Disusun Oleh :
A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai organisasi pelayanan kesehatan mengalami
pertumbuhan yang sangat pesat dalam satu dasawarsa. Hal ini menimbulkan
persaingan yang semakin ketat antar rumah sakit. Rumah sakit tidak hanya
bersaing dengan rumah sakit lainnya tetapi juga harus bersaing dengan praktik
bidan, praktik kedokteran dan pelayanan kesehatan lainnya. Perubahan yang
terjadi di masyarakat sangat mepengaruhi persaingan tersebut baik perubahan
demografi, sosial ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, kompetensi pasar
maupun sumber daya manusianya, oleh karena itu untuk menghadapi tuntutan
dari masyarakat dan persaingan global seperti sekarang ini, rumah sakit harus
memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia dalam
organisasi merupakan aspek krusial yang menentukan keefektifan suatu
organisasi. Organisasi senantiasa perlu melakukan investasi dengan
melaksanakan fungsi manajemen sumber daya manusia secara professional.
Sumber daya manusia merupakan aset terpenting dalam rumah sakit
karena perannya sebagai subjek dan pelaksana kebijakan kegiatan operasional
rumah sakit. Agar rumah sakit tetap eksis maka harus berani menghadapi
tantangan dan implikasinya yaitu menghadapi perubahan dan memenangkan
persaingan. Selain memegang peran penting, sumber daya manusia juga
memiliki rentang terhadap faktor-faktor negatif jika tidak dikelola dengan
baik. Kinerja yang tidak dikontrol dan efektifitas yang rendah sehingga
produktifitas rumah sakit menurun. Untuk meningkatkan kinerja pegawai,
rumah sakit perlu mempertimbangkan proses manajemen sumber daya
manusia meliputi motivasi, promosi, kepemimpinan, disiplin, pendidikan,
pelatihan. Apabila proses diatas berjalan dengan baik maka rumah sakit
tersebut akan berkembang seiring dengan visi, misi dan sasarannya..
Pengelolaan sumber daya manusia juga dilakukan dengan
pembaharuan struktur organisasi dan pembentukan jabatan yang dipandang
perlu demi terlaksananya manajemen rumah sakit yang lebih baik. Kinerja
rumah sakit merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu rumah sakit dalam
periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Pengukuran
kinerja merupakan faktor penting bagi lingkungan organisasi saat ini dan masa
depan dan metode penilaian kinerja selama ini yang hanya dilihat dari kinerja
keuangan masih memiliki kelemahan, maka pengukuran kinerja yang efektif
hendaknya mampu menerjemahkan misi, visi dan strategi suatu organisasi ke
dalam tujuan operasional dan ukuran kinerja baik ukuran kinerja keuangan
maupun non keuangan (Gaspersz, 2003).
Industri rumah sakit pada dasarnya adalah kumpulan dari berbagai unit
pelayanan. Berbagai unit tersebut terdiri dari sekumpulan individu yang
berusaha mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini
tentunya sangat mempengaruhi dinamika dalam menjalankan organisasi.
Peluang dan tantangan eksternal juga merupakan salah satu faktor penting
yang perlu diperhatikan. Sebab itu naik turunnya kinerja industri Rumah Sakit
sangat ditentukan oleh kinerja unit yang terdiri dari kumpulan individu di
dalamnya. Oleh sebab itu sumber daya manusia dalam industri rumah sakit
menjadi area kelola yang kompleks dan harus selalu mengikuti perkembangan
untuk dapat memuaskan keinginan pelanggan. Sehingga pengelolaan
organisasi tidak bisa kita lepaskan dari pengelolaan sumberdaya manusia di
dalamnya.
Namun sering kita temui pengelolaan sumber daya manusia dalam
industri rumah sakit sering terjebak pada sistem dan prosedur yang rumit dan
kadang tidak efektif serta tidak efisien dan cenderung membatasi dinamika
individu dalam organisasi. Sementara di sisi lain sistem dan prosedur yang
diciptakan untuk mengelola sumber daya manusia harus sebaik-baiknya
dikelola dan selaras dengan tujuan organisasi yang telah ditetapkan bersama
sehinggasecara efektif dan efisien mampu berkontribusi positif untuk
kemajuan organisasi.
B. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
a. Sistem penilaian kinerja dapat menghasilkan informasi yang
bermanfaat untuk pengembangan kepribadian diri anggota
organisasinya.
b. Pengukuran kinerja dapat berguna sebagai tolak ukur bagi pegawai
untuk lebih meningkatkan kinerjanya di masa mendatang.
c. Sebagai pedoman perencanaan kebutuhan pelatihan apabila ada
koordinasi dengan kegiatan manajemen sumber daya manusia.
d. Untuk menempatkan karyawannya sesuai dengan keahliannya serta
penilaian kinerja dapat mencerminkan kekurangan-kekurangan yang
dimiliki karyawan sehingga dapat direncanakan pelatihan yang sesuai
dengan kebutuhan dan pengembangan
2. Manfaat
Untuk mengetahui adanya kekurangan dalam job discription
penilaian yang obyektif dapat memberikan perlakuan yang sama pada
semua pegawai mengetahui permasalahan-permasalahan eksternal pegawai
yang mempengaruhi penurunan kinerja dan membantu untuk
mengatasinyadan mengetahui sejauh mana manajemen sumber daya
manusia menjalankan fungsinya.
C. Sasaran
Sub Bagian Rekam Medis Rumah Sakit Umum Daerah Waled
Kabupaten Cirebon.
D. Waktu Pelaksanaan
1. Waktu
Kegiatan ini dilaksanakan pada 15 Januari 2018 sampai dengan 03
Maret 2018
2. Tempat
Tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah di Sub Bagian Rekam
Medis Rumah Sakit Umum Daerah Waled Kabupaten Cirebon di Jl. Prabu
Kiansantang No. 04 daerah Waled Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perencanaan SDMK
Sumber Daya Manusia merupakan salah satu sumber daya yang
terdapat dalam organisasi, meliputi semua orang yang melakukan aktivitas
(Gomes, 1995). Sumber daya manusia juga merupakan faktor dominan yang
harus dipertahankan dalam penyelenggaraan pembangunan untuk
memperlancar pencapaian sasaran pembangunan nasional.
Perencanaan SDM adalah proses estimasi terhadap jumlah SDM
berdasarkan tempat, keterampilan dan perilaku yang dibutuhkan untuk
memberikan pelayanan kesehatan (siapa mengerjakan apa, dengan keahlian
apa, kapan dibutuhkan, dan berapa jumlahnya). Kegiatan yang dilakukan
adalah :
1. Pembentukan tim perencanaan tenaga RS terdiri unsur pimpinan atau
manajer RS, unit pelaksanaan fungsional, bagian instalasi dan unit lain.
2. Tim perencanaan SDM RS menentukan visi dan misi RS menjadi RS non
profit atau for profit (revenue center).
3. Tim perencanaan menentukan tujuan RS yang merupakan kristalisasi
tujuan unit-unit RS dengan pendekatan Management by Objective.
Kebutuhan masyarakat terhadap layanan publik termasuk kesehatan
harus dapat diakses dengan mudah, cepat, akurat, bermutu, dan dengan biaya
terjangkau. Sarana kesehatan seperti rumah sakit semakin berkompetisi dan
bertahan diantara para persaingnya, apalagi saat ini pasar bebas di sektor
kesehatan sudah berjalan. Rumah sakit harus mempertimbangkan resiko dan
juga harus memperhatikan pasien (pelayanan berfokus pada pasien). Untuk
itulah diperlukan perencanaan SDM RS yang dapat memfasilitasi manajemen
resiko RS dan pelayanan berfokus pada pasien terlebih menurut rencana pada
1 Januari 2018 revisi akreditasi rumah sakit versi 2012 akan diberlakukan.
SDM RS perlu dipersiapkan melalui perencanaan, orientasi,
pendidikan dan pelatihan, serta perlu adanya evaluasi kinerja untuk SDM.
Pimpinan RS mesti bekerja sama untuk mengetahui jumlah dan jenis staf
berdasarkan usulan masing-masing unit. Proses kredensial mesti dilakukan
saat perekrutan SDM karena mereka yang terlibat langsung dengan pasien.
Selain itu, RS perlu memberikan kesempatan bagi staf untuk selalu belajar.
Tim perencanaan SDM di RS perlu untuk merencanakan dan
mempersiapkan SDM dengan memperhatikan budaya kerja, motivasi kerja,
beban kerja, kepuasan kerja, kinerja dan fasilitas kerja. Pada sesi ini akan
dibahas mengenai penghitungan beban kerja. Menurut Prof. Dr. drg. Yaslis
Ilyas, MPH, HIA, AAK menghitung beban kerja bukanlah suatu hal yang
mudah. SDM seperti perawat sering mengeluh kekurangan tenaga karena
mereka sangat sibuk dan beban kerja tinggi padahal hal tersebut dapat
disebabkan karena kurangnya kerja keras ataupun saat jam kerja tidak bekerja
penuh waktu. Selama ini menghitung beban kerja personil dengan
mengobservasi apakah beban kerja yang ada dapat diselesaikan dengan waktu
yang tersedia.
Terdapat beberapa pendekatan secara ilmiah untuk menghitung beban
kerja seperti metode work sampling, time and daily motion study, dan daily
log. Metode work sampling yang menjadi pengamatan adalah aktivitas asuhan
keperawatan yang dilakukan perawat sehari-hari di ruang kerja. Personil yang
diamati lebih banyak jumlahnya, kualitas kerja tidak terdeteksi, lebih
sederhana, dan lebih mudah. Dibandingkan dengan metode time and motion
study dengan menentukan sampel lebih kecil jumlahnya dan kegiatan diamati
secara keseluruhan. Kualitas kerja merupakan tujuan, lebih melelahkan, dan
biaya lebih mahal. Sedangkan metode daily log merupakan bentuk lebih
sederhana dari work sampling. Metode ini mencatat semua kegiatan dan lama
waktu mengerjakan setiap jenis pekerjaan. Dalam hal ini, diperlukan kerja
sama personil yang mengisi sehingga hasilnya akurat.
B. Analisis Jabatan
1. Pengertian Analisis Jabatan
Analisis jabatan terdiri atas dua kata, analisis dan jabatan. Analisis
merupakan aktivitas berpikir untuk menjabarkan pokok persoalan menjadi
bagian, komponen, atau unsur, serta kemungkinan keterkaitan fungsinya.
Sedangkan jabatan adalah sekumpulan/sekelompok tugas dan tanggung
jawab yang akan, sedang dan telah dikerjakan oleh tenaga kerja dalam
kurun waktu tertentu. Dengan demikian analisis pekerjaan dapat diartikan
sebagai suatu aktivitas untuk mengkaji, mempelajari, mengumpulkan,
mencatat, dan menganalisis ruang lingkup suatu pekerjaan secara
sistematis dan sistemik.
2. Jenis Analisis Jabatan
Jenis analisis jabatan menurut Gomes (2003;95-101) membagi dua
jenis analisis jabatan, yaitu analisis jabatan tradisional (traditional job
description) dan analisis jabatan yang berorientasikan hasil (result-
oriented job description).
a. Traditional Job analysis
Analisis jabatan secara tradisonal yaitu dengan mencari informasi
melalui tiga aspek, yaitu: (1) tanggung jawab (responsibilities), (2)
merinci unit organisasi agar pekerja bertanggung jawab, tunduk kepada
pengarah dan bagian pengendali pelaksana; kewajiban-kewajiban
(duties) umum seseorang yang sedang memegang suatu
kedudukan;dan (3) kualifikasi-kualifikasi (qualifications) minimal
yang diterima sebagai kelayakan.
Kelemahan dari analisis jabatan tradisional adalah perhatian
perusahaan tidak ditujukan pada sifat-sifat pekerjaan secara spesifik,
tidak ada syarat-syarat bagi pelaksanaan suatu pekerjaan, tidak ada
standar-standar performansi minimal yang dapat diterima bagi seorang
pekerja, tidak merinci kualitas dan kuantitas serta ketepatan waktu dari
suatu pelayanan yang diinginkan, tidak memikirkan output analysis
sehingga tidak bermanfaat bagi perencana SDM yang memerlukannya.
b. Result-Oriented Job Description (RODs)
Analisis yangberorientasi hasil ini juga dinamakan output-
oriented job description, dan ini merupakan suatu kehidupan kecil
dalam program-oriented budgets. Uraian pekerjaan yang
berorientasikan hasil menguraikan harapan-harapan organisasi yang
jelas kepada para pekerja dan sekaligus mendorong para supervisor
dan pekerja untuk mengetahui bahwa baik standar maupun imbalan
tergantunng pada persyaratan tertentu. Analisis jabatan jenis ini
memuat pertanyaan-pertanyaan tentang tasks, conditions, standards,
SKAs, qualification.
Kelebihan dari model Result-Oriented Job Description (RODs)
adalah bahwa model ini menyediakan sarana untuk menghubungkan
input personil dan output organisasi bagi para perencana program,
menyediakan sarana untuk memperkenalkan pada para pekerja baru
atas harapan dan tujuan yang ditetapkan untuk evaluasi terhadap
performansi pekerja bagi para manajer, memberikan gambaran yang
jelas mengenai harapan performansi, kualifikasi minimal yang
dibutuhkan untuk promosi dan penempatan para pegawai, dan
meningkatkan dampak bagi para manajer kepegawaian terhadap
produktifitas organisasi. Selain kelebihan yang telah dipaparkan,
model analisis hasil juga mempunyai beberapa kelemahan yaitu
perubahan dalam syarat dan standar harus dilakukan peninjauan
kembali atas RODs, setiap kedudukan memerlukan RODs tersendiri,
dan beberapa kedudukan tidak mempunyai standar performansi yang
tidak dapat diukur.
Analisis Jabatan mencakup 2 (dua) elemen, yaitu : 1. Uraian
Jabatan (Job Description) dan 2 Spesifikasi Jabatan (Job
Spesification) atau Persyaratan Jabatan (Job Requirement)
3. Tujuan Analisis Jabatan
Analisis jabatan penting dilakukan sebelum diadakan perekrutan
tenaga kerja. Ada beberapa manfaat yang diperoleh dengan mengadakan
analisis pekerjaan, yang juga merupakan tujuan dari dilakukannya analisis
jabatan. Adapun tujuan analisis pekerjaan yaitu:
a. Memperoleh tenaga kerja pada posisi yang tepat,
b. Memberikan kepuasan pada diri tenaga kerja,
c. Menciptakan iklim dan kondisi kerja yang kondusif (Sastrohadiwiryo).
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 35 TAHUN 2012 Tentang Analisis Jabatan Dilingkungan
Kementerian Dalam Negeri Dan Pemerintah Daerah pada BAB II Pasal 3,
bahwa Tujuan analisis jabatan untuk penyusunan kebijakan program –
program seperti :
a. Pembinaan dan penataan kelembagaan, kepegawaian, ketatalaksanaan
b. Perencanaan kebutuhan pendidikan dan pelatihan
c. Evaluasi kebijakan program pembinaan dan penataan kelembagaan,
kepegawaian, ketatalaksanaan dan perencanaan kebutuhan pendidikan
dan pelatihan.
4. Manfaat Analisis Jabatan
Analisa jabatan setidaknya bisa menjawab enam pertanyaan di bawah ini:
a. Mengapa pekerjaan/jabatan tersebut harus ada?
b. Aktifitas mental dan fisik apa saja yang harus dimiliki pekerja?
c. Kapan pekerjaan tersebut dijalankan?
d. Dimana pekerjaan tersebut dilakukan?
e. Bagaimana cara menjalankan pekerjaan tersebut?
f. Kualifikasi apa yang harus dimiliki pekerja untuk pekerjaan tersebut?
Dengan demikian, analisa pekerjaan memiliki tujuan dan manfaat sebagai
berikut:
a. Job Description. Artinya analisa jabatan bertujuan mendeskripsikan
informasi tentang pekerjaan, meliputi: deskripsi, riwayat, tugas dan
tanggung jawab, spesifikasi, standar kerja, dan sebagainya
b. Job Specification atau personnel requirement. Artinya analisa jabatan
bertujuan menyusun persyaratan dan spesifikasi tertentu suatu
pekerjaan, seperti: pengetahuan, keterampilan, ketangkasan, sifat-sifat
dan ciri-ciri, bagi keberhasilan pekerjaan
c. Job Classifcation. Artinya analisa jabatan bertujuan
mengklasifikasikan atau mengelompokkan pekerjaan ke dalam kelas-
kelas/jenis-jenis. Pengelompokkan ini didasarkan pada kewenangan
organisasi, teknologi, dan perilaku manusia
d. Job Evaluation. Artinya analisa jabatan bertujuan mengevaluasi
kegunaan pekerjaan di dalam organisasi dan/atau pasar tenaga kerja
luar
e. Job Design atau Job Restructuring. Artinya analisa jabatan bertujuan
untuk Merelokasi dan merestrukturisasi kegiatan-kegiatan dalam
pekerjaan ke dalam berbagai kelompok
f. Job Appraisal atau Performance Appraisal. Artinya analisa jabatan
bertujuan untuk memberi dasar dalam menilai kinerja pekerja oleh
supervisor/manajer
g. Job Training. Artinya analisa jabatan bertujuan membantu dalam
menyiapkan program pelatihan tenaga kerja
h. Job mobility atau Worker mobility. Artinya analisa jabatan bertujuan
mengetahui mobilitas atau keluar masuknya seseorang dalam
pekerjaan
i. Job Efficiency. Artinya analisa jabatan bertujuan menciptakan suatu
jenis pekerjaan yang optimal dilihat dari prosedur, susunan kerja, dan
standar kerja
j. Job Safety. Artinya analisa jabatan bertujuan menghindari perilaku
kerja, kondisi fisik dan kondisi lingkungan yang tidak aman
k. Human resources planning. Artinya analisa jabatan bertujuan
membantu dalam proses perencanaan sumberdaya manusia; dan
l. Quasi legal requirements. Artinya analisa jabatan bertujuan
membantu penyusunan aturan legal yang dibutuhkan organisasi,
misalnya menyusun MOU, persyaratan-persyaratan akreditasi atau
tender kerja.
5. Penyusunan Analisis Jabatan
Prinsipnya penyusunan analisa jabatan mengikuti dua pendekatan
sebagai berikut (McCormick dalam Levy, 2010):
a. Task-oriented
Pada pendekatan ini, fokus analisa jabatan pada aktivitas aktual
yang dilakukan dalam pekerjaan. Pendekatan ini dipakai untuk
mempertimbangkan tugas, tanggungjawab, dan fungsi suatu jabatan.
Langkahnya adalah: a) Membuat Task Statement yaitu penyataan-
pernyataan tentang tugas/jabatan; dan b) Membuat skala tugas,
berdasarkan aspek tingkat kepentingan, tingkat kesulitan, tingkat
keseringan (frequency), dan tingkat kesalahan (error).
b. Worker-oriented
Pada pendekatan ini, fokus analisa jabatan pada karakteristik
personal yang dibutuhkan dalam pekerjaan. Karakteristik tersebut
meliputi SKAO (Skill, Knowledge, Abbility, Others).
6. Metode dan Proses Pengumpulan Informasi bagi Analis Jabatan
Penyusunan analisa jabatan dimulai dengan menentukan jenis data
dan metode pengumpulan datanya. Metode pengumpulan data dalam
penyusunan analisa jabatan dapat dilakukan dengan salah satu atau
kombinasi sebagai berikut:
a. Interview atau wawancara yang dilakukan terhadap subyek atau
supervisor dari pekerja;
b. Work sampling atau sampel pekerjaan, yaitu memilih pekerjaan yang
mewakili pekerjaan yang akan dianalisa, biasanya pada pekerjaan yang
sifatnya monoton;
c. Repertory grid technique atau teknik repertoar/skenario berjaring yaitu
teknik pengumpulan data pekerjaan dengan mengatur skenario
berjaring yang sesuai dengan pekerjaan yang akan dianalisa;
d. Questionnaire yaitu teknik pengumpulan data dengan membuat daftar
pertanyaan tentang pekerjaan yang akan dianalisa, bisa berupa
pertanyaan terstruktur, terbuka, tertutup, atau kombinasi ketiganya;
e. Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan dan pencatatan aktifitas pekerjaan yang akan dianalisis;
f. Critical incident investigations atau Investigasi kejadian kritis, yaitu
teknik pengumpulan data dengan melakukan investigasi terhadap
kejadian kritis yang berhubungan dengan pekerjaan yang akan
dianalisa. Misalnya pada serah terima pekerjaan antara satu bagian
dengan bagian lain atau laporan serah terima shift;
g. Task Inventory atau Daftar Tugas, yaitu teknik pengumpulan data
dengan melihat daftar tugas yang berhubungan dengan dengan
pekerjaan yang akan dianalisa;
h. Technical conferences, yaitu teknik pengumpulan data dengan
melakukan pembahasan atau diskusi teknis tentang pekerjaan yang
akan dianalisa;
i. Hierarchical Task Analysis, yaitu teknik pengumpulan data dengan
melakukan analisa tugas secara berjenjang; dan
j. Background investigation, yaitu pengumpulan informasi yang
melatarbelakangi pekerjaan yang akan dianalisis.
Tahap selanjutnya dalam penyusunan analisa jabatan adalah
mempelajari informasi pendukung yang berhubungan dengan pekerjaan
yang akan dianalisis. Informasi tersebut dapat berbentuk: struktur
organisasi, SOP, job description dari pekerjaan yang hampir mirip. Setelah
informasi pendukung diperoleh, selanjutnya memilih posisi/jabatan yang
dianggap mewakili pekerjaan yang akan dianalisis. Misalnya jika ingin
menganalisis pekerjaan phlebotomy (pengambilan sampel darah) pada
perawat maka pekerjaan yang mewakili adalah pekerjaan sampling darah
oleh seorang analis kesehatan.
Bila ketiga langkah di atas telah dijalankan, tahap selanjutnya
adalah menganalisis pekerjaan/jabatan berdasarkan data-data atau hasil
investigasi yang diperoleh. Data tersebut dapat berupa: aktifitas, perilaku
yang dibutuhkan, kondisi kerja, kemampuan yang dibutuhkan, dan lain-
lain. Hasil analisa pekerjaan/jabatan yang diperoleh pada langkah ke
empat harus diverifikasi ulang kepada pekerja yang bersangkutan atau
pimpinannya. Bila verikasi sudah dinyatakan baik maka tahap selanjutnya
adalah menyusun Job Description dan Job Specification.
Sebuah pekerjaan ibarat sebuah benda yang terdiri dari berbagai
komponen yang menyusunnya. Komponen dasar pekerjaan adalah
“elemen”, yaitu unit terkecil dari aktifitas suatu pekerjaan. Misalnya pada
pekerjaan seorang operator mesin, elemen atau unit terkecil aktifitasnya
adalah menekan tombol “start” pada mesin. Pada perawat, elemen terkecil
adalah memasang steitoskop di telinga.
Berbagai elemen kerja bergabung membentuk satuan yang disebut
“Tugas” untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi tugas adalah aktifitas kerja
yang terbentuk mencapai tujuan yang spesifik (Levy, 2010). Misalnya
pada pekerja supir taxi. Tugas mengukur tensi darah seorang perawat bisa
meliputi elemen-elemen sebagai berikut: menyiapkan alat tensi, memasang
alat tensi di lengan pasien, memasang steitoskop, menempelkan steitoskop
di lengan pasien, memompa alat tensi, mendengarkan suara nadi di
steitoskop, membaca hasil tekanan darah di alat, melepas steitoskop dan
alat, mencatat hasil, dan merapihkan alat.
Berbagai tugas yang dijalankan oleh individu dalam
organisasi/perusahaan menentukan posisi individu tersebut. Sehingga
komponen berikutnya dari pekerjaan adalah “posisi” yaitu lokasi individu
dalam perusahaan berdasarkan tugas yang dijalankan. Berbagai posisi
kerja yang memiliki cukup kesamaan ini kemudian bergabung menjadi
pekerjaan/jabatan.
7. Teknik Melakukan Analisis Jabatan
Analisa jabatan adalah sebuah proses untuk memahami suatu
jabatan dan kemudian menyadurnya ke dalam format yang memungkinkan
orang lain untuk mengerti tentang jabatan tersebut. Ada 3 tahap penting
dalam proses analisis jabatan, yaitu (1) mengumpulkan informasi, (2)
menganalisis dan mengelola informasi jabatan, dan (3) menyusun
informasi jabatan dalam suatu format yang baku.
Analisis jabatan yang dilakukan dengan baik akan menghasilkan
uraian jabatan yang baik pula, dan kemudian dapat dijadikan bahan baku
yang baik untuk proses pengelolaan SDM yang lain (evaluasi jabatan,
rekrutmen dan seleksi, manajemen kinerja, penyusunan kompetensi,
pelatihan). Ada sejumlah prinsip penting yang harus dipegang dalam
melakukan proses analisis jabatan, yaitu:
a. Proses analisis dilakukan untuk memahami apa tanggung jawab setiap
jabatan dan kontribusi hasil jabatan tersebut terhadap pencapaian hasil
atau tujuan organisasi. Hal ini, nantinya uraian jabatan akan menjadi
daftar tanggung jawab, bukan daftar tugas atau aktivitas.
b. Proses analisis jabatan, bukan pemegang jabatan yang saat ini
kebetulan sedang memangku jabatan tersebut. Ini penting untuk
menghindari bias dalam menganalisis jabatan berdasarkan
kemampuan, kinerja, gaya atau metoda kerja dari pemegang jabatan
saat ini. Yang perlu kita analisis adalah standar desain jabatan tersebut
berdasarkan struktur organisasi yang ada saat ini.
c. Kondisi jabatan yang dianalisis dan akan dituangkan dalam uraian
jabatan adalah kondisi jabatan saat ini berdasarkan fakta yang ada
sesuai rancangan strategi dan struktur organisasi.
Prinsip-prinsip ini penting untuk dipahami karena sering terjadi di
banyak organisasi, uraian jabatan dibuat berdasarkan “selera” masing-
masing atasan, atau bahkan diserahkan untuk dibuat oleh pemegang
jabatan. Ini membuat tidak adanya standar batasan jabatan yang
sebenarnya diinginkan oleh organisasi. Jika hal ini terjadi, maka akan
mudah untuk diperkirakan munculnya banyak masalah mengenai
tumpang-tindih tanggung jawab antarjabatan, atau rangkap-merangkap
tanggung jawab oleh karena ada beberapa tanggung jawab yang ternyata
tidak tercakup di jabatan apapun, juga akan dapat terjadi adanya jabatan
yang beban tanggung jawabnya sangat besar/luas, sementara jabatan lain
terlihat sangat sempit dan ringan, sehingga tidak ada perimbangan cakupan
pekerjaan, yang dapat menimbulkan banyak masalah seperti kecemburuan
dan demotivasi.
Format isi uraian jabatan memang bisa sangat bervariasi dari satu
organisasi ke organisasi yang lain. Namun, dengan kerangka berpikir
bahwa uraian jabatan ini diperlukan sebagai bahan dasar informasi untuk
proses pengelolaan SDM yang lainnya, maka dalam format uraian jabatan
tersebut sebaiknya tersedia informasi minimum sebagai berikut: identitas
jabatan, tujuan jabatan, tanggung jawab utama, indikator kinerja,
dimensi/ukuran jabatan, dan spesifikasi jabatan. Di luar itu, organisasi
dapat memasukkan juga informasi tambahan lainnya, misalnya
kewenangan, tantangan, hubungan kerja, dan struktur organisasi
C. Analisis Beban Kerja
Langkah kerja dalam metode WISN (Mustara, 2018), diantaranya :
1. Menetapkan Kategori Jabatan dan Unit Kerja.
Data dan informasi yang diperlukan :
a. Bagan struktur organisasi dan uraian tupoksi tiap unit kerja di RS
Berdasarkan fungsi pokok tersebut, RS menyelenggarakan kegiatan
administrasi dan manajemen serta kegiatan pelayanan kesehatan.
b. Peraturan terkait dengan jabatan fungsional (tertentu dan umum).
c. Standar profesi, standar pelayanan, dan SOP yang diberlakukan pada
tiap unit di RS.
d. Kategori SDM sesuai kompetensi (pendidikan, pelatihan/kursus,
pengalaman kerja, jenjang jabatan fungsional dll.) untuk menjamin
mutu, efisiensi dan akuntabilitas pelaksanaan kegiatan/pelayanan di
tiap unit kerja Rumah Sakit Hasil Anjab
e. Perhitungan pada software dengan menetapkan unit kerja terkecil yang
akan dihitung kebutuhan SDM-nya.
2. Menghitung Waktu Kerja Tersedia
Diperolehnya waktu kerja efektif selama kurun waktu 1 (satu) tahun
WKT = {A – (B + C + D + E)} x F
Hari Kerja (A)
Hari Libur (B)
Cuti Tahunan (C)
Ketidakhadiran Kerja krn Sakit (D)
Ketidakhadiran krn Alasan Lain
Waktu Kerja Per Hari (F)
3. Menetapkan Komponen Beban Kerja
Menetapkan kegiatan pokok/utama jabatan dan komponennya
2. Fungsi MSDM
Manajemen Sumber Daya Manusia terdiri dari dua fungsi, yaitu fungsi
manajemen dan fungsi operasional.
a. Fungsi Manajemen
1) Fungsi Perencanaan : Menentukan terlebih dulu program yang
akan membantu mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.
2) Fungsi Pengorganisasian\Organize : Merancang susunan dari
berbagai hubungan antara jabatan, personalia, dan faktor-faktor
fisik.
3) Fungsi Pengarahan (Actuating\Directing) : Melaksanakan
pekerjaan, mengusahakan agar karyawan mau bekerjasama secara
efektif.
4) Fungsi Pengkoordinasian
Tingkat kesiapan bawahan, penugasan dan kepemimpinan
2. Analisis Jabatan
a. Informasi Jabatan
Tabel 3.2 Informasi Jabatan
Identitas Jabatan Uraian Jabatan Syarat Jabatan
Nama Jabatan Uraian Tugas Pangkat dan Golongan
Ruang
Kode Jabatan Bahan Kerja Pendidikan
Unit Kerja Jabatan Alat Kerja Kursus/Pelatihan
Letak dalam Hasil Kerja Pengalaman Kerja
Struktur
Ikhtisar Jabatan Tanggung Jawab Pengetahuan
Wewenang Keterampilan
Korelasi Jabatan Bakat Kerja
Kondisi Lingkungan Temperamen Kerja
Kerja
Keadaan/Resiko Bahaya Minat Kerja
Upaya Fisik
Kondisi Fisik
Fungsi Pekerja
1) Identitas Jabatan
a) Nama Jabatan : Petugas filing RSUD Waled
b) Unit Kerja Jabatan: Sub Bagian Rekam Medis Bagian Filing
RSUD Waled
c) Kode Jabatan : Kode jabatan merupakan kode yang dibuat
untuk memudahkan pengadministrasian jabatan
d) Letak Struktur : Ka. Sub. Bag. Rekam Medis & SIRS
e) Ikhtisar Jabatan :
Mengelola penyimpanan dokumen rekam medis dalam
penyelenggaraan pelayanan rekam medis.
2) Uraian Jabatan
a) Uraian Tugas
(1) Membuat Catatan Medis (CM) pasien baru.
(2) Mengecek status CM pasien di aplikasi komputer.
(3) Memasukkan CM pasien ke rak.
(4) Mencari CM pasien.
(5) Menulis hasil PA dari ruangan.
(6) Menjajarkan CM yang sudah diolah untuk dimasukkan ke
rak
(7) Mendistribusikan CM ke poli tujuan pasien
b) Bahan Kerja
(1) Dokumen rekam medis pasien
(2) Juknis, Juklak dan SPO
(3) Tracer
(4) Outguide
c) Alat Kerja
(1) ATK (Alat Tulis Kantor)
(2) Telepon
(3) Komputer
(4) Meja
(5) Kursi
d) Hasil Kerja
(1) Menyediakan dokumen pasien untuk pelayanan
(2) Memiliki catatan penggunaan dokumen rekam medis
(3) Menemukan dokumen yang tidak ditemukan di rak
penyimpanan
e) Tanggung Jawab
(1) Menyimpan dokumen rekam medis secara benar dan rapih
(2) Menjaga dokumen rekam medis agar tidak rusak
f) Wewenang
(1) Menyimpan dokumen rekam medis di rak penyimpanan
dengan benar
(2) Mengembalikan dokumen rekam medis yang belum
lengkap ke unit terkait
g) Korelasi Jabatan
Tabel 3.3 Korelasi Jabatan
No Jabatan Unit Dalam Hal
Organisasi
1 Ka. Sub. Bag. Penunjang 1. Pengarahan
Rekam Medis Medis 2. Memberikan
& SIRS masukan dan saran
2 Koor Bagian Koordinasi dalam
Assembling Assembling pengembalian dokumen
Indeksing & rekam medis setelah
Koding RI pelayanan
5.Mengidentifikasi
faktor-faktor utama
yang mempengaruhi
kesejahteraan,kepuas
an,dan motivasi
pegawai
Menyediakan
pelayanan yang Variabel 3:
sesuai dan
bermanfaat serta Layanan
memiliki kebijakan yang tersedia dan
peningkatan mempengaruhi
kesejahteraan,kepuas kesejahteraan dan
an dan motivasi kepuasan staf adalah
pegawai: insentif, tunjangan
* Konseling, pensiun dan Askes.
pengembangan Proses
karir, rekreasi, jam evaluasi baru dalam
kerja yang tahap awal
fleksibel, tunjangan
pensiun, dan
layanan
kesehatan/Askes.
Evaluasi dan
perbaikan proses
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran