Konteks Penelitian
Gangguan mental atau penyakit
kejiwaan dapat menimpa siapa saja dan
berpotensi diderita oleh siapapun. Hal
ini terjadi karena sebagai makhluk
individu pasti mengalami interaksi
terhadap lingkungannya.
Menurut Darwin, interaksi Provinsi Jawa Barat sendiri
tersebut adalah perjuangan dari merupakan salah satu provinsi dengan
makhluk tersebut untuk angka gangguan jiwa tertinggi di
mempertahankan jenis dan selanjutnya Indonesia mencapai 20 % dari 45 juta
bahkan mengembangkan diri. Upaya penduduk atau sekitar 9 juta jiwa.
mempertahankan ini dapat juga disebut Diantara jenis gangguan jiwa yang
sebagai upaya-upaya untuk sering ditemui salah satunya adalah
menyesuaikan diri memenuhi tuntutan skizofrenia. Hasil Riset Kesehatan
lingkungan terhadap dirinya Dasar tahun 2013 menyatakan 14,1%
(Wiramihardja, 2005: 44). Dalam penduduk Indonesia mengalami
penyesuaian diri terhadap Skizofrenia dari yang ringan hingga
lingkungannya seseorang bisa saja berat. Data jumlah pasien Skizofrenia di
mengalami konflik yang tidak dengan Indonesia terus bertambah. Dari 33
mudah mampu diselesaikan. Apabila Rumah Sakit Jiwa diseluruh Indonesia,
konflik itu terlalu sulit diselesaikan diperoleh data bahwa hingga kini
maka akan menimbulkan stress. jumlah penderita Skizofrenia berat
Sebagian masyarakat masih
mencapai hingga 3,5 juta orang
menganggap bahwa gangguan mental
(Direktorat Bina Pelayanan
disebabkan karena adanya gangguan
Keperawatan dan Pelayanan Medik
oleh apa yang disebut roh jahat yang
Departemen Kesehatan, 2013).
telah merasuki jiwa, sehingga seseorang Gangguan mental ini juga kerap
yang mengalami gangguan mental disebut dengan psikosis yang
psikiatri harus diasingkan atau diklasifikasikan menjadi dua kelompok
dikucilkan dan dipasung karena utama yaitu psikosis organic dan
dianggap sebagai aib bagi keluarga. psikosis fungsional.Psikosis fungsional
Kenyataan tersebut tidak dapat
ialah ganguan menyal yang berat dan
dipungkiri, karena fenomena yang
sangat melibatkan seluruh kepribadian
terjadi memang merupakan gambaran
tanpa ada kerusakan jaringan saraf.
nyata bagi sebagian besar masyarakat,
Kategori psikosis fungsional terbagi lagi
hal tersebut disebabkan karena sebagian
menjadi tiga kelompok yaitu,
besar masyarakat Indonesia taraf
skizofrenia, gangguan bipolar dan
pendidikannya masih rendah (Rasmun,
gangguan-gangguan psikotik lain.
2001: 14).
Konsep skizofrenia ini merupakan suatu
gangguan mental yang berat dengan realitas yang menimbulkan kesukaran
ciri-ciri khasnya adalah tingkah laku dalam kemampuan seseorang untuk
aneh (bizar), pikiran-pikiran aneh, dan berperan sebagaimana mestinya dalam
halusinasi-halusinasi pendengaran dan kehidupan sehari–hari.
Melihat kondisi pasien tersebut
penglihatan (yakni mendengar suara-
maka timbulah pertanyaan tentang
suara atau melihat hal-hal yang tidak
bagaimana sebenarnya para perawat
ada). Faktor yang menyebabkan
melakukan pendekatan komunikatif
gangguan jiwa berat (skizofrenia) ialah
terhadap pasien yang memiliki kondisi
faktor individual meliputi struktur
emosioanal yang tidak stabil, psikologis
biologis, ansietas, kekhawatiran dan
yang tidak kondusif dan pola pikir yang
ketakutan, ketidakharmonisan dalam
dipenuhi dengan halusinasi agar pasien
hidup, kehilangan arti hidup. Dan juga
mau mengikuti bujukan perawat.
faktor interpersonal seperti komunikasi
Contohnya, bagaimana cara perawat
yang tidak efektif dan lain-lain (Sheila
bisa mengajak pasien skizofrenia yang
L, 2008 : 4).
Skizofrenia adalah suatu bentuk tengah sibuk dengan dunianya sendiri
psikosa fungsional dengan gangguan agar pasien mau mengalihkan dunianya
utama pada proses pikir serta dengan berinteraksi dengan orang
disharmoni (keretakan, perpecahan) lain/perawat.
Salah satu bidang ilmu
antara proses pikir, afek atau emosi,
komunikasi yang mempelajari tentang
kemauan dan psikomotor disertai
komunikasi untuk kepentingan terapi
distorsi kenyataan, terutama karena
pasien adalah komunikasi terapeutik.
waham dan halusinasi, asosiasi terbagi-
Peneliti pun menyadari bahwa dalam
bagi sehingga timbul inkoherensi
proses penyembuhan bagi pasien
(Direja, 2011).
Menurut Davison.dkk (2006) skizofrenia ini pun terdapat peran
skizofrenia adalah gangguan psikotik penting dari petugas medis itu sendiri,
yang ditandai dengan gangguan utama maka dari itu dalam proses
dalam pikiran, emosi dan perilaku. penyembuhan diperlukan komunikasi
Dampak dari skizofrenia
yang efektif yang harus dibangun yaitu
halusinasi dapat mengakibatkan
melalui pendekatan komunikasi
seseorang mengalami ketidakmampuan
terapeutik.
untuk berkomunikasi atau mengenali
Komunikasi terapeutik adalah terhadap pasien, khususnya pasien
komunikasi yang direncanakan secara gangguan jiwa. Hal ini mengingat
sadar,bertujuan dan kegiatannya dalam melakukan komunikasi dengan
dipusatkan untuk kesembuhan pasien. orang keterbelakangan mental ada
Komunikasi terapeutik pun termasuk perbedaan dengan orang yang masih
komunikasi interpersonal dengan titik normal.
Fokus Penelitian
tolak saling memberikan pengertian
Adapun fokus penelitian dalam
antarperawat dengan pasien. Persoalan
penelitian ini adalah menitikberatkan
mendasar dan komunikasi ini adalah
Bagaimana Pola Komunikasi terapeutik
saling membutuhan antarperawat dan
yang dilakukan perawat terhadap pasien
pasien, sehingga dapat dikategorikan ke
skizofrenia dalam proses penyembuhan
dalam komunikasi pribadi di antara
di Klinik Jiwa Utama Grha Atma Kota
perawat dan pasien, perawat membantu
Bandung.
dan pasien menerima bantuan Pertanyaan Penelitian
(Indrawati, 2003: 48). 1. Bagaimana tahapan pra interaksi
Komunikasi yang dilakukan
yang dilakukan perawat pada
untuk penderita gangguan jiwa
pasien skizofrenia dalam proses
skizofrenia berbeda dengan komunikasi
penyembuhan di Klinik Jiwa
yang dilakukan untuk orang normal,
Utama Grha Atma Bandung?
dikarenakan komunikasi yang tidak 2. Bagaimana tahapan perkenalan
sejajar antara perawta dan pasien yaitu yang dilakukan perawat pada
keterbatasan kemampuan komunikasi pasien skizofrenia dalam proses
yang dimiliki oleh pasien. Dalam proses penyembuhan di Klinik Jiwa
komunikasi ini akan menjelaskan Utama Grha Atma Bandung?
3. Bagaimana tahapan orientasi
mengenai berbagai pola komunikasi
yang dilakukan perawat pada
yang dilakukan oleh perawat, agar
pasien skizofrenia dalam proses
komunikasi yang dilakukan berjalan
penyembuhan di Klinik Jiwa
efektif dan efisien dengan pasien.
Dari penjelasan di atas, maka Utama Grha Atma Bandung?
4. Bagaimana tahapan kerja yang
dalam penelitian ini peneliti akan
dilakukan perawat pada pasien
mencoba membahas gambaran pola
skizofrenia dalam proses
komunikasi interpersonal melalui
terapeutik yang dilakukan perawat
penyembuhan di Klinik Jiwa Sejak saat itu teori konstruksi sosial atas
Utama Grha Atma Bandung? realitas juga telah diambil oleh disiplin
5. Bagaimana tahapan terminasi
lain yaitu dunia pendidikan, psikologi,
yang dilakukan perawat pada
dan komunikasi. Berger dan Luckman
pasien skizofrenia dalam proses
ingin memahami pembangunan
penyembuhan di Klinik Jiwa
pengetahuan bukan pada proses
Utama Grha Atma Bandung?
komunikasi di balik itu, sehingga
Kajian Teori banyak poin mereka sebenarnya tidak
Menurut Poloma dalam bukunya relevan dengan apa yang dipelajari saat
Sosiologi Kontemporer istilah ini oleh sarjana komunikasi dibawah
kosntruksi sosial atas realitas (social frase konstruksi sosial.
construction of reality) didefinisikan : Secara kontekstual, komunikasi
Sebagai proses sosial melalui interpersonal digambarkan sebagai
tindakan dan interaksi dimana individu suatu komunikasi antara dua individu
menciptakan secara terus-menerus suatu atau sedikit individu, yang mana saling
realitas yang dimiliki dan dialami berinteraksi, saling memberikan umpan
bersama secara subyektif. Realitas balik satu sama lain.
subjektif memiliki proses internalisasi Arni Muhammad (2005:159)
dan eksternalisasi. Eksternalisasi yaitu menyatakan bahwa “komunikasi
usaha untuk pencurahan/ekspresi diri interpersonal adalah proses pertukaran
manusia ke dalam dunia baik keadaan informasi diantara seseorang dengan
mental maupun fisik. Objektivasi yaitu paling kurang seorang lainnya atau
hasil yang telah dicapai baik mental biasanya di antara dua orang yang dapat
maupun fisik dari kegiatan ekternalisasi langsung diketahui balikannya”
Dapat disimpulkan bahwa
manusia tersebut. Sedangkan
komunikasi interpersonal merupakan
internalisasi yaitu penyerapan kembali
proses penyampaian informasi, pikiran
dunia objektif ke dalam kesadaran
dan sikap tertentu antara dua orang atau
sedemikian rupa sehingga subjektif
lebih yang terjadi pergantian pesan baik
individu dipengaruhi oleh struktur dunia
sebagai komunikan maupun
sosial. (2000 : 301)
Peter Berger dan Thomas komunikator dengan tujuan untuk
Luckman menggabungkan asumsi mencapai saling pengertian, mengenai
tertentu, yaitu sosiologi dan filsafat. masalah yang akan dibicarakan yang
akhirnya diharapkan terjadi perubahan Terdapat tahapan-tahapan
perilaku. komunikasi terapeutik menurut Uripni,
Budi Anna Keliat (1999:22),
yaitu :
dalam bukunya yang berjudul
1. Pra-interaksi
Komunikasi Terapeutik Perawat dan 2. Perkenalan
3. Orientasi
Klien menjelaskan bahwa komunikasi
4. Kerja
terapeutik pada hakekatnya merupakan 5. Terminasi
bentuk dari komunikasi interpersonal
Metode
yang secara khusus ditujukan untuk Dalam melakukan penelitian
proses pemulihan atau terapi tertentu. peneliti menggunakan paradigma
Sehingga dalam prakteknya komunikasi konstruktivisme sebagai paradigma
terapeutik digunakan dalam lingkup dalam memandang realitas diartikan
yang terbatas. Menurut Anna Keliat sebagai semua yang telah dikonsepkan
(1999:23) berdasarkan pernyataanya sebagai sesuatu yang mempunyai
dapat disimpulkan bahwa komunikasi wujud. Konstruktivisme menganggap
terapeutik menjadi bagian dari proses subjek sebagai faktor sentral dalam
terapi yang sedang dijalankan sehingga kegiatan komunikasi serta hubungan-
diharapkan mampu mempercepat proses hubungan sosialnya. Metode penelitian
pemulihan dari pasien terutama dari sisi yang digunakan adalah deskriptif
psikologis/kejiwaan. kualitatif yaitu mengemukakan
Komunikasi terapeutik tidak
gambaran atau pemahaman
hanya sekedar alat untuk berbicara
(understanding) mengenai bagaimana
dengan pasien, perawat dan pasien
dan mengapa suatu gejala atau realitas
adalah suatu hubungan terapeutik
komunikasi terjadi (Pawito, 2007:35).
dimana hubungan yang mempunyai Jenis penelitian yang digunakan
tujuan untuk kesembuhan pasien. ialah jenis penelitian lapangan (field
Sehingga dapat dikatakan bahwa
research) dan peneliti berupaya untuk
komunikasi terapeutik merupakan
menggunakan descriptive qualitative.
bentuk keterampilan dasar untuk
Peneliti mengeksplorasi, tidak mencari
melakukan wawancara dan
atau menjelaskan hubungan, tidak
penyuluhan.Karena dengan komunikasi
menguji hipotesis atau membuat
inilah awal hubungan antara perawat
prediksi, melainkan memaparkan situasi
dengan pasien.
pola komunikasi terapeutik ada di Setelah melakukan
Klinik Jiwa Grha Atma Kota Bandung. pengumpulan data dan
Teknik pengumpulan data
kemudian mengolahnya, pada
melalui studi kepustakaan, observasi
pembahasan ini merupakan hasil
dan wawancara mendalam, serta
interpretasi peneliti dari hasil
dokumentasi yang diperlukan.
wawancara mendalam terhadap
Data yang diperoleh dari
para informan dan perolehan
lapangan dilakukan analisis melalui
data yang didapat langsung di
tahap-tahap sebagai berikut:
lapangan.
1. Reduksi Data (Data reduction) :
Pola komunikasi yang dibangun
Kategorisasi dan mereduksi
antara perawat dan dokter dengan
data, yaitu melakukan
pasien di Klinik Jiwa Utama Grha Atma
penumpulan terhadap informasi
Bandung adalah komunikasi tanpa putus
penting yang terkait dengan
yang saling mempengaruhi perilaku,
masalah penelitian, selanjutnya
perasaan, pandangan satu sama lain.
data dikelompokkan sesuai topik
Karena komunikasi tidak dapat berdiri
masalah
sendiri. Apabila dikaitkan dengan
2. Penyajian Data (Data Display) :
proses persuasif, kita dapat mengatakan
Melakukan interpretasi data
bahwa komunikasi dokter dan pasien
yaitu menginterpretasikan apa
terjadi sebab faktor-faktor dan konteks
yang telah diinterpretasikan
yang determinan di dalam satu pihak
informan terhadap masalah yang
yang memerlukan umpan balik
diteliti.
3. Penarikan Kesimpulan (tanggapan).
(Conclusion
Pola Tahapan Komunikasi
Drawing/verification) :
Terapeutik antara Perawat dan
Pengambilan kesimpulan
Pasien Gangguan Jiwa Skizofrenia di
berdasarkan susunan narasi yang
Klinik Jiwa Utama Grha Atma Kota
telah disusun pada tahap ketiga,
Bandung
sehingga dapat memberi
1. Tahapan Pra Interaksi
jawaban atas masalah penelitian.
Pada tahapan ini perawat
Analisis Hasil Penelitian
diharapkan tidak memiliki
prasangka buruk kepada pasien,
karena mengganggu dalam utama dalam pengembangan
hubungan saling percaya. Seorang hubungan perawat dan pasien, hal
perawat profesional harus belajar ini pun sesuai dengan hasil
peka terhadap kebutuhan-kebutuhan wawancara peneliti dengan beberapa
pasien agar pasien merasa senang perawat.
dan merasa dihargai. 2) Privasi dan menghormati
Langkah-langkah yang
batasan
dilakukan perawat pada pasien
dalam masa pra interaksi yaitu : Perawat tidak memaksakan
Analisis dan Aplikasi. Jakarta: tanggal 23Oktober 2013 pada jam 14.23