Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

“ILEUS”

OLEH :

SITI ZURAIDATIL APRIANI

017.02.0733

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

2018
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN ILEUS

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi Ileus

Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun

penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus.

(Patofisiologi edisi 6)

Obstruksi usus (ileus) terjadi ketika terdapat rintangan

terhadap aliran normal dari usus, bisa juga karena hambatan

terhadap rangsangan saraf untuk terjadinya peristaltik (ileus

paralitik) atau karena adanya blockage (ileus mekanik

/organik). (Praktek Keperawatan Medikal Bedah)

2. Epidemiologi

Ileus paralitik hampir selalu dijumpai pada pasien pasca

operasi abdomen. Keadaan ini biasanya hanya berlangsung antara

24 – 27 jam.

3. Klasifikasi

Terdapat 2 jenis obstruksi usus, yaitu :

a. Non mekanis (ileus paralitik / ileus dinamik) Peristaltik

usus dihambat akibat pengaruh toksin / trauma yang

mempengaruhi pengendalian otonom motilitas usus.

b. Mekanis Terjadi obstruksi di dalam lumen usus atau

obstruksi mural yang disebabkan oleh tekanan ekstrinsik.

4. Penyebab
a. Obstruksi non mekanis

1) Manipulasi terhadap organ-organ dalam abdomen selama

pembedahan abdomen

2) ritasi peritoneum (peritonitis)

3) nyeri yang berasal dari Thorakolumbal

4) Fraktur tulang iga / tulang spinal

5) Spinal infark myokard

6) Pneumonia

7) Pyelonefritis

8) Batu ureter / empedu\Perdarahan retroperitoneal

9) Sepsis

10) Hypokalemia yang menyebabkan menurunnya tekanan otot usus

11) Iskemia usus

b. Obstruksi usus mekanik

1) Perlengketan

2) b.Hernia

3) Neoplasma

4) Penyakit peradangan usus

5) Benda asing, batu empedu

6) Fecal impaction

7) g.Striktur : kongenital, radiasi

5. Patofisiologi

Ileus non mekanis dapat disebabkan oleh manipulasi organ

abdomen, peritonitis, sepsis dll, sedang ileus mekanis

disebabkan oleh perlengketan neoplasma, benda asing, striktur


dll. Adanya penyebab tersebut dapat mengakibatkan passage usus

terganggu sehingga terjadi akumulasi gas dan cairan dlm lumen

usus. Adanya akumulasi isi usus dapat menyebabkan gangguan

absorbsi H20 dan elektrolit pada lumen usus yang mengakibatkan

kehilangan H20 dan natrium, selanjutnya akan terjadi penurunan

volume cairan ekstraseluler sehingga terjadi syok hipovolemik,

penurunan curah jantung, penurunan perfusi jaringan, hipotensi

dan asidosis metabolik.

Akumulasi cairan juga mengakibatkan distensi dinding usus

sehingga timbul nyeri, kram dan kolik. Distensi dinding usus

juga dapat menekan kandung kemih sehingga terjadi retensi

urine. Distensi juga dapat menekan diafragma sehingga

ventilasi paru terganggu dan menyebabkan sulit bernafas.

Selain itu juga distensi dapat menyebabkan peningkatan tekanan

intralumen. Selanjutnya terjadi iskemik dinding usus, kemudian

terjadi nekrosis, ruptur dan perforasi sehingga terjadi

pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang nekrotik ke dalam

peritoneum dan sirkulasi sistem. Pelepasan bakteri dan toksin

ke peritoneum akan menyebabkan peritonitis septikemia.

Akumulasi gas dan cairan dalam lumen usus juga dapat

menyebabkan terjadinya obstruksi komplet sehingga gelombang

peristaltik dapat berbalik arah dan menyebabkan isi usus

terdorong ke mulut, keadaan ini akan menimbulkan muntah-muntah

yang akan mengakibatkan dehidrasi. Muntah-muntah yang

berlebihan dapat menyebabkan kehilangan ion hidrogen & kalium


dari lambung serta penurunan klorida dan kalium dalam darah,

hal ini merupakan tanda dan gejala alkalosis metabolik.

Dari penjelasan diatas masalah yang muncul yaitu : PK :

asidosis metabolik, nyeri akut, retensi urinarius, pola nafas

tak efektif, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,

risiko kekurangan volume cairan, PK : alkalosis metabolik.

WOC
6. Gejala klinis

Adapun gejala klinis dari obstruksi usus yaitu :

a. Peregangan abdomen.

b. Nyeri (biasanya menyerupai kejang dan di pertengahan

abdomen, terutama daerah paraumbilikalis).

c. Muntah (bila obstruksi terjadi pada usus halus bagian atas,

maka muntah akan lebih sering terjadi dibandingkan dengan

obstruksi yang terjadi pada ileum atau usus besar).

7. Pemeriksaan diagnostik / penunjang

a. Pemeriksaaan radiografi abdomen (CT Scan abdomen) sangat

penting dalam menegakkan diagnosis obstruksi ileus.

b. Bila foto polos tidak memberikan kepastian diagnosis akhir,

dilakukan pemeriksaan radiografi dengan barium untuk

mengetahui letak obstruksi.

8. Therapy / tindakan penanganan

Dasar pengobatan obstruksi usus adalah :

a. Koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit.

b. b.Menghilangkan peregangan dan muntah dengan melakukan

intubasi dan didekompresi.

c. Memperbaiki peritonitis dan syok (bila ada).

d. Menghilangkan obstruksi untuk memulihkan kontinuitas dan

fungsi usus kembali normal.

e. Pembedahan.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

No Data subyektif Data obyektif Kesimpulan

1 - Nyeri perut - Tampak meringis Nyeri (akut)

- Perut kembung - Distensi abdomen

(+)

- Px. Tanda vital :

nadi meningkat

2 - Perut kembung - Distensi kandung Retensi urinarius

- Nyeri perut bgn bawah kemih

3 - Mual - Muntah Perubahan nutrisi

kurang dari

kebutuhan tubuh

4 - Sulit bernafas - Tampak sesak Pola nafas tak

- Px. Tanda vital : efektif

respirasi meningkat,

nadi meningkat

5 - Mual - Muntah – muntah Risiko kekurangan

volume cairan

6 - Mual - Muntah PK : asidosis

- Px. Tanda vital : metabolik

respirasi meningkat

- Hasil px. Lab : jml

Na menurun, penurunan
pH dan penurunan

bikarbonat.

7 - Kepala pusing - Muntah – muntah PK : alkalosis

- Hasil Px. Lab : metabolik

penurunan jml klorida,

kalium dan kalsium

serum, peningkatan

HCO3, peningkatan pH

Dari data di atas rumusan masalah yang muncul, yaitu :

a. Nyeri (akut)

b. Retensi urinarius

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

d. Pola nafas tak efektif

e. Risiko kekurangan volume cairan

f. PK : Asidosis metabolik

g. PK : Alkalosis metabolik

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan kram abdomen sekunder

terhadap distensi dinding usus ditandai dengan pasien

mengeluh nyeri pada perut, perut kembung, tampak meringis,

distensi abdomen, px. tanda vital: nadi meningkat

b. Retensi urinarius berhubungan dengan obstruksi jalan keluar

kandung kemih sekunder terhadap tekanan pada kandung kemih


ditandai dengan pasien mengeluh perut kembung, nyeri pada

perut bgn bawah, distensi kandung kemih.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan muntah ditandai dengan pasien mengatakan mual,

pasien tampak muntah

d. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan O2

sekunder terhadap tekanan pada diafragma ditandai dengan

pasien mengatakan sulit bernafas, tampak sesak, px. tanda

vital : respirasi meningkat, nadi meningkat.

e. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan

kehilangan cairan yang berlebihan sekunder akibat muntah.

f. PK : Asidosis metabolic

g. PK : Alkalosis metabolik

3. Perencanaan Keperawatan

a. Prioritas Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan kram abdomen sekunder

terhadap distensi dinding usus ditandai dengan pasien

mengeluh nyeri pada perut, perut kembung, tampak

meringis, distensi abdomen, px. tanda vital: nadi

meningkat

2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan muntah ditandai dengan pasien

mengatakan mual, pasien tampak muntah

3) Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan O2

sekunder terhadap tekanan pada diafragma ditandai dengan


pasien mengatakan sulit bernafas, tampak sesak, px.

tanda vital : respirasi meningkat, nadi meningkat.

4) Retensi urinarius berhubungan dengan obstruksi jalan

keluar kandung kemih sekunder terhadap tekanan pada

kandung kemih ditandai dengan pasien mengeluh perut

kembung, nyeri pada perut bgn bawah, distensi kandung

kemih.

5) Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan

kehilangan cairan yang berlebihan sekunder akibat

muntah.

6) PK : Asidosis metabolik

7) PK : Alkalosis metabolik

b. Rencana Tindakan

DX 1

Kriteria tujuan : nyeri berkurang atau hilang

rencana tindakan :

a. Catat lokasi, lamanya, intensitas (skala 0 – 10) dan

karakteristik nyeri

Rasional : perubahan pada karakteristik nyeri dapat

menunjukkan penyebaran penyakit atau terjadinya

komplikasi

b. Beri tindakan nyaman (relaksasi, ubah posisi)

Rasional : meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali

perhatian dan meningkatkan kemampuan koping.

c. Observasi vital sign


Rasional : Respon autonomic meliputi perubahan TD, nadi

dan pernafasan yang berhubungan dengan keluhan nyeri.

Abnormalitas tanda vital terus menerus memerlukan

evaluasi lanjut

d. Kolaborasi dalam pemberian analgesik

Rasional : pemberian analgesic membantu mengurangi rasa

nyeri

DX 2

Kriteria tujuan : mempertahankan nutrisi pasien adekuat

Rencana tindakan :

a. Catat masukan dan haluaran, timbang berat badan sesuai

indikasi

Rasional : mengidentifikasi status asupan makanan

b. Batasi makanan yang menyebabkan kram abdomen (missal

produk susu)

Rasional : mencegah serangan akut/eksaserbasi gejala

c. Konsul dengan ahli gizi

Rasional : membantu mengkaji kebutuhan nutrisi pasien

d. Kolaborasi dalam pemberian antiemetik

Rasional : pemberian antiemetik diharapkan mampu mencegah

muntah

DX 3

Kriteria tujuan : Mempertahankan ventilasi adekuat

Rencana tindakan :

a. Awasi frekuensi, kedalaman pernapasan


Rasional : pernapasan dangkal cepat/dispnea mungkin ada

sehubungan dengan akumulasi cairan dalam abdomen

b. Auskultasi bunyi napas

Rasional : menunjukkan terjadinya komplikasi (adanya

bunyi tambahan menunjukkan akumulasi cairan/sekresi)

c. Pantau tanda vital

Rasional : abnormalitas tanda vital terus menerus

memerlukan evaluasi lanjut

d. Ubah posisi dengan sering, dorong latihan napas dalam

Rasional : membantu ekspansi paru dan memobilisasi secret

e. Berikan tambahan O2 sesuai indikasi

Rasional : mungkin perlu untuk mencegah hipoksia

4) DX 4

Kriteria tujuan : berkemih dengan jumlah normal tanpa

retensi

Rencana tindakan :

a. Catat keluaran urine, selidiki penurunan aliran urine

tiba-tiba

Rasional : penurunan aliran urine tiba-tiba menunjukkan

adanya obstruksi. Penurunan haluaran urine berhubungan

dengan distensi abdomen.

b. Awasi tanda vital. Kaji nadi perifer, turgor kulit,

pengisian kapiler dan mukosa mulut

Rasional : merupakan indicator keseimbangan cairan


Dx 5

Kriteria tujuan : mempertahankan /menunjukkan keseimbangan

cairan

Rencana tindakan :

a. Awasi jumlah dan tipe masukan cairan

Rasional : pasien tidak mengkonsumsi cairan sama sekali

mengakibatkan dehidrasi atau mengganti cairan untuk

masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan

elektrolit.

b. Observasi tanda vital

Rasional : hipotensi, takikardia dan demam dapat

menunjukkan respon thd dan atau efek kehilangan cairan.

c. Observasi kulit kering berlebihan dan membrane mukosa,

penurunan turgor kulit, pengisian kapiler lambat

Rasional : menunjukkan kehilangan cairan

berlebihan/dehidrasi.

d. Kolaborasi pemberian cairan parenteral sesuai indikasi

Rasional : mempertahankan istirahat usus akan memerlukan

penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan.

e. Kolaborasi pemberian antiemetic

Rasional : digunakan untuk mengontrol mual dan muntah.

Dx 6

Kriteria tujuan : komplikasi asidosis dapat

dikurangi/dicegah

Rencana tindakan :
a. Pantau tanda dan gejala asidosis metabolik (pernapasan

cepat & lambat, sakit kepala, mual dan muntah)

Rasional : dengan mengetahui tanda dan gejala lebih awal

diharapkan komplikasi asidosis metabolik dapat dicegah.

b. Kolaborasi dalam pemberian cairan IV sesuai program

Rasional : dehidrasi dapat disebabkan karena kehilangan

cairan lambung dan urine.

c. Kaji tanda dan gejala hipokalsemia, hipokalemia, dan

alkalosis setelah asidosisnya terkoreksi

Rasional : koreksi asidosis yang cepat mungkin dapat

menyebabkan ekskresi kalsium dan kalium yang cepat serta

menimbulkan alkalosis.

DX 7

Kriteria tujuan : komplikasi alkalosis dapat

dikurangi/dicegah

Rencana tindakan :

a. Pantau tanda & gejala dini dari alkalosis metabolik

(pusing, hipoventilasi, penurunan kalium, klorida dan

kalsium serum)

Rasional : dengan mengetahui gejala lebih awal diharapkan

komplikasi alkalosis dapat dicegah

b. Kolaborasi dalam pemberian cairan parenteral

Rasional : untuk mengoreksi kekurangan cairan, natrium

dan klorida.

c. Pantau nilai GDA, pH urine, nilai elektrolit serum dan

BUN
Rasional : dapat membantu mengevaluasi respon pasien

terhadap pengobatan dan mendeteksi timbulnya asidosis

metabolic sbg akibat dari koreksi yg terlalu cepat.

4. Evaluasi Keperawatan

a. Nyeri berkurang atau hilang

b. Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi

c. Pasien mampu bernafas secara normal

d. Pasien mampu berkemih secara normal

e. Volume cairan pasien adekuat

f. Komplikasi asidosis dapat dicegah

g. Komplikasi alkalosis dapat dicegah

Anda mungkin juga menyukai