PENDAHULUAN
Zeolit alam merupakan senyawa alumina-silikat terhidrasi yang secara fisik dan kimia
memiliki daya sebagai bahan penyerap (adsorpsi), penukar kation, dan katalis.
Di Indonesia, zeolit baru sekitar 10 tahun dikenal untuk diusahakan dan
dimanfaatkan. Untuk itu, penelitian dan pengembangan ter-hadap mineral zeolit
untuk ber-bagai keperluan masih berlanjut. Di negara Eropa, Amerika Serikat, dan
Jepang, zeolit telah digunakan secara luas di sektor pertanian, peternakan, perikanan,
industri manufaktur, dan konstruksi.
2. GEOLOGI
2.1. Mula Jadi
Mineral-mineral yang termasuk dalam grup zeolit pada umumnya dijumpai dalam
batuan tufa yang terbentuk dari hasil sedimentasi debu vulkanik setelah mengalami
proses alterasi.
Secara geologi, endapan zeolit terbentuk karena proses sedimentasi debu vulkanik
pada lingkungan danau yang bersifat alkali (air asin), proses disgenetik (metamorfosa
tingkat rendah), dan proses didrotermal.
a. Endapan sedimen vulkanik
Endapan jenis ini dicirikan oleh zona mineralogi secara lateral akibat perubahan
komposisi air danau, yaitu mulai dari indikasi debu vulkanik yang tidak teralterasi
dan tersingkap pada batas cekungan danau, diikuti oleh zona zeolit non-analsimik,
dan akhirnya terbentuk zona natrium felspar ditengah cekungan. Strukturnya sangat
sederhana, dengan ketebalan hingga beberapa meter. Daerah penyebaran cukup luas
dan mempunyai konsentrasi tinggi untuk jenis mineral zeolit tertentu.
Secara umum, dijumpai di daerah yang bersifat asam dan kering, yang terdapat
mineral klinoptilolit, erionit, khabazit, dan fillipsit.
b. Endapan Zeolit yang Berasal dari Hasil alterasi Air Tanah
Endapan jenis ini dicirikan oleh lapisan tufa zeolitik yang tebal. Zona zeolitik yang
terbentuk lebih bersifat vertical disebabkan oleh perubahan komposisi kimia sebagai
akibat dari reaksi air tanah.
Ketebalan endapan ini dapat mencapai ratusan meter. Mineral yang pada umumnya
dijumpai adalah klinoptilolit dan mordenit.
c. Endapan Zeolit Jenis Diagenetik
Endapan jenis ini dicirikan oleh perlapisan sampai ratusan meter dengan pola sebaran
sangat luas, namun kandungan mineral zeolit sangat rendah.
Ciri lain jenis endapan ini adalah struktur geologi yang komplek, sebagai akibat
proses tektonik. Endapan zeolit ini mengandung mineral heulandit dan laumontit.
d. Endapan Zeolit Hidrothermal
Endapan zeolit jenis ini dicirikan oleh zona mineralisasi klinoptilolit dan morderit
pada daerah intrusi yang terdangkal dan terdingin.
Meskipun endapan zeolit jenis ini mempunyai kadar yang tinggi, keterdapatannya di
alam sangat terbatas, sehingga kurang begitu ekonomis untuk ditambang.
2.2 Mineralogi
Zeolit alam merupakan senyawa alumino-silikat terhidrasi, dengan unsur untama
yang terdiri dari kation alkali dan alkali tanah. Senyawa ini berstruktur tiga dimensi
dan mempunyai pori yang dapat diisi oleh molekul air. Rumus empiris zeolit alam
adalah :
M2/nO.Al2O3. x (SiO2).yH2O; dengan
M : kation alkali atau alkali tanah,
n : valensi kation,
x : suatu harga dari 2 – 10
y : suatu harga dari 2 – 7
Sebagai contoh, formula unit sel dari klinoptilolit merupakan mineral zeolit paling
umum dijumpai, yaitu :
(Na, K)2O.Al2O3.10SiO2.8H2O
atau dapat ditulis :
(Na3K3)(Al6Si30O72).24H2O
Ion Na+ dan K+ merupakan kation yang dapat dipertukarkan, sedangkan atom Al dan
Si merupakan struktur kation dan oksigen akan membentuk struktur tetrahedron pada
zeolit. Molekul-molekul air yang terdapat dalam zeolit merupakan molekul yang
mudah lepas.
Zeolit alam terbentuk dari reaksi antara batuan tufa asam berbutir halus dan bersifat
rhyiolitik dengan air pori atau air meteorik.
Komponen utama pembangunan struktur zeolit adalah struktur bangun primer
(SiO4)4- yang mampu membentuk struktur tiga dimensi. Muatan listrik yang dimiliki
oleh kerangka zeolit, baik yang terdapat dipermukaan maupun di dalam pori
menyebabkan zeolit dapat berperan sebagai penukar kation, penyerap, dan katalis.
Pori-pori terbentuk dengan cara pengusiran air pada pemanasan di atas 100 oC.
Keadaaan itu memungkinkan zeolit dapat penyerap molekul-molekul yang bergaris
tengah lebih kecil dari pori-pori zeolit tersebut. Kandungan air yang terperangkap
dalam rongga zeolit biasanya antara 10 – 35 %.
Perbandingan antara atom Si dan Al yang bervariasi akan menghasilkan banyak jenis
atau spesies zeolit yang terdapat di alam. Sampai saat ini telah ditemukan lebih dari
50 jenis zeolit. Namun mineral pembentuk zeolit terbesar hanya ada sembilan jenis,
yaitu analsim, khabazit, klinoptilolit, erionit, mordenit, ferrierit, heulandit, laumontit,
dan fillipsit (Tabel 1).
Di Indonesia, jenis mineral zeolit yang terbanyak adalah klinoptilolit dan mordenit.
Struktur kristal zeolit membentuk suatu kerangka tetrahedron berantai dalam bentuk
tiga dimensi. Pada kristal zeolit, kedudukan atom pusat tetrahedron ditempati oleh
atom Si dan Al, sedangkan atom-atom oksigen berada pada sudut-sudutnya.
Kedudukan atom Al dalam posisi tetrahedron perlu tambahan muatan positif sebagai
penetral muatan listrik, seperti kation logam alkali atau alkali tanah. Keadaan itu
menyebabkan zeolit dapat bersifat sebagai penukar kation. Sementara pori-pori yang
tedapat di dalam struktur kristal zeolit diisi oleh molekul air. Pada umumnya pori-
pori tersebut mencapai 20 – 30% dari total volume kristal.
Struktur kristal zeolit mempunyai sifat hidrofoik serta memperlihatkan sifat afinitas
yang sangat kuat terhadap molekul air. Dengan demikian semua aplikasi penyerapan
dan reaksi-reaksi lainnya memerlukan proses dehidrasi terlebih dahulu untuk
mencapai kondisi bebas air. Perlu diketahui bahwa semua proses penyerapan, katalis
dan penukaran kation terjadi di dalam struktur kristal zeolit ini.
Secara garis besar, struktur zeolit dibangun dalam tiga bagian utama, yaitu (Gambar
1) :
Unit bangun primer (TO4), yaitu tetrahedro dari empat oksigen dengan atom
pusat tetrahedra (T) adalah Si4+ dan Al 3+. Semua atom oksigen mengambil
bagian di antara dua tetrahedra, (TO2)n.
Unit bangun sekunder, yaitu susunan tetrahedra yang membentuk cincin,
seperti cincin tunggal berbentuk lingkar empat, enam, delapan atau berbentuk
kubus serta cincin ganda lingkar empat, prisma heksagonal atau gabungan dari
dua cincin lingkar empat.
Polihedra besar yang simetri dan tersusun atas kudung oktahedra, 11 hedra
atau unit ganelimit.
3. PERTAMBANGAN
3.1 Penambangan
Secara umum, penambangan zeolit dilakukan secara tambang terbuka. Peralatan yang
digunakan dapat yang sederhana hingga mekanis, tergantung kepada kapasitas
produksi (skala menengah ke atas), penggalian zeolit dengan cara pemboran dan
peledakan tidak dapat dihindari, mengingat kekerasan zeolit cukup tinggi.
Tahap penambangan zeolit terdiri atas :
Produk tambang zeolit berukuran 20 – 30 cm, atau sesuai dengan mesin peremuk
utama yang digunakan.
3.2 Pengolahan
Pengolahan zeolit dilakukan dalam dua tahapan, yaitu pengecilan ukuran dan proses
aktivasi (Gambar 2).
a. Pengecilan Ukuran
Pengecilan ukuran dilakukan melalui beberapa tingkatan, yaitu mulai dari peremukan
(crushing) sampai dengan penggerusan (grinding).
Tahapan ini adalah untuk memperoleh ukuran produk sesuai dengan tujuan
pemanfatan. Produk yang dihasilkan dapat secara langsung digunakan (bidang
pertanian dan peternakan) atau diproses aktivasi terlebih dahulu.
Tingkatan dan peralatan yang digunakan dalam tahap pengecilan ukuran adalah :
Peremukan :
b. Aktivasi
Proses aktivasi bertujuan untuk meningkatkan sifat-sifat khusus zeolit dengan
membuang unsur pengotor yang terdapat di dalam zeolit. Ada dua cara yang
digunakan dalam proses aktivasi zeolit, yaitu pemanasan dan kimia.
Pemanasan
Pemanasan dilakukan dalam suatu tungku putar (rotary kiln) dengan menggunakan
hembusan udara panas pada suhu 200 – 400oC anatar 2-3 jam, tergantung kandungan
unsur pengotor, serta stabilitas zeolit terhadap panas.
Stabilitas ini dipengaruhi oleh jenis mineral zeolit yang terkandung, atau rasio atom
Si dan Al (Tabel 5).
Kimia
Aktivasi secara kimia dilakukan dengan cara peredaman dan pengadukan zeolit
dalam suatu larutan asam (H2SO4 atau HCl) atau larutan soda kaustik (NaOH).
Mineral mordenit dan klinoptilolip akan melepaskan ion Al 3+. Perubahan konsentrasi
asam berakibat perubahan perbandingan atao Si dan Al (Tabel 4).
4. KEGUNAAN DAN KLASIFIKASI
4.1 Dasar-dasar Penggunaan
Zeolit alam sebenarnya telah lama dikenal dan digunakan, namun hanya terbatas
sebagai bahan bangunan (semen pozolan, blok batu ringan, batu untuk ukiran, dan
agregate beton ringan). Pada 30 tahun terakhir, kegunaan zeolit dalam berbagai
keperluan baru diketahui setelah kandungan mineral zeolit dapat dianalisis secara
rinci dengan menggunakan defraksi sinar-X (XRD) mikroskop elektron.
Penelitian dan penggunaan zeolit di sektor pertanian, peternakan, perikanan, industri,
dan pengontrolan polusi telah banyak dilakukan. Dari hasil penelitian tersebut, pada
10 tahun terakhir telah mengubah kedudukan zeolit dari yang hampir tidak
mempunyai nilai ekonomi menjadi bahan galian yang ekonomis untuk
dikembangkan.
Penggunaan zeolit pada umumnya didasarkan pada sifat-sifat kimia zeolit, seperti
penyerap, penukar kation, dan katalis.
1. Penyerap
Penyerapan adalah proses ikatan suatu molekul atau unsur pada permukaan unsur
lain. Penggunaan zeolit sebagai bahan penyerap karena :
Zeoit bersifat selektif dan mempunyai kapasitas tukar kation cukup tinggi.
Zeolit dapat memisahkan molekul-molekul berdasarkan ukuran dan bentuk
struktur kristal zeolit.
Jika beberapa molekul memasuki sistem pori zeolit, salah satu molekul akan tertahan
berdasarkan pada kepolaran atau efek interaksi molekul dengan zeolit. Mekanisme
proses ini ada dua, yaitu penyerapan fisik atau gaya vanderaxials dan penyerapan
kimia atau gaya tarik elektrostatik. Kedua mekanisme itu dapat berjalan secara
bersamaan bergantung sifat unsur yang diserap, keasaman permukaan, daya tukar
kation zeolit, dan kandungan kelembaban sistem.
2.Penukar Kation
Kation-kation dalam zeolit dapat dipertukarkan dengan kation lain dalam suatu
larutan. Hal ini disebabkan oleh ion-ion dalampori-pori kristal zeolit selalu
memelihara kenetralan muatan listriknya. Selain itu juga disebabkan ion-ion tersebut
yang dapat bergerak bebas. Kapasitas pertukaran kation tergantung kepada ukuran,
muatan ion, dan jenis zeolit.
Selain sebagai penukar kation, zeolit juga dapat berfungsi sebagai gugus hidroksil
(OH) pada zeolit memegang peranan penting. Gugus hidroksil pada zeolit dapat
dibentuk dengan metoda deamonisasi melalui proses pertukaran ion NH 4+ pada
seolit.
3. Katalis
Reaksi katalistik terjadi di dalam pori-pori kristal zeolit. Sifat zeolit yang sangat
penting sebagai katalis adalah ukuran pori-pori dan volume kosong yang besar. Akan
tetapi, sifat ini sangat jarang dijumpai pada zeolit alam, sehingga pemanfaatan zeolit
buatan sebagai katalis lebih umum. Selain itu, kedudukan kation dalam struktur zeolit
dan perbandingan atom Si dan Al juga mempengaruhi sifat zeolit sebagai katalis.
4.2 Penggunaan Zeolit
a. Bidang Pertanian dan Perkebunan
Berdasarkan kapasitas pertukaran kation dan retensivitas terhadap air yang tinggi,
zeolit sekarang ini telah banyak digunakan untuk memperbaiki sifat tanah, terutama
tanah yang banyak mengandung pasir (kandungan lempung sedikit) dan tanah
podzolik. Fungsi zeolit disini adalah sebagai bahan pemantap tanah (soil con-
ditioner), pembawa pupuk (fertilizer carrier), pengontrol pelepasan ion NH4+ dan
K+ (slow release fertilizer), dan sebagai pengontrol cadangan air.
Dalam penggunaan zeolit sebagai pemantap tanah masalah penting yang harus
diketahui adalah jenis kation dominan yang terkandung dalam zeolit. Zeolit dengan
kandungan ion Na+yang tidak lebih tinggi daripada kation yang dapat dipertukarkan
akan memberikan hasil (panen) yang baik. Namun bila ion Na+ berlebihan akan
menyebabkan banyak ion ini masuk ke dalam tanah, sehingga dapat menimbulkan
keracunan dan hambatan dlam proses osmosa pada tanaman. Sebaliknya, zeolit
dengan kandungan ion K+ yang tingi akan mempersulit terjadinya proses pertukaran
kation dengan ion NH4+, sehingga zeolit ini tidak cocok untuk pertanian. Oleh karena
itu, zeolit jenis klinoptilolit lebih umum digunakan karena kandugnan ion Na+ lebih
tinggi dibandingkan ion K+.
Penahanan ion NH4+ dalam struktur kristal zeolit dapat mencegah proses oksidasi ion
NH4+ menjadi ion NO3+ oleh nitrifying bacteria. Selain itu, keadaan ini juga dapat
mengontrol pemakaian pupuk jenis amonium secara berlebihan.
Penggunaan zeolit, terutama jenis klinoptilolit telah mempelihatkan hasil, yaitu
berupa peningkatan ketersediaan unsur nitrogenn dalam tanah. Keberhasilan ini akan
lebih terlihat lagi bila zeolit tersebut digunakan pada tanah yang kandungan
lempungnya sedikit (sandy soil, coarse textured soils, dan highly permeable).
Penelitian pemanfaatan zeolit untuk pertanian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian
dan Pengembangan Teknoligi Mineral dengan Pusat Penelitian Tanah Bogor pada
tahun 1985, diketahui bahwa hasil penelitian tanaman padi dalam laboratorium dan
rumah kaca :
Sampai dengan umur tanaman satu bulan, penambahan 250 ppm zeolit pada
lahan tanaman padi dan tanpa penambahan NPK memberikan pengaruh yang
sama dengan kondisi kontrol. Namun, pada umur berikutnya, peningkatan
dosis zeolit akan menyebabkan peningkatan anak tanaman pada dalam jumlah
cukup tinggi.
Pemupukan dengan NPK dan penambahan 1.000 ppm zeolit akan
menghasilkan gabah tertinggi dan jumlah anak terbanyak dibandingkan
dengan pemberian zeolit pada tingkat dosis lainnya.
Pada skala lapangan, kenaikan produksi lahan pertanian secara optimal
didapat dengan memakai zeolit sebanyak 6 ton/ha.
Tanah pertanian yang berupa tanah pozolan merah-kuning merupakan lahan yang
kurang subur dan perlu diperbaiki. Secara umum, tanah jenis ini memiliki sifat kimia
kurang baik, sedangkan sifat fisiknya tidak mantap karena stabilitas agregat kurang,
sehingga mudah terkena erosi. Selain itu, kandungan mineral kaolinit juga tinggi,
sehingga jumlah air yang tersedia bagi tanaman agak kurang.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Pusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Mineral dengan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, bahwa
perlakuan terhadap tanah pozolan merah-kuning dengan kalsit dan zeolit memberikan
pengaruh nyata, yaitu :
Penambahan 6 ton zeolit dan 2 ton kapur per ha, produksi bijih kedelai kering
per ha meningkat 566,4 %, atau 1450 ton/ha daripada tanpa penambahan
zeolit dan kapur yang hanya mencapai besarnya 0,256 ton/ha.
Penambahan 6 ton zeolit per ha, produksi jagung per ha meningkat 141 %,
atau 230 ton per ha dibandingkan dengan produksi lahan tanpa penambahan
zeolit yang besarnya 0,95 ton per ha.
Pada ternak ruminansia (domba, sapi, babi, ayam, dan lain-lain), proses pecernaan
protein dan non protein nitrogen (NPN) sangat berbeda bila dibandingkan dengan
proses pencernaan pada ternak non ruminansia. Pada ransum ternak ruminansia, baik
protein maupun non protein nitrogen akan dicerna menjadi ammonik. Proses
pencernaan nitrogen dalam ransum tersebut biasanya berlangsung cepat sehingga
banyak protein yang tidak dapat dimanfaatkan oleh jasad renik (bakteri) untuk
sintesis protein di dalam tubuh. Keadaan ini menyebabkan banyak protein yang
hilang dalam bentuk urin.
Penambahan zeolit ke dalam ransum, menyebabkan kelebihan ion NH4+ dapat diikat
oleh zeolit sehingga dapat dimanfaatkan oleh bakteri untuk sin-tesa protein sesuai
kebutuhan. Jadi, fungsi zeolit di sini adalah sebagai buffer ion NH4+. Adanya
mekanisme tersebut, pemanfaatan protein oleh ternak ruminansia lebih efisien, yang
pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi ternak.
Spesifikasi zeolit yang digunakan sebagai imbuh makan ternak dapat dilihat pada
Tabel 5, yang cara penggunaan zeolit tersebut adalah :
c. BiPerikanan
Yang dimaksud lahan perikanan di sini adalah berupa tambak, kolam, perikanan laut,
dan lainnya.
Fungsi zeolit untuk perikanan adalah sebagai pengontrol kandungan ion NH4+ di
dalam air. Pada umumnya, ion ini berasal dari kotoran ikan dan sisa makanan yang
membusuk. Dengan pemberian zeolit, pada ruangan yang sama jumlah ikan dapat
dipelihara lebih banyak. Sebagai contoh, ikan salmon sekitar 30.000 ekor dapat
dipelihara dalam sangkar di sungai dengan kandungan ion NH4+ tetap terkontrol pada
0,15 ppm dengan pemberian zeolit setiap 6 – 8 hari.
Tabel 6. Spesifikasi Zeolit Sebagai Imbuh Makanan Ternak
Analisis Kimia Spesifikasi
SiO2 64,50 %
TiO2 0,32 %
Al2O3 11,95 %
Fe2O3 0,45 %
Na2O 4,22 %
CaO 1,21 %
MgO 0,13 %
Pada peternakan udang, kendala yang dihadapi adalah hasil panen yang rendah (1 ton
per ha per tahun). Di Taiwan, produksi tambak udang dapat mencapai 20
ton/ha/tahun. Hasil panen tambak udang yang rendah ini disebabkan oleh sirkulasi air
yang belum baik sehingga tingkat kematian benur masih tinggi. Peningkatan produksi
dapat dilakukan dengan memperbaiki sestem pengairan dan pemanfaatan zeolit.
Pada tambak dengan sistem pengairan yang hanya mengandalkan air pasang surut air
laut serta kepadatan penebaran undang yang tinggi akan menimbulkan masalah
akumulasi amoniak. Berdasarkan penelitian, pada kandungan ion NH4+ sekitar 0,2
ppm, pernafasan dan pencernaan udang akan terganggu dalam waktu 35 hari.
Zeolit dapat mengatasi masalah polusi di tambak udang, terutama polusi yang
terbentuk oleh ion NH3+, S2- , NH4+, Fe3+, dan Mn2+, baik yang berasal dari ekskresi
udang itu sendiri maupun dari pembusukan sisa makanan. Percobaan yang dilakukan
oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara pada
tambak udang windu dengan menggunakan zeolit memberikan hasil :
Jumlah penggunaan zeolit pada tambak udang tergantung tujuan pemakaian, yaitu :
Untuk menyerap unsur NH4, H2S, Fe, dan unsur logam lain, dipakai zeolit 300
kg/ha/bulan.
Untuk perawatan dan pembersihan tambak, baik yang berasal dari kotoran dan
sisa pakan udang maupun kotoran dari luar, dapat dilakukan dengan
penaburan zeolit sekitar 50 gr/m2 setiap 7 – 10 hari.
Untuk tambak baru atau tambak selesai panen, pada dasar tambak ditebarkan
zeolit sebanyak 500 kg/ha.
d. Bidang Industri
Pengeringan dan Pemurnian Gas
Zeolit telah umum digunakan dalam proses pemurnian gas methan (biogas), gas
alam, dan lain-lain.
Secara umum, gas methan yang terbentuk dari pembusukan sampah atau kotoran
binatang mempunyai komposisi CH+(50%), CO2 (40%), dan sisanya (10%) berupa
unsur belerang. Gas methan ini masih sangat kotor, bersifat korosif, dan nilai kalor
sangat rendah. Tahap pekerjaan untuk memurnikan gas methan tersebut adalah :
Dalam tabung tersebut gas CO2 akan terserap dan terikat, sehingga dihasilkan
gas methan yang murni.
Sama halnya dengan gas methan, dalam pemurnian gas alam juga digunakan zeolit
(khabazit dan erionit) yang berfungsi menyerap gas CO2.
Mengingat sifat zeolit yang dapat menyerap gas CO2, maka zeolit dapat dimanfatkan
untuk hal pencemaran udara dan air. Pencemaran tidak hanya terjadi karena adanya
partikel yang tidak diinginkan tetapi dapat disebabkan pula oleh kadar oksigen yang
menurun.
Pemakaian zeolit untuk meningkatkan konsentrasi zat asam dalam air merupakan
suatu cara yang sangat mudah dan murah. Secara umum, peningkatan konsentrasi
oksigen adalah dengan cara mengalirkan udara kotor (tercemar) ke dalam tabung-
tabung yang telah diisi dengan bubuk zeolit yang telah diaktivasi dengan asam (Tabel
7).
Jenis zeolit yang dapat untuk untuk meningkatkan konsentrasi oksigen adalah
mordenit, klinoptilolit, khabazit, erionit, dan analsim. Keistimewaan mordenit adalah
mempunyai sifat tambahan, yaitu mampu menyerap gas nitrogen (N) secara terpisah
yang kemudian diubah menjadi ikatan atau senyawa Na-N-H.
Proses peningkatan konsentrasi iksigen dapat dikerjakan pada temperatur kamar. Cara
penggunaan zeolit sebagai bahanpemurnian oksigen adalah :
Masukan 2.090 gr H2O ke dalam suatu ketel resin, dan larutkan 162,2 gr
NaOH.
o Tambahkan 425 gr sodium aluminat yang mengandung Al2O3 24 %,
Na2O 20 %, dan H2O 56 % berat.
o Dinginkan hingga suhu 100oF dan kemudian ditambahkan 570 silika
kalsinasi.
o Pendinginan dipertahankan pada suhu 100oF selama 24 jam dengan
pengadukan perlahan, dan setelah itu suhu ditingkatkan hingga 212oF
dan dipertahankan selama 24 jam dengan pengadukan perlahan.
o Dinginkan secepatnya dengan air dan disaring untuk memisahkan
padatan dari larutannya.
o Padatan dicuci dengan air panas dan keringkan dalam oven bertekanan
pada temperatur 250oF.
o Produk yang dihasilkan adalah 464 gr zeolit Y yang berkomposisi
Na2O Al2O3 nH2O.
Zeolit buatan lebih murni dan mempunyai kemampuan lebih luas dibandingkan
dengan zeolit alam, terutama sebagai bahan katalis. Walaupun demikian, prospek
pengembangan zeolit buatan belum memberikan peluang karena zeolit alam dapat
diperoleh dalam jumlah besar dengan biaya lebih murah, sedangkan teknologi
pemanfaatannya masih belum mencapai titik optimal.
5. PERKEMBANGAN DAN PROSPEK
Di masa mendatang, perkembangan zeolit di Indonesia diperkirakan semakin
meningkat. Hal ini disebabkan oleh semakin berkembangnya jumlah ataupun ruang
lingkup penggunaan zeolit, serta perkembangan teknologi pengolahannya yang
semakin dapat memenuhi kriteria zeolit untuk berbagai keperluan.
Ditinjau dari sisi teknologi dan potensi sumberdaya, pengembangan zeolit tidak
menjadi masalah. Terdapat beberapa lokasi cadangan zeolit di Jawa Barat dan
Lampung yang dapat dikembangkan, walaupun penyelidikan rinci terhadap kedua
lokasi cadangan tersebut belum pernah dilakukan.
Secara teknis, pengembangan tambang zeolit baru melalui berbagai tahap kegiatan
antara lain :
Evaluasi cadangan,
o rancang-bangun tambang,
o studi kelayakan.
Dalam kasus ini, evaluasi tambang zeolit baru hanya didasarkan pada rencana
kapasitas pabrik terpasang sebesar 12.000 ton/tahun, sehingga tingkat produksi
tambang diperkirakan sebesar 15.000 ton/tahun. Kelayakan ekonomi tambang zeolit
(Tabel 10).