PENDAHULUAN
1
keduanya merupakan suatu hal yang bersifat kualitatif yang tidak ada batasnya.
Terkadang, warna afektif dapat dinyatakan sebagai perasaan atau dapat dinyatakan
sebagai emosi. Oleh karena itu, emosi bukan hanya disebabkan karena perasaan saja,
tetapi warna afektif yang meliputi keadaan seseorang. Ada yang kuat, lemah atau
mungkin samar-samar.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui makna emosi
2. Untuk mengetahui ekspresi emosional
3. Untuk mengetahui perilaku emosi
4. Untuk mengetahui fungsi emosi
BAB II
2
EMOSI DAN PERILAKU EMOSI
A. Pengertian Emosi
Banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli. Daniel Goleman (1995) seorang
pakar kecerdasan emosional mengatakan bahwa emosi merupakan suatu kegiatan atau
pergolakan pikiran, perasaan, nefsu, setiap keadaan mental yang hebat merujuk kepada
sutu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan
serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran
yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk
bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi
merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh
emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi
terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis. Emosi
berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah
satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator
perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional
manusia.
Sifat dan intensitas emosi biasanya terkait erat dengan aktivitas kognitif (berpikir)
manusia sebagai hasil persepsi terhadap situasi. Emosi pada prinsipnya menggambarkan
perasaan manusia menghadapi berbagai situasi yang berbeda.
Daniel Goleman (2002 : 411) mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak berbeda
jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu :
a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati
b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa
c. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada.
d. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga
e. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat
f. Terkejut : terkesiap, terkejut
g. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka
h. Malu : malu hati, kesal
3
Definisi lain menyatakan bahwa emosi adalah sutu respons terhadap suatu
perangsang yang menyebabkan perubahan fisiologis disertai perasaan yang kuat dan
biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus. Respons demikian terjadi baik
terhadap perangsang-perangsang eksternal maupun internal.
B. Ekspresi Emosional
Merupakan perwujudan dari keadaan yang menerawankan/mengharukan
(perwujudan dari kesadaran emosional).
Manifestasinya bisa berupa :
a. Gejala-gejala ekspresi (kegiata vegetatif)
Merupakan reaksi-reaksi otono yang dipengaruhi oleh kerja susunan saraf otonom
(saraf simpatis dan saraf parasimpatis) jadi tidak di pengaruhi oleh kehendak.
Sistem saraf autonom disusun oleh kinerja saraf-saraf motorik yang terdapat pada
sumsum tulang belakang dan beberapa saraf kranial yang mengatur gerakan-gerakan
dalam tubuh,seperti gerakan otot jantung,gerakan otot-otot saluran pencernaan,dan
sekresi hormon serta enzim oleh kelenjar.
Sistem saraf autonom berfungsi untuk mempertahankan keadaan tubuh dalam kondisi
terkontrol tanpa pengendalian secara sadar. Sistem saraf autonom bekerja secara otomatis
tanpa perintah dari sistem saraf sadar. Sistem saraf autonom juga disebut sistem saraf tak
sadar, karena bekerja diluar kesadaran.
Susunan saraf autonom terbagi atas dua bagian yaitu saraf simpatik dan saraf para
simpatik yang bekerja secara antagonis terhadap organ yang sama.
1. Sistem Saraf Simpatetik
Devisi simpatetik cenderung beraksi sebagai suatu kesatuan, selama eksitasi
emosional. Saraf simpatetik secara stimulan mempercepat jantung, mendilatasi arteri di
otot rangka dan jantung, mengkonstraksi alteri di kulit dan organ pencernaan dan
menyebabkan perspirasi.Walaupun sistem simpatetik dan parasimpatetik biasanya bekerja
secara antagonis satu dengan yang lain, terdapat beberapa pengecualian prinsip ini.
Sebagai contohnya sistim simpatetik dominan selama ketakutan yang ekstrim berupa
pengeluaran involunter isi kandung kemih atau usus.
Sistem simpatetik meningkatkan respons-respons yang mempersiapkan tubuh untuk
4
melakukan aktifitas fisik yang berat dalam menghadapi situasi penuh stres atau darurat,
misalnya ancaman fisik dari lingkungan luar. Respon seperti ini disebut dengan flight or
flight response, karena sistem simpatetik mempersiapkan tubuh untuk melawan dan
melarikan diri dari ancaman. Jantung berdenyut lebih cepat dan lebih kuat, tekanan darah
meningkat karena konstruksi umum pembuluh darah, saluran pernafasan terbuka lebar
untuk memungkinkan aliran udara maksimal, glukogen dan simpanan lemak dipecah
untuk menghasilkan bahan bakar tambahan dalam darah, dan pembuluh darah yang
mendarahi otot-otot rangka berdilatasi. Sema respon ini ditujukan untuk meningkatkan
aliran darah yang kaya oksigen dan nutrisi otot-otot rangka sebagai antisipasi terhadap
aktivitas fisik yang berat.
Contoh sistem saraf simpatetik :
a. Dilatasi (Pelebaran) pupil mata
b. Penghambatan kelenjar aliran ludah (saliva)
c. Penghambatan kelenjar parotid, sublingualis dan submandibularis
d. Aselerasi (penambahan) denyut jantung
e. Dilatasi bronkus pulmo (paru-paru)
f. Penghambatan gerak peristaltik dan sekresi asam lambung
g. Penghambatan usus halus, kolon proksimal, dan distal
h. Stimulasi hormon adrenalin dan nonadrenalin
i. Penghambatan kantung urin.
Bila saraf simpatetik melepaskan impuls pada saat yang bersamaan maka terjadi :
a. Peningkatan tekanan arteri
b. Peningkatan aliran darah untuk meningaktifkan otot-otot dan menurunkan aliran ke
organ yang tidak diperlukan seperti Traktus Gastrointestinal (aktivitas motorik yang
cepat)
c. Peningkatan kecepatan metabolisme sel di seluruh tubuh
d. Peningkatan konsentrasi glukosa darah
e. Peningkatan proses glikolisis di hati dan otot
f. Peningkatan kekuatan otot
g. Peningkatan aktivitas mental
h. Peningkatan kecepatan koagulasi darah
5
Sistem parasimpatetik mendominasi pada situasi yang tenang dan rileks. Pada
keadaan-keadaan yang tidak mengancam, tubuh dapat memusatkan diri pada aktivitas
“rumah tangga umum” nya sendiri, misalnya pencernaan dan pengosongan kandung
kemih. Sistem parasimpatetik mendorong fungsi-fungsi tubuh seperti ini, sementara
memperlambat aktivitas-aktivitas yang ditingkatkan oleh sistem simpatetik. Sebagai
contoh, jika seseorang dalam keadaan tenang, aktivitas jantung tidak perlu berdenyut
dengan cepat dan kuat.
Contoh sistem saraf parasimpatis :
a. Konstriksi (penyempitan) pupil mata
b. Stimulasi kelenjar saliva
c. Penghambat kelenjar parotid,sublingulis, submandibularis
d. Perangsangan gerak peristaltik dan sekresi asam lambung
e. Perangsangan kolon bagian progsimal dan distal
f. Perangsangan pankreas
g. Pengurangan denyut jantung
h. Konstriksi (penyempitan) bronki
i. Stimulasi cairan empedu dari kantung empedu
j. Konstraksi kantung urin
Bentuk-bentuk emosi pada umumnya meliputi tiga aspek, yakni aspek kognisi,
aspek kesigapan untuk melakukan tindakan, serta aspek perasaan. Pada aspek kedua yaitu
aspek kesigapan dalam melakukan tindakan, bergantung pada sistem saraf autonom atau
dinamakan respon autonom yang memiliki dua percabangan; saraf simpatetik dan saraf
parasimpatetik seperti yang telah dijelaskan. Dalam kaitannya saraf simpatetik
mempersiapkan tubuh untuk melakukan reaksi yang cepat dan intens yang penuh
semangat, sedangkan sistem saraf parasimpatetik meningkatkan pencernaan dan proses
lain yang bertujuan untuk mengonservasi energi serta menyiapkan diri untuk peristiwa
selanjutnya.
C. Teori James-Lange
6
Emosi yang dirasakan adalah persepsi tentang perubahan tubuh. Salah satu dari
teori paling awal dalam emosi dengan ringkas dinyatakan oleh Psikolog Amerika William
James: “Kita merasa sedih karena kita menangis, marah karena kita menyerang, takut
karena kita gemetar”.
Teori ini dinyatakan di akhir abad ke-19 oleh James dan psikolog Eropa yaitu Carl
Lange, yang membelokkan gagasan umum tentang emosi dari dalam ke luar. William
James pada laporan penelitian selanjutnya, mengemukakan tiga komponen dalam emosi
yaitu, aspek kognitif, tindakan, dan perasaan. Aspek kognitif ialah penilaian mengenai
sesuatu baik atau buruk, menakutkan atau mengganggu, dan muncul terlebih dulu. Aspek
tindakan merupakan pewujudan terhadap aspek kognitif, seperti lari menjauh, menanggis,
atau diam. Sedangkan aspek perasaan ialah label dari tindakan yang terjadi. Diusulkan
serangkaian kejadian dalam keadaan emosi:
1. kita menerima situasi yang akan menghasilkan emosi,
2. kita bereaksi ke situasi tersebut,
3. kita memperhatikan reaksi kita.
Persepsi kita terhadap reaksi itu adalah dasar untuk emosi yang kita alami.
Sehingga pengalaman emosi – emosi yang dirasakan – terjadi setelah perubahan tubuh;
perubahan tubuh (perubahan internal dalam sistem syaraf otomatis atau gerakan dari
tubuh) memunculkan pengalaman emosional. Dapat disimpulkan bahwa teori James-
Lange menempatkan aspek persepsi terhadap respon fisiologis yang terjadi ketika ada
rangsangan datang sebagai pemicu emosi yang dialami oleh manusia.
D. Perilaku Emosi
Perilaku emosional sering disertai aktivitas sistem-sistem otonom dan kelenjer. Teori
James Lange menyatakan bahwa “Pengalaman emosional muncul dari kesadaran akan
adanya perubahan kondisi internal tubuh”. Semua emosi disertai perubahan-perubahan
fisiologik tertentu. Peningkatan atau penurunan tekanan darah, detak jantung, ketegangan
otak dan lain-lain. Kesadaran akan perubahan-perubahan ini membentuk emosi.
Berbagai aspek dari teori ini mempunyai daya tarik sendiri. Emosi yang intens
disertai perubahan-perubahan fisiologik yang jelas. Sistem saraf otonom, yang mengatur
sistem kardiovaskuler, ukuran pupil, dan fungsi-fungsi otonom yang lain, sangat aktif
7
selama ada emosi.
Emosi yang menyenangkan berkaitan dengan peningkatan peredaran darah ke
anggota badan, sementara itu emosi tidak menyenangkan menyebabkan kebalikannya.
Pupil melebar saat takut, sakit dan kegembiraan. Tetapi menyempit saat relaksasi yang
nyaman. Respon-respon emosional yang lain yang melibatkan sistem saraf otonom adalah
telapak tangan berkeringat, merinding, perubahan dalam pembuangan (buang air kecil
maupun besar).
Apabila diperhatikan pengalaman emosi dapat menimbulkan perubahan-perubahan.
Perubahan yang nampak misalnya perubahan-perubahan air muka atau perilaku-perilaku
motorik akibat emosi. Selain itu terjadi pula perubahan yang tidak begitu tampak seperti
perubahan kecepatan detak jantung, tekanan darah, sekresi keringat, kontraksi otot,
perubahan konsentrasi hormon dalam darah dan lain-lain.
Perubahan-perubahan tersebut apabila diterangkan dapat dijelaskan sebagai berikut.
Reseptor (alat-alat indera) akan menerima stimulus yang diteruskan melalui serabut saraf
sensorik menuju cortex. Di cortex informasi dikode, dan perintah untuk mereaksi dikirim
melalui serabut saraf-saraf motorik menuju effektor motorik agar bereaksi.
Misalnya telapak kaki yang telanjang menginjak puntung rokok yang menyala.
Informasi sakit sampai ke cortex dan cortex akan mengirimkan perintah ke kaki untuk
menjauh dari puntung, ke mata untuk melihat ke arah kaki yang sakit, ke pinggang untuk
membungkuk dan sebagainya.
Pada saat bersamaan cortex juga mengirimkan informasi ke alat-alat dalam melalui
serabut saraf otonom, sehingga pada saat itu terjadi jantung berdetak cepat, pembuluh
darah mengkerut dan sebagainya. Perubahan-perubahan yang terjadi ini kemudian akan
menjadi informasi kembali ke cortex dan memberi intensitas pada emosi yang dirasakan.
Mengenai serabut saraf otonom yang berperan, saraf simpatik lebih berperan ketika
terjadi pengalaman yang tidak menyenangkan. Sementara pada saat situasi
menyenangkan saraf parasimpatik lah yang berperan. Hanya saja pada saat terjadi
gugahan seksual fungsi saraf simpatik berbeda. Bila biasanya fungsinya adalah
pengkerutan pembuluh darah, maka pada saat terjadi gugahan seksual fungsinya adalah
melonggarkan pembuluh darah pada alat-alat reproduksi.
8
Kecemasan
Freud (dalam Safaria dan Saputra, 2009) menyatakan bahwa kecemasan adalah
reaksi terhadap ancaman dari rasa sakit maupun dunia luar yang tidak siap ditanggulangi
dan berfungsi memperingatkan individu akan adanya bahaya. Ahli lain berpendapat
bahwa kecemasan atau perasaan cemas adalah suatu keadaan yang dialami ketika berpikir
tentang sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi. Segala bentuk situasi yang
mengancam kesejahteraan organisme dapat menimbulkan kecemasan. Adanya ancaman
fisik, ancaman terhadap harga diri, serta perasaan tertekan untuk melakukan sesuatu di
luar kemampuan juga menumbuhkan kecemasan.
Cemas merupakan suatu reaksi atau ungkapan emosi yang dapat ditemui dalam
kehidupan sehari-hari. Kecemasan adalah suatu kondisi atau keadaan emosi yang kurang
menyenangkan yang dialami manusia. Dalam kondisi cemas, seseorang akan merasa
ragu-ragu dalam bertindak, ada perasaan tidak tenang, was-was, curiga dan sulit untuk
melakukan tindakan aktivitasnya dengan baik sehingga keberhasilan akan sulit dicapai.
Cemas merupakan suatu reaksi atau ungkapan emosi yang dapat ditemui dalam
kehidupan sehari-hari. Kecemasan adalah suatu kondisi atau keadaan emosi yang kurang
menyenangkan yang dialami manusia. Dalam kondisi cemas, seseorang akan merasa
ragu-ragu dalam bertindak, ada perasaan tidak tenang, was-was, curiga dan sulit untuk
melakukan tindakan aktivitasnya dengan baik sehingga keberhasilan akan sulit dicapai.
Kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan istilah-
istilah kekhawatiran, keprihatinan, dan rasa takut, yang kadang-kadang kita alami dalam
tingkat yang berbeda-beda (Atkinson, 1996). Kecemasan juga merupakan ketegangan,
rasa tak aman dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang
tidak menyenangkan (Maramis, 1995).
9
Pada kecemasan, pikiran berhubungan dengan persepsi bahwa seseorang berada
dalam bahaya atau terancam. Individu yang tumbuh dalam situasi yang rusuh sepanjang
kehidupannya dapat mengembangkan pola pikir bahwa dunia selalu berbahaya dan tidak
dapat dipercaya. Namun sebaliknya individu yang tidak pernah merasakan atau
mempelajari adanya situasi bahaya, justru menjadi tidak memiliki kemampuan untuk
mengenali bahaya dan menguasai cara mengatasinya. Pola asuh yang terlalu disiplin dan
menuntut kesempurnaan berlebihan, mungkin dapat membuat individu tidak kuat dan
merasa terbebani dengan kewajiban tersebut. Hal ini membuat individu mengembangkan
rasa kuatir yang berlebihan, kuatir tidak dapat mencapai standar yang ditentukan.
Pada saat mengalami kecemasan banyak perubahan fisiologis yang dapat dikenali
sebagai manifestasi dari kecemasan. Gangguan abdomen, sakit kepala, ketegangan otot,
kegelisahan, insomnia, kelelahan, mudah tersinggung dan bahkan berbagai bentuk
neurosis dan psikosi dapat menjadi menifestasi kecemasan ini. Biasanya, di negara maju,
kecemasan diatasi dengan mengkonsumsi obat disamping penenang disamping alcohol.
Obat yang biasa digunakan atau antixiolitics adalah yang disebut sebagai bendoziadepin.
Jenis yang digunakan adalah benzodiazepam yang dipasarkan dengan merek valium.
10
Apakah hal ini berarti penempelaan benzodiazepin akan meningkatkan
penempelan GABA sehingga impuls kecemasan dihambat?
Ternyata penjelasannya tidak demikian. Diotak ada peptide (zat yang terbentuk
atas dua macam asam amino atau lebih yang berfungsi sebagai hormone atau neuro-
transmitter) yang disebut DBI (Diazepin binding inhibitor) yang kerjanya menghambat
penempelan benzodiazepin. Akibat hambatan ini fungsi sinaptik GABA akan terhambat.
Dan pada binatang yang dicoba kecemasan meningkat.
Sementara itu, jika dilihat dari penampilan atau gejalanya, cemas dapat
menampilkan gejala yang bermacam-macam antara lain:
a. Secara somatik (dalam reaksi fisik atau biologis): ujung-ujung anggota badan dingin
(kaki dan tangan), keringat bercucuran, gangguan pencernaan, jantung berdebar, kepala
pusing, hilang nafsu makan dan pernapasan terganggu. Tekanan darah meninggi dan
kelelahan badan seperti pingsan.
Ketika seseorang memikirkan bahwa ia dalam keadaan bahaya, otak dengan cepat/tak
sadar mengirim sebuah pesan listrik yang merangsang kelenjar lendir (kelanjar sangat
kecil yang terletak di tengah-tengah otak), kemudian kelenjar ini mengeluarkan sebuah
hormon ACTH (Adreno Cortico Tropic Hormone) ke dalam aliran darah. ACTH ini
menuju kelenjar adrenal (fungsinya meningkatkan pengeluaran jumlah adrenalin) dan
11
hormon lainnya yang menyebabkan tubuh menjadi sangat terangsang dan siap untuk
bekerja. Perubahan kimiawi ini mempengaruhi setiap sel dalam tubuh, dan hanya
berlangsung sekitar delapan detik, dalam delapan detik ini pesan-pesan yang diterima
dalam saraf menyebabkan perubahan dalam jantung, paru, dan otot, seluruh tubuh dengan
cepat siap untuk bereaksi. Beberapa otot dan pembuluh darah mengerut, menaikkan
tekanan darah, dan memberikan kepada otot-otot yang utama persediaan darah yang
besar. Sehingga kekuatan otot meningkat secara dramatis, siap untuk melakukan tindakan
yang cepat dan kuat. Selain itu detak jantung lebih cepat dan meningkatkan jumlah darah
yang dikirimnya ke berbagai bagian tubuh, bagian yang lebih banyak membutuhkan
darah, yakni otot dan otak, keduanya mendapat prioritas utama dan darah dialihkannya
dari organ-organ yang kurang penting seperti lambung dan usus, hal ini yang
menimbulkan gangguan pencernaan. Darah juga dialihkan dari tangan dan kaki,
dampaknya tangan dan kaki menjadi dingin dan berkeringat.
b. Secara kognitif (dalam pikiran): dapat bervariasi dari rasa khawatir yang ringan
sampai panik. Individu terus menerus mengkhawatirkan segala macam masalah yang
mungkin terjadi dan sulit sekali berkonsentrasi atau mengambil keputusan dan apabila dia
mengambil keputusaan akan menimbulkan kekhawatiran lebih lanjut. Individu juga akan
mengalami sulit tidur (insomnia). Tidak mampu memusatkan perhatian dan hilangnya
ketenangan.
c. Secara motorik (tingkah laku): seperti gemetar sampai dengan goncangan tubuh yang
berat. Individu sering gugup dan mengalami kesukaran dalam berbicara.
Kecemasan yang dialami oleh individu belum tentu sama dengan yang dialami
oleh individu lain terutama dalam tingkatannya. Ada beberapa faktor yang dapat
12
mempengaruhinya, yaitu :
1. Kepribadian
Tinggi rendahnya tingkat kecemasan tergantung pada kecendrungan individu itu
sendiri untuk menjadi cemas (Papalia & Olds,1987). Individu yang memiliki
kecendrungan cemas, maka akan bereaksi dengan tingkat kecemasan lebih tinggi
terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan bahaya.
2. Tipe ancaman yang dihadapi
Kecemasan tidak hanya tergantung pada variabel manusianya, tetapi juga rangsang
yang membangkitkan kecemasan (Endler & Hunt; Breen,dalam Calhoun & Acocella,
1990). Tipe ancaman yang dapat membangkitkan kecemasan berbeda antara orang
yang satu dengan yang lainnya.
3. Usia
Tipe-tipe kecemasan yang dihadapi berbeda-beda antara anak-anak, remaja, orang
dewasa dan orang tua. Kecemasan yang dihadapi berubah dari yang sebelumnya tidak
memiliki bentuk dan kualitas imajinasi menjadi sesuatu ynag khusus dan berdasarkan
realitas (Mc Neil, 1994).
4. Jenis Kelamin
Banyak penelitian yang membuktikan bahwa laki-laki memiliki tingkat kecemasan
lebih rendah dibandingkan perempuan (Mc Neil, 1994). Perbedaan tingkat kecemasan
ini dapat dilihat dari sejak masa kanak-kanak. Sejak kecil perempuan dianggap wajar
bila mengekspresikan perasaannya dan terlihat orang lain. Oleh karena itu, perempuan
dianggap lebih cemas karena tingkah laku yang menggambarkan cemas ini dapat
dilihat oleh orang lain.
13
Usaha untuk melokalisasi emosi yang spesifik
Sistem limbic adalah area otak yang mengelilingi hipotalamus dan dianggap
sebagai area otak yang paling penting untuk emosi. Pada sintem limbik ini pembahasan
akan lebih terfokus pada amigdala. Amygdala merupakan komponen utama penghasil
emosi .Otak manusia memiliki dua amygdala yang ukurannya relatif lebih besar
dibandingkan primata lainnya. Adapun neuroscientist yang pertama kali menemukan
fungsi amygdala pada fungsi emosional dari otak manusia adalah Joseph LeDoux (Centre
for Neural Science, New York University). Amigdala merupakan bagian otak yang
berfungsi sebagai tempat penyimpanan memori yang berkaitan dengan emosi. Pada
individu yang amygdala-nya diambil untuk alasan medis, individu tersebut menjadi
kurang tertarik pada individu lain.Walaupun ia masih dapat berkomunikasi dan menjalani
berbagai tes kognitif, namun pengenalannya pada kerabat, teman bahkan ibunya menjadi
sangat buruk. Ekspresinya untuk berbagai kondisi menjadi pasif. Pengenalannya pada
kadar emosi dari suatu kejadian menjadi sangat minim. Kondisi ini disebut sebagai
affective blindnness. Wajar saja jika individu ini tidak dapat menangis, karena untuk
dapat menangis, amygdala perlu memicu struktur sekitarnya hingga dikeluarkan air
mata.Sebagian besar otak serebrum bereaksi terhadap situasi emosional. Para peneliti
menggunakan alat pemindai PET atau fMRI untuk mengidentifikasi area korteks yang
lebih aktif selama berlangsungnya emosi tersebut dan selama periode netral. Tiap titik
mewakili satu studi penelitian yang menemukan aktivitas signifikan dari area korteks
tertentu yang diasosiasikan dengan sebuah emosi dan warna tiap titik mewakili jenis
emosi (Phan, Wager, Taylor, & liberzon, 2002). Korteks frontal dan temporal
mengandung banyak titik dan penelitian lain juga megungkapkan bahwa area tersebut
penting untuk emosi (Kringelbach, 2005). Hal lain yang juga menarik adalah variabilitas.
Terdapat kumpulan titik-titik diantaranya :
1. Titik bahagia
Situasi-situasi yang bisa menimbulkan emosi bahagia di antaranya adalah :
Aktivitas yang tujuannya diinginkan atau tercapainya tujuan yang diinginkan
Mendapat keuntungan secara umum, misalnya mendapat untung usaha, memperoleh
hadiah, memperoleh uang, mendapatkan juara kelas, dan lainnya
Persetujuan sosial dari teman, rekan, orang tua, guru, dan orang yang dinilai penting
14
dan dihargai
Mengingat hal-hal yang familiar; seperti mengurangi aktivitas yang menyenangkan,
bertemu seseorang atau sesuatu yang dikenal.
Sukses dalam aktivitas baru
Sukses bertemu teman baru atau sahabat baru
Melihat atau mendengar sesuatu yang baru dan menyenangkan
2. Emosi marah
Situasi-situasi yang bisa menimbulkan emosi marah di antaranya:
Ditekan untuk melakukan sesuatu
Terhina (baik secara psikologis maupun secara verbal)
Keterbatasan, terhambat dan frustrasi (secara fisik maupun psikologis, terancam oleh
seseorang, serangan berbahaya, dan batasan sosial)
Mengalami atau mengamati suatu perlakuan yang tidak biasa.
Keterkungkungan yang terus terjadi dan tercegahnya pemenuhan kebutuhan
3. Emosi jijik
Situasi-situasi yang bisa menimbulkan emosi jijik di antaranya adalah :
Adanya sensasi yang timbul karena rasa yang tidak enak, bau busuk, sesuatu yang
berminyak dan berlendir, melihat sesuatu atau seseorang yang kotor dan sangat buruk
Perilaku yang sangat bertentangan dengan standar norma, agama, moral dan
kebiasaan
4. Emosi terkejut
Situasi-situasi yang bisa menimbulkan emosi terkejut di antaranya adalah :
Kejadian yang tidak diharapkan
Sensasi yang luar biasa (dari sisi rasa maupun penglihatan)
5. Emosi takut
Situasi-situasi yang bisa menimbulkan emosi takut di antaranya adalah :
Hidup dalam bahaya, baik bahaya karena kejadian, karena seseorang, atau karena
ide.
Terancam secara verbal maupun fisik; dihukum, dihina dan dimarahi oleh lawan
yang lebih kuat
15
Kehilangan dukungan
Keterasingan
Namun secara umum hasil-hasil tersebut terlihat tersebar. Sepertinya hasil penelitian
sangat bergantung pada detail prosedur dan bukan hanya target emosi yang diinginkan.
Penelitian tambahan telah memeriksa pembangkitan aktivasi otak selama keadaan emosi
lain, termasuk cinta (Aron dkk, 2005), rasa malu dan rasa bersalah (Takahashi dkk,
2005), penilaian moral (Greene, Nystrom, Engell, Darley, & Cohen, 2004), dan antisipasi
untuk memperoleh imbalan (Z.M.William, Bush, Rauch, Cosgrove, & Eskandar, 2004).
Akan tetapi, kita perlu menunggu adanya replikasi dengan prosedur yang bervariasi untuk
melihat seberapa spesifiknya hasil dari bentuk emosi yang diuji terhadap prosedur
penelitian.
Pendekatan lain adalah memantau aktivitas listrik di berbagai area otak dengan
menggunakan EEg atau teknologi yang serupa, yang digunakan ketiak individu
mengamati gambar atau stimulus lainnya. Dalam waktu setengah detik setelah
diperlihatkannya stimulus, tiap emosi sudah dapat mengaktivasi area otak yang berbeda
(Esslen, Pascual-marqui,Hell,kochi, &Lehmann,2004).
Dari semua emosi yang ada, terdapat satu emosi yang memiliki bukti kuat bahwa
terdapat lokalisasi emosi pada otak, yaitu rasa muak. Korteks insular mengalami aktivasi
tinggi apabila melihat sebuah gambar yang memuakkan dan melihat ekspresi wajah orang
lain yang juga merasa muak. Artinya, jika anda melihat seseorang merasa muak, maka
anda akan merasakannya. Reaksi kita terhadap rasa muak sama dengan rekasi saat kita
melihat atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan, maka kita ingin
meludahkannya keluar.
16
meningkatkan perhatian dan pembangkitan, menginhibisi tindakan, dan menstimulasi
emos, antara lain rasa takut dan muak. Perbedaan antara kedua otak tersebut berkaitan
dengan keribadian. Secara rata-rata, individu yang memiliki aktivitas korteks frontal lebih
tinggi, pada belahan otak kiri cenderung lebih bahagia, mudah bergaul, dan lebih suka
bersenang-senang. Individu yang memiliki aktivitas korteks frontal lebih tinggi pada
belahan otak kanan cenderung lebih tertutup, tidak puas dengan hidup, dan lebih mudah
mengalami emosi yang tidak menyenangkan.
Belahan otak kanan seperti lebih responsif terhadap stimulus emosional daripada
belahan otak kiri. Ketika seseorang mengamati wajah, perhatian yang dicurahkan untuk
mengenali ekspresi emosi akan meningkatkan aktivitas korteks temporal belahan otak
kanan. Penderita kerusakan korteks temporal belahan otak kanan mengalami kesulitan
mengenali ekspresi emosi orang lain atau menentukan apakah dua orang memiliki
ekspresi yang sama atau berbeda.
F. Fungsi Emosi
Emosi memiliki peranan yang sangat penting bagi manusia untuk menghadapi situasi
tertentu, baik dalam keadaan darurat maupun keadaan yang lainnya. Fungsi dari emosi
diantaranya adalah :
17
2) Menyesuaikan reaksi dengan kondisi khusus.
Pada saat kita ditinggalkan oleh orang yang kita sayangi, kita akan bersedih hati.
Adanya sedih membuat kita menyesuaikan diri dengan reaksi yang tepat untuk kondisi
kehilangan. Lalu misalnya kita sedang berlayar di lautan dengan kapal laut. Saat itu ada
badai besar menerjang, kapalnya digoncang ke sana kemari. Boleh jadi karena emosi
cemas, kita jadi lebih waspada. Lalu memakai pelampung, berpegangan erat, atau
melakukan tindakan keamanan lainnya.
18
ketika ada seseorang yang ditinggal mati oleh nenek nya. Hal tersebut adalah salah satu
contoh yang membuat kenangan dapat diliputi oleh emosi yang kuat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada umumnya setiap orang pasti dapat mengekspresikan perasaan senang, takut,
sedih, marah dan sebagainya. Ekspresi yang dapat diperlihatkan antara lain dengan emosi
atau marah atau menangis dan tertawa atau bergembira. Perbedaan emosi dengan
perasaan merupakan suatu hal yang bersifat kualitatif yang tidak ada batasnya tergantung
dari warna afektifnya masing-masing.
Emosi itu sendiri sebenarnya melibatkan dua hal yang penting yaitu psikologis dan
fisik. Hal ini dapat dilihat dari reaksi fisik seseorang yang disertai dengan penyesuaian
dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik serta tingkah laku yang tampak.
19
Orang yang mampu menghadapi frustasinya, mampu memotivasi diri dan mampu
mengendalikan diri adalah orang yang mempunyai kecerdasan emosional. Dia mampu
juga merasakan empati dan bersikap senada pula bagi orang yang sedang mengalami
emosi dan berusaha mengendalikan emosi orang lain tersebut. Sifat ini baik untuk
dimiliki seseorang agar tidak mudah menghadapi stres atau kesulitan dan frustasi di
dalam hidup.
Daftar Pustaka
20
http://www.ehow.com/about_5076921_early-adulthood-emotional-
development.html#ixzz17EFMuP1G
21