TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Pengertian hipertensi secara umum dapat didefinisikan sebagai
tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari
90 mmHg (Palmer, 2007). Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang
bersifat abnormal. Seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila
tekanan darahnya lebih tinggi dari 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg
diastolik (corwin, 2009). Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang
abnormal dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda.
tekanan darah normal bervariasi sesuai usia, sehingga setiap diagnosis
hipertensi harus bersifat spesifik sesuai usia (Corwin, 2009).
Black dan Hawks (2009) mendefinisikan hipertensi sebagai
peningkatan persisten dari tekanan darah sistolik pada tingkat 140 mmHg
atau lebih dan tekanan darah diastolik pada tingkat 90 mmHg atau lebih.
Berdasarkan uraian pengertian diatas, hipertensi adalah tekanan
darah tinggi yang abnormal dimana tekanan darah sistoliknya di atas
140 mmHg dan tekanan darah diastoliknya di atas 90 mmHg, yang
diukur berdasarkan usia.
C. Patofisiologi
Menurut Robbin (2015) meskipun pemicu yang spesifik
tidak diketahui, namun yang berperan dalam hipertensi ialah
karena penaganan natrium di ginjal yang terganggu serta
peningkatan resistensi vaskular.
a. Ekskresi natrium ginjal yang menurun pada kondisi tekanan arteri normal
mungkin merupakan kunci patogeniknya yang merupakan etiologi umum
pada sebagian besar hipertensi. Menurunnya ekskresi natrium
mengakibatkan peningkatan volume cairan dan meningkatnya keluaran
jantung, sehingga meningkatkan tekanan darah.
b. Peningkatan resistensi vaskuler dapat berasal dari vasokonstriksi atau
perubahan struktural dinding pembuluh darah. Faktor-faktor ini tidak
selalu independen, karena vasokonstriksi kronik dapat berakibat
penebalan dinding pembuluh darah secara permanen.
c. Faktor genetik berperan penting dalam menentukan tekanan darah,
hipertensi dikaitkan dengan sistem renin angiotensin yang berperan dalam
adanya perbedaan pengaturan tekanan darah pada ras yang berbeda. Gen
yang rentan mengakibatkan hipertensi esensial pada populasi umum
yang lebih besar belum diketahui, namun diperkirakan mencakup gen-gen
yang berperan dalam pengaturan penanganan natrium di ginjal, tekanan,
dan pertumbuhan sel otot polos.
d. Faktor lingkungan, seperti stres, obesitas, merokok, inaktivitas fisik, dan
konsumsi garam yang tinggi mengubah dampak dari determinan genetik.
Terdapat bukti kuat yang mengakibatkan asupan natrium dari makanan
dengan prevalensi hipertensi pada kelompok populasi yang berbeda.
D. Manifestasi Klinis
Menurut Askandar dkk (2007) pada dasarnya hipertensi tidak memberi
gejala yang spesifik. Umumnya gejala yang dikeluhkan berkaitan dengan :
1. Peningkatan TD : sakit kepala (pada hipertensi berat), paling sering di
daerah occipital dan dikeluhkan pada saat bangun pagi, selanjutnya
berkurang secara spontan setelah beberapa jam, dizziness, palpitasi,
mudah lelah.
2. Gangguan vaskular : epistaksis, hematuria, penglihatan kabur karena
perubahan di retina, episode kelemahan atau dizziness, oleh karena angina
pektoris, sesak karena gagal jantung.
3. Penyakit yang mendasari: pada hiperaldosteronisme primer didapatkan
poliuria, polidipsi, kelemahan otot karena hipokalemia, pada sindrom
cushing didapatkan peningkatan berat badan dan emosi labil.
Menurut Sylvia Anderson ( 2005 ) gejala hipertensi sebagai berikut :
1. Peningkatan tekanan darah >140/90 mmHg
2. Sakit kepala bagian belakang
3. Sulit tidur
4. Gelisah
5. Cemas
E. Klasifikasi
Menurut Arin Setiawati dan Zulnilda Bustami (2006) berdasarkan
penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, disebut
juga hipertensi ideopatik, banyak faktor yang mempengaruhinya seperti
genetik, lingkungan, hiperaktifitas, saraf simpatis, sistem renin
angiotensin. Terjadi peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor
yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok.
2. Hipertensi sekunder
Penyebab spesifiknya seperti diketahui penggunaan estrogen,
penyakit ginjal, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
F. Pemeriksaan Diagnosik
Menurut Jennifer P. Kowalak et.al Editor Renata Komalasari dkk
(2011) menyatakan bahwa pemeriksaan diagnostik hipertensi sebagai
berikut :
1. Pengukuran tekanan darah secara serial dapat dapat membantu.
2. Urinalisis dapat memperlihatkan protein, sedimen, sel darah merah atau
sel darah putih yang menunjukkan kemungkinan penyakit renal;
keberadaan katekolamin dalam urine yang berkaitan dengan
feokromositoma; atau keberadaan glukosa dalam urine, yang
menunjukkan diabetes.
3. Pemeriksaan laboratorium dapat mengungkapkan kenaikan kadar ureum
dan kreatinin serum yang memberi kesan penyakit ginjal atau keadaan
hipokalemia yang menunjukkan disfungsi adrenal (hiperaldosteronisme
primer).
4. Hitung darah lengkap dapat mengungkapkan penyebab hipertensi
yang lain, seperti polisitemia atau anemia.
5. Urografi ekskretorik dapat menungkapkan atrofi renal, menunjukkan
penyakit renal yang kronis. Ginjal yang satu lebih kecil daripada yang lain
memberi kesan penyakit renal unilateral.
6. Elektrokardiografi dapat memperlihatkan hipertrofi ventrikel kiri
atau iskemia.
7. Foto rontgen toraks dapat memperlihatkan kardiomegali.
8. Ekokardiografi dapat mengungkapkan hipertrofi ventrikel kiri
G. Komplikasi
Menurut William & Willkins (2012) komplikasi yang dapat terjadi pada
penderita hipertensi yaitu :
1. Penyakit jantung
2. Gagal ginjal
3. Kebutaan
4. Stroke
H. Penatalaksanaan Medis
Menurut Muttaqin (2009) tujuan penatalaksanaan medis pada
klien dengan hipertensi adalah mencegah terjadinya morbiditas dan
mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah
di bawah 140/90 mmHg. Efektivitas setiap program ditentukan oleh
derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas hidup
sehubungan dengan terapi :
1. Modifikasi gaya hidup
Pendekatan nonfarmakologi yang dapat mengurangi hipertensi adalah
sebagai berikut:
a) Mengurangi stres
1) Penurunan berat badan
2) Pembatasan alkohol, natrium, dan tembakau
3) Olahraga/ latihan
4) Relaksasi
2. Terapi farmakologis
Obat-obat antihipertensi dipakai sebagai obat tunggal atau
dicampur dengan obat lain, obat-obatan ini diklasifikasikan menjadi lima
kategori, yaitu:
a) Diuretik
Hidroklorotiazid adalah diuretik yang paling sering diresepkan
untuk mengobati hipertensi ringan.
b) Simpatolitik
Penghambat adrenergik alfa,penghambat neuron adrenergik dan
menghambat reseptor beta.
c) Vasodilator Arteriol
Bekerja merelaksasikan otot-otot polos pembuluh darah,
terutama arteri, sehingga menyebabkan vasodilatasi. Dengan
terjadinya vasodilatasi, tekanan darah akan turun dan natrium serta
serta air tertahan, sehingga terjadi edema perifer. Deuretik dapat
diberikan bersama-sama untuk mengurangi edema.
d) Antagonis Angiotensin
Obat golongan ini menghambat pembentukan angiotensin dan
menghambat pelepasan aldosteron. Jika aldosteron dihambat,
natrium diekskresikan bersama-sama dengan air.
I. Diagnosa
Diagnosa pada pasien dengan hipertensi menurut NANDA (2015-2017) adalah
:
1. Nyeri akut
2. Defisiensi pengetahuan
3. Risiko penurunan curah jantung
4. Intoleransi aktivitas
5. Nyeri akut
6. Hipertensi
DAFTAR PUSTAKA
Black, J. M., Dan Hawks J. H. 2009 Medikal Surgical Nursing. New York
Elsevier
Guyton A. C & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Sumiati, dkk. 2010. Penanganan Stress Pada Penyakit Jantung Koroner. Jakarta:
CV Trans Info Media