Jurnal Supriyono PDF
Jurnal Supriyono PDF
2 Oktober 2015
Universitas Negeri Padang ISSN : 2086-7042
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas air sungai dan menentukan arahan
kebijakan mitigasi pengendalian pencemaran air sungai terhadap penambangan batubara di
Sub DAS Hilir Sungai Bengkulu. Analisis kualitas air dengan menentukan setatus mutu air
dengan baku mutu air sungai sesuai Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 kemudian
menentukan indeks pencemaran air sungai dengan menggunakan metode Storet sesuai
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.115 Tahun 2003 dan menentukan arahan kebijakan
mitigasi terhadap pengendalian pencemaran air dilakukan dengan wawancara mendalam pada
steakholder dengan teknik analisis AHP (Analytical Hierarchy Proces). Hasil penelitian (1).
Analisis kualitas air sungai Sub DAS Hilir Sungai Bengkulu tercemar berat berdasarkan nilai
indeks storet sungai bagian hulu, tengah dan hilir adalah -80, -75 dan -58, (2). Arahan
kebijakan mitigasi difokuskan pada aspek ekologi yang didukung dengan pembentukan
RAPERDA DAS melalui peningkatan peran pemerintah Provinsi, Kota dan Kabupaten
Bengkulu dalam upaya pengendalian pencemaran air.
Kata Kunci: Kualitas Air, Kebijakan Mitigasi, Sub DAS Hilir Sungai Bengkulu
185
JURNAL GEOGRAFI Vol 4. No.2 Oktober 2015
Universitas Negeri Padang ISSN : 2086-7042
186
JURNAL GEOGRAFI Vol 4. No.2 Oktober 2015
Universitas Negeri Padang ISSN : 2086-7042
stasiun yang diharapkan dapat mewakili air dilakukan dengan menggunakan alat
populasi penelitian. pengambil sampel sederhana berupa
gayung plastik bertangkai panjang
sesuai SNI 6989.59-2008 tentang
metode pengambilan contoh air limbah.
187
JURNAL GEOGRAFI Vol 4. No.2 Oktober 2015
Universitas Negeri Padang ISSN : 2086-7042
Tabel 1. Baku Mutu Air dengan nilai baku mutu yang sesuai
No Parameter Satuan Baku Mutu
Fisika
dengan kelas air.
O
1. Suhu C D3*
2. Bau - - 3. Jika hasil pengukuran memenuhi
3. Warna - -
4. TSS Mg/l 50 nilai baku mutu air (hasil
5. pH - 6-9
. Kimia pengukuran < baku mutu) maka
1. DO Mg/l 6
2. BOD5 Mg/l 2
3. COD Mg/l 10
diberi skor 0.
4. Fe Mg/l 0,3
5. Mn Mg/l 0,1 4. Jika hasil pengukuran tidak
6. Cu Mg/l 0,02
Biologi memenuhi nilai baku mutu air (hasil
1. Total Jml/ 100 ml 1000
Colyfrom pengukuran > baku mutu), maka
Sumber: Peraturan Pemerintah No.82 tahun 2001
Kemudian untuk menentukan diberi skor. Sesuai dengan
mutu air adalah dengan menggunakan Tabel 3. Penentuan Sistem Nilai untuk
Menentukan Ststus Mutu Air
sistem nilai dari “US-EPA N Jumlah Nilai Parameter
o Contoh i) Fisik Kimia Biologi
(Environmental Protection Agency)“ 1 < 10 Maksimum -1 -2 -3
. Minimum -1 -2 -3
dengan mengklasifikasikan mutu air Rata-rata -3 -6 -9
2 ≥ 10 Maksimum -2 -4 -6
dalam empat kelas. . Minimum -2 -4 -6
Rata-rata -6 -12 -18
Tabel 2. Penentuan Status Mutu Air
Catatan :1) jumlah parameter yang digunakan untuk
N Kelas Skor Keterangan penentuan mutu air.
o.
1. Kelas A: baik 0 memenuhi
2.3.2. Arahan Kebijakan Mitigasi
sekali baku mutu
2. Kelas B: baik -1 s/d -10 cemar ringan
Arahan kebijakan mitigasi
3. Kelas C: sedang -11 s/d -30 cemar sedang
4. Kelas D : buruk ≥ -31 Cemar berat
dilakukan dengan wawancara
Sumber: US-EPA (Environmental Protection Agency) mendalam terhadap 4 (empat)
Penentuan status mutu air dengan steacholder dari dinas/instansi terkait
menggunakan metode storet dilakukan dengan hasil temuan penelitian.
dengan langkah-langkah sebagai Kemudian disintesakan untuk
berikut: memperoleh aspek kriteria dan
1. Lakukan pengumpulan data kualitas alternatif arahan kebijakan mitigasi.
air dan debit air secara periodik Hasil Sintesa kemudian diolah dan
sehingga membentuk data dari dicek dengan Analytical Hierarchy
waktu ke waktu (time series data). Process (AHP) dengan bantuan
2. Bandingkan data hasil pengukuran program Criterium Decision Plus
dari masing-masing parameter air V.3.0, ini sesuai dengan Hermon (2015:
188
JURNAL GEOGRAFI Vol 4. No.2 Oktober 2015
Universitas Negeri Padang ISSN : 2086-7042
189
JURNAL GEOGRAFI Vol 4. No.2 Oktober 2015
Universitas Negeri Padang ISSN : 2086-7042
Kadar TSS melebihi baku mutu signifikan pada TSS, BOD5, COD, dan
(50 mm/l) yaitu 219,20 mm/l pada saat kadar logam (Fe,Mn dan Cu) serta
musim kemarau dan 175,75 mm/l pada parameter biologi yaitu total coliform.
musim penghujan. Padatan tersuspensi Limbah PT tersebut tidak dapat
(TSS) berupa lapisan permukaan tanah langssung terurai oleh air secara
yang terbawa oleh aliran air pada saat langsung, karena ketika pembuang
hujan (Effendi, 2003). Menurut Casali et limbah dindikasikan tidak
al (2010) bahwa sedimen dalam air memperhatikan aspek-aspek kelestarian
limpasan yang berasal dari lahan hutan lingkungan. Dan diduga limbah PT
sangat dipengaruhi oleh aktivitas tersebut meluap atau melebihi daya
penambangan, dimana pada saat dukung tampungan limbah pada saat
penambangan jumlah sedimen dalam air musim penghujan. Sehingga mengalir ke
mengalami peningkatan sungai Bengkulu tanpa diperhatikan
Kegiatan aktivitas tersebut dapat kadar baku mutu air limbah yang aharus
dilihat gambar sebagai berikut: dibuang ke sungai.
c. Segmen Sungai Bagian Hilir
Pencemaran air sungai di Bagian
Hilir diidikasikan oleh aktivitas industri
masyarakat yang melakukan penambangan
batubara di sepanjang sungai. Menurut
BLH Provinsi Bengkulu (2008) jumlah
Gambar 3. Penambangan di Daerah Hulu DAS penmabang kurang lebih 500 orang
Sungai Bengkulu Sumber : Dokumentasi Pada
Koordinat S 03046’58,8” E 102031’45”, 2015 penambang. Kegiatan penambangan
b. Segmen Sungai Bagian Tengah tersebut mengakibatkan sedimentasi tanah
Pencemaran air sungai di Bagian yang tererosi dari hulu tersingkap dan
Tengah diidikasikan oleh aktivitas menyebabkan air menjadi tercemar.
industri yang berada di sepanjang Indikator pencemaran tersebut di
Sungai Sub DAS hilir Sungai Bengkulu sebabkan oleh tingginya nilai yang
yaitu pabrik PT BAM, PT BBP, PT AST signifikan pada TSS, BOD5, COD, dan
dan PT KRU. Aktivitas PT tersebut kadar logam (Fe dan Cu) serta parameter
190
JURNAL GEOGRAFI Vol 4. No.2 Oktober 2015
Universitas Negeri Padang ISSN : 2086-7042
batubara di sepanjang sungai Sub DAS biologi air sungai tersebut melebih nilai
Bengkulu Hilir. ambang baku mutu air sungai.
Pencemaran sungai di bagian
hulu dengan nilai indeks storet -80 yang
angka yang cukup tinggi dengan rata-
rata indeks pencemaran air sungai
apabila tercemar berat menurut
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
191
JURNAL GEOGRAFI Vol 4. No.2 Oktober 2015
Universitas Negeri Padang ISSN : 2086-7042
192
JURNAL GEOGRAFI Vol 4. No.2 Oktober 2015
Universitas Negeri Padang ISSN : 2086-7042
193
JURNAL GEOGRAFI Vol 4. No.2 Oktober 2015
Universitas Negeri Padang ISSN : 2086-7042
194
JURNAL GEOGRAFI Vol 4. No.2 Oktober 2015
Universitas Negeri Padang ISSN : 2086-7042
8. Daftar Pustaka
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Asdak, Chay. 2007. Hidrologi dan No. 82 Tahun 2001. Pengelolaan
Pengelolaan Daerah Aliran Kualitas Air dan Pengendalian
Sungai. Yogyakarta: Gadjah Pencemaran Air. Pasal 14, ayat
Mada University Press. 1.
[BLH] Badan Lingkungan Hidup Propinsi Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2005.
Bengkulu. 2008. Laporan Akhir Penetapan Baku Mutu Air dan
Pemantauan Kualitas Sungai Kelas Air Sungai Lintas
Musi dan Sungai Bengkulu. Kabupaten/Kota dalam Propinsi
Bengkulu
BLH: Bengkulu.
[BLH] Badan Lingkungan Hidup Propinsi Purnama, S., Aji, Setyo D., Widiyanto, K.,
Bengkulu. 2014. Laporan Akhir Sepriyadi,
Pemantauan Kualitas Sungai R.2013.”Pengendalian Aspek
Musi dan Sungai Bengkulu. Kebencanaan Daerah Aliran
Sungai”. Jurnal. Jurusan sains
Casali, J. R. Gimenez, J. Diez, J. Álvarez- Geografis dan Pengembangan
Mozos, J. D.V. de Lersundi, M. Wilayah: UGM.
Goni, M.A. Campo, Y. Chahor,
R. Gastesi, J. Lopez. 2010. SNI 6989. 59 : 2008 Metoda Pengambilan
“Sediment Production And Water Contoh Air Limbah.
Quality Of Watersheds With
Contrasting Land Use in Navarre
(Spain)”. Jurnal Agricultural
Water Management 97 PP. 1683–
1694
195
JURNAL GEOGRAFI Vol 4. No.2 Oktober 2015
Universitas Negeri Padang ISSN : 2086-7042
196
JURNAL GEOGRAFI Vol 4. No.2 Oktober 2015
Universitas Negeri Padang ISSN : 2086-7042
197