Anda di halaman 1dari 17

Pola Komunikasi Terapeutik Perawat Pada Pasien Skizofrenia dalam

Proses Penyembuhan di Klinik Jiwa Utama Grha Atma Bandung


Deby Nurgustianty
148080004
Program Magister Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Pasundan
Abstrak
Penelitian ini berjudul “Pola Komunikasi Terapeutik Perawat Pada Pasien
Skizofrenia dalam Proses Penyembuhan di Klinik Jiwa Utama Grha Atma Bandung.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriftif kualitatif,
dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam, observasi partisipan
studi kajian pustaka dan studi dokumentasi. Teknik analisis dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan teknik reduksi data, penyajian data dan conclusion
drawing atau verification.
Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh hasil, bahwa pola komunikasi
terapeutik perawat pada pasien gangguan jiwa skizofrenia terdapat tahapan
komunikasi, yaitu pertama tahapan pra interaksi perawat membangun kepercayaan
satu sama lain dengan pasien. Kedua, tahapan perkenalan dengan mengembangkan
hubungan komunikasi interpersonal berupa penggunaan nonverbal, ekpresi wajah,
intonasi suara, sentuhan atau rasa empati. Ketiga, tahapan orientasi, perkenalan
perawat dan pasien berlanjut pada tahapan pemeriksaan keadaan pasien dan evaluasi
tindakan secara langsung. Keempat, tahapan kerja, proses interaksi perawat dan
pasien dapat mendorong pada proses penyembuhan pasien. Kelima, tahapan terminasi
proses interaksi untuk mengurangi tingkatan tekanan psikis pasien dengan interaksi
komunikasi yang intens dan pengobatan yang rutin. Dalam proses interaksi komunikasi
perawat dan pasien tersebut juga terdapat komponen komunikasi interpersonal yang
berperan serta.
Hal-hal yang ingin peneliti rekomendasikan sebagai masukan kepada pihak manajemen
Klinik Jiwa Utama Grha Atma, agar diadakan pelatihan secara keilmuan dalam bidang
pendekatan komunikasi terhadap perawat untuk lebih mengasah lagi kecakapan dalam
berinteraksi dengan pasien. Serta penting halnya juga bahwa pihak rumah sakit, klinik
jiwa ataupun terapis untuk melakukan penyuluhan kepada masyarakat umum mengenai
informasi penyakit gangguan jiwa dan bagaimana memperlakukan pasien agar tidak
ada lagi seorang penderita gangguan jiwa yang ditelantarkan oleh keluarganya sendiri
lantaran ketidakpahaman keluarga atas kondisi yang sedang dihadapi.

Konteks Penelitian
Gangguan mental atau penyakit
kejiwaan dapat menimpa siapa saja dan
berpotensi diderita oleh siapapun. Hal
ini terjadi karena sebagai makhluk
individu pasti mengalami interaksi
terhadap lingkungannya.
Menurut Darwin, interaksi Provinsi Jawa Barat sendiri
tersebut adalah perjuangan dari merupakan salah satu provinsi dengan
makhluk tersebut untuk angka gangguan jiwa tertinggi di
mempertahankan jenis dan selanjutnya Indonesia mencapai 20 % dari 45 juta
bahkan mengembangkan diri. Upaya penduduk atau sekitar 9 juta jiwa.
mempertahankan ini dapat juga disebut Diantara jenis gangguan jiwa yang
sebagai upaya-upaya untuk sering ditemui salah satunya adalah
menyesuaikan diri memenuhi tuntutan skizofrenia. Hasil Riset Kesehatan
lingkungan terhadap dirinya Dasar tahun 2013 menyatakan 14,1%
(Wiramihardja, 2005: 44). Dalam penduduk Indonesia mengalami
penyesuaian diri terhadap Skizofrenia dari yang ringan hingga
lingkungannya seseorang bisa saja berat. Data jumlah pasien Skizofrenia di
mengalami konflik yang tidak dengan Indonesia terus bertambah. Dari 33
mudah mampu diselesaikan. Apabila Rumah Sakit Jiwa diseluruh Indonesia,
konflik itu terlalu sulit diselesaikan diperoleh data bahwa hingga kini
maka akan menimbulkan stress. jumlah penderita Skizofrenia berat
Sebagian masyarakat masih
mencapai hingga 3,5 juta orang
menganggap bahwa gangguan mental
(Direktorat Bina Pelayanan
disebabkan karena adanya gangguan
Keperawatan dan Pelayanan Medik
oleh apa yang disebut roh jahat yang
Departemen Kesehatan, 2013).
telah merasuki jiwa, sehingga seseorang Gangguan mental ini juga kerap
yang mengalami gangguan mental disebut dengan psikosis yang
psikiatri harus diasingkan atau diklasifikasikan menjadi dua kelompok
dikucilkan dan dipasung karena utama yaitu psikosis organic dan
dianggap sebagai aib bagi keluarga. psikosis fungsional.Psikosis fungsional
Kenyataan tersebut tidak dapat
ialah ganguan menyal yang berat dan
dipungkiri, karena fenomena yang
sangat melibatkan seluruh kepribadian
terjadi memang merupakan gambaran
tanpa ada kerusakan jaringan saraf.
nyata bagi sebagian besar masyarakat,
Kategori psikosis fungsional terbagi lagi
hal tersebut disebabkan karena sebagian
menjadi tiga kelompok yaitu,
besar masyarakat Indonesia taraf
skizofrenia, gangguan bipolar dan
pendidikannya masih rendah (Rasmun,
gangguan-gangguan psikotik lain.
2001: 14).
Konsep skizofrenia ini merupakan suatu
gangguan mental yang berat dengan realitas yang menimbulkan kesukaran
ciri-ciri khasnya adalah tingkah laku dalam kemampuan seseorang untuk
aneh (bizar), pikiran-pikiran aneh, dan berperan sebagaimana mestinya dalam
halusinasi-halusinasi pendengaran dan kehidupan sehari–hari.
Melihat kondisi pasien tersebut
penglihatan (yakni mendengar suara-
maka timbulah pertanyaan tentang
suara atau melihat hal-hal yang tidak
bagaimana sebenarnya para perawat
ada). Faktor yang menyebabkan
melakukan pendekatan komunikatif
gangguan jiwa berat (skizofrenia) ialah
terhadap pasien yang memiliki kondisi
faktor individual meliputi struktur
emosioanal yang tidak stabil, psikologis
biologis, ansietas, kekhawatiran dan
yang tidak kondusif dan pola pikir yang
ketakutan, ketidakharmonisan dalam
dipenuhi dengan halusinasi agar pasien
hidup, kehilangan arti hidup. Dan juga
mau mengikuti bujukan perawat.
faktor interpersonal seperti komunikasi
Contohnya, bagaimana cara perawat
yang tidak efektif dan lain-lain (Sheila
bisa mengajak pasien skizofrenia yang
L, 2008 : 4).
Skizofrenia adalah suatu bentuk tengah sibuk dengan dunianya sendiri
psikosa fungsional dengan gangguan agar pasien mau mengalihkan dunianya
utama pada proses pikir serta dengan berinteraksi dengan orang
disharmoni (keretakan, perpecahan) lain/perawat.
Salah satu bidang ilmu
antara proses pikir, afek atau emosi,
komunikasi yang mempelajari tentang
kemauan dan psikomotor disertai
komunikasi untuk kepentingan terapi
distorsi kenyataan, terutama karena
pasien adalah komunikasi terapeutik.
waham dan halusinasi, asosiasi terbagi-
Peneliti pun menyadari bahwa dalam
bagi sehingga timbul inkoherensi
proses penyembuhan bagi pasien
(Direja, 2011).
Menurut Davison.dkk (2006) skizofrenia ini pun terdapat peran
skizofrenia adalah gangguan psikotik penting dari petugas medis itu sendiri,
yang ditandai dengan gangguan utama maka dari itu dalam proses
dalam pikiran, emosi dan perilaku. penyembuhan diperlukan komunikasi
Dampak dari skizofrenia
yang efektif yang harus dibangun yaitu
halusinasi dapat mengakibatkan
melalui pendekatan komunikasi
seseorang mengalami ketidakmampuan
terapeutik.
untuk berkomunikasi atau mengenali
Komunikasi terapeutik adalah terhadap pasien, khususnya pasien
komunikasi yang direncanakan secara gangguan jiwa. Hal ini mengingat
sadar,bertujuan dan kegiatannya dalam melakukan komunikasi dengan
dipusatkan untuk kesembuhan pasien. orang keterbelakangan mental ada
Komunikasi terapeutik pun termasuk perbedaan dengan orang yang masih
komunikasi interpersonal dengan titik normal.
Fokus Penelitian
tolak saling memberikan pengertian
Adapun fokus penelitian dalam
antarperawat dengan pasien. Persoalan
penelitian ini adalah menitikberatkan
mendasar dan komunikasi ini adalah
Bagaimana Pola Komunikasi terapeutik
saling membutuhan antarperawat dan
yang dilakukan perawat terhadap pasien
pasien, sehingga dapat dikategorikan ke
skizofrenia dalam proses penyembuhan
dalam komunikasi pribadi di antara
di Klinik Jiwa Utama Grha Atma Kota
perawat dan pasien, perawat membantu
Bandung.
dan pasien menerima bantuan Pertanyaan Penelitian
(Indrawati, 2003: 48). 1. Bagaimana tahapan pra interaksi
Komunikasi yang dilakukan
yang dilakukan perawat pada
untuk penderita gangguan jiwa
pasien skizofrenia dalam proses
skizofrenia berbeda dengan komunikasi
penyembuhan di Klinik Jiwa
yang dilakukan untuk orang normal,
Utama Grha Atma Bandung?
dikarenakan komunikasi yang tidak 2. Bagaimana tahapan perkenalan
sejajar antara perawta dan pasien yaitu yang dilakukan perawat pada
keterbatasan kemampuan komunikasi pasien skizofrenia dalam proses
yang dimiliki oleh pasien. Dalam proses penyembuhan di Klinik Jiwa
komunikasi ini akan menjelaskan Utama Grha Atma Bandung?
3. Bagaimana tahapan orientasi
mengenai berbagai pola komunikasi
yang dilakukan perawat pada
yang dilakukan oleh perawat, agar
pasien skizofrenia dalam proses
komunikasi yang dilakukan berjalan
penyembuhan di Klinik Jiwa
efektif dan efisien dengan pasien.
Dari penjelasan di atas, maka Utama Grha Atma Bandung?
4. Bagaimana tahapan kerja yang
dalam penelitian ini peneliti akan
dilakukan perawat pada pasien
mencoba membahas gambaran pola
skizofrenia dalam proses
komunikasi interpersonal melalui
terapeutik yang dilakukan perawat
penyembuhan di Klinik Jiwa Sejak saat itu teori konstruksi sosial atas
Utama Grha Atma Bandung? realitas juga telah diambil oleh disiplin
5. Bagaimana tahapan terminasi
lain yaitu dunia pendidikan, psikologi,
yang dilakukan perawat pada
dan komunikasi. Berger dan Luckman
pasien skizofrenia dalam proses
ingin memahami pembangunan
penyembuhan di Klinik Jiwa
pengetahuan bukan pada proses
Utama Grha Atma Bandung?
komunikasi di balik itu, sehingga
Kajian Teori banyak poin mereka sebenarnya tidak
Menurut Poloma dalam bukunya relevan dengan apa yang dipelajari saat
Sosiologi Kontemporer istilah ini oleh sarjana komunikasi dibawah
kosntruksi sosial atas realitas (social frase konstruksi sosial.
construction of reality) didefinisikan : Secara kontekstual, komunikasi
Sebagai proses sosial melalui interpersonal digambarkan sebagai
tindakan dan interaksi dimana individu suatu komunikasi antara dua individu
menciptakan secara terus-menerus suatu atau sedikit individu, yang mana saling
realitas yang dimiliki dan dialami berinteraksi, saling memberikan umpan
bersama secara subyektif. Realitas balik satu sama lain.
subjektif memiliki proses internalisasi Arni Muhammad (2005:159)
dan eksternalisasi. Eksternalisasi yaitu menyatakan bahwa “komunikasi
usaha untuk pencurahan/ekspresi diri interpersonal adalah proses pertukaran
manusia ke dalam dunia baik keadaan informasi diantara seseorang dengan
mental maupun fisik. Objektivasi yaitu paling kurang seorang lainnya atau
hasil yang telah dicapai baik mental biasanya di antara dua orang yang dapat
maupun fisik dari kegiatan ekternalisasi langsung diketahui balikannya”
Dapat disimpulkan bahwa
manusia tersebut. Sedangkan
komunikasi interpersonal merupakan
internalisasi yaitu penyerapan kembali
proses penyampaian informasi, pikiran
dunia objektif ke dalam kesadaran
dan sikap tertentu antara dua orang atau
sedemikian rupa sehingga subjektif
lebih yang terjadi pergantian pesan baik
individu dipengaruhi oleh struktur dunia
sebagai komunikan maupun
sosial. (2000 : 301)
Peter Berger dan Thomas komunikator dengan tujuan untuk
Luckman menggabungkan asumsi mencapai saling pengertian, mengenai
tertentu, yaitu sosiologi dan filsafat. masalah yang akan dibicarakan yang
akhirnya diharapkan terjadi perubahan Terdapat tahapan-tahapan
perilaku. komunikasi terapeutik menurut Uripni,
Budi Anna Keliat (1999:22),
yaitu :
dalam bukunya yang berjudul
1. Pra-interaksi
Komunikasi Terapeutik Perawat dan 2. Perkenalan
3. Orientasi
Klien menjelaskan bahwa komunikasi
4. Kerja
terapeutik pada hakekatnya merupakan 5. Terminasi
bentuk dari komunikasi interpersonal
Metode
yang secara khusus ditujukan untuk Dalam melakukan penelitian
proses pemulihan atau terapi tertentu. peneliti menggunakan paradigma
Sehingga dalam prakteknya komunikasi konstruktivisme sebagai paradigma
terapeutik digunakan dalam lingkup dalam memandang realitas diartikan
yang terbatas. Menurut Anna Keliat sebagai semua yang telah dikonsepkan
(1999:23) berdasarkan pernyataanya sebagai sesuatu yang mempunyai
dapat disimpulkan bahwa komunikasi wujud. Konstruktivisme menganggap
terapeutik menjadi bagian dari proses subjek sebagai faktor sentral dalam
terapi yang sedang dijalankan sehingga kegiatan komunikasi serta hubungan-
diharapkan mampu mempercepat proses hubungan sosialnya. Metode penelitian
pemulihan dari pasien terutama dari sisi yang digunakan adalah deskriptif
psikologis/kejiwaan. kualitatif yaitu mengemukakan
Komunikasi terapeutik tidak
gambaran atau pemahaman
hanya sekedar alat untuk berbicara
(understanding) mengenai bagaimana
dengan pasien, perawat dan pasien
dan mengapa suatu gejala atau realitas
adalah suatu hubungan terapeutik
komunikasi terjadi (Pawito, 2007:35).
dimana hubungan yang mempunyai Jenis penelitian yang digunakan
tujuan untuk kesembuhan pasien. ialah jenis penelitian lapangan (field
Sehingga dapat dikatakan bahwa
research) dan peneliti berupaya untuk
komunikasi terapeutik merupakan
menggunakan descriptive qualitative.
bentuk keterampilan dasar untuk
Peneliti mengeksplorasi, tidak mencari
melakukan wawancara dan
atau menjelaskan hubungan, tidak
penyuluhan.Karena dengan komunikasi
menguji hipotesis atau membuat
inilah awal hubungan antara perawat
prediksi, melainkan memaparkan situasi
dengan pasien.
pola komunikasi terapeutik ada di Setelah melakukan
Klinik Jiwa Grha Atma Kota Bandung. pengumpulan data dan
Teknik pengumpulan data
kemudian mengolahnya, pada
melalui studi kepustakaan, observasi
pembahasan ini merupakan hasil
dan wawancara mendalam, serta
interpretasi peneliti dari hasil
dokumentasi yang diperlukan.
wawancara mendalam terhadap
Data yang diperoleh dari
para informan dan perolehan
lapangan dilakukan analisis melalui
data yang didapat langsung di
tahap-tahap sebagai berikut:
lapangan.
1. Reduksi Data (Data reduction) :
Pola komunikasi yang dibangun
Kategorisasi dan mereduksi
antara perawat dan dokter dengan
data, yaitu melakukan
pasien di Klinik Jiwa Utama Grha Atma
penumpulan terhadap informasi
Bandung adalah komunikasi tanpa putus
penting yang terkait dengan
yang saling mempengaruhi perilaku,
masalah penelitian, selanjutnya
perasaan, pandangan satu sama lain.
data dikelompokkan sesuai topik
Karena komunikasi tidak dapat berdiri
masalah
sendiri. Apabila dikaitkan dengan
2. Penyajian Data (Data Display) :
proses persuasif, kita dapat mengatakan
Melakukan interpretasi data
bahwa komunikasi dokter dan pasien
yaitu menginterpretasikan apa
terjadi sebab faktor-faktor dan konteks
yang telah diinterpretasikan
yang determinan di dalam satu pihak
informan terhadap masalah yang
yang memerlukan umpan balik
diteliti.
3. Penarikan Kesimpulan (tanggapan).
(Conclusion
Pola Tahapan Komunikasi
Drawing/verification) :
Terapeutik antara Perawat dan
Pengambilan kesimpulan
Pasien Gangguan Jiwa Skizofrenia di
berdasarkan susunan narasi yang
Klinik Jiwa Utama Grha Atma Kota
telah disusun pada tahap ketiga,
Bandung
sehingga dapat memberi
1. Tahapan Pra Interaksi
jawaban atas masalah penelitian.
Pada tahapan ini perawat
Analisis Hasil Penelitian
diharapkan tidak memiliki
prasangka buruk kepada pasien,
karena mengganggu dalam utama dalam pengembangan
hubungan saling percaya. Seorang hubungan perawat dan pasien, hal
perawat profesional harus belajar ini pun sesuai dengan hasil
peka terhadap kebutuhan-kebutuhan wawancara peneliti dengan beberapa
pasien agar pasien merasa senang perawat.
dan merasa dihargai. 2) Privasi dan menghormati
Langkah-langkah yang
batasan
dilakukan perawat pada pasien
dalam masa pra interaksi yaitu : Perawat tidak memaksakan

1) Keterbukaan diri kehendak tetapi menghormati


keinginan dan kenyamanan pasien,
Perawat yang membuka diri
seperti saat pasien enggan untuk
dengan memberikan informasi
bertemu maka perawat tidak
mengenai diri perawat seperti
memaksa. Hal ini penting karena
informasi tentang biografi, ide,
untuk menjaga kepercayaan pasien
pikiran serta perasaan pribadi. Hal
yang sudah terbangun.
inipun terjadi dalam praktek
2. Tahap Perkenalan
keperawatan jiwa karena pada awal
pertemuan, perawat memberikan Pada tahap ini, perawat dan

informasi mengenai dirinya sendiri. pasien mulai mengembangkan

Hal ini bertujuan agar memberi hubungan komunikasi interpersonal

stimulus kepada pasien tentang yaitu dengan memberikan salam,

keterbukaan diri dan awal mulanya senyum, memberikan keramah-

membangun kepercayaan. tamahan kepada pasien,


Bahwa hal terpenting yang memperkenalkan diri, menanyakan
harus dilalui untuk mengembangkan nama pasien dan menanyakan
hubungan antara perawat dan pasien keluhan pasien.
ialah pengambilan kepercayaan a) Menggunakan komunikasi
(bina trust) pasien. Karena jika nonverbal
kepercayaan tidak ada, pasien tidak Saat pasien fokus dengan

akan terbuka kepada perawat, dan dirinya ia hanya akan terus

begitupun sebaliknya. Perihal berdiam diri. Oleh karena itu, ia

kepercayaan merupakan pondasi perlu untuk disadarkan dengan


cara disentuh, diajak untuk
memandang lawan bicara saat tulus terhadap pasien dapat
berkomunikasi, gerakan tangan terhalangi oleh nada suara
ketika berbicara, dan perawat.
Pada saat perkenalan pertama,
menggunakan intonasi yang
berupa sapaan dan
agak tinggi agar pasien
memperkenalkan diri seorang
sepenuhnya sadar bahwa ada
perawat itu sendiri pun menjaga
seseorang yang sedang
intonasi suara, kapan bisa
memperhatikannya.
b) Ekpresi wajah intonasi cukup tinggi ataupun
Hal ini sangat penting harus
intonasi yang rendah.
dilakukan oleh seorang perawat d) Sentuhan (touching)
Rasa empati, dukungan
dalam masa perkenalan dengan
emosional, dan perhatian dapat
pasien, ekpresi wajah yang
disampaikan melalui sentuhan.
ramah dan menampilkan
Sentuhan merupakan bagian
senyuman ketika pertama kali
yang penting dalam hubungan
menyapa pasien.
Hasil dari pengamatan peneliti perawat dan pasien. Sentuhan
dengan salah satu informan dilakukan dalam rangka untuk
perawat menunjukkan sapaan menciptakan sebuah keakraban
pertama terhadap pasien diiringi atau persahabatan yang intim.
Berdasarkan pengamatan
dengan mimik wajah yang
peneliti ketika melihat langsung
sumringah.
c) Intonasi (Nada Suara) proses perkenalan yang
Nada suara pembicara
dilakukan oleh beberapa
mempunyai dampak yang besar
informan bahwasanya sentuhan
terhadap arti pesan yang
yang dilakukan ialah ketika
dikirimkan, karena emosi
proses interaksi komunikasi
seseorang dapat secara langsung
yang dilakukan tidak ada respon
mempengaruhi nada suaranya.
dari pasien, misalnya kondisi
Perawat harus menyadari
pasienya diam, menunduk atau
emosinya ketika sedang
malah asyik dengan dunia nya
berinteraksi dengan pasien,
sendiri.
karena maksud untuk 3. Tahapan Orientasi
menyamakan rasa tertarik yang
Tahap orientasi dilaksanakan b) Membuat janji terlebih
pada awal pertemuan sampai dahulu sehingga tidak
seterusnya selama pasien berada terjebak dalam kondisi
di Klinik Jiwa Utama Grha pasien yang sedang kurang
Atma dengan kondisi rawat jalan baik.
c) Kegigihan dan kesabaran
atau kontrol. Tujuan tahap
perawat dalam menggali
orientasi adalah memeriksa
informasi
keadaan pasien, memvalidasi
d) Mendengarkan dan observasi
keakuratan data, rencana yang
aktif
telah dibuat dengan keadaan 4. Tahapan Kerja
Tahapan ini tidak dapat
pasien saat itu dan mengevaluasi
dipisahkan dengan orientasi,
hasil tindakan.
Kondisi ini dengan pasien yang Karena dalam proses interaksi
sudah sering kontrol untuk komunikasi yang dijalin antara
mengecek perkembangan dalam perawat dan pasien gangguan
penyembuhan atau terapi yang jiwa skizofrenia tujuan nya tidak
dilakukan di Klinik Jiwa Utama hanya sebatas pembicaraan yang
Grha Atma. Proses ini pun menyentuh emosional saja,
sebenarnya lanjutan dari tahapan tetapi dapat mendorong kepada
perkenalan yang dilakukan, kesembuhan pasien. Misalnya
Karena harus ada intensitas dengan menyuruh minum obat,
komunikasi yang secara terus- menasihati, dorongan untuk
menerus dilakukan. banyak interaksi dengan orang
Pada tahapan ini membangun
lain.
kerjasama antara perawat dan Pada tahapan ini merupakan inti
pasien dengan kategori pasien dari tahapan interaksi
skizofrenia Isolasi Sosial dalam komunikasi yang dilakukan
proses penyembuhan terdapat perawat pada pasien gangguan
langkah-langkah yang intens jiwa. Dari pengamatan peneliti,
harus dilakukan seperti halnya : perawat selain mengajak
a) Melaksanakan proses
pembicaraan kearah emosional
komunikasi dengan
pasien juga menasihati, kumaha
frekuensi yang tinggi
Dang kemaren jadi neangan
manuk teh?... dadang teh jangan bahwa kondisi psikomotorik pada
keseringan keluyuran neangan dirinya yang terganggu, baik itu
manuk wae, mun engke hilap secara hormon dari lahir ataupun
jalan ka imah kumaha? tekanan depresi dari lingkungan.
(pengamatan langsung dengan
Berdasarkan pengamatan
informan Bpk Budhiman
peneliti dan keterangan di atas dapat
Trisakti Dwikomara AMK pada
disimpulkan bahwa proses interaksi
tgl 12 April 2017)
komunikasi yang dijalin oleh perawat
Adapun langkah-langkah yang terhadap pasien gangguan jiwa
dilakukan perawat dalam proses skizofrenia dengan berbagai tipe
interaksi pada tahapan ini ialah : kategori ini terdapat hal-hal penting
a) Menggunakan intonasi yang yang mempengaruhi hubungan tersebut
tinggi dalam penyampaian pesan yaitu :
b) Memberikan pengertian tentang
a) Kehangatan dan ketulusan
manfaat-manfaat berinteraksi
dengan sesama Bersikap hangat dan tulus
c) Jangan memaksakan kehendak bukanlah suatu keterampilan praktis
5. Tahapan Terminasi
Pada tahapan ini tidak sepenuhnya tetapi suatu kerangka pikiran yang di

pasien gangguan jiwa skizofrenia dalamnya terdapat penerimaan dan

bisa sembuh total atau kembali penghargaan pada keunikan setiap

normal, namun pada tahapan ini pribadi. Untuk mencapainya, diperlukan

dapat di artikan mengurangi penciptaan suatu kondisi dimana pasien

tingkatan tekanan psikis pasien merasa aman, terjadi saling pemahaman

dengan interaksi komunikasi yang dalam pendapat serta pikiran.

intens dan pengobatan yang rutin Penerimaan pada pasien dapat

juga tentunya. Dari hasil dilakukan dengan mendengarkan keluh

wawancara peneliti dengan kesahnya secara penuh. Ini adalah

informan, bahwa pasien tidak karakteristik dari situasi pasien yang

sepenuhnya bisa sembuh dan datang untuk meminta tolong, menjadi

normal kembali, Karena untuk sadar bahwa perawat memahami

kondisi pasien skizofrenia dengan perasaannya dan siap untuk

klasifikasi berbagai tipe tersebut, membantunya.


b) Pemahaman yang empati yaitu. Pertama, komunikator
diharapkan memiliki kredibilitas yang
Empati adalah merasakan
tinggi bagi komunikasinya. Kedua,
perasaan orang lain, tetapi tidak sama
memiliki keterampilan berkomunikasi
dengan mengalami pengalaman itu
yang baik. Ketiga, mempunyai
sendiri.
Dalam keperawatan, empati pengetahuan yang luas. Keempat,
dapat berarti mempersepsikan dunia memiliki sikap yang baik. Kelima,
sebagaimana pasien memiliki daya tarik atau memiliki
mempersepsikannya. Empati bukanlah kemampuan untuk melakukan
simpati untuk situasi atau dilemma perubahan sikap/menambah
seseorang tetapi sebuah kemampuan pengetahuan pada diri sendiri. Teori
untuk merefleksikan sebuah objektif tersebutpun terbukti ketika memang
perasaan dari pasien, yang tidak perawat memang memiliki kredibilitas
diungkapkan secara lisan. dan skill komunikasi yang baik karena
c) Perhatian positif yang tak terlihat dari background komunikator
bersyarat yang telah berprofesi sebagai perawat
Perawat harus berfokus pada sejak lama dan telah menyelesaikan
pemahaman mereka tentang faktor- program pendidikan keperawatan
faktor yang mempengaruhi perawatan selama kurang lebih 4 tahun bagi
pasien, bukan hanya pada persepsi dari jenjang S1 keperawatan dan 3 tahun
dirinya sendiri atau dari orang lain. untuk jenjang D3 keperawatan. Perawat
Memiliki perhatian positif yang tidak pun memiliki pengetahuan yang mapan
bersyarat terhadap pasien, termasuk di tentang pasien yang ditanganinya
dalamnya mengakui suatu kebaikan karena setiap awal masa perawatan,
pada diri pasien tersebut. pasien akan didata dan dianalisis
Komponen Komunikasi berdasarkan informasi yang didapat dari
Interpersonal Perawat dalam keluarga maupun dari pasien itu sendiri.
Membangun Komunikasi yang Ciri komunikasi interpersonal
Efektif pada Pasien Gangguan Jiwa yang terjalin antara perawat dan pasien
Skizofrenia gangguan jiwa baiknya memperhatikan
Dalam proses komunikasi hal hal sebagai berikut :
yang harus dimiliki oleh komunikator, a) Suasana Nonformal
b) Peserta komunikasi berada diderita pasien ini ialah jiwa dan
dalam jarak yang dekat spiritnya. Oleh karena itu, dengan
proses komunikasi yang terjalin dengan
c) Umpan balik segera
baik, diharapkan ketidaksadaran dan
d) Bentuk Pesan yang Digunakan spirit dalam jiwanya dapat bangkit
Perawat Saat Berkomunikasi kembali Karena ada support dan
Dengan Pasien perhatian yang dibutuhkan pasien yang
didapatkan dari perawat.
Relevansi Obat dan Komunikasi
Simpulan
Terapeutik Terhadap Penyembuhan Berdasarkan uraian di atas maka
Pasien Gangguan Jiwa Skizofrenia peneliti dapat mengemukakan beberapa
Obat dan interaksi sosial tidak hal yang dapat ditarik sebagai
dapat dipisahkan dalam proses kesimpulan-kesimpulan dari uraian
penyembuhan pasien gangguan jiwa yang telah dijabarkan sebelumnya.
karena penyebab gangguan inipun 1. Pada tahapan pra interaksi ini
bermacam-macam, seperti terdapat perawat harus membangun
enzim dopamin yang berlebih dalam kepercayaan satu sama lain
tubuh sehingga obat dibutuhkan untuk dengan pasien serta tidak tidak
menetralisir enzim berlebih tersebut. memaksakan kehendak tetapi
Penyebab lainnya ialah karena menghormati keinginan dan
krisis akan kepercayaan diri, kurangnya kenyamanan pasien, seperti saat
dukungan, rasa tertekan ataupun rasa pasien enggan untuk bertemu
kesepian. Hal inilah yang menurut maka perawat tidak memaksa..
peneliti memiliki hubungan erat dengan Proses pembentukan
proses interaksi, karena dengan proses kepercayaan pasien tidak dapat
interaksi pasien dapat merasa diakui ditentukan berdasarkan waktu
oleh lingkungan sekitar, ditingkatkan karena kadang prosesnya
motivasinya, dan selalu ditemani membutuhkan waktu sampai
sehingga rasa sepi dalam diri pasien sebulan atau bahkan lebih. Hal
semakin terkikis. ini ditentukan oleh kecakapan
Hal ini sesuai dengan tujuan dari perawat melakukan persuasi
proses komunikasi yang telah diulas di terhadap pasien Karena semakin
atas bahwa ujung pangkal sakit yang sering perawat mendekati
pasien untuk berkomunikasi, aktif atas tingkah laku dari
maka semakin besar pasien.
kemungkinan kepercayaan 4. Pada tahapan kerja ini tidak
terjalin hingga akhirnya dapat dipisahkan dengan
keterbukaan antara pasien orientasi, Karena dalam proses
terhadap perawat dapat terjadi. interaksi komunikasi yang
2. Pada tahapan perkenalan bahwa dijalin antara perawat dan pasien
perawat dapat menjalin gangguan jiwa skizofrenia tujuan
komunikasi interpersonal yang nya tidak hanya sebatas
sifatnya nonverbal, ekpresi pembicaraan yang menyentuh
wajah, intonasi suara, sentuhan emosional saja, tetapi dapat
atau rasa empati. mendorong kepada kesembuhan
3. Pada tahapan orientasi ini, pasien. Pada tahapan ini juga
perkenalan perawat dan pasien penting halnya ada hubungan
berlanjut pada tahapan menggali yang terjalin emosional antara
informasi lebih dari pasien dan perawat terhadap kondisi pasien
evaluasi tindakan secara dengan menonjolkan kondisi
langsung. Maka diperlukan kehangatan dan ketulusan dari
langkah-langkah bagi perawat seorang perawat, rasa empati
dalam proses penggalian yang tinggi dan perhatian yang
informasi tersebut, yaitu positif dari seorang perawat
membangun intensitas dalam menangani pasien.
komunikasi yang sesering 5. Pada tahapan terminasi ini dapat
mungkin dengan pasien, di artikan mengurangi tingkatan
membuat janji dengan pasien tekanan psikis pasien dengan
atau keluarga pasien jika kondisi interaksi komunikasi yang intens
pasien tidak memungkinkan dan pengobatan yang rutin juga
untuk diajak berinteraksi, tentunya. Dengan tahapan
mengutamakan kegigihan dan komunikasi terapeutik di atas
kesabaran perawat dalam bahwa dalam menjalani interaksi
menangani pasien serta komunikasi perawat dan pasien
mendengarkan dan observasi tersebut juga terdapat komponen
komunikasi interpersonal yang Davison, G.C & Neale J.M. (2006).
berperan, yaitu (1) suasana Psikologi Abnormal. Jakarta: PT.
komunikasi yang terasa Raja Grafindo Persada.
Direja, A.H.S. 2011.Buku Ajar Asuhan
nonformal/natural sehingga
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :
pasien merasa nyaman dan iklim
Nuha Medika
komunikasi yang diciptakan
Effendy, Uchjana Onong. 2004. Ilmu
oleh komunikator (pasien) terasa
Komunikasi Teori dan Praktek.
hangat, (2) jarak antara
Bandung : PT. Remaja
komunikator (perawat) dan
Rosdakarya.
komunikan (pasien) teramat Djuara P. Lubis, dkk. 2008. Dasar-
dekat karena proses ini Dasar Komunikasi Bogor: Sains
dilaksanakan secara tatap muka, KPM IPB Press
H.A.W. Widjaja. 2008. Komunikasi:
(3) bentuk pesan yang
Komunikasi dan Hubungan
digunakan harus lah
Masyarakat . Jakarta: Bumi
pesan/bahasa yang bersifat jelas
Aksara
dan umum. Hal ini bertujuan
Indrawati.(2003). Komunikasi Untuk
agar pasien dapat dengan mudah
Perawat. Jakarta: EGC.
memahami maksud dari perawat Keliat, Budi Ana. 1999. Proses
sehingga pasien dapat responsif Keperawatan Kesehatan Jiwa,
mengimplementasikan apa yang Edisi 1. EGC, Jakarata.
Maslim, 2013. Panduan Pedoman
dibicarakan oleh perawat. (4)
Diagnosis Gangguan Jiwa
umpan balik dapat secara
(PPDGJ) III. Jakarta: Fajar
spontan dilihat dan di observasi
Interpratama
meski umpan balik ini ada yang
Moleong, Lexy. 2000. Metodologi
bersifat positif maupun negatif.
Penelitian Kualitatif. Bandung :
Daftar Pustaka
PT Remaja Rosdakarya
a. Buku : Morissan, 2013. Teori Komunikasi
Individu Hingga Massa. Jakarta:
Bachtiar, Wardi. 2006. Sosiologi Klasik.
Kencana Prenada Group
Bandung: Remaja Rosdakarya Mulyana, Deddy. (2007). Ilmu
Bungin, Burhan. 2007. Metode
Komunikasi, Sebuah Pengantar.
Penelitian Kualitatif. Jakarta:
Bandung : PT Remaja
PT. Raja Grafindo Indonesia
Rosdakarya.
Poloma, M. Margaret. (1994). Sosiologi Videbeck, Sheila L,.(2008). Buku Ajar
Kontemporer. Jakarta : Rajawali Keperawatan Jiwa. Jakarta :
Grafindo Persada EGC.
Rakhmat, Jalaludin. (2008). Psikologi Wiramihardja. Sutardjo (2005).
Komunikasi. Bandung : Remaja Pengantar Psikologi Abnormal.
Rosdakarya. Bandung : Refika Aditama.
Rasmun.(2001). Keperawatan
b. Sumber lain :
Kesehatan Mental Psikiatri
Terintegrasi dalam Keluarga. http//wikipedia.orgdi akses pada

Jakarta : Fajar Interpratama tanggal 18 September 2016 pada Pukul


Richard West & Lynn H. Turner. 2012. 10.35 WIB
Pengantar Teori Komunikasi: http//google.com di akses pada

Analisis dan Aplikasi. Jakarta: tanggal 23Oktober 2013 pada jam 14.23

Penerbit Salemba Humanika WIB


Soeprapto, Riyadi. 2002. Interaksi http://dkv.binus.ac.id/2015/05/18

Simbolik, Perspektif Sosiologi /teori-konstruksi-realitas-sosial/diakses

Modern. Yogyakarta : Averrpes pada tanggal 14 November 2016 jam

Press dan Pustaka Pelajar. 15.07


Soyomukti, Nurani. 2010. Pengantar
SUMBER TESIS dan JURNAL :
Ilmu Komunikasi. Yogyakarta:
1. Frieza Patriani tahun 2015
Ar-Ruzz Media.
Suranto AW. 2010. Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi

Interpersonal. Jakarta: Fajar Universitas Padjadjaran

Interpratama “Edukasi Komunikasi


Stuart and Sundeen.1995. Buku Terapeutik dalam Program
Keperawatan (Alih Bahasa) Family Phychoeducation
Achir Yani S. Hamid.Edisi 3. Therapy”Ruth Anasthasia, 2009.
Jakarta :EGC 2. Putriani tahun 2009 Fakultas
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Ilmu Komunikasi Universitas
Kuantitatif, Kualitatif R&D. Padjadjaran “Komunikasi
Bandung : Alfabeta Terapeutik dalam menangani
Uripni, Christina Lia dkk. 2003.
Klien Depresi Studi Kasus pada
Komunikasi Kebidanan, Jakarta
Klien dengan Gangguan Jiwa
Penerbit Buku Kedokteran.
Depresi di Rumah Sakit Jiwa
Bandung”.
3. Aisyah Syafitri tahun 2015
Dosen Tetap Program Studi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Indonesia Maju, dengan judul
Jurnal “Hubungan Antara
Motivasi Ektrinsik Perawat
dengan Penerapan Komunikasi
Terapeutik pada Pasien
Skizofrenia”

Anda mungkin juga menyukai