Anda di halaman 1dari 84

LAPORAN AKHIR

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK


DI UPTD GRIYA WERDHA JAMBANGAN
PERIODE III
(25 JUNI S.D 6 JULI 2018)

DISUSUN OLEH:
PERIODE III
KELOMPOK B2

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan akhir praktik klinik Keperawatan Gerontik Pendidikan Profesi Ners


Angkatan B19 Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya di UPTD
Griya Werdha Jambangan Surabaya yang dilaksanakan pada tanggal 25 Juni
2018- 6 Juli 2018 telah dilaksanakan sebagai laporan praktik atas nama:

1. Muhammad Roziqin 12. Tuti Kurniati


2. Oktapianti 13. Rifaldi Zulkarnaen
3. Muhammad Anis Taslim 14. Ahmad Asroful Anam
4. Amira Aulia 15. Dhinar Retno
5. Maria Wahyu MP 16. Yumiati Tuwa Ringu
6. Lilik Umaroh 17. Muhammad Tarmizi
7. Dwi Hartini 18. Muhammad Bagus Setiawan
8. Kholidatul Azizah 19. Fathicul Muhtadi
9. Baiq Selly Silviani 20. Alpian Umbu Dewa
10. Nur Sayyid J.R 21. Titah Halimatus S.
11. Harry Budiarto 22. Rina Arfiani

Laporan akhir Praktik Klinik Gerontik Program Pendidikan Profesi Ners ini telah
disetujui pada tanggal Mei 2018, oleh:

Pembimbing Akademik:
1. Dr. Retno Indarwati, S. Kep., Ns., M. Kep
NIP 197803162008122002 (……………………)
2. Elida Ulfiana , S. Kep., Ns. M.Kep
NIP 197910132010122001 (……………………)
3. Rista Fauziningtyas, S. Kep., Ns., M. Kep
NIP 198707172015042002 (……………………)
4. Dr. Makhfudli, S. Kep., Ns., M. Ked.Trop
NIP: 197902122014091003 (……………………)

Mengetahui,
PJMK Keperawatan Gerontik Kepala UPTD Griya Werdha Jambangan
Surabaya

Dr. Retno Indarwati, S. Kep., Ns.,M. Kep Septarti Hendartini, S.Sos


NIP 197803162008122002 NIP. 196609181989012002
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kehadapan Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya penyusun laporan desiminasi Praktik Profesi Keperawatan
Gerontik di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya dapat terselesaikan
tepat pada waktunya. Penyusun menyadari bahwa tanpa bantuan, dukungan,
serta bimbingan dari berbagai pihak, sulit bagi penyusun untuk menyelesaikan
tugas ini. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons)., selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan izin untuk
melakukan Praktik Profesi Keperawatan
2. Pak Kusnanto, S.Kp., M.Kes., selaku wakil dekan I Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan
kesempatan dan fasilitas kepada kami untuk mengikuti dan
menyeleseikan Pendidikan Ners.
3. Ibu Dr. Retno Indrawati, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku penanggung jawab
Praktik Profesi keperawatan Gerontik Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga yang telah banyak mendukung sehingga laporan desimininasi
akhir ini dapat terselesaikan.
4. Segenap dosen pembimbing praktik keperawatan gerontik profesi ners
yang telah meluangkan waktu untuk memberikan ilmu, koreksi, saran,
dan motivasi dengan penuh kesabaran.
5. Kepala UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya yang telah
memfasilitasi kami untuk memperdalam ilmu keperawatan gerontik.
6. Segenap perawat dan staff UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya
yang telah banyak membantu dan memotivasi kami sehingga laporan
desiminasi akhir dapat terselesaikan.
7. Rekan-rekan angkatan B19 Pendidikan Profesi Ners FKp UNAIR
Kelompok B4 praktik profesi keperawatan gerontik, yang telah banyak
membantu selama proses penyusunan laporan desiminasi akhir ini
Semoga Allah SWT senantiasa membalas budi baik semua pihak yang telah
memberikan kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan laporan
akhir ini

Surabaya, 25 Juni 2018

Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lanjut usia merupakan bagian dari tumbuh kembang seseorang. Seorang
individu tidak akan langsung menjadi tua, tetapi melalui proses perkembangan
dimulai dari bayi, anak, dewasa, kemudian menua. Proses menjadi tua diawali
dengan perubahan fisik dan tingkah laku, hal ini dapat dipastikan terjadi pada
semua orang saat mereka mencapai usia tahap perkembangan tertentu.
Normalnya, lansia akan mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial
secara bertahap (Azizah 2011). Sehingga dapat disimpulkan bahwa lansia
merupakan individu yang berusia diatas 60 tahun yang akan mengalami
kemunduran dalam segi fisik, mental, maupun sosial secara bertahap. Manusia
akan mengalami perubahan sesuai dengan bertambahnya umur. Kondisi ini
dapat memengaruhi kemandirian dan kesehatan lansia (Sunaryo et al., 2015).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (PMK), seseorang dikatakan lansia
jika telah mencapai umur 60 tahun keatas (PMK, 2016). Menurut Jos Masdani
dikutip dalam Nugroho (2008) mengatakan bahwa lansia merupakan
kelanjutan dari dewasa. Kedewasaan dibagi menjadi empat yaitu fase iuventus
(25-40 tahun), fase vertilitas (40-50 tahun), fase prasenium (55-65 tahun) dan
fase senium (65 tahun ke atas). Menurut Koesoemanto dikutip dalam Nugroho
(2008) lansia merupakan individu yang berusia 65 -70 tahun atau lebih.
Menurut UU No 13/Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang
dimaksud lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas.
Secara umum, seseorang disebut lansia apabila usianya mencapai 65 tahun
keatas (Makhfudli 2013).
Lansia di Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 14.439.967 jiwa (7,18%)
dan terus mengalami peningkatan pada tahun 2015 menjadi 23.992.967 jiwa
(9,77%), dengan usia harapan hidup sekitar 70 tahun. Badan Pusat Statistik
2015 menjelaskan ada tiga provinsi dengan persentase lansia terbesar yaitu
pada Daerah Istimewa Yogyakarta (13,46%), Jawa Tengah (11,67%) dan Jawa
Timur (11,46%). Di provinsi Jawa Timur lansia usia 60-64 tahun berjumlah
1.582.165 jiwa dan usia 65 tahun keatas sebanyak 2.901.231 jiwa. Pada tahun
2015, jumlah penduduk lansia di kota Surabaya didapatkan sebanyak 187.995
jiwa (Badan Pusat Statistik Kota Surabaya, 2014).
Jumlah penduduk lansia yang semakin betambah dapat meningkatkan
peluang seorang lansia untuk tinggal di panti werdha. Kehadiran panti werdha
dewasa ini dianggap sebagai salah satu penyedia jasa yang dapat memberikan
pelayanan berkualitas bagi lansia. Adanya perbedaan sosio-kultural didalam
panti werdha mengharuskan lansia untuk beradaptasi, dimana hal tersebut
akan berpengaruh pada kelangsungan hidupnya sehari-hari (Hutapea, 2015).
Masalah yang umumnya terjadi pada lansia antara lain gangguan
penyesuaian, kehilangan, depresi, gangguan kepribadian dan lain-lain. Untuk
membina kesehatan lanjut usia tersebut, maka diperlukan kerjasama lintas
program dan lintas sektoral yang salah satunya dengan pelayanan di UPDT
Griya Werdha. Pemerintah telah mengupayakan kesejahteraan lansia melalui
pelayanan dalam Panti Sosial Lanjut Usia, pelayanan di luar panti,
pendampingan dan perawatan sosial lanjut usia di rumah (home care),
pemberian bantuan sosial langsung bagi lansia melalui Asistensi Sosial Lanjut
Usia Terlantar (ASLUT) serta dukungan kepada keluarga dengan lansia.
Pemerintah berkomitmen tinggi terhadap pelayanan sosial agar lansia dapat
hidup layak dihari tua, sehingga dibutuhkan panti lansia yang representatif
untuk mampu merawat lansia terutama bagi lansia terlantar.
Keberadaan ilmu keperawatan gerontik bertujuan untuk memberikan
asuhan keperawatan secara holistik dan meningkatkan usaha preventif
promotif dalam meningkatkan kesejahteraan lansia. Dalam rangka
menerapkan asuhan keperawatan tersebut, maka mahasiswa Program
Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
Surabaya Angkatan B19 program alih jenis melaksanakan praktik
keperawatan gerontik di UPTD Griya Werdha Jambangan pada tanggal 21
Mei – 9 Juni 2018.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan terhadap klien usia
lanjut secara profesional dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan di UPTD Griya Werdha Jambangan

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian situasi di UPTD Griya
Werdha Jambangan.
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah kesehatan yang timbul
pada klien lanjut usia yang tinggal dalam lingkungan UPTD, baik
yang bersifat aktual, potensial dan resiko.
3. Mahasiswa dapat menetapkan rencana tindakan keperawatan
untuk mengatasi masalah yang terjadi pada klien lanjut usia yang
tinggal di UPTD Griya Werdha Jambangan.
4. Mahasiswa dapat mengimplementasikan tindakan keperawatan
sesuai rencana yang dibuat.
5. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang
telah dilakukan.

1.3 Manfaat
Manfaat kegiatan praktik keperawatan gerontik antara lain :
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat menerapkan konsep asuhan keperawatan gerontik pada
lansia dan mekanisme pengelolaan UPTD Griya Werdha.
2. Bagi lanjut usia di UPTD Griya Werdha
1) Lansia mendapat pelayanan keperawatan sesuai kebutuhannya.
2) Lansia mendapatkan penjelasan tentang kesehatannya.
3) Lansia mengetahui masalah kesehatan yang dideritanya.
4) Lansia merasa aman, nyaman dan bahagia di usianya.
3. Bagi Institusi UPTD Griya Werdha
1) Dapat mengembangkan model asuhan keperawatan pada lansia yang
tinggal di UPTD Griya Werdha.
2) Mendapatkan masukan masalah kesehatan tentang lansia, situasi
UPTD Griya Werdha, dan alternatif pelayanan
4. Bagi institusi penyelenggara pendidikan
1) Tercapainya tujuan pembelajaran asuhan keperawatan gerontik pada
lansia yang tinggal pada lingkungan panti, sekaligus sebagai sarana
evaluasi terhadap proses pembelajaran mahasiswa berkaitan dengan
praktik profesi keperawatan.
2) Dapat memberikan kontribusi yang positif bagi UPTD Griya Werdha
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proses Menua
Proses menua secara umum dimulai sejak lahir, dimana menua secara fisik
berarti menjadi tua atau lebih dewasa dan beberapa orang mengartikan menua
sebagai suatu proses menemukan jati diri dan pengalaman. Proses menua atau
aging proces merupakan suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti diri secara perlahan. Serta
ketidakmampuan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan kemampuan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Miller 2012; FKUI 2014). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa proses menua terjadi sejak awal kehidupan dan
sangat berkaitan dengan waktu, semakin bertambahnya usia seseorang
menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsi dari sistem organ di
dalam tubuhnya secara bertahap.
Proses penuaan adalah proses yang berhubungan dengan umur seseorang.
Manusia akan mengalami perubahan sesuai dengan bertambahnya umur
(Sunaryo et al., 2015). Proses menua merupakan proses menghilangnya
fungsi fisiologis yang terjadi pada organ tubuh seiring berjalannya waktu.
Pada saat proses penuaan tubuh akan rentan terhadap penyakit atau dengan
kata lain muncul berbagai penyakit degenerative. Faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya proses penuaan adalah secara genetik, asupan gizi,
kondisi mental, pola hidup, lingkungan, dan pekerjaan sehari-hari (Azizah,
2011). Berikut adalah beberapa teori penuaan menurut Stanley&Beare 2007 :
1. Teori Biologis
Pada teori biologis akan dijelaskan mengenai perubahan fisik pada
penuaan, seperti perubahan fungsi dan struktur perkembangan, panjang
usia dan kematian. Selain itu teori biologis juga menjelaskan penyebab
seseorang mengalami penuaan dengan cara yang berbeda, hal yang
mempengaruhi umur. Mekanisme perlawanan terhadap organisme dan
kematian pada seluler. Berikut adalah macam-macam teori biologis :
1) Teori Genetika
Pembentukan gen dan dampak lingkungan pada pembentukan gen
akan mempengaruhi penuaan. Adanya perubahan rentang hidup dan
panjang usia merupakan proses yang telah diwariskan untuk mengubah
sel atau struktur jaringan. Teori ini terdiri dari teori asam
deoksiribonukleat acid (DNA), teori ketepatan dan kesalahan, mutasi
somatic, dan teori glikogen. Teori-teori tersebut menyatakan bahwa
proses replikasi pada tingkatan seluler menjadi tidak teratur karena
informasi pada inti sel yang tidak sesuai. Sehingga molekul DNA
menjadi saling bersilangan dan mengubah informasi genetik. Pada
akhirnya karena proses tersebut, sistem dan organ tubuh gagal
berfungsi.
2) Teori Wear and Tear
Teori ini mempercayai jika adanya akumulasi sampah metabolic
atau zat nutrisi dapat merusak sintesis pada DNA, sehingga akan terjadi
malfungsi molekular dan terjadi malfungsi pada organ. Radikal bebas
merupakan suatu contoh dari sampah metabolik. Radikal bebas
merupakan molekul yang tidak berpasangan. Beberapa ilmuwan
berpendapat jika tingkat kecepatan produksi radikal bebas berhubungan
dengan penentuan waktu rentang hidup. Dalam proses menua,
kecepatan pada radikal bebas ini bertambah dan melebihi proses
perbaikannya. Radikal bebas dapat muncul karena pengaruh lingkungan
seperti limbah industry plastic, ozon atmosfer, asap knalpot mobil dan
motor. Oleh karena itu, manusia harus menjaga makanan agar dapat
hidup dengan sehat
3) Teori imunitas
Teori ini menjelaskan semakin tua seseorang maka pertahanan
mereka terhadap organisme akan menurun sehingga akan lebih rentan
terkena penyakit atau infeksi. Adanya penurunan fungsi sistem imun
maka akan terjadi peningkatan dalam respon autoimun. Teori ini sering
dikaitkan dengan peran kalenjar timus. Hilangnya proses diferensiasi
sel T maka tubuh akan mengenali sel tua sebagai benda asing dan akan
menyerangnya, sehingga tubuh mulai kehilangan kemampuannya untuk
mengenali benda asing
4) Teori Neuroendokrin
Teori ini penuaan terjadi karena adanya suatu perlambatan dalam
sekresi hormon sehingga memiliki dampak pada sistem saraf. Hormon
hormon yang terkait seperti hipofisis, tiroid, adrenal, dan reproduksi
2. Teori Psikososiologis
1) Teori Kepribadian
Tipe-tipe kepribadian pada lansia akan mempengaruhi perubahan
dalam psikososiologis lansia. Jung mengembangkan teori
pengembangan kepribadian orang dewasa yang memandang
kepribadian sebagai ekstrovert atau introvert. Keseimbangan antara
dua hal tersebut penting bagi kesehatan. Selain itu penuaan yang sehat
tidak bergantung pada jumlah aktivitas sosisl seseorang, tetapi pada
keputusan orang tersebut dengan aktivitas sosial yang dilakukannya.
2) Teori Tugas Perkembangan
Menurut teori Erickson tugas perkembangan adalah aktivitas dan
tantangan yang harus dipenuhi oleh individu untuk mencapai penuaan
yang sukses. Tugas utama lansia adalah mampu melihat kehidupan
seseorang sebagai kehidupan yang dijalani dengan integritas. Jika
lansia tidak merasakan jika ia telah menikmati kehidupannya dengan
baik, maka akan timbul rasa penyesalan atau putus asa
3) Teori Disengagement (teori pemutusan hubungan)
Teori penarikan diri ini dapat diprediksi, sistematis, tidak dapat
dihindari, dan penting untuk fungsi yang tepat dari masyarakat yang
sedang tumbuh. Lansia akan bahagia jika kontak sosial berkurang dan
tanggung jawabnya diambil alih oleh generasi yang lebih muda.
Pengurangan kontak sosial pada lansia agar ia dapat menyediakan
waktu untuk merefleksikan diri terhadap pencapaian dan harapan
hidupnya.
4) Teori Aktivitas
Teori aktivitas penuaan, yang berpendapat bahwa jalan menuju
penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif. Pada teori ini
hilangnya fungsi peran pada lansia secara negatif mempengaruhi
kepuasan hidup. Selain itu, adanya aktivitas mental dan fisik yang
berkesinambungan dapat mencegah penurunan kesehatan dan
mengurangi resiko terkena penyakit dengan perawatan jangka panjang
5) Teori Kontinuitas
Pada teori ini kemampuan koping individu dan kepribadian
seseorang dapat memprediksi bagaimana seseorang tersebut dapat
menyesuaikan diri terhadap perubahan pada penuaan. Misalnya pada
orang yang menyukai kesendiri, pada tipe ini biasanya akan
melanjutkan gaya hidupnya dengan hanya memiliki beberapa aktivitas.
Namun pada orang aktif, mereka akan sulit untuk beristirahat pada
masa senjanya. Ketika ada perubahan gaya hidup pada lansia yang
tidak sesuai dengan keinginan lansia tersebut, maka akan terjadi suatu
masalah

2.2 Konsep Lansia


2.2.1 Pengertian Lansia
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (PMK), seseorang dikatakan
lansia jika sudah mencapai umur 60 tahun keatas (PMK, 2016). Lansia
adalah seseorang yang mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan,
dan sosial (U. R. N. 23 Undang-undang Republik Indonesia, 1992).
Lansia juga dapat dikatakan sebagai tahap akhir dari fase kehidupan
manusia dan dikatakan sebagai usia emas karena tidak semua orang
mampu mencapai tahapan usia tersebut (Maryam, Ekasari,
Rosidawati, Jubaedi, & Batubara, 2008).
2.2.2 Klasifikasi Lansia
Ada beberapa teori yang menunjukan batasan usia pada lansia, antara
lain sebagai berikut:

1. Menurut WHO dalam Yusuf et al. 2015, klasifikasi pada lansia


adalah sebagai berikut:
1) Usia pertengahan (Middle age) : 45-59 tahun
2) Lanjut usia (Elderly) : 60-74 tahun
3) Lanjut usia tua (Old) : 75-90 tahun
4) Usia sangat tua (Very old) : diatas 90 tahun
2. Menurut peraturan menteri kesehatan (PMK) 2016, batasan
lansia adalah sebagai berikut:
1) Pra lanjut usia: 45-59 tahun
2) Lanjut usia: 60-69 tahun
3) Kelompok lansia dan resiko tinggi: 70 tahun keatas atau ±60
tahun dengan masalah kesehatan
4) Menurut Undang-undang Republik Indonesia 1998 Nomor 13
tentang kesejahteraan lansia dalam bab 1 pasal 1 ayat 2: “lansia
adalah seseorang yang usianya telah mencapai 60 tahun
keatas”.

2.2.3 Tipologi Lansia


Ada beberapa macam tipologi menurut Sunaryo et al. 2015 pada
lansia antara lain:
1. Tipe mandiri: pada tipe ini lansia tersebut akan mencoba kegiatan-
kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman
pergaulan.
2. Tipe tidak puas: pada tipe ini lansia cenderung memiliki adanya
konflik lahir batim, lansia tipe ini biasanya akan menentang proses
penuaan dan tidak menerima jika adanya perubahan dalam hal
kecantikan, daya tarik jasmani, kekuasaan, status, teman yang
disayangi. Pada lansia tipe ini akan mudah memiliki sifat yang
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani,
dan pengkritik.
3. Tipe pasrah: lansia dengan tipe pasrah cenderung menerima dan
menunggu akan nasib yang baik. Lansia tipe ini biasanya lebih
aktif dalam kegiatan beribadah dan suka beraktivitas.
4. Tipe bingung: pada tipe ini lansia cenderung memiliki sifat yang
mudah kaget, menarik diri, minder, merasakan penyesalan, pasif,
dan acuh

2.3 Masalah pada Lansia


Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan
lanjut usia menurut Setiabudi T (1999) antara lain:
1. Permasalahan umum
a. Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.
b. Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang
berusia lanjut kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati.
c. Lahirnya kelompok masyarakat industri.
d. Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan
lanjut usia.
e. Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan
kesejahteraan lansia.
2. Permasalahan khusus :
a. Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik
fisik, mental maupun sosial.
b. Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
c. Rendahnya produktifitas kerja lansia.
d. Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.
e. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan
masyarakat individualistik.
f. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat
mengganggu kesehatan fisik lansia
Adanya proses penuaan dapat menyebabkan kehilangan banyak sel tubuh
dan penurunan metabolisme pada sel. Sehingga proses ini menyebabkan
adanya penurunan fungsi tubuh dan komposisi tubuh. Selain itu akan
terjadi perubahan pada mental, dan psikologis.

1. Perubahan Fisik
Perubahan fisik pada lansia biasanya terjadi pada beberapa sistem
tubuh seperti nutrisi, kulit, rambut, mata dan penglihatan, telinga dan
pendengaran. Selain itu, perubahan pada sistem pernapasan,
kardiovaskular, gastrointestinal, ginjal, reproduksi, saraf, imun,
muskuloskeletal, dan sistem endokrin (Stockslager & Schaeffer,
2007)
2. Perubahan Mental
Perubahan mental pada lansia meliputi adanya sikap yang mudah
curiga, pelit, egois. Selain itu akan muncul keinginan untuk memiliki
umur yang pancang, ingin tetap berwibawa, dan dihormati oleh orang
lain (Bandiyah, 2009).
3. Perubahan Psikososial
Masalah psikososial yang sering muncul pada lansia yaitu, stress,
kecemasan dan ketakutan, mudah tersinggung, kesepian, kehilangan
rasa kepercayaan diri, dan egois (Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional 2012).
4. Perubahan Spiritual
Lansia merupakan tahapan akhir dari kehidupan manusia dengan
konsekuensi akhir adalah kematian. Lansia biasanya akan
meningkatkan keimanan spiritual atau religius sebagai suatu tanda
kesiapan untuk menghadapi suatu kematian (sense of awareness of
mortality) (Azizah, 2011).
5. Perubahan Kognitif
Perubahan kognitif pada lansia meliputi adanya penurunan memory
atau daya ingat, IQ (intellegent quocient), penurunan kemampuan
belajar, sulit untuk memahami, sulit dalam memecahkan masalah dan
pengambilan keputusan, dan biasanya lansia mengalami low motivasi
(Azizah, 2011).

2.4 Kebutuhan Lansia


Kebutuhan lanjut usia adalah kebutuhan manusia pada umumnya, yaitu
kebutuhan makan, perlindungan perawatan , kesehatan dan kebutuhan sosial.
Kebutuhan sosial mencakup beberapa aspek yaitu hubungan dengan orang
lain, hubungan antar pribadi dalam keluarga, teman-teman sebaya dan
hubungan dengan organisasi sosial. Berikut penjelasan kebutuhan lansia :
a. Kebutuhan Utama
1. Kebutuhan biologis/fisiologis : seperti makanan yang bergizi,
kebutuhan pakaian, perumahan/tempat berteduh dan kebutuhan
seksual
2. Kebutuhan ekonomi : berupa penghasilan yang memadai atau
suatu kreatifitas yang bisa menghasilkan
3. Kebutuhan kesehatan fisik, mental, perawatan dan pengobatan
4. Kebutuhan psikologis : berupa kasih sayang, adanya tanggapan
dari orang lain, ketentraman, merasa berguna, memiliki jati diri,
serta status yang jelas
5. Kebutuhan social : berupa peranan dalam hubungan dengan
orang lain, hubungan pribadi dalam keluarga, teman-teman
sebaya, dan hubungn dengan organisasi sosial
b. Kebutuhan sekunder
1. Kebutuhan dalam melakukan aktivitas
2. Kebutuhan dalam mengisi waktu luang/rekreasi
3. Kebutuhan yang bersifat kebudayaan, seperti informasi dan
pengetahuan
4. Kebutuhan yang bersifat politis, yaitu meliputi status, perlindungan
hukum, partisipasi dan keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan
5. Kebutuhan yang bersifat keagamaan/spiritual, seperti memahami
akan makna keberadaan diri sendiri di dunia dan memahami hal-hal
yang tidak diketahui/ diluar kehidupan termasuk kematian

2.5 Perawatan dan Pelayanan untuk Lansia


Merujuk pada masalah dan kebutuhan yang dihadapi lansia, lansia
memerlukan pelayanan yang terkait dengan masalah dan kebutuhan mereka,
meliputi: pelayanan dasar, pelayanan kesehatan, pelayanan yang terkait
dengan kondisi sosial, emosional, psikologis, dan finansial. Jika merujuk
pada Peraturan Menteri Sosial No. 19 tahun 2012 tentang Pedoman Pelayanan
Sosial Lanjut Usia, pada pasal 7 tercantum bahwa pelayanan dalam panti
dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup, kesejahteraan,
dan terpenuhinya kebutuhan dasar lanjut usia. Adapun jenis pelayanan yang
diberikan dalam panti, meliputi: 1) pemberian tempat tinggal yang layak; 2)
jaminan hidup berupa makan, pakaian, pemeliharaan kesehatan; 3) pengisian
waktu luang termasuk rekreasi; 4) bimbingan mental, sosial, keterampilan,
agama; dan 5) pengurusan pemakaman atau sebutan lain.
a. Tempat tinggal yang layak bagi lansia adalah yang bersih, sehat, aman,
nyaman, dan memiliki akses yang mudah pada fasilitas yang dibutuhkan
lansia, sehingga dengan kondisi kemampuan fisiknya yang makin menurun
masih memungkinkan dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan
mudah, aman, dan tidak sangat tergantung pada orang lain. Umumnya
lanjut usia dihadapkan pada masalah hunian sebagai berikut: lokasi kamar
yang berjauhan dengan lokasi kamar mandi, keadaan kamar mandi yang
kurang mendukung, penggunaan tangga, permukaan lantai yang tidak rata,
dan alur sirkulasi hunian terhadap fasilitas lingkungan kurang menunjang.
Tempat tinggal yang layak bagi lansia adalah yang lapang atau barrier free.
Hal ini sangat bermanfaat bagi lansia, terutama dalam pergerakan atau
aksesibilitas dalam rumah, bahkan ketika mereka harus menggunakan
kursi roda. Kurniadi (2012) merinci karakterik rumah yang ramah lansia,
secara garis besar, terbebas dari tangga dan lantai yang tidak rata atau
licin, pencahayaan yang baik, kamar mandi dekat dengan kamar dan
memungkinkan kursi roda dapat masuk, dan aman karena mereka kurang
mampu melindungi dirinya terhadap bahaya. Di negara-negara maju,
pelayanan kelompok lanjut usia dilakukan dalam ruangan khusus, bahkan
rumah sakit khusus dan perkampungan khusus. Adanya fasilitas tersebut
ditujukan untuk memberi lingkungan kehidupan yang nyaman dan sesuai
bagi kelompok lanjut usia (Wijayanti, 2008). Kondisi hunian di dalam
panti pun seyogyanya memperhatikan kebutuhan lansia tersebut.
b. Para lansia seyogyanya mendapatkan makanan yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya. Oleh karena itu, makanan untuk lansia sebaiknya dikontrol
atas rekomendasi ahli gizi. Ahli gizi perlu berkerjasama dengan dokter
untuk mengetahui kondisi kesehatan lansia atau jenis penyakit yang
diderita, untuk menentukan apa yang boleh atau tidak boleh dimakan.
Dengan demikian, makanan untuk masing-masing lansia kemungkinan
berbeda dengan cara mengolah yang berbeda pula. Pakaian yang
digunakan sebaiknya bersih, layak dan nyaman dipakai. Untuk
pemeliharaan kesehatan seyogyanya terdapat fasilitas kesehatan berupa
poliklinik yang buka 24 jam dan memberikan pelayanan kegawat
daruratan yang mudah diakses. Apabila perlu dirujuk, tersedia fasilitas
ambulans yang siap setiap saat. Biasanya diperlukan pula fasilitas
fisioterapi.
c. Pemanfaatan waktu luang merupakan suatu upaya untuk memberikan
peluang dan kesempatan bagi lansia untuk mengisi waktu luangnya dengan
berbagai kegiatan atau aktivitas yang positif, bermakna, dan produktif bagi
dirinya maupun orang lain. Kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan harus
sesuai dengan minat, bakat, dan potensi yang mereka miliki (Annubawati,
2014). Tidak hanya sekedar mengisi waktu luang tetapi sesuatu yang
menyenangkan, akan lebih baik jika produktif; sehingga dapat berfungsi
sebagai terapi masalah psikososial dan emosional yang mungkin dialami
oleh lansia. Demikian juga dengan kegiatan rekreasi, seyogyanya tidak
hanya menyenangkan tetapi merupakan kesempatan untuk berinteraksi
dengan lingkungan di luar panti sehingga mereka merasa tidak terisolasi
tetapi masih terhubung dengan lingkungan di sekitarnya
d. Bimbingan mental dan agama lebih ditujukan untuk mengatasi masalah
emosional dan psikologis. Berdasarkan informasi dari Tim Kajian Bentuk
Pelayanan Lanjut Usia di Daerah Istimewa Yogyakarta, banyak lansia
yang tinggal di panti werdha yang kesepian, sedih, menarik diri dari
pergaulan dan kegiatan, pasif, murung, mengalami emosi negatif,
bermusuhan dengan sesama penghuni panti, dan sebagainya. Untuk
membantu mengatasi masalah tersebut kegiatan bimbingan mental dan
keagamaan melalui kegiatan konseling dapat membantu mereka.
sementara itu, bimbingan sosial lebih ditujukan untuk mengatasi masalah
relasi sosial dengan keluarga atau lingkungan sosialnya. Terkait dengan
pelaksanaan bimbingan sosial di panti wedha, Tim Kajian Bentuk
Pelayanan Lansia di DIY (2014) menemukan bahwa di panti werdha ada
kecenderungan pelayanan bimbingan sosial ini relatif sama dengan
bimbingan psikologis; belum diarahkan untuk memfasilitasi interaksi atau
komunikasi antar penghuni panti sosial maupun dengan warga masyarakat
lainnya. Masalah relasi sosial seringkali menjadi penyebab atau saling
pengaruh mempengaruhi dengan masalah emosional dan psikologis,
sehingga memperbaiki relasi sosial dengan keluarga atau lingkungan sosial
lainnya akan membantu memecahkan masalah emosional dan psikologis
juga
e. Pelayanan bagi lansia dalam panti diberikan sampai dengan lansia
meninggal. Pelayanan yang diberikan merupakan perawatan jangka
panjang (Long-Term Care). Oleh karena itu, pelayanan pengurusan
pemakaman pun turut menjadi tanggung jawab panti, sesuai dengan agama
yang dianutnya masing-masing.

2.6 Peran dan Tanggung Jawab Perawat Gerontik


Peran perawat gerontik secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua
macam, yaitu peran secara umum dan peran spesialis. Peran secara umum
yaitu pada berbagai setting, seperti rumah sakit, rumah, nursing home,
komunitas, dengan menyediakan perawatan kepada individu dan keluarganya
(Hess, Touhy, & Jett, 2005). Perawat bekerja di berbagai macam bentuk
pelayanan dan bekerja sama dengan para ahli dalam perawatan klien mulai
dari perencanaan hingga evaluasi. Peran secara spesialis terbagi menjadi dua
macam yaitu perawat gerontik spesialis klinis/gerontological clinical nurse
specialist (CNS) dan perawat gerontik pelaksana/geriatric nurse
practitioner(GNP). Peran CNS yaitu perawat klinis secara langsung,
pendidik, manajer perawat, advokat, manajemen kasus, dan peneliti dalam
perencanaan perawatan atau meningkatkan kualitas perawatan bagi klien
lansia dan keluarganya pada setting rumah sakit, fasilitas perawatan jangka
panjang, outreach programs, dan independent consultant. Sedangkan peran
GNP yaitu memenuhi kebutuhan klien pada daerah pedalaman; melakukan
intervensi untuk promosi kesehatan, mempertahankan, dan mengembalikan
status kesehatan klien; manajemen kasus, dan advokat pada setting klinik
ambulatori, fasilitas jangka panjang, dan independent practice. Hal ini sedikit
berbeda dengan peran perawat gerontik spesialis klinis. Perawat gerontik
spesialis klinis memiliki peran, diantaranya:
a. Provider of care
Perawat klinis melakukan perawatan langsung kepada klien, baik di
rumah sakit dengan kondisi akut, rumah perawatan, dan fasilitas
perawatan jangka panjang. Lansia biasanya memiliki gejala yang tidak
lazim yang membuat rumit diagnose dan perawatannya. Maka perawat
klinis perlu memahami tentang proses penyakit dan sindrom yang
biasanya muncul di usia lanjut termasuk faktor resiko, tanda dan gejala,
terapi medikasi, rehabilitasi, dan perawatan di akhir hidup
b. Peneliti
Level yang sesuai untuk melakukan penelitian adalah level S2 atau
baccalaureate level. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas perawatan
klien dengan metode evidence based practice. Penelitian dilakukan
dengan mengikuti literature terbaru, membacanya, dan mempraktekkan
penelitian yang dapat dipercaya dan valid. Sedangkan perawat yang
berada pada level undergraduate degrees dapat ikut serta dalam
penelitian seperti membantu melakukan pengumpulan data
c. Manajer Perawat
Manajer perawat harus memiliki keahlian dalam kepemimpinan,
manajemen waktu, membangun hubungan, komunikasi, dan mengatasi
perubahan. Sebagai konsultan dan sebagai role model bagi staf perawat
dan memiliki jiwa kepemimpinan dalam mengembangkan dan
melaksanakan program perawatan khusus dan protokol untuk orang tua
di rumah sakit. Perawat gerontik berfokus pada peningkatan kualitas
perawatan dan kualitas hidup yang mendorong perawat menerapkan
perubahan inovatif dalam pemberian asuhan keperawatan di panti jompo
dan setting perawatan jangka panjang lainnya
d. Advokat
Perawat membantu lansia dalam mengatasi adanya ageism yang sering
terjadi di masyarakat. Ageism adalah diskriminasi atau perlakuan tidak
adil berdasarkan umur seseorang. Seringkali para lansia mendapat
perlakuan yang tidak adil atau tidak adanya kesetaraan terhadap berbagai
layanan masyarakat termasuk pada layanan kesehatan. Namun, perawat
gerontology harus ingat bahwa menjadi advokat tidak berarti membuat
keputusan untuk lansia, tetapi member kekuatan mereka untuk tetap
mandiri dan menjaga martabat, meskipun di dalam situasi yang sulit
e. Edukator
Perawat harus mengambil peran pengajaran kepada lansia, terutama
sehubungan dengan modifikasi dalam gaya hidup untuk mengatasi
konsekuensi dari gejala atipikal yang menyertai usia tua. Perawat harus
mengajari para lansia tentang pentingnya pemeliharaan berat badan,
keterlibatan beberapa jenis kegiatan fisik seperti latihan dan manajemen
stres untuk menghadapi usia tua dengan kegembiraan dan kebahagiaan.
Perawat juga harus mendidik lansia tentang cara dan sarana untuk
mengurangi risiko penyakit seperti serangan jantung, stroke, diabetes,
alzheimer, dementia, bahkan kanker
f. Motivator
Perawat memberikan dukungan kepada lansia untuk memperoleh
kesehatan optimal, memelihara kesehatan, menerima kondisinya. Perawat
juga berperan sebagai innovator yakni dengan mengembangkan
strategi untuk mempromosikan keperawatan gerontik serta
melakukan riset/ penelitian untuk mengembangkan praktik keperawatan
gerontik.
g. Manajer Kasus
Manajemen kasus adalah metode intervensi lain yang dapat mengurangi
penurunan fungsional klien lansia berisiko tinggi dirawat di rumah sakit.
Umumnya, manajemen kasus disediakan bagi klien yang mendapatkan
berbagai perawatan yang berbeda.

2.7 Profil Panti Werdha


Unit Pelaksana Teknis Griya Werdha Jambangan terletak di jalan
Jambangan Baru Tol 15A, Jambangan, Surabaya. Panti werdha ini
merupakan panti yang dikelola oleh Dinas Sosial Pemerintah Kota
Surabaya yang ditujukan untuk warga Surabaya lanjut usia (umur 60 tahun
ke atas) yang tidak mampu secara ekonomi/miskin, terlantar, tidak
mempunyai keluarga.Persyaratan untuk masuk ke panti ini yaitu lansia
miskin terlantar berusia 60 (Enam puluh) tahun ke atas yang telah terjaring
dalam kegiatan razia/penertiban terpadu dan telah ditampung di Liponsos
Keputih atau yang lansia miskin terlantar yang ditemukan oleh pihak
masyarakat atau pemangku wilayah, pria/ wanita minimal usia 60 tahun,
sehat jasmani dan rohani, dan dapat mengisi berkas administrasi dengan
lengkap.
Panti ini memiliki kapasitas lansia yaitu 130 orang, dan saat ini terisi
sekitar 126 orang. Bangunan Panti merupakan bangunan permanen dengan
dinding tembok, lantai keramik, atap genteng, ventilasi dan pencahayaan
cukup yangterdapat kantor sekretariat, ruang pertemuan, ruang perawatan
dan medis, musholla, gudang, wisma mandiri care perempuan, wisma
partial care perempuan, wisma total care perempuan, wisma mandiri care
laki-laki, wisma partial care laki-laki, wisma total care laki-laki, kamar
mandi pegawai, kamar mandi lansia, dapur, ruang cuci baju. Kamar lansia
perempuan dan laki-laki dibedakan, kamar untuk lansia laki- laki antara
lain ruang melati; wijaya kusuma; tulip dan kamboja, sedangkan untuk
lansia perempuan berada di ruang teratai; mawar; anggrek dan lavender,
untuk lansia total care : kenanga
BAB 3
HASIL PENGKAJIAN

3.1.Pengkajian Kelompok Lansia


Pengkajian dilakukan pada tanggal 25 Juni 2018 di UPTD Griya Werdha
Jambangan Surabaya meliputi jumlah lansia, perhitungan jenis kelamin, usia,
agama, kemampuan ADL indeks Barthel, aspek kognitif, pengkajian depresi,
dan status nutrisi. Total lansia yang berhasil dikaji sejumlah 122 orang.
1. Distribusi Frekuensi Lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan
Surabaya pada tanggal 21 Mei 2018.
Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Lansia di UPTD Griya Werdha
Jambangan Surabaya tanggal 25 Juni 2018
No Ruangan f %
1 Melati 11 9,0
2 Kenanga 18 14
3 Teratai 16 13
4 Kamboja 9 7
5 Anggrek 16 13
6 Wijaya Kusuma 11 9
7 Lavender 16 12
8 Mawar 17 13
9 Tulip 13 10
Total 127 100,0
Berdasar tabel 3.1 lansia terbanyak tinggal di ruang Kenanga dan
yaitu 14 % (18 orang), lansia paling rendah tinggal di Ruang Kamboja
yakni sebesar 7 % (9 orang).
2. Distribusi Frekuensi Lansia berdasarkan jenis kelamin di UPTD Griya
Werdha Jambangan Surabaya tanggal 26 Juni 2018.
Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Lansia berdasarkan jenis kelamin di
UPTD Griya Jambangan Surabaya tanggal 26 Juni 2018

No Jenis Kelamin f %
1 Laki-Laki 44 35
2 Perempuan 83 65
Total 127 100,0
Sebagian besar lansia yakni 65% sebanyak 83 lansia adalah
perempuan, sedangkan sisanya (35 %) adalah laki-laki.
3. Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Usia Menurut WHO di
wisma kelolaan di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya tanggal
26 Juni 2018.

Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Usia Menurut


WHO di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya tanggal 26 Juni
2018

No Usia f %
1 Usia 45-59 tahun(Middle age) 4 3
2 Usia 60-74 tahun(Elderly) 65 51
3 Usia 75-89 tahun (Old) 51 40
4 Usia>90 tahun(Very old) 7 6
Total 127 100,0
Berdasarkan tabel 3.3 diketahui jumlah Lansia di UPTD Griya
Werdha sebagian besar berusia di 60-74 tahun yakni 51 % (65 lansia).
4. Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Agama di UPTD Griya
Werdha Jambangan Surabaya tanggal 26 Juni 2018
Tabel 3.4 Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Agama yang
dianut di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya tanggal 26 Juni
2018

No Agama f %
1 Islam 117 92
2 Kristen 7 6
3 Katolik 3 2
Total 127 100,0
Berdasarkan Tabel 3.4, agama yang dianut lansia di UPTD Griya Werdha
Jambangan Surabaya tanggal 26 Juni 2018. Didapatkan mayoritas lansia
beragama Islam yaitu sebanyak 117 lansia (92%).
5. Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Lama Tinggal di UPTD
Griya Werdha Jambangan Surabaya tanggal 26 Juni 2018.
Tabel 3.5 Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Lama Tinggal di
UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya tanggal 26 Juni 2018
No Keterangan f %
1 ≤ 1 tahun 45 35
2 > 1 tahun 82 65
Total 127 100
Berdasarkan lama tinggal lansia di UPTD Griya Werdha
Jambangan Surabaya, didapatkan hasil bahwa sebagian besar lansia
tinggal selama >1 tahun yakni sebesar 65% atau sebanyak 82 lansia.
6. Distribusi Frekuensi Aspek Kognitif berdasarkan Mini Mental State
Exam (MMSE) di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya tanggal
26 Juni 2018
Tabel 3.6 Distribusi Frekuensi Aspek Kognitif berdasarkan MMSE
pada Lansia di UPTD Griya Werdha jambangan Surabaya tanggal 26
Juni 2018

No Keterangan f %
1 Tidak Ada Gangguan kognitif 40 32
2 Gangguan Kognitif Sedang 45 25
3 Gangguan Kognitif Berat 42 33
Total 127 100,0
Berdasarkan tabel 3.6 diketahui bahwa hasil dari pengukuran MMSE
terhadap lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya ,
didapatkan 42 lansia (33 %) mengalami gangguan kognitif berat.
7. Distribusi Frekuensi Tingkat Indikasi Depresi berdasarkan Geriatic
Depression Scale (GDS) di UPTD Griya Werdha Jambangan
Surabaya tanggal 26 Juni 2018
Tabel 3.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Indikasi Depresi berdasarkan
Geriatric Depresion Scale di UPTD Griya Werdha Jambangan
Surabaya tanggal 26 Juni 2018

No Keterangan f %
1 Tidak Terindikasi Depresi 96 76
2 Terindikasi Depresi 31 24
Total 122 100,0
Berdasarkan tabel 3.7 diketahui hasil dari pengukuran tingkat indikasi
depresi pada lansia di wisma kelolaan sebagian lansia terindikasi
depresi (24 %), sedangkan sisanya (76%) tidak terindikasi depresi.

8. Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian Lansia Berdasarkan


Indeks Barthel di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya
tanggal 26 Juni 2018
Tabel 3.8 Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian Berdasarkan
Indeks Barthel (Lewis,Carole & shaw, Keiba, 2006) pada Lansia di
wisma kelolaan di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya
tanggal 26 Juni 2018

No Keterangan f %
1 Mandiri 56 44
2 Parsial 52 41
3 Total 19 15
Total 127 100,0
Hasil pengukuran Barthel Indeks didapatkan bahwa jumlah lansia
yang mandiri sebesar 44% (56 orang), parsial 41% (52 orang), dan
bantuan total sebanyak 15% (19 orang).

9. Distribusi Frekuensi Resiko Jatuh Time Up To go Test (TUGT) yang


dialami lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya
pengkajian tanggal 26 Juni 2018
Tabel 3.9 Frekuensi Resiko Jatuh Time Up To go Test (TUGT) yang
dialami lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya
pengkajian tanggal 26 Juni 2018
No Keterangan f %
1 Tidak Berisiko Jatuh 50 39
2 Resiko Tinggi Jatuh 28 22
3 Jatuh Dalam Kurun Waktu 6
12 10
Bulan
4 Butuh Bantuan Dalam Mobilisasi 37 29
Total 127 100,0

Berdasarkan tabel 3.9 diketahui hasil pengkajian kepada seluruh


lansia sebanyak 28 lansia (22 %) yang beresiko tinggi jatuh.
10. Distribusi Frekuensi Tingkat Kualitas Tidur Berdasarkan keluhan
lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya tanggal 26 Juni
2018
Tabel 3.10 Distribusi Frekuensi Tingkat Kualitas Tidur Berdasarkan
keluhan lansia pada Lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan
Surabaya tanggal 26 Juni 2018

No Keterangan f (%)
1. Kualitas baik 107 84
2. Kualitas buruk 20 16
Total 127 100
Berdasarkan tabel 3.10 diketahui bahwa hasil pengukuran tingkat
kualitas tidur lansia sebagian besar mempunyai kualitas tidur baik
sebanyak 107 lansia (84%).
11. Distribusi Frekuensi Keluhan utama yang dialami Lansia di UPTD
Griya Werdha Jambangan Surabaya pengkajian tanggal 26 Juni
2018.
Tabel 3.11 Distribusi Frekuensi Keluhan utama yang dialami Lansia
di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya pengkajian tanggal 26
Juni 2018.

No Keluhan f %
1 Nyeri Sendi 57 48
2 Gatal- gatal 16 13
3 Kelemahan ekstremitas (parese/paralise) 1 1
4 Penurunan nafsu makan 1 1
5 Gangguan penglihatan 4 3
6 Gangguan pendengaran 2 2
7 Tidak ada keluhan 32 27
Total 127 100

Berdasarkan tabel 3.11 diketahui hasil pengkajian kepada seluruh lansia


paling banyak mengeluhkan adanya nyeri sendi sebesar 57 lansia (48
%).

12. Distribusi Frekuensi Riwayat Penyakit yang dialami Lansia di


UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya per bulan Januari 2018.
Tabel 3.12 Distribusi Frekuensi Penyakit yang dialami Lansia di
UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya per bulan Januari 2018

No JenisPenyakit f %
1 Hipertensi 13 27
2 Asam Urat 5 11
3 Gangguan Kulit 17 35
4 Kolesterol 3 6
5 DM 7 15
6 Lain-lain 3 6
Total 127 100
Berdasarkan tabel 3.12 diketahui hasil pengukuran frekuensi penyakit
lansia terbanyak yaitu hipertensi sebanyak 13 orang dan gangguan kulit
sebanyak 17 orang.

3.2. Masalah keperawatan pada Lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan


Surabaya
Masalah keperawatan pada lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan
Surabaya berdasarkan pengkajian tanggal 26 Juni 2018 antara lain:
1. Nyeri Akut
2. Kerusakan memori
3. Distress spiritual
4. Gangguan pola tidur
5. Frailty
6. Hambatan mobilitas fisik
7. Nyeri kronis
8. Kerusakan Integritas kulit

3.3 Identifikasi Masalah


1. Terdapat 11% lansia yang mengeluhkan pusing dan 32,79% lansia
yang menderita hipertensi
2. Hasil pengkajian MMSE terdapat 53 lansia (43,4%) yang mengalami
gangguan kognitif berat
3. Sebagian lansia nasrani hari minggu ke Gereja, namun saat ini tidak
dapat melakukan ibadah ke Gereja
4. Hasil pengukuran tingkat kualitas tidur lansia terdapat 45 lansia yang
mengalami kualitas tidur buruk
5. Berdasarkan Indeks Barthel terdapat 18 lansia (14,8%) yang
ketergantungan total
6. Berdasarkan hasil Time Up To go Test (TUGT), terdapat 24 lansia
yang membutuhkan bantuan dalam mobilisasi. 14,8 % (18 lansia)
mengalami ketergantungan total dalam beraktivitas.
7. Lansia paling banyak mengeluhkan adanya nyeri sendi sebesar 28
lansia (23 %).
8. Terdapat 19 lansia yang mengeluhkan gatal- gatal
BAB IV
PLANING OF ACTION (POA)

1. Sie Olahraga dan rekreasi


Indikator Waktu/ Penanggung
No. Masalah Tujuan Kegiatan Sasaran
Keberhasilan Tempat Jawab
1. Gangguan Setelah dilakukan 1. Up Brain 1. Lansia dapat Lansia di Sabtu, 30 Dwi Hartini
memori ditandai intervensi Game mengikuti UPDT Griya Juni 2018 S.Kep
dengan keperawatan Up kegiatan Werdha Pukul :
penurunan daya Brain Game dan dengan baik Jambangan 09.00-10.30
ingat, konsentrasi Permainan Uno 2. Lansia dengan Tempat :
menurun, dengan Stako terjadinya mengatakan kategori Lapangan
jumlah lansia demensia, senang mandiri,
gangguan mempertahankan partial dan
kognitif berat tingkat kognitif total care
sebanyak 42 dan depresi pada
orang dan jumlah lansia menurun
lansia gangguan
kognitif sedang
sebanyak 45
orang
Indikator Waktu/ Penanggung
No. Masalah Tujuan Kegiatan Sasaran
Keberhasilan Tempat Jawab
2 Gangguan Melatih 2. Terapi 1. Lansia dapat Lansia di Sabtu, 30 Muhammad
memori ditandai konsentrasi dan Uno Stako mengikuti UPDT Griya Juni 2018 Roziqin,
dengan melatih motorik kegiatan dengan Werdha Pukul : S.Kep
penurunan daya dan kognitif baik Jambangan 10.00-10.30
ingat jangka secara bersamaan 2. Lansia dapat dengan Tempat :
pendek bermain stako kategori Lapangan
sesuai dengan mandiri
peraturan

3 Nyeri kronis Setelah dilakukan Senam yoga 1. Lansia dapat Lansia di Kamias, 28 Maria Wahyu
ditandai dengan intervensi rematoid mengikuti UPDT Griya Juni 2018 Mp., S.Kep
sebagian besar keperawatan pada atritis kegiatan Werdha Pukul :
lansia menderita lansia dengan dengan baik Jambangan 16.00-16.30
nyeri yakni retoid stritis, 2. Lansia kategori Tempat :
sebanyak 57 penurunan rasa mengikuti partial care aulia
orang lansia sakit mengurangi kegiatan hingga
kekakuan sendi selesai
3. Lansia
mengatakan
sendi sendi
terasa lebih
releks
Indikator Waktu/ Penanggung
No. Masalah Tujuan Kegiatan Sasaran
Keberhasilan Tempat Jawab
5 Nyeri kronis Setelah dilakukan Senam 1. Lansia dapat Lansia di Minggu, 01 M. Anis
Sebagian besar tindakan Ergonomis mengikuti UPDT Griya Juli 2018 Taslim, S.Kep
lansia menderita keperawatan kegiatan Werdha Pukul :
nyeri yakni senam ergonomis dengan baik Jambangan 08.00-08.30
sebanyak 57 diharapkan lansia 2. Lansia kategori Tempat:
orang lansia dapat mengatakan Mandiri& Ruang
mengendalikan senang Parsial makan
dan mengontrol
nyeri dan
meningkatkan
kenyamanan
6 Penurunan fungsi Setelah dilakukan Jalan sehat 1. Lansia dapat Lansia di Jum’at, 6 Fatikhul
motorik. tindakan mengikuti UPDT Griya Juni 2018 Muhtadi,
Sebagian besar keperawatan jalan kegiatan Werdha Pukul : S.Kep
lansian yakni sehat diharapkan dengan baik Jambangan 08.00-10.00
sebanyak 84 lansia dapat 2. Lansia kategori Tempat :
orang menjaga mengatakan Mandiri Sekitaran
memperoleh kebugaran, senang panti
APGAR score meningkatkan
dengan kategori kemandirian,
sedang serta dapat
bersosialisasi
dengan
masyarakat
sekitar
2. Sie Rohani
Indikator Waktu/ Penanggung
No. Masalah Tujuan Kegiatan Sasaran
Keberhasilan Tempat Jawab
1. Gangguan Setelah Hafalan Lansia dapat Lansia di Waktu: , 29, Lilik
memori ditandai dilakukan surat-surat melafalkan bacaan UPDT Griya 02, 04 Umaroh,
dengan intervensi pendek surat-surat pendek Werdha Pukul 18.30- S.Kep
penurunan daya keperawatan dengan baik dan Jambangan 19.30
ingat, konsentrasi hafalan surat benar. kategori
menurun, dengan pendek Mandiri& Tempat:
jumlah lansia diharapkan Parsial Ruang
gangguan kognitif memori lansia Yang Makan
berat sebanyak 42 dapat beragama
orang dan jumlah dipertahankan. islam
lansia gangguan
kognitif sedang
sebanyak 45
orang
2. Gangguan Setelah Istigosah Lansia Lansia di Waktu: 29, Titah
memori ditandai dilakukan mengatakann UPDT Griya 02, 04 Halimatus
dengan intervensi pikiran lebih Werdha Pukul 17.30- sa’diah ,
penurunan daya istigosah tenang Jambangan 18.30 S.Kep
ingat, konsentrasi diharapkan kategori
menurun, dengan memori lansia Mandiri& Tempat:
jumlah lansia dapat Parsial Mushala
gangguan kognitif dipertahankan. Yang
berat sebanyak 42 beragama
orang dan jumlah islam
lansia gangguan
kognitif sedang
sebanyak 45
Indikator Waktu/ Penanggung
No. Masalah Tujuan Kegiatan Sasaran
Keberhasilan Tempat Jawab
orang

3 Distress Spiritual a. Lansia a. Persekutu a. Lansia mampu Lansia Setiap hari Rina Afriani,
ditandai dengan : Kristen an doa membangun beragama Pukul 18.00 S.Kep
a. Banyak lansia dapat b. Saat hubungan Kristen di
Kristen yang mendekatka teduh pribadi yang UPTD Griya Tempat :
jarang n diri bersama kuat dengan Werdha Ruang
membaca kepada Tuhan dan jambangan Makan Panti
kitab suci Tuhan di saling
b. Beberapa akhir fase menguatkan
lansia kehidupann iman dengan
beragama ya sesame lansia
Kristen susah b. Lansia lainnya
ikut ibadah Kristen b. Lansia mampu
bersama dapat mengikuti
meningkatk kegiatan ibadah
an iman dan sampai selesai
kepercayaan dengan baik
nya kepada c. Lansia mampu
Tuhan melakukan saat
c. Lansia teduh dengan
Kristen rutin setiap hari
dapat
menbangun
iman dengan
kuat
bersama-
sama
Indikator Waktu/ Penanggung
No. Masalah Tujuan Kegiatan Sasaran
Keberhasilan Tempat Jawab
dengan
lansia yang
lain

3. Sie Kesehatan
Indikator Penanggung
No Masalah Tujuan Kegiatan Sasaran Waktu/Tempat
Keberhasilan Jawab
1. Nyeri kronis 1. Mencegah adanya 1. Screening 1. Lansia Seluruh Hari/Tgl: Dhinar Retno,
ditandai peningkatan kesehatan berpartisipa lansia di Senin, S.Kep.
dengan: tekanan darah : si dalam UPDT 02 juli 2018
1. Terdapat 2. Mengetahui Pengecek sreening Griya Jam:
lansia yang jumlah lansia an tekanan Werdha 08.30 WIB
mengeluh yang mengalami tekanan darah Jambangan Tempat:
pusing Hipertensi darah 2. Dapat Surabaya seluruh wisma
2. Beberapa 3. Dapat melakukan ditemukan lansia (Teratai,
lansia perencanaan lansia yang Mawar,
dengan kesehatan untuk mengalami Lavender,
riwayat menurunkan Hipertensi Kenanga, Tulip,
post stroke Hipertensi 3. Lansia Anggrek,
3. Berdasarka dengan Melati, Wijaya
n data di Hipertensi Kusuma,
Panti dilakukan Kamboja)
Werdha perencanaa
Jambangan n
bulan April
2018,
Indikator Penanggung
No Masalah Tujuan Kegiatan Sasaran Waktu/Tempat
Keberhasilan Jawab
Hipertensi 2. Pemberia 4. Lansia Lansia Hari/Tgl: Oktapianti, S.Kep.
penyakit n mas dapat dengan Jum’at,
terbanyak jejaka meningkatk Hipertensi 06 juli 2018
nomor 2 an di UPTD Jam:
sebanyak kekebalan Griya 11.00 WIB
13 lansia tubuh Werdha B
Jambangan Tempat:
Aula UPTD
Panti Werdha
Jambangan

2. Frailty ditandai 1. Mengoptimalkan latihan ROM 1. Lansia hadir Lansia Hari/Tgl: Rifaldi
dengan: mobilisasi lansia (Range Of saat latihan dengan Setiap hari Zulkarnaen,
1. Terdapat sesuai dengan Motion) ROM Hipertensi Jam: S.Kep.
lansia yang kemampuan 2. Lansia di UPTD 07.30 WIB
parsial care 2. Mencegah (parsial care) Griya Tempat:
2. Terdapat kekakuan sendi mampu Werdha Lapangan UPT
lansia yang menirukan Jambangan Griya Werdha
total care gerakan Jambangan
3. Terdapat ROM
lansia yang 3. Lansia
mengeluh mengatakan
kekakuan nyaman
sendi setelah
dilakukan
ROM
Indikator Penanggung
No Masalah Tujuan Kegiatan Sasaran Waktu/Tempat
Keberhasilan Jawab
3. Nyeri kronis 1. lansia menjadi Hypnosis 5 Lansia mampu Seluruh Hari : Minggu, Maria Wahyu,
ditandai lebih rileks jari melakukan lansia 01 Juli 2018 S.Kep.
dengan: 2. tidak terjadi salah satu cara (khususnya Jam:
1. Terdapat kekakuan otot untuk partial dan 16.30 WIB
lansia yang 3. meningkatkan meningkatkan total care) Tempat:
mengeluh mobilisasi, kenyamanan Aula UPTD
nyeri sendi 4. meningkatkan dan Panti Werdha
2. Lansia kualitas tidur mengkontrol Jambangan
mengeluh lansia nyeri
nyeri sendi 5. tidak terjadi
> 3 bulan pegal-pegal.
dan
frekuensiny
a sering
4. Sie Keterampilan

Indikator Penanggung
No Masalah Tujuan Kegiatan Sasaran Waktu/Tempat
Keberhasilan Jawab
1. Penurunan Melatih aktivitas Membuat 1. Lansia Lansia Rabu, 27 Juni Baiq Selly
motoric motorik lansia dan ketrampilan antusias dengan 2018 pukul Silviani, S. Kep
Sebagian meningkatkan bros bunga, mengikuti parsial 08.00-10.00
besar lansian kreativitas lansia kotak kegiatan care dan WIB, UPTD
yakni perhiasan, dari awal minimal Griya Wredha
sebanyak 84 dompet, sampai care Surabaya
orang selesai
hiasan UPTD
memperoleh 2. Sebanyak
lampion, Griya
APGAR >10 lansia
score dengan berpartisip Wredha
kategori asi Surabaya
sedang 3. Lansia
mengataka
n bahwa
dirinya
senang
mengikuti
kegiatan
2. Penurunan Melatih aktivitas Lomba 1. Lansia Lansia Jumat, 6 Juni Amira Aulia,
motoric motorik lansian dan fashion show antusias dengan 2018 pukul S.Kep
Sebagian meningkatkan mengikuti parsial 09.00-10.00,
besar lansian kreativitas lansia kegiatan care dan UPTD Griya
yakni dari awal minimal Wredha
sebanyak 84 sampai care Surabaya
orang selesai
UPTD
memperoleh 2. Sebanyak
Griya
Indikator Penanggung
No Masalah Tujuan Kegiatan Sasaran Waktu/Tempat
Keberhasilan Jawab
APGAR >10 lansia Wredha
score dengan berpartisip Surabaya
kategori asi
sedang 3. Lansia
mengataka
n bahwa
dirnya
senang
mengikuti
kegiatan

5. Sie Lingkungan

Indikator Penanggung
No Masalah Tujuan Kegiatan Sasaran Waktu/Tempat
Keberhasilan Jawab
1. Penurunan Menurunkan Berkebun 1. Lansia Lansia senin, 02 Juli Erwin Purwanto,
tingkat kecemasan lansia, (menanam antusias dengan 2018 pukul S. Kep
kecemasan lavender), mengikuti parsial 08.00-10.00
Meningkatkan kegiatan
repitalisasi care dan WIB, UPTD
aktivistas sosial dari awal
binahong, minimal Griya Wredha
menanam sampai care Surabaya
selesai
tanaman UPTD
2. Sebanyak
hidroponik Griya
>10 lansia
(sawi) berpartisip Wredha
asi Surabaya
3. Lansia
Indikator Penanggung
No Masalah Tujuan Kegiatan Sasaran Waktu/Tempat
Keberhasilan Jawab
mengataka
n bahwa
dirinya
senang
mengikuti
kegiatan

Kurang Membuat tanaman Penanaman 1. Lansia Lansia Minggu, 1 Juli Rifaldi


penghijauan yang berguna untuk lavender antusias dengan 2018 pukul Zulkarnaen,
mengusir nyamuk mengikuti parsial 08.00-09.00, S.Kep
dan penghijauan kegiatan dari care dan Area/Lingkungan
awal sampai minimal sekitar UPTD
selesai care Griya Wredha
2. Sebanyak
UPTD Surabaya
>10 lansia
Griya
berpartisipas
i Wredha
3. Lansia Surabaya
mengatakan
bahwa
dirinya
senang
mengikuti
kegiatan
DAFTAR PUSTAKA

Arora. 2008. 5 Langkah Mencegah Dan Mengobati Tekanan Darah Tinggi.


Jakarta Bhauana Ilmu Populer
Azizah, Lilik Ma’ rifatul. 2011. Keperawatan LanjutUsia. Edisi 1. Yogyakarta :
GrahaIlmu
Hutapea, R. 2015. Sehat dan Ceria di Usia Senja (Melangkah dengan anggun).
Jakarta: Rineka Cipta.
Junaidi, Iskandar. 2010. Hipertensi Pengenalan, Pencegahan, dan Pengobatan.
Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer.
Kowalski, Robert. 2010. Terapi Hipertensi: Program 8 minggu Menurunkan
Tekanan Darah Tinggi. Alih Bahasa: Rani Ekawati. Bandung: Qanita
Mizan Pustaka
Nugroho, W. 2012. Perawatan Lanjut Usia. Jakarta: EGC.
Poerwanto. 2010. Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif Antropologi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Rahajeng E, Tuminah S. 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di
Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan
Penelitian Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Riset Kesehatan Dasar. 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
Soejono. 2010. Pedoman Pengelolaan Kesehatan Pasien Geriatri. Jakarta: Pusat
Informasi dan Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Lampiran 1
SUSUNAN KEPANITIAAN
PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK
DI UNIT PELAYANAN TEKNIS GRIYA WERDHA JAMBANGAN
SURABAYA

Penaggung Jawab : PJMK Keperawatan Gerontik


Dr. Retno Indrawati, S.Kep., Ns., M.Kep
NIP 197803162008122002

Organizing Comitee
Ketua : Muhammad Bagus,S.Kep NIM. 131723143039
Sekretaris : Amira Aulia, S.Kep NIM. 131723143026
: Maria Wahyu M.P.,S.Kep NIM. 131723143033
Bendahara : Rina Alfriani R, S.Kep NIM. 131723143043
: Kholidatul Azizah, S.Kep NIM. 131723143029
Sie Rohani : Titah Khalimatus S, S. Kep NIM. 131723143042
Anggota : Lilik Umaroh, S.Kep NIM. 131723143034
: Alpian Umbu Dewa NIM. 131723143041
Sie Olahraga & Rekreasi : Ahmad Asroful Anam, S. Kep NIM. 131723143037
Anggota : Fatichul Muhtadi, S. Kep NIM. 131723143040
: Nur Sayyid J.R., S.Kep NIM. 131723143030
Sie Kesehatan : Yumiati Tuwa Ringu, S. Kep NIM. 131723143044
Anggota : Oktapianti, S. Kep NIM. 131723143024
: Tuti Kurniati, S. Kep NIM. 131723143044
Sie Ketrampilan : Baiq Selly Silviani, S. Kep NIM. 131723143028
Anggota : Dwi Hartini, S. Kep NIM. 131723143027
: Dhinar Retno P., S. Kep NIM. 131723143037
Sie Lingkungan : Erwin Purwanto, S.Kep NIM. 131723143032
Anggota : Rifaldi Zulkarnaen, S.Kep NIM. 131723143035
: Hary Budiarto NIM. 131723143031
Sie Umum : Muhammad Roziqin, S.Kep NIM. 131723143023
Anggota : Muhammad Anis, S.Kep NIM. 131723143025
: Muhammad Tarmizi, S.Kep NIM. 131723143038
Lampiran 2
PRE PLANNING
PERSEKUTUAN DOA

Hari/Tanggal : Rabu / 25 Juni 2018


Tempat : UPTD Griya Werdha Surabaya
Waktu : 18.00 WIB – selesai
Kegiatan : Persekutuan Doa

A. Pendahuluan
1 Latar Belakang
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan
tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan,
kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf. Dimensi spiritual ini
berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan
dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika
sedang menghadapi stress emosional, penyakit fisik atau kematian (Hamid,
2000).
Stoll (1995) menguraikan bahwa spiritual sebagai konsep dua
dimensi yaitu dimensi vertikal adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang
Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang, dan dimensi horizontal
adalah hubungan seseorang dengan diri sendiri, dengan orang lain dan
dengan lingkungan (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995). Menurut Roper
(2002) menyatakan bahwa spiritual dapat menjadi medikasi terapeutik tanpa
memandang agama, ras, dan warna kulit, misalnya dalam meningkatkan
koping, dukungan sosial, optimisme dan harapan, mengurangi depresi dan
kecemasan, serta mendukung perasaan relaksasi.
Menurut Undang-Undang No.13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan
lanjut usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas. Sementara itu WHO mengatakan bahwa
lanjut usia meliputi usia pertengahan yaitu kelompok usia 45-59 tahun
(Nugroho, 2008). Laju perkembangan kesehatan di Indonesia salah satunya
dicerminkan dari peningkatan lanjut usia. Darmojo (2002) mengatakan
bahwa pertumbuhan penduduk lansia di Indonesia tercatat sebagai paling
pesat di dunia dalam kurun waktu tahun 1990-2025. Jumlah lansia yang kini
sekitar 16 juta orang, akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020, atau sebesar
11,37 persen dari jumlah penduduk. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia
berada pada peringkat keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika
serikat. Kenaikan pesat itu berkaitan dengan usia harapan hidup penduduk
Indonesia. Usia 60 tahun di Indonesia merupakan indikasi seseorang
memasuki masa lanjut usia (lansia).
Kebutuhan spiritual yang terpenuhi pada masa ini akan membuat
lansia mampu merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan
keberadaannya di dunia, mengembangkan arti penderitaan dan meyakini
suatu hikmah dari suatu kejadian/penderitaan, menjalin hubungan yang
positif dan dinamis melalui keyakinan, rasa percaya diri dan cinta. Lansia
juga akan mampu membina integritas personal dan merasa dirinya berharga,
merasakan kehidupan yang terarah terlihat melalui harapan, serta mampu
mengembangkan hubungan antar manusia yang positif (Hamid, 2000).
Salah satu aktivitas yang dapat meningkatkan pengetahuan Agama di
masa lanjut usia adalah ibadah persekutuan doa. Persekutuan doa
merupakan kegiatan ibadah bersama-sama untuk meningkatkan iman dan
kepercayaan kepada Tuhan dengan mendengarkan Firman Tuhan, membaca
Alkitab dan bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari – hari.
Kegiatan ini juga memberikan kesempatan kepada klien untuk bersosialisasi
dengan satu sama lain dan berbagi kesaksian iman bagaimana pertolongan
Tuhan untuk saling menguatkan satu sama lain. Oleh karena itu kegiatan
persekutuan doa dapat diterapkan di UPTD Griya Werdha Jambangan
Surabaya untuk meningkatkan iman dan kepercayaan kepada Tuhan dalam
kehidupan sehari-hari.
2 Tujuan
a. Tujuan umum
Meningkatkan kualitas ibadah pada lansia di Panti Griya Werdha
Surabaya
b. Tujuan khusus
1) Meningkatkan sosialisasi antar lansia di UPTD Griya Werdha
Surabaya.
2) Lansia Kristen protestan dan Khatolik dapat rutin membaca Alkitab
dan berdoa sehari – hari.

B. Plan of Action
1. Rencana Strategis
Kegiatan ibadah persekutuan doa dilakukan pada pukul 18.00 WIB.
Kegiatan ini diikuti oleh klien dengan tingkat ketergantungan minimal care
dan partial care. Evaluasi dilakukan secara formatif, yaitu setiap hari
setelah dilaksanakannya ibadah persekutuan doa yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas ibadah klien.
2. Tindakan
a. Berkoordinasi dengan Kepala UPTD, Perawat Griya, dan Pembimbing
Akademik dalam rencana pelaksanaan kegiatan.
b. Menyiapkan peralatan dan tempat
c. Menyampaikan yang memberikan pelayanan Doa, pembawa pujian dan
Firman Tuhan
3. Pengorganisasian Kelompok
Penanggung jawab kegiatan : Alpian Umbu Dewa S.Kep
Pelaksana kegiatan : Rina Afriani, S.Kep
4. Sasaran
Seluruh lansia Kristen protestan dan Khatolik dengan tingkat
ketergantungan minimal care dan partial care di Panti Griya Werdha.
3. Media
Buku kidung Pujian dan Alkitab.
4. Metode
Doa, Pujian, Khotbah dan kesaksian
5. Susunan Acara
No Waktu Kegiatan Kegiatan Peserta PJ Pelaksana
1 18.00 – Persekutuan Doa, puji-pujian, Yohanes P.
19.00 WIB Doa mendengarkan Doka S.Kep,
Khotbah, Getrudis F. Diaz
memberikan S.Kep, Silvia L.
kesaksian Suwandi S.Kep,
Ezra L.S.Sinaga
S.Kep, Eni S.
Boangmanalu
S.Kep
6. Susunan Tempat
Hall UPTD Griya Werdha Surabaya.
Keterangan :
: Peserta
: Fasilitator
: Pemateri

: Meja

C. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan alat dan tempat pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap hari
kecuali hari Kamis
b. Persiapan pre planning kegiatan dilakukan 1 hari sebelum kegiatan
c. Persiapan pengorganisasian tugas dilakukan 1 hari sebelum kegiatan
d. Persiapan lansia dilakukan 1 jam sebelum kegiatan dimulai.

2. Evalauasi Proses
a. 90% klien dengan ketergantungan minimal care dan partial care
kooperatif dalam mengikuti kegiatan persekutuan doa
b. Klien antusias dalam membawakan puji-pujian.
3. Evaluasi Hasil
a. Masih ada klien yang malu untuk memberikan kesaksian.
b. Klien mampu mengikuti kegiatan kultum dengan tertib.

Surabaya, 25 April 2018

Ketua

Muhammad Bagus,S.Kep
NIM. 131723143039

Mengetahui,

Kepala UPTD Griya Werdha Penanggung Jawab Mata Kuliah

Septarti Hendartini, S. Sos Dr. Retno Indarwati, S.Kep. Ns., M.Kep


NIP. 19660918 198901 2 002 NIP. 19780316 200812 2 002
PRE PLANNING
HAFALAN SURAT-SURAT PENDEK AL-QUR’AN (SECARA
BERSAMBUNG)

Hari/Tanggal : Jum’at, 29 Juni 2018


Tempat : UPTD Griya Werdha Surabaya
Waktu : 16.00 – 16.45 WIB
Kegiatan : Hafalan surat pendek

A. Pendahuluan
1 Latar Belakang
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan
tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan,
kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf. Dimensi spiritual ini
berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan
dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika
sedang menghadapi stress emosional, penyakit fisik atau kematian (Hamid,
2000).
Stoll (1995) menguraikan bahwa spiritual sebagai konsep dua
dimensi yaitu dimensi vertikal adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang
Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang, dan dimensi horizontal
adalah hubungan seseorang dengan diri sendiri, dengan orang lain dan
dengan lingkungan (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995). Menurut Roper
(2002) menyatakan bahwa spiritual dapat menjadi medikasi terapeutik tanpa
memandang agama, ras, dan warna kulit, misalnya dalam meningkatkan
koping, dukungan sosial, optimisme dan harapan, mengurangi depresi dan
kecemasan, serta mendukung perasaan relaksasi.
Menurut Undang-Undang No.13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut
usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai
usia 60 tahun ke atas. Sementara itu WHO mengatakan bahwa lanjut usia
meliputi usia pertengahan yaitu kelompok usia 45-59 tahun (Nugroho,
2008). Laju perkembangan kesehatan di Indonesia salah satunya
dicerminkan dari peningkatan lanjut usia. Darmojo (2002) mengatakan
bahwa pertumbuhan penduduk lansia di Indonesia tercatat sebagai paling
pesat di dunia dalam kurun waktu tahun 1990-2025. Jumlah lansia yang kini
sekitar 16 juta orang, akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020, atau sebesar
11,37 persen dari jumlah penduduk. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia
berada pada peringkat keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika
serikat. Kenaikan pesat itu berkaitan dengan usia harapan hidup penduduk
Indonesia. Usia 60 tahun di Indonesia merupakan indikasi seseorang
memasuki masa lanjut usia (lansia).
Kebutuhan spiritual yang terpenuhi pada masa ini akan membuat
lansia mampu merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan
keberadaannya di dunia, mengembangkan arti penderitaan dan meyakini
suatu hikmah dari suatu kejadian/penderitaan, menjalin hubungan yang
positif dan dinamis melalui keyakinan, rasa percaya diri dan cinta. Lansia
juga akan mampu membina integritas personal dan merasa dirinya berharga,
merasakan kehidupan yang terarah terlihat melalui harapan, serta mampu
mengembangkan hubungan antar manusia yang positif (Hamid, 2000).
Salah satu aktivitas yang dapat memberikan efek ketenangan secara
psikologis di masa lanjut usia dapat dengan menghafal ayat - ayat Al-
Qur’an. Penurunan depresi, kesedihan, memperoleh ketenangan jiwa,
menangkal berbagai macam penyakit merupakan pengaruh umum yang
dirasakan orang-orang yang menghafal ayat-ayat Al - Quran. Penelitian Dr.
Al Qadhi ini diperkuat pula oleh penelitian lainnya yang dilakukan oleh
dokter yang berbeda. Objek penelitiannya terhadap 5 orang sukarelawan
yang terdiri dari 3 pria dan 2 wanita. Penelitian yang dilakukan sebanyak
210 kali ini terbagi dua sesi, yakni membacakan Al-Qur’an dengan tartil dan
membacakan bahasa Arab yang bukan dari Al-Qur’an. Kesimpulannya,
responden mendapatkan ketenangan sampai 65% ketika mendengarkan
bacaan Al-Qur’an dan mendapatkan ketenangan hanya 35% ketika
mendengarkan bahasa Arab yang bukan dari Al-Qur’an. Manfaat-manfaat
itulah yang dapat mengatasi masalah – masalah yang ada pada lansia, salah
satunya distress spiritual.
.
2 Tujuan
a. Tujuan umum
Setelah dilakukan kegiatan belajar mengaji lansia muslim mampu
meningkatkan nilai spiritual selama menjalani kehidupan di UPT Griya
Werdha Jambangan Surabaya
b. Tujuan khusus
1.Lansia beragama Islam dapat meningkatkan iman, taqwa, dan ketaatan
kepada Allah SWT.
2.Lansia dapat mendekatkan diri pada Allah SWT di fase akhir
kehidupannya.
3.Lansia muslim dapat mengisi waktu luang dengan baik .
4. Lansia muslim dapat menambah wawasan dalam bidang spiritual

B. Plan of Action
1. Rencana Strategis
Kegiatan hafalan surat – surat pendek Al Qur’an secara bersambung
dilakukan pada sore hari pukul 16.00. Kegiatan ini diikuti oleh klien
menjelang berbuka puasa. Kegiatan didahului dengan bersama-sama
membaca beberapa surat pendek dalam Al-Qur’an, kemudian secara
bergantian lansia mulai menghafal per ayat, dilanjutkan oleh lansia lain.
2. Tindakan
a. Berkoordinasi dengan Kepala UPTD, Perawat Griya, Pembimbing
Akademik, dan Ustadz Griya Werdha dalam rencana pelaksanaan
kegiatan.
b. Menyiapkan peralatan dan tempat
c. Menyiapkan surat-surat pendek Al Qur’an yang akan dihafalkan
4. Pengorganisasian Kelompok
Penanggung jawab kegiatan :
Pelaksana kegiatan :
5. Sasaran
Seluruh lansia muslim dengan tingkat ketergantungan minimal care dan
partial care di Panti Griya Werdha.
3. Media
Mic, sound system, LCD
4. Metode
Hafalan surat pendek Al Qur’an dilaksanakan secara bergantian antar
lansia
5. Susunan Acara
No Waktu Kegiatan Kegiatan Peserta PJ Pelaksana
1 16.00 – Hafalan surat- Memperhatikan,
16.45 WIB surat pendek menghafal surat
AlQur’an pendek secara
bergantian
6. Susunan Tempat
Musholla UPTD Griya Werdha Surabaya.

Keterangan :
: Peserta

: Fasilitator

: Observer

: Pemateri

C. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan alat dan tempat pelaksanaan kegiatan dilakukan 1 jam
sebelum pelaksanaan
b. Persiapan pre planning kegiatan dilakukan 1 hari sebelum kegiatan
c. Persiapan pengorganisasian tugas dilakukan 1 hari sebelum kegiatan
d. Persiapan lansia dilakukan 1 jam sebelum kegiatan dimulai.
2. Evalauasi Proses
a. Kegiatan dilaksanakan tepat waktu
b. Suasana kegiatan tertib
c. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat selama kegiatan
berlangsung
3. Evaluasi Hasil
a. Masing-masing peserta (lansia) dapat mengetahui dan menghafal
bacaan solat dan surat pendek yang diajarkan
b. Klien mampu mengikuti kegiatan Tahsin Al-Qur’an dengan tertib.
Surabaya, Mei 2018
Ketua

Muhammad Bagus,S.Kep
NIM. 131723143039

Mengetahui,

Kepala UPTD Griya Werdha Penanggung Jawab Mata Kuliah

Septarti Hendartini, S. Sos Dr. Retno Indarwati, S.Kep. Ns., M.Kep


NIP. 19660918 198901 2 002 NIP. 19780316 200812 2 002
PRE PLANNING
SENAM HIPERTENSI LANSIA

PRE PLANNING
SKRINNING HIPERTENSI

Hari/Tanggal : Jumat, 29 Juni 2018


Tempat : UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya
Waktu : 08.30 – selesai
Kegiatan : Melakukan pengecekan tekanan darah semua pasien di 9 wisma

A. LatarBelakang.
Bertambahnya usia manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif
yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada tubuh manusia
tersebut, tidak hanya mengalami perubahan fisik, kognitif, perasaan, sosial
tetapi seksual juga akan mengalami perubahan (Azizah, 2011). Perubahan
fisik yang terjadi pada lansia akan mempengaruhi sistem kekebalan tubuh
terhadap beberapa penyakit. Penambahan usia pada manusia sampai menjadi
tua terjadi resiko peningkatan penyakit antara lain kelainan jantung, dan
pembuluh darah (Muniroh, dkk, 2007). Meningkatnya usia seseorang akan
diikuti dengan meningkatnya kejadian hipertensi, hal ini disebabkan karena
adanya perubahan alami jantung, pembuluh darah dan kadar hormon (Junaedi,
dkk, 2013). Akibatnya, masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia
adalah hipertensi atau tekanan dengan darah tinggi (Kowalski, 2010).
Hipertensi merupakan masalah besar dan serius di seluruh dunia
karena prevalensinya tinggi dan cenderung meningkat di masa yang akan
datang. Hipertensi dapat menyerang hampir semua golongan masyarakat di
dunia. Jumlah lansia yang menderita hipertensi terus bertambah dari tahun ke
tahun. Di Indonesia sendiri hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3
setelah stroke dan tuberkulosis, yakni 6,7% dari populasi kematian pada
semua umur (Arora, 2008). Berdasarkan hasil Riskesdas (2007), prevalensi
penyakit hipertensi di Indonesia sebesar 31,7% dan di Provinsi Jawa Timur
sebesar 37,4%.
Apabila penyakit hipertensi tidak terkontrol, akan menyerang target
organ seperti jantung, ginjal dan mata, serta dapat menyebabkan serangan
jantung, stroke, gangguan ginjal dan kebutaan. Menurut penelitian (Rahajeng
dan tuminah, 2009), penyakit hipertensi yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar
terkena congestive heart failure, dan 3 kali lebih besar terkena serangan
jantung. Oleh karena itu, perlu diadakan upaya-upaya untuk menekan angka
peyakit hipertensi terlebih bagi penderita hipertensi perlu diberikan perawatan
dan pengobatan yang tepat agar tidak menimbukan komplikasi yang semakin
parah. Selain itu pentingnya pemberian asuhan keperawatan pada pasien
hipertensi juga sangat diperlukan untuk melakukan implementasi yang benar
pada pasien hipertensi.

B. Tujuan
Untuk mendeteksi dini penyakit hipertensi tanpa gejala atau dengan
gejalatidak khas terhadap orang- orang yang tampak sehat, tetapi mungkin
menderita penyakit, yaitu orang yang mempunyai resiko tinggi terkena
penyakit (Population at risk).

C. Plan Of Action
1. Rencana Strategis
Pengukuran tekanan darah terhadap masing – masing lansia
Tindakan : Melakukan pengukuran tekanan darah pada tiap pasien di
masing-masing wisma
2. Pengorganisasian Kelompok
a. Penanggung jawab kegiatan : Oktapianti, S. Kep
b. Fasilitator : Semua mahasiswa FKP Kelompok B2 yang
sedang berdinas
3. Sasaran
Lansia mandiri, partial dan total care
4. Media : -
5. Metode :
6. SusunanAcara
Kegiatan PJ
No. Waktu Kegiatan
Peserta Pelaksanaan
Pengukuran
1 08.30 Mengikuti Mahasiswa
Tekanan Darah

7. SusunanTempat

Peserta Mahasiswa

Peserta Mahasiswa

C. Evaluasi Kegiatan
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan peralatan untuk pengkuran tekanan darah
2. Evaluasi Proses
a. Kegiatan dilaksanakan tepat waktu
b. Pengukuran tekanan darah pada semua pasien
3. Evaluasi Hasil
a. Semua lansia telah dilakukan pengukuran tekanan darah

Surabaya, 23 Mei 2018


Ketua

Muhammad Bagus,S.Kep
NIM. 131723143039
Mengetahui,

Kepala UPTD Griya Werdha Penanggung Jawab Mata Kuliah

Septarti Hendartini, S. Sos Dr. Retno Indarwati, S.Kep. Ns., M.Kep


NIP. 19660918 198901 2 002 NIP. 19780316 200812 2 002
PRE PLANNING
HIPNOSIS LIMA JARI

Hari/Tanggal : 01 Juli 2018


Tempat : UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya
Waktu : 16.30 – 17.30
Kegiatan : Hipnosis Lima Jari

A. LatarBelakang.
Proses penuaan adalah proses yang berhubungan dengan umur seseorang.
Manusia akan mengalami perubahan sesuai dengan bertambahnya umur
seseorang. Adanya proses penuaan dapat menyebabkan kehilangan banyak sel
tubuh termasuk penurunan metabolism dalam sel. Proses ini akan menyebabkan
adanya penurunan fungsi tubuh dan komposisi tubuh. Perubahan yang biasanya
terjadi pada lansia antara lain, perubahan fisik, mental, psikososial, spiritual dan
kognitif.
Perubahan fisik pada lansia sesuai dengan tanda dan gejala proses penuaan
antara lain pada sistem muskuloskeletal akan terjadi penurunan massa otot,
penurunan aktivitas, myosin adonosine triphospat, perburukan, dan kekeringan
pada kartilago sendi, penurunan massa tulang dan aktivitas osteoblast hal ini
menyebabkan banyak lansia yang mengeluh nyeri pada sendi.
Salah satu terapi yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi nyeri pada
lansia adalah terapi non farmakologis (teknik relaksasi) dengan hipnosis lima jari
merupakan intervensi memberikan rasa nyaman, ketenangan dengan membimbing
klien melakukan hipnosis lima jari.

B Tujuan
Setelah dilakukan latihan hipnosis lima jari peserta lansia dapat menjadi
lebih rileks, tidak terjadi kekakuan otot, meningkatkan mobilisasi, meningkatkan
kualitas tidur lansia, tidak terjadi pegal-pegal.

C. Plan Of Action
1. RencanaStrategis
Latihan hipnosis lima jari dilakukan pada seluruh lansia ( khususnya
partial care dan total care )
2. Tindakan
a. Berkoordinasi dengan kepala panti, perawat jaga, dan pembimbing
akademik dalam rencana pelaksanaan kegiatan.
b. Menyiapkan lansia yang akan dilakukan hipnosis lima jari.
c. Menjelaskan tujuan latihan hipnosis lima jari pada lansia
3. Pengorganisasian Kelompok
c. Penanggung jawab kegiatan : Maria Wahyu, S.Kep
d. Fasilitator : Semua mahasiswa FKP Kelompok B2
yang sedang berdinas

4. Sasaran
Seluruh lansia ( khususnya partial care dan total care )
5. Media : -
6. Metode
- Latihan hipnosis lima jari dengan dibantu perawat dilakukan pada
lansia yang mengalami hambatan mobilitas fisik sehingga tidak
mampu menggerakkan sendiri jari tangannya.
- Latihan hipnosis lima jari dilakukan secara mandiri oleh lansia
semampunya mengikuti gerakan yang dicontohkan oleh mahasiswa.
7. SusunanAcara
Kegiatan PJ
No. Waktu Kegiatan
Peserta Pelaksanaan
1 16.30–16.45 Penjelasan singkat Memperhatikan Mahasiswa
Pelaksanaan
Mengikuti
2 16.45-17.10 Hipnosis Lima Mahasiswa
kegiatan
Jari
Menyampaikan
3 17.10-17.30 Evaluasi Mahasiswa
perasaan

8. SusunanTempat

Peserta Mahasiswa

Peserta Mahasiswa

D. Evaluasi Kegiatan
1. Evaluasi Struktur
b. Kesiapan Materi
c. Kesiapan pre planning
d. Peserta yang hadir bersedia mengikuti kegiatan
2. Evaluasi Proses
c. Kegiatan dilaksanakan tepat waktu
d. Suasanan kegiatan tertib
e. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat selama kegiatan
berlangsung
3. Evaluasi Hasil
a. Lansia mampu mengikuti kegiatan.
b. Lansia mampu menceritakan manfaat kegiatan.
Surabaya, Juli 2018

Ketua

Sindhu Agung Laksono


NIM. 131723143047
Mengetahui,

Kepala UPTD Griya Werdha Penanggung Jawab Mata Kuliah

Septarti Hendartini, S. Sos Dr. Retno Indarwati, S.Kep. Ns., M.Kep


NIP. 19660918 198901 2 002 NIP. 19780316 200812 2 002
PRE PLANNING
MEMBUAT BROS BUNGA

Hari/Tanggal : Rabu, 27 Juni 2018


Tempat : Aula UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya
Waktu : 08.00 – 10.00 WIB
Kegiatan : Membuat Bros Bunga

A. Latar Belakang.
Lanjut usia merupakan bagian dari proses tumbuh kembang. Semua orang
akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua adalah masa hidup
seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap
(Depkes, 2013). Peningkatan angka harapan hidup, dan proporsi kelompok
lansia tampaknya belum diimbangi dengan kualitas hidup lansia yang cukup
baik. Berbagai masalah fisik, psikologik dan sosial akan muncul akibat proses
degeneratif yang muncul seiring dengan menuanya seseorang (Dewi et al.,
2007). Menurut UU No. 13 pasal 1 (ayat 11) bahwa pemberdayaan adalah
setiap upaya meningkatkan kemampuan fisik, mental, spiritual, sosial,
pengetahuan dan keterampilan agar para lanjut usia siap didayagunakan sesuai
dengan kemampuan masing-masing. Salah satu ketrampilan yang dapat
meningkatkan dayaguna para lansia berupa kerajinan tangan yaitu membuat
bros bunga dari kain perca.
Selain sebagai pemberdayaan, membuat bros bunga juga banyak manfaatnya
diantaranya menambah kemampuan motorik, mengurangi stress, membangun
rasa percaya diri, berlatih sabar, bersosial antara lansia, dan melatih kreatifitas.
Pembuatan kerajinan dapat pula dijadikan sebagai salah satu sumber
penghasilan para lansia yang masih produktif dan mampu melakukannya.

B. Tujuan
a. Tujuan umum
Memberdayakan lansia mandiri yang ada di lingkungan UPTD Griya
Werdha Surabaya

b. Tujuan khusus
1. Menstimulasi pancaindera; penglihatan, sentuhan, perasa.
2. Meningkatkan kemampuan motorik
3. Mengurangi stress
4. Melatih kreatifitas

C. Plan Of Action
Indikator
No Masalah Tujuan Kegiatan Sasaran Waktu/Tempat
Keberhasilan

1. Penurunan Setelah Keterampilan 4. Lansia antusias Lansia dengan Rabu, 27 Juni 2018 jam
motorik dilakukan membuat bros mengikuti kegiatan minimal care dan 08.00 – 10.00 WIB/
kegiatan bunga dari awal sampai partial care
selesai
keterampilan
5. Sebanyak >10
membuat bros lansia berpartisipasi Tempat:
bunga 6. Lansia mengatakan Aula Griya Werdha
diharapkan bahwa dirnya
Jambangan Surabaya
dapat melatih senang mengikuti
aktivitas kegiatan
motorik lansia
dan
meningkatkan
kreativitas lansia
1. Rencana Strategis
Kegiatan membuat bros bunga dilakukan pada pukul 08.00. Kegiatan ini
diikuti oleh lansia mandiri dan partial care setelah selesai sarapan.
Evaluasi dilakukan setelah kegiatan berakhir.

2. Tindakan
1) Fase Orientasi
a. Memberi salam terapeutik
b. Memperkenalkan diri
2) Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini.

3) Kontrak
a) Perawat menjelaskan tujuan kegiatan
b) Perawat menjelaskan alur kegiatan sebagai berikut :
1) Lama kegiatan 2 jam
2) Mahasiswa pelaksana mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai.
3) Jika ada lansia yang ingin ikut berkontribusi, dipersilahkan
namun tidak diwajibkan.
4) Tahap Kerja
a. Membagi tugas masing - masing
b. Membuat pola lingkaran dan persegi panjang pada kain perca.
c. Menjahit kain perca sesuai pola yang telah di gunting.
d. Menempelkan manik-manik dan peniti pada bros.
5) Tahap Terminasi
Evaluasi
a) Perawat menanyakan perasaan lansia setelah dilakukan kegiatan
ini.
b) Perawat memberikan pujian atas keberhasilan lansia yang
mengikuti kegiatan dan berhasil membentuk gelang identitas.
3. Pengorganisasian Kelompok
a. Ketua : Baiq Selly Silviani, S.Kep
b. Fasilitator : Kholidatul Azizah, S.Kep
c. Pelaksana : Amira aulia, S.Kep, Dwi Hartini, S.Kep, Yumiati
Tua Ringu, S.Kep
d. Dokumentasi : Maria Wahyu M.P, S.Kep
4. Sasaran
Lansia mandiri.

5. Media
Peralatan yang diperlukan : Kain perca, lem tembak, jarum, benang,
manik-manik (kancing), peniti, kain flanel.
6. Metode
Aplikasi

7. Susunan Acara
No Waktu Kegiatan Kegiatan Peserta PJ
Pelaksana
1 08.00- Membuat bros Membuat pola dan
10.00 WIB bunga menjahit kain perca
menjadi bros bunga
dan menambahkan
manik-manik pada
bros.
8. Susunan Tempat
Seluruh tindakan dilakukan di Aula UPTD Griya Werdha.

D. Evaluasi Kegiatan
1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan alat dan tempat pelaksanaan kegiatan dilakukan 1 hari
b. Persiapan pre planning kegiatan dilakukan 1 hari sebelum kegiatan
c. Persiapan pengorganisasian tugas dilakukan 1 hari sebelum kegiatan
d. Persiapan lansia dilakukan 1 jam sebelum kegiatan dimulai.

2. Evalauasi Proses
a. Kegiatan dilaksanakan tepat waktu sesuai dengan waktu yang telah
direncanakan.
b. Suasana kegiatan berjalan tertib, santai, antusias, penuh canda tawa
dan lancar. Mahasiswa pelaksana bersama-sama dengan lansia,
memberi contoh, mengarahkan sampai kegiatan selesai

3. Evaluasi Hasil
Pada kegiatan ini lansia antusias membuat bros bunga dan mampu
menghasilkan bros bunga. Setelah kegiatan membuat bros bunga selesai
dilakukan, semua lansia yang ikut kegiatan merasa puas dan bangga akan
hasil karya mereka yang terlihat sangat bagus dan indah dipandang.
Mahasiswa pelaksana juga merasa puas dengan hasil kerja karya para
lansia dan puas atas kerjasama yang baik dari lansia dan mahasiswa
pelaksana.
Surabaya, 23 Mei 2018

Ketua

Muhammad Bagus
NIM. 131723143039
Mengetahui,
Kepala UPTD Griya Werdha Penanggung Jawab Mata Kuliah

Septarti Hendartini, S. Sos Dr. Retno Indarwati, S.Kep. Ns., M.Kep


NIP. 19660918 198901 2 002 NIP. 19780316 200812 2 002
PRE PLANNING
MEMBUAT DOMPET KERTAS

Hari/Tanggal : Kamis, 28 Juni 2018


Tempat : Aula UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya
Waktu : 15.00 – 17.00 WIB
Kegiatan : Membuat Domper Kertas

A. Latar Belakang.
Lanjut usia merupakan bagian dari proses tumbuh kembang. Semua orang
akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua adalah masa hidup
seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap
(Depkes, 2013). Peningkatan angka harapan hidup, dan proporsi kelompok
lansia tampaknya belum diimbangi dengan kualitas hidup lansia yang cukup
baik. Berbagai masalah fisik, psikologik dan sosial akan muncul akibat proses
degeneratif yang muncul seiring dengan menuanya seseorang (Dewi et al.,
2007). Menurut UU No. 13 pasal 1 (ayat 11) bahwa pemberdayaan adalah
setiap upaya meningkatkan kemampuan fisik, mental, spiritual, sosial,
pengetahuan dan keterampilan agar para lanjut usia siap didayagunakan sesuai
dengan kemampuan masing-masing. Salah satu ketrampilan yang dapat
meningkatkan dayaguna para lansia berupa kerajinan tangan yaitu membuat
dompet dari kertas.
Selain sebagai pemberdayaan, membuat dompet juga banyak manfaatnya
diantaranya menambah kemampuan motorik, mengurangi stress, membangun
rasa percaya diri, berlatih sabar, bersosial antara lansia, dan melatih kreatifitas.
Pembuatan kerajinan dapat pula dijadikan sebagai salah satu sumber
penghasilan para lansia yang masih produktif dan mampu melakukannya.

B. Tujuan
a. Tujuan umum
Memberdayakan lansia mandiri yang ada di lingkungan UPTD Griya
Werdha Surabaya

b. Tujuan khusus
1. Menstimulasi pancaindera; penglihatan, sentuhan, perasa.
2. Meningkatkan kemampuan motorik
3. Mengurangi stress
4. Melatih kreatifitas

C. Plan Of Action
Indikator
No Masalah Tujuan Kegiatan Sasaran Waktu/Tempat
Keberhasilan

1. Penurunan Setelah Keterampilan 1. Lansia antusias Lansia dengan Kamis, 28 Juni 2018
motorik dilakukan membuat dompet mengikuti kegiatan minimal care dan jam 15.00 – 17.00 WIB/
kegiatan kertas dari awal sampai partial care
selesai
keterampilan
2. Sebanyak >10
membuat lansia berpartisipasi Tempat:
dompet kertas 3. Lansia mengatakan Aula Griya Werdha
diharapkan bahwa dirnya
Jambangan Surabaya
dapat melatih senang mengikuti
aktivitas kegiatan
motorik lansia
dan
meningkatkan
kreativitas lansia
1. Rencana Strategis
Kegiatan membuat dompet kertas dilakukan pada pukul 15.00. Kegiatan ini diikuti
oleh lansia mandiri dan partial care setelah selesai sholat asar sambil menunggu
makan malam. Evaluasi dilakukan setelah kegiatan berakhir.

2. Tindakan
1) Fase Orientasi
1) Memberi salam terapeutik
2) Memperkenalkan diri
2) Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini.
3) Kontrak
1) Perawat menjelaskan tujuan kegiatan
2) Perawat menjelaskan alur kegiatan sebagai berikut :
a) Lama kegiatan 2 jam
b) Mahasiswa pelaksana mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
c) Jika ada lansia yang ingin ikut berkontribusi, dipersilahkan namun tidak
diwajibkan.
4) Tahap Kerja
1) Membagi tugas masing - masing
2) Membuat pola pada kertas manila.
3) Melipat kertas dan merekatkan tiap-tiap sudut menggunakan lem kertas.
4) Menghias dompet kertas yang telah jadi dengan di gambar menggunakan pensil
warna.
5) Tahap Terminasi
Evaluasi
1) Perawat menanyakan perasaan lansia setelah dilakukan kegiatan ini.
2) Perawat memberikan pujian atas keberhasilan lansia yang mengikuti kegiatan
dan berhasil membentuk gelang identitas.
3. Pengorganisasian Kelompok
a. Ketua : Baiq Selly Silviani, S.Kep
b. Fasilitator : Fatichul Muhtadi, S.Kep
c. Pelaksana : Amira aulia, S.Kep, Maria Wahyu M.P, S.Kep, Dhinar Retno,
S.Kep,
d. Dokumentasi : Muhammad Anis Taslim, S.Kep
4. Sasaran
Lansia mandiri.

5. Media
Peralatan yang diperlukan : kertas manila, gunting/karter, penggaris, pensil/pulpen,
lem kertas

6. Metode
Aplikasi
7. Susunan Acara
No Waktu Kegiatan Kegiatan Peserta PJ
Pelaksana
1 15.00- Membuat dompet Membuat pola dan
17.00 WIB kertas merekatkan kertas
manila sesuai
dengan pola
berbentuk dompet.
Kemudian
menggambar
dompet.
8. Susunan Tempat
Seluruh tindakan dilakukan di Aula UPTD Griya Werdha.

D. Evaluasi Kegiatan
1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan alat dan tempat pelaksanaan kegiatan dilakukan 1 hari
b. Persiapan pre planning kegiatan dilakukan 1 hari sebelum kegiatan
c. Persiapan pengorganisasian tugas dilakukan 1 hari sebelum kegiatan
d. Persiapan lansia dilakukan 1 jam sebelum kegiatan dimulai.

2. Evalauasi Proses
a. Kegiatan dilaksanakan tepat waktu sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
b. Suasana kegiatan berjalan tertib, santai, antusias, penuh canda tawa dan lancar.
Mahasiswa pelaksana bersama-sama dengan lansia, memberi contoh,
mengarahkan sampai kegiatan selesai

3. Evaluasi Hasil
Pada kegiatan ini lansia antusias membuat dompet kertas dan mampu
menghasilkan dompet. Setelah kegiatan membuat dompet kertas selesai dilakukan,
semua lansia yang ikut kegiatan merasa puas dan bangga akan hasil karya mereka
yang terlihat sangat bagus dan indah dipandang. Mahasiswa pelaksana juga merasa
puas dengan hasil kerja karya para lansia dan puas atas kerjasama yang baik dari
lansia dan mahasiswa pelaksana.
Surabaya, 23 Mei 2018

Ketua

Muhammad Bagus
NIM. 131723143039
Mengetahui,

Kepala UPTD Griya Werdha Penanggung Jawab Mata Kuliah

Septarti Hendartini, S. Sos Dr. Retno Indarwati, S.Kep. Ns., M.Kep


NIP. 19660918 198901 2 002 NIP. 19780316 200812 2 002
PRE PLANNING
MEMBUAT KOTAK PERHIASAN

Hari/Tanggal : Sabtu, 30 Juni 2018


Tempat : Aula UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya
Waktu : 08.00 – 10.00 WIB
Kegiatan : Membuat kotak perhiasan

A. Latar Belakang.
Lanjut usia merupakan bagian dari proses tumbuh kembang. Semua orang
akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua adalah masa hidup
seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap
(Depkes, 2013). Peningkatan angka harapan hidup, dan proporsi kelompok
lansia tampaknya belum diimbangi dengan kualitas hidup lansia yang cukup
baik. Berbagai masalah fisik, psikologik dan sosial akan muncul akibat proses
degeneratif yang muncul seiring dengan menuanya seseorang (Dewi et al.,
2007). Menurut UU No. 13 pasal 1 (ayat 11) bahwa pemberdayaan adalah
setiap upaya meningkatkan kemampuan fisik, mental, spiritual, sosial,
pengetahuan dan keterampilan agar para lanjut usia siap didayagunakan sesuai
dengan kemampuan masing-masing. Ssalah satu ketrampilan yang dapat
meningkatkan dayaguna para lansia berupa kerajinan tangan yaitu membuat
kotak perhiasan dari stick es krim.
Selain sebagai pemberdayaan, membuat kotak perhiasan juga banyak
manfaatnya diantaranya menambah kemampuan motorik, mengurangi stress,
membangun rasa percaya diri, berlatih sabar, bersosial antara lansia, dan
melatih kreatifitas. Pembuatan kerajinan tangan dapat pula dijadikan sebagai
salah satu sumber penghasilan para lansia yang masih produktif dan mampu
melakukannya.

B. Tujuan
a. Tujuan umum
Memberdayakan lansia mandiri yang ada di lingkungan UPTD Griya
Werdha Surabaya

b. Tujuan khusus
1. Menstimulasi pancaindera; penglihatan, sentuhan, perasa.
2. Meningkatkan kemampuan motorik
3. Mengurangi stress
4. Melatih kreatifitas

C. Plan Of Action
Indikator
No Masalah Tujuan Kegiatan Sasaran Waktu/Tempat
Keberhasilan

1. Penurunan Setelah Keterampilan 1. Lansia antusias Lansia dengan Sabtu, 30 Juni 2018 jam
motorik dilakukan membuat kotak mengikuti kegiatan minimal care dan 08.00 – 10.00 WIB/
kegiatan perhiasan dari awal sampai partial care
selesai
keterampilan
2. Sebanyak >10
membuat kotak lansia berpartisipasi Tempat:
perhiasan 3. Lansia mengatakan Aula Griya Werdha
diharapkan bahwa dirnya
Jambangan Surabaya
dapat melatih senang mengikuti
aktivitas kegiatan
motorik lansia
dan
meningkatkan
kreativitas lansia
1. Rencana Strategis
Kegiatan membuat kotak perhiasan dilakukan pada pukul 08.00. Kegiatan
ini diikuti oleh lansia mandiri dan partial care setelah selesai sarapan.
Evaluasi dilakukan setelah kegiatan berakhir.

2. Tindakan
a. Fase Orientasi
1) Memberi salam terapeutik
2) Memperkenalkan diri
b. Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini.
c. Kontrak
1) Perawat menjelaskan tujuan kegiatan
2) Perawat menjelaskan alur kegiatan sebagai berikut :
a) Lama kegiatan 2 jam
b) Mahasiswa pelaksana mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai.
c) Jika ada lansia yang ingin ikut berkontribusi, dipersilahkan
namun tidak diwajibkan.
d. Tahap Kerja
1) Membagi tugas masing - masing
2) Membuat pola setengah lingkaran dan persegi pada kardus.
3) Mewarnai stik es krim dengan cat kayu
4) Menempelkan stik es krim pada pinggiran kardus yang telah di
pola.
5) Menyatukan bagian persegi dan setengah lingkaran dengan renda.
e. Tahap Terminasi
Evaluasi
1) Perawat menanyakan perasaan lansia setelah dilakukan kegiatan
ini.
2) Perawat memberikan pujian atas keberhasilan lansia yang
mengikuti kegiatan dan berhasil membentuk gelang identitas.
3. Pengorganisasian Kelompok
a. Ketua : Baiq Selly Silviani, S.Kep
b. Fasilitator : Hary Budiarto, S.Kep
c. Pelaksana : Rina Afriani, S.Kep, Dwi Hartini, S.Kep, Yumiati
Tua Ringu, S.Kep
d. Dokumentasi : Maria Wahyu M.P, S.Kep
4. Sasaran
Lansia mandiri.

5. Media
Peralatan yang diperlukan : stick es krim, kardus bekas, lem, renda, cat
kayu warna, penggaris, pensil, tutup gelas

6. Metode
Aplikasi

7. Susunan Acara
No Waktu Kegiatan Kegiatan Peserta PJ
Pelaksana
1 08.00- Membuat kotak Membuat pola pada
10.00 WIB perhiasan kardus dan
merekatkan stick es
krim pada sisi-sisi
kardus sesuai pola.
8. Susunan Tempat
Seluruh tindakan dilakukan di Aula UPTD Griya Werdha.

D. Evaluasi Kegiatan
4. Evaluasi Struktur
e. Persiapan alat dan tempat pelaksanaan kegiatan dilakukan 1 hari
f. Persiapan pre planning kegiatan dilakukan 1 hari sebelum kegiatan
g. Persiapan pengorganisasian tugas dilakukan 1 hari sebelum kegiatan
h. Persiapan lansia dilakukan 1 jam sebelum kegiatan dimulai.

5. Evalauasi Proses
c. Kegiatan dilaksanakan tepat waktu sesuai dengan waktu yang telah
direncanakan.
d. Suasana kegiatan berjalan tertib, santai, antusias, penuh canda tawa
dan lancar. Mahasiswa pelaksana bersama-sama dengan lansia,
memberi contoh, mengarahkan sampai kegiatan selesai

6. Evaluasi Hasil
Pada kegiatan ini lansia antusias membuat kotak perhiasan dan
mampu menghasilkan kotak perhiasan. Setelah kegiatan membuat kotak
perhiasan selesai dilakukan, semua lansia yang ikut kegiatan merasa puas
dan bangga akan hasil karya mereka yang terlihat sangat bagus dan indah
dipandang. Mahasiswa pelaksana juga merasa puas dengan hasil kerja
karya para lansia dan puas atas kerjasama yang baik dari lansia dan
mahasiswa pelaksana.
Surabaya, 23 Mei 2018

Ketua

Muhammad Bagus
NIM. 131723143047
Mengetahui,
Kepala UPTD Griya Werdha Penanggung Jawab Mata Kuliah

Septarti Hendartini, S. Sos Dr. Retno Indarwati, S.Kep. Ns., M.Kep


NIP. 19660918 198901 2 002 NIP. 19780316 200812 2 002
PRE PLANNING
MOBILISASI JAMAN NOW “ROM”

Hari/Tanggal : Rabu, 27 Juni 2018


Tempat : UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya
Waktu : 07.45 – 08.15 (20 menit)
Kegiatan : Mobilisasi Jman Now “ROM”

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pada proses menua biasanya terjadi penurunan produksi cairan sinovia
pada persendian dan tonus otot, kartilago sendi menjadi lebih tipis dan
ligamentum menjadi lebih kaku serta terjadi penurunan kelenturan
(fleksibilitas), sehingga mengurangi gerakan persendian. Adanya keterbatasan
pergerakan dan berkurangnya pemakaian sendi dapat memperparah kondisi
tersebut (Tortora dan Grabowski, 2003; Wold, 1999). Penurunan kemampuan
muskuloskeletal dapat menurunkan aktivitas fisik (physical activity) dan
latihan (exercise), sehingga akan mempengaruhi lansia dalam melakukan
aktivitas kehidupan sehari-hari (activity daily living/ ADL). Latihan dan
aktivitas fisik pada lansia dapat mempertahankan kenormalan pergerakan
persendian, tonus otot dan mengurangi masalah fleksibilitas (Wold, 1999).
Range of Motion (ROM) merupakan salah satu indikator fisik yang
berhubungan dengan fungsi pergerakan (Easton, 1999). Menurut Kozier
(2004), ROM dapat diartikan sebagai pergerakan maksimal yang
dimungkinkan pada sebuah persendian tanpa menyebabkan rasa nyeri.
Latihan ROM merupakan salah satu alternatif latihan yang dapat dilakukan
oleh lansia dengan keterbatasan gerak sendi. Latihan ROM dapat dilakukan
dengan posisi duduk dan berdiri serta pada posisi terlentang di tempat tidur
(Wold, 1999).
Pada pengkajian yang dilakukan di UPTD Griya Werdha Jambangan
Surabaya tanggal 25-26 Juni 2018 didapatkan data nyeri sendi senabyak 28
lansia (23%) dan kelemahan ekstremitas sebanyak 3 lansia (2%) dandari total
lansia terdapat 18 lansia (14,8%) dengan ketergantungan total. Lansia yang
mengalami keterbatasan gerak dan kelemahan fisik, tidak mengikuti kegiatan
senam yang dilaksanakan setiap hari dan tidak melakukan latihan untuk
memperbaiki keadaannya. Adanya keterbatasan pergerakan dan berkurangnya
pemakaian sendi, dapat memperparah kondisi sistem muskuloskeletal yang
mengalami penurunan karena proses menua (Tortora dan Grabowski, 2003;
Wold, 1999). Menurut Dep.Kes RI (1998), lansia yang kurang mampu
melakukan latihan fisik atau olah raga karena sakit dan lemah, dapat
melakukan gerakan-gerakan sederhana yang menyerupai senam dan menurut
Martini (2004), Latihan ROM baik sebagai persiapan untuk lansia yang lemah
fisik dalam permulaan program latihan. Dengan latihan ROM, diharapkan
dapat meningkatkan fleksibilitas sendi pada lansia yang mengalami
keterbatasan gerak sendi, sehingga lansia dapat menjalankan aktivitas
kehidupan sehari-hari dengan lebih mandiri atau latihan yang lebih tinggi
seperti latihan senam, oleh karena itu penulis bermaksud mengungkapkan
besaran peningkatan fleksibiltas sendi dan kekuatan otot pada lansia setelah
melakukan latihan ROM.
2. Tujuan
2.1 Tujuan Umum
Diharapkan lansia mampu melakukan gerakan ROM sederhana baik
secara aktif maupun pasif.
2.2 Tujuan Khusus
Setelah dilakukan kegiatan diharapkan lansia mengerti tentang terapi
ROM.
1. Pengertian ROM
2. Tujuan dan manfaat terapi ROM pada lansia.
3. Gerakan ROM.
B. Plan Of Action
1. Rencana Strategis
Latihan ROM dilaksanakan dengan mengarahkan lansia didahului dengan
penyuluhan tentang ROM dengan bantuan media video.
2. Tindakan
a. Berkoordinasi dengan Kepala UPTD, Perawat Griya dan Pembimbing
Akademik dalam rencana pelaksanaan kegiatan.
b. Menyiapkan peralatan dan tempat
c. Melakukan screening kesehatan pada lansia
d. Menjelaskan tujuan kegiatan ROM hipertensi
3. Pengorganisasian Kelompok
a. Penanggung jawab kegiatan : Yumiati T. Ringu
b. Fasilitator : Semua mahasiswa FKP Kelompok B3
yang sedang berdinas
4. Sasaran
Lansia parsial care dan total care di UPTD Griya Werdha Pemkot Surabaya
5. Media
Video
6. Metode
Latihan ROM dilaksanakan dengan cara ketua dan fasilitator memberikan
contoh gerakan secara perlahan pada lansia dengan bantuan video yang
diputarkan. Latihan ROM dilakukan oleh fasilitator dan dicontohkan. Setelah
diberikan contoh, lansia diminta mengikuti gerakan latihan ROM didampingi
oleh ketua dan seluruh fasilitator.
7. Susunan Acara
PJ
No. Waktu Kegiatan Kegiatan Peserta
Pelaksanaan
1 06.45 – 06.55 Pembukaan Memperhatikan Pembawa Acara
2 06.55 – 07.10 Latihan ROM Mengikuti latihan Ketua
4 07.10 – 07.15 Penutupan Memperhatikan Pembawa Acara
8. Susunan Tempat

Ketua

Not Pembawa

Peserta
Fasilitator
Peserta
Fasilitator

C. Evaluasi Kegiatan
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan Materi
b. Kesiapan pre planning
c. Peserta yang hadir bersedia mengikuti latihan ROM
2. Evaluasi Proses
a. Kegiatan dilaksanakan tepat waktu
b. Suasana kegiatan tertib
c. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat selama kegiatan
berlangsung
3. Evaluasi Hasil
b. Lansia mampu mengikuti latihan ROM
c. Lansia mampu menceritakan manfaat latihan ROM

Surabaya, 27 Juni 2018


Ketua

Muhammad Bagus Setiawan


NIM. 13172314304
Mengetahui,

Kepala UPTD Griya Werdha Penanggung Jawab Mata Kuliah

Septarti Hendartini, S. Sos Dr. Retno Indarwati, S.Kep. Ns., M.Kep


NIP. 19660918 198901 2 002 NIP. 19780316 200812 2 002
PRE PLANNING
PENGHIJAUAN TAMAN

Hari/Tanggal : Minggu, 01 Juli 2018


Tempat : Taman Griya Werdha Jambangan
Waktu : 09.00- 11.00 WIB
Kegiatan : Membersihkan got dan menanam pohon

A. Latar Belakang.
Sesuai dengan UU No. 13 tahun 1998 pasal 1 (ayat 2) dijelaskan bahwa
lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun. Usia
lanjut dapat dikatakan usia emas, karena tidak semua orang dapat mencapai
usia tersebut, maka orang yang berusia lanjut memerlukan tindakan preventif
maupun promotif agar dapat menikmati masa tua yang berguna dan bahagia
(Maryam, Ekasari & Rosidawati, 2008). Hal ini juga diperjelas dengan UU
No. 13 pasal 1 (ayat 11) bahwa pemberdayaan adalah setiap upaya
meningkatkan kemampuan fisik, mental, spiritual, sosial, pengetahuan dan
keterampilan agar para lanjut usia siap didayagunakan sesuai dengan
kemampuan masing-masing. Membersihkan got dan melakukan penghijauan
merupakan salah satu upaya preventif untuk menjaga kesehatan lansia.
Selain sebagai pemberdayaan, kegiatan membersihkan got dan menanam
pohon juga banyak manfaatnya diantaranya menambah kemampuan motorik,
mengurangi stress, membangun rasa percaya diri, berlatih sabar, bersosial
antara lansia, dan melatih kreatifitas. Dengan membersihkan got diharapkan
mengurangi adanya nyamuk dan menjaga kebersihan lingkungan. Penanaman
pohon meberikan keindahan dan kenyamanan bagi lansia.

B. Tujuan
a. Tujuan umum
Memberdayakan lansia mandiri yang ada di lingkungan UPTD Griya
Werdha Surabaya
b. Tujuan khusus
1. Menstimulasi pancaindera; penglihatan, sentuhan, perasa.
2. Meningkatkan kemampuan motorik
3. Mengurangi stress
4. Melatih kreatifitas
5. Sebagai kegiatan untuk menjaga kebersihan dan keindahan
lingkungan
C. Plan Of Action
No Masalah Tujuan Kegiatan Indikator Keberhasilan Sasaran Waktu/Tempat
1. Ketidakefektifan Setelah Keterampilan Lansia ikut berpartisipasi Lansia dengan Selasa, 01 Juli 2018
pemeliharaan dilakukan menanam dalam kegiatan penanaman minimal care dan jam 09.00 – 11.00
kesehatan. kegiatan pohon pohon dan membersihkan partial care WIB/
Ditandai keterampilan got sampai selesai
dengan: menanam pohon Tempat:
1. Banyak dan Griya Werdha
lansia yang membersihkan Jambangan Surabaya
mengalami got diharapkan
gatal-gatal dapat
2. Lingkungan meningkatkan
sekitar kamar kesehatan
tidur lansia lingkungan dan
kurang rapi keindahan
3. Sebagian
besar kamar
tidur lansia
yang mandiri
bau apek
4. Banyak
lansia yang
belum
mengetahui
tentang
perilaku
hidup sehat
1. Rencana Strategis
Kegiatan menanam pohon dan membersihkan got dilakukan pada pukul
09.00 WIB. Kegiatan ini diikuti oleh lansia mandiri dan partial care setelah
selesai kegiatan pagi sambil menunggu waktu makan siang. Evaluasi
dilakukan setelah kegiatan berakhir.

2. Tindakan
Fase Orientasi
a. Memberi salam terapeutik
b. Memperkenalkan diri
1) Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini.

2) Kontrak
a. Perawat menjelaskan tujuan kegiatan memperkenalkan diri
b. Perawat menjelaskan alur kegiatan sebagai berikut :
Lama kegiatan 1 jam
Mahasiswa pelaksana mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
Jika ada lansia yang ingin ikut berkontribusi, dipersilahkan namun
tidak diwajibkan.
Tahap Kerja
a. Skrining tanda-tanda vital peserta kegiatan
b. Membagi tugas masing – masing
c. Membersihkan got
d. Menanam pohon
Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Perawat menanyakan perasaan lansia setelah dilakukan
kegiatan ini.
2) Perawat memberikan pujian atas keberhasilan lansia yang
mengikuti kegiatan dan berhasil menanam pohon dan
membersihhkan got
3. Pengorganisasian Kelompok
e. Ketua : Erwin Purwanto, S.Kep
f. Fasilitator : Rifaldi Zulkarnaen, S.Kep
g. Pelaksana : Hary Budiarto, S.Kep
h. Dokumentasi : Muhammad Roziqin, S.Kep
4. Sasaran
Lansia mandiri.

5. Media
Peralatan yang diperlukan : cangkul,cetok,celurit,selang,linggis,penyiram
air.
6. Metode
Aplikasi

7. Susunan Acara
No Waktu Kegiatan Kegiatan Peserta PJ Pelaksana
1 09.00-11.00 Menanam pohon Menanam pohoni Intan Cahyanti
WIB dan membersihkan dan membersihkan Sugianto
got got
8. Susunan Tempat
Seluruh tindakan dilakukan di UPTD Griya Werdha.

D. Evaluasi Kegiatan
7. Evaluasi Struktur
i. Persiapan alat dan tempat pelaksanaan kegiatan dilakukan 1 hari
j. Persiapan pre planning kegiatan dilakukan 1 hari sebelum kegiatan
k. Persiapan pengorganisasian tugas dilakukan 1 hari sebelum kegiatan
l. Persiapan lansia dilakukan 1 jam sebelum kegiatan dimulai.
8. Evalauasi Proses
e. Kegiatan dilaksanakan tepat waktu sesuai dengan waktu yang telah
direncanakan.
f. Suasana kegiatan berjalan tertib, santai, antusias, penuh canda tawa
dan lancar. Mahasiswa pelaksana bersama-sama dengan lansia,
memberi contoh, mengarahkan sampai kegiatan selesai
9. Evaluasi Hasil
Pada kegiatan ini lansia mampu menanam pohon dan
membersihkan got. Setelah kegiatan menanam pohon dan membersihkan
got selesai dilakukan, semua lansia yang ikut kegiatan merasa puas dan
bangga akan hasil karya mereka yang terlihat sangat bagus dan indah
dipandang. Mahasiswa pelaksana juga merasa puas dengan hasil kerja
karya para lansia dan puas atas kerjasama yang baik dari lansia dan
mahasiswa pelaksana.
Surabaya,
Ketua

Muhammad Bagus,S.Kep.
NIM. 131723143039

Mengetahui,

Kepala UPTD Griya Werdha Penanggung Jawab Mata Kuliah

Septarti Hendartini, S. Sos Dr. Retno Indarwati, S.Kep. Ns., M.Kep


NIP. 19660918 198901 2 002 NIP. 19780316 200812 2 002
Lampiran 3
RESUME KEGIATAN
HAFALAN SURAT-SURAT PENDEK

Hari/Tanggal : Jum’at, 29 Juli 2018


Tempat : Musholla UPTD Griya Werdha Pemkot Surabaya
Waktu : 15.00 – 15.30 WIB
Kegiatan : Hafalan Surat Pendek

A. Acara diikuti oleh :


Lansia mandiri dan parsial care beragama islam yang berada di UPTD Griya
Werdha Pemkot Surabaya
B. PelaksanaanKegiatan
Waktu Kegiatan Pelaksana
Jum’at, Hafalan Surat Pendek Terlampir
29 Juli 2018
15.00-15.30 WIB

C. Evaluasi Kegiatan
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan Materi
Peralatan yang diperlukan : Speaker
b. Kesiapan Pre Planning
Peralatan sudah siap H-1.
c. Peserta yang hadir
Peserta telah hadir di tempat pelaksanaan yaitu :
Senin, 28 Mei 2018 pukul 15.00 sebanyak 34 orang lansia

2. Evaluasi Proses
a. Kegiatan dilaksanakan tepat waktu sesuai dengan waktu yang telah
direncanakan yaitu setelah sholah asar berjama’ah
b. Suasana kegiatan berjalan tertib, semarak, antusias dan lancar tanpa
hambatan. Peserta bersedia mengikuti kegiatan hingga akhir.
c. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat selama hafalan surat-
surat pendek.

3. Evaluasi Hasil
Pada kegiatan hafalan surat-surat pendek semua lansia berhasil
menghafalkan bacaan, akan tetapi ada beberapa lansia yang masih butuh
dituntun ketika melakukan hafalan karena sedikit lupa. Meskipun begitu,
peserta lansia yang mengikuti kegiatan merasa sangat senang dan antusias
sekali karena kegiatan ini merupakan kegiatan baru di Griya Werdha dan
lansia sendiri menginginkan kegiatan hafalan surat pendek diagendakan
dilakukan setiap hari. .
Surabaya, 25 Juni 2018
Ketua

Muhammad Bagus,S.Kep
NIM. 1723143047

Mengetahui,

Kepala UPTD Griya Werdha Penanggung Jawab Mata Kuliah

Septarti Hendartini, S. Sos Dr. Retno Indarwati, S.Kep. Ns., M.Kep


NIP. 19660918 198901 2 002 NIP. 19780316 200812 2 002

Anda mungkin juga menyukai