Anda di halaman 1dari 26

BAB 15

JEJARING INFORMASI

PANDANGAN INDUKTIF TERHADAP TEKNOLOGI INFORMASI


Teknologi informasi dapat dipandang dari dua sudut, yaitu: sudut
pandangan deduktif dan induktif. Pandangan deduktif terhadap teknologi informasi
(deductive view of information technology) dimulai dengan perumusan masalah
yang dihadapi perusahaan saat ini, kemudian dilakukan pemecahan masalah
tersebut melalui pemanfaatan kemampuan teknologi informasi.
Pandangan induktif terhaadao teknologi informasi (inductive view of
information technology) dimulai dengan pengeksplorasian berbagai kemampuan
potensial yang terkandug dalam teknologi informasi kemudian dilakukan pencarian
berbagai peluang yang dapat diraih dengan menggunakan kemampuan potensial
tersebut.
Berpikir induktif atas teknologi informasi merupakan cara yang harus
ditempuh dalam mengeksplorasi kemampuan potensial yang tersimpan dalam
teknologi informasi, untuk menciptakan berbagai kemungkinan baru yang terbuka
bagi perusahaan dalam melaksanakan transaksi bisnis. berbeda dengan cara berpikir
deduktif yang melihat masalah lebih dahulu baru kemudian mencari pemecahan
masalah, baru kemudian mencari masalah dalam bisnis yang belum pernah
diketahui sebelumnya.

KARAKTERISTIK TEKNOLOGI DIGITAL


Teknologi digital memiliki dua karakteristik yang menjadikannya lebih
unggul dibandingkan dengan teknologi analog. Kedua karakteristik tersebut adalah
:
1. Kecepatan tinggi , dan
2. Keakuratan tinggi
Teknologi digital memiliki kecepatan tinggi. Oleh karena proses
teknologinya dilakukan melalui pengiriman muatan listrik, bukan gerakan mekanis
berbentuk gelombang, teknologi digital memiliki kecepatan yang sangat tinggi.
Dalam perkembangannya, teknologi digital sudah mulai dikombinasikan dengan
teknologi sinar yang mampu melipatgandakan kecepatan, baik dari segi proses
maupun transmisi menggunakan teknologi serat optik dengan kecepatan transmisi
sebesar 1.000 Mbps.
Teknologi digital memiliki keakuratan tinggi. Oleh karena sifat yang
berlainan tersebut, teknologi digital hanya mengenal dua alternatif, yakni ada
muatan listrik (pulse) dan tidak ada muatan listrik (no pulse). Karena digital yang
memiliki presisi tinggi. Teknologi digital yang memiliki presisi tinggi jika
diduplikasi, maka hasil akan memiliki kualitas yang sama ; meski hal ini dilakukan
berkali-kali.
Kedua karakteristik teknologi digita tersebut dimiliki oleh teknologi
komputer digital yang pada perkembangannya telah dikombinasikan dengan
teknologi komunikasi, sehingga menimbulkan dampak yang luar biasa dengan
munculnya tambahan karakteristik pada teknologi digital berikut ini:

1. Keterhubungan ( connectivity) tinggi,


2. Kemampuan multimedia tinggi, dan
3. Kemampuan penyimpanan yang besar namun ringkas (compact).
Keterhubungan (connectivity). Keterhubungan yang tinggi dapat dicapai
melalui perkembangan teknologi yang mampu mengonversikan teknologi analog
menjadi teknologi digital, dan sebaliknya. Dampak dari kemudahan konversi
tersebut menjadikan berbagai komputer dapat berkomunikasi dengan mudah,akurat
dan cepat satu dengan lainnya. Kemudahan ini menjadi awal timbulnya teknologi
dan komunikasi internet ,e-commerce, dan e-corporation.
Kemampuan multimedia. Kemampuan multimedia yang tinggi diperoleh
karena komibinasi teknologi digital dan teknologi komunikasi mampu mengirim
semua jenis media ( teks,image,audio,vidio,dan motion) secara serentak ke seluruh
penjuru dunia. Kemampuan multimedia tinggi ini difasilitasi perkembangan
teknologi komunikasi satelit yang mutkahir, sehiingga tidak terdapat lagi
penundaan transmisi (transmission delay) data bolak-balik.
Kemampuan penyimpanan yang besar namun ringkas. Kemampuan ini
diperoleh dari kombinasi teknologi digital dengan teknologi laser dan optik,
sehingga secara digital data dan informasi dapat tersimpan dalam jumlah besar dan
dapat diakses kembali dengan menggunakan teknologi laser dan optik. Kemampuan
ini menjadikan komunikasi data dan informasi tidak hanya secara multimedia
namun juga dalam jumlah yang sangat besar, sehingga pengelolaan database
menjadi mudah dan bergerak (mobile).

KARAKTERISTIK BISNIS DI ERA TEKNOLOGI DIGITAL


Dampak kemajuan teknologi komputer digital yang dikombinasikan dengan
teknologi komunikasi dan teknologi laser/optik menjadikan bisnis memiliki
platform baru (digital platform) yang memiliki karakteristik berikut:

1. Transaksi bisnis diselenggarakan dengan kecepatan cahaya.


2. Transaksi bisnis digital memiliki akurasi tinggi.
3. Transaksi bisnis dapat dilaksanakan dalam volume besar .
4. Transaksi bisnis dapat diselenggarakan dengan keterhubungan yang tinggi.
5. Transaksi bisnis difasilitasi dengan kemudahan akses yang tinggi.
Kecepatan tinggi. Transaksi bisnis pada kecepatan cahaya (light speed
clock) berdampak terhadap perluasan basis kompetisi. Sebelumnya basis kompetisi
hanya didasarkan pada harga,kemudian meluas ke basis pemasaran dan basis mutu.
Keakuratan tinggi. Transaksi bisnis dengan akurasi tinggi berdampak pada
pengelolaan bisnis berbasis fakta (fact-based business). Ketersedian informasi
dengan akurasi tinggi memicu bisnis untuk meningkatkan cost effectiveness, karena
dunia bisnis mampu meningkatkan kualitas estimasi melalui better-your-number
game yang dengan mudah mengembangkan berbagai skenario untuk merespons
perubahan lingkungan.
Transaksi dalam volume besar. Teknologi digital memungkinkan
pelaksanaan transaksi dalam volume besar secara serentak. Hal ini berdampak pada
peningkatan luar biasa produktivitas dunia bisnis. volume transaksi bisnis di era
digital tidak lagi dibatai volume transaksi secara fisik. Hal ini terutama sangat dapat
dirasakan pada transaksi di sektor keuangan.
Keterhubungan tinggi. Transaksi bisnis di era teknologi digital dapat
diselenggarakan dengan keterhubungan (connectivity) tinggi. Keterhubungan
tinggi memungkinkan transaksi bisnis bersifat on-line,real-time,serentak,kontinu,
dan gobal. Sehingga tidak ada ruang lagi bagi pebisnis lokal yang hanya membatasi
transaksinya pada lingkup global. Keterhubungan tinggi menyebabkan batas-batas
lingkungan bisnis lokal dan global menjadi kabur.
Kemudahan akses. Transaksi bisnis di era teknologi digital memiliki
kemudahan akses yang tinggi. Kemudahan akses yang tinggi menjadikan bisnis di
era digital bersifast maya (virtual). Kehadiran barang, jasa dan organisasi secara
fiik menjadi tidak penting lagi. Kemudahan akses telah menjadikan sesuatu yang
bersifat fisik dapat dinikmati atau diakses secara maya.

DAMPAK TEKNOLOGI DIGITAL TERHADAP BISNIS


Penyelenggaraan bisnis dan transaksi bisnis denga digital flatform berdampak
luar biasa terhadap lingkungan bisnis. Oleh karena itu manajemen perlu
merumuskan upaya respons secara konseptual yang tepat untuk mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan di era bisnis digital. Berikut ini adalah upaya
respons secara konseptual yang memadai terhadap karakteristik bisnis di era digital,
yaitu :
1. Respon terhadap transaksi bisnis berkecepatan cahaya. Untuk
menghadapi lingkungan kompetisi bisnis yang berbasis waktu , perusahaan
pernu meningkatkan kemampuan dan kualitas responnya terhadap
perubahan lingkungan. Perusahaan harus melakukan pengindraan (sensing)
secara terus menerus terhadap tren perubahan lingkungan, dan segera
menindaklanjuti dengan respons cepan dan komprehensif. Kecepatan
pengindraan dan respons memerlukan dungan jejaring informasi digital
yang mampu menangkap signal tren perubahan, dan segera memacu upay
arespons secara komprehensif
2. Responns terhadap transaksi bisnis berakurasi tinggi. Respon yang
memadai terhadap dampak tingginya akuransi yang di hasilkan oleh
teknologi digital adalah perusahaan harus meningkatkan kemampuannya
dalam pembelajaran (learning), sehingga upaya peningkatan berkelanjutan
(continuous improvement) dapat dilakukan melebihi perusahaan pesaing.
Akurasi tinggi memicu pemahaman yang lebih baik terhadap faktor kunci
sukses perusahaan, minsalnya seperti perilaku customer, tingkat cost
effectivenedd, dan tinkat scurity.
3. Respon terhadap kemampuan teknologi digital dalam memproses
transaksi bervolume besar secara serentak. Perusahaan harus
memanfaatkan keunggulan teknologi digital ini agar mampu melayani
customer dalam jumlah banyak dalam periode waktu yang bersamaan.
Upaya ini di lakukan dengan membangun dan memelihara hubungan
dengan customer, dan menawarkan barang dan jasa secara digital
4. Respon tehadap keterhubungan tinggi yang bersifat on-line, real-time,
kontinu, dan serentak. Dalam kompetisi global, perusahaan harus
senatiasa memasang radar agar senatiasa mampu memelihara kedekatan
denga customer , mempertahankan daya saing , atau memantau perilaku
market leader. Jejaring informasi digital sangat membantu dalam
menyediakan informasi yang memadai untuk memantau perilaku market
leader. Misalnya, dengan senatiasa mengakses situs (website) untuk
melakukan marketing intelligence. Di sisi lain, perusahaan dapat pula
menggunakan jejaring informasi digital untuk membangun brand equity di
benak customer yang dituju, dan memengaruhi perilaku customer dengan
berbagai kemudahandan komunikasi secara on-line, real-time, dan kontinu.
5. Respon terhadap kemudahan akses tinggi yang di sediakan teknologi
digital. Kemudahan akses mengakibatkan kehadiran fisik barang, jas dan
organisasi, menjadi tidak penting lagi. Kemudahan akses menimbulkan
fleksibilitas baik bagi produsen maupun customer. Fleksibilitas yang di
sediakan dunia bisnis maya tidak dimiliki dunia bisnis fisik, sehingga
perusahaan yang tidak memiliki fasilitas layanan maya akan menghadapi
keterbatasan akses, dan pada ahirnya berakibat pada keterbatasan pasar.
Dunia bisnis di era digital memili karakteristik yang baru, sehingga
menuntut perusahaan untuk mengubah cara bebisnis. Perubahan cara
berbisnis di era digital akan mudah dan efektif dilakukan dengan
memanfaatkan jejaring informasi. Pemanfaatan jejaring informasi dapat di
petik jika dua perannya dapat di lakukan oleh perusahaan, yaitu :
1. Peran jejaring informasi untuk menerobos hambatan bisnis dan
2. Peran jejaring informasi untuk menyelenggarakan open-book
management

HAMBATAN BISNIS (BUSINESS BARRIER)


Teknologi informasi merupakan pemampu untuk meningkatkan kinerja
perusahaan. Namun, dalam hal apakah sebenarnya teknologi informasi dapat
berperan sebagai pemampu? Teknologi informasi merupakan pemampu bagi
perusahaan untuk menembus berbagai faktor yang menghambat perusahaan dalam
menghasilkan kinerja secara optimal, yaitu : (1) hambatan waktu, (2) hambatan
geografis (3) hambatan biaya (4) hambatan birokrasi dalm struktur organisasi dan
( 5) hambatan kesenjangan pengetahuan dan keterampilan personel.
Hambatan waktu. Kinerja perusahaan seringkali tidak optimal karena
hambatan waktu. Hambatan waktu ini timbul karena miningkatnya jumlah
customer yang harus dilayani, sedikitnya waktu yang tersedia bagi customer, dan
perbedaan lokasi dengan semakin meningkatnya jumlah customer, waktu yang di
perlukan untuk menyelesaikan transaksi dengan costumer secara individual
menjadi sangat menentukan keberhasilan perusahaan dalam melayani customer.
Sebagai mana telah disebutkan di atas, lingkungan bisnis ditandai dengan semakin
meningkatnya persaingan berbasis waktu (time-based compelition) dalam
lingkungan bisnis seperti itu, perusahaan di tuntut untuk meningkatkan kualitas
layanan dalam bentuk peningkatan kecepatan dan ketepatan waktu layanan bagi
customer. dan perlu disadari bahwa teknologi digital sekarang telah menyediakan
fasititas untuk itu. kegagalan perusahaan dalam memenuhi kecepatan dan ketepatan
waktu sesuai dengan kebutuhan dan harapan customer akan berakibat larinya
customer keperusahaan pesaing.
Hambatan geografis. seringkali kinerja perusahaan dipengaruhi secara
signifikan oleh jarak geografis yang memisahkan secara fisik perusahaan dengan
customer, dan pemasoknya. Jarak geografis menimbulkan hambatan bagi
perusahaan dalam melakukan transaksi bisnis dengan customer dan pemasok. Oleh
karena itu, usaha keras mengatasi hambatan jarak geografis telah banyak di lakukan
untuk memungkinkan perusahaan melakukan transaksi bisnis dengan pemasok dan
customer-nya dengan lancar dan cepat. banyak perusahaan kelas dunia berupaya
menghilangkan hambatan gografis dengan membuka cabang di berbagai negara,
beraliansi dengan mitra bisnis domestik, dan melaksanakan transaksi bisnis secara
maya (virtual) melalui internet. Sebelum dimanfaatkannya teknologi informasi
dalam perbankan, hubungan antar cabang bank mengalami hambatan geografis,
sehingga sangat sulit bagi nasabah bank melakukan transaksi yang menyangkut
pelibatan cabang bank yang terpisah jauh karena jarak geografis.
Hambatan biaya. tingginya biaya yang di konsumsi untuk penyediaan
barang dan jasa bagi customer sering menjadi hambatan signifikasi bagi perusahaan
dalam melakukan transakai bisnis dengan customer. hal ini akibat semakin luasnya
kesempatan yang dimiliki customer untuk mengakses struktur, dan besarnya biaya
produsen sebelum mereka membuat keputusan pembelian.
Dalam kompetisi global, biaya merupakan salah satu kriteria yang
menentukan keberhasilan perusahaan dalam memenangkan pertarungan
memperebutkan pangsa pasar yang menghasilkan laba. Karakteristik dan besarnya
biaya yang tidak menghasilkan laba bagi perusahaan akan berakibat pada
rendahnya daya saing dan terbentuknya citra sebagai perusahaan yang tidak cost
effective di benak customer. Kondisi demikian pada akhirnya akan mengancam
kelangsungan kehidupan perusahaan.
Hambatan birokrasi dalam struktur organisasi. Transaksi bisnis antara
perusahaan dengan customer dan pemasok seringkali berjalan sangat lambat
sebagai akibat birokrasi yang berbelit dan lepas tangan ( hand-off ) di antara
manager perusahaan. Struktur organisasi yang di bangun dengan banyak jenjang
dan banyak fungsi merupakan penyebab pokok timbulnya hambatan birokrasi.
Transaksi bisnis dalam organisasi ini, di samping memerlukan otoritas berjenjang,
juga memerlukan kerja sama antar fungsi.
Dalam lingkungan bisnis global, persaingan di tandai dengan kompetisi antar
jaringan organisasi. Kemampuan manajemen dalam membangun jejaring
organisasi merupaka faktor kunci keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan
value bagi customer. Penembangan jejaring organisasi yang memadai diperlukan
untuk meningkatkan kelancaran arus nilai (value flow) yang mengalir melalui mata
rantai nilai (value chain) dari pemasok sampai ke customer.
Hambatan kesenjangan pengetahuan dan keterampilan personel.
Rendahnya pengetahuan dan keterampilan personel organisasi dapat menyebabkan
rendahnya kualitas produk dan jasa yang di hasilkan perusahaan, yang pada
gilirannya akan mengakibatkan rendahnya tingkat kepuasan customer terhadap
respon dan pelayanan personel perusahaan. Rendahnya pengetahuan dan
keterampilan personel organisasi terutama di sebabkan sulitnya personel organisasi
mengakses informasi yang diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya.

TEKNOLOGI INFORMASI SEBAGAI PEMAMPU (ENABLER)


Dalam awal millenium mendatang, perusahaan memerlukan pemampu untuk
mengatasi berbagai hambatan yang telah dibahas di atas. Teknologi informasi
merupakan salah satu pemampu utama perusahaan dalam mengatasi hambatan
tersebut, dan sekaligus mampu menempatkan perusahaan pada posisi yang sulit
untuk disaingi dalam persaingan untuk memuaskan kebutuhan customer.
Teknologi Informasi sebagai Pemampu untuk Menerobos Hambatan Waktu
Teknologi informasi mampu memperpendek interval waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan berbagai langkah penting dalam proses bisnis. Sebagai
contoh, teknologi informasi yang digunakan dalam sistem otorisasi penjualan kartu
kredit secara on-line mampu memberikan informasi diterima atau ditolaknya
permintaan transaksi pembayaran dalam waktu yang sangat singkat. Tujuan yang
ingin dicapai adalah memperpendek waktu respons (response time) ke customer.
Teknologi Informasi Sebagai Pemampu untuk Menerobos Hambatan
Geografik
Banyak perusahaan yang beroperasi dari berbagai lokasi, dan memiliki
pemasok dan customer yang tersebar dan terpisah jarak geografis dengan
perusahaan. Teknologi informasi mampu mengintegraksikan, mengomunikasikan,
dan mempertukarkan berbagai aktivitas bisnis penting yang terdistribusi secara
geografis. Salah satu contoh yang sedang berkembang dalam bisnis sekarang ini
adalah penggunaan Internet untuk komunikasi dan transaksi bisnis. Penggunaan
teknologi informasi untuk bertransaksi, yang lazim dikenal dengan istilah e-
commerce, telah meletakkan norma-norma baru dalam bertranksaksi, misalnya:
1. Perusahaan dapat memberikan kemudahan bagi customer untuk melakukan
transaksi bisnis tanpa harus secara fisik mendatangi masing-masing lokasi
produsen, sehingga customer dapat melakukan belanja secara maya
(virtual) dengan mengunjungi berbagai homepage produsen di Internet.
2. Perusahaan dapat memberikan kemudahan bagi customer untuk melakukan
perbandingan berbagai barang dan jasa yang dihasilkan dari berbagai lokasi
geografis, misalnya memanfaatkan web site: http://www.compare.com.
3. Perusahaan dapat memenuhi permintaan individual customer secara
customized sekaligus bersaing dengan pesaing (melalui lelang elektronik),
tanpa harus bersusah payah mendatangi customer secara fisik dengan
memanfaatkan web site yang mendaftarkan permintaan customer secara
individual.
Teknologi Informasi Sebagai Pemampu untuk Menerobos Hambatan Biaya
Teknologi informasi memampukan perusahaan menekan biaya yang harus
dipikul customer dalam memeroleh manfaat produk dan jasa yang disediakan
perusahaan.Teknologi informasi juga memampukan perusahaan dalam upaya
menurunkan biaya untuk meningkatkan daya saing. Sebagai contoh adalah
penawaran program studi jarak jauh (distance learning) yang diselenggarakan
dengan fasilitas Internet untuk menangani kegiatan interaktif pengajar-siswa. Bagi
siswa sebagai customer, dengan program ini mereka akan memeroleh manfaat dari
hilangnya hambatan geografis, sekaligus pengehematan biaya transportasi dan
akomodasi yang harus dikorbankan selama mengikuti program belajar.
Teknologi Informasi Sebagai Pemampu untuk Menerobos Hambatan
Birokrasi dalam Struktur Organisasi
Teknologi informasi mampu menerobos tembok birokrasi yang terbentuk
karena struktur organisasi,sehingga batas antarfungsi dalam organisasi menjadi
mudah ditembus untuk peningkatan kelancaran kerja sama lintas fungsional dan
arus customer value perusahaan. Teknologi informasi juga mampu menyelesaikan
dikotomi sentralisasi-desentralisasi, karena kedua konsep tersebut dapat
diwujudkan secara bersamaan melalui pemanfaatan teknologi informasi.
Teknologi informasi dapat mendukung inovasi dalam penyediaan jasa,
mendukung kemampuan perusahaan dalam penyediaan jasa, mendukung
kemampuan perusahaan dalam meningkatkan cakupan dan penetrasi pasar, serta
mendukung penciptaan aliansi strategik dengan pemasok, customer, mitra bisnis
lainnya, bahkan dengan pesaing. Sebagai contoh, mesin ATM yang digunakan
bersama oleh beberapa bank dan perusahaan kartu kredit yang dipasang dipasar
swalayan dan mall, merupakan perwujudan kemampu teknologi informasi dalam
menerobos hambatan struktural antarperusahaan yang bersaing (antarbank dan
perusahaan kartu kredit), dan sekaligus memperluas lingkup jasa layanan keuangan
yang disediakan bank dan perusahaan kartu kredit,serta merupakan bentuk inovasi
penyediaan jasa.
Teknologi Informasi Sebagai Pemampu untuk Menerobos Hambatan
Kesenjangan Pengetahuan dan Keterampilan Personel
Teknologi infomasi mampu menerobos hambatan yang timbul karena
sedikitnya pengetahuan dan rendahnya keterampilan personel perusahaan dalam
melayani kebutuhan customer. Teknologi infomasi memiliki kemampuan
memberdayakan personel perusahaan, sehingga dapat merespons tuntutan customer
secara tepat waktu dan akurat. Sebagai contoh, penggunaan teknologi informasi
dengan fasilitas multimedia (teks, image, video, dan audio) menjadikan personel
perusahaan lebih mudah menerima dan mencari informasi yang diperlukan untuk
merespons tuntutan customer. Aplikasi teknologi informasi secara multimedia pada
sistem layanan rumah sakit akan menjadikan dokter berdaya untuk merespons
tuntutan pasien.

BUILDING BLOCKS TEKNOLOGI INFORMASI


Teknologi informasi terdiri atas tiga building blocks yang saling terkait satu
dengan yang lain. Pengembangan teknologi informasi memerlukan konsistensi dan
koherensi di antara tiga komponen building blocks yang membentuknya.. ketiga
building block yang terkait dalam rancangan teknologi informasi adalah.
PARADIGMA
Paradigma merupakan asumsi yang mendasari pengembangan teknologi
informasi. Paradigma yang berkembang meliputi :
1. Paradigma customer value. Dalam lingkungan bisnis yang di dalam nya
customer memegang kendali bisnis, pengembangan dan pemanfaatan
teknologi informasi perusahaan ditujukan untuk mendedikasikan seluruh
fasilitas teknologi informasi dalam memenuhi kebutuhan customer.
2. Paradigma continuos improvement. Untuk menghadapi lingkungan bisnis
yang turbulen dan kompetitif, pengembangan dan pemanfaatan teknologi
informasi ditujukan untuk senantiasa memampukan perusahaan melakukan
improvement secara berkelanjutan dalam memenuhi tuntutan customer nya.
3. Paradigma cross-functional dengan paradigma ini pengembangan dan
pemanfaatan teknologi informasi ditujukan untuk peningkatan kerja sama
lintas fungsional yang ditujkan untuk meningkatkan cyle effectiveness
perusahaan dalam melayani dan memuaskan customer.
4. Paradigma pemberdayaan karyawan (employee empowerment). Dengan
paradigma ini, pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi
ditujukan untuk memampukan personel perusahaan dalam merespon
tuntutan dan meningkatkan kepuasan customernya.
5. Paradigma peluang. Dengan paradigma ini, pengembangan dan
pemanfaatan teknologi informasi ditujukan untuk menggali peluang
sebanyak mungkin, tidak semata-mata hanya untuk memecahkan masalah
yang telah dikenali sebelumnya
Keyakinan dan Nilai Dasar
Keyakinan dasar adalah hal-hal yang diyakini kebenarannya oleh personel
perusahaan untuk diwujudkan. Keyakinan dasar menjadi semangat yang
mendorong personel perusahaan untuk mewujudkkan paradigma. Nilai dasar
merupaan karakter, sifat dan sikap yang dijunjung tinggi personel perusahaan dalam
mewujudan paradigma yang telah terpilih.
Komponen Fisik Teknologi Informasi
Komponen fisik teknologi informasi merupakan sekumpulan unsur yang
terintegrasi untuk memfasilitasi aktivitas bisnis dalam mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Komponen fisik teknologi informasi ini merupakan bagian teknologi
informasi secara keseluruhan yang tampak yang dapat ditangkap indra penglihatan.
Pengembangan teknologi informasi perusahaan memerlukan pemahaman tentang
berbagai komponen fisiknya. Komponen berwujud teknologi informasi meliputi
lima unsur berikut ini.
1) Modal manusia.
2) Aktivitas.
3) Database.
4) Jejaring (network).
5) Teknologi.
Modal Manusia
Modal manusia merupakan komponen terpenting dan utama dari unsur berwujud
teknologi informasi, karena modal manusia adalah subjek dan pelaksana
pemanfaatan teknologi dalam perusahaan. Dalam kaitannya dengan teknologi
informasi modal manusia dalam perusahaan dapat berperan satu di antara empat
kemungkinan, yaitu : (1) system ower, (2) system user, (3) system designer, (4)
system builder.
Aktivitas
Aktivitas merupakan bagian dari proses yang dilakukan perusahaan dalam
memuaskan kebutuhan customer. Pemanfaatan teknologi informasi dalam aktivitas
penambah nilai ditujukan agar perusahaan dapat mengoptimalkan nya dengan
melakukan activity sharing dan activity selecton.
Database
Data merupakan komponen fisik yang kedua dari bagian berwujud teknologi
informasi. Data merupakan sekumpulan fakta yang sudah dipisahkan. Sedangkan,
informasi adalah data yang memberikan tambahan nilai bagi seseorang atau
kelompok orrang.
Jejaring
Pembangunan jejaring diyujukan untuk memudahkan perusahaan dalam
memberikan respon dan melaksanakan transaksi dengan customer, jejaring juga
diperlukan untuk menciptakan integrasi dalam perusahaan, dan antara perusahaan
dengan pemasok serta customer. Pembangunan jejaring ditujukan untuk
menyediakan sarana kerja sama proses dan integrasi antarsistem, komputer dan
personel, jejaring semakin diperlukan karena berbagai faktor berikut.
1. Peningkatan kecepatan bisnis. Perusahaan yang mampu mengakses
informasi penting secara cepat akan memeeroleh keunggulan komparatif.
2. Peningkatan jangkauan bisnis. Perusahaan dapat memeroleh keunggulan
komparatif dengan meemasukan pemasok dan customer ke dalam system
bisnisnya, sehingga kelancaran arus nilai (value flow) akan meningkat
tajam.
3. Peningkatan kompleksitas bisnis. Dalam era komperisi global telah terjadi
peningkatan kegiatan bisnis di berbagai lokasi, baik nasional maupun
internasional.
Teknologi
Teknologi merupakan unsur fisik yang diperlukan keeempat unsur yang lain dalam
pemanfaatan teknologi informasi secara optimal. Komponen teknologi dalam
teknologi informasi meliputi :
1) Perangkat keras (hardware)
2) Perangkat lunak.
Unsur teknologi dalam teknologi informasi meliputi tiga bidang yaitu:
1. Teknologi data (data teknologi) yakni perangkat keras (hardware) dan
perangkat lunak (software) yang digunakan untuk menangkap
(capture)menyimpan (strore) dan mengelola (manage) data.
2. Teknologi pemrosesan (processing technology) yakni perangkat keras dan
perangkat lunak yang digunakan untuk mengubah data (sebagai masukan)
menjadi informasi yang bermanfaat (sebagai keluaran).
3. Teknologi komunikasi (communication technology) yakni perangkat keras
dan perangkat lunak yang digunakan untuk menghubungkan (interconnet)
teknologi data dan teknologi pemrosesan yang terdapat pada berbagai
lokasi.
PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
Pengembangan teknologi informasi meliputi pegembangan atas dua bagia
utama berikut:
1. Teknologi pemrosesan transaksi (transaction processing technology), teknologi
ini merupakan kumpulan unsur yang terpadu untuk memfasilitasi dan mengatur
perilaku anggota organisasi dalam melaksanakan transaksi bisnis.
Pengembangan subsistem ini harus senantiasa mengacu pada kaidah-kaidah
berikut:
a. Diupayakan untuk mempermudah customer dalam mengakses informasi
tentang produk dan jasa yang disediakan perusahaan.
b. Memudahkan karyawan dalam pengoperasiannya, sehingga karyawan
perusahaan menjadi berdaya (empowered) dalam merespons permintaan
customer.
c. Memfasilitasi pendekatan tim lintas fungsional (cross-functional team
approach).
d. Memfasilitasi sistem pengendalian masukan dan pengendalian proses
(input and process control system), sehingga menghindarkan perusahaan
dari risiko yang tinggi di kemudian hari.
Mempermudah customer dalam mengakses produk dan jasa yang disediakan
perusahaan. Perancangan teknologi pemrosesan transaksi harus ditujukan untuk
memudahkan customer memeroleh pelayanan barang dan jasa dari perusahaan
melalui penyediaan berbagai media akses, seperti telepon, OCRD (optical character
reading device), VAR (voice activated device). Penyediaan berbagai alat tersebut
akan meminimalkan upaya customer dalam memicu pelayanan perusahaan.
Memperoleh karyawan dalam pengoperasian, sehingga karyawan
perusahaan menjadi berdaya dalam merespons tuntutan customer.
Perancangan teknologi pemrosesan transaksi harus ditujukan untuk meningkatkan
kemudahan, kecepatan, keakuratan dan ketersediaan informasi bagi karyawan
perusahaan dalam memenuhi tuntutan customer. Kemudahan pengoperasian bagi
karyawan perusahaan dapat ditingkatkan melalui pemanfaatan secara optimal
platform multimedia yang sangat user friendly. Kemudahan pengoperasian oleh
karyawan dapat berakibat pada peningkatan kecepatan respons, keakuratan
informasi yang diberikan dan kemampuan menjawab berbagai pertanyaan customer
karena senantiasa tersedia informasi bagi karyawan.
Memfasilitasi pendekatan kerja tim lintas fungsional. Komunikasi lintas
fungsional dalam perusahaan sangat diperlukan untuk meningkatkan customer
value, karena pada dasarnya customer memerlukan pelayanan total dan tuntas yang
sulit untuk dipenuhi jika kerja sama lintas fungsional dilakukan secara terbatas.
Perancangan dan implementasi teknologi pemrosesan transaksi harus
memungkinkan masing-masing fungsi untuk saling berkomunikasi dan memantau
tahapan proses pelayanan customer, sehingga jika terdeteksi hambatan segera dapat
tertanggulangi secara lintas fungsional.
Memfasilitasi sistem pengendalian masukan dan pengendalian proses.
Teknologi pemrosesan transaksi merupakan sistem yang digunakan perusahaan
dalam berinteraksi dalam lingkungannya (customer, pemasok, pemerintah dan lain
sebagainya). Untuk menghindari risiko GIGO (garbage in garbage out), rancangan
teknologi pemrosesan transaksi harus mampu menyaring masukan yang memasuki
sistem agar terbebas dari kesalahan dan kecurangan.
2. Teknologi pemrosesan informasi (information processing technology).
Teknologi ini merupakan perpaduan antara brainware, hardware dan software
yang menyediakan informasi bagi organisasi bagi organisasi untuk melakukan
upaya-upaya berikut:
a. Improvement berkelanjutan.
b. Pengambilan keputusan dan ekonomis rasional.
c. Pelaksanaan kegiatan secara cost-effective.
d. Review dan evaluasi terhadap kinerja operasi dan validitas strategi.
e. Pelaksanaan mekanisme manajemen secara tersentralisasi dan
terdesentralisasi secara bersamaan.
Improvement berkelanjutan. Teknologi pemrosesan informasi harus
mampu menghasilkan informasi yang relevan dengan upaya peningkatan
berkelanjutan terhadap faktor kunci sukses perusahaan. Ketersediaan informasi
yang rinci dan akurat secara tepat waktu memberikan status dan kondisi kinerja
perusahaan, sehingga mendorong kegairahan untuk melakukan peningkatan.
Teknologi pemrosesan informasi yang mampu menghasilkan informasi berbasis
aktivitas dan memberikan panduan untuk melakukan pengelolaan berbasis aktivitas
meliputi:
1. Activity climination- penghilangan aktivitas yang tidak menambah nilai bagi
customer.
2. Activity reduction- pengurangan aktivitas yang tidak menambah nilai bagi
customer.
3. Activity sharing- pemanfataan aktivitas penambah nilai yang belum
digunakan secara optimal.
4. Activity selection- pemilihan aktivitas penambah nilai yang paling efisien.
Pengambilan keputusan secara ekonomis rasional. Teknologi pemrosesan
informasi harus mampu menghasilkan informasi yang relevan dengan masalah yang
dihadapi perusahaan. Pemanfaatan teknologi penangkapan data (data capturing)
dan pengelolaann data dengan relational database menyebabkan pengumpulan data
dapat dilakukan secara rinci dan efisien.
Review dan evaluasi terhadap kinerja operasi dan validitas strategi.
Teknologi pemrosesan informasi diharapkan mampu memberikan informasi umpan
balik yang komprehensif dan koheren, sehingga seluruh faktor kritikal dapat
dipantau dan terdapat hubungan yang jelas antara indikator operasional dengan
faktor kunci sukses perusahaan yang bersiifat strategik.
Pelaksaan mekanisme manajemen secara tersentralisasi dan
terdensentrasasi secara bersamaan. Dengan penerapan relational database
system, maka kedua konotomi tersebut dapat diselenggarakan secara bersama-sama
dan baik kantor pusat maupun kantor cabang dapat memetik manfaat yang optimal
dari keunggulan masing-masing pilihan tersebut.
BAB 16
BALANCED SCORECARD :
KONSEP,EVOLUSI,PERKEMBANGAN,DAN DAMPAKNYA TERHADAP
DESAIN SPPM

KONSEP DAN EVOLUSI PERKEMBANGAN BALANCED


SCORECARD
Balanced scorecard terdiri atas dua kata yaitu : (1) kartu skor (scorecard) ,dan
(2) berimbang (balanced). Pada tahap eksperimen awal, balanced scorecard
merupakan kartu skor yang dimanfaatkan untuk mencatat skor hasil kinerja
eksekutif. Melalui kartu skor, skor yang hendak diwujudkan eksekutif dimasa
depan dibandingkan dengan hasil kinerja sesungguhnya. Hasil perbandingan ini
dimanfatkan untuk melakukan evaluasi atas kinerja eksekutif. Kata berimbang
dimaksudkan untuk menunjukan bahwa kinerja eksekutif diukur secara berimbang
dari dua prespektif: keuangan dan nonkeuangan, jangka pendek dan jangka
panjang, internal dan eksternal. Oleh karena eksekutif akan dinilai kinerjanya
berdasarkan kartu skor yang dirumuskan secara berimbang, eksekutif diharapkan
akan memusatkan perhatian dan usaha mereka pada ukuran nonkeuangan dan
jangka panjang.
Konsep balanced scorecard berkembang sejalan dengan perkembangan
pengimplementasian konsep tersebut. Balanced scorecard telah mengalami evolusi
perkembangan : (1) balanced scorecard sebagai perbaikan aas sistem pengukuran
kinerja eksekutif , (2) balanced scorecard sebagai rerangka perencanaan
strategik,dan (3) balanced scorecard sebagai basis sistem terpadu pengelolaan
kinerja personel.

Balanced Scorecard sebagai Perbaikan atas Sistem Pengukuran Kinerja


eksekutif.
Balanced Scorecard diciptakan oleh Robert S. Kaplan, profesor dari Harvard
Business School, dan Daniel P.Norton, direktur riset kantor akuntan publik KPMG.
Keduanya berasal dari USA pada tahnun 1990, Nolan Norton Institute, bagian rist
kantor akuntan publik KPMG di USA yang dipimpin oleh David P.Norton,
Mensponsori studi tentang “Pengukuran Kinerja dalam Organisasi Masa Depan.”
Ada 12 perusahaan yang pada waktu itu menjadi objek studi : Advanced Micro
Devices, American Standard, Apple Computer, Bell south CIGNA, Corner
Peripherals, Cray Reseacrh, Dupon, electronic Data Systems, General Electric,
Hewlwtt-Packard, dan Shell Canada. Studi ini didorong oleh kesadaran bahwa pada
waktu itu kinerja keuangan dimanfaatkan semua perusahaan untuk mengukur
kinerja eksekutif tidak lagi memadai, karena terlalu berfokus pada kinerja jangka
pendek. Balanced Scorecard dimanfaatkan untuk menyeimbangkan usaha dan
prhatian eksekutif pada kinerja keuangan dan nonkeuangan, serta kinerja jangka
pendek dan jangka panjang.
Dari eksperimen awal Balanced Scorecard tersebut, perusahaan yang ikut
serta dalam eksperimen memperlihatkan kemampuan pelipatgandaan kinerja
keuangan mereka. Keberhasilan ini disadari sebagai akibat penggunaan ukuran
kinerja Balanced Scorecard yang komprehensif.
Pesan disampaikan kepada eksekutif dengan penggunaan Balanced Scorecard
dalam pengukuran kinerja eksekutif adalah: “ kinerja keuangan yang
berkesinambungan tidak dapat dihasilkan melalui usaha semu. Jika eksekutif harus
mewujudkannya melalui usaha nyata dengan menghasilkan value bagi customer,
menigkatkan produktivitas dan cost effectiveness proses, serta meningkatkan
kapabilitas dan komitmen personel.” Oleh karena itu, Balanced Scorecard
memperluas ukuran kinerja eksekutif menjadi perspektif customer, proses, serta
pembelajaran dan pertumbuhan, karena pada ketiga prespektif itulah usaha-usaha
sesungguhnya menjanjikan dihasilkannya kinerja keuangan yang
berkesinambungan.
Sistem manajemen strategik terdiri atas dua tahap utama, yaitu: (1)
perencanaan dan (2) pengimplementasian rencana. Tahap utama perencanaan
terdiri atas empat tahap, yaitu : (1) perumusan strategi, (2) perencanaan strategi,(3)
penyusunan program, (4) penyusunan anggaran. Tahap utama pengimplementasian
rencana terdiri atas dua tahap: (1) pengimplementasian, dan (2) pemantauan.
Balanced Scorecard sebagai Rerangka Perencanaan Strategik
Pada tahap perkembangan ini, Balanced Scorecard tidak hanya berkaitan
dengan kartu yang dipakai untuk mencatat skor eksekutif. Balanced Scorecard lebih
dimanfaatkan sebagai alat yang efektif untuk perencanaan strategik, yaitu sebagai
alat untuk meneterjemahkan misi, visi, tujuan, dasar, dan strategi perusahaan
kedalam rencana tindakan yang komprehensif, koheren,terukur, dan berimbang.
Kekuatan sesungguhnya Balanced Scorecard bukan terletak pada kemampuannya
sebagai pengukur kinerja eksekutif, namun justru pada kemampuannya sebagai alat
perencanaan strategik.
Pada hakikatnya tujuan utama pengelolaan perusahaan alah untuk
menjadikan perusahaan institusi pelipatganda kekayaan. Oleh karena itu, proses
pengelolaan diarahkan untuk menghasilkan kinerja keuangan yang luar biasa
berkesinambungan (prespektif keuangan). Untuk mencapai sasaran keuangan
tersebut, pengelolaan diarahkan untuk menghasilkan produk dan jasa yang mampu
memenangkan pilihan customer dipasar yang menjadi target perusahaan,
pengelolaan diarahkan untuk membangun kompetensi inti yang mengungguli
pesaing. Oleh karena itu, proses pengelolaan diarahkan untuk membangun
keunggulan proses yang dimanfaatkan untuk menghasilkan produk dan jasa,
membangun keberdayaan sumber daya manusia melalui pembangunan modal
manusia, modal informasi, dan modal organisasi
Balanced Scorecard sebagai Basis Sistem terpadu pengelolaan Kinerja
Personel
Balanced Scorecard telah mengalami perkembangan pesat selama lebih dari
lima belas tahun sejak diuji coba pertama kali pada tahun 1990.
Balanced Scorecard tidak agi hanya dimanfaatkan oleh eksekutif untuk
mengelola perusahaan, namun juga dimanfaatkan oleh seluruh personel.
(manajemen dan karyawan) untuk mengelola perusahaan Balanced Scorecard
memberikan rangka yang jelas dan masuk akal bagi personel untuk menghasilkan
kinerja keuangan melalui perwujudan dan berbagai kinerja nonkeuangan.
Mulai tahun 2006 Balanced Scorecard dikembangkan untuk mengintgrasikan
dua system, yaitu: (1) system manajemen stragegik berbasis Balanced Scorecard,
dan (2) system pengelolaan kinerja personel.
Dengan demikian, system pengelolaan kinerja personel dimanfaatkan untuk
menegakkan perilaku personel yang diharapkan dan mencegah perilaku personel
yang tidak diharapkan dalam mewujudkan visi perusahaan.
DAMPAK BALANCED SCORECARD TERHADAP DESAIN SPPM
Balanced Scorecard berdampak trhadap desain SPPM pada dua aspek yaitu:
(1) proses SPPM dengan meningkatkan secara siknifikan kualitas perencanaan, dan
(2) struktur SPPM dengan meningkatkan kualitas pengelolaan kinerja personel.
Balanced Scorecard Meningkatkan Kualitas Perencanaan Secara Siknifikan
Perencanaan yang baik merupakan cermin manajemen yang baik, dan
perencanaan yang baik menjanjikan hasil yang baik. Dengan demikian penciptaan
alat yang mampu meningkatkan kualitas peencanaan akan mempebaiki manajemen,
dan sebagai akibatnya akan menjanjikan peningkatan hasil.
Komprehensif. Balanced Scorecard memperluas prespektif yang dicakup
dalam perencanaan strategik, dari yang sebeumnya hanya berbasis pada prespektif
keuangan meluas pada tiga prespektif yang lain, yakni customer, proses serta,
pembelajaran dan pertumbuhan. Perluas prespektif rencana strategic pada prspektif
non keuangan tersebut menghasilkan manfaat berikut ini:
1. Menjanjikan kinerja keuangan yang berlipat ganda dan berkesinambungan,
karena dalam perencanaan, perhatian dan usaha personel difokuskan kepada
prespektif non keuangan-prspektif yang didalamnya terletak pemacu
sesungguhnya kinerja keuangan.
2. Memampukan perusahaan untuk memasuki linkungan isnis yang kompleks,
karena Balanced Scorecard menghasikanrencana yang mencaup prespektif
luas (keuangan, customer, proses, serta pembelajaran dan pertumbuhan),
sehingga rencana yang dihasilkan mampu dengan kompleks merespon
perubahan lingkungan.
DAMPAK BALANCED SCORECARD TERHADAP DESAIN SPPM
Koheren. Balanced Scorecard mewajibkan personel membangun hubungan
sebab akibat (causal relationship) di antara berbagai sasaran strategik yang
dihasilkan dalam perencanaan strategik. Sebagai contoh sasaran strategik dalam
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan harus menjadi penyebab diwujudkannya
sasaran strategik dalam perspektif proses atau customer, atau secara langsung
menjadi penyebab diwujudkannya sasaran strategik dalam perspektif keuangan.
Dengan demikian, kekoherenan sasaran strategik yang dihasilkan dalam
sistem perencanan strategik memotivasi personel untuk bertanggung jawab dalam
mencari inisiatif strategik yang bermanfaat untuk menghasilkan kinerja keuangan.
Kekoherenan sasaran strategik yang menjanjikan pelipatgandaan kinerja keuangan
sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk memasuki lingkungan bisnis kompetitif.
Kekoheren juga berarti dibangunnya hubungan sebab-akibat antara keluaran yang
dihasilkan sistem perumusan strategi dengan keluaran yang dihasilkan sistem
perencanan strategik.
Disamping itu, kekoherenan juga dituntut pada waktu menjabarkan inisiatif
strategik ke dalam program, dan penjabaran program ke dalam rencana laba jangka
pendek (budget). Kekoherenan di antara keluaran yang dihasilkan oleh setiap tahap
perencanaan dalam sistem manajemen strategik (perumusan strategi, perencanaan
strategik, penyusunan program, dan penyusunan anggaran) menjanjikan kecepatan
respons perusahaan terhadap setiap perubahan yang terjadi dilingkungan bisnis
yang dimasuk oleh perusahaan.
Dalam gambar tersebut terlihat empat sasaran strategik yang perlu
diwujudkan oleh perusahan, yaitu: (1) shareholder value-nilai bagi pemilik modal
berupa financial returns yang berlipat ganda dan berkesimbungan (perspektif
keuangan), (2) customer capital-atribut produk dan jasa, hubungan berkualitas, dan
citra yang mampu menghasilkan value terbaik bagi customer (perspektif customer),
(3) proses yang produktif dan effective cost (perspektif proses), dan (4) modal
manusia, modal informasi, dan modal organisasi (human capital, information
capital, dan organization capital) – sumber daya manusia yang berdaya,
ketersediaan sistem informasi sebagai pemampu (enabler), dan organisasi yang
memungkinkan modal manusia bekerja sama secara sinergis (perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan).
Garis horisantal digunakan untuk mengukur kesimbangan antara pemusatan
kepada proses (process centric) dan pemusatan kepada orang (people centric).
Sasaran strategik yang lebih difokuskan kepada perspektif pembelajaran. Sasaran
strategik yang lebih difokuskan kepada perspektif keuangan dan perspektif proses
disebut terlalu berfokus kepada proses (process centric), yang mengakibatkan
perspektif customer dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan menjadi
terabaikan.
Balanced Scorecard mengukur sasaran strategik yang sulit untuk diukur.
Sasaran-sasaran startegik pada prespekif customer, proses, serta pembelajaran dan
pertumbuhan merupakan sasaran yang tidak mudah diukur, namun dalam
pendekatan, Balanced Scorecard, sasaran pada ketga perspektif nonkeuangan
tersebut ditentukan ukurannya agar dapat dikelola, sehingga dapat diwujudkan.
Dengan demikian, keterukuran sasaran-sasaran strategik pada ketiga perspektif
tersebut menjanjikan perwujudan berbagai sasaran strategik nonkeuanagan,
sehingga kinerja keuangan dapat berlipatganda dan berkesinambunga.
Balanced Scorecard Menigkatkan Kualitas Pengelolaan kinerja Personel
Balance scorecard berdampak pada strukturt SPPM melalui peningkatan
kualitas sistem pengelolaan kinerja personel.
Pengelolaan kinerja personel ditujukan untuk meningkatkan akuntabilitas
personel dalam memanfaatkan berbagai sumber daya untuk mewujudkan visi
perusahaan melalui misi pilihan. Pengelolaan kinerja personel terdiri atas lima
tahap terpadu berikut ini:
1. Perencanaan kinerja yang hendak dicapai perusahaan.
2. Penetapan peran dan kompetensi inti personel dalam mewujudkan kinerja
perusahaan.
3. Pendesainan sistem penghargaan berbasis kinerja.
4. Pengukuran dan penilaian kinerja personel.
5. Pendistribusian penghargaan berbasis hasil pengukuran dan penilaian kinerja
personel.
Perencanaan kinerja yang hendak dicapai perusahaan. Sistem
penghargaan merupakan bagian terpadu sistem pengelolaan kinerja personel.
Sistem penghargaan berbasis kinerja harus berangkat dari perencanaan kinerja yang
hendak dicapai perusahaan. Kinerja perusahaan merupakan keberhasilan
perusahaan secara keseluruhan dalam mencapai sasaran-sasaran strategik yang
telah ditetapkan melalui inisiatif strategik pilihan.
Penetapan peran dan kompetensi inti personel dalam mewujudkan
kinerja perusahaan. Cascading process ini pada hakikatnya merupakan penetapan
peran pusat pertanggungjawaban, tim dan personel, beserta tuntutan kompotensi
inti untuk mewujudkan peran dalam mencapai kinerja yang direncanakan
perusahaan. Perencanaan kinerja, penetapan peran dan kompetensi inti berfungsi
untuk menuntut setiap pusat pertanggungjawaban yang dibentuk dalam organisasi
da setiap personel untuk memberikan kontribusi signifikan dalam mewujudkan
kinerja yang telah direncakan.
Pendesainan sistem penghargaan berbasis kinerja. Sistem penghargaan
berbasis kinerja ini seolah menjelaskan kepada seluruh perssonel: “jika personel
memberikan kontribusi dalam mencapai kinerja sebagaimana yang telah direncakan
organisasi, maka personel akan memerolehh penghargaan tertentu sebagaimana
yang ditetapkan dalam sistem penghargaan berbasis kinerja.
Pengukuran dan penilaian kinerja personel. Inisiatif yang tercantum
dalam mission center scorecard dan service center scorecard kemudian dijabarkan
kedalam program dan program kemudian dijabarkan ke dalam anggaran tahunan,
rencana kinerja yang telah dijabarkan kemudian diimplementasikan.
Pengimplementasian rencana kinerja kemudian diukur dan kinerja personel
dievaluasi untuk menentukan apakah personel berhasil mencapai kinerja yang telah
direncakan melalui perilaku yang diharapkan.
Pendistribusian penghargaan berbasis hasil pengukuran dan penilaian
kinerja personel. Hasil pengukuran dan penilaian kinerja personel kemudian
digunakan untuk mendistribusikan penghargaan kepada personel. Jika penghargaan
yang diterima personel dirasa pantas, maka akan menimbulkan kepuasan personel
atas penghargaan, sehingga nilai penghargaan bagi personel menjadi tinggi.
Melalui lima tahap terpadu tersebut, kualitas pengelolaan kinerja personel
ditingkatkan secara signifikan sebagaimana diuraikan berikut ini:
a. Pengelolaan kinerja personel mencakup kinerja karyawan, tidak hanya
terbatas pada kinerja manajer yang memegang posisi tertentu dalam jenjang
organisasi. Dengan demikian system pengelolaan kinerja mampu
mengerahkan dan mengarahkan seluruh personel perusahaan dalam
memenangkan pilihan customer dan mewyjudkan visi perusahaan.
b. Pengelolaan kinerja personel dilaksanakan secara bersistem yang dipacu
oleh pemenuhan kebutuhan customer (customer-driven performance
management system). Dalam lingkungan yang di dalamnya customer
memegang kendali bisnis, system pengelolaan kinerja yang dipacu
pemenuhan kebutuhan customer akan menjanjikan peningkatan daya saing
perusahaan dalam memenangkan pilihan customer.
c. Kinerja personel direncanakan melalui system perencanaan strategik
berbasis Balanced Scorecard. Sebagai hasilnya, kinerja yang dirumuskan
berupa kinerja strategik dan mencakup perspektif yang komprehensif.
Kinerja strategik menjadikan setiap personel berpikir jangka panjang, dan
kinerja komprehensif menjadikan personel berfokus kepada pemacu
sesungguhnya kinerja keuangan.
d. Kinerja personel didefinisikan sebagai keberhasilan personel dalam
mewujudkan sasaran-sasaran strategik pemasaran dan sasaran strategik
perusahaan ini merupakan hasil penerjemahan misi, visi, keyakinan dasar,
nilai-dasar, dan strategi perusahaan. Dengan demikian, kinerja personel
yang direncanakan berkaitan erat dengan visi dan strategi perusahaan.
System pengelolaan kinerja yang mengaitkan secara erat kinerja personel
dengan strategi dan visi perusahaan akan menjanjikan kemampuan seluruh
personel untuk melakukan continous alignment terhadap perubahan
lingkungan bisnis yang dimasuki perusahaan.
Pada umumnya sistem pengukuran kinerja perusahaan Indonesia memiliki
keterbatasan berikut :
1. Basis yang digunakan untuk pemberian penghargaan adalah posisi
(position-based reward), yaitu posisi seseorang dalam jenjang organisasi,
bukan kinerja (performance –based reward), yaitu kinerja yang dihasilkan
personel dalam mewujudkan sasaran-sasaran strategik yang telah disepakati
melalui inisiatif strategik yang telah ditetapkan. Position-based rewaerd
tidak memotivasi personel untuk mengelola secara strategik perusahaan
mereka, karena secara sederhana posisi personel tidak mencerminkan
kinerja yang dihasilkan melalui pengelolaan.
2. Job description digunakan sebagai basis untuk menentukan kinerja
personel, padahal job description merupakan pekerjaaan (work)
personel,bukan kinerja (performance) personel. Balanced scorecard
disamakan dengan key performance indicator (KPI) dan KPI ditentukan
berdasarkan job description personel. Job description personel biasanya
disusun terlepas dari strategi yang dipilih perusahaan untuk bersaing dalam
merebutkan pilihan customer. Dengan pemberian penghargaan atas kinerja
yang ditetapkan berdasarkan job description, penghargaan tidak memotivasi
personel dalam mewujudkan strategi perusahaan sehingga peluang
terwujudnya strategi perusahaan menjadi rendah. Dalam memasuki
lingkungan bisnis kompetitif, strategi memegang peran penting untuk
mengerahkan dan mengarahkan seluruh kompetensi dan komitmen personel
untuk mewujudkan visi perusahaan.
3. Bahkan masih banyak perusahaan Indonesia yang memfokuskan ukuran
kinerja eksekutif mereka pada ukuran kinerja keuangan (rentabilitas,
solvabilitas dan likuiditas). Ukuran kinerja ini memfokuskan perhatian dan
usaha eksekutif kepada pencapaian kinerja jangka pendek, karena ukuran
kinerja keuangan diambil dari informasi akuntansi yang hanya
menggunakan satu tahun sebagai periode laporannya.

Anda mungkin juga menyukai