Anda di halaman 1dari 3

TUGAS HUKUM PERJANJIAN INTERNASIONAL

Nama : Dolof Leonard Sabaneno

NIM : 1602020076

Kelas : B (Reguler Sore)

Semester : IV(Empat)

Dosen Wali : Thelma M. Kadja, SH. MHum.

Kelebihan Dan Kekurangan Dari Undang Undang Nomor 24 Tahun 2000 Tentang Perjanjian
Internasional

Kelebihan:

- Menjamin kepastian hukum untuk perjanjian-perjanjian internasional yang dibuat oleh


Indonesia.

Kelemahan:

(Bertentangan dengan Undang Undang tahun 1945)

- Dalam Pasal 2 UU Perjanjian Internasional disebutkan, “Menteri memberikan


pertimbangan politis dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam
pembuatan dan pengesahan perjanjian internasional, dengan berkonsultasi dengan
Dewan Perwakilan Rakyat dalam hal yang menyangkut kepentingan publik.”
Frasa “berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat” menandakan peran DPR hanya
sebatas memberi pertimbangan kepada pemerintah dalam memutuskan perjanjian
internasional. Kata konsultasi menandakan tidak ada kekuatan DPR untuk mengikat agar
hasil konsultasi tersebut dilaksanakan pemerintah. Pasal tersebut juga bertentangan
dengan Pasal 11 ayat (2) UUD 1945 yang menyebut, “Presiden dalam membuat
perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi
kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara, dan/atau mengharuskan
perubahan atau pembentukan Undang-Undang harus dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat.”
- Pasal 9 ayat (2) UU Perjanjian Internasional. Pasal itu menyebutkan “Pengesahan
perjanjian internasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan
undang-undang atau keputusan presiden”. Aturan pengesahan perjanjian internasional
dapat berbentuk keputusan presiden, itu menandakan kesepakatan tersebut dapat
dilakukan pemerintah tanpa persetujuan DPR
- Pasal 10 bertentangan dengan Pasal 11 ayat (2) dan Pasal 28D ayat (1) UUD Tahun 1945
sepanjang tidak dimaknai “menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan
rakyat yang terkait beban keuangan Negara hanya terbatas pada: a) masalah politik,
perdamaian, pertahanan, dan keamanan negara; b) perubahan wilayah atau penetapan
batas wilayah negara Republik Indonesia; c) kedaulatan atau hak berdaulat negara; d) hak
asasi manusia dan lingkungan hidup; e) pembentukan kaidah hukum baru; f) pinjaman
dan/atau hibah luar negeri”.

(Dampak UUPI bagi rakyat Indonesia)

- Kelemahan UUPI selanjutnya adalah tidak semua perjanjian internasional memberikan


manfaat bagi kesejahteraan rakyat. Ada beberapa perjanjian internasional yang dianggap
oleh sebagian kalangan masyarakat dapat menyengsarakan rakyat. Misal, berbagai
perjanjian perdagangan bebas yang dibuat oleh Pemerintah baik secara bilateral maupun
multilateral seperti ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA), ASEAN Free Trade Area
(AFTA), ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Area, ASEAN-Korea Selatan Free
Trade Area, dan Indonesia-Japan Partnership.
Keikutsertaan Indonesia dalam berbagai perjanjian perdagangan bebas tersebut
menyebabkan rakyat dihadapkan kepada perdagangan bebas dan dipaksa untuk bersaing
dengan para pelaku ekonomi dari luar negeri di pasar domestik tanpa adanya
perlindungan dari pemerintah. Salah satu ancaman dari kerja sama perdagangan
internasional tersebut adalah semakin terbukanya tenaga kerja asing masuk ke Indonesia.
Misalnya, masuknya ahli teknologi dari Amerika Serikat diikuti masuknya tenaga kerja
asing dengan alasan transisi teknologi yang harus diisi oleh orang asing juga. Hal ini
tentu akan sangat berpengaruh dan memberikan dampak yang sangat berat bagi
masyarakat. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000, perjanjian internasional di
bidang ekonomi dan perdagangan tidak termasuk di dalam kategori yang harus mendapat
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI). Akibatnya,
perjanjian perdagangan yang dilakukan Indonesia dengan negara lain dianggap berada di
dalam ranah eksekutif yang pengesahannya cukup melalui Keputusan Presiden (Kepres)
atau sejalan dengan pendapat pada kelemahan UUPI yang dijelaskan sebelumnya.
- Ancaman lain, pemerintah dinilai semakin mudah memberi izin masuk barang dari luar
negeri ke Indonesia. Contohnya, salah satu kebijakan berkaitan dengan pasar bebas
adalah impor garam yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Perdagangan No. 125
Tahun 2015 tentang Ketentuan Impor Garam.
Adanya aturan tersebut, impor garam dapat dilakukan meski belum panen raya. Hal ini
dinilai berimbas negatif bagi industri garam lokal karena melemahkan harga garam di
tingkat petani. Alasan pemerintah mengimpor garam karena produksi nasional belum
mencukupi, khususnya garam industri ternyata tidak sesuai dengan kondisi lapangan.
Berdasarkan hasil tinjauan langsung lapangan, banyak didapati salah satu petambak
garam yang tergabung dalam Persatuan Petambak Garam Indonesia (PPGI) di Kabupaten
Cirebon mampu menyediakan kebutuhan garam sebanyak 180 ton selama empat bulan
dengan kualitas di atas rata-rata atau 97 persen tingkat yodium. Maka, kebijakan
perdagangan bebas ini bukan untuk mensejahterakan petani garam, justru mematikan
usaha pergaraman lokal,

Anda mungkin juga menyukai