Analisa Sistem Tenaga
Analisa Sistem Tenaga
PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Analisa Sistem Tenaga
1.1. PENDAHULUAN
Analisa aliran daya, yang dipelajari adalah aliran arus beban yang
mungkin mengalir di tiap cabang di dalam network, baik aliran daya pada cabang
Trafo, Distribusi, Transmisi maupun yang mengalir dari Pembangkit dan beban
yang tersebar didalam sistem. Analisa ini dilakukan untuk mengetahui apakah
peralatan listrik akan mengalami beban lebih sebelum beban itu mengalir padanya
sebelum kejadian yang sesungguhnya.
Analisa hubung singkat adalah analisa yang mempelajari kontribusi arus gangguan
hubung singkat yang mungkin mengalir pada setiap cabang didalam sistem (di
jaringan distribusi, transmisi, trafo tenaga atau dari pembangkit) sewaktu gangguan
hubung singkat yang mungkin terjadi didalam sistem tenaga listrik. Tidak saja besar
arus kontribusi yang dihitung, tetapi juga besarnya tegangan yang terjadi pada
setiap Node pada saat gangguan hubung singkat tersebut.
Pada kesempatan ini, analisa sistem tenaga yang ada hubungan dengan bidang
proteksi adalah analisa yang hasilnya sangat diperlukan oleh peralatan
proteksi yaitu Analisa Hubung Singkat. Besaran arus dan tegangan yang
didapat dari hasil analisa ini yang dimanfaatkan oleh peralatan proteksi.
Analisa hubung singkat (yang mungkin terjadi pada setiap titik didalam sistem) yang
dipelajari terutama adalah besarnya kontribusi arus gangguan hubung singkat pada
setiap cabang (bisa di Transmisi, Distribusi, Trafo maupun dari Sumber pembangkit)
disamping perlu diketahuinya pula besar tegangan pada setiap Node. Besar arus
dan atau tegangan hasil analisa inilah yang diperlukan oleh engineer proteksi untuk
penyetelan proteksi, sehingga bila gangguan hubung singkat itu benar-benar terjadi
didalam sistem, peralatan proteksi dapat bekerja mengamankan bagian sistem yang
terganggu sesuai yang diharapkan.
Gangguan 3 fasa, kemungkinan terjadinya adalah dari sebab putusnya salah satu
kawat fasa yang letaknya paling atas pada transmisi/ distribusi dengan konfigurasi
kawat antar fasanya disusun secara vertikal. Kemungkinan terjadinya memang
sangat kecil, tetapi dalam analisanya tetap harus diperhitungkan.
Kemungkinanan lain adalah akibat pohon yang cukup tinggi berayun sewaktu tertiup
angin kencang sehingga menyentuh ketiga kawat fasa transmisi atau distribusi.
Sesungguhnya hampir setiap macam gangguan hubung singkat ( 3 fasa, 2 fasa atau
satu fasa ketanah ) melalui suatu nilai tahanan gangguan yang terbentuk oleh arcing
(RARC). Tetapi dalam analisa hubung singkat selalu perhitungan arus gangguan
hubung singkat dengan menganggap tahanan gangguan = 0 (nol) untuk
memudahkan perhitungan, karena kesulitan untuk menentukan besarnya RARC
yang setepatnya.
Telah dikenal baik oleh para engineer dalam analisa hubung singkat bahwa
gangguan 3 fasa dihitung dengan menggunakan rumus sederhana seperti yang
digunakan pada rumus satu fasa yang pada dasarnya adalah hukum Ohm.
(V=I*Z)
Dalam sistem tiga dikenal dengan adanya Impedansi Urutan Positif ( Z1 ), Urutan
Negatif (Z2 ) dan Urutan Nol ( Z0 ).
E FASA
I 3 FASA =
Z1
Dimana :
I 3 FASA = besar arus yang mengalir pada setiap fasa sewaktu terjadi gangguan
hubung singkat di suatu titik di dalam sistem (dalam Amper).
E FASA = besar tegangan tiap fasa terhadap netral sistem (dalam volt).
Z1 = Impedansi ekivalen urutan positif. Dikatakan ekivalen karena mewakili
seluruh impedansi didalam sistem yang terhubung seri atau paralel dari
sejak sumber sampai dengan titik gangguan.
Bagaimana rumus tersebut dapat terbentuk menjadi demikian, berikut ini dicoba
menelaahnya dengan maksud agar mudah memahaminya sehingga tidak perlu
menghapalnya tetapi cukup dengan mengerti dan mengingat dari mana datangnya.
Kita tahu bahwa besar tegangan sistem tiga fasa dalam keadaan seimbang adalah
sama besar, hanya sudut fasanya berbeda 120°, seperti digambarkan (gambar 1.1)
sebagai berikut :
Kalau salah satu fasa dari sistem tiga fasa tersebut diatas (misalkan fasa A)
dibebani suatu impedansi Z, maka gambar rangkaiannya seperti terlihat pada
gambar 1.2. sebagai berikut :
EA
IA =
Z
Uraian yang sama, tetapi fasa yang dibebani dengan impedansi Z adalah fasa B,
maka gambar rangkaiannya seperti terlihat pada gambar 1.3, dibawah ini :
EB
IB =
Z
Demikian pula apabila fasa C yang dibebani dengan impedansi Z, dibawah ini
adalah gambar rangkaiannya.
EC
IC =
Z
Karena tegangan EA, EB, dan EC adalah sama besar, kecuali arah vektornya
berbeda 120° maka besar IA, IB dan I C juga sama besarnya kecuali arah vektornya
yang juga berbeda 120° karena impedansi Z nya sama besar.
Bila digabungkan ketiga fasa beban-beban tersebut, maka gambarnya dapat dilihat
pada gambar berikut.
Arus masing-masing fasa mengalir keluar, dalam gambar 1.5 diatas seperti arah
tegangan yang dInduksikan di generator (dalam arti tidak melawan arah tegangan
yang dibangkitkan) dan bertemu disatu titik untuk kembali ke netral dengan nilai
arus sebesar IA+IB+IC dalam vektor karena arus-arus tersebut berbeda fasa 120°.
Kalau demikian berapakah besar arus di kawat netral akibat penjumlahan arus dari
ketiga fasa tersebut ?
Dihitung dengan vektor atau diperiksa secara vektor akan memberikan hasil sama.
Pemeriksaan dalam vektor,
Kalau kita jumlahkan vektor arus ini, maka jumlahnya sebagai berikut :
Kembali kepada gambar pembebanan tiga fasa (lihat gambar I.5), dengan
impedansi Z, maka :
Gambar 1.6, ini mirip dengan kejadian gangguan tiga fasa, dimana ketiga arus fasa
yang mengalir di masing-masing impedansi Z tidak ada yang melawan ggl E A, EB
dan EC yang dibangkitkan, sehingga diartikan pada arah positif. Demikian pula
impedansi yang menghambat arus itu diartikan impedansi positif.
Dengan demikian dapat dimengerti bahwa arus gangguan tiga fasa dihitung
dengan rumus :
Bila pada sistem tiga fasa, dua fasanya dibebani suatu impedansi Z pada masing-
masing fasanya kemudian dihubungkan pada ujung yang lain sehingga
membentuk sambungan beban dua fasa seperti pada gambar 1.7, berikut ini:
Pada gambar I.7, diatas jelas bahwa arus yang mengalir pada rangkaian tertutup
adalah di fasa A mengalir arus IA , di fasa B mengalir arus IB dimana IA =IB = I,
dengan sumber tegangan fasa A-B yang besarnya EAB = √3 * EA.
Kalau kita perhatikan arus IA (yang mengalir di impedansi Z) keluar dari fasa A
urutannya sama dengan urutan ggl fasa A (positif) sehingga impedansi Z yang
menghambat aliran arus itu dapat disebut dengan impedansi urutan positif (Z1),
sementara IB yang mengalir kembali kesumber (lewat impedansi Z di fasa B)
terlihat melawan urutan ggl yang dibangkitkan difasa B (negatif), sehingga boleh
kita katakan bahwa impedansi yang menghambat aliran arus difasa B disebut
dengan impedansi urutan negatif (Z2, impedansi yang melawan urutan ggl yang
dibangkitkan difasa B). Dari gambar I.7 direprementasikan ke gambar I.8, saat fasa
A dan fasa B terhubung, terbentuk vektor antara arus urutan positif dan negatif di
fasa A dan fasa B. Dimana urutan posistif di fasa A akan berbeda sudut 120 0
dengan urutan di fasa B begitu juga untuk urutan negatifnya.
EAB
I=
Z1+ Z2
Bila dalam sistem 3 fasa, salah satu fasanya (fasa A) dibebani oleh suatu
impedansi Z, sumber yang berperan dalam pembebanan ini adalah tegangan fasa
(A) yang dibebani tersebut.
Pertama kali arus yang mengalir akan melalui hambatan impedansi yang
urutannya sama dengan urutan tegangan fasa (A) yang dibebani tersebut, seperti
yang dijelaskan pada uraian mendapatkan perhitungan hubung singkat tiga fasa,
impedansi itu adalah impedansi urutan positif.
Seperti diketahui, di fasa yang tidak dibebani ( B dan C ) pada kenyataannya tidak
ada arus yang keluar daripadanya karena tidak dibebani. Oleh sebab itu ada arus
lain yang mengkompensir arus urutan negatif itu di fasa B dan C sehingga
jumlahnya sama dengan nol. Akibatnya di fasa tersebut arus yang mengalir seolah
melalui hambatan Impedansi lain yang biasa disebut dengan Impedansi urutan nol,
yang hubungannya terseri juga.
Arus-arus ini pada fasa B dan fasa C akan membentuk vektor sama sisi, yang
saling menghilangkan, sehingga arus urutan positif, negatif dan Nol hanya mengalir
pada fasa A yaitu: I1 , I2 dan I0.
Arus difasa yang dibebani (fasa A), semua arus itu searah, sehingga arus yang
mengalir pada impedansi adalah I = I1 + I2 + I0 Karena I =I0 = I1 = I2 , maka I = 3*I0 dan
masing-masing urutan itu dapat dihitung dengan dengan rumus :
Dari besarnya arus gangguan hubung singkat yang dihitung, baik untuk gangguan
satu fasa ketanah, dua fasa atau tiga fasa ketanah, dapat dihitung kontribusi arus
gangguan pada masing-masing cabang dan tegangan Node.
Namun untuk menghitung besarnya kontribusi arus maupun tegangan pada tiap
node, dengan berdasarkan prinsip olahan urutan pada butir I diatas, kita perlu
mencari dahulu besarnya tiap arus urutan positif, negatif dan nol.
Telah diuraikan diatas bahwa pada generator tiga fasa , tegangan yang dibangkitkan
oleh fluks (medan magnit) yang memotong kumparan fasa adalah sebagai sumber
yang mendorong adanya arus pada kondisi pembebanan normal dimana arus yang
keluar dari sumber tegangan pada beban normal (seimbang pada ketiga fasanya)
adalah arus yang urutannya sama dengan yang tegangan yang dibangkitkan yaitu
urutan positif.
Tegangan urutan positif secara umum dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Yang kalau digambarkan seperti gambar 1.11, rangkaiannya adalah sebagai berikut :
Untuk beban seimbang pada ketiga fasanya atau gangguan tiga fasa (ketanah)
maka dapat dikatakan V1 dititik bintang beban atau dititik gangguan tiga fasa sama
dengan nol, sehingga Z1 yang tergambar adalah Z beban atau Z1 jaringan.
Pada kondisi gangguan hubung singkat, Z1 seperti yang terlihat pada gambar adalah
suatu nilai Impedansi urutan positif ekivalen dari suatu rangkaian didalam sistem.
Bisa saja sebelum menjadi satu impedansi ekivalen, rangkaian impedansi semula
berupa rangkaian seri dan paralel seperti gambar 1.12, sebagai berikut.
Dan rangkaiannya mirip dengan rangkaian urutan positif, kecuali sumber tegangan
seperti gambar 1.13, berikut.
Bisa saja sebelum menjadi satu impedansi ekivalen, rangkaian impedansi semula
berupa rangkaian seri dan paralel seperti gambar berikut :
Dengan cara yang sama dicari pula untuk besaran urutan Nol yang rumusnya :
Demikian juga arus masing-masing fasa dapat dihitung dengan cara yang sama
seperti berikut :