Anda di halaman 1dari 2

Latar belakang masalah

Sudah cukup lama kontribusi karet alam dalam perekonomian indonesia menunjukkan
kontribusi yang signifikan. Realitas ini, sayangnya tidak diimbangi dengan penerapan
teknologi dalam pengelolaan kebun, khususnya pada perkebunan karet rakyat. luas
perkebunan karet nasional yang didominasi (85%) oleh perkebunan karet rakyat, produksi
karet alam indonesia tidak menunjukkan kenaikan yang signifikan dalam kurun waktu yang
lama.teknologi dalam pengelolaan kebun terutama hanya diterapkan oleh perkebunan karet
skla perusahaan. Padahal, sejumlah hasil penelitian sudah memformulasikan paket teknologi
yang tidak hanya mampu menaikkan produktivitas hingga 30-40% dari pengelolaan
konservatif, tetapi juga mampu mengefisienkan biaya pengelolaan kebun hingga 20-30%
sejumlah fakta sudah membuktikan. Misalnya, produktivitas perkenunan karet yang dikelola
dalam skala perusahaan sudah mencapai produksi 1.600-1.800 kg kering/ha/tahun,sedangkan
perkebunan karet rakyat berkisar 700-1.000 kg kering/ha/tahun. jelasnya, kesenjangan
penerapan teknologi itulah yang menjadi kendala utama perkebunan karet nasional.

Tanaman karet telah menjadi salah satu penyokong perekonomian indonesia yang cukup
signifikan sejak beberapa dekade yang lalu, tetapi kinerja perkaretan dirasakan masih belum
optimal. Sayangnya , produktivitas karet alam indonesia masih tertinggal jauh dari beberapa
negara penghasil karet alam lainnya.padahal, indonesia adalah negara yang memilki tanaman
karet terluas sedunia pada saat ini. Salah satu alasannya adalah belum terimplementasikannya
teknologi perkaretan secara maksimal, terutama dikalangan petani karet yang menguasai
lebih dari 80% perkebunan karet alam indonesia satu contoh pencapaian teknologi telah
membuktikan produktivitas perkebunan karet yang dikelola dalam skala perusahaan sudah
mencapai produksi 1600-1800 kg Kering/ha/tahun. Bandingkan dengan rata-rata
produktivitas yang dicapai secara nasional. Jelasnya, kesenjangan penerapan teknologi itulah
yang menjadi kendala dalam hamparan dominan perkebunan karet indonesia.

Selain tanaman karet menjadi salah satu penyokong perekonomian indonesia , karet juga
menjadi salah satu mata pencaharian bagi petani-petani khusunya masyarakat provinsi jambi
yang mana mereka sangat berketergantungan terhadap harga karet. Yang mana terlihat dari
tahun-tahun belakangan periode tahun 2000 sampai 2012 harga karet masih dianggap stabil
yang harganya 100 kg bisa mencapai Rp.1000.000-Rp.1.500.000. dengan stabil nya harga
karet tersebut membuat perekonomian masyarakat di provinsi jambi menjadi lebih membaik
dan sejahtera. Tetapi terlihat dari masa kemasa berkisar dari tahun 2013-2018 mendatang
harga karet mulai terus menurun harga nya yang mana sebelumnya karet 100 kg bisa
mencapai harga Rp.1.500.000 sekrang menjadi Rp.700.000 bahkan ada yang menjadi
Rp.500.000 dengan menurunnya harga karet tersebut membuat para petani karet mulai resah
yang mana sebelum nya semua kebutuhan hidupnya baik itu sandang,pangan, maupun papan
selalu tercukupi dengan baik dari hasil penjualan karet tersebut namun dengan turunnya harga
tersebut kini membuat petani karet resah dan banyak petani yang sudah menjual perkebunan
karetnya dikarekanakan harga yang terus merosot drastis.padahal karet yang dihasilkan oleh
petani-petani karet provinsi jambi kualitas nya sangat bagus.

Selain masalah harga yang sangat menurun drastis petani karet di provinsi jambi juga
mendapat masalah cuaca alam yang mana dari tahun ke tahun kodisi alam di provinsi
memburuk terbukti pada saat kebakaran hutan yang sangat besar melanda provinsi jambi
bahkan provinsi-provinsi lain yang ada di indonesia juga hujan yang terus menerus turun di
provinsi jambi dengan adanya cuaca alam yang tidak bagus tersebut membuat petani
kesusahan untuk memotong pohon karet tersebut dan getah yang dihasilakan karet tersebut
berubah kualitasnya sehingga membuat petani menjadi malas untuk bertani karet.

Dan permasalahan lain yang dihadapi petani-petani karet provinsi jambi adalah kurang nya
teknologi yang memadai yang mana yang kita tahu pada zaman di era modern ini segala
kegitan memproduksi ataupun membuat sesuatu itu sudah menggunakan alat-alat teknologi
yang canggih tetapi kebalikannya petani-petani karet provinsi jambi sampai sekang masih
menggunakan alat-alat pemotong karet tradionasional yang mana alat tersebut sudah turun
temurun dari nenek moyang terdahulu. Alat potong tersebut berbentuk pisau yang bila
dengan menggunakan alat ini hasil pemotongan karet akan lama karena mengandalkan tenaga
petani tersebut dengan ekstra apalagi kalau pohon karet tersebut sudah lumayan tua membuat
petani semakin sulit dan lambat untuk memotong nya dikarenakan batangnya dan kuliatnya
agak terasa keras.

Maka dari itu petani karet sangat perlu diperhatikan baik itu dari segi harga karet,
teknologi,dan pengetahuan/beserta penyuluhan yang memadai tentang berkebun karet. Dan
juga petani karet membutuhkan bibit-bibit karet yang unggul agar hasil gatah yang
dikeluarkan karet tersebut berkulitas tinggi.

Anda mungkin juga menyukai