Anda di halaman 1dari 1

Makassar merupakan salah satu Kotamadya yang akan melangsungkan pemilihan Walikota

2018 di Provinsi Sulawesi Selatan. Meskipun tahapan penyelenggaraan Pemilihan Umum


Kepala Daerah 2018 baru akan dimulai pada akhir Juli mendatang, beberapa nama penting
telah muncul untuk memperebutkan jabatan politis pertama di Makassar. Di antaranya, Syamsu
Rizal (Deng Ical), Andi Rachmatika Dewi (Cicu), Farouk Betta (Aru), Adi Rasydi Ali (ARA), Irman
Yasin Limpo, dan tak seksinya nama Incumbent, Moh Ramdhan “Danny” Pomanto (DP).

Dari beberapa calon di atas, hanya Danny Pomanto (DP) yang sudah menegaskan untuk
bertarung di Pemilihan Walikota nanti. Penegasan ini membentuk opini pada publik tentang
Danny Pomanto (DP) merupakan calon kuat pada Pemilihan Walikota (Pilwalkot) 2018. Cukup
mudahlah, Jika kita ingin membenah wacana ini.

Opini di atas terbentuk karena tidak adanya pergerakan yang dilakukan oleh calon-calon
lainnya untuk membentuk opini tandingan. Jika tak ada opini tandingan, secara langsung, calon
yang lihai dan ulet meramu opini tak akan tertandingi, meskipun pada kenyataannya calon
tersebut tidaklah sekuat yang diwacanakan.

Selanjutnya, tidak adanya gerakan yang dilakukan oleh kompetitor Danny Pomanto (DP) pada
tataran akar rumput untuk membantah wacana yang terbentuk sekarang. Dapat kita perhatikan,
para kompetitor DP lebih sibuk pada tataran elit untuk memperebutkan kendaraan guna melaju
di Pilwalkot 2018. Satu hal yang menjadi kekeliruan yaitu di masa-masa seperti ini, pertarungan
wacana sangatlah dibutuhkan, karena hal ini menjadi salah satu pertimbangan partai politik
untuk mengusung bakal calon.

Jika wacana yang berkembang sekarang tidak berubah, maka hasil survei yang akan muncul,
Danny Pomanto akan jauh meninggalkan nama-nama lainnya. Secara pragmatis, partai politik
akan lebih memilih nama teratas dati hasil survei. Maka dibutuhkan pertarungan wacana pada
tataran elit dan akar rumput yang berimbang, jika ingin mengubah opini yang ada sekarang.

Anda mungkin juga menyukai