Anda di halaman 1dari 22

BAB II

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN DARAH
Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total.
Darah berbentuk cairan yang berwarna merah dan agak kental. Darah adalah cairan yang ada
pada manusia sebagai alat transportasi berfungsi untuk mengirimkan zat-zat dan oksigen
yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan
juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Warna merah itu keadaannya tidak
tetap tergantung pada banyaknya oksigen dan karbondioksida didalamnya. Adanya oksigen
dalam darah diambil dengan jalan bernafas dan zat ini sangat berguna pada peristiwa
pembakaran atau metabolisme di dalam tubuh.
B. VOLUME DARAH
Volume darah di dalam tubuh manusia kurang lebih 1/14 atau 8% dari berat badan.
55% dari jumlah/volume darah merupakan plasma darah. Volume plasma darah terdiri dari
90% berupa air dan 10% berupa larutan protein, glukosa, faktor koagulasi, ion mineral,
hormon dan karbon dioksida.
C. KOMPOSISI DARAH
Darah terdiri dari 55% Plasma Darah (bagian cair darah) dan 45% Korpuskuler
(bagian padat darah).
1. Plasma Darah (Bagian Cair Darah)
Plasma darah adalah salah satu penyusun darah yang berwujud cair serta
mempengaruhi sekitar 5% dari berat badan manusia. Plasma darah memiliki warana
kekuning-kuningan yang didalamnya terdiri dari 90% air, 8% protein, dan 0,9% mineral,
oksigen, enzim, dan antigen. Sisanya berisi bahan organik, seperti lemak, kolestrol, urea,
asam amino, dan glukosa.
Plasma darah merupakan cairan darah yang berfungsi untuk mengangkut dan
mengedarkan sari-sari makanan ke seluruh bagian tubuh manusia, dan mengangkut zat sisa
metabolisme dari sel-sel tubuh atau dari seluruh jaringan tubuh ke organ pengeluaran.
Di dalam plasma darah terdapat beberapa protein terlarut yaitu:
a) Albumin berfungsi untuk memelihara tekanan osmotic
b) Globulin berfungsi untuk membentuk zat antibody
c) Fibrinogen adalah sumber fibrin yang berfungsi dalam proses pembekuan darah.
2. Korpuskuler (Bagian Padat Darah)
Korpuskuler terdiri dari tiga bagian:
1) Sel Darah Merah (Eritrosit)
Sel darah merah atau yang juga disebut eritrosit berasal dari bahasa Yunani yaitu,
erythos yang berarti merah dan kytos yang berarti selubung/sel. Eritrosit merupakan bagian
sel darah yang mengandung hemoglobin (Hb). Hemoglobin adalah biomolekul yang
mengikat oksigen. Sedangkan darah yang berwarna merah cerah dipengaruhi oleh oksigen
yang diserap dari paru-paru. Pada saat darah mengalir ke seluruh tubuh, hemoglobin
melepaskan oksigen ke sel dan mengikat karbondioksida. Jumlah hemoglobin pada orang
dewasa kira-kira 11,5-15 gram dalam 100 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan laki-
laki 13,0 mg%. Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terdiri dari asam
amino dan memerlukan pula zat besi, sehinnga diperlukan diet seimbang zat besi. Di dalam
tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa berkurang, demikian juga banyaknya hemoglobin
dalam sel darah merah. Apabila kedua-duanya berkurang maka keadaan ini disebut animea,
yang biasanya disebabkan oleh pendarahan hebat, penyakit yang melisis eritrosit, dan tempat
pembuatan eritrosit terganggu.
Bentuk sel darah merah pada manusia adalah bikonkaf atau berbentuk piringan pipih
seperti donat. Kepingan eritrosit manusia memiliki diameter sekitar 6-8 µm dan tebalnya
sekitar 2 µm, eritrosit termasuk sel paling kecil daripada sel-sel lainnya yang terdapat pada
tubuh manusia. Jumlah sel darah merah adalah jumlah yang paling banyak dibandingkan
jumlah sel darah lainnya. Secara normal, di dalam darah seorang laki-laki dewasa terdapat 25
trilliun sel darah merah atau setiap satu milimeter kubik (1 mm3) darah trdapat 5 juta sel
darah merah. Pada perempuan dewasa, jumlah sel darah merah per milimeter kubiknya
sebanyak 4,5 juta.
Sel darah merah hanya mampu bertahan selama 120 hari. Proses dimana eritrosit
diproduksi dimaksud eritropoiesies. Sel darah merah yang rusak akhirnya akan pecah menjadi
partikel-partikel kecil di dalam hati dan limpa. Sebagian besar sel yang rusak dihancurkan
oleh limpa dan yang lolos akan dihancurkan oleh hati. Hati menyimpan kandungan zat besi
dari hemoglobin yang kemudian diangkut oleh darah ke sumsum merah tulang untuk
membentuk sel darah merah yang baru. Sumsum merah tulang memproduksi eritrosit, dengan
laju produksi sekitar 2 juta eritrosit per detik. Produksi dapat distimulasi oleh hormon
eritoprotein (EPO) yang disintesa ginjal. Hormon ini sering digunakan para atlet dalam suatu
pertandingan sebagai doping. Saat sebelum dan sesudah meninggalkan sumsum tulang
belakang, sel yang berkembang ini dinamakan retikulosit dan jumlahnya sekitar 1% dari
semua darah yang beredar.
gambar sel darah merah (eritrosit)

2) Sel Darah Putih (Leukosit)


Sel darah putih (leukosit) jauh lebih besar daripada sel darah merah. Namun jumlah
sel darah putih jauh lebih sedikit daripada sel darah merah. Pada orang dewasa setiap 1 mm3
darah terdapat 6.000-9.000 sel darah putih. Tidak seperti sel darah merah, sel darah putih
memiliki inti (nukleus). Sebagian besar sel darah putih bisa bergerak seperti Amoeba dan
dapat menembus dinding kapiler. Sel darah putih dibuat di dalam sumsum merah, kelenjar
limfa, dan limpa (kura).
gambar leukosit
Sel darah putih memiliki ciri-ciri, antara lain tidak berwarna (bening), bentuk tidak
tetap (ameboid), berinti, dan ukurannya lebih besar daripada sel darah merah.
Berdasarkan ada tidaknya granula di dalam plasma, leukosit dibagi:
a. Leukosit Bergranula (Granulosit)
 Neutrofil adalah sel darah putih yang paling banyak yaitu sekitar 60%. Plasmanya bersifat
netral, inti selnya banyak dengan bentuk yang bermacam-macam dan berwarna merah
kebiruan. Neutrofil bertugas untuk memerangi bakteri pembawa penyakit yang memasuki
tubuh. Mula mula bakteri dikepung, lalu butir-butir di dalam sel segera melepaskan zat kimia
untuk mencegah bakteri berkembang biak serta menghancurkannya.
 Eosinofil adalah leukosit bergranula dan bersifat fagosit. Jumlahnya sekitar 5%. Eosinofil akan
bertambah jumlahnya apabila terjadi infeksi yang disebabkan oleh cacing. Plasmanya bersifat
asam. Itulah sebabnya eosinofil akan menjadi merah tua apabila ditetesi dengan eosin.
Eosinofil memiliki granula kemerahan. Fungsi dari eosinofil adalah untuk memerangi bakteri,
mengatur pelepasan zat kimia, dan membuang sisa-sisa sel yang rusak.
 Basofil adalah leukosit bergranula yang berwarna kebiruan. Jumlahnya hanya sekitar 1%.
Plasmanya bersikap basa, itulah sebabnya apabila basofil ditetesi dengan larutan basa, maka
akan berwarna biru. Sel darah putih ini juga bersifat fagositosis. Selain itu, basofil
mengandung zat kimia anti penggumpalan yang disebut heparin.

b. Leukosit Tidak Bergranula (Agranulosit)


 Limfosit adalah leukosit yang tidak memiliki bergranula. Intiselnya hampir bundar dan
terdapat dua macam limfosit kecil dan limfosit besar. 20% sampai 30% penyusun sel darah
putih adalah limfosit. Limfosit tidak dapat bergerak dan berinti satu. Berfungsi sebagai
pembentuk antibodi.
 Monosit adalah leukosit tidak bergranula. Inti selnya besar dan berbentuk bulat atau bulat
panjang. Diproduksi oleh jaringan limfa dan bersifat fagosit.
Antigen adalah apabila ada benda asing ataupun mikroba masuk ke dalam tubuh, maka
tubuh akan menganggap benda yang masuk tersebut adalah benda asing. Akibatnya tubuh
memproduksi zat antibodi melalu sel darah putih untuk menghancurkan antigen. Glikoprotein
yang terdapat pada hati kita, dapat menjadi antigen bagi orang lain apabila glikoprotein
tersebut disuntikkan kepada orang lain. Hal ini membuktikan bahwa suatu bahan dapat
dianggap sebagai antigen untuk orang lain tetapi belum tentu sebagai antigen untuk diri kita
sendiri. Hal tersebut juga berlaku sebaliknya.
Leukosit yang berperan penting terhadap kekebalan tubuh ada dua macam:
a) Sel Fagosit
Sel fagosit akan menghancurkan benda asing dengan cara menelan (fagositosis).
Fagosit terdiri dari dua macam:
1) Neutrofil, terdapat dalam darah
2) Makrofag, dapat meninggalkan peredaran darah untuk masuk kedalam jaringan atau rongga
tubuh
b) Sel Limfosit
Limfosit terdiri dari:
1) T Limfosit (T sel), yang bergerak ke kelenjar timus (kelenjar limfa di dasar leher)
2) B Limfosit (B Sel)
Keduanya dihasilkan oleh sumsum tulang dan diedarkan ke seluruh tubuh melalui
pembuluh darah, menghasilkan antibodi yang disesuaikan dengan antigen yang masuk ke
dalam tubuh. Seringkali virus memasuki tubuh tidak melalui pembuluh darah tetapi melalui
kulit dan selaput lendir agar terhindar dari lukosit. Namun sel-sel tubuh tersebut tidak
berdiam diri. Sel-sel tersebut akan menghasilkan interferon suatu protein yang dapat
memproduksi zat penghalang terbentuknya virus baru (replikasi). Adanya kemampuan ini
dapat mencengah terjadinya serangan virus.

3. Trombosit (Keping Darah)


Dibandingkan dengan sel darah lainnya, keping darah memiliki ukuran yang paling
kecil, bentuknya tidak teratur, dan tidak memiliki inti sel. Keping darah dibuat di dalam
sumsum merah yang terdapat pada tulang pipih dan tulang pendek. Setiap 1 mm3 darah
terdapat 200.000 – 300.000 butir keping darah. Trombosit yang lebih dari 300.000 disebut
trombositosis, sedangkan apabila kurang dari 200.000 disebut trombositopenia. Trombosit
hanya mampu bertahan 8 hari. Meskipun demikian trombosit mempunyai peranan yang
sangat penting dalam proses pembekuan darah.
Pada saat kita mengalami luka, permukaan luka tersebut akan menjadi kasar. Jika
trombosit menyentuh permukaan luka yang kasar, maka trombosit akan pecah. Pecahnya
trombosit akan menyebabkan keluarnya enzim trombokinase yang terkandung di dalamnya.
Enzim trombokinase dengan bantuan mineral kalsium (Ca) dan vitamin K yang terdapat di
dalam tubuh dapat mengubah protombin menjadi trombin. Selanjutnya, trombin merangsang
fibrinogen untuk membuat fibrin atau benang-benag. Benang-benang fibrin segera
membentuk anyaman untuk menutup luka sehingga darah tidak keluar lagi.
Gambar trombosit
D. FUNGSI DARAH
Darah memiliki bagian yang cair (plasma darah) dan bagian yang padat (sel darah).
Bagian – bagian tersebut memiliki fungsi tertentu dalam tubuh. Secara garis besar, fungsi
utama darah adalah sebagai berikut:
1. Sebagai alat Pengangkut
Fungsi darah sebagai alat pengangkut adalah mengedarkan sari-sari makanan ke seluruh
sel tubuh, mengedarkan hormon, serta mengangkut sisa-sisa pembakaran dari sel-sel tubuh ke
alat pengeluaran. Hormon adalah suatu zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar tak bersaluran
atau kelenjar buntu (endokrin). Sari makanan dan hormon diedarkan oleh plasma darah,
sedangkan oksigen diangkut oleh sel-sel darah merah.
2. Sebagai Alat Pertahanan Tubuh
Bagian darah yang berfüngsi sebagai alat pertahanan tubuh, yaitu sel-sel darah putih dan
keping-keping darah. Sel-sel darah putih berfungsi membunuh kuman yang masuk ke tubuh,
sedangkan keping-keping darah berfungsi menutup luka.
3. Sebagai Pengatur Suhu Tubuh
Darah beredar mengangkut oksigen untuk keperluan oksidasi. Melalui peristiwa oksidasi,
dihasilkan energi lain dalam bentuk panas. Panas sebagai hasil oksidasi dalam tubuh,
terutama digunakan untuk mempertahankan suhu tubuh manusia, yaitu lebih kurang 37°C.
Pada waktu suhu udara panas, darah dan pembuluh darah di kulit akan memindahkan panas
ke udara di sekitamya sehingga suhu tubuh tidak akan terus meningkat.

E. FUNGSI SEL-SEL DARAH


Darah memiliki beberapa sel yang memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Plasma Darah
Plasma darah berfungsi untuk mengangkut sari-sari makanan ke seluruh sel-sel tubuh dan
mengangkut zat-zat sisa metabolisme ke alat pengeluaran
2. Sel Darah Merah
Fungsi utama dari sel darah merah adalah mengikat oksigen dan karbon dioksida. Bagian sel
darah merah yang sangat berperan dalam mengikat oksigen adalah hemoglobin.
3. Sel Darah Putih
Sel darah putih berfungsi sebagai antibody. Sel darah putih memiliki sifat fagosit, yaitu dapat
mematikan kuman penyakit dengan cara “memakan” kuman tersebut. Untuk menghancurkan
kuman penyakit, sel darah putih dapat menembus dinding pembuluh darah.
4. Keping-keping Darah
Berfungsi dalam proses pembekuan darah. Pada saat terjadi luka pada permukaan tubuh,
komponen darah, yaitu trombosit akan segera berkumpul mengerumuni bagian yang terluka
dan akan menggumpal sehingga dapat menyumbat dan menutupi luka.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Hematopoiesis diambil dari bahasa Yunani Kuno yaitu “Hema” yang artinya darah dan
“Poiesis” yang artinya untuk membuat.Hematopoiesis (Hemopoiesis) adalah proses
pembentukan sel-sel darah dalam organ pembentuk sel darah, terutama dalam sumsum
tulang dan organ lainnyadimana terjadi proliferasi, maturasi dan diferensiasi sel yang terjadi
secara serentak. Asal mula semua sel darah berasal dari hemocytoblast yang kemudian
berkembang menjadi beberapa sel asal. Sel - sel darah kecuali limfosit dibentuk di dalam
sumsum tulang dada, iga, panggul serta pangkal tulang paha dan lengan atas. Hemopoesis
dimulai sejak fetus berada dalam kandungan, sejak saat terjadinya Succus Vitellinussebelum
terjadi organ-organ lain.Fungsi Hematopoisis adalah memoroduksi sel darah untuk
mengganti sel yang rusak atau mati.
Pada prenatal, proses pembentukan terjadi di yolk sac (kantung kuning telur), kemudian
fase selanjutnya pada hepar dan lien, dan pada fase lanjut di sumsum tulang.
Pada post natal, pembentukan utama terjadi di sumsum tulang. Pada keadaan patologis
(sumsum tulang sudah tidak berfungsi atau kebutuhan meningkat), pembentukan dapat
terjadi di nodus limfatikus, lien, timus, hepar. Pembentukan darah di luar sumsum tulang ini
disebut hematopoiesis ekstra meduler.Nodus limfatikus, lien dan timus dalam keadaan
normal juga berfungsi dalam maturasi dan aktivasi limfosit.
Unsur darah yang berbentuk dapat dibagi dalam dua golongan menurut tempat
berkembang dan berdeferensiasi pada orang dewasa, yaitu Limfosit dan monosit. Limfosit
adalah sel-sel bulat dengan diameter yang berfariasi antara 6 sampai 8 mm, walaupun
beberapa diantaranya mungkin lebih besar.
 Jumlah limfosit adalah 20 sampai 35% dari leukosit darah normal.
 Beberapa limfosit dalam sirkulasi darah normal mungkin berukuran 10 sampai 12 mm.
 Pada orang dewasa, dalam keadaan patologis tertentu, unsur mieloid dapat dibentuk lagi
di dalam limpa, hati dan lumfonodus, keadaan tersebut di kenal sebagai hemopoiesis ekstra-
medular.

2.2 FaseHemopoesis
• FaseMesoblastik
Sel-seldarahprimitifdibentukdalam succusvitellinus. Sel-
seldarahdisinimasihserupadanmerupakanselasal.
Berlangsungpadabulanpertamasampaikeduadalamkandungan.
• FaseHepato-spleno-lympho-myeloid
Sel-seldarahdibuatdalamhepar, lien dansumsumtulang. Disamping stem cell,
sudahterjadidiferensiasimenjadieritroblast, megakariosit, granulosit, limfosit,
monositdanplasmosit. Berlangsungpada fetus berumur 1,5bulansampai 9-10 bulan.
• Fase Myeloid
Sel-seldarahdibuatolehsumsumtulangmerahsejakumur 4 bulansampaimeninggal.
Disinisudahterjadidiferensiasimenjadisel yang lebihtuasetelahbayilahir.
Padakeadaantertentu abnormal terjadihemapoesisektramedullaseperti organ hati, lien
dankelenjargetahbening.

2.3 TeoriPembentukan
1. TeoriMonofilatik
Teori ini menyatakan bahwa sel darah berasal dari satu sel induk. Dimana sel-sel mesenkim
berubah menjadi hemohistioblast.Hemahistioblast dibagi menjadi dua yaitu:
• Hemahistioblast bergranula (hemahitioblast myeloid) contohnya : mieloblast, eritroblast,
megakarioblast.
• Hemahistioblast tidak bergranula (hemohistioblast limfoid) contohnya : limfoblast,
monoblast.
2. Poifilektik
Masing-masing sel darah mempunyai induk steam sel yang tertentu dan terpisah satu sama
lain. Sel2 mesenkim itu masing-masing : mieloblast, proeritrosit, eritroblast, megakarioblast,
RES (Retikulo Endotelia Sytem)
3. TeoriKombinasiantaraMonofilatikdanPoifilektik
a. Duofilektik (oleh Erlich) : Sel Mesenkim mieloblast dan limfoblast
b. Triofilektik (Nargali) : Sel Mesenkim mieloblast, pronormoblast, limfoblast.
Masing-masing dari ketiga teori di atas, steam sel mengalami regulasi (pengaturan) dengan
proliferasi dan deferensiasi menjadi Eritropoietin, Lekopoietein, Trombipoietin.
2.4TempatPembuatan
1. Awal Kehamilan

* Pada awal kehamilan sampai 4 bulan, tempat pembuatan sesuai dengan hematopoiesis.
* Bulan-bulan pertama, 7-10 bulan di hepar dan lien
* Sekitar 6-7 bulan, di sumsum tulang, selama masa awal dan dewasa normal.
2. Pada bayi (anak)
semua sumsum tulang membentuk darah sesuai dengan hemopoietik system.Selama bayi
terjadi pada tulang panjang, disamping itu mengalami proses pergantian lemak secara
progresif (kira2 ampai 50%).
2.5 Macam-macam Hematopoiesis
A.Hematopoiesis Prenatal
1. Stadium Mesoblastik.
Tampak kelompok2 pada “yolk sac” dan jaringan mesenkim embrional smpai minggu ke 10
kehamilan. Bagian dalam mengalami hematogen, eritrosit yang awal sekali (eritrosit
primitif),sedangkan Bagian luar mengalami maturasi (pematangan sel-sel eritrosit) ± minggu
ke 3-10

2. Stadium Hepatik.
Merupakan kelanjutan dari ibu hamil ±1,5 bulan.Dibawah ini adalah grafik perkembangan
dan tempat pembuatan sel darah :
Keterangan :
•Pada minggu ke 6 : Mesenkim sampai parenkim kasar, dst sampai bayi lahir.
• Pada bulan ke 4: lien, hepar, kelenjar limfe & sumsum tulang sudah memproduksi darah
• Ketika sudah dilahirkan, yang berperan dalam pembentukan darah adalah kelenjar limfe
dan sumsum tulang.
B.Hematopoiesis Postnatal
Hematopoiesis modulsr, dimulai dari kelahiran normal sumsum tulang aktif membentuk sel.
Organ yang berperan antara lain :
1.Sumsum tulang 5.Hepar
2.Kelenjar getah bening 6.Kelenjar Endokrin
3.Lien 7.Nutrisi
4.Gaster atau lambung
2.6 Faktor-faktorPertumbuhan Hematopoetik
Faktor-faktorpertumbuhanHematopoetik, yaitu :
1.Bekerja pada berbagai stadium hematopoiesis
2.Biasanya dihasilkan oleh beberapa jenis sel
3. Biasanya mempengaruhi lebih dari satu jalur sel
4.Biasanya menunjukkan interaksi yang sinergis maupun aditif dengan faktor
pertumbuhan lain
5. Seringkali bekerja dengan sel neoplastik yang setara dengan suatu sel normal
2.7 Proses PembentukanSel-selDarah
Darahterbagiatasdua, yaitu :
1. Plasma Darah
Cairan yang terdiridari 90% air. sebagai medium bagibahan-bahan yang dibawaolehdarah.
plasmamenyerapdanmenyebarkansebagianbesardaripanas yang dihasilkanoleh proses
metabolism dalamjaringan inorganikdanorganik.
2. Sel-selDarah
• Eritrosit:Fungsiutamanyaadalahpengangkutanoksigendandengantingkat yang
lebihrendahyaitukarbondioksida, ion hidrogendalamdarah. oksigen yang
didalamnyaterdapat hemoglobin.
Hemoglobin didalamnyaterdapatduabagian :
a. Globin :suatu protein yang terbentukdarirantaipoplitida yang sangatberlipat-lipat
b. Gugusheme :empatgugus protein yang mengandungbesi.

 PembentukanEritrosit :
Turunanseleritrositmenjadi selindukpluripoten yang kemudianberdiferensiasimenjadi
proetoblas (seldengankromatinjarang, setengah nucleolus dansito.basofilik)
membelahmenjadisellebihkecilmenjadieritoblasbasofilik (
dengancincinsitoplasmabasofilikdaninti yang lebihpadattanpanukleous yang jelas),
kemudianselberubahmenjadilebihkecillagiyaitueritoblaspolikromatofilik
(memperlihatkankurangnyaribosombasofilikdanpeningkatankadar hemoglobin
asidofilikdidalamsitoplasmanya) denganberlanjutnyadiferensiasiselterusmengecil,
pemadatan material intidansitoplasmaeusinofilik yang lebihberagam, yang
disebuteritoblasortokromatofilik (normoblas).
Setelahmengeluarkanintinyaatauhilangnyaintidididalampembentukaneritrositinimenjadireti
kulosit. Sitoplasmanyakehilanganribosomdanberubahmenjadieritrositmatang.

• Leukosit:Fungsinyaadalahsuatu mobile dalamsistempertahananimuntubuh


Leukositterbagiatasdua, yaitu :
a)Granulosit, terbagiatastiga:
o Neutrofil : jaringaninimengandungbahanpemusnahbakteridiluar sel.
Sangatpentingdalamresponperadangan
o Eusinofil : selfagosit yang lemah, sering di
produksidalamjumlahbesarpadapasieninfeksiparasit
o Basofil : leukosit yang paling sedikitsamadengansel mast

b) Agranulosit:Sel yang tidakmemilikigranula. Agranulositterbagiatasdua :


o Monosit: berkembangmenjadifogosit professional (makrofag). Sel yang
munculdisumsumtulang yang belummatang.
o Limfosit: limfosit B danlimfosit T

 PembentukanLeukosit :
Padaselturunanleukosityaitu,
selindukploripotenberdiferensiasilagimenjadimioblas(selkecilberintibesar, kromatintersebar,
tigaataulebih nucleolus), selberkembangmembesar yang
mengandunggranulaazurofilikmenjadipromielosit(kromatindidalaminti yang
lonjongtampaktersebardanjelas)lalupromiolositinimembelahmenjadimielosit yang
lebihkecillaluberdiferensiasilagimenjadi 3 jenisgranulosityaitu :
Mielositeosinofilik→metamielositeosinofilik → eosinofilik
Mielositbasofilik→metamieolositbasofilik→basofilik
Mielositneutrofilik→metamielositneutrofilik→neutrofilik

• Trombosit: Fungsinyautamanyaadalahberperandalam proses pembekuandarah.


Trombositjugamempunyaiperandalammelawaninfeksi virus danbakteri
.
 PembentukanTrombosit
Megakarioblas (selbesardengansitoplasma homogeny basofilik yang
tidakmengandunggranulaspesifik.
Mengandungbanyaknukleousdanmemperlihatkanpolakromatin yang
jarang)selamaberdiferensiasimegakarioblasmenjadisangatbesar, intinyaberlipat-
lipatmenjadipromegakariositlalumenjadi
metamegakariositdankemudianmenjadimegakasiositmatanglaluterakhirtrombosit.

2.3 Definisi Hemostasis

Hemostasis adalah suatu mekanisme pertahanan tubuh yang amat penting dalam
menghentikan perdarahan pada pembuluh darah yang luka. Mekanisme hemostasis
mempunyai dua fungsi primer yaitu untuk menjamin bahwa sirkulasi darah tetap cair ketika
di dalam pembuluh darah, dan untuk menghentikan perdarahan pada pembuluh darah yang
luka. Faal hemostasis adalah suatu fungsi tubuh yang bertujuan untuk mempertahankan
keenceran darah tetap mengalir dalam pembuluh darah dan menutup kerusakan dinding
ppembuluh darah sehingga mengurangi kehilangan darah pada saat terjadinya kerusakan
pembuluh darah. Hemostasis normal tergantung pada keseimbangan yang baik dan interaksi
yang kompleks, paling sedikit antara lima komponen-komponen berikut :
1. Pembuluh darah
2. Trombosit
3. Faktor-faktor koagulasi
4. Inhibitor
5. Sistem fibrinolisis

2.4 Mekanisme Hemostasis

Urutan mekanisme dan koagulasi dapat dijelaskan sebagai berikut :


1. Segera setelah pembuluh darah terpotong atau pecah, rangsangan dari pembuluh
darah yang rusak itu menyebabkan dinding pembuluh darah yang pecah akan
berkurang ( terjadi vasokontriksi )
2. Setelah itu, akan diikuti oleh adhesi trombosit, yaitu penempelan trombosit pada
kolagen ADP (adenosin difosfat) kemuadian dilepaskan olleh trombosit kemidian
ditambah dengan tromboksan A2 menyebabkan terjadinya agregasi (penempelan
trombosit satu sama lain). Proses aktivasi trombosit ini terus terjadi sampai terbentuk
sumbat trombosit, di sebut hemostasis primer
3. Setelah ituu dimulailah dekade koagulasi yaitu hemostasis sekunder, diakhiri dengan
pembentukan fibrin. Produksi fibrin dimulai dengan perubahan faktor X menjadi
Faktor Xa. Faktor X diaktifkan melalui dua jalur, yaitu jalur ekstrinsik dan jalur
intrinsik. Jalur ekstrinsik dipicu oleh tissue factor atau tromboplastin. Kompleks
lipoprotein tromboplastin selanjutnya bergbung dengan faktor VII bersamaan dengan
hadirnya ion kalsium yang nantinya akan mengaktifkan faktor X. Jalur intrinsil
diawali oeh keluarnya plasma atau kolagen melalui pembuluh darah yang rusak dan
mengenai kulit. Paparan kolagen yang rusak akan mengubah faktor XII menhadi
faktor XII yang teraktivasi. Selanjutnya faktor XIIa akan bekerja secara enzimatik dan
mengaktifkan faktor XI. Faktor Xia akan mengubah faktor IX menhadi faktor Ixa
4. Faktor Ixa akan bekerja sama dengan lipoprotein trombosit, faktor VIII, serta ion
kalsium untuk mengaktifkan faktor X menjadi faktor Xa.
5. Faktor Xa akan dihasilkan dua jalur berbeda itu akan memasuki jalur bersama. Faktor
Xa akan berikatan dengan fosfolipid trombosit, ion kalsium, dan juga faktor V
sehingga membentuk aktivator protombin.
6. Selanjutnya senyaa itu akan mengubah protombin menjad trombin. Trombin
selanjutnya akan mengubah fibrinogen menjadi fibrin (longgar), dan akhirnya dengan
bantuan faktor VIIa dannion kalsium, fibrin tersebut menjadi kuat. Fibrin inilah yang
akan menjrat sumbat trombosit sehingga menjadi kuat.
7. Selanjutnya apabila sudah tidak dibutuhkan lagi, bekuan darah akan dilisiskan melalui
proses fibrinolitik. Proses ini dimulai dengan adanya proaktivator plasminogen yang
kemuadian dikatalis menjadi aktivator plasminogen dengan adanya menjadi plasmid
dengan bantuan enzim seperti urokinase. Plasmin inilah yang akan mendegradasi
fibrinogen/fibrin menjadi fibrin produk degradasi

Ada beberapa faktor dalam pentetukan hesotasi yaitu :

1.Fase vascular
Terjadi karena akibat dari adanya trauma pada pembuluh darah maka respon yang
pertama kali adalah respon dari vaskuler/kapiler yaitu terjadinya kontraksi dari kapiler
disertai dengan extra-vasasi dari pembuluh darah, akibat dari extra vasasi ini akan
memberikan tekanan pada kapiler tersebut (adanya timbunan darah disekitar kapiler).

2.Fase Platelet/trombosit
Pada saat terjadinya pengecilan lumen kapiler (vasokontriksi) dan extra vasasi ada
darah yang melalui permukaan asar (jaringan kolagen) dengan akibatnya trombosit.
Akibat dari bertemunya trombosit dengan permukaan kasar maka trombosit tersebut
akan mengalami adhesi serta agregasi.
Setelah terjadinya adhesi maka dengan pengaruh ATP akan terjadilah agregasi yaitu
saling melekat dan desintegrasi sehingga terbentuklah suatu massa yang melekat.
Peristiwa trombosit yang mulai pecah/lepas- lepas hingga menjadi suatu massa yang
melekat disebut Viscous metamorphosis. Akibat dari terjadinya semua proses ini
maka terjadilah gumpalan plug (sumbatan) baru kemudian terjadi fase yang ketiga.

3.Fase koagulasi
Fase ini terdiri dari tiga tahapan yaitu :
a.Pembnetukan prothrombinase/prothrombin activator
b.Perubahan prothrombine menjadi trombone
c.Perubahan fibrinogen menjadi fibrin

Ada 13 faktor-faktor pembekuan darah adalah sebagai berikut :


nomor Nama faktor Asal dan fungsi
I Fibrinogen Protein plasma yang disintesis dalam hati,
diubah menjadi fibrin
II protombin Protein Plasma yang disintesis didalam hati,
diubah menjadi trombin
III tromboplastin Lipoprotein yang dilepas jaringan rusak.
Mengaktivasi faktor VII untuk pembentukan
trombin
IV Ion kalsium Ion anorganik dalam plasma, didapat dari
makanan dan tulang diperlukan dalam setiap
pembekuan darah
V Proakselerin Protein plasma yabg disintesis di dalam hati,
diperlukan dalam mekanisme intrinsik dan
ekstrinsik
VI Tidak dipakai lagi Fungsinya sama dengan nomor V
VII Prokonvelin Protein plasma yang disintesis dalam hati
diperlukan dalam mekanisme intrinsik
VIII Faktor Antihemolitik Protein plasma (enzim) yang disintesis
didalam hati dalam mekanisme ekstrinsik
(memerlukan vitamin K )
IX Plasma Tromboplastin Protein plasma yang disintesis didalam hati
berfungsi dalam mekanisme ekstrinsik
X Faktor Stuart-power Protein plasma yang disintesis didalam hati
berfungsi dalam mekanisme intrinsik
nomor Nama faktor Asal dan fungsi
XI Anteseden tromboplastin plasma Protein plasma yang yang disintesis didalam
hati berfungsi dalam mekanisme intrinsik
XII Faktor hageman Protein plasma yang disintesiis didalam hati,
berfungsi dalam mekanisme intrinsik
XIII Faktor penstabilan fibrin Protein yang ditemukan dalam plasma dan
trombosit, hubungan silang filamen-filamen
fibrin

Gangguan pembekuan darah (yang juga disebut trombofilia atau hiperkoagulasi)


adalah penyakit yang melibatkan pembekuan darah secara berlebihan – bahkan pada
daerah di mana seharusnya pembekuan tidak boleh terjadi; seperti pada pembuluh
darah – sehingga mengakibatkan kondisi yang membahayakan jiwa.
Darah harus membeku pada waktu dan tempat yang tepat, dan ketika keadaannya
telah pulih seperti sediakala, darah beku tersebut harus lenyap. Sistem ini bekerja
tanpa kesalahan sedikit pun hingga bagian-bagiannya yang terkecil. Jika terjadi
pendarahan, pembekuan darah harus segera terjadi demi mencegah kematian. Di
samping itu, darah beku tersebut harus menutupi keseluruhan luka, dan yang lebih
penting lagi, harus terbentuk tepat hanya pada lapisan paling atas yang menutupi luka.
Jika pembekuan darah tidak terjadi pada saat dan tempat yang tepat, maka
keseluruhan darah pada makhluk tersebut akan membeku dan berakibat pada
kematian.

Proses pembekuan darah yang normal mempunyai 3 tahap yaitu:


1. Fase koagulasi
Koagulasi diawali dalam keadaan homeostasis dengan adanya cedera
vascular. Vasokonstriksi merupakan respon segera terhadap cedera, yang diikuti
dengan adhesi trombosit pada kolagen pada dinding pembuluh yang terpajan
dengan cedera. Trombosit yang terjerat di tempat terjadinya luka mengeluarkan
suatu zat yang dapat mengumpulkan trombosit-trombosit lain di tempat tersebut.
Kemudian ADP dilepas oleh trombosit, menyebabkan agregasi trombosit.
Sejumlah kecil trombin juga merangsang agregasi trombosit, bekerja memperkuat
reaksi. Trombin adalah protein lain yang membantu pembekuan darah. Zat ini
dihasilkan hanya di tempat yang terluka, dan dalam jumlah yang tidak boleh lebih
atau kurang dari keperluan. Selain itu, produksi trombin harus dimulai dan
berakhir tepat pada saat yang diperlukan. Dalam tubuh terdapat lebih dari dua
puluh zat kimia yang disebut enzim yang berperan dalam pembentukan trombin.
Enzim ini dapat merangsang ataupun bekerja sebaliknya, yakni menghambat
pembentukan trombin. Proses ini terjadi melalui pengawasan yang cukup ketat
sehingga trombin hanya terbentuk saat benar-benar terjadi luka pada jaringan
tubuh. Factor III trombosit, dari membrane trombosit juga mempercepat
pembekuan plasma. Dengan cara ini, terbentuklah sumbatan trombosit, kemudian
segera diperkuat oleh protein filamentosa (fibrin) (Sylvia dan Lloraine,2003).
Produksi fibrin dimulai dengan perubahan factor X menjadi Xa, seiring
dengan terbentuknya bentuk aktif suatu factor. Factor X dapat diaktivasi melalui
dua rangkaian reaksi. Rangkaian pertama memerlukan factor jaringan, atau
tromboplastin jaringan, yang dilepaskan oleh endotel pembuluh darah pada saat
cedera karena faktor jaringan tidak terdapat di dalam darah, maka factor ini
merupakan factor ekstrinsik koagulasi, dengan demikian disebut juga jalur
ekstrinsik untuk rangkaian ini(Sylvia dan Lloraine,2003).
Rangkaian lainnya yang menyebabkan aktivasi factor X adalah jalur intrinsic,
disebut demikian karena rangkaian ini menggunakan factor-faktor yang terdapat
dalam system vascular plasma. Dalam rangkaian ini, terjadi reaksi “kaskade”,
aktivasi satu prokoagulan menyebabkan aktivasi bentuk pengganti. Jalur intrinsic
ini diawali dengan plasma yang keluar terpajan dengan kulit atau kolagen di
dalam pembuluh darah yang rusak. Factor jaringan tidak diperlukan, tetapi
trombosit yang melekat pada kolagen berperan. Faktor XII, XI, dan IX harus
diaktivasi secara berurutan, dan faktor VIII harus dilibatkan sebelum faktor X
dapat diaktivasi. Zat-zat prakalikrein dan HMWK juga turut berpartisipasi, dan
diperlukan ion kalsium(Sylvia dan Lloraine,2003).
Dari hal ini, koagulasi terjadi di sepanjang apa yang dinamakan jalur
bersama. Aktivasi aktor X dapat terjadi sebagai akibat reaksi jalur ekstrinsik atau
intrinsik. Pengalaman klinis menunjukkan bahwa kedua jalur tersebut berperan
dalam hemostasis. Langkah selanjutnya pada pembentukan fibrin berlangsung jika
faktor Xa, dibantu fosfolipid dari trombosit yang diaktivasi, memecah protrombin,
membentuk trombin. Selanjutnya trombin memecahkan fibrinogen membentuk
fibrin. Fibrin ini pada awalnya merupakan jeli yang dapat larut, distabilkan oleh
faktor XIIIa dan mengalami polimerasi menjadi jalinan fibrin yang kuat,
trombosit, dan memerangkap sel-sel darah. Untaian fibrin kemudian memendek
(retraksi bekuan), mendekatkan tepi-tepi dinding pembuluh darah yang cederadan
menutup daerah tersebut(Sylvia dan Lloraine,2003).

2. Penghentian pembentukan bekuan


Setelah pembentukan bekuan, sangat penting untuk melakukan pengakhiran
pembekuan darah lebih lanjut untuk menghindari kejadian trombotik yang tidak
diinginkan yang disebabkan oleh pembentukan bekuan sistemik yang berlebihan.
Antikoagulan yang terjadi secara alami meliputi antitrombin III (ko-faktor
heparin), protein C dan protein S. Antitrombin III bersirkulasi secara bebas di
dalam plasma dan menghambat sistem prokoagulan, dengan mengikat trombin
serta mengaktivasi faktor Xa, IXa, dan XIa, menetralisasi aktivitasnya dan
menghambat pembekuan. Protein C, suatu polipeptida, juga merupakan suatu
antikoagulan fisiologi yang dihasilkan oleh hati, dan beredar secara bebas dalam
bentuk inaktif dan diaktivasi menjadi protein Ca. Protein C yang diaktivasi
menginaktivasi protrombin dan jalur intrinsik dengan membelah dan
menginaktivasi faktor Va dan VIIIa. Protein S mempercepat inaktivasi faktor-
faktor itu oleh protein protein C. Trombomodulin, suatu zat yang dihasilkan oleh
dinding pembuluh darah, diperlukan untuk menimbulkan pengaruh netralisasi
yang tercatat sebelumnya. Defisiensi protein C dan S menyebabkan spisode
trombotik. Individu dengan faktor V Leiden resisten terhadap degradasi oleh
protein C yang diaktivasi(Sylvia dan Lloraine,2003).

3. Resolusi bekuan
Sistem fibrinolitik merupakan rangkaian yang fibrinnya dipecahkan oleh
plasmin (fibrinolisin) menjadi produk-produk degradasi fibrin, menyebabkan
hancurnya bekuan. Diperlukan beberapa interaksi untuk mengubah protein plasma
spesifik inaktif di dalam sirkulasi menjadi enzim fibrinolitik plasmin aktif. Protein
dalam bersirkulasi, yang dikenal sebagai proaktivator plasminogen, dengan
adanya enzim-enzim kinase seperti streptokinase, stafilokinase, kinase jaringan,
serta faktor XIIa, dikatalisasi menjadi aktivator plasminogen. Dengan adanya
enzim-enzim tambahan seperti urokinase, maka aktivator-aktivator mengubah
plasminogen, suatu protein plasma yang sudah bergabung dalam bekuan fibrin,
menjadi plasmin. Kemudian plasmin memecahkan fibrin dan fibrinogen menjadi
fragmen-fragmen (produk degradasi fibrin-fibrinogen), yang mengganggu
aktivitas trombin, fungsi trombosit dan polimerisasi fibrin, menyebabkan
hancurnya bekuan. Makrofag dan neutrofil juga berperan dalam fibrinolisis
melalui aktivitas fagositiknya (Sylvia dan Lloraine,2003).

Dalam kenyataannya tidak semua orang mempunyai mekanisme pembekuan darah


yang normal, ada juga orang yang mengalami gangguan pembekuan darah. Gangguan
pembekuan darah diartikan sebagai keadaan dimana terjadi gangguan pada proses
sumbat terhadap perdarahan yang terjadi. Gangguan pembekuan darah dapat
disebabkan oleh faktor genetik, supresi komponen genetik, atau konsumsi komponen
pembekuan. Dalam paper ini akan dibahas beberapa contoh penyakit akibat gangguan
pembekuan darah, antara lain:
1. Hemofilia
2. Von Willebran
3. Trombositosis
4. Tronbositopenia
5. D.I.C (disseminated intravascular coagulation) atau pembekuan intravaskuler
tersebar
6. Kelainan vaskuler.
B. Penyakit Akibat Gangguan Pembekuan Darah
1. Hemofilia
a. Definisi
Hemofilia merupakan penyakit kelainan koagulasi yang sering kita
jumpai.Hemofilia adalah gangguan koagulasi herediter akibat terjadinya mutasi atau
cacat genetik pada kromosom X. Kerusakan kromosom ini menyebabkan penderita
kekurangan faktor pembeku darah sehingga mengalami gangguan pembekuan
darah. Dengan kata lain, darah pada penderita hemofilia tidak dapat membeku
dengan sendirinya secara normal (Umar, 2008).
Hemofilia tak mengenal ras, perbedaan warna kulit ataupun suku bangsa.
Namun mayoritas penderita hemofilia adalah pria karena mereka hanya memiliki
satu kromosom X. Sementara kaum hawa umumnya hanya menjadi pembawa sifat
(carrier). Seorang wanita akan benar-benar mengalami hemofilia jika ayahnya
seorang hemofilia dan ibunya pun pembawa sifat. Akan tetapi kasus ini sangat
jarang terjadi. Meskipun penyakit ini diturunkan, namun ternyata sebanyak 30
persen tak diketahui penyebabnya (Umar, 2008).
Ada dua jenis utama hemofilia, yaitu:
Hemofilia A
Disebut Hemofilia Klasik. Pada hemofilia ini, ditemui adanya defisiensi atau
tidak adanya aktivitas faktor antihemofilia VIII, protein pada darah yang
menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah (Gugun,2007).
Hemofilia B
Disebut Christmas Disease. Ditemukan untuk pertama kalinya pada seorang
bernama Steven Christmas yang berasal dari Kanada.pada Christmas Disease ini,
dijumpai defisiensi atau tidak adanya aktivitas faktor IX (Gugun, 2007).
Penyakit hemofilia diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
a. Hemofilia berat, jika kadar aktivitas faktor kurang dari 1 %.
b. Hemofilia sedang, jika kadar aktivitas faktor antara 1-5 %.
c. Hemofilia ringan, jika kadar aktivitas faktor antara 6-30 %.
Gangguan pembekuan darah terjadi karena kadar aktivitas faktor pembeku darah
jenis tertentu kurang dari jumlah normal, bahkan hampir tidak ada. Sementara
tingkat normal faktor VIII dan IX adalah 50-200 %. Pada orang normal, nilai rata-
rata kedua faktor pembeku darah adalah 100% (Gugun,2007).
Hemostasis adalah suatu keadaan heme atau darah untuk
mempertahankan keseimbangannya didalam pembukuh darah.
Dapat berfungsi untuk melindungi tubuh dari kemungkinan
terjadinya perdarahan. Hemostasis normal dapat dibagi menjadi dua tahap: yaitu
hemostasis primer dan hemostasis sekunder. Pada hemostasis primer yang berperan adalah
komponen vaskuler dan komponen trombosit. Disini terbentuk sumbat trombosit (trombosit plug) yang
berfungsi segera menutup kerusakan dinding pembuluh darah. Sedangkan pada hemostasis
sekunder yang berperan adalah protein pembekuan darah, juga dibantu oleh trombosit. Disini terjadi
deposisi fibrin pada sumbat trombosit sehingga sumbat ini menjadi lebih kuat yang disebut sebagai
stable fibrin plug. Proses koagulasi pada hemostasis sekunder merupakan suatu rangkaian reaksi
dimana terjadi pengaktifan suatu prekursor protein (zymogen) menjadi bentuk aktif. Bentuk aktif ini
sebagian besar merupakan serine protease yang memecah protein pada asam amino tertentu
sehingga protein pembeku tersebut menjadi aktif. Sebagai hasil akhir adalah pemecahan fibrinogen
menjadi fibrin yang akhirnya membentuk cross linked fibrin. Proses ini jika dilihat secara skematik
tampak sebagai suatu air terjun (waterfall) atau sebagai suatu tangga(cascade).
Proses koagulasi dapat dimulai melalui dua jalur, yaitu jalur ekstrinsik (extrinsic pathway) dan
jalur intrinsik (intrinsic pathway). Jalur ekstrinsik dimulai jika terjadi kerusakan vaskuler sehingga
faktor jaringan (tissue factor) mengalami pemaparan terhadap komponen darah dalam sirkulasi.
Faktor jaringan dengan bantuan kalsium menyebabkan aktivasi faktor VII menjadi FVIIa. Kompleks
FVIIa, tissue factor dan kalsium (disebut sebagai extrinsic tenase complex) mengaktifkan faktor X
menjadi FXa dan faktor IX menjadi FIXa. Jalur ekstrinsik berlangsung pendek karena dihambat oleh
tissue factor pathway inhibitor (TFPI). Jadi jalur ekstrinsik hanya memulai proses koagulasi, begitu
terbentuk sedikit thrombin, maka thrombin akan mengaktifkan faktor IX menjadi FIXa lebih lanjut,
sehingga proses koagulasi dilanjutkan oleh jalur intrinsik. Jalur intrinsik dimulai dengan adanya
contact activation yang melibatkan faktor XII, prekalikrein dan high molecular weigth kinninogen
(HMWK) yang kemudian mengaktifkan faktor IX menjadi FIXa. Akhir-akhir ini peran faktor XII, HMWK
dan prekalikrein dalam proses koagulasi dipertanyakan. Proses selanjutnya adalah pembentukan
intrinsic tenase complex yang melibatkan FIXa, FVIIIa, posfolipid dari PF3 (trombosit factor 3) dan
kalsium. Intrinsic tenase complex akan mengaktifkan faktor X menjadi FXa. Langkah berikutnya
adalah pembentukan kompleks yang terdiri dari FXa, FVa, posfolipid dari PF3 serta kalsium yang
disebut sebagai prothrombinase complex yang mengubah prothrombin menjadi thrombin yang
selanjutnya memecah fibrinogen menjadi fibrin.

Pada pemeriksaan hemostasis, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :


 Antikoagulan : Natrium sitrat 0,109 M dengan pernbandingan 9 bagian darah dan 1 bagian
Natrium sitrat. Untuk hitung trombosit antikoagulan yang dipakai adalah Na2EDTA
 Penampung : Bahan plastik atau gelas yang dilapisi silikon, untuk mencegah terjadinya
aktivasi faktor pembekuan
 Semprit dan jarum : ukuran besar, paling kecil nomor 20
 Cara pengambilan darah : Hindari masuknya tromboplastin jaringan, sebaiknya digunakan 2
semprit dimana darah pada semprit pertama dibuang karena dikhawatirkan tercemar tromboplastin
jaringan
 Kontrol : Diperiksa 1 kontrol normal (tersedia secara komersial) dan 1 kontrol abnormal
 Penyimpanan dan pengiriman bahan : Sampel darah segera dikerjakan, harus selesai dalam
3 jam setelah pengambilan darah. Bila harus ditunda, plasma sitrat disimpan dalam tempat plastik
tertutup dalam keadaan beku.

Ada 6 macam pemeriksaan hemostasis, yuk mari kita ketahui


apa-apa saja sih 6 macam itu.

1.PT (Masa Protrombin plasma )


PT Protrombin disintesis oleh hati dan merupakan prekursor tidak aktif dalam proses pembekuan. Protrombin (F
II) dikonversi menjadi thrombin oleh tromboplastin untuk membentuk bekuan darah. Pemeriksaan PT
digunakan untuk menilai kemampuan faktor koagulasi jalur ekstrinsik dan jalur bersama, yaitu : faktor I
(fibrinogen), faktor II (prothrombin), faktor V (proakselerin), faktor VII (prokonvertin), dan faktor X (faktor
Stuart). Perubahan faktor V dan VII akan memperpanjang PT selama 2 detik atau 10% dari nilai normal.
PT diukur dalam detik. Dilakukan dengan cara menambahkan campuran kalsium dan tromboplastin pada
plasma. Tromboplastin dapat dibuat dengan berbagai metoda sehingga menimbulkan variasi kepekaan terhadap
penurunan faktor pembekuan yang bergantung pada vitamin K dan menyebabkan pengukuran waktu protrombin
yang sama sering mencerminkan ambang efek antikoagulan yang berbeda. Usaha untuk mengatasi variasi
kepekaan ini dilakukan dengan menggunakan sistem INR (International Normalized Ratio). International
Committee for Standardization in Hematology (ICSH) menganjurkan tromboplastin jaringan yang digunakan
harus distandardisasi dengan tromboplastin rujukan dari WHO dimana tromboplastin yang digunakan
dikalibrasi terhadap sediaan baku atas dasar hubungan linier antara log rasio waktu protrombin dari sediaan
baku dengan dari tromboplastin lokal.
Bahan pemeriksaan PT adalah plasma sitrat yang diperoleh dari sampel darah vena dengan
antikoagulan trisodium sitrat 3.2% (0.109 M) dengan perbandingan 9:1. Darah sitrat harus diperiksa
dalam waktu selambat-lambatnya 2 jam setelah pengambilan. Sampel disentrifus selama 10 menit
dengan kecepatan 2.500 g. Penyimpanan sampel plasma pada suhu 2-8 oC menyebabkan
teraktivasinya F VII (prokonvertin) oleh sistem kalikrein.
PT dapat diukur secara manual (visual), foto-optik atau elektromekanik. Teknik manual memiliki
bias individu yang sangat besar sehingga tidak dianjurkan lagi. Tetapi pada keadaan dimana kadar
fibrinogen sangat rendah dan tidak dapat dideteksi dengan alat otomatis, metode ini masih dapat
digunakan. Metode otomatis dapat memeriksa sampel dalam jumlah besar dengan cepat dan teliti.
Prinsip pengukuran PT adalah menilai terbentuknya bekuan bila ke dalam plasma yang telah
diinkubasi ditambahkan campuran tromboplastin jaringan dan ion kalsium. Reagen yang digunakan
adalah kalsium tromboplastin, yaitu tromboplastin jaringan dalam larutan(CaCl2). Beberapa jenis
tromboplastin yang dapat dipergunakan misalnya
 Tromboplastin jaringan berasal dari emulsi ekstrak organ otak, paru atau otak dan paru dari kelinci
dalam larutan CaCl2 dengan pengawet sodium azida (misalnya Neoplastine CI plus)
 Tromboplastin jaringan dari plasenta manusia dalam larutan CaCl2 dan pengawet
(misalnyaThromborelS).
PT memanjang karena defisiensi faktor koagulasi ekstrinsik dan bersama jika kadarnya <30%.
Pemanjangan PT dijumpai pada penyakit hati (sirosis hati, hepatitis, abses hati, kanker hati, ikterus),
afibrinogenemia, defisiensi faktor koagulasi (II, V, VII, X), disseminated intravascular coagulation
(DIC), fibrinolisis, hemorrhagic disease of the newborn (HDN), gangguan reabsorbsi usus. Pada
penyakit hati PT memanjang karena sel hati tidak dapat mensintesis protrombin. Pemanjangan PT
dapat disebabkan pengaruh obat-obatan : vitamin K antagonis, antibiotik (penisilin, streptomisin,
karbenisilin,kloramfenikol, kanamisin, neomisin, tetrasiklin), antikoagulan oral (warfarin, dikumarol),
klorpromazin, klordiazepoksid, difenilhidantoin , heparin, metildopa), mitramisin, reserpin, fenilbutazon
, quinidin, salisilat/ aspirin, sulfonamide. PT memendek pada tromboflebitis, infark miokardial,
embolisme pulmonal. Pengaruh Obat : barbiturate, digitalis, diuretik, difenhidramin, kontrasepsi oral,
rifampisin dan metaproterenol.
Faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan PT adalah sampel darah membeku,
membiarkan sampel darah sitrat disimpan pada suhu kamar selama beberapa jam, diet tinggi lemak
(pemendekan PT) dan penggunaan alkohol (pemanjangan PT)
2. INR

INR didapatkan dengan membagi nilai PT yang didapat dengan nilai PT normal kemudian
dipangkatkan dengan ISI di mana ISI adalah International Sensitivity Index. Jadi INR adalah rasio PT
yang mencerminkan hasil yang akan diperoleh bila tromboplastin baku WHO yang digunakan,
sedangkan ISI merupakan ukuran kepekaan sediaan tromboplastin terhadap penurunan faktor
koagulasi yang bergantung pada vitamin K. Sediaan baku yang pertama mempunyai ISI = 1,0 (
tromboplastin yang kurang peka mempunyai ISI > 1,0). Dengan demikian cara paling efektif untuk
standardisasi pelaporan PT adalah kombinasi sistim INR dengan pemakaian konsisten tromboplastin
yang peka yang mempunyai nilai ISI sama.
INR digunakan untuk monitoring terapi warfarin (Coumadin) pada pasien jantung, stroke, deep
vein thrombosis (DVT), katup jantung buatan, terapi jangka pendek setelah operasi misal knee
replacements. INR hanya boleh digunakan setelah respons pasien stabil terhadap warfarin, yaitu
minimal satu minggu terapi. Standar INR tidak boleh digunakan jika pasien baru memulai terapi
warfarin untuk menghindari hasil yang salah pada uji. Pasien dalam terapi antikoagulan diharapkan
nilai INR nya 2-3 , bila terdapat resiko tinggi terbentuk bekuan, iperluakn INR sekitar 2,5 – 3,5.
3. APTT
Masa tromboplastin parsial teraktivasi (activated partial thromboplastin time, APTT) adalah uji
laboratorium untuk menilai aktifitas faktor koagulasi jalur intrinsik dan jalur bersama, yaitu faktor XII
(faktor Hagemen), pre-kalikrein, kininogen, faktor XI (plasma tromboplastin antecendent, PTA), faktor
IX (factor Christmas), faktor VIII (antihemophilic factor, AHF), faktor X (faktor Stuart), faktor V
(proakselerin), faktor II (protrombin) dan faktor I (fibrinogen). Tes ini untuk monitoring terapi heparin
atau adanya circulating anticoagulant. APTT memanjang karena defisiensi faktor koagulasi instrinsik
dan bersama jika kadarnya <> 7 detik dari nilai normal, maka hasil pemeriksaan itu dianggap
abnormal.

APTT memanjang dijumpai pada :


1. Defisiensi bawaan

 Jika PPT normal kemungkinan kekurangan :


 Faktor VIII
 Faktor IX
 Faktor XI
 Faktor XII
 Jika faktor-faktor koagulasi tersebut normal, kemungkinan kekurangan HMW kininogen
(Fitzgerald factor) Defisiensi vitamin K, defisiensi protrombin, hipofibrinogenemia.
2. Defisiensi didapat dan kondisi abnormal seperti :

 Penyakit hati (sirosis hati)


 Leukemia (mielositik, monositik)
 Penyakit von Willebrand (hemophilia vaskular)
 Malaria
 Koagulopati konsumtif, seperti pada disseminated intravascular coagulation (DIC)
 Circulating anticoagulant (antiprothrombinase atau circulating anticoagulant terhadap suatu
faktor koagulasi)
 Selama terapi antikoagulan oral atau heparin

Penetapan

Pemeriksaan APTT dapat dilakukan dengan cara manual (visual) atau dengan alat otomatis
(koagulometer), yang menggunakan metode foto-optik dan elektro-mekanik. Teknik manual memiliki
bias individu yang sangat besar sehingga tidak dianjurkan lagi. Tetapi pada keadaan dimana kadar
fibrinogen sangat rendah dan tidak dapat dideteksi dengan alat otomatis, metode ini masih dapat
digunakan. Metode otomatis dapat memeriksa sampel dalam jumlah besar dengan cepat dan teliti.
Prinsip dari uji APTT adalah menginkubasikan plasma sitrat yang mengandung semua faktor
koagulasi intrinsik kecuali kalsium dan trombosit dengan tromboplastin parsial (fosfolipid) dengan
bahan pengaktif (mis. kaolin, ellagic acid, mikronized silica atau celite koloidal). Setelah ditambah
kalsium maka akan terjadi bekuan fibrin. Waktu koagulasi dicatat sebagai APTT.
Bahan pemeriksaan yang digunakan adalah darah vena dengan antikoagulan trisodium sitrat
3.2% (0.109M) dengan perbandingan 9:1. Gunakan tabung plastik atau gelas yang dilapisi silikon.
Sampel dipusingkan selama 15 menit dengan kecepatan 2.500 g. Plasma dipisahkan dalam tabung
plastik tahan 4 jam pada suhu 20±5oC. Jika dalam terapi heparin, plasma masih stabil dalam 2 jam
pada suhu 20±5oC kalau sampling dengan antikoagulan citrate dan 4 jam pada suhu 20±5oC kalau
sampling dengan tabung CTAD.
Nilai Rujukan
Nilai normal uji APTT adalah 20 – 35 detik, namun hasil ini bisa bervariasi untuk tiap laboratorium
tergantung pada peralatan dan reagen yang digunakan.
Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :

 Pembekuan sampel darah,


 Sampel darah hemolisis atau berbusa akibat dikocok-kocok,
 Pengambilan sampel darah pada intravena-lines (mis. pada infus heparin).

4. FIBRINONGEN

Pemeriksaan fibrinogen berguna untuk mengetahui adanya kelainan pembekuan darah,


mengetahui adanya resiko terjadinya pembekuan darah (peningkatan resiko terjadinya Penyaikt
Jantung Koroner (PJK) dan Stoke) dan mengetahui adanya gangguan fungsi hati.Fibrinogen adalah
glikoprotein dengan berat molekul mencapai 340.000 dalton. Fibrinogen disintesis di hati (1,7-5
g/hari) dan oleh megakariosit. Di dalam plasma kadarnya sekitar 200-400 mg/dl. Waktu paruh
fibrinogen sekitar 3-5 hari.
Fibrinogen tersusun atas 6 rantai, yaitu : 2 rantai Aα, 2 rantai Bβ dan 2 rantai γ. Trombin (FIIa)
memecah molekul fibrinogen menjadi 2 fibrinopeptide A (FPA) dari rantai Aα dan 2 fibrinopeptide B
(FPB) dari rantai Bβ. Fibrin monomer yang dihasilkan dari reaksi ini kemudian berlekatan membentuk
fibrin, yang selanjutnya distabilkan oleh factor XIIIa. Tahap pertama stabilisasi terdiri atas ikatan dua
rantai γ dari dua fibrin monomer. Ikatan ini adalah asal dari D-Dimer, produk degradasi fibrin spesifik.
Fibrinogen dapat didegradasi oleh plasmin.
Penetapan
Pengukuran kadar fibrinogen dapat dilakukan secara manual (visual), foto optik atau elektro
mekanik. Pemeriksaan ini menilai terbentuknya bekuan bila ke dalam plasma yang diencerkan
ditambahkan thrombin. Waktu pembekuan dari plasma terdilusi berbanding terbalik dengan kadar
fibrinogen.
Bahan pemeriksaan yang digunakan adalah darah vena dengan antikoagulan trisodium sitrat
3.2% (0.109M) dengan perbandingan 9:1. Gunakan tabung plastik atau gelas yang dilapisi silikon.
Sampel dipusingkan selama 10 menit dengan kecepatan 2.500 g. Plasma dipisahkan dalam tabung
plastik tahan 8 jam pada suhu 20±5oC.
Masalah Klinis
Penurunan kadar : DIC, fibrinogenolisis, hipofibrinogenemia, komplikasi obstetrik, penyakit hati
berat, leukemia. Pada dasarnya, masa protrombin (PPT) dan masa tromboplastin parsial (APTT)
yang memanjang serta trombosit yang rendah menandakan terjadinya defisiensi fibrinogen dan juga
merupakan tanda DIC. Produk degradasi fibrin (fibrin degradation product, FDP) biasanya diukur
untuk memastikan terjadinya DIC.
Peningkatan kadar : infeksi akut, penyakit kolagen, diabetes, sindroma inflamatori, obesitas.
Pengaruh obat : kontrasepsi oral, heparin. Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :

 Trauma paskabedah dan kehamilan trimester ketiga dapat menyebabkan temuan positif
keliru dari peningkatan kadar fibrinogen,
 Hemolisis sampel dapat menyebabkan temuan yang tidak akurat,
 Kontrasepsi oral dan heparin dapat meningkatkan temuan uji.
5. BLEEDING TIME

Bleeding time (BT) menilai kemampuan darah untuk membeku setelah adanya luka atau trauma,
dimana trombosit berinteraksi dengan dinding pembuluh darah untuk membentuk bekuan. Prinsip
pemeriksaannya adalah mengukur lamanya waktu perdarahan setelah insisi standart pada lengan
bawah atau cuping telinga. Bleeding time digunakan untuk pemeriksaan penyaring hemostasis primer
atau interaksi antara trombosit dan pembuluh darah dalam membentuk sumbat hemostatik, pasien
dengan perdarahan yang memanjang setelah luka, pasien dengan riwayat keluarga gangguan
perdarahan.
Pemeriksaan BT dapat dilakukan dengan metoda Ivy , yaitu dilakukan insisi dengan lanset
sepanjang 10 mm dan kedalaman 1 mm di lengan bawah kemudian setiap 30 detik darah dihapus
dengan kertas filter sampai perdarahan berhenti, atau dengan metoda Duke dengan cara yang sama
insisi di lokasi cuping telinga sedalam 3-4 mm.
BT memanjang pada gangguan fungsi trombosit atau jumlah trombosit dibawah 100.000/ mm3.
Pemanjangan BT menunjukkan adanya defek hemostasis, termasuk didalamnya trombositopenia
(biasanya dibawah 100.000/ mm3), gangguan fungsi trombosit heriditer, defek vaskuler kegagalan
vasokonstriksi), Von Willebrand's disease, disseminated intravascular coagulation (DIC), defek fungsi
trombosit (Bernard-Soulier disease dan Glanzmann’s thrombasthenia) , obat-obatan (aspirin/ ASA,
inhibitor siklooksigenase, warfarin, heparin, nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID), beta-
blockers, alkohol, antibiotika) dan hipofibrinogenemia. Trombositopenia akibat defek produksi oleh
sumsum tulang menyebabkan pemanjangan BT lebih berat dibandingkan trombositopenia akibat
destruksi berlebih trombosit. Pasien dengan von Willebrand’s disease hasil BT memanjang karena
faktor von Willebrand merupakan trombosit agglutination protein. BT normal tidak menyingkirkan
kemungkinan terjadinya perdarahan hebat pada tindakan invasif.
Waktu perdarahan (bleeding time, BT) adalah uji laboratorium untuk menentukan lamanya
tubuh menghentikan perdarahan akibat trauma yang dibuat secara laboratoris. Pemeriksaan ini
mengukur hemostasis dan koagulasi. Masa perdarahan tergantung atas : ketepatgunaan cairan
jaringan dalam memacu koagulasi, fungsi pembuluh darah kapiler dan trombosit. Pemeriksaan ini
terutama mengenai trombosit, yaitu jumlah dan kemampuan untuk adhesi pada jaringan subendotel
dan membentuk agregasi. Bila trombosit
Prinsip pemeriksaan ini adalah menghitung lamanya perdarahan sejak terjadi luka kecil pada
permukaan kulit dan dilakukan dalam kondisi yang standard. Ada 2 teknik yang dapat digunakan,
yaitu teknik Ivy dan Duke. Kepekaan teknik Ivy lebih baik dengan nilai normal 1-6 menit. Teknik Duke
nilai normal 1-8 menit. Teknik Ivy menggunakan lengan bawah untuk insisi merupakan teknik yang
paling terkenal. Aspirin dan antiinflamasi dapat memperlama waktu perdarahan. Uji ini tidak boleh
dilakukan jika penderita sedang mengkonsumsi antikoagulan atau aspirin; pengobatan harus
ditangguhkan dulu selama 3 – 7 hari.
6. CLOTTING TIME

Clotting time :-waktu yg dibituhkan bagi darah untuk membekukan dirinya secara in vitro dgn
menggunakan SUATU STANDART. yg dinamakan CLOTTING TIME. "clot" sendiri apa sih ? clot
adalah suatu lapisan seperti liln/jelly yg ada didarah yg sebabkan berhentinya suatu pendarahn pada
luka. yg dipengaruhi oleh faktor intriok dan ekstrinsik.
Clotting Time
Metode: LEE & WHITE
Prinsip: waktu pembekuan diukur sejak darah keluar dari epmbuluh sampai terjadi suatu bekuan dalm
kondisi yg spesifik

Anda mungkin juga menyukai