman 2 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pembacaan Hasil Hitung Jenis No. Dokumen:
Leukosit dan CD4 ......IK.PHJL.STIKESM/2018
Berlaku:
Ketua

anak netrofilia biasanya lebih tinggi dari pada orang dewasa. Rangsangan yang
menimbulkan netrofilia dapat mengakibatkan dilepasnya granulosit muda ke peredaran
darah dan keadaan ini disebut pergeseran ke kiri ataushift to the left. Infeksi tanpa netrofilia
atau dengan netrofilia ringan disertai banyak sel muda menunjukkan infeksi yang tidak
teratasi atau respons penderita yang kurang. Pada infeksi berat dan keadaan toksik dapat
dijumpai tanda degenerasi, yang sering dijumpai pada netrofil adalah granula yang lebih
kasar dan gelap yang disebut granulasi toksik.
Netropenia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil kurang dari 2500/µl darah.
Penyebab netropenia dapat disebabkan karena pemindahan netrofil dari peredaran darah
misalnya umur netrofil yang memendek karena penggunaan obat, gangguan pembentukan
netrofil yang dapat terjadi akibat radiasi atau obat-obatan dan yang terakhir yang tidak
diketahui penyebabnya. Penurunan jumlah neutrofil terdapat pada infeksi virus, leukemia,
anemia defisiensi besi, dan Iain-Iain.
D) Monosit
Monosit merupakan salah satu leukosit yang berinti besar dengan ukuran 2x lebih
besar dari eritrosit sel darah merah, terbesar dalam sirkulasi darah dan diproduksi di jaringan
limpatik. Nilai normal dalam tubuh: 2 - 8% dari jumlah seluruh leukosit. biasanya berukuran
lebih besar dari leukosit darah tepi lainnya dan mempunyai inti sentral berbentuk lonjong
atau berlekuk dengan kromatin yang menggumpal. Sitoplasmanya yang banyak berwarna
biru dan mengandung banyak vakuola halus sehingga memberikan gambaran kaca asah
(ground-glass-apperance). Granula sitoplasma juga sering d-glass-apperance. granula
sitoplasma juga sering dijumpai. Monosit membagi fungsi 'pembersih vakum' (fagositosis)
dari neutrofil tetapi lebih jauh dia hidup dengan tugas tambahan yaitu memberikan potongan
patogen kepada sel T sehingga patogen tersebut dapat dihafal dan dibunuh atau dapat
membuat tanggapan antibodi untuk menjaga.
Monositosis adalah suatu keadaan dimana jumlah monosit lebih dari 750/µl pada
anak dan lebih dari 800/µl darah pada orang dewasa. Monositosis dijumpai pada beberapa

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 14


STIKES Instruksional Kerja Halaman 2 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pembacaan Hasil Hitung Jenis No. Dokumen:
Leukosit dan CD4 ......IK.PHJL.STIKESM/2018
Berlaku:
Ketua

penyakit infeksi baik oleh bakteri, virus, protozoa maupun jamur. Penurunan monosit
terdapat pada leukemia limposit dan anemia aplastik.
4. HITUNG JENIS CD4
a. Normal Limfosit
Limfosit adalah jenis leukosit agranuler dimana sel ini berukuran kecil dan sitoplasmanya
sedikit. Salah satu leukosit yang berperan dalam proses kekebalan dan pembentukan
antibodi. Nilai normal: 20 - 40% dari seluruh leukosit. Limfosit adalah sel yang kompeten
secara imunologik dan membantu fagosit dalam petahanan tubuh terhadap infeksi dan
invasi asing lain. Limfosit lebih umum dalam sistem limfa. Darah mempunyai tiga jenis
limfosit, yaitu :
b. Sel B.
Berfungsi membuat antbodi yang mengikat patogen lalu menghancurkannya (sel B tidak
hanya membuat antibodi yang dapat mengikat patogen tetapi setelah adanya serangan,
beberapa sel B akan mempertahankan kemampuannya dalam menghasilkan antibodi
sebagai layanan sistem 'memori').
c. Sel T = CD+4 (pembantu)
Berfungsi mengkoordinir tanggapan ketahanan (yang bertahan dalam infeksi HIV) serta
penting untuk menahan bakteri intraseluler. CD+8 (sitotoksik) dapat membunuh sel yang
terinfeksi virus
c. Sel natural killer = sel pembunuh alami (NK, Natural Killer) dapat membunuh sel
tubuh yang tidak menunjukkan sinyal bahwa dia tidak boleh dibinuh karena telah terinfeksi
virus atau telah menjadi kanker.
Limfositosis adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah limfosit lebih
dari 8000/µl pada bayi dan anak-anak serta lebih dari 4000/µl darah pada dewasa.
Limfositosis dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti morbili, mononukleosis infeksiosa;
infeksi kronik seperti tuberkulosis, sifilis, pertusis dan oleh kelainan limfoproliferatif seperti
leukemia limfositik kronik dan makroglobulinemia primer.

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 15


STIKES Instruksional Kerja Halaman 2 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pembacaan Hasil Hitung Jenis No. Dokumen:
Leukosit dan CD4 ......IK.PHJL.STIKESM/2018
Berlaku:
Ketua

Pada orang dewasa limfopenia terjadi bila jumlah limfosit kurang dari 1000/µl dan pada
anak-anak kurang dari 3000/µl darah. Penyebab limfopenia adalah produksi limfosit yang
menurun yang disebabkan oleh kortikosteroid dan obat-obat sitotoksis.
Bagaimana Hasil Tes CD4 Dilaporkan?
Hasil tes CD4 biasanya dilaporkan sebagai jumlah sel CD4 yang ada dalam satu milimeter
kubik darah (biasanya ditulis mm3). Jumlah CD4 yang normal biasanya berkisar antara 500
dan 1.600.
Karena jumlah CD4 begitu berubah-ubah, kadang lebih cocok kita lihat persentase sel CD4.
Jika hasil tes melaporkan CD4% = 34%, ini berarti 34% limfosit kita adalah sel CD4.
Persentase ini lebih stabil dibandingkan jumlah sel CD4 mutlak. Angka normal berkisar
antara 30-60%. Setiap laboratorium mempunyai kisaran yang berbeda. Belum ada pedoman
untuk keputusan pengobatan berdasarkan CD4%, kecuali untuk anak berusia di bawah lima
tahun.
Jumlah CD4 mutlak di bawah 200 menunjukkan kerusakan yang berat pada sistem
kekebalan tubuh. Walau CD4% mungkin lebih baik meramalkan perkembangan penyakit
HIV dibandingkan CD4 mutlak, jumlah CD4 mutlak tetap dipakai untuk menentukan kapan
ART sebaiknya dimulai.
Kadang kita juga diusulkan untuk melakukan tes CD8. Namun sama sekali tidak jelas
bagaimana hasil tes CD8 dapat ditafsirkan. Oleh karena itu, tidak ada manfaat mengeluarkan
biaya untuk tes CD8.
Apa Artinya Angka Ini?
Jumlah CD4 adalah ukuran kunci kesehatan sistem kekebalan tubuh. Semakin rendah
jumlahnya, semakin besar kerusakan yang diakibatkan HIV. Jika kita mempunyai jumlah
CD4 di bawah 200, atau persentase CD4 di bawah 14%, kita dianggap AIDS, berdasarkan
definisi Kemenkes.
Jumlah CD4 dipakai bersama dengan viral load untuk meramalkan berapa lama kita akan
tetap sehat. Lihat LI 125 untuk informasi lebih lanjut tentang tes viral load.

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 16


STIKES Instruksional Kerja Halaman 2 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pembacaan Hasil Hitung Jenis No. Dokumen:
Leukosit dan CD4 ......IK.PHJL.STIKESM/2018
Berlaku:
Ketua

Jumlah CD4 juga dipakai untuk menunjukkan kapan beberapa macam pengobatan termasuk
ART sebaiknya dimulai.
Kapan mulai pengobatan untuk mencegah infeksi oportunistik: Sebagian besar dokter
meresepkan obat untuk mencegah infeksi oportunistik pada jumlah CD4 yang berikut:
Di bawah 200: PCP (lihat LI 512)
Di bawah 100: toksoplasmosis (lihat LI 517) dan meningitis kriptokokus (LI 503)
Di bawah 50: MAC (lihat LI 510)
Memantau keberhasilan ART: Umumnya jumlah CD4 akan mulai naik segera setelah kita
mulai ART. Namun kecepatan sangat beragam, dan kadang pelan. Bila jumlah CD4 di
bawah 50 waktu kita mulai ART, jumlah CD4 kita mungkin tidak akan meningkat menjadi
normal (di atas 500). Yang penting jumlah naik; kita sebaiknya tidak terlalu berfokus pada
angka. Sebaliknya, bila jumlah CD4 mulai menurun lagi setelah naik, mungkin itu adalah
tanda bahwa ART kita mulai gagal, dan mungkin rejimen harus diganti.
Jumlah CD4 yang lebih tinggi adalah lebih baik. Namun, jumlah CD4 yang normal tidak
tentu berarti sistem kekebalan tubuh benar-benar pulih.

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 17


INSTRUKSIONAL KERJA
PEMASANGAN DAN PERAWATAN KATETER TRIWAY

IKP.PPK3W STIKES LAB KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua

© STIKES MUHAMMADIYAH, 2018 – All Right Reserved


STIKES Instruksional Kerja Pemasangan Dan Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Perawatan Kateter Triway Untuk Irigasi
Revisi Tanggal Kandung Kemih

IK.PPK3W.STIKESM.LAB Ketua

STIKES Instruksional Kerja Halaman 1 dari 4


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemasangan Dan Perawatan Kateter No. Dokumen:
Triway Untuk Irigasi Kandung Kemih ...IK.PPK3W.STIKESM/2018

Berlaku:
Ketua

1) DEFINISI

Irigasi kateter adalah pencucian kateter urine untuk mempertahankan kepatenan kateter
urine menetap dengan larutan steril yang diprogramkan oleh dokter. Karena darah, pus, atau
sedimen dapat terkumpul di dalam selang dan menyebabkan distensi kandung kemih serta
menyebabkan urine tetap berada di tempatnya. Ada dua metode tambahan untuk irigasi
kateter, yaitu : Irigasi kandung kemih secara tertutup. Sistem ini memungkinkan seringnya
irigasi kontinu tanpa gangguan pada sistem kateter steril. Sistem ini paling sering digunakan

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 18


STIKES Instruksional Kerja Halaman 2 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemasangan Dan Perawatan Kateter No. Dokumen:
Triway Untuk Irigasi Kandung Kemih ...IK.PPK3W.STIKESM/2018

Ketua Berlaku:

pada klien yang menjalani bedah genitourinaria dan yang kateternya berisiko mengalami
penyumbatan oleh fragmen lendir dan bekuan darah.
Dengan membuka sistem drainase tertutup untuk menginstilasi irigasi kandung
kemih. Teknik ini menimbulkan resiko lebih besar untuk terjadinya infeksi. Namun,
demikian kateter ini diperlukan saat kateter kateter tersumbat dan kateter tidak ingin diganti
(mis ; setelah pembedahan prostat).
Dokter dapat memprogramkan irigasi kandung kemih untuk klien yang
mengalami infeksi kandung kemih, yang larutannya terdiri dari antiseptik atau
antibiotik untuk membersihkan kandung kemih atau mengobati infeksi lokal. Kedua
irigasi tersebut menerapkan teknik asepsis steril (Potter & Perry, 2005).
Dengan demikian Irigasi kandung kemih adalah proses pencucian kandung kemih
dengan aliran cairan yang telah di programkan oleh dokter.
2) TUJUAN
1. Untuk mempertahankan kepatenan kateter urine
2. Mencegah terjadinya distensi kandung kemih karena adanya penyumbatan kateter
urine, misalnya oleh darah dan pus
3. Untuk membersihkan kandung kemih
4. Untuk mengobati infeksi local
3) PERSIAPAN ALAT
1. Larutan iritasi steril,sesuaikan suhu dalam kantung dengan suhu ruangan
2. Kateter Foley (3 saluran)
3. Slang irigasi dengan klem (dengan atau konektor-Y)
4. Sarung tangan sekali paka
5. Tiang penggantung IV
6. Kapas antiseptik
7. Wadah metrik
8. Konektor-Y
9. Selimut mandi (opsional)

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 19


STIKES Instruksional Kerja Halaman 3 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemasangan Dan Perawatan Kateter No. Dokumen:
Triway Untuk Irigasi Kandung Kemih ...IK.PPK3W.STIKESM/2018

Berlaku:
Ketua

5) PERSIAPAN PASIEN
a. Fase Orientasi
7. Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
8. Memperkenalkan diri
9. Menjelaskan tujuan tindakan
10. Menjelaskan langkah prosedur tindakan
11. Menempatkan alat kedekat pasien
12. Mencuci tangan

6) INSTRUKSIONAL KERJA
d. Fase Kerja
1. Kaji abdomen bagian bawah untuk melihat adanya distensi
2. Atur posisi klien , misal dorsal recumbent untuk wanita bila mampu, jika tidak posisi
supine
3. Pasang alas dibawah kateter
4. Keluarkan urin dari urin bag ke dalam wadah
5. Dengan menggunakan teknik aseptic (disenfeksi ujung botol dengan kapas
alkohol)masukan ujung selang irigasi ke dalam larutan Irigasi (botol NaCl)
6. Tutup klem pada selang dan gantung larutan irigasi pada tiang infus
7. Buka klem dan biarkan larutan mengalir melalui selang, pertahankan ujung selang
tetap steril,tutup klem
8. Disinfeksi porta irigasi pada kateter berlumen tiga dan sambungkan ke selang irigasi
9. Pastikan kantung drainase dan selang terhubung kuat ke pintu masuk drainase pada
kateter berlumen tiga
10. Kateter tertutup continues intermitten : buka klem irigasi dan biarkan cairan yang di
programkan mengalir memasuki kandung kemih (100 ml adalah jumlah yang normal
pada orang dewasa), tutup selang irigasi selama 20-30 menit dan kemudia buka klem
selang drainase

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 20


STIKES Instruksional Kerja Halaman 4 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemasangan Dan Perawatan Kateter No. Dokumen:
Triway Untuk Irigasi Kandung Kemih ...IK.PPK3W.STIKESM/2018

Berlaku:
Ketua

11. Kateter tertutup continues : hitung kecepatan tetesan larutan irigasi (slow rate 10-20
tetes/menit, fast rate 20-40 rate/menit) dan periksa volume drainase di dalam kantung
drainase. pastikan bahwa selang drainase paten dan hindari lekukan selang
12. Buka sarung tangan dan atur posisi nyaman klien
13. Bereskan semua perlatan dan cuci tangan
e. Fase Terminasi
1) Merapikan alat
2) Melakukan evaluasi hasil tindakan
3) Berpamitan
4) Mencuci tangan

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 21


INSTRUKSIONAL KERJA
SENAM KAKI DIABETIK

IKP.SKDM STIKES LAB KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua

© STIKES MUHAMMADIYAH, 2018 – All Right Reserved


STIKES Instruksional Kerja Senam Kaki Diabetik Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH
Revisi Tanggal

IK.SKDM.STIKESM.LAB Ketua

STIKES Instruksional Kerja Halaman 1 dari 3


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Senam Kaki Diabetik No. Dokumen:
...IK.SKDM.STIKESM/
2018
Berlaku:
Ketua

1. DEFINISI
Adalah latihan menggerakkan lutut, kaki, telapak kaki dan jari-jari kaki yang ditujukan pada
penderita Diabetes Mellitus.
2. TUJUAN
1) Membantu melancarkan sirkulasi darah
2) Memperkuat otot-otot kecil kaki
3) Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 22


STIKES Instruksional Kerja Halaman 2 dari 3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Senam Kaki Diabetik No. Dokumen:
......IK.SKDM.STIKESM/2018
Berlaku:
Ketua

3. INDIKASI
Senam diabet ini dapat diberikan kepada seluruh penderita Diabetes mellitus dengan tipe 1
maupun 2. Terapi ini dapat dilakukan pada klien dengan resiko terjadinya komplikasi
gangguan sirkulasi, neuropati pada kaki bawah, dengan tujuan untuk mencegah terjadinya
komplikasi, atau pada klien yang sudah mengalami komplikasi tersebut, dengan tujuan
untuk meminimalisasi dampak yang lebih lanjut.
4. KONTRA INDIKASI
1) Klien mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti dipsnu atau nyeri dada
2) Orang yang depresi, khawatir atau cemas
5. PERSIAPAN ALAT
Kertas koran, kursi.
6. PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
1) Cek identitas dan riwayat pasien di buku status perkembangan pasien
2) Persiapan untuk pasien :
- Memakai celana yang tidak ketat (longgar)
- Memastikan tidak terdapat keluhan nyeri pada kaki klien, yang dapat
mengganggu proses latihan
- Latihan dilakukan sesuai tahapan
b. Fase Orientasi
1) Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan tindakan
4) Menjelaskan langkah prosedur tindakan
5) Menanyakan kesiapan pasien
6) Mencuci tangan

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 23


STIKES Instruksional Kerja Halaman 3 dari 3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Senam Kaki Diabetik No. Dokumen:
......IK.SKDM.STIKESM/2018
Berlaku:
Ketua

7. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) Instruksilan klien untuk duduk secara benar di atas kursi dengan
kaki di lantai
2 ) Instruksikan klien untuk meletakkan/ bertumpu pada tumit dilantai, jari-
jari kedua belah kaki ditarik keatas dan ke bawah sebanyak 10 kali.
Pada saat arah kebawah hindari jari-jari kaki menyentuh lantai
3 ) Dengan tumit tetap dilantai, tarik/ angkat telapak kaki ke atas kemudian
jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki diangkat ke atas
(diulang 10 kali)
4 ) Selanjutnya tumit tetap dilantai, bagian depan kaki diangkat ke atas dan
buat putaran 360 0 dengan pergerakkan dada pergelangan kaki, sebanyak
10 kaki
5 ) Jari-jari kaki diletakkan dilantai, tumit diangkat dan putaran 3600
dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali
6 ) Kaki diangkat ke atas dengan meluruskan lutut, buat putaran 3600
dengan pergerakan pada pergelangan kaki, sebanyak 10 kali
7 ) Lutut diluruskan, lalu ayunkan kembali ke bawah sebanyak 10 kali,
ulangi langkah ini untuk kaki yang sebelumnya
8) Letakkan sehelai kertas surat kabar dilantai, bentuk kertas itu menjadi
seperti bola dengan kedua belah kaki, kemudian , buka bola itu menjadi
lembaran seperti semula menggunakan kedua belah kaki. Cara ini
dilakukannya sekali saja.
b. Fase Terminasi
5) Merapikan alat
6) Melakukan evaluasi hasil tindakan
7) Berpamitan dan mencuci tangan

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 24


INSTRUKSIONAL KERJA
INJEKSI INSULIN KONVENSIONAL

IK.IIK STIKES LAB KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH DE
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua

© STIKES MUHAMMADIYAH, 2018 – All Right Reserved


STIKES Instruksional Kerja Injeksi Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Insulin Konvensional
Revisi Tanggal

IK.IIK.STIKESM.LAB Ketua

STIKES Instruksional Kerja Halaman 1 dari 6


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Injeksi Insulin Konvensional No. Dokumen:
.......IK.IIK.STIKESM/2018
Berlaku:
Ketua

1. DEFINISI
Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi oleh sel beta pulau Langerhans
kelenjar pankreas. Insulin menstimulasi pemasukan asam amino kedalam sel dan
kemudian meningkatkan sintesa protein. Insulin meningkatkan penyimpanan lemak dan
mencegah penggunaan lemak sebagai bahan energi. Insulin menstimulasi pemasukan
glukosa ke dalam sel untuk digunakan sebagai sumber energi dan membantu
penyimpanan glikogen di dalam sel otot dan hati.

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 25


STIKES Instruksional Kerja Halaman 2 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Injeksi Insulin No. Dokumen:
Konvensional .....IK.IIK.STIKESM/2018
Berlaku:
Ketua
Insulin endogen adalah insulin yang dihasilkan oleh pankreas, sedang insulin
eksogen adalah insulin yang disuntikan dan merupakan suatu produk farmasi.
Injeksi sub kutan adalah suatu cara memberikan obat melalui suntikan dibawah
kulit yang dapat dilakukan pada daerah lengan bagian atas sebalah luar atau sepertiga
bagian tengah dari bahu, paha sebelah kuar, daerah dada dan sekitar umbilicus.
3. TUJUAN
Pemberian obat melalui jaringan sub kutan ini pada umumnya dilakukan dengan
perogram pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah.
Pemberian insulin terdapat dua tipelarutan yaitu jernih dan keruh karena adanya
penambahan protein sehingga memperlambat absorbsi obat atau juga termasuk tipe
lambat.

4. INDIKASI

1. Semua penderita DM tipe I memerlukan insulin eksogen karena produksi insulin oleh sel
beta tidak ada atau hampir tidak ada.
2. Penderita DM tipe II tertentu mungkin membutuhkan insulin bila terapi jenis lain tidak
dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
3. Keadaan stress berat, seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan, infark miokard
akut atau stroke.
4. DM gestasional dan penderita DM yang hamil membutuhkan insulin bila diet saja tidak
dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
5. Ketoasidosis diabetik.
6. Hiperglikemik hiperosmolar non ketotik.
7. Penderita DM yang mendapat nutrisi parenteral atau yang memerlukan suplemen tinggi
kalori, untuk memenuhi kebutuhan energi yang meningkat, secara bertahap akan
memerlukan insulin eksogen untuk mempertahkan.

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 31


STIKES Instruksional Kerja Halaman 3 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Injeksi Insulin No. Dokumen:
Konvensional .....IK.IIK.STIKESM/2018
Berlaku:
Ketua
5. PERSIAPAN ALAT
1. Sarung tangan
2. Bak instrument kecil
3. Spuit 1 cc
4. Vial insulin
5. Perlak dan pengalas
6. Bengkok
7. Kom tutup
8. Kapas alkohol
9. Jarum ganti

6. PERSIAPAN PASIEN
a. Fase Orientasi
1. Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan langkah prosedur tindakan
5. Menempatkan alat kedekat pasien
6. Mencuci tangan
7. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) Bebaskan daerah yang akan disuntik atau bebaskan suntikan dari pakaian. Apa bila
menggunakan pakaian, buka pakaian dan singsingkan pakaian tersebut.

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 31


STIKES Instruksional Kerja Halaman 4 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Injeksi Insulin No. Dokumen:
Konvensional .....IK.IIK.STIKESM/2018
Berlaku:
Ketua

2) Ambil obat dalam tempatnya sesuai dengan dosis yang akan diberikan. Setelah itu
tempatkan pada bak injeksi
3) Desinfeksikan area penyuntikan dengan kapas alkohol
4) Renggangkan dengan tangan kiri (daerah yang akan dilakukan suntikan subkutan)
5) Lakukan penusukan dengan lobang jarum menghadap keatas dengan sudut 45° dari
permukaan kulit sesuai dengan ketebalan lemak pasien
6) Lakukan aspirasi, bila tidak ada darah, suntikan secara perlahan-lahan obat hingga
habis
7) Tarik spuit dan tahan dengan kapas alkohol dan sepuit yang sudah dipakai masukan
kedalam bengkok
b. Fase Terminasi
1) Evaluasi
2) Melakukan rencana tindak lanjut dan jelaskan pada keluarga
3) Merapikan pasien
4) Merapikan alat
5) Berpamitan
6) Dokumentasi (catat hasil pemberian, tanggal, waktu pemberian, dan jenia serta
dosis)

8. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


Berdasarkan lama kerjanya, insulin dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
1. Insulin kerja singkat
Yang termasuk di sini adalah insulin regular (Crystal Zinc Insulin / CZI ). Saat ini
dikenal 2 macam insulin CZI, yaitu dalam bentuk asam dan netral.
Preparat yang ada antara lain : Actrapid, Velosulin, Semilente. Insulin jenis ini
diberikan 30 menit sebelum makan, mencapai puncak setelah 1– 3 macam dan efeknya
dapat bertahan samapai 8 jam.

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 31


STIKES Instruksional Kerja Halaman 5 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Injeksi Insulin No. Dokumen:
Konvensional .....IK.IIK.STIKESM/2018
Berlaku:
Ketua
2. Insulin kerja menengah
Yang dipakai saat ini adalah Netral Protamine Hegedorn ( NPH ),MonotardÒ,
InsulatardÒ. Jenis ini awal kerjanya adalah 1.5 – 2.5 jam. Puncaknya tercapai dalam 4
– 15 jam dan efeknya dapat bertahan sampai dengan 24 jam.
3. Insulin kerja panjang
Merupakan campuran dari insulin dan protamine, diabsorsi dengan lambat dari tempat
penyuntikan sehingga efek yang dirasakan cukup lam, yaitu sekitar 24 – 36 jam.
Preparat: Protamine Zinc Insulin ( PZI ), Ultratard
4. Insulin infasik (campuran)
Merupakan kombinasi insulin jenis singkat dan menengah. Preparatnya: Mixtard 30 /
40. Pemberian insulin secara sliding scale dimaksudkan agar pemberiannya lebih
efisien dan tepat karena didasarkan pada kadar gula darah pasien pada waktu itu. Gula
darah diperiksa setiap 6 jam sekali.
Dosis pemberian insulin tergantung pada kadar gula darah, yaitu :
 Gula darah < 60 mg % = 0 unit
 Gula darah < 200 mg % = 5 – 8 unit
 Gula darah 200 – 250 mg% = 10 – 12 unit
 Gula darah 250 - 300 mg% = 15 – 16 unit
 Gula darah 300 – 350 mg% = 20 unit
 Gula darah > 350 mg% = 20 – 24 unit
Efek metabolik terapi insulin:
 Menurunkan kadar gula darah puasa dan post puasa.
 Supresi produksi glukosa oleh hati.
 Stimulasi utilisasi glukosa perifer.
 Oksidasi glukosa / penyimpanan di otot.
 Perbaiki komposisi lipoprotein abnormal.

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 31


STIKES Instruksional Kerja Halaman 6 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Injeksi Insulin No. Dokumen:
Konvensional .....IK.IIK.STIKESM/2018
Berlaku:
Ketua

 Mengurangi glucose toxicity.


 Perbaiki kemampuan sekresi endogen.
 Mengurangi Glicosilated end product.
Efek samping penggunaan insulin :
 Hipoglikemia
 Lipoatrofi
 Lipohipertrofi
 Alergi sistemik atau lokal
 Resistensi insulin
 Edema insulin
 Sepsis

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 31


INSTRUKSIONAL KERJA INJEKSI
INSULIN DENGAN PEN

IK.IIDP STIKES LAB KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua

© STIKES MUHAMMADIYAH, 2018 – All Right Reserved


STIKES Instruksional Kerja Injeksi Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Insulin Dengan Pen
Revisi Tanggal

IK.IIDP.STIKESM.LAB Ketua

STIKES Instruksional Kerja Halaman 1 dari 3


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Injeksi Insulin Dengan Pen No. Dokumen:
......IK.IIDP.STIKESM/2018
Berlaku:
Ketua

1. DEFINISI
Insulin adalah hormon yang digunakan untuk mengobati diabetes mellitus. Actrapid
Novolet : adalah insulin short acting yang dikemas dalam bentuk pulpen insulin khusus
yang berisi 3 cc insulin.
2. TUJUAN
Mengontrol kadar gula darah dalam pengobatan diabetes mellitus

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 31


STIKES Instruksional Kerja Halaman 2 dari 3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Injeksi Insulin Dengan No. Dokumen:
Pen ......IK.IIDP.STIKESM/2018
Berlaku:
Ketua

3. KONTRA INDIKASI
Klien yang mengalami hipoglikemia dan hipersensitivitas terhadap human insulin
4. PERSIAPAN ALAT
1. Spuit insulin / insulin pen (Actrapid Novolet).
2. Vial insulin.
3. Kapas + alkohol / alcohol swab.
4. Handscoen bersih.
5. Daftar / formulir obat klien.
6. Bak instrument kecil
7. Perlak + pengalas
8. Bengkok
5. PERSIAPAN PASIEN
a) Fase Orientasi
1. Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan langkah prosedur tindakan
5. Menempatkan alat kedekat pasien
6. Mencuci tangan
6. INSTRUKSIONAL KERJA
b) Fase Kerja
1. Memakai handscoen bersih.
2. Memilih lokasi suntikan. Periksa apakah dipermukaan kulitnya terdapat kebiruan,
inflamasi, atau edema.
3. Melakukan rotasi tempat/lokasi penyuntikan insulin. Lihat catatan perawat
sebelumnya.

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 33


STIKES Instruksional Kerja Halaman 3 dari 3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Injeksi Insulin Dengan No. Dokumen:
Pen ......IK.IIDP.STIKESM/2018
Berlaku:
Ketua

4. Memeriksa apakah Novolet berisi tipe insulin yang sesuai dengan kebutuhan.
5. Mengganti jarum pada insulin pen dengan jarum yang baru.
6. Memasang cap Novolet sehingga angka nol (0) terletak sejajar dengan indikator
dosis.
7. Memegang novolet secara horizontal dan menggerakkan insulin pen (bagian cap)
sesuai dosis yang telah ditentukan sehingga indicator dosis sejajar dengan jumlah
dosis insulin yang akan diberikan kepada klien. Skala pada cap : 0, 2, 4, 6, 8, 10, 12,
14, 16, 18 unit (setiap rasa ”klik” yang dirasakan perawat saatb memutar cap Novolet
menandakan 2 unit insulin telah tersedia).
c) Fase Terminasi
1. Merapikan alat dan pasien
2. Melakukan evaluasi hasil tindakan
3. Berpamitan
4. Mencuci tangan
7. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
1. Actrapid Novolet yang tidak sedang digunakan harus disimpan dalam suhu 2–80C dalam
lemari pendingin (tidak boleh didalam freezer)
2. Actrapid Novolet yang sedang digunakan sebaiknya tidak disimpan dalam lemari
pendingin. Actrapid Novolet dapat digunakan/dibawa oleh perawat dalam kondisi suhu
ruangan (sampai dengan suhu 250C) selama 4 minggu.
3. Jauh dari jangkauan anak-anak, tidak boleh terpapar dengan api, sinar matahari
langsung, dan tidak boleh dibekukan.
4. Jangan menggunakan Actrapid Novolet jika cairan didalamnya tidak berwarna jernih
lagi.

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 34


INSTRUKSIONAL KERJA INJEKSI
INSULIN DENGAN DRIP

IK.IDD STIKES LAB KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua

© STIKES MUHAMMADIYAH, 2018 – All Right Reserved


STIKES Instruksional Kerja Injeksi Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Insulin Dengan Drip
Revisi Tanggal

IK.IDD.STIKESM.LAB Ketua

STIKES Instruksional Kerja Halaman 1 dari 3


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Injeksi Insulin Dengan Drip No. Dokumen:
......IK.IIDD.STIKESM/2018
Berlaku:
Ketua

1. DEFINISI
Injeksi Insulin dengan drip adalah pemberian insulin yang dicampur dengan cairan infus.
2. TUJUAN
Mengontrol kadar gula darah dalam pengobatan diabetes mellitus
3. KONTRA INDIKASI
Klien yang mengalami hipoglikemia dan hipersensitivitas terhadap human insulin

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 35


STIKES Instruksional Kerja Halaman 2 dari 3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Injeksi Insulin Dengan No. Dokumen:
Drip ......IK.IIDD.STIKESM/2018
Berlaku:
Ketua

4. PERSIAPAN ALAT
1. Cairan infus NaCl atau cairan infus D5
2. Insulin 1 amp

5. PERSIAPAN PASIEN
a) Fase Orientasi
1. Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan langkah prosedur tindakan
5. Menempatkan alat kedekat pasien
6. Mencuci tangan
6. INSTRUKSIONAL KERJA
a) Fase Kerja
1. Mengganti cairan infus yang sudah terpasang dengan cairan NaCl atau D5 sesuai
dengan advice dokter.
2. Pemberian insulin drip :
a. Insulin 1 amp (50 U) dicampurkan kedalam 1 kolf NaCl (500cc) = 50 U/500cc
b. Sehingga didapatkan 1 U insulin untuk setiap 10 cc = 1 U/10cc
c. Diketahui bahwa : Tetesan Mikro = 60 tetes/1cc
Tetesan Makro = 15 tetes/1cc
d. Biasanya digunakan tetesan mikro, sehingga perhitungannya
a. Tetesan Mikro (60 tetes/1cc):
- 1 U/jam = 10 cc/jam = 10 cc/60menit = 600 tetes/60menit = 10
tetes/menit
- 2 U/jam = 20 cc/jam = 20 cc/60menit = 1200 tetes/60menit = 20
tetes/menit
- 3 U/jam = 30 cc/jam = 30 cc/60menit = 1800 tetes/60menit = 30
tetes/menit
Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 36
STIKES Instruksional Kerja Halaman 3 dari 3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Injeksi Insulin Dengan No. Dokumen:
Drip ......IK.IIDD.STIKESM/2018
Berlaku:
Ketua

- 4 U/jam = 40 cc/jam = 40 cc/60menit = 2400 tetes/60menit = 40


tetes/menit
- Dst…

8. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


Regulasi gula darah pada pasien dengan gula darah > 350 mg/dl:

1. Berikan Insulin 4 Unit IV  1 jam  4 Unit IV  1 jam  4 Unit IV  Cek GDS

a. GDS >300 = lakukan pemberian insulin drip

b. GDS 150-299 = lakukan pemberian insulin SC sesuai Sliding Scale

c. GDS <150 = infus NaCl diganti dengan D5

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 37


INSTRUKSIONAL KERJA
PEMBERIAN INSULIN SYRINGE PUMP

IK.PIMSP STIKES LAB KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua

© STIKES MUHAMMADIYAH, 2018 – All Right Reserved


STIKES Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Pemberian Insulin
Revisi Tanggal Menggunakan Syringe Pump

IK.PIMSP.STIKESM.LAB Ketua

STIKES Instruksional Kerja Halaman 1 dari 5


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Insulin Menggunakan No. Dokumen:
Syringe Pump .......IK.PIMSP.STIKESM/2018
Berlaku:
Ketua
1. DEFINISI
Pemberian injeksi insulin adalah suatu kegiatan memasukkan obat insulin ke
dalam jaringan tubuh melalui syringe pump..
Terapi pemberian insulin merupakan terapi yang diberikan kepada klien / pasein
yang mengalami kekurangan hormon insulin didalam tubuhnya.
Pemberian insulin adalah suatu kegiatan memasukkan obat insulin ke dalam
jaringan tubuh melalui suntikkan subcutan atau intravena.
Hormon yang mengubah glukosa menjadi glikogen dan berfungsi mengatur kadar
gula darah bersama hormon glikogen. (Greenspan dan Baxter, 2000).

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 38


STIKES Instruksional Kerja Halaman 2 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Insulin No. Dokumen:
Menggunakan Syringe .......IK.PIMSP.STIKESM/2018
Pump Berlaku:
Ketua

3. TUJUAN
Digunakan untuk mengontrol kadar gula darah. Pemberian insulin terdapat dua tipelarutan
yaitu jernih dan keruh karena adanya penambahan protein sehingga memperlambat absorbsi
obat atau juga termasuk tipe lambat.
4. INDIKASI
a. Semua penyandang DM tipe 1
b. Semua penyandang DM tipe 2
c. Keadaan stres berat
d. Gangguan fungsi ginjal/hati yang berat
e. Ketoadsidosis diabetik
f. Hiperglamik, Hiperosmolar non ketotis
g. Penyandang DM yang mendapat nutrisi parenteal
h. Diabetes gastional
i. Penyandang DM yang memerlukan suplemen tinggi kalori
5. KONTRA INDIKASI
a. Klien yang mengalami hipoglikemia dan hipersensitivitas terhadap human insulin.
b. Penderita obat obatan hipoglikemik oral
6. PERSIAPAN ALAT
a. Spuit insulin / insulin pen (Actrapid Novolet).
b. Vial insulin.
c. Kapas + alkohol / alcohol swab.
d. Handscoen bersih.
e. Daftar / formulir obat klien
7. PERSIAPAN PASIEN

a. Pra orientasi
1) Cek identitas dan riwayat pasien di buku status perkembangan pasien

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 39


STIKES Instruksional Kerja Halaman 3 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Insulin No. Dokumen:
Menggunakan Syringe .......IK.PIMSP.STIKESM/2018
Pump Berlaku:
Ketua
2) Kontrak waktu dengan keluarga pasien
b. Fase Orientasi
1) Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan tindakan
4) Menjelaskan langkah prosedur tindakan
5) Menempatkan alat kedekat pasien
6) Mencuci tangan
6. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
a) Memakai sarung tangan bersih
b) Mengambil Na Cl 50 cc dalam spuit
c) Mengambil insulin dalam spuit sesuai kebutuhan
d) Mencampur insulin dengan NaCl dalam spuit
e) Menghubungkan spuit dengan selang
f) Mengalirkan campuran Na Cl+insulin dalam selang supaya selang terbebas dari
udara
g) Menyambungkan ujung selang dengan abocath infus yang terpasang pada pasien
h) Memasang spuit pada syringe pump
i) Menghidupkan syringe pump
j) Mengatur dosis insulin pada syringe pump
k) Menekan tombol start pada syringe pump
b. Fase Terminasi
a) Rapikan alat
b) Evaluasi tindakan
c) Rencana tindak lanjut
d) Berpamitan dan mendokumentasikan

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 40


STIKES Instruksional Kerja Halaman 4 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Insulin No. Dokumen:
Menggunakan Syringe ........IK.PIMPS.STIKESM/2018
Pump Berlaku:
Ketua

7. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


Sebelum menggunakan insulin, diabetesein ataupun keluarga tentunya perlu untuk diberikan
pengetahuan dan wawasan mengenai cara dan prosedur menyuntikkan insulin eksogen;
a. Sebelum menyuntikkan insulin, kedua tangan dan daerah yang akan disuntik haruslah
bersih. Bersihkanlah dengan cairan alkohol 70% dengan menggunakan kapas bersih dan
steril.
b. Tutup vial insulin harus diusap dengan cairan alkohol 70%.
Untuk semua insulin, kecuali insulin kerja cepat, harus digulung-gulung secara perlahan-
lahan denga kedua telapak tangan. Hal ini bertujuan untuk melarutkan kembali suspensi.
(Jangan dikocok).
c. Ambillah udara sejumlah insulin yang akan diberikan. Lalu suntikkanlah ke dalam vial
untuk mencegah terjadi ruang vakum dalam vial. Hal ini terutama diperlukan bila akan
dipakai campuran insulin.
d. Bila mencampur insulin kerja cepat dengan kerja cepat harus diambil terlebih dahulu.
e. Setelah insulin masuk ke dalam alat suntik, periksa apakah mengandung gelembung atau
tidak. Satu atau dua ketukan pada alat suntik dalam posisi tegak akan dapat mengurangi
gelembung tersebut. Gelembung yang ada sebenarnya tidaklah terlalu membahayakan,
namun dapat mengurangi dosis insulin.
f. Penyuntikan dilakukan pada jaringan bawah kulit (subkutan). Pada umumnya suntikan
dengan sudut 90 derajad. Pada pasien kurus dan anak-anak, kulit dijepit dan insulin
disuntikkan dengan sudut 45 derajat agar tidak terjadi penyuntikkan otot (intra
muskular).
Gula darah
< 60 mg % = 0 unit 300 – 350 mg% = 20 unit
< 200 mg % = 5 – 8 unit > 350 mg% = 20 – 24 unit
200 – 250 mg% = 10 – 12 unit
250 - 300 mg% = 15 – 16 unit

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 41


INSTRUKSIONAL KERJA
PEMERIKSAAN VASKULER KAKI

IK.PVK STIKES LAB KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua

© STIKES MUHAMMADIYAH, 2018 – All Right Reserved


STIKES Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Pemeriksaan Vaskuler Kaki
Revisi Tanggal

IK.PVK.STIKESM.LAB Ketua

STIKES Instruksional Kerja Halaman 1 dari 3


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan Vaskuler Kaki No. Dokumen:
........IK.PVK.STIKESM/2018
Berlaku:
Ketua

1. DEFINISI
Merupakan suatu kegiatan pemeriksaan kondisi kaki pada penderita diabetes untuk
mengetahui adanya gangguan vaskularisasi, neuropati, infeksi dan deformitas sebagai
akibat komplikasi dari penyakit diabetes yang diderita klien.
2. TUJUAN
a. Sumber data pengkajian untuk tindakan keperawatan selanjutnya
b. Monitoring status kesehatan klien

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 42


STIKES Instruksional Kerja Halaman 2 dari 3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan Vaskuler Kaki No. Dokumen:
.......IK.PVK.STIKESM/2018
Berlaku:
Ketua

3. PRINSIP
a. Akurat dan sistematis
b. Bersih
c. Kenyamanan klien
4. PERSIAPAN ALAT
1) Formulir pengkajian dan alat tulis
2) Timbangan berat badan dan meteran tinggi badan
3) Doppler vascular dan sphygnomanometer (jika tidak tersedian Doppler siapkan
Stetoskop)
4) Garputala 128 Hz
5) Monofilament Semmes Weinstein 10 gr
6) Reflek hammer
7) Jelly
8) Handscoon

5. PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
1) Cek identitas dan riwayat pasien di buku status perkembangan pasien
2) Lakukan anamnesa sesuai panduan format :
- Klarifikasi data demografi (sebelumnya telah diisi dengan melihat status
klien)
- Anamnesa riwayat penyakit sistemik
- Anamnesa social (perilaku resiko)
- Anamnesa adanya nyeri
- Anamnesa riwayat pembedahan terdahulu
- Anamnesa riwayat penyakit sekarang berkaitan dengan luka
- Anamnesa penggunaan alas kaki

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 43


STIKES Instruksional Kerja Halaman 2 dari 3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan Vaskuler Kaki No. Dokumen:
.......IK.PVK.STIKESM/2018
Berlaku:
Ketua

b. Fase Orientasi
1. Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan langkah prosedur tindakan
5. Menempatkan alat kedekat pasien
6. Mencuci tangan

6. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) Lakukan inspeksi pada area kaki (kulit, kuku dan adanya disfungsi biomekanik :
calus, corns, hammer toe,dll)
2) Lakukan pemeriksaan neurologis pada area kaki ;
- Pemeriksaan menggunakan monofilament semmes Weinstein 10 gr
- Pemeriksaan sensasi Vibrasi menggunakan garputala 128 Hz
- Pemeriksaan reflek tendon patella dan achiles
3) Lakukan pemeriksaan vaskularisasi kaki
- Palpasi denyut nadi dorsalis pedis dan tibia posterior atau popliteal jika ada
riwayat amputasi pada area angle
- Lakukan pengukuran Angle Brachial Indeks :
1. Memakai handsoen bersih
2. Menentukan daerah yang mau dilakukan
3. Mengembangkan manset pada lengan
4. Memasang doppler dan mendengarkan denyut nadi
5. Menentukan nilai tekanan darah di lengan
6. Mengembangkan manset pada ankle
7. Memasang doppler dan mendengarkan denyut nadi
8. Menentukan nilai tekanan darah di ankle

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 44


STIKES Instruksional Kerja Halaman 2 dari 3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan Vaskuler Kaki No. Dokumen:
.......IK.PVK.STIKESM/2018
Berlaku:
Ketua
b. Fase Terminasi
1) Evaluasi
2) Melakukan rencana tindak lanjut ( memberikan PR kepada klien )
3) Merapikan Pasien
4) Merapikan Alat
5) Berpamitan
7. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
 Dalam penentuan nilai ABPI kadang ditemukan tekanan darah sistolik false tinggi
ditemukan pada pasien diabetic. Hal ini disebabkan tekanan manset tidak mampu menekan
pembuluh darah distal yang mengalami kalsifikasi.
 Pemeriksaan Penunjang : X-ray, EMG dan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui
apakah ulkus diabetika menjadi infeksi dan menentukan kuman penyebabnya.
 RUMUS ABPI= Tekanan sistolik ankel ÷ Tekanan sistolik brachial
Hasil perhitungan di atas di interpretasi pada tabel di bawah ini.

< 0.5 0.5-0.7 0.7-0.8 > 0.8 > 1.2

Arterial ulcer Arterial dan venus Arterial dan Venous ulcer Calcified
ulcer venous ulcer
Gangguan Gangguan arteri dan Gangguan arteri Gangguan Periksa ulang
pembuluh arteri vena dan vena pembuluh vena

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 45


INSTRUKSIONAL KERJA
PENGHITUNGAN DIET DAN PENYAJIAN MENU DM

IK.PDPMDM STIKES LAB KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
/.Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua

© STIKES MUHAMMADIYAH, 2018 – All Right Reserved


STIKES Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Penghitungan Diet dan
Revisi Tanggal Penyajian Menu DM

IK.PDPMDM.STIKESM.LAB Ketua

STIKES Instruksional Kerja Halaman 1 dari 3


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Penghitungan Diet dan Penyajian No. Dokumen:
Menu DM ....IK.PDPMD.STIKESM/2018
Ketua Berlaku:

1) DEFINISI
Diet adalah awal dari usaha untuk mengendalikan diabetes. Mengikuti diet rendah
gula seumur hidup adalah sesuai dengan anjuran dokter atau ahli gizi. kelebihan berat
badan, turunkan berat badan Anda secara bertahap melalui cara yang benar.
Kunci diet diabetes adalah memilih karbohidrat yang aman. Semua karbohidrat
halus (misalnya gula tepung halus, roti manis, biskuit, permen, sirop dan minuman
ringan) harus dihindari dan diganti dengan makanan lengkap (yaitu buah, sayuran,
kacang, biji, dan makanan lainnya yang belum diproses) yang efektif untuk memperbaiki
resistensi.

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 43


STIKES Instruksional Kerja Halaman 2 dari 3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Penghitungan Diet dan Penyajian No. Dokumen:
Menu DM ....IK.PDPMD.STIKESM/2018
Ketua Berlaku:

2) TUJUAN
Sesuai dengan tujuan umum terapi gizi adalah membantu diabetetisi memperbaiki
kebiasaan hidup dan olah raga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik.
Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah :
1) Mempertahankan kadar Glukosa darah mendekati normal dengan keseimbangan
asupan makanan dengan insulin (endogen atau eksogen) atau obat hipoglikemik oral
dan tingkat aktifitas.
2) Mencapai kadar serum lipid yang optimal.
3) Memberikan energi yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan berat badan
yang memadai orang dewasa, mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang normal
pada anak dan remaja, untuk meningkatkan kebutuhan metabolik selama kehamilan
dan laktasi penyembuhan dari penyakit katabolik. Berat badan memadai diartikan
sebagai berat badan yang dianggap dapat dicapai dan dipertahankan baik jangka
pendek maupun jangka panjang oleh orang dengan diabetes itu sendiri maupun oleh
petugas kesehatan.
4) Menghindari dan menangani komplikasi akut orang dengan diabetes yang
menggunakan insulin seperti hipoglikemia, penyakit-penyakit jangka pendek, masalah
yang berhubungan dengan kelainan jasmani dan komplikasi kronik diabetes seperti :
penyakit ginjal, neuropati automik, hipertensi dan penyakit jantung
5) Meningkatkan kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal
3) INDIKASI
Untuk pasien Diabetes millitus
4) PERSIAPAN ALAT
1) Menu Lauk (Ikan, Tahu, Tempe, DLL)
2) Buah
3) Sayur
4) Alat makan (piring, Gelas, Sendok, Mangkok)

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 44


STIKES Instruksional Kerja Halaman 3 dari 3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Penghitungan Diet dan Penyajian No. Dokumen:
Menu DM ....IK.PDPMD.STIKESM/2018
Ketua Berlaku:

5) HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


a. Pra orientasi
1) Cek identitas dan riwayat pasien di buku status perkembangan pasien
2) Kontrak waktu dengan keluarga pasien
b. Fase Orientasi
1) Menyapa nama klien
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan
4) Menjelaskan prosedur
5) Menanyakan kesiapan
6) INSTRUKSIONAL KERJA
Komposisi makanan yang dianjurkan meliputi:
a. Karbohidrat
Rekomendari ADA tahun 1994 lebih memfokuskan pada jumlah total karbohidrat
daripada jenisnya. Rekomendasi untuk sukrosa lebih liberal. Buah dan susu sudah
terbukti mempunyai respon glikemik yang lebih rendah dari pada sebagian besar tepung-
tepungan. Walaupun berbagai tepung-tepungan mempunyai respon glikemik yang
berbeda, prioritas hendaknya lebih pada jumlah total karbohidrat yang dikonsumsi
daripada sumber karbohidrat.
Anjuran konsumsi karbohidrat untuk diabetesi di Indonesia:
1) 45-65% total asupan energi.
2) Pembatasan karbohidrat tidak dianjurkan < 130 g/hari.
3) Makanan harus mengandung lebih banyak karbohidrat terutama berserat tinggi.
4) Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% sehari ( 3-4 sdm)
5) Makan 3 kali sehari untuk mendistribusikan asupan karbohidrat dalam sehari.
Penggunaan pemanis alternatif pada diabetesi, aman digunakan asal tidak melebihi batas
aman (Accepted Dialy Intake).

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 45


STIKES Instruksional Kerja Halaman 4 dari 3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Penghitungan Diet dan Penyajian No. Dokumen:
Menu DM ....IK.PDPMD.STIKESM/2018
Ketua Berlaku:

1. Fruktosa < 50 gr/hr, jika berlebih menyebabkan diare


2. Sorbitol < 30 gr, jika berlebih menyebabkan kembung, diare
3. Manitol < 20 gr/hr
4. Aspartam 0 mg/ kg BB?hr
5. Sakarin 1 gr/hr
6. Acesulfame K 15 mg/kg BB/hr
7. Siklamat 11 mg/kg BB/hr
Bukti ilmiah menunjukkan bahwa penggunaan sukrosa sebagai bagian dari perencanaan
makan tidak memperburuk kontrol glukosa darah pada individu dengan diabetes tipe 1 dan
2. Sukrosa dari makanan harus diperhitungkan sebagai pengganti karbohidrat makanan lain
dan tidak hanya dengan menambahkannya pada perencanaan makan. Dalam melakukan
subtitusi ini kandungan zat gizi dari makanan-makanan manis yang pekat dan kandugan zat
gizi lain dari makanan yang mengandung sukrosa harus dipertimbangkan, seperti lemak
yang sering ada bersama sukrosa dalammakanan.
1) Fruktosa menaikkan glukosa plasma lebih kecil daripada sukrosa dan kebanyakan
karbohidrat jenis tepung-tepungan. Dalam hal ini fruktosa dapat memberikan
keuntungan sebagai bahan pemanis pada diet diabetes. Namun pengaruhnya dalam
jumlah besar (20% energi) potensial merugikan pada kolesterol dan LDL.
Penderita disiplemia hendaknya menghindari mengkonsumsi fruktosa dalam jumlah
besar, namun tidak ada alasan untuk menghindari makanan seperti buah-buahan dan
sayuran yang mengandung fruktosa alami maupun konsumsi sejumlah sedang
makanan yangmengandung pemanis fruktosa.
2) Sorbitol, manitol dan xylitol adalah gula alkohol biasa mengadung 7 kalori /gram
menghasilkan respon glikemik lebih rendah daripada sukrosa dan karbohidrat lain.
Penggunaan pemanis tersebut secaraberlebihan dapat mempunyai pengaruh laksatif.
Sakarin, aspartame adalah pemanis tak bergizi yang dapat diterima sebagai pemanis
pada semua penderita DM.

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 46


STIKES Instruksional Kerja Halaman 5 dari 3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Penghitungan Diet dan Penyajian No. Dokumen:
Menu DM ....IK.PDPMD.STIKESM/2018
Ketua Berlaku:

b. Serat
Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama dengan untuk orang yang
tidak diabetes yaitu dianjurkan mengkonsumsi 20-35 gr serat makanan dari berbagai
sumber bahan makanan. Di Indonesia anjurannya adalah kira-kira 25 gr/1000 kalori/ hari
dengan mengutamakan serat larut air.
c. Protein
Menurut konsensus pengelolaan diabetes di Indonesia tahun 2006 kebutuhan protein
untuk diabetisi 15%-20% energi. Perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg
berat badan perhari atau 10% dari kebutuhan energi dengan timbulnya nefropati pada
orang dewasa dan 65% hendaknya bernilai biologic tinggi. Sumber protein yang baik
adalah ikan, seafood, daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak,
kacang-kacangan dan tahu-tempe.
d. Total lemak
Anjuran asupan lemak di Indonesia adalah 20-25% energi. lemak jenuh < 7% kebutuhan
energi dan lemak tidak jenuh ganda <10% kebutuhan energi, sedangkan selebihnya dari
lemak tidak jenuh tunggal. Asupan kolesterol makanan hendaknya dibatasi tidak lebih
dari 300 mg perhari.
Apabila peningkatan LDL merupakan masalah utama, dapat diikuti anjuran diet disiplin
diet dislipidemia. Tujuan utama pengurangan konsumsi lemak jenuh dan kolesterol
adalah untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular.
e. Garam
Anjuran asupan untuk orang dengan diabetes sama dengan penduduk biasa yaitu tidak
lebih dari 3000 mgr atau sama dengan 6-7 g (1 sdt) garam dapur, sedangkan bagi yang
menderita hipertensi ringan sampai sedang, dianjurkan 2400 mgr natrium perhari atau
sama dengan 6 gr/hari garam dapur. Sumber natrium antara lain adalah garam dapur,
vetsin dan soda.
f. Kebutuhan kalori
Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.
Komposisi energy adalah 45-65% dari karbohidrat, 10-20% dari protein dan 20-25%

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 47


STIKES Instruksional Kerja Halaman 6 dari 3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Penghitungan Diet dan Penyajian No. Dokumen:
Menu DM ....IK.PDPMD.STIKESM/2018
Ketua Berlaku:

dari lemak. Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan orang
dengan diabetes. Di antaranya adalah dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal
yang besarnya 25-30 kalori/kg BB ideal, ditambah dan dikurangi bergantung pada
beberapa faktor yaitu jenis kelamin, umur, aktivitas, kehamilan/laktasi, adanya
komplikasi dan berat badan.
Perhitungan berat badan ideal (BBI) dengan rumus Brocca yang dimodifikasi :
· BBI = 90% x (TB dalam cm-100) x 1 kg

Bagi pria dengan TB di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm , rumus
modifikasi menjadi: BBI = (TB dalam cm – 100) x 1 kg
BB Normal : bila BB ideal ± 10%
Kurus :

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 48


INSTRUKSIONAL KERJA
PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN

IKP.PFA STIKES LAB KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua

© STIKES MUHAMMADIYAH, 2018 – All Right Reserved


STIKES Instruksional Kerja Pemeriksaan Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Fisik Abdomen
Revisi Tanggal

IK.PFA.STIKESM.LAB Ketua

STIKES Instruksional Kerja Halaman 1 dari 5


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan Fisik Abdomen No. Dokumen:
..IK.PFA.STIKESM/2018

Berlaku:
Ketua

1. DEFINISI
Pemeriksaan fisik abdomen adalah pemeriksaan tubuh pada bagian abdomen
untuk menentukan adanya kelainan-kelainan dari suatu organ bagian abdomen dengan
cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan mendengarkan
(auskultasi).
2. TUJUAN
a. Mengetahui kondisi permukaan abdomen
b. Mengetahui suara peristaltik usus & bising usus.

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 49


STIKES Instruksional Kerja Halaman 2 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan Fisik No. Dokumen:
Abdomen
......IK.PFA.STIKESM/2018
Ketua
Berlaku:
c. Mengetahui ukuran, konsistensi organ-organ dalam abdomen (hepar, lien/limfa,
ginjal dan vesika urinaria)
d. Mengetahui adanya gejala patologis dalam rongga abdomen
3. INDIKASI
a. Semua pasien baru
b. Pasien dengan gangguan system gastrointestinal
c. Pasien dengan gangguan system hepatorenal
d. Pasien dengan gangguan pada lien/limfa
e. Pasien dengan gangguan pada vesika urinaria)

4. PERSIAPAN ALAT
a. Stetoskop
b. Bak instrumen
c. Sarung tangan/handscoon
d. Kassa steril
e. Selimut
f. Tissue
g. Bullpen
h. Bengkok
i. Lembar dokumentasi
j. Metlin
k. Bantal.

5. PERSIAPAN PASIEN
a) Fase Orientasi
1) Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan tindakan
4) Menjelaskan langkah prosedur tindakan
5) Menempatkan alat kedekat pasien
Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 50
STIKES Instruksional Kerja Halaman 3 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan Fisik No. Dokumen:
Abdomen
......IK.PFA.STIKESM/2018
Ketua
Berlaku:
6) Mencuci tangan
6. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) Memakai handscoon
2) Posisikan pasien supine (telentang) dengan nyaman
3) Buka baju pasien, bantu/minta pasien untuk turunkan celana hingga simfisis
4) Tutup dada dan daerah simfisis pasien menggunakan selimut
 INSPEKSI
Amati permukaan abdomen (rata, abdominal frog, scapoid/cekung) kesimetrisan
abdomen, kulit (warna, lesi, penyebaran pembuluh darah vena), gerakan dinding
abdomen (gelombang peristaltik, pulsasi), umbilicus, pembesaran organ, massa.
 AUSKULTASI
Mendengarkan peristaltic usus
a) Letakkan diafragma stetoskop pada kuadran kiri bawah dinding abdomen
(sesuaikan dengan gambar) pada abdomen pasien
b) Dengarkan suara peristaltic usus, hitung selama 1 menit
(1) Normal dewasa : 5-35 x/menit
(2) Normal anak : 5-15 x/menit
 PALPASI
a) Lakukan palpasi dimulai dari daerah superficial, lalu ke dalam (jika pasien
mengeluhkan nyeri, sebaiknya diperiksa paling akhir)
b) Jika dinding abdomen tegang, minta pasien untuk menekuk lutut. Tekan daerah
muskulus rectus abdominalis, minta pasien nafas dalam (muskulus rectus
relaksasi maka ada spasme volunter, jika kontraksi/kaku maka itu spasme.
 PERKUSI
a) Tentukan bagian abdomen yang akan dilakukan perkusi
b) Tempatkan telapak tangan kiri pada bagian yang akan diperkusi
c) Ketuk punggung jari telunjuk/tengah tangan kiri dengan jari telunjuk/ tengah
tangan kanan.
Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 51
STIKES Instruksional Kerja Halaman 4 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan Fisik No. Dokumen:
Abdomen
......IK.PFA.STIKESM/2018
Ketua
Berlaku:

d) Dengarkan suara yang ditimbulkan (perkusi abdomen normal adalah timpani ,


hati berbunyi redup/dullness)
5) Mengukur lingkar perut dengan metlin
6) Rapikan alat-alat yang telah digunakan
7) Rapikan dan berikan posisi yang nyaman pada klien
8) Melepaskan handscoon dan mencuci tangan

b. Fase Terminasi
1) Melakukan evaluasi tindakan
2) Melakukan rencara tindak lanjut
3) Mendokumentasikan tindakan
4) Berpamitan

7. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


Penampilan selama tindakan
1) Menjaga privasi pasien
2) Jika nyeri abdomen ada sebelum pemeriksaan, maka periksa daerah yang nyeri pada
urutan terakhir
3) Ikuti urutan pemeriksaan sebagai berikut : inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi
4) Anjurkan klien relaksasi saat dilakukan pemeriksaan.

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 52


STIKES Instruksional Kerja Halaman 5 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan Fisik No. Dokumen:
Abdomen
......IK.PFA.STIKESM/2018
Ketua
Berlaku:

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 53


INSTRUKSIONAL KERJA
PEMERIKSAAN GDS (GULA DARAH SEWAKTU)

IK.PGDS STIKES LAB KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua

© STIKES MUHAMMADIYAH, 2018 – All Right Reserved


STIKES Instruksional Kerja Pemeriksaan GDS Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH
Revisi Tanggal

IK.PGDS.STIKESM.LAB Ketua

STIKES Instruksional Kerja Halaman 1 dari 3


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan GDS No. Dokumen:
....IK.PGDS.STIKESM/2
018
Ketua Berlaku:

1. DEFINISI
Pemeriksaan gula darah digunakan untuk mengetahui kadar gula darah seseorang.
Macam- macam pemeriksaan gula darah:
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan
a. Glukosa plasma sewaktu ≤ 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b. Glukosa plasma puasa ≤ 140 mg/dl (7,8 mmol/L)

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 54


STIKES Instruksional Kerja Halaman 2 dari 3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan GDS No. Dokumen:
....IK.PGDS.STIKESM/2
018
Ketua Berlaku:

c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi
75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) ≤ 200 mg/dl

2. TUJUAN
a. Untuk mengetahui kadar gula pada pasien.
b. Mengungkapkan tentang proses penyakit dan pengobatannya mengkaji masalah dan
evaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada pasien
3. INDIKASI
Klien yang tidak mengetahui proses penyakitnya
4. PERSIAPAN ALAT
1. Glukometer
2. Kapas Alkohol
3. Hand scone
4. Stik GDA
5. Lanset
6. Bengkok

5. PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
1) Cek identitas dan riwayat pasien di buku status perkembangan pasien
b. Fase Orientasi
1) Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan tindakan
4) Menjelaskan langkah prosedur tindakan
5) Menempatkan alat kedekat pasien
6) Cuci tangan

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 55


STIKES Instruksional Kerja Halaman 3 dari 3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan GDS No. Dokumen:
....IK.PGDS.STIKESM/2
018
Ketua Berlaku:

6. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada pasien.
2) Mencuci tangan
3) Memakai handscone
4) Atur posisi pasien senyaman mungkin.
5) Dekatkan alat di samping pasien.
6) Pastikan alat bisa digunakan.
7) Pasang stik GDA pada alat glukometer.
8) Menusukkan lanset di jari tangan pasien.
9) Menghidupkan alat glukometer yang sudah terpasang stik GDA.
10) Meletakkan stik GDA dijari tangan pasien.
11) Menutup bekas tusukkan lanset menggunakan kapas alkohol.
12) Alat glukometer akan berbunyi dan hasil sudah bisa dibaca.
13) Membereskan dan mencici alat.
14) Mencuci tangan

b. Fase Terminasi
1. Memperhatikan reaksi / respon pasien dan menanyakan perasaan klien setelah
dilakukan tindakan
2. Merapikan alat
3. Menyampaikan rencana tindak lanjut
4. Kontrak waktu dan berpamitan
5. Mencuci tangan

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 56


INSTRUKSIONAL KERJA
IRIGASI LAMBUNG

IK.IL STIKES LAB KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua

© STIKES MUHAMMADIYAH, 2018 – All Right Reserved


STIKES Instruksional Kerja Irigasi Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Lambung
Revisi Tanggal

IK. IL.STIKESM.LAB Ketua

STIKES Instruksional Kerja Halaman 1 dari 4


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Irigasi Lambung No. Dokumen:
.....IK.IL.STIKESM/2018

Ketua Berlaku:

1. DEFINISI
Bilas lambung, atau disebut juga pompa perut dan irigasi lambung merupakan
suatu prosedur yang dilakukan untuk membersihkan isi perut dengan cara mengurasnya..
2. TUJUAN
a. Untuk mengambil contoh racun dari dalam tubuh,
b. Menguras isi lambung sampai bersih.
c. Untuk mengetes benar tidaknya tube dimasukkan ke lambung.

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 53


STIKES Instruksional Kerja Halaman 2 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Irigasi Lambung No. Dokumen:
.....IK.IL.STIKESM/2018

Ketua Berlaku:

3. INDIKASI
a. Keracunan obat oral kurang dari 1 jam
b. Overdosis obat/narkotik
c. Terjadi perdarahan lama (hematemesis Melena) pada saluran pencernaan atas.
d. Mengambil contoh asam lambung untuk dianalisis lebih lanjut.
e. Dekompresi lambung
f. Sebelum operasi perut atau biasanya sebelum dilakukan endoskopi
4. KONTRAINDIKASI
Pada pasien yang mengalami cedera/injuri pada system pencernaan bagian atas,
menelan racun yang bersifat keras/korosif pada kulit, daln mengalami cedera pada jalan
nafasnya, serta mengalami perforasi pada saluran cerna bagian atas.
5. PERSIAPAN ALAT
a. Cairan isotonis seperti Nacl 0,9 %
b. Kom besar
c. Manekin yang sudah terpasang NGT lengkap dengan penguncinya (spuit 5 cc)
d. Spuit 10 cc untuk memasukkan cairan
e. Perlak dan pengalas
f. Bengkok
g. Sarung tangan
h. Klem
6. PERSIAPAN PASIEN
a. Fase Orientasi
1) Memberikan salam
2) Perkenalan
3) Menyampaikan tujuan
4) Menyampaikan prosedur
5) Menanyakan kesediaan pasien

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 54


STIKES Instruksional Kerja Halaman 3 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Irigasi Lambung No. Dokumen:
.....IK.IL.STIKESM/2018

Ketua Berlaku:

7. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) Cuci tangan
2) Jaga privasi klien
3) Menggunakan sarung tangan
4) Meletakkan perlak atau pengalas diatas dada pasien
5) Mengecek posisi selang NGT dan melakukan aspirasi dengan spuit
6) Ambil NaCl 30 cc dengan menggunakan spuit
7) Klem selang NGT kemudian masukkan spuit kedalam ujung NGT.
8) Buka klem, masukkan cairan kedalam lambung pelan tapi pasti
9) Aspirasi kembali cairan yang dimasukkan tadi sesuai dengan jumlah yang
dimasukkan dan buang kedalam bengkok
10) Ulangi prosedur no 6 – 9 secara berulang-ulang (Jika tujuannya untuk membersihkan
lambung)
11) Lepaskan spuit, tutup kembali ujung NGT dengan spuit atau penguncinya
12) merapikan klien
13) Melepas sarung tangan
14) Cuci tangan
b. Fase Terminasi
1) Mengevaluasi tindakan yang baru saja dilakukan
2) Menyampaikan rencana tindak lanjut
3) Merapikan dan kembalikan alat
4) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
8. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
KOMPLIKASI
a. Aspirasi
b. Bradikardi

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 55


STIKES Instruksional Kerja Halaman 4 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Irigasi Lambung No. Dokumen:
.....IK.IL.STIKESM/2018

Ketua Berlaku:

c. Hiponatremiaselama
d. Epistaksis
e. Spasme laring
f. Hipoksia dan hiperkapnia
g. Injuri mekanik pada leher, eksofagus dan saluran percernaan atas
h. Ketidakseimbangan antara cairan dan elektrolit
i. Pasien yang berontak memperbesar resiko komplikasi
j. Pengertian
k. Selang NGT diirigasi untuk mempertahankan patensi. Bila ujung distal selang terletak
menempel dinding lambung atau bila selang menjadi tersumbat oleh sekret, harus
diirigasi. Obstruksi selang dapat mengakibatkan distensi abdomen dan kemungkinan
muntah. Irigasi selang NG secara rutin dipesankan bila dipesankan penghisapan gaster
intermiten

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 56


INSTRUKSIONAL KERJA
PERAWATAN COLOSTOMI

IK.PC STIKES LAB KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua

© STIKES MUHAMMADIYAH, 2018 – All Right Reserved


STIKES Instruksional Kerja Perawatan Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Kolostomi
Revisi Tanggal
\

IK.PC.STIKESM.LAB Ketua

STIKES Instruksional Kerja Halaman 1 dari 4


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Perawatan Colostomi No. Dokumen:
....IK.PC.STIKESM/2017

Berlaku:
Ketua

1. DEFINISI
Colostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan buatan antara
colon dengan permukaan kulit pada dinding perut.
Colostomi adalah sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada
dinding abdomen untuk mengeluarkan feses.
Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa mukosa kemerahan
yang disebut STOMA.

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 57


STIKES Instruksional Kerja Halaman 2 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Perawatan Colostomi No. Dokumen:
....IK.PC.STIKESM/2017

Ketua Berlaku:

Perawatan Colostomy adalah membersihkan stoma, kulit sekitar stoma, dan mengganti
balutan kantong kolostomi secara berkala sesuai kebutuhan.
2. TUJUAN
b. Meningkatkan kebersihan klien
c. mencegah terjadinya infksi
d. mencegah iritasi pada kulit sekitar stoma
e. mempertahankan kenyamanan kulit dan lingkungan sekitar stoma
3. INDIKASI
a. Pasien Atresia ani
b. Mega colone
c. Ca Rekti
d. Ca kolone
4. KONTRAINDIKASI
a. Baru menjalani pembedahan jahitan belum pulih
b. Penyakit menetap di dalam kolon
c. Fasilitas kebersihan tidak adekua
5. PERSIAPAN ALAT
a. Kantong kolostomi
b. Satu set ganti balutan (bak instrument sedang, pinset anatomis, pinset cirrurgis, kom kecil
dan gunting)
c. Kapas
d. Kassa steril
e. Larutan nacl
f. Zink salep/zink oil
g. Betadin
h. Plester
i. Sepasang sarung tangan
j. Bengkok

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 58


STIKES Instruksional Kerja Halaman 3 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Perawatan Colostomi No. Dokumen:
....IK.PC.STIKESM/2017

Ketua Berlaku:

k. Perlak dan pengalas


l. Kantong pelastik
m. Tempat sampah
6. PERSIAPAN PASIEN
a. Fase Orientasi
1) Salam terapeutik
2) Perkenalan
3) Menyampaikan tujuan
4) Menyampaikan prosedur tindakan
5) Menanyakan kesiapan pasien
7. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) Cuci tangan
2) Jaga privasi klien
3) Menggunakan sarung tangan
4) Meletakkan perlak atau pengalas di bagian kanan/kiri pasien sesuai letak stoma
5) Meletakkan bengkok di atas perlak dekat tubuh pasien
6) Mengobservasi produk stoma (warna, konsistensi bau dll)
7) Membuka kantong kolostomi secara hati-hati dengan menggunakan pinset dan tangan
kiri menekan kulit klien
8) Membersihkan kulit sekitar stoma dengan kapas NaCl
9) Membersihkan stoma dengan sangat hati-hati menggunakan kapas NaCl jangan
sampai terjadi prdarahan
10) Mengeringkan kulit sekitar stoma dengan kasa steril
11) Observasi stoma dan kulit sekitar stoma
12) Memberikan zink salep/zink oil jika terdapat iritasi pada kulit sekitar stoma
13) Mengukur stoma dan membuat lubang pada kantong kolostomi sesuai ukuran stoma
14) Membuka salah satu sisi (sebagian) perekat kantong kolostomi

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 59


STIKES Instruksional Kerja Halaman 4 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Perawatan Colostomi No. Dokumen:
....IK.PC.STIKESM/2017

Ketua Berlaku:

15) Menggunakan pinset untuk mempermudah memasukkan stoma melalui lubang


kantong kolostomi
16) Membuka sisa perekat dan hindari masuknya udara ke dalam kantong kolostomi
17) merapikan klien
18) Melepas sarung tangan
19) Cuci tangan
b. Fase Terminasi
1) Evaluasi tindakan
2) Menyampaikan rencana tindak lanjut
3) Merapikan alat
4) Berpamitan
8. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
Pada pasien dengan pemasangan kolostomi perlu mendapatkan berbagai penjelasan baik itu
sebelum maupun setelah tindakan operasi tersebut, terutama tentang perawatan kolostomi bagi
pasien yang harus menggunakan kolostomi permanen.
Berbagai hal yang harus dikomunikasikan serta diajarkan pada pasien adalah :
a. Teknik penggantian / pemasangan kantong kolostomi yang baik dan benar.
b. Teknik perawatan stoma dan kulit sekitar stoma.
c. Waktu penggantian kantong kolostomi.
d. Teknik irigasi kolostomi dan manfaatnya bagi pasien.
e. Jadwal makan atau pola makan yang harus dilakukan untuk menyesuaikan.
f. Pengeluaran feses agar tidak mengganggu aktifitas pasien.
g. Berbagai jenis makanan bergizi yang harus dikonsumsi.
h. Berbagai aktifitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pasien.
i. Berbagi hal / keluhan yang harus dilaporkan segera pada dokter ( jika pasien sudah
dirawat dirumah / home care).
j. Berobat / kontrol ke dokter secara teratur.
k. Makanan yang tinggi serat

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 60


INSTRUKSIONAL KERJA
PMR (PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION)

IK.PMR STIKES LAB KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua

© STIKES MUHAMMADIYAH, 2018 – All Right Reserved


STIKES Instruksional Kerja PMR (Progressive Muscle Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Relaxation)
Revisi Tanggal

IK.PMR.STIKESM.LAB Ketua

STIKES Instruksional Kerja Halaman 1 dari 6


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: PMR (Progressive Muscle No. Dokumen:
Relaxation) ...IK.PMR.STIKESM/2018

Berlaku:
Ketua

1. DEFINISI
PMR adalah gerakan mengencangkan dan melemaskan otot-otot pada satu bagian
tubuh pada satu waktu yang dapat menghadirkan kondisi rilek scara fisik dan psikologi.
PMR dapat mengistirahatkan tubuh dari kekencangan otot sehingga dapat menurunkan
rasa ketidaknyamanan pada tubuh dan rasa keletihan (William & Carey, 2003).
2. TUJUAN
Membantu pasien dalam mengurangi ansietas atau kecemasan, dan berkurangnya
kecemasan ini mempengaruhi berbagai gejala psikologis dan kondisi medis.

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 61


STIKES Instruksional Kerja Halaman 2 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: PMR (Progressive No. Dokumen:
Muscle Relaxation .....IK.PMR.STIKESM/2018
Berlaku:
Ketua

3. INDIKASI
 PMR merupakan salah satu bentuk mind-body therapy dalam terapi komplementer dan
alternatif (Complementary and Alternative Therapy (CAM) .PMR digunakan sebagai
terapi pendamping terapi atau terapi mandiri untuk untuk menurunkan stres,
ketegangan otot dan nyeri (Cooke, 2011).
 PMR dapat dijadikan sebagai salah satu intervensi keperawatan yang diberikan kepada
pasienpost operasi CABG untuk meningkatkan relaksasi dan kemampuan pengelolaan
diri. Latihan ini dapat membantu mengurangi ketegangan otot, stres, menurunkan
tekanan darah, meningkatkan toleransi terhadap aktivitas sehari-hari, meningkatkan
imunitas, sehingga status fungsional dan kualitas hidup meningkat (Stoppler, 2005)
 Untuk hasil yang maksimal dianjurkan untuk melakukan PMR pada jam yang sama 2
kali sehari selama 10-20 menit. Latihan relaksasi dianjurkan dalam kondisi tidak lapar
dan perut tidak terlalu penuh. Kalau menurut penelitian Dehdari, et al, 2009 PMR
dianjurkan selama 5 minggu untuk dapat menurunkan kecemasan
4. KEGUNAAN
PMR telah menunjukkan manfaat dalam mengurangi ansietas atau kecemasan, dan
berkurangnya kecemasan ini mempengaruhi berbagai gejala psikologis dan kondisi medis
(Miells, et al, 2010)
5. KONTRA INDIKASI
Beberapa hal yang mungkin menjadi kontra indikasi latihan PMR pada pasien di rumah
sakit adalah masih adanya selang darinase, ketidaknyamanan muskuloskeletal, dan penyakit
jantung berat/ akut. Latihan PMR dapat meningkatkan resiko penurunan tekanan darah,
sehingga perlu memeriksa tekanan darah untuk mengidentifikasi kecendrungan hipotensi
(Bourne, 2011).

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 62


STIKES Instruksional Kerja Halaman 3 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: PMR (Progressive No. Dokumen:
Muscle Relaxation .....IK.PMR.STIKESM/2018
Berlaku:
Ketua
6. PERSIAPAN PASIEN
b. Fase Orientasi
1. Memberikan salam dan tersenyum pada klien
2. Melakukan validasi
3. Memperkenalkan nama perawat
4. Menjelaskan keperluan yang akan disampaikan (meminta persetujuan tindakan)
6. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1. Gerakan pertama ditujukan untuk melatih otot tangan yang dilakukan dengan cara
menggenggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan. Pasien diminta membuat
kepalan ini semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi.
Lepaskan kepalan perlahan-lahan, sambil merasakan rileks selama ± 8 detik. Lakukan
gerakan 2 kali sehingga klien dapat membedakan perbedaan antara ketegangan otot
dan keadaan rileks yang dialami. Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.
2. Gerakan kedua adalah gerakan untuk melatih otot tangan bagian belakang. Gerakan
ini dilakukan dengan cara menekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan
tangan sehingga otot-otot di tangan bagian belakang dan lengan bawah menegang,
jari-jari menghadap ke langit-langit. Lakukan penegangan ± 8 detik, kemudian
relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan perbedaan antara ketegangan otot dan
keadaan rileks yang dialami. Lakukan gerakan ini 2 kali.
3. Gerakan ketiga adalah untuk melatih otot-otot bisep. Gerakan ini diawali dengan
menggenggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan kemudian membawa kedua
kepalan ke pundak sehingga otot-otot bisep akan menjadi tegang. Lakukan
penegangan otot ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan
perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.
4. Gerakan keempat ditujukan untuk melatih otot-otot bahu. Dilakukan dengan cara
mengangkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan menyentuh kedua telinga.

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 63


STIKES Instruksional Kerja Halaman 4 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: PMR (Progressive No. Dokumen:
Muscle Relaxation .....IK.PMR.STIKESM/2018
Berlaku:
Ketua
Fokus perhatian gerakan ini adalah kontras ketegangan yang terjadi di bahu,
punggung atas, dan leher. Rasakan ketegangan otot-otot tersebut ± 8 detik, kemudian
relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan perbedaan antara ketegangan otot dan
keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.
5. Gerakan kelima sampai ke delapan adalah gerakan-gerakan yang ditujukan untuk
melemaskan otot-otot di wajah. Otot-otot wajah yang dilatih adalah otot-otot dahi,
mata, rahang, dan mulut. Gerakan untuk dahi dapat dilakukan dengan cara
mengerutkan dahi dan alis sampai ototototnya terasa dan kulitnya keriput, mata
dalam keadaan tertutup. Rasakan ketegangan otot-otot dahi selama ± 8 detik,
kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan perbedaan antara
ketegangan otot dan keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.
6. Gerakan keenamditujukan untuk mengendurkan otot-otot mata diawali dengan
menutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan ketegangan di sekitar mata dan
otot-otot yang mengendalikan gerakan mata. Lakukan penegangan otot ± 8 detik,
kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan perbedaan antara
ketegangan otot dan keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.
7. Gerakan ketujuh bertujuan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh otot-
otot rahang dengan cara mengatupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi-gigi
sehingga ketegangan di sekitar otot-otot rahang. Rasakan ketegangan otot-otot
tersebut ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan
perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.
8. Gerakan kedelapan dilakukan untuk mengendurkan otot-otot sekitar mulut. Bibir
dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di sekitar mulut.
Rasakan ketegangan otot-otot sekitar mulut selama ± 8 detik, kemudian relaksasikan
secara perlahan-lahan dan rasakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan
rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.
9. Gerakan kesembilan ditujukan untuk merilekskan otot-otot leher bagian belakang.
Pasien dipandu meletakkan kepala sehingga dapat beristirahat, kemudian diminta

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 64


STIKES Instruksional Kerja Halaman 5 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: PMR (Progressive No. Dokumen:
Muscle Relaxation .....IK.PMR.STIKESM/2018
Berlaku:
Ketua

untuk menekankan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga
pasien dapat merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan punggung atas.
Lakukan penegangan otot ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan
rasakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2
kali.
10. Gerakan kesepuluh bertujuan untuk melatih otot leher bagian depan. Gerakan ini
dilakukan dengan cara membawa kepala ke muka, kemudian pasien diminta untuk
membenamkan dagu ke dadanya. Sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah
leher bagian muka. Rasakan ketegangan otot-otot tersebut ± 8 detik, kemudian
relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan perbedaan antara ketegangan otot dan
keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.
11. Gerakan kesebelas bertujuan untuk melatih otot-otot punggung. Gerakan ini dapat
dilakukan dengan cara mengangkat tubuh dari sandaran kursi, kemudian punggung
dilengkungkan, lalu busungkan dada. Kondisi tegang dipertahankan selama ± 8 detik,
kemudian rileks. Pada saat rileks, letakkan tubuh kembali ke kursi, sambil
membiarkan otot-otot menjadi lemas. Rasakan ketegangan otot-otot punggung selama
± 8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan perbedaan antara
ketegangan otot dan keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.
12. Gerakan kedua belas dilakukan untuk melemaskan otot-otot dada. Tarik nafas
panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-banyaknya. Tahan selama
beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di bagian dada kemudian turun ke perut.
Pada saat ketegangan dilepas, pasien dapat bernafas normal dengan lega. Lakukan
penegangan otot ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan
perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.
13. Gerakan ketiga belas bertujuan untuk melatih otot-otot perut. Tarik kuat-kuat perut
ke dalam, kemudian tahan sampai perut menjadi kencang dan keras. Rasakan
ketegangan otot-otot tersebut ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 65


STIKES Instruksional Kerja Halaman 6 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: PMR (Progressive No. Dokumen:
Muscle Relaxation .....IK.PMR.STIKESM/2018
Berlaku:
Ketua

dan rasakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks. Lakukan gerakan
ini 2 kali.
14. Gerakan keempat belas bertujuan untuk melatih otot-otot paha, dilakukan dengan
cara meluruskan kedua belah telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang. Rasakan
ketegangan otot-otot paha tersebut selama ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara
perlahan-lahan dan rasakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks.
Lakukan gerakan ini 2 kali.
15. Gerakan kelima belas bertujuan untuk melatih otot-otot betis, luruskan kedua belah
telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang. Gerakan ini dilanjutkan dengan
mengunci lutut, lakukan penegangan otot ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara
perlahan-lahan dan rasakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks.
Lakukan gerakan ini 2 kalib.

b. Fase Terminasi
1) Memberikan reinforcemen positif
2) Melakukan evaluasi
3) Merencanakan tindak lanjut dengan klien
4) Memberikan salam

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 66


DAFTAR PUSTAKA

Alimul A.A. 2003. Riset Keperawatan & Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Pernerbit
Salemba Medika.
Brunner and Suddarth.2001.Keperawatan Medikal Bedah Volume 1.Jakarta:EGC.
Ellis R.B & Gates R.J. 2000. Komunikasi Interpersonal dalam Keperawatan(terjemahan).
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
MH. Pribadi Zen (2013). Panduan Komunikasi Efektif Untuk Bekal Keperawatan
Profesional. Jogjakarta: D-Medika Mundakir (2006). Komunikasi Keperawatan
Aplikasi Dalam
Potter and Perry.2005.Fundamental Keperawatan Volume 1.Jakarta:EGC.
Suryani.(2005). Komunikasi Terapeutik; Teori dan Praktik. Jakarta: EGC
Stuart, Gail Wiscarz., Sundeen, Sandra.J. 1998. Pocket Guide to Psychiatric Nursing. Edisi 3
EGC. Jakarta
Wahyuni Arti. 2004. Hubungan Antara Karakteristik Perawat Dengan Motivasi Perawat
Dalam Menerapkan Komunikasi Terapeutik. Semarang.
Widjaja.2000.Ilmu Komunikasi.Jakarta: Rineka Cipta.

Buku Panduan Praktik Laboratorium KMB II 67

Anda mungkin juga menyukai