Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Pengertian hipertensi secara umum dapat didefinisikan sebagai
tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari
90 mmHg (Palmer, 2007). Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang
bersifat abnormal. Seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila
tekanan darahnya lebih tinggi dari 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg
diastolik (corwin, 2009). Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang
abnormal dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda.
tekanan darah normal bervariasi sesuai usia, sehingga setiap diagnosis
hipertensi harus bersifat spesifik sesuai usia (Corwin, 2009).
Black dan Hawks (2009) mendefinisikan hipertensi sebagai
peningkatan persisten dari tekanan darah sistolik pada tingkat 140 mmHg
atau lebih dan tekanan darah diastolik pada tingkat 90 mmHg atau lebih.
Berdasarkan uraian pengertian diatas, hipertensi adalah tekanan
darah tinggi yang abnormal dimana tekanan darah sistoliknya di atas
140 mmHg dan tekanan darah diastoliknya di atas 90 mmHg, yang
diukur berdasarkan usia.

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Presipitasi dan Predisposisi
a) Presipitasi
1) Penyakit ginjal kronis
2) Penyakit cardiovaskular
3) Aldosteronis primer
4) Sindrom Cushing
5) Kontrasepsi
(Lumbantobing, 2008)
6) Konsumsi garam berlebih
Konsumsi garam berlebihan lebih berperan dalam
meningkatkan tekanan arteri daripada konsumsi air yang
berlebihan. Penyebabnya adalah air murni secara normal
diekresikan oleh ginjal hampir secepat asupannya, tetapi
garam tidak diekresikan semudah itu. Akibat penumpukan
garam didalam tubuh, garam secara tidak langsung
meningkatkan volume cairan ekstrasel. Bila terdapat
kelebihan garam didalam cairan ekstrasel, osmolalitas cairan
akan meningkat dan keadaan ini akan merangsang pusat haus
di otak, yang membuat seseorang minum lebih banyak air
untuk mengebalikan konsentrasi garam ekstrasel kembali
normal. Hal ini akan meningkatkan volume cairan ekstrasel
(Guyton & Hall, 2007).
7) Obesitas
Obesitas (kegemukan ) adalah persentase abnormalitas
lemak yang dinyatakan dalam Indeks Masa Tubuh (Body Mass
Index) yaitu perbandingan antara berat badan dengan tinggi
badan kuadrat dalam meter. Kaitan erat antara kelebihan
berat badan dan kenaikan tekanan darah telah dilaporkan oleh
beberapa studi. Berat badan dan indeks masa tubuh (IMT)
berkolerasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan
darah sistolik (Harvard School Of Public Health, 2009)
8) Merokok
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon
monoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk kedalam aliran
darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan
mengakibatkan proses artereosklerosis, dan tekanan darah
tinggi (sumiati,2010).
9) Stres
Stres adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya
transaksi antara individu dengan lingkungannya yang
mendorong seseorang untuk mempresepsikan adanya
perbedaan antara tuntutan situasi dan sumber daya (biologis,
psikologis, dan sosial) yang ada pada diri seseorang.
Peningkatan darah akan lebih besar pada individu yang
mempunyai kecenderungan stress emosional yang tinggi
(sumiati, 2010).
b) Predisposisi
Menurut Depkes RI (2006) faktor predisposisi Hipertensi antara
lain :
1) Umur
Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan
bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi menajdi lebih
besar sehingga prevalensi hipertensi dikalangan usia lanjut
cukup tinggi, hal tersebut disebabkan oleh perubahan struktur
pada pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi lebih
sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku,
sebagai akibat adalah meningkatnya pembuluh darah sistolik
(Depkes RI, 2006).
2) Jenis Kelamin
Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi,
dimana pria lebih banyak yang menderita hipertensi
dibandingkan dengan wanita, dengan rasio sekitar 2,29 untuk
peningkatan tekanan darah sistolik. Pria diduga memiliki
gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan
darah dibandingkan dengan wanita. Namun, setelah
memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada wanita
meningkat. Bahkan setelah usia 65 tahun, terjadinya
hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria
yang diakibatkan oleh faktor hormonal (Wilkinson, 2010).
3) Genetik
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor
keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi,
terutama pada hipertensi primer (esensial). Tentunya faktor
genetik ini juga dipengaruhi faktor-faktor lingkungan lain,
yang kemudian menyebabkan seorang menderita hipertensi.
Faktor genetik juga berkaitan dengan metabolisme
pengaturan garam dan renin membran sel (Depkes RI, 2006).

C. Patofisiologi
Menurut Robbin (2015) meskipun pemicu yang spesifik
tidak diketahui, namun yang berperan dalam hipertensi ialah
karena penaganan natrium di ginjal yang terganggu serta
peningkatan resistensi vaskular.
a. Ekskresi natrium ginjal yang menurun pada kondisi tekanan arteri normal
mungkin merupakan kunci patogeniknya yang merupakan etiologi umum
pada sebagian besar hipertensi. Menurunnya ekskresi natrium
mengakibatkan peningkatan volume cairan dan meningkatnya keluaran
jantung, sehingga meningkatkan tekanan darah.
b. Peningkatan resistensi vaskuler dapat berasal dari vasokonstriksi atau
perubahan struktural dinding pembuluh darah. Faktor-faktor ini tidak
selalu independen, karena vasokonstriksi kronik dapat berakibat
penebalan dinding pembuluh darah secara permanen.
c. Faktor genetik berperan penting dalam menentukan tekanan darah,
hipertensi dikaitkan dengan sistem renin angiotensin yang berperan dalam
adanya perbedaan pengaturan tekanan darah pada ras yang berbeda. Gen
yang rentan mengakibatkan hipertensi esensial pada populasi umum
yang lebih besar belum diketahui, namun diperkirakan mencakup gen-gen
yang berperan dalam pengaturan penanganan natrium di ginjal, tekanan,
dan pertumbuhan sel otot polos.
d. Faktor lingkungan, seperti stres, obesitas, merokok, inaktivitas fisik, dan
konsumsi garam yang tinggi mengubah dampak dari determinan genetik.
Terdapat bukti kuat yang mengakibatkan asupan natrium dari makanan
dengan prevalensi hipertensi pada kelompok populasi yang berbeda.

D. Manifestasi Klinis
Menurut Askandar dkk (2007) pada dasarnya hipertensi tidak memberi
gejala yang spesifik. Umumnya gejala yang dikeluhkan berkaitan dengan :
1. Peningkatan TD : sakit kepala (pada hipertensi berat), paling sering di
daerah occipital dan dikeluhkan pada saat bangun pagi, selanjutnya
berkurang secara spontan setelah beberapa jam, dizziness, palpitasi,
mudah lelah.
2. Gangguan vaskular : epistaksis, hematuria, penglihatan kabur karena
perubahan di retina, episode kelemahan atau dizziness, oleh karena angina
pektoris, sesak karena gagal jantung.
3. Penyakit yang mendasari: pada hiperaldosteronisme primer didapatkan
poliuria, polidipsi, kelemahan otot karena hipokalemia, pada sindrom
cushing didapatkan peningkatan berat badan dan emosi labil.
Menurut Sylvia Anderson ( 2005 ) gejala hipertensi sebagai berikut :
1. Peningkatan tekanan darah >140/90 mmHg
2. Sakit kepala bagian belakang
3. Sulit tidur
4. Gelisah
5. Cemas

E. Klasifikasi
Menurut Arin Setiawati dan Zulnilda Bustami (2006) berdasarkan
penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, disebut
juga hipertensi ideopatik, banyak faktor yang mempengaruhinya seperti
genetik, lingkungan, hiperaktifitas, saraf simpatis, sistem renin
angiotensin. Terjadi peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor
yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok.
2. Hipertensi sekunder
Penyebab spesifiknya seperti diketahui penggunaan estrogen,
penyakit ginjal, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

F. Pemeriksaan Diagnosik
Menurut Jennifer P. Kowalak et.al Editor Renata Komalasari dkk
(2011) menyatakan bahwa pemeriksaan diagnostik hipertensi sebagai
berikut :
1. Pengukuran tekanan darah secara serial dapat dapat membantu.
2. Urinalisis dapat memperlihatkan protein, sedimen, sel darah merah atau
sel darah putih yang menunjukkan kemungkinan penyakit renal;
keberadaan katekolamin dalam urine yang berkaitan dengan
feokromositoma; atau keberadaan glukosa dalam urine, yang
menunjukkan diabetes.
3. Pemeriksaan laboratorium dapat mengungkapkan kenaikan kadar ureum
dan kreatinin serum yang memberi kesan penyakit ginjal atau keadaan
hipokalemia yang menunjukkan disfungsi adrenal (hiperaldosteronisme
primer).
4. Hitung darah lengkap dapat mengungkapkan penyebab hipertensi
yang lain, seperti polisitemia atau anemia.
5. Urografi ekskretorik dapat menungkapkan atrofi renal, menunjukkan
penyakit renal yang kronis. Ginjal yang satu lebih kecil daripada yang lain
memberi kesan penyakit renal unilateral.
6. Elektrokardiografi dapat memperlihatkan hipertrofi ventrikel kiri
atau iskemia.
7. Foto rontgen toraks dapat memperlihatkan kardiomegali.
8. Ekokardiografi dapat mengungkapkan hipertrofi ventrikel kiri

G. Komplikasi
Menurut William & Willkins (2012) komplikasi yang dapat terjadi pada
penderita hipertensi yaitu :
1. Penyakit jantung
2. Gagal ginjal
3. Kebutaan
4. Stroke

H. Penatalaksanaan Medis
Menurut Muttaqin (2009) tujuan penatalaksanaan medis pada
klien dengan hipertensi adalah mencegah terjadinya morbiditas dan
mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah
di bawah 140/90 mmHg. Efektivitas setiap program ditentukan oleh
derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas hidup
sehubungan dengan terapi :
1. Modifikasi gaya hidup
Pendekatan nonfarmakologi yang dapat mengurangi hipertensi adalah
sebagai berikut:
a) Mengurangi stres
1) Penurunan berat badan
2) Pembatasan alkohol, natrium, dan tembakau
3) Olahraga/ latihan
4) Relaksasi
2. Terapi farmakologis
Obat-obat antihipertensi dipakai sebagai obat tunggal atau
dicampur dengan obat lain, obat-obatan ini diklasifikasikan menjadi lima
kategori, yaitu:
a) Diuretik
Hidroklorotiazid adalah diuretik yang paling sering diresepkan
untuk mengobati hipertensi ringan.

b) Simpatolitik
Penghambat adrenergik alfa,penghambat neuron adrenergik dan
menghambat reseptor beta.
c) Vasodilator Arteriol
Bekerja merelaksasikan otot-otot polos pembuluh darah,
terutama arteri, sehingga menyebabkan vasodilatasi. Dengan
terjadinya vasodilatasi, tekanan darah akan turun dan natrium serta
serta air tertahan, sehingga terjadi edema perifer. Deuretik dapat
diberikan bersama-sama untuk mengurangi edema.
d) Antagonis Angiotensin
Obat golongan ini menghambat pembentukan angiotensin dan
menghambat pelepasan aldosteron. Jika aldosteron dihambat,
natrium diekskresikan bersama-sama dengan air.

I. Diagnosa
Diagnosa pada pasien dengan hipertensi menurut NANDA (2015-2017) adalah
:
1. Nyeri akut
2. Defisiensi pengetahuan
3. Risiko penurunan curah jantung
4. Intoleransi aktivitas
5. Nyeri akut
6. Hipertensi
DAFTAR PUSTAKA

Balai Penerbit Fkui, Jakarta. Tekanan Darah Tinggi Oleh


Prof.Dr.Dr.S.M.Lumbantobing

Black, J. M., Dan Hawks J. H. 2009 Medikal Surgical Nursing. New York
Elsevier

Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Depkes RI. 2006. Tingkat Kemandirian Keluarga


.Available.from<http://repository.
unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/2890/isi10001.PDF?sequence=2>[A
ccesed 21 April 2018].

Guyton A. C & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Kowalak, Jennifer. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC

Nanda Internasioanal, 2015. Diagnosis Keperawatan Keluarga Difinisi


Dan Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta:EGC

Palmer & Williams. (2007) . Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Erlangga.

Robbin,dkk. 2015. Buku Ajar Patologi. Singapore: Elsevier.

Setyowati, Sri & Murwani, 2008, Asuhan Keperawatan Gerontik Kosep


Dan Aplikasi Kasus Yogyakarta: Mitra Cendekia.

Sumiati, dkk. 2010. Penanganan Stress Pada Penyakit Jantung Koroner. Jakarta:
CV Trans Info Media

WHO. 2011. Hypertension fact sheet. Department of Sustainable


Development and Healthy Environments September 2011. Available from:< http:
//www.searo.who.int/linkfiles/non_communicable_diseases_hypertensio n
fs.pdf>[accesed 1 21 April 2018]

Anda mungkin juga menyukai