Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

Low back pain atau nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri di daerah
lumbosakral dan sakroiliakal.1Nyeri yang dirasakan ini dapat berhubungan dengan
spinal lumbalis, diskus intravertebralis, ligamen yang mengelilingi spinalis dan
diskus, medula spinalis dan saraf, otot dari punggung bawah, organ dalam dari pelvik
dan abdomen, atau kulit yang menutupi area lumbalis.
Hampir setiap orang pernah mengalami episode nyeri punggung bawah di
sepanjang hidupnya.Prevalensi pasien dengan nyeri punggung bawah tiap tahunnya
adalah sekitar 15%-20% sedangkan insidensi berdasarkan kunjungan pasien baru
mencapai 14,3%. Inggris memiliki prevalensi pasien dengan jumlah 16.500.000 per
tahunnya. Sampai saat ini data epidemiologik di Indonesia belum ada. Tetapi dapat
diperkirakan bahwa 40% penduduk Jawa Tengah antara usia 65 tahun pernah
menderita nyeri punggung dengan prevalensi nyeri punggung belakang pada laki-laki
sebanyak 18,2% dan pada wanita sebesar 13,6%.
Nyeri dapat bervariasi dari berat dan berlangsung lama sampai sedang dan
sebentar. Ini akan membaik dalam beberapa minggu bagi kebanyakan orang.Banyak
faktor yang berhubungan dengan terjadinya nyeri pada punggung bawah yaitu berat
badan, tinggi badan, usia gender, pekerjaan, kebiasaan merokok dan genetik.
Anamnesa dan pemeriksaan fisik memegang peranan penting untuk bisa
mengetahui penyebab dari terjadinya nyeri punggung bawah ini seperti, riwayat
trauma, demam, riwayat kanker, penggunaan steroid yang lama, dan lain-lain.
Terdapat hasil penelitian yang menyebutkan bahwa hampir 48% klien dengan
LBP tidak diketemukan penyebabnya yang jelas (Croft, 1999).Croft juga
menyebutkan bahwa 90 % klien dengan LBP menghentikan pengobatannya setelah 3
bulan pengobatan walaupun nyerinya masih terasa.Pilihan terapi digolongkan sebagai
“konservatif”, tindakan pembedahan untuk nyeri punggung bawah baru
dipertimbangkan apabila terapi konservatif gagal dan nyeri punggung bawah (low
back pain) yang menetap untuk waktu yang lama.
BAB II
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 36 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat :RT 58 kel Kenali Besar, Kota Baru, Jambi
Pekerjaan : Pedagang
MRS : 13 Januari 2017

DAFTAR MASALAH
No. Masalah Aktif Tanggal Masalah Pasif Tanggal
1. Ischialgia sinistra 13 Januari 2017
2. Hipoestesi L5-S1
3. 1,2  susp HNP

II. DATA SUBYEKTIF (Anamnesis tanggal 15Juli 2016)


1. Keluhan utama : Nyeri pada pinggang kiri sejak ± 2 hari SMRS
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Lokasi : Pinggang
Onset : Perlahan-lahan
Kualitas : Badan sulit digerakkan
Kuantitas : Menganggu aktivitas
Kronologis :
Seorang perempuan, berusia 36 tahun, pergi ke Poli RSUD Abdul Manap
dengan keluhan:
Sejak ± 2 hari SMRS, pasien mengeluh nyeri pada pinggang kiri.
Nyeri dirasakan secara tiba-tiba sepertidi tusuk-tusuk, nyeri di rasakan terus menerus
sepanjang hari dan pasien sampai tidak bisa tidur. Nyeri juga dirasakan menjalar ke
paha kiri bagian belakang, tungkai bawah hingga jari-jari kaki kiri. Nyeri
disertai rasa kesemutan yang menjalar sampai ke telapak kaki pasien juga
merasakan kebas pada telapak kaki. Nyeri semakin hebat saat pasien berjalan
dan membungkuk. Nyeri juga dirasakan semakin berat saat pasien melakukan
perubahan posisi (duduk ke berdiri ataupun tidur ke duduk), Nyeri berkurang
saat pasien beristirahat dan berbaring.
Riwayat jatuh sebelumnya tidak ada. Pasien tidak mengalami keluhan
buang air kecil dan buang air besar hanya saja saat mengedan pasien
merasakan sakit pada punggungnya bertambah. Riwayat demam (-), batuk
lama (-), penurunan berat badan (-), sering mengangkat beban berat (+),
riwayat trauma (-).
Gejala penyerta : Kesemutan dan kebas pada telapak kaki
Faktor yang memperberat : Saat berjalan, membungkuk, melakukan
perubahan posisi, mengejan, saat melakukan
pekerjaan sehari-hari.
Faktor yang memperingan : Saat pasien beristirahat dan berbaring

3. Riwayat penyakit dahulu :


 Riwayat keluhan yang sama (-)
 Riwayat penyakit hipertensi (-)
 Riwayat penyakit diabetes melitus (-)
 Riwayat penyakit jantung disangkal
 Riwayat merokok disangkal

4. Riwayat penyakit keluarga :


Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita keluhan yang sama
sebelumnya.
Riwayat penyakit hipertensi (-)
Riwayat penyakit diabetes melitus disangkal
Riwayat penyakit jantung disangkal
Riwayat stroke disangkal

5. Riwayat sosial ekonomi :


Pasien bekerja sebagai karyawan di warung, sosial ekonomi cukup.

III. OBYEKTIF
1. Status Presens (16 Januari 2017)
Kesadaran : Composmentis, GCS: 15 E:4 M:6 V: 5
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 82x/i
Suhu : 36,2oC
Respirasi : 20x/i
Berat Badan : 69 kg
Tinggi Badan : 160 cm
IMT : 26,9 (Obesitas I)
2. Status Internus
Kepala :
Mata : Edema palpebra (-/-), conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik
(-/-), pupil bulat, isokor,  ± 3 mm/± 3 mm, refleks cahaya
(+)/(+)
THT : Dalam batas normal
Mulut : Bibir sianosis (-), mukosa kering (-), lidah hiperemis (-)
Leher : JVP 5-2 cm H2O, pembesaran KGB (-)
Dada : Simetris, retraksi intercostal (-), spider nevi (-), benjolan (-)
Jantung : Ictus cordis tidak terlihat, tidak kuat angkat, batas jantung
dalam batas normal, BJ I dan BJ II regular, gallop (-), mur-mur
(-)
Paru : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Perut : Soepel, nyeri tekan (-), undulasi (-), shifting dullness (-),
bising usus (+) N, hepar dan lien tidak teraba
Alat kelamin : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)/(-), sianosis (-)/(-).

Status Psikitus
Cara berpikir : Baik
Perasaan hati : Biasa
Tingkah laku : Normoaktif
Ingatan : Baik
Kecerdasan : Baik

3. Status neurologikus
a. Kepala
Bentuk : Normochepal
Nyeri tekan : (-)
Simetri : (+)
Pulsasi : (+)
b. Leher
Sikap : Baik
Pergerakan : Baik, TAK
Kaku kuduk : (-)

c. Nervus kranialis
Nervus Kranialis Kanan Kiri
N I (Olfaktorius)
Subjektif Baik Baik
Objektif (dengan bahan) Baik Baik
N II (Optikus)
Tajam penglihatan Baik Baik
Lapangan pandang Baik Baik
Melihat warna Baik Baik
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N III (Okulomotorius)
Sela mata Simetris Simetris
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Pergerakan bola mata Normal Normal
Nistagmus Tidak ada Tidak ada
Ekso/endotalmus Tidak ada Tidak ada
Pupil
bentuk Bulat, isokor, 3 mm Bulat, isokor, 3 mm
reflex cahaya + +
reflex konvergensi + +
N IV (Trochlearis)
Pergerakan bola mata ke Normal Normal
bawah-dalam
Diplopia Tidak ada Tidak ada
N V (Trigeminus)
Motorik
Otot Masseter Normal Normal
Otot Temporal Normal Normal
Otot Pterygoideus Normal Normal
Sensorik
Oftalmikus Normal Normal
Maksila Normal Normal
Mandibula Normal Normal
N VI (Abdusen)
Pergerakan bola mata Normal Normal
(lateral)
Diplopia Tidak ada Tidak ada
N VII (Fasialis)
Mengerutkan dahi Simetris Simetris
Menutup mata Normal Normal
Memperlihatkan gigi Normal Normal
Bersiul Normal Normal
Sensasi lidah 2/3 depan Normal Normal
N VIII (Vestibularis)
Suara berbisik Normal Normal
Detik arloji Normal Normal
Rinne test Normal Normal
Weber test Normal Normal
Swabach test Normal Normal
Nistagmus Tidak ada Tidak ada
N IX (Glossofaringeus)
Sensasi lidah 1/3 blkg Normal Normal
Refleks muntah + +
N X (Vagus)
Arkus faring Simetris
Berbicara Baik
Menelan Baik
Refleks muntah Baik
Nadi Normal
N XI (Assesorius)
Menoleh ke kanan + +
Menoleh ke kiri + +
Mengangkat bahu kanan + +
Mengangkat bahu kiri + +
N XII (Hipoglosus)
Kedudukan lidah Normal
dijulurkan
Atropi papil -
Disartria -

d. Anggota gerak atas


Motorik Kanan Kiri
Pergerakan Tidak ada hambatan Tidak ada
hambatan
Kekuatan 5 5
Tonus Eutoni Eutoni
Trofi Eutrofi Eutrofi
R. Fisiologis Normal Normal
R. Patologis (-) (-)
Sensibilitas : Normal Normal

e. Anggota gerak bawah


Motorik Kanan Kiri
Pergerakan Tidak ada hambatan Terbatas
Kekuatan 5 5
Tonus Eutoni Eutoni
Klonus (-) (-)
Trofi Eutropi Eutropi
R. Fisiologis Normal Normal
R. Patologis (-) (-)
Sensibilitas Normal Hipoestesia
dermatom L4-S1

Tes Provokasi :
Tes Naffziger (-) (-)
Tes Valsava (-) (-)
Tes Lasseque sign (-) (+)<700
Kernig Test (-) (+) < 1350
Tes Patrick (-) (+)
Tes Kontra Patrick (-) (+)

f. Status lokalis punggung


 Look (inspeksi)
o Tidak tampak deformitas
 Feel (palpasi)
o Nyeri tekan pada area punggung sekitar lumbal 5 dan paravertebrae
kiri-kanan
Nyeri tekan pada bokong kiri
 Move (gerak)
o Pasien terbatas menggerakkan tungkai kiri, pasien dapat menggeser
tungkai kiri ke kanan dan kiri namun merasa sakit jika digerakkan
keatas ketika berbaring, pada tungkai kanan pergerakan tidak ada
hambatan.

g. Gerakan Abnormal
Tremor : (-)
Atetosis : (-)
Miokloni : (-)
Khorea : (-)
Rigiditas : (-)
h. Alat Vegetatif
Miksi : Normal
Defekasi : Normal

i. Koordinasi, gait dan keseimbangan


Cara berjalan : Normal
Romberg Test : Tidak dapat dinilai
Disdiadokokinesis : Tidak dapat dinilai
Rebound Phomenon : Tidak ada kelainan
Dismetri : Tidak dapat dinilai
Ataxia : Tidak dapat dinilai

IV. RINGKASAN
S: Seorang perempuan, berusia 36 tahun datang ke poli RSUD Abdul
Manap dengan keluhan:
Sejak ± 2 hari SMRS, pasien mengeluh nyeri pada pinggang. Nyeri
dirasakan secara tiba-tiba sepertidi tusuk-tusuk, nyeri di rasakan terus menerus dan
pasien sampai tidak bisa tidur. Nyeri semakin hebat saat pasien berjalan,
membungkuk, dan mengedan. Nyeri berkurang saat beristirahat dan
berbaring. Nyeri juga disertai rasa kesemutan dan kebas yang menjalar ke
telapak kaki, riwayat jatuh sebelumnya tidak ada.
O: Composmentis, GCS: 15 E:4 M:6 V: 5
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 82x/i
Suhu : 36,2oC
Respirasi : 20x/i
Sensibilitas : Menurun pada ekstremitas inferior dekstra L4-S1
Tes Lasseque : (+) <700pada ekstremitas inferior sinistra
Tes Kernig : (+) <1350 pada ekstremitas inferior sinistra

A: Diagnosa Klinis : Ischialgia sinistra + Hipoestesia dermatome L5-S1


Diagnosa Topis : Radiks Nervus Spinalis Lumbosakral
Diagnosa Etiologi : Susp. Hernia Nukleus Pulposus

Tx: Non-medikamentosa:
 Tidur pada kasur yang datar dan tidak terlalu empuk
 Beristirahat yang cukup
 Jangan terlalu lelah
 Jangan mengangkat beban yang berat

Medikamentosa:
 Meloxicam 15 mg 1x1 tablet (setelah makan)
 Lansoprazole 30 mg 1x1 kapsul (sebelum makan)
 Amitriptilin 5 mg 1x1 tablet (malam hari)

Rencana pemeriksaan penunjang :


- Foto Rontgen Lumbosakral AP/Lateral

Mx: Pantau tanda-tanda vital dan skala nyeri

Ex: Beri penjelasan kepada pasien mengenai penyakitnya, mengatur pola


makan yang sehat, penanganan stress dan istirahat yang cukup.

V. PROGNOSIS
- Quo ad vitam : dubia ad bonam
- Quo ad fungsionam : dubia ad malam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi Punggung

Garis besar struktur punggung bawah terdiri dari (1) kolumna vertebralis
dengan jaringan ikatnya, termasuk discus intervertebralis dan nukleus pulposus,
(2) jaringan saraf yang meliputi konus medularis, filum terminalis, durameter dan
araknoid, radiks dengan saraf spinalnya, (3) pembuluh darah dan (4) muskulus
atau otot skelet.1
a. Kolumna Vertebralis
Kolumna vertebralis terdiri atas 33 vertebra, yaitu 7 vertebra
servikalis, 12 vertebra torakalis, 5 vertebra lumbalis, 5 vertebra sakralis (yang
bersatu membentuk os sacrum), 4 vertebra koksigis.2
Struktur kolumna ini fleksibel, karena kolumna ini bersegmen-segmen
dan tersusun atas vertebra, sendi-sendi, dan bantalan fibrokartilago yang
disebut diskus intervetebralis.2
Pada bagian servikal dan lumbal tulang belakang menunjukkan posisi
lordosis (melengkung ke dalam) dan pada bagian torakal dan sakral tulang
belakang menunjukkan posisi kifosis (melengkung ke luar) (Gambar 2.1).2

Gambar 3.1 Kolumna Vertebralis


- Diskus Intervertebralis
Diskus intervetebrlis menyusun seperempat dari panjang kolumna
vertebralis.Diskus ini paling tebal di daerah servikal dan lumbal, tempat banyak
terjadi gerakan kolumna vertebralis.Tetapi diskus intervetebralis tidak ditemukan
di antara vertebra C1 dan 2, di dalam os sacrum dan tulang koksigis.Struktur ini
dapat dianggap sebagai diskus semielastis, yang terletak di antara korpus vertebra
yang berdekatan dan bersifat kaku. Ciri fisiknya memungkinkannya berfungsi
sebagai peredam benturan bila beban pada kolumna vertebralis mendadak
bertambah, seperti bila seseorang melompat dari tempat yang tinggi.2
Setiap diskus terdiri atas bagian pinggir yaitu annulus fibrosus dan bagian
tengah yaitu nukleus pulposus.Annulus fibrosus terdiri atas jaringan
fibrokartilago, di dalamnya serabut-serabut kolagen tersusun dalam lamel-lamel
yang konsentris.2
Nukleus pulposus pada anak-anak dan remaja merupakan masa lonjong
dari zat gelatin yang banyak mengandung air, sedikit serabut kolagen, dan sedikit
sel-sel tulang rawan.Permukaan atas dan bawah korpus vertebra yang berdekatan
yang menempel pada diskus diliputi oleh kartilago hialin yang tipis.2
Sifat nukleus pulposus yang setengah cair memungkinkannya berubah
bentuk dan vertebra dapat menjungkit ke depan atau ke belakang, seperti pada
gerakan fleksi dan ekstensi kolumna vertebralis.2Struktur nukleus pulposus yang
elastis memungkinkan diskus untuk menahan kompresi dan torsi. Seiring
bertambahnya usia, diskus akan menjadi lebih kaku dan lebih sulit untuk
menahan kompresi.3
Peningkatan beban kompresi yang mendadak pada kolumna vertebralis
menyebabkan nukleus pulposus yang semicair ini menjadi gepeng. Dorongan
keluar dari nukleus ini dapat ditahan oleh daya pegas annulus fibrosus
disekelilingnya.2,3
b. Persarafan Punggung
Kulit dan otot-otot pinggang dipersarafi secara segmental oleh rami
posterior 31 pasang saraf spinalis.Rami posterior C1, C6, C7 dan C8 serta L4
dan L5 mempersarafi otot punggung profunda, tetapi tidak mempersarafi
kulitnya. Ramus posterior C2 (n. occipitalis major) berjalan ke atas melalui
tengkuk dan mempersarafi kulit kepala, rami posterior berjalan ke bawah
dan lateral serta mempersarafi sebagian kulit, sedikit dibawah tempat
keluarnya foramen intervertabralis. Setiap ramus posterior terbagi menjadi
dua, yaitu cabang medial dan lateral.2

Gambar 3.2 Dermatom


c. Pembuluh Darah
- Arteri
Di daerah servikal, cabang-cabang yang berasal dari a.occipitalis,
sebuah cabang a.carotis externa dari a.vertebralis, sebuah cabang
a.subclaviadari a.cervicalis profunda, sebuah cabang dan truncus
costoservikalis, cabang dari a.subclavia, dan dari a.cervicalis ascenden,
sebuah cabang dari a.thyroidea inferior.2
Di daerah torakal, cabang-cabang berasal dari aa. Intercostales
posteriors, dan di daerah lumbal cabang-cabang dari a.subcostalis dan
lumbalis. Di daerah sakrum, cabang-cabang berasal dari a.iliolumbalis dan
a.sacralis lateralis, cabang-cabang dari a.iliaca interna.2
- Vena
Vena-vena yang mengalirkan darah dari struktur-struktur di punggung
membentuk pleksus rumit yang terbentang sepanjang kolumna vertebralis
darikranium sampai ke koksigis.Vena-vena ini dapat dibagi menjadi (a) yang
terletak diluar kolumna vertebralis dan mengelilinginya membentuk pleksus
venosus vertebralis eksternus dan (b) yang terletak di dalam kanalis
vertebralis dan membentuk pleksus venosus vertebralis internus.Pleksus-
pleksus ini berhubungan secara bebas dengan vena-vena di leher, toraks,
abdomen dan pelvis. Di atas, pleksus ini berhubungan dengan sinus venosus
oksipitalis dan basilaris di dalam kavum kranial melalui foramen magnum.2
Pleksus venosus vertebralis internus terletak di dalam kanalis
vertebralis tetapi di luar durameter medulla spinalis.Pleksus ini tertanam di
dalam jaringan areolar dan menampung cabang-cabang dari vertebra dengan
perantaraan vv.basivertebralis dan dari meningen serta medulla
spinalis.Pleksus internus bermuara ke dalam v.intervertebralis, yang berjalan
ke luar bersama dengan saraf spinal melalui foramen intervertebralis.Lalu,
vena iniakanbergabung dengan cabang-cabang dari pleksus venosus
vertebralis eksternus dan selanjutnya bermuara berturut-turut ke dalam
v.vertebralis, v.intercostalis, v.lumbalis, dan v.sacralis lateralis.2
d. Otot Skelet
a. Otot-otot superfisial
Otot-otot ini merupakan bagian ekstremitas superior yaitu, m.
trapezius, m. lattisimus dorsi, m. levator scapulae, dan m. rhomboideus
major dan minor (Gambar 2.3).2

Gambar 2.3 Otot-Otot Punggung


Sumber :www.lookfordiagnosis.com
b. Otot-otot intermedia
Otot-otot ini berhubungan dengan respirasi dan terdiri atas
m.serratus posterior superior, m.serratus posterior inferiordan
m.levatores costarum.2
c. Otot-otot profunda punggung (otot-otot postvertebralis)
Pada posisi berdiri, garis gaya berat berjalan melalui dens axis, di
belakang pusat sendi koksa, dan di depan sendi lutut dan pergelangan
kaki. Akibatnya bila tubuh dalam posisi ini, sebagian besar berat badan
jatuh di depankolumna vertebralis. Oleh karena itu, otot postvertebralis
pada manusia berkembang dengan lebih baik. Tonus posturnal otot-otot
postvertebralisini merupakan faktor utama dalam mempertahankan
kelengkungan normal kolumna vertebralis.2
Otot-otot punggung profunda membentuk kolum jaringan otot yang
lebar dan tebal, yang menempati lekukan di kanan kiri prosesus spinosus.
Otot-otot ini terbentang dari sakrum sampai kranium.2
Prosesus spinosus dan prosesus trnsversus vertebra berfungsi
sebagai pengungkit yang mempermudah kerja otot.Otot-otot terpanjang
terletak superfisial dan berjalan vertical dari sakrum ke angulus kosta,
prosesus transversus, dan prosesus spinosus vertebra bagian atas.Otot-otot
dengan panjang sedang (intermedia) berjalan miring dari prosesus
spinosus ke prosesus transversus. Otot-otot paling pendek dan paling
dalam berjalan di antara prosesus spinosus dan diantara prosesus
transversus vertebra yang berdekatan.2
3.2 Low Back Pain (LBP)
a. Definisi
Nyeri Punggung Bawah (LBP) adalah perasaan nyeri di daerah
lumbosakral dan sakroiliakal.1Sensasi nyeri pada area lumbosakral meliputi
vertebra lumbalis pertama hingga vertebra sakralis pertama.Ini merupakan
area spinalis dimana kurva lordotic terbentuk.Sisi yang paling sering terkena
adalah pada segmen lumbalis keempat dan kelima.4 Nyeri daapat bersifat
lokal maupun radikuler.Sebagian besar nyeri punggung bersifat sederhana,
yaitu berkaitan dengan kerja tulang, ligamen dan otot punggung.Gejala nyeri
punggung dapat bervariasi pada tiap orang, meliputi sakit dan kaku otot,
kebas (mati rasa), rasa berat, pegal, serta kesemutan. Nyeri punggung dapat
menjalar ke bagian tubuh lain, seperti bokong, tungkai dan kaki.5,6
Menurut International Association for the Study of Pain (IASP),
yang termasuk dalam low back pain terdiri dari :7
 Lumbal Spinal Pain
Nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh garis transversal imajiner
yang melalui ujung prosesus spinosus dari vertebrae thorakal terakhir,
inferior oleh garis transversal imaajiner yang melalui ujung prosesus
spinosus dari vertebra sakralis pertama dan lateral oleh garis vertical
tanggensial terhadap batas lateral spina lumbalis
 Sacral Spinal Pain
Nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh garis transversal imajiner
yang melalui ujung prosesus spinosus vertebra sakralis perta,a, inferior
oleh gris transversal imajiner yang melaluui sandidakrokosigeal
posterior dan lateral oleh garis imaajiner melalui spina iliaka superior
posterior dan inferior
 Lumbosacral Pain
Nyeri daerah 1/3 bawah daerah lumbar spinal pain dan 1/3 atas daerah
sacral spinal pain.

IASP membagi low back pain berdasarkan onset terjadinya, akut jika
dirasakan kurang dari 3 bulan , subakut jika dirasakan minimal 5-7 minggu
namun tidak lebih dari 12 minggu, dan kronik jika dirasakan lebih dari 3
bulan7

b. Etiologi
- Kongenital
a. Spina bifida
Defek pada arcus spinosus lumbal/sacral akibat gangguan
proses pembentukan sehingga tidak terdapat ligament interspinosus
yang menguatkan daerah tersebut. Hal ini menyebabkan mudah
timbulnya lumbosacral strain yang bermanifestasi sakit pinggang.8
b. Spondilolisis
Bagian posterior ruas tulang belakang terputus sehingga tidak
terdapat diskontinuitas antara prosesus artikularis superior dan
inferior. Kelainan ini terjadi karena arcus neuralis putus tidak lama
setelah neonatus dilahirkan.8
c. Spondilolistesis
Suatu keadaan dimana terjadi pergeseran lumbar ke arah
anterior ruas vertebrae. Biasanya antara lumbar L4 dan L5.8
- Trauma
a. Trauma besar
Trauma besar merupakan tercabutnya insersi otot erector
trunci, dimana pada keadaan ini penderita dapat menunjuk daerah
yang nyeri tekan pada daerah tersebut (udem atau hematom).Ruptur
ligament interspinosum, secara mutlak atau parsial mengakibatkan
nyeri tajam pada tempat ruptur yang makin berat jika pasien
membungkuk. Fraktur korpus vertebrae lumbal, penderita merasakan
nyeri setempat yang kemudian dapat disertai radiasi ke tungkai
(referred pain).8
b. Trauma kecil
Trauma kecil terdiri dari sacroiliaca strain dan lumbosacral
strain. Hal ini disebabkan daerah tersebut merupakan penunjang
utama dari tubuh dan aktivitas fisik.Kelainan terjadi karena daerah
tersebut bekerja terus menerus.Keluhan utamanya berupa pegal,
ngilu, panas pada bagian bawah punggung. Tidak didapatkan nyeri
tekan dan mobilitas tulang masih baik.8
- Inflamasi
a. Rheumatoid arthritis
Rheumatoid arthritis merupakan penyakit autoimun yang
menyerang persendian tulang.Sendi yang terjangkit mengalami
peradangan sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan kemudian
sendi mengalami kerusakan. Akibat peradangan pada sinovium
(sinovitis) yang menahun, maka akan terjadi kerusakan pada tulang
rawan, sendi, tulang, tendon, dan ligament di sendi.8
b. Spondilitis angkilopoetika
Kelainan pada artikulasio sakroiliaka yang merupakan bagian
dari poliarthritis rheumatoid. Rasa nyeri timbul akibat terbatasnya
gerakan pada kolumna vertebralis, artikulasio sakroiliaka, artikulasio
costovertebralis dan penyempitan foramen intervertebralis.8
- Tumor
a. Tumor benigna
Osteoma osteoid yang bersarang di pedikel atau lamina
vertebra dapat mengakibatkan nyeri hebat yang dirasakan terutama
pada malam hari.Hemangioma merupakan tumor yang berada di
dalam kanalis vertebralis dan dapat membangkitkan nyeri punggung
bawah.Meningioma merupakan suatu tumor intradural namun
ekstramedular.Tumor ini dapat menjadi besar sehingga menekan
pada radiks-radiks. Maka dari itu tumor ini seringkali
membangkitkan nyeri hebat pada daerah lumbosakral.8
b. Tumor maligna
Tumor ganas di vertebra lumbosakralis dapat bersifat primer
dan sekunder.Tumor primer yang sering dijumpai adalah mieloma
multiple. Tumor sekunder yaitu tumor metastatik mudah bersarang di
tulang belakang, oleh karena tulang belakang kaya akan pembuluh
darah. Tumor primernya bisa berada di glandula mamae, prostat,
ginjal, paru dan glandula tiroid.8
- Gangguan metabolik
Osteoporosis akibat gangguan metabolik yang merupakan
penyebab banyak keluhan nyeri pada pinggang dapat disebabkan oleh
kekurangan protein atau gangguan hormonal (menopause, penyakit
cushing). Sering oleh karena trauma ringan timbul fraktur karena kolaps
korpus vertebra. Penderita menjadi bongkok dan pendek dengan nyeri
difus di daerah pinggang.8
- Sebagai referred pain
Nyeri punggung bawah dirasakan oleh seseorang penderita ulkus
peptikum, pankreatitis, tumor lambung, penyakit ginjal dan seterusnya.8
- Psikoneurotik
Nyeri punggung bawah yang tidak mempunyai dasar organik dan
tidak sesuai dengan kerusakan jaringan atau batas-batas anatomis.8
- Infeksi
Nyeri punggung bawah yang disebabkan infeksi akut misalnya
kuman pyogenik (stafilokokus, streptokokus). Sedangkan nyeri punggung
bawah yang disebabkan infeksi kronik misalnya spondilitis TB,
osteomyelitis kronik.8
- Proses degeneratif
a. Spondilosis
Pada spondilosis terjadi rarefikasi korteks tulang belakang,
penyempitan discus dan osteofit-osteofit yang dapat menimbulkan
penyempitan dari foramina intervertebralis.8
b. Hernia nukleus pulposus (HNP)
Perubahan degeneratif mengenai annulus fibrosus discus
intervertebralis yang bila suatu saat terobek dapat disusul dengan
protusio discus intervertebralis yang akhirnya menimbulkan hernia
nukleus pulposus (HNP). HNP paling sering mengenai discus
intervertebralis L4-L5 dan L5-S1.8
c. Osteoarthritis
Pada osteoartrhritis terjadi degenerasi akibat trauma kecil yang
terjadi berulang-ulang selama bertahun-tahun. Terbatasnya
pergerakan sepanjang kolumna vertebralis akan menyebabkan tarikan
dan tekanan otot-otot/ligament pada setiap gerakan sehingga
menimbulkan nyeri punggung bawah.8
d. Stenosis spinal
Pada setiap tingkat terdapat tiga persendian, yaitu satu di depan
yang dibentuk oleh korpus vertebrae dengan discus intervertebralis
dan dua di belakang yang dibentuk oleh prosesus artikularis superior
dan inferior kedua korpus vertevra yang ada di atas dan di bawah
diskus intervertebralis tersebut. Kelainan degeneratif yang terjadi di
sekitar ketiga persendian itu berupa osteofit dan proliferasi jaringan
kapsul persendian yang kemudian mengeras (hard lesion). Bangunan
degeneratif itu menyempitkan lumen kanalis intervertebralis setempat
dan menyempitkan foramen intervertebra.8

Hernia Nukleus Osteoarthritis Spinal Stenosis


Pulposus
Umur 30 – 50 tahun >50 tahun >60 tahun
Pola nyeri
Lokasi Pinggang Pinggang Tungkai
Onset Akut Akut Buruk
Berdiri Menurun Meningkat Meningkat
Duduk Meningkat Menurun Menurun
Membungkuk Meningkat Menurun Menurun
Straight leg raising + - + dengan tekanan
X- ray - + +
CT Hernia diskus Artritis sendi Penyempitan kanal
MR scan Hernia diskus Penyempitan kanal
Tabel 3.1 Penyebab LBP
c. Patofisiologi
Tulang belakang merupakan struktur yang kompleks.Berbagai
struktur bangunan peka nyeri terdapat di punggung bawah, seperti
periosteum, 1/3 bagian luar anulus fibrosus, ligamentum, kapsula
artikularis, fasia dan otot.Semua bangunan tersebut mengandung
nosiseptor yang peka terhadap berbagai stimulus (mekanikal, termal,
kimiawi). Bila reseptor dirangsang oleh berbagai stimulus lokal, maka
akan menyebabkan pengeluaran berbagai mediator inflamasi dan
substansi lainnya. Hal inilah yang menimbulkan persepsi nyeri,
hiperalgesia maupun alodinia yang bertujuan mencegah pergerakan
untuk memungkinkan berlangsungnya penyembuhan.8
Salah satu mekanisme untuk mencegah kerusakan atau lesi
yang lebih berat adalah dengan spasme otot yang nantinya dapat
menyebabkan iskemi dan sekaligus menyebabkan munculnya titik
picu nyeri (trigger point).8
Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2
kemungkinan. Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput
pembungkus saraf yang kaya nosiseptor dari nervi nevorum yang
menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf
dan bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya karena
pergerakan.Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut
saraf.Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi
akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya.Penumpukan ini
menyebabkan timbulnya mechano-hot spot yang sangat peka terhadap
rangsang mekanikal dan termal.

d. Klasifikasi
Macnab menyusun klasifikasi LBP sebagai berikut:
(a)viserogenik, (b)vaskulogenik, (c) neurogenik, (d)psikogenik,dan
(e)spondilogenik.
a. LBP Viserogenik
LBP yang bersifat viserogenik disebabkan oleh adanya proses
patologik di ginjal atau visera di daerah pelvis, serta tumor
retroperitoneal.1
b. LBPVaskulogenik
Aneurisma atau penyakit vaskular perifer dapat menimbulkan nyeri
punggung atau nyeri menyerupai iskialgia.1Iskialgia adalah nyeri yang
terasa sepanjang N. Iskiadikus ditandai dengan adanya nyeri atau rasa
tidak enak di tungkai, baik yang terasa setempat maupun yang menjalar
sampai ke lutut atau lipatan lutut, atau yang menjalar ke selangkangan.9

c. LBP Neurogenik
Keadaan patologik pada saraf dapat menyebabkan nyeri punggung
bawah, yaitu pada:
1. Neoplasma
Neoplasma seperti neurinoma, hemangioma, ependimoma, dan
meningioma sering menyebabkan nyeri punggung bawah.1
2. Araknoiditis
Araknoiditis merupakan gangguan rasa sakit yang disebabkan
oleh peradangan pada araknoid, salah satu dari membran yang
mengelilingi dan melindungi saraf tulang belakang.1,10
3. Stenosis kanalis spinalis
Menyempitnya kanalis spinalis disebabkan oleh karena proses
degenerasi diskus intervertebralis dan biasanya disertai oleh
ligamentum flavum. Gejala klinik yang timbul ialah adanya
klaudikasio intermiten yang disertai rasa kesemutan dan pada saat
penderita istirahat maka rasa nyerinya masih tetap ada.1

d. LBP Psikogenik
Pada umumnya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan
dan depresi.1
e. LBP Spondilogenik
LBP spondilogenik ialah suatu nyeri yang disebabkan oleh berbagai
proses patologik di kolumna vertebralis yang terdiri dari unsur tulang
(osteogenik), diskus intervertebralis (diskogenik), dan miofasial
(miogenik), serta proses patologik di artikulasio sakroiliaka.1
1. LBP osteogenik disebabkan oleh:1
a. Radang atau infeksi misalnya osteomielitis vertebral dan spondilitis
tuberkulosa.
b. Trauma, yang dapat mengakibatkan fraktur maupun spondilolistesis.
c. Keganasan, dapat bersifat primer (terutama mieloma multipleks)
maupun sekunder/metastatik yang berasal dari proses keganasan di
kelenjar tiroid, paru-paru, payudara, hati, prostat dan ovarium.
d. Kongenital, misalnya skoliosis lumbal. Nyeri yang timbul disebabkan
oleh iritasi dan peradangan selaput artikulasi posterior satu sisi.
e. Metabolik, misalnya osteoporosis, osteofibrosis, alkaptonuria,
hipofosfatemia familial.
2. LBP diskogenik, disebabkan oleh:
a. Spondilosis, disebabkan oleh proses degenerasi progresif pada diskus
intervertebralis, yang mengakibatkan makin menyempitnya jarak
antar vertebra sehingga mengakibatkan terjadinya osteofit,
penyempitan kanalis spinalis dan foramen intervertebra serta iritasi
persendian posterior. Rasa nyeri pada spondilisis ini disebabkan oleh
terjadinya osteoartritis dan tertekannya radiks oleh kantong
duramater yang mengakibatkan iskemi dan radang.1
b. Hernia Nukleus Pulposus (HNP), ialah keadaan di mana nukleus
pulposus keluar menonjol untuk kemudian menekan ke arah kanalis
spinalis melalui anulus fibrosus yang robek.1,10
c. Spondilitis Ankilosa, proses ini mulai dari sendi sakroiliaka, yang
kemudian menjalar ke atas, ke daerah leher yang terus berlanjut
selama lebih dari tiga bulan. Gejala permulaan berupa rasa kaku di
punggung bawah waktu bangun tidur dan hilang setelah mengadakan
gerakan.11,12

3. LBP miogenik, disebabkan oleh ketegangan otot, spasme otot, defisiensi


otot dan hipersensitif.1
a. Ketegangan otot, disebabkan oleh sikap tegang yang konstan atau
berulang-ulang yang akhirnya akan menimbulkan perasaan nyeri.
Keadaan ini tidak akan terlepas dari kebiasaan buruk atau sikap
tubuh yang tidak atau kurang fisiologik. Pada struktur yang normal,
kontraksi otot mengurangi beban pada ligamentum dalam waktu
yang wajar. Apabila otot-otot menjadi lelah, maka ligamentum yang
kurang elastis akan menerima beban yang lebih berat. Rasa nyeri
timbul oleh karena iskemia ringan pada jaringan otot, regangan
yang berlebihan pada perlekatan miofasial terhadap tulang, serta
regangan pada kapsula.
b. Spasme otot atau kejang, disebabkan oleh gerakan yang tiba-tiba
dimana jaringan otot sebelumnya dalam kondisi yang tegang atau
kaku atau kurang pemanasan. Spasme otot ini memberikan gejala
yang khas, yaituadanya kontraksi otot yang disertai dengan nyeri
yang hebat. Setiap gerakan akan memperberat rasa nyeri sekaligus
menambah kontraksi. Akan terjadi lingkaran antara nyeri, kejang
atau spasme dan ketidakmampuan bergerak.
c. Defisiensi otot, disebabkan oleh kurang latihan sebagai akibat dari
mekanisasi yang berlebihan, tirah baring yang terlalu lama maupun
karena imobilisasi.
Otot yang hipersensitif, akan menciptakan satu daerah kecil
yang apabila dirangsang akan menimbulkan rasa nyeri dan menjalar ke
daerah tertentu.Daerah kecil tadi disebut sebagai noktah picu (trigger
point).Dalam pemeriksaan klinik terhadap penderita LBP, tidak jarang
dijumpai adanya noktah picu ini.

e. Faktor Resiko
Beberapa hal yang meningkatkan risiko kejadian nyeri pinggang bawah,
antara lain :13

1. Faktor usia
Secara teori, nyeri pinggang bawah dapat dialami oleh siapa saja,
pada umur berapa saja. Namun demikian keluhan ini jarang dijumpai
pada kelompok umur 0-10 tahun, hal ini mungkin berhubungan dengan
beberapa faktor etiologik tertentu yag lebih sering dijumpai pada umur
yang lebih tua. Biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada mereka yang
berumur dekade kedua dan insiden tertinggi dijumpai pada dekade
kelima.
2. Jenis kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama terhadap
keluhan nyeri pinggang bawah sampai umur 60 tahun, namun pada
kenyataannya jenis kelamin seseorang dapat mempengaruhi timbulnya
keluhan nyeri pinggang bawah, karena pada wanita keluhan ini lebih
sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu
proses menopause juga dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang
akibat penurunan hormon estrogen sehingga memungkinkan terjadinya
nyeri pinggang bawah.
3. Faktor Indeks Massa Tubuh (IMT)
a. Berat badan
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih resiko
timbulnya nyeri pinggang lebih besar, karena beban pada sendi
penumpu berat badan akan meningkat, sehingga dapat
memungkinkan terjadinya nyeri pinggang bawah.
b. Tinggi badan
Tinggi badan berkaitan dengan panjangnya sumbu tubuh
sebagai lengan beban anterior maupun lengan posterior untuk
mengangkat beban tubuh.
4. Pekerjaan
Keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan aktivitas mengangkat
beban berat, sehingga riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam
penelusuran penyebab serta penanggulangan keluhan ini. Pada
pekerjaan tertentu, misalnya seorang kuli pasar yang biasanya memikul
beban di pundaknya setiap hari. Mengangkat beban berat lebih dari 25
kg sehari akan memperbesar resiko timbulnya keluhan nyeri pinggang
bawah.
5. Aktivitas/Olahraga
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang
sering tidak disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang
menjadi kebiasaan. Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur,
mengangkat beban pada posisi yang salah dapat menimbulkan nyeri
pinggang bawah.
Selain sikap tubuh yang salah yang seringkali menjadi kebiasaan,
beberapa aktivitas berat seperti melakukan aktivitas dengan posisi
berdiri lebih dari 1 jam dalam sehari, melakukan aktivitas dengan posisi
duduk yang monoton lebih dari 2 jam dalam sehari, naik turun anak
tangga lebih dari 10 anak tangga dalam sehari, berjalan lebih dari 3,2
km dalam sehari dapat pula meningkatkan resiko timbulnya nyeri
pinggang.

f. Diagnosa
- Anamnesis
Dasar diagnosis nyeri punggung bawah:
 Nyeri pinggang paraspinal
 Nyeri diperhebat oleh pembebanan pinggang
 Nyeri alih ke regio gluteus atau paha
 Nyeri hilang bila istirahat.14
a. Awitan
Penyebab mekanis nyeri punggung menyebabkan nyeri mendadak
yang timbul setelah posisi mekanis yang merugikan.Mungkin terjadi
robekan otot, peregangan fasia atau iritasi permukaan sendi. Keluhan
karena penyebab lain timbul bertahap.15
b. Lama dan frekuensi serangan
Nyeri punggung akibat sebab mekanik berlangsung beberapa hari
sampai beberapa bulan.Herniasi diskus bisa membutuhkan waktu 8 hari
sampai resolusinya. Degenerasi diskus dapat menyebabkan rasa tidak
nyaman kronik dengan eksaserbasi selama 2-4 minggu.15
c. Lokasi dan penyebaran
Kebanyakan nyeri punggung akibat gangguan mekanis atau medis
terutama terjadi di daerah lumbosakral.Nyeri yang menyebar ke tungkai
bawah atau hanya di tungkai bawah mengarah ke iritasi akar saraf.Nyeri
yang menyebar ke tungkai juga dapat disebabkan peradangan sendi
sakroiliaka. Nyeri psikogenik tidak mempunyai pola penyebaran yang
tetap.15
d. Faktor yang memperberat/memperingan
Pada lesi mekanis keluhan berkurang saat istirahat dan bertambah saat
aktivitas.Pada penderita HNP duduk agak bungkuk memperberat nyeri.
Batuk, bersin atau manuver valsava akan memperberat nyeri. Pada
penderita tumor, nyeri lebih berat atau menetap jika berbaring.15
e. Kualitas/intensitas
Penderita perlu menggambarkan intensitas nyeri serta dapat
membandingkannya dengan berjalannya waktu.Harus dibedakan antara
nyeri punggung dengan nyeri tungkai, mana yang lebih dominan dan
intensitas dari masing-masing nyerinya, yang biasanya merupakan nyeri
radikuler.Nyeri pada tungkai yang lebih banyak daripada nyeri punggung
dengan rasio 80-20% menunjukkan adanya radikulopati dan mungkin
memerlukan suatu tindakan operasi. Bila nyeri punggung lebih banyak
daripada nyeri tungkai, biasanya tidak menunjukkan adanya suatu
kompresi radiks dan juga biasanya tidak memerlukan tindakan operatif.15
Gejala nyeri punggung yang sudah lama dan intermiten, diselingi oleh
periode tanpa gejala merupakan gejala khas dari suatu LBP yang
terjadinya secara mekanis.15
Walaupun suatu tindakan atau gerakan yang mendadak dan berat, yang
biasanya berhubungan dengan pekerjaan, bisa menyebabkan suatu LBP,
namun sebagian besar episode herniasi diskus terjadi setelah suatu
gerakan yang relatif sepele, seperti membungkuk atau memungut barang
yang enteng.15
Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa menyebabkan
bertambahnya nyeri LBP, yaitu duduk dan mengendarai mobil dan nyeri
biasanya berkurang bila tiduran atau berdiri, dan setiap gerakan yang bisa
menyebabkan meningginya tekanan intra-abdominal akan dapat
menambah nyeri, juga batuk, bersin dan mengejan sewaktu defekasi.15
Selain nyeri oleh penyebab mekanik ada pula nyeri non-mekanik.
Nyeri pada malam hari bisa merupakan suatu peringatan, karena bisa
menunjukkan adanya suatu kondisi terselubung seperti adanya suatu
keganasan ataupun infeksi.15
-
Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi :
Pemeriksaan dimulai dengan inspeksi dan bila pasien tetap berdiri dan
menolak untuk duduk, maka harus sudah dicurigai adanya suatu herniasi
diskus.Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana
yang membuat nyeri dan juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya
lordosis serta adanya skoliosis. Berkurang sampai hilangnya lordosis
lumbal dapat disebabkan oleh spasme otot paravertebral.16,17
Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:
 Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.
 Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali menyebabkan nyeri
pada tungkai bila ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan
artritis lumbal, karena gerakan ini akan menyebabkan penyempitan
foramen sehingga menyebabkan suatu kompresi pada saraf spinal.
 Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan
nyeri pada tungkai bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada
saraf yang terinflamasi diatas suatu diskus protusio sehingga
meninggikan tekanan pada saraf spinal tersebut dengan jalan
meningkatkan tekanan pada fragmen yang tertekan di sebelahnya
(jackhammer effect).
 Lokasi dari HNP biasanya dapat ditentukan bila pasien disuruh
membungkuk ke depan ke lateral kanan dan kiri. Fleksi ke depan, ke
suatu sisi atau ke lateral yang meyebabkan nyeri pada tungkai yang
ipsilateral menandakan adanya HNP pada sisi yang sama.
 Nyeri pada ekstensi ke belakang pada seorang dewasa muda
menunjukkan kemungkinan adanya suatu spondilolisis atau
spondilolistesis, namun ini tidak patognomonik.16
b. Palpasi :
Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya
kemungkinan suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological
overlay).
Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri
dengan menekan pada ruangan intervertebralis atau dengan jalan
menggerakkan ke kanan ke kiri prosesus spinosus sambil melihat respons
pasien.Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-
rataan (step-off) pada palpasi di tempat/level yang terkena.Penekanan
dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk mencari
adanya fraktur pada vertebra. Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan
pada kelainan neurologis.16
c. Pemeriksaan motoris
Harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi
untuk menemukan abnormalitas motoris yang seringan mungkin dengan
memperhatikan miotom yang mempersarafinya.16
c. Pemeriksaan sensorik
Membantu menentukan lokalisasi lesi sesuai dermatom yang terkena.
Gangguan sensorik lebih bermakna dalam menunjukkan informasi
lokalisasi dibanding motoris.16
d. Tes provokasi
 Tanda Laseque
Menunjukkan adanya ketegangan pada saraf spinal khususnya L5
atau S1. Secara klinis tanda Laseque dilakukan dengan fleksi pada lutut
terlebih dahulu, lalu di panggul sampai 90° dengan perlahan-
lahankemudian dilakukan ekstensi lutut dan gerakan ini akan
menghasilkan nyeri pada tungkai pasien terutama di betis (tes yang
positif)dan nyeri akan berkurang bila lutut dalam keadaan fleksi.
Terdapat modifikasi tes ini dengan mengangkat tungkai dengan lutut
dalam keadaan ekstensi (straight leg rising). Modifikasi-modifikasi tanda
laseque yang lain semua dianggap positif bila menyebabkan suatu nyeri
radikuler.
Pada tanda laseque, makin kecil sudut yang dibuat untuk menimbulkan
nyeri makin besar kemungkinan kompresi radiks sebagai penyebabnya.
Demikian juga dengan tanda laseque kontralateral.1,16,17
Gambar 2.6Tes Laseque
Sumber :http://www.neuro25.de
 Tanda Laseque kontralateral (contralateral Laseque sign)
Dilakukan dengan cara yang sama, namun bila tungkai yang tidak
nyeri diangkat akan menimbulkan suatu respons yang positif pada tungkai
kontralateral yang sakit dan menunjukkan adanya suatu HNP.1
 Tes Patrick
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan di pinggang dan pada
sendi sakroiliaka.Penderita dalam posisi berbaring.Tungkai dalam posisi
fleksi di sendi lutut sementara tumit diletakkan di atas lutut tungkai yang
satunya lagi, kemudian lutut tungkai yang difleksikan tadi ditekan ke
bawah. Apabila ada kelainan di sendi panggul maka penderita akan
merasakan nyeri di sendi panggul tadi.1

Gambar 2.7 Tes Patrick


Sumber :http://www.hunghston.com
 Tes Kontra-Patrick
Tungkai dalam posisi fleksi di sendi lutut dan sendi panggul,
kemudian lutut didorong ke medial; bila di sendi sakroiliaka ada kelainan
maka disitu akan terasa sakit.1
- Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Evaluasi komprehensif yang dapat dilakukan termasuk hitung darah
lengkap, penentuan laju endap darah dan tes spesifik. Secara khusus, tes
ini sangat berguna ketika infeksi atau keganasan dianggap sebagai
kemungkinan penyebab nyeri punggung pasien.18
b. X-ray
X-ray merupakan tes yang sederhana dan sangat membantu untuk
menunjukkan keabnormalan pada tulang. Seringkali X-ray merupakan
penunjang diagnosis pertama untuk mengevaluasi nyeri punggung. Foto
X-ray dilakukan pada posisi anteroposterior (AP), lateral dan bila perlu
oblique kanan dan kiri.16
c. Myelografi
Myelografi adalah pemeriksaan X-ray pada spinal cord dan kanalis
spinalis.Myelografi merupakan tindakan invasif, yaitu cairan yang
berwarna medium disuntikkan ke kanalis spinalis, sehingga struktur
bagian dalamnya dapat terlihat pada layar fluroskopi dan gambar X-ray.
Myelogram digunakan untuk diagnosa pada penyakit yang berhubungan
dengan diskus intervertebralis, tumor spinalis, atau abses spinal.16
d. Computted Tomografi Scan (CT-scan) dan Magnetic Resonance
Imaging (MRI)
CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level
neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.
Sedangkan MRI dapat menunjukkan gambaran tulang belakang yang
lebih jelas daripada CT-scan.Selain itu MRI menjadi pilihan karena tidak
mempunyai efek radiasi.MRI dapat menunjukkan gambaran tulang secara
sebagian sesuai dengan yang dikehendaki. MRI juga dapat
memperlihatkan diskus interveretebralis, nervus dan jaringan lainnya
pada punggung.16
MRI atau CT-Scan harus dipertimbangkan pada pasien dengan defisit
neurologis yang makin memburuk atau diduga adanya penyebab sistemik
yang menyebabkan nyeri punggung seperti infeksi atau neoplasma.
Pemeriksaan tulang terutama digunakan untuk mendeteksi metastasis
tulang, fraktur yang tidak terlihat dan infeksi.18
g. Penatalaksanaan
Pada dasarnya dikenal dua tahapan terapi LBP yaitu konservatif dan
operatif.
1. Terapi konservatif
Terapi konservatif meliputi rehat baring (bed rest), medikamentosa dan
fisioterapi.19
 Rehat baring
Pada rehat baring, penderita harus tetap berbaring ditempat tidur
selama beberapa hari dengan sikap tertentu. Tempat tidur tidak boleh
memakai pegas atau per dengan demikian tempat tidur harus dari papan
yang lurus, dan kemudian ditutup dengan lembar busa tipis.
Setelah tirah baring dianggap cukup, maka dapat dilakukan latihan
tertentu, atau terlebih dahulu dipasang korset. Tujuan latihan ini adalah
untuk mencegah terjadinya kontraktur dan mengembalikan lagi fungsi
otot-otot.1
 Medikamentosa
Pada medikamentosa, ada dua jenis obat dalam tatalaksana LBP,
yaitu obat yang bersifat simtomatik dan yang bersifat kausal. Obat-obat
simptomatik antara lain analgetika (salisilat, parasetamol, dll),
kortikosteroid (prednison, prednisolon), Obat anti-inflamasi non steroid
(OAINS) misalnya piroksikam, antidepressan trisiklik (secara sentral)
misalnya amitriptilin, dan obat penenang minor misalnya diazepam,
klordiasepoksid. Sedangkan obat-obat kausal misalnya anti tuberkulosis,
antibiotika untuk spondilitis piogenik, nukleolisis misalnya khimopapain,
kolagenase (untuk HNP).1
 Fisioterapi
 Terapi panas
Menggunakan kantong dingin–kantong panas.Lakukan dengan
menaruh sebuah kantong dingin di tempat daerah punggung yang
terasa nyeri atau sakit selama 5-10 menit. Jika selama 2 hari atau
48 jam rasa nyeri masih terasa gunakan heating pad (kantong
hangat).
 Elektro stimulus
Contohnya seperti acupunture, ultra sound, radiofrequency
lesioning, spinal endoscopy, percutaneous electrical nerve
stimulation (PENS), electro thermal disc compression, dan
transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS).
 Traksi
Tarikan pada badan (punggung) untuk kontraksi otot.
 Massage
Dengan terapi ini bisa menghangatkan, merelaksasikan otot
belakang dan melancarkan perdarahan.17,19
2. Terapi operatif
Terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif tidak
memberikan hasil yang nyata, atau terhadap kasus fraktur yang langsung
mengakibatkan defisit neurologik.1,18
Indikasi dilakukan tindakan operatif yaitu :
 Sciatica dengan terapi konservatif selama lebih dari 4 minggu; nyeri
berat/intractable/menetap/progresif.
 Sindroma kauda equine, dimana diskus bagian tengah menekan
kauda equine dengan gejala inkontinensia urin dan alvi, paraparesis
dan deficit sensorik pada kedua tungkai.
 Bila kompresi radiks saraf disertai deficit motoric terutama
kelumpuhan quadricep atau tidak dapat dorsofleksi kaki.
 Terdapat iskialgia berat >4 bulan.
Beberapa tindakan operatif yang dapat dilakukan :
a. Laminectomy : prosedur bedah untuk memisahkan lamina dari
vertebrae.
b. Discectomy : prosedur bedah untuk memisahkan bagian yang keluar
dari diskus. Biasanya dilakukan pada kasus HNP.
c. Endoscopy : prosedur bedah menggunakan serat fiber optic yang
memungkinkan tidak dilakukannya operasi terbuka.18
h. Prognosis
Biasanya pasien sembuh rata-rata dalam 7 minggu.Tetapi
sering dijumpai episode nyeri berulang. Dan sebanyak 80% pasien
mengalami keterbatasan dalam derajat tertentu
selama 12 bulan, mungkin hanya 10-15% yang mengalami disabilitas
berat. Status pasien setelah 2 bulan terapi merupakan indicator untuk
meramalkan status pasien pada bulan ke-12. Penentuan faktor risiko
dapat juga memperkirakan perkembangan perjalanan penyakit low
back pain ke arah kronisitas.3,7
BAB 4

ANALISIS KASUS

Nyeri pinggang pada pasien ini adalah nyeri pinggang bawah akut yang
lamanya kurang dari 12 minggu yakni 2 hari. Pasien ini adalah penderita LBP dengan
diagnosa susp HNP. Diagnosis ini ditegakkan berdasarkan anamnesa adanya nyeri
pinggang bawah sebelah kiri, nyeri ini dirasakan pasien menjalar ke paha namun betis
dan jari kaki terasa kram, nyeri berkurang saat pasien berbaring, nyeri bertambah saat
pasien berjalan, membungkuk dan mengedan. Pada pemeriksaan fisik, kesadaran
pasien Compos Mentis dan vital sign dalam batas normal, status pshychicus dan
neurologis pasien tidak ditemukan. Pada pemeriksaan reflek fisiologis tidak
didapatkan kelainan, pada tes kernig dan laseque (+). Untuk penatalaksanaan, tidak
dibutuhkan penatalaksanaan emergensi dikarenakan secara klinis pasien dalam
keadaan cukup baik.
Teori Fakta
Umur 30 – 50 tahun Usia Pasien: 36 tahun
Akut jika dirasakan kurang dari 3 bulan , Nyeri pinggang: + sejak 2 hari yang
subakut jika dirasakan minimal 5-7 lalu
minggu namun tidak lebih dari 12
minggu, dan kronik jika dirasakan lebih
dari 3 bulan
Lokasi: Pinggang Lokasi: Pinggang
Onset: Akut Onset: Akut
Berdiri: Menurun Berdiri: Meningkat
Mengedan : Meningkat Mengedan : Meningkat
Membungkuk: Meningkat Membungkuk: Meningkat
Faktor Resiko: Lifestyle, usia, Postur Faktor resiko: Usia, IMT dengan
tubuh yang tidak proposional, faktor Obesitas grade I, trauma (-)
indeks massa tubuh, dan trauma
Straight leg raising: + Straight leg raising: +/-(700/ -)
Kernig Test: (1100/-)
Foto Lumbosacral: menemukan kelainan Foto Lumbosacral: -
pada daerah lumbal, antara lain hilangnya
dics space.
Spine MRI/spine CT: memperlihatkan Spine MRI: -
adanya kompresi pada spinal canal oleh
herniasi dari diskus.
Myelogram: mengetahui ukuran maupun Myelogram: -
lokasi dari herniasi diskus.
Diagnosis: HNP Diagnosis:
Diagnosa Klinis: Ischialgia Sinistra +
Hipoestesia dermatom L5-S1 Sinistra
Diagnosa topis: Suspect diskus
intervertebralis L4-5
Diagnosa etiologi: Susp.HNP
Medikamentosa: Medikamentosa::
 Pemberian obat analgesik  Meloxicam 15mg 1x1tablet
 Obat-obatan NSAID Lansoprazole 30 mg 1 x 1 kapsul
Amitriptilin 5 mg 1x1 tablet (malam)
 Penenang minor atau major bila
Non Medikamentosa:
diperlukan.
- Tidur di kasur yang datar
Non Medikamentosa:
- Istirahat yang cukup
 Bed Rest selama 2-3 minggu tergantung
- Jangan mengangkan beban yang
keparahannya.
berlebihan
 Perubahan gaya hidup
 Rehabilitasi
Prognosis: pasien penderita HNP 80-90% Prognosis:
akan membaik. Vitam: Dubia et Bonam
Functionam: Dubia ad Bonam
Pencegahan: Bekerja atau melakukan Pencegahan: Edukasi perubahan life
aktifitas dengan teknik yang aman. style terutama dalam melakukan
Mengontrol berat badan. pekerjaan secara ergonomis serta
penurunan berat badan
BAB 5

KESIMPULAN

LBP sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, sehingga sebagian besar dari
kita pernah menderita LBP pada suatu waktu dalam masa hidup kita.Penyebab LBP
beraneka ragam dan dibagi dalam kausa neurologis dan non-neurologis.Kausa
neurologis dibagi lagi dalam non-diskogenik dan diskogenik.Sebagian besar kausa
neurologis disebabkan oleh sindroma radikuler spinal khususnya lumbal.
Secara ideal, maka patofisologi serta diagnosis spesifik dari kausa LBP harus
di mengerti dengan baik, sehingga dapat dianalisa lebih lanjut dan diberikan terapi
yang adekuat. Dan hendaknya dalam menangani nyeri pinggang bawah kita harus
mencermati anamnesis mula terjadinya, perjalanan penyakit serta analisis rasa nyeri
dilaksanakan dengan teliti agar pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan
radiologis (rontgen, CT Scan, MRI), EMG dan laboratorium lebih terarah dan
berindikasi tepat mengingat biaya dan waktu untuk penderita.
Pengobatan pada LBP berputar pada masalah pemilihan cara pengobatan yang
merubah perjalanan penyakit, karena bila tidak demikian, maka terapi hanya
dianggap sementara dan juga pemilihan antara terapi konservatif atau operatif
memerlukan suatu pertimbangan yang matang dan tepat dari hasil yang menyeluruh
baik anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
DAFTAR PUSTAKA

1. Harsono. Kapita selekta neurologi Edisi ke-dua. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press; 2009
2. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran Edisi ke-enam.
Jakarta:EGC;2006
3. Nucleus pulposus definition [editorial] (serial online) (diakses 20 Maret 2016).
Diunduh dari: URL: http://www.spine-health.com/glossary/nucleus-pulposus
4. Naude B. Factors associated with low back pain in hospital employees.A
research report submitted to the faculty of health sciences,university of the
witwatersrand,Johannesburg,in partial fulfillment of the requirements for the
degree of Master of Science in Physiotherapy.Johannesburg; 2008
5. Bull E. Nyeri punggung. Jakarta: Erlangga; 2007
6. Cole AJ, Herring SA.Low back pain handbook.2nd ed. Philadelphia: Hanley and
Belfus Inc; 2003
7. Yuliana.Low Back Pain.2011. RSUD Hasan Sadikin (serial online) (diakses 20
Maret 2016). Diunduh dari :
http://www.kalbemed.com/Portals/6/11_185Lowbackpain.pdf
8. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL. Back and neck pain. Harrison’s Principles of
Internal Medicine. 17th ed. New York: McGraw-Hill; 2008
9. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi klinis dasar.Jakarta:Dian Rakyat;2010
10. Arachnoiditis [editorial] (serial online)2011 Jan 13 (diakses 21 Nov
2014).Diunduh dari: URL:
http://www.ninds.nih.gov/disorders/arachnoiditis/arachnoiditis.htm
11. Arthritis and ankylosing spondylitis [editorial] (serial online)2011(diakses 21
Nov 2014).Diunduh dari: URL:http://www.webmd.com/back-
pain/guide/ankylosing-spondylitis
12. Brent LH, Diamond HS.Ankylosing spondylitis and undifferentiated
spondyloarthropathy (serial online)2013(diakses 21 Nov 2014). Diunduh dari:
URL: http://emedicine.medscape.com/article/332945-overview
13. Lumaksono. 2008. Perbedaan efek tens dengan interferensi dan latihan William
flexi terhadap penurunan nyeri pasien low back pain miofascial di klinik
fisioterapi mfc. Yogyakarta. Surakarta : UMM
14. Sjamsuhidajat R,Jong WD. Buku ajar ilmu bedah. 2nded.Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2003
15. Sudoyo AW, Setiyohadi B.Nyeri. Dalam: Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi
ke-lima.Jakarta: Balai Penerbit FK-UI;2009. hal. 2484,2488-2489
16. Ngoerah IG. Dasar-dasar ilmu penyakit saraf.Surabaya:Airlangga University
Press;1995
17. Fatimah T. Faktor yang berhubungan dengan nyeri punggung bawah pada
karyawan bagian penjahitan PT.Intigarmindo persada Jakarta tahun 2010 (serial
online) 2010 (diakses 23 Maret 2016); Diunduh dari: URL:
http://library.upn.ac.id
18. Patel, Atult T, Ogle, Abna A.Diagnosis and management of acute low back pain.
University of Kansas Medical Center, Kansas City, Kansas. American Fam
Physician (serial online)2000;61(6):1779-1786(diakses 23 Maret 2016); Diunduh
dari: URL: http://www.aafp.org/afp/2000/0315/p1779.html
19. Hochschuler SH. Back pain treatment: non-surgical options pain relief (serial
online) 2008(diakses 23 Maret 2016); Diunduh dari: URL: http://www.spine-
health.com/conditions/lower-back-pain/back-pain-treatment-non-surgical-
options-pain-relief

Anda mungkin juga menyukai