Anda di halaman 1dari 23

BAB.

VI
K3 PEKERJAAN KONSTRUKSI

6.1 Pengertian
Dipeiiukannya pengetahuan, pemahaman, perencanaan, persiapan, dan terlebih lagi
hams ada koordinasi kerja yang terintegrasi dengan baik selama masa pelaksanaan
konstruksi maupun paska pelaksanaan pekerjaan konstmksi itu sendiri. karena pekerjaan
konstmksi merupakan pekerjaan yang paling kompleks, yang merupakan penggabungan
dari berbagai macam disiptin ilmu pengetahuan baik secara teknis konstruksinya sendiri
maupun dari segi non teknisnya termasuk unsur pelaksananya atau biasa disebut dengan
sumber daya manusianya.
Dalam Pekerjaan konstruksi selalu menyangkut, 1). pekerjaan konstruksi 2).
penyelenggaraan pekerjaan konstmksi dan 3). masyarakat penyelenggara konstruksi itu
sendiri atau yang biasa disebut dengan "masyarakat jasa konstruksi", dimana pada
bagian terakhir ini banyak melibatkan sumber daya manusia dan sistem pelaksanaan jasa
konstruksi. Hal inilah yang sangat berpengaruh langsung terhadap berhasil tidaknya
pelaksanaan sistem keselamatan dan kesehatan pada tempat kegiatan konstruksi.
1). Pekerjaan "Konstruksi" itu sendiri meliputi penggabungan antara struktur konstmksi
dan teknologi yang digunakan baik yang terdapat pada sarana/alat dan
prasarananya, secara keseluruhan atau sebagaian dari rangkaian kegiatan
perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan
arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, tata lingkungan, yang masing-masing
beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik
lainnya. Pekerjaan konstruksi tersebut diantaranya dapat meliputi :
a. Pembuatan gedung termasuk penggalian dan konstruksi, perobahan strulctur,
renovasi, perbaikan, pemeliharaan (termasuk pernbersihan dan pengecatan) dan
pembongkaran dari semua bentuk gedung dan struktur.
b. Pekerjaan sipil, termasuk penggalian dan konstruksi, perubahan stniktur,
reparasi, pemeliharaan dan pembongkaran, sebagai contoh, pelabuhan udara,
dok-dok, pelabuhan-pelabuhan, Jalan-jalan air dalam tanah, dan, sungai dan
pekerjaan mernbendung air terjun dan air laut, jalan dan jalan bebas hambatan,
terowongan, waduk dan pekerjaan yang ada hubungannya dengan pelayanan
perlengkapan seperti komunikasi, saluran dan selokan.

98
c. Pemasangan dan pelepasan persiapan pembuatan pabrik dan struktur, seperti
pembuatan awal elemen pabrik dilokasi konstruksi.
2). Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan
beserta pengawasannya, yang masing-masing dilaksanakaan melalui kegiatan
penyiapan, pengerjaan/pelaksanaan, dan pengakhiran. Penyelenggaraan pekerjaan
konstruksi ini wajib memenuhi ketentuan tentang keteknikan, keamanan,
keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan tenaga kerja, serta tata lingkungan
setempat, untuk menjamin terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan
konstruksi.
3). Masyarakat Jasa Konstruksi, adalah merupakan bagian dari masyarakat yang
mempunyai kepentingan dan/atau kegiatan yang berhubungan dengan usaha dan
pekerjaan jasa konstruksi. Pekerjaan jasa konstruksi itu sendiri mencakup jasa
layanan konsultan perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan
pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultan pengawasan pekerjaan konstruksi.
Dengan melihat keterkaitan uraian diatas, maka semakin jelas bahwa, penggunaan
sarana/alat dan prasarana dalam pekerjaan konstruksi senantiasa selalu ada keterkaiatan
antara penerapan teknologi dan Jasa pelayanan yang menyangkut penggunaan sumber
daya manusia didalamnya dan peranan kerja yang didalamnya terkait pula dengan
erat sistem pengendalian dan pengawasan pelaksanaan penyelenggaraan keselamatan
dan kesehatan kerja konstruksi, oleh masayarakat jasa konstruksi itu sendiri.
Diatas Makin tingginya penggunaan teknologi pada pekerjaan konstruksi
mendorong semakin banyaknya Resiko kecelakaan yang mungkin timbul pada
pekerjaan konstruksi. Resiko kecelakaan ini sangat bervariaa mulai dari kecelakaan kecil,
sedang sampai kecelakaan berat yang dapat merugikan harta benda dan merenggut
nyawa manusia. Telah banyak diketahui kasus-kasus kecelakaan yang terjadi.

6.2 K3 - Pekerjaan Tanah


Tanah/lahan merupakan pondasi alami dan setiap konstruksi yang berdiri diatasnya
dan setiap pekerjaan konstaiksi hampir pasti terkait dengan pekerjaan tanah.
Pengetahuan mengenai sifat-sifat phisik tanah sangat membantu dalam memilih
peralatan yang tepat, guna dipergunakan dalam pembangunan konstruksi, termasuk
menentukan metode pencegahan terhadap bahaya-bahaya yang akan terjadi.

99
Pada dasarnya pekerjaan tanah terdiri dan : pekerjaan galian, pekerjaan timbunan
dan pekerjaan bawah tanah. Pada semua pekerjaan tanah potensi bahaya yang akan
timbul sangat tergantung dari jenis tanahnya seperti :
 Tanah lempung basah; tanah lempung kering;
 Tanah cadas;
 Tanah pasir kering; tanah pasir basah;
 Tanah kerikil;
 Tanah lumpur. Jenis tanah pada berbagai daerah di Indonesia
diantaranya dengan komposisi yang mempunyai kedalaman umumnya :
 lempung lembek, abu-abu muda pada 0 – 2 m;
 lempung lembek, abu-abu kuning pada 2 – 3 m;
 lempung agak keras, coklat kemerahan pada 3 – 7 m;
 lempung keras, abu-abu tua pada 7 – 10 m;
 pasir batu pada 10 – 11 m dan
 pasir sedang padat pada 11 – 12 m.
Unruk melaksanakan pekerjaan tanah, dibutuhkan peralatan seperti, cangkul,
blencong, sekop, peralatan ringan maupun peralatan berat diantaranya excavator,
buldouzer, loader ataupun jenis peralatan pekerjaan tanah lainnya. Penggunaan
peralatan ini mempunyai tingkat potensi bahaya yang berbeda, untuk hal ini dibutuhkan
tenaga operator-operator yang terdidik dalam bidang K3 sesuai dengan bidang
pekerjaannya. Disamping itu diperlukan pengawasan yang baik oleh pelaksana-
pelaksana yang mengerti akan ketentuan-ketentuan K3 pada pekerjaan tanah.
Penggunaan sarana & prasarana pengaman seperti. Dinding penahan, perancah &
tangga kerja untuk pekerjaan tanah dengan ketinggian tertentu misalnya dalam
pekerjaan penggalian diperlukan suatu susunan konstruksi penyangga yang kokoh guna
melindungi pekerja ternadap longsoran, pagar pengaman agar pekerja atau orang lain
tidak jatuh terperosok, sirkulasi udara yang cukup untuk jaminan pernafasan para
pekerja yang sedang bekerja dalam suatu konstruksi bangunan pekerjaan tanah,
termasuk pula harus dilengkapi dengan penerangan yang cukup untuk menghindari
kecelakaan, sarana komunikasi yang dipergunakan dalam pemberian instruksi tanda
peringatan bahaya agar semua orang secara cepat dan sarana transportasi evakuasi.
Pekerjaan galian tanah dalam suatu kegiatan konstruksi biasanya merupakan awal
dari seluruh kegiatan proyek itu sendiri. Penggalian pada dasamya adalah suatu
kegiatan pemindahan tanah atau batu-batuan dari suatu lokasi yang sudah mapan.

100
Sebagai awal dari suatu kegiatan yang besar, maka jika terjadi bencana atau musibah
akan sangat mempengaruhi kejiwaan/rasa takut dari pekerja didalam melanjutkan
tahap-tahap berikutnya. Penggalian tanah yang dilaksanakan tanpa perhitungan yang
matang akan mengakibatkan longsoran (collapse) atau dengan kata lain pekerja telah
bekerja untuk menggali kubumya sendiri.
Air dari sumber air, hujan, banjir dan air buangan yang tidak terkontrol adalah
merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan metode penggalian.
Akibat adanya air ini, tanah dapat dengan tiba-tiba kehilangan ke-stabilannya dan
collapse.
Sumber bahaya terbesar pada pekerjaan galian ini adaiah longsoran. Dalam beberapa
kejadian orang sering terkecoh dengan menganggap bahwa hanya pekerjaan galian yang
dalam saja yang memerlukan perhatian khusus, padahal banyak terjadi kecelakaan fatal
hanya pada kedalaman 2 meter saja dan sulit ditolong.
Bermacam - macam pekerjaan galian tanah seperti galian selokan untuk pipa PAM,
kabel, tilpon, saluran irigasi primer dan sekunder, sumur, terowongan bawah tanah.
Untuk pekerjaan galian tersebut banyak hal yang periu diperhatikan, seperti stabilitas
tanah yang sangat tergantung komposisnya misalnya untuk tanah kering, tanah pasir;
tanah yang banyak mengandung air, beban tanah yang harus dipikul disekitar galian
termasuk bahaya kelongsoran akibat peristiwa alam sekitamya. Untuk hal tersebut
dipertukan uji stabilitas tanah sebagai jaminan kokohnya bangunan diatasnya.

6.3 K3 - Pekerjaan Struktur


K3 Pekerjaan Struktur adalah Pekerjaan K3 yang dilaksanakan pada penyelesaian
pengerjaan bidang struktur, diantaranya : pembesian, pengecoran, pemesangan perancah
(formwork) untuk kepentingan pengecoran, dengan detail penanganan sebagai berikut :
a. Pekerjaan Cetakan Beton (Bekisting)
 Jalan keluar masuk yang aman hams disediakan pada tiap dari bangunan
 Bagian-bagian bentuk perancah dari pada pendukung rangkanya bekisting yang
menyebab-kan tergelincir harus tertutup rapat dengan papan.
 Bentuk sambungan rangka bekisting menara harus direncanakan mampu
menerima beban eksternal dan faktor keselamatan hams diperhitungkan,
termasuk angka keamanannya;
 Titik-titik penjangkaran perancah gantung yang mendukung bekisting hams
terpancang dan mempunyai daya tahan yang kuat

101
 Perancah gantung yang digunakan pada bagian luar bangunan yang berbentuk
cerobong hams dijangkarkan untuk menahan kekuatan angin;
 Pelindung bahan material yang hendak jatuh hams dipasang pada bagian dalam
dan luar dari dasar cerobong selama pemasangan atau reparasi.
b. Pekerjaan Pembesian
 Pemasangan besi beton yang panjang hams dikerjakan oleh pekerja yang cukup
jumlahnya, terutama pada tempat yang tinggi, untuk mencegah besi beton
tersebut meliuk/ melengkung dan jatuh.
 Pada waktu memasang besi beton yang vertikal pekerja harus berhati-hati agar
besi beton tidak melengkung misalnya dengan cara mengikatkan bambu atau
kayu sementara;
 Memasang besi beton di tempat tinggi harus memakai perancah; dilarang keras
menaiki/menuruni besi beton yang sudah terpasang;
 Ujung-ujung besi beton yang sudah tertanam hanjs ditutup dengan potongan
bambu dan sebagainya baik secara individual (setiap batang besi) atau secara
kelompok batang besi untuk mencegah keceiakaan fatal;
 Bila menggunakan pesawat angkat (kran/crane) untuk mengangkat/menurunkan
sejumlah besi beton, harus menggunakan alat bantu angkat yang terbuat dari tali
kabel baja atau biasa disebut dengan sling untuk mengikat besi beton menjadi
satu dan pada saat pengangkatan/penurunan tersebut harus dipandu oleh petugas
yang memakai peluit sempritan;
 Semua pekerja yang mengerjakan pekerjaan tersebut di atas (bekerja di tempat
tinggi) harus dilengkapi dengan sabuk pengaman dan selalu memakai sarung
tangan, helm dan sepatu pengaman;
c. Pekerjaan Beton
 Sebelum melakukan pekerjaan pembetonan pekerja harus melakukan :
a. pemeriksaan semua peralatan dan mesin yang akan digunakan;
b. pemeriksanaan semua perancah yang digunakan;
c. pemeriksanaan pipa concrete pump :
i) memeriksa dan memastikan bahwa semua pipa yang digunakan adalah
kuat/mampu dan hubungannya satu dengan yang lain adalah kuat.
ii) Mencegah kemungkinan pergerakan pipa arah horizontal dan beberapa
tempat diikat dengan kuat, namun demikian pipa tidak boleh diikatkan
pada bekisting atau besi beton yang pengecorannya sedang berjalan.

102
d. Penuangan Beton :
i) komando atau perintah yang jelas hams diberikan pada saat pompa bekerja
kapan harus mulai, berhenti sementara dan kapan harus mulai lagi. Alat
komunikasi yang komunikaktif, kalau perlu digunakan handy talky, untuk
komunikasi selama penuangan beton.
ii) pekerja dan yang tidak berkepentingan dilarang berada tepat di ujung pipa
pada saat pompa sedang bekerja.
iii) pekerja dan siapapun berdiri di dekat boom concrete pump pada saat
pompa bekerja.
iv) peralatan seperti : vibrator, pipa-pipa, penerangan dan sebagainya, harus
selalu dirawat oleh petugas yang berpengalaman sebelum dan sesudah
penuangan beton.
 Menara atau tiang yang dipergunakan untuk mengangkat adukan beton
(concrete bucket towers) hams dibangun dan diperkuat sedemikian rupa
sehingga terjamin kestabilannya;
 Usaha pencegahan yang praktis hams dilakukan untuk menghindarkan
terjadinya kecelakaan tenaga kerja selama melakukan pekerjaan persiapan dan
pembangunan konstruksi beton, antara lain bahaya:
 Singgungan langsung kulit terhadap semen dan kapur
o Kejatuhan benda-benda dan bahan-bahan yang diangkut dengan ember
adukan beton (concrete buckets);
 Sewaktu beton dipompa atau dicor pipa - pipa termasuk penghubung atau
sambungan dan penguat hams kuat;
 Sewaktu pembekuan adukan (setting concrete) hams terhindar dari goncangan
dan bahan kimia yang dapat mengurangi kekuatan.
 Sewaktu lempengan (panel) atau lembaran beton (slab) dipasang
kedalam dudukannya hams digerakkan dengan hati - hati:
o Terhadap melecutnya ujung besi beton yang mencuat sewaktu
ditekan atau direnggang sewaktu diangkat atau diangkut;
o Terhadap getaran sewaktu menjalankan alat penggetar (vibrator)
 Setiap ujung-ujung (besi, kayu, bambu, dll.) yang mencuat, yang raembahayakan
hams dilengkungkan atau dilindungi.
 Beton harus dikerjakan dengan hati-hati untuk menjamin agar bekisting" dan

103
penguatnya dapat rnemtkul atau rmenahan seluruh beban sampai beton menjadi
keras.
 Untuk melindungi tenaga kerja sewaktu melakukan pekerjaan konstmksi, harus
dibuatkan lantai kerja sementara yang kuat;
 Tenaga kerja harus dilindungi terhadap bahaya paparan/singgungan langsung
kulit dengan semen atau adukan beton dan bahaya-bahaya singgung lainnya
terhadap bahan pengawet kayu.
 Apabila bahan-bahan yang mudah terbakar digunakan untuk keperluan lantai,
permukaan dinding dan pekerjaan-pekerjaan lainnya, harus dilakukan tindakan
pencegahan terhadap :
o Kemungkinan adanya api yang terbuka timbulnya bunga api,
misalnya dari pekerjaan pengelasan,
o Sumber-sumber api lainnya yang dapat menyulut uap yang
mudah terbakar yang timbul ditempat kerja atau daerah
sekitamya.
d. Pekerjaan Shotcrete.
 Pekerja yang bertugas mengoperasikan alat penyemprot hams memakai masker
pelindung pernafasan. kaca mata pelindung dari debu, dan samng tangan karet;
 Campuran semen dimengerti dapat menyebabkan penyakit kulit. Iritasi dan
alergi kontak dermatitis keduanya dapat disebabkan dari kontak dengan semen
basah dan terpapar lama dapat menyebabkan kulit terbakar. Lakukan tindakan
pencegahan berikut ini :
o Sedapat mungkin harus dihindarkan bernapas dalam debu
semen dan hindarkan kontak dengan semen basah atau kering;
o Selalu mengenakan pakaian berlengan panjang dan celana
panjang dengan sepatu boot karet dan sarung tangan pada
waktu diperlukan;
o Dilarang keras mengarahkan alat penyemprot semen
(shortcrete) ke orang/pekerja lain;
o Segeralah mencuci bersih semen yang menempel pada kulit;
o Segera mencuci pakaian kerja dan sepatu boot setelah bekerja.
e. Pekerjaan di Tempat Tinggi
 Untuk pekerjaan yang dilaksanakan mempunyai tinggi lebih dari 2 (dua) meter

104
harus menggunakan perancah (scaffolding) ataupun tangga besi/aluminium
permanen;
 Tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di tempat tinggi harus dilengkapi
dengan alat pelindung diri yang sesuai (sabuk pengaman/safety belt, dll.) untuk
menjamin agar tenaga kerja tidak jatuh;
 Tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di tempat tinggi harus selalu
menggunakan sabuk pengaman standar sesuai dengan kebutuhan. Tali sabuk
pengaman harus cukup pendek agar tinggi jatuh bebas tidak lebih dari 1,5 meter;
 Harus selalu dipersiapkan jalur yang paling aman sebelum memulai pekerjaan;
 Harus dipastikan tempat dudukan tangga tersambung aman dan
pegangannya.dan papan dudukannya terpasang rapat untuk mencegah orang
tersandung dengan barang barang yang jatuh.
 Harus dipastikan daerah yang di bawahnya bersih dari semua barang yang tidak
diperlukan dan reruntuhan;
 Jaring pengaman harus digunakan dan dipasang untuk mengantisipasi jatuhnya
benda-benda/material yang akn menimpa orang lain di bawahnya;
 Tangga harus dipastikan sudah diikat dengan aman pada bagian atasnya untuk
mencegah pergerakan.
 Jangan memakai tangga yang dibuat sendiri atau tangga yang tidak dalam
kondisi baik dan layak pakai.
 Jangan sekali-kali menggunakan tangga susun dan sejenisnnya yang belum
pemah diperiksa oleh Petugas K3, jika masih ragu ragu tanyakan segera.
 Pasang pagar pembatas pada sekitar area kerja agar jangan ada orang lain yang
masuk ke tempat di masa anda sedang bekerja, yang akan melindungi anda dan
orang lainnya.

6.4 K3-Pekerjaan Konstruksi Baja


Pada dasamya yang masuk dalam pekerjaan koonstnjksi baja adalah semua jenis
pekerjaan yang merangkai. Merakit atau mendinkan semua jenis kerangka baja seperti,
menara baja (tower baja), bagian -bagian (mast section) dari kerangka keran/tower
crane, bagunan -bangunan yang bagian-bagian struktur konstruksinya terdiri dari rangka
baja. Dalam hal ini klasifikasi struktur konstruksi baja dibagi dalam 2 (dua) jenis yakni :
konstruksi rangka baja murni atau rangka baja saja dan rangka baja-beton, disamping
dalam konstruksi rangka baja untuk merealisasikan struktur rangka baja ini sehingga

105
menjadi suatu bentuk maka diperlukan sistem penyambungan dan metode
penyambungannya untuk hal tersebut inilah akan dijelaskan sebagai berikut ini :
a. Klasifikasi Struktur Rangka Baja
Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa bentuk struktur dari konstruksi
kerangka bajadalam konstruksi bangunan adalah, konstruksi baja saja atau
konstruksi baja komposit yang digambarkan pada Gambar 6.1, berikut ini :

Gambar 6.1 Klasifikasi Struktur Kerangka Baja

b. Sistem Penyambungan dan Bentuk Rangka Baja


 Tipe penyambungan antara kolom dan beam :
Tipe mengikat (bracket type), pengelasan ditempat/insitu, plat gusset
 Tipe penyambungan antar kolom :
Tipe splice, pengelasan & dasar kolom
c. Metode Penyambungan
 Metode penyambungan baut
 Metode penyambungan baut tegangan tinggi
 Metode penyambungan las
d. Bentuk-Bentuk Perakitan (Asembly) Struktur Rangka Baja
 Metode horizntal
 Metode horizontal
 Metode lainnya
e. Pencegahan Bahaya Kecelakaan

106
 Bahaya kecelakaan selama proses perakitan/pendirian
 Karakteristik struktur bahaya kecelakaan ambruk
 Bahaya dengan ketinggian lebih 20 meter
 Kurangnya persiapan rangka baja di lingkungan kerja
 Mempunyai jarak/span dengan rasio 1 : 4
 Lokasi penyambungan las
 Perkuatan kerangka rangka baja

6.5 K3 Pada Pekerjaan Mekanikal


Dalam pekerjaan mekanikal pekerjaan yang paling dominan adalah pekerjaan yang
menyangkut :
 Fire Fighting, pengertian :
a. Sprinkler; suatu alat yang dapat memancarkan sejumlah air bertekanan secara
otomatis dan merata kesemua arah
b. Tanda bahaya lokal; suatu peralatan yang dibenarkan dipasang sedemikian rupa
sehingga dengan aliran yang sama atau lebih besar dengan aliran air untuk suatu
kepala sprinkler dari suatu system, akan menghasilkan suatu isyarat tanda
bahaya dalam bentuk suara.
c. Pipa Tegak (Riser); pipa dengan posisi tegak dihubungkan dengan pipa induk.
d. Pipa pembagi utama, Pipa pembagi, Pipa cabang
e. Pipa peningkatan air kering; pipa air tidak berisi air, dipasang di area gedung
dengan pintu air masuk (inlet) letaknya menghadap ke jalan untuk memudahkan
pemasukan air dari Dinas Kebakaran untuk mengalirkan air ke pipa-pipa cabang
yang digunakan untuk mensuplai hidran ke lantai bangunan.
f. Katup kendali; katup untuk mengatur semua sumber penyediaan air dan pada
setiap sumber penyediaan air harus dipasang sekurang-kurangnya 1 bh katup.
 Klasifikasi Sprinkler
Sprinkler terdiri dari 2 (dua), yaitu :
1. Sprinkler berdasarkan arah pancaran :
 Pancaran arah ke atas
 Pancaran arah ke bawah
 Pancaran arah ke dinding
2. Sprinkler berdasarkan kepekaan terhadap suhu
 Warna Segel
107
- Warna putih pada temperature 93 oC
- Warna biru pada temperature 141 oC
- Warna kuning pada temperature 182 oC
- Warna merah pada temperature 227 oC
- Tak berwarna pada temperature 68 oC
 Warna cairan pada tabung gelas
- Wama jingga pada temperatur 57 ° C
- Wama merah pada temperatur 68 ° C
- Wama kuning pada temperatur 79 ° C
- Wama hijau pada temperatur 93 ° C
- Wama biru pada temperatur 141 ° C
- Wama ungu pada temperatur 182 ° C
- Wama hitam pada temperatur 204° C/260° C
 Cara pemasangan system Sprinkler
A. Peralatan dan kemponen Sistem Sprinkle Gedung terdiri dari peralatan dan
komponen sebagai berikut :
 Komponen Sprinkler terdiri dari :
- Kepala Sprinkler
- Tabung berbentuk reflektor
- Tabung berisi cairan
 Persediaan air
 Pompa dan perlengkapannya
 Jaringan listrik
B. Penempatan Kepala Sprinkler
Jarak antara dinding dan kepala sprinkler dalam hal bahaya kebakaran ringan
tidak boleh melebihi 2,3 M, untuk kebakaran sedang atau kebakaran berat tidak
boleh melebihi 2 M. Apabila gedung tidak dilengkapi langit-langit maka jarak
kepala sprinkler dinding tidak boleh melebihi 1,5 M.
Jarak Kepala Sprinkler ke Kepala Sprinkler lainnya
- Bahaya kebakaran ringan maks. 4,8 M
- Bahaya kebakaran sedang maks. 4 M
- Bahaya kebakaran berat maks. 3,7 M

108
6.6 K3 Pada Pekerjaan Elektrikal
Cara membebaskan penderita dari aliran listrik :
A. Untuk memutuskan hubungan antara penderita dan pengantar dilakukan cara
sebagai berikut :
1. Sedapat mungkin pengantar harus dibuat bebas tegangan dengan jaian
memutuskan saklar atau melepaskan gawai pengaman atau pengantar ditarik
sampai terlepas dari penderita dengan menggunakan benda kering bukan
logam, misalnya sepotong kayu atau seutas tali yang dikaitkan pada pengantar.
2. Penderita ditarik dari tempat kecelakaan.
3. Pengantar dilepas dari tubuh penderita dengan tangan yang dibungkus dengan
pakaian kering yang dilipat-lipat.
B. Penolong harus mengamankan diri dahulu untuk menghindarkan atau mengurangi
pengaruh arus listrik, ia harus menempatkan diri pada papan kering, kain kering,
pakaian kering atau alas serupa itu yang bukan logam (kayu, karet), jika hal itu
tidak mungkin, kedua tangan penolong dibalut dengan kain kering. Pada saat
memberikan
pertolongan, penolong harus menjaga diri agar tubuhnya jangan bersentuhan
dengan benda logam.
Ruang Kerja Listrik, persyaratan umum :
♦ Ruang kerja listrik harus diawasi setempat oleh pengawas yang ahli kecuali ruang
kerja listrik yang terkunci dan yang tidak ada orang di dalamnya.
♦ Ruang kerja listrik harus berukuran cukup besar sehingga instalasi listrik yang
dipasang di dalamnya dapat diatur cukup leluasa dan mud ah diperiksa.
♦ Ruang kerja listrik harus mempunyai penerangan yang baik, dapat dinyalakan dari
tempat yang berdekatan dengan jalan masuk.
♦ Ruang kerja listrik yang berada di udara terbuka harus dikelilingi seluruhnya
dengan pagar baik, dengan ketinggian pagar minimum 12 m di atas tanah.
I n s t a l a s i , Persyaratan Umum :
 Lampu pijar, kotak kontak, saklar hams dipasang sedemikian rupa sehingga dapat
dicapai tanpa pengamanan sebelumnya.
 Lampu tidak boleh dipasang di atas bagian bertegangan yang tidak teriindungi.

109
Identifikasi Pengantar Dengan Warna, Persyaratan Umum :
 WARNA LORENG HIJAU-KUNING
Hanya boleh digunakan untuk menandai pengantar pembumian, pengantar pengaman.
 WARNA BIRU
Digunakan untuk menandai pengantar netrai pada instalasi listrik dengan pengantar
netral. contoh : Pengantar Inti atau Rel

PENGANTAR INTI ATAU REL PENGENAL


Dengan huruf dengan lambang dengan warna.
A. Instalasi arus bolak balik- fase satu- fase dua- fase tiga- netrai.
Instalasi perlengkapan listrik-fase satu-fasedua-fase tiga L1/RI2/SI3/Tnu/Xv/Yw/Z
merah-kuning-hitam-biru-merah-kuning-hitam.
Dengan huruf dengan lambing dengan warna
B. Instalasi arus searah-positif-negatif-kawat tengah/netral. Pengantar pembumian
L+L-M Hb biru-loreng-hijau-kuning.
Berdasarkan sebab-sebab kebakaran yang sering terjadi ada 5 penyebab kebakaran :
1. Lilin : Terjatuh atau dibiarkan terbakar sampai habis dan meleleh ke mana-mana.
2. Lampu tempel : Menjilat dinding papan/bambu atau jatuh tersenggol.
3. Kompor : Meledak karena diisi selagi menyala atau karena ada sumbu ompong.
4. Listrik : Korsleting karena kabel sudah tua atau tidak memenuhi persyaratan dalam
pemilihan kabel/pemasangan instalasi.
5. Puntung rokok : Masih menyala waktu dibuang.
Proses terjadinya kebakaran terdiri dari 3 komponen :
1. Adanya oksigen
2. Adanya material yang bisa terbakar
3. Adanya panas yang melampaui titik batas.
Ada 3 (tiga) cara untuk memadamkan api :
1. Meniadakan material yaitu mengambil/memindahkan benda yang terbakar.
2. Memisahkan yaitu menghilangkan oksigen (zat asam) yang dibutuhkan oleh setiap
kebakaran.
3. Mendinginkan yaitu benda yang terbakar sehingga temperatur turun sampai
dibawah titik bakar.

119
KESELAMATAN KERJA LISTRIK.
Sebagimana kita ketahui pada masa sekarang hampir semua peralatan mesin di industri
dijalankan oleh tenaga listrik. Hal ini mengandung maksud bahwa tenaga listrik
mempunyai keuntungan-keuntungan antara lain:
 Pemakaian yang praktis
 Ruangan yang dibutuhkan lebih kecil
 Tidak bising
 Poludi dapat diatasi
Namun di samping keuntungan tersebut, listrik juga mempunyai resiko bahaya
yang potensial. Oleh karena itu di dalam penggunaannya harus diikuti norma dan
ketentuan keselamatan kerja. keselamatan kerja dimaksud untuk melindungi :
 tempat/ruangan kerja dan lingkungannya
 tenaga kerja dan orang lain yang berada di tempat kerja
 alat-alat kerja/produksi
 bahan dan hasil produksi
Usaha keselamatan kerja bersifat preventif yang ditunjukkan untuk :
- mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja
- menciptakan suasana kerja yang aman, sehat dan nyaman
- mempertinggi produksi dan produktifitas kerja.
Pada dasarnya kecelakaan disebabkan oleh :
1. Perbuatan yang berbahaya
2. Keadaan yang berbahaya
Oleh karena itu norma keselamatan kerja listrik juga ditunjukan kepada manusia
dan keadaan atau kondisi baik instalasi listnknya maupun tempat maupun lingkungan di
mana instalasi listrik dipasang.

PRINSIP DASAR TERJADINYA LISTRIK.


1. Prinsip terjadinya listrik adalah berdasarkan kepada teori elektron
Teori tersebut secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Setiap zat terdiri dari molikul-molikul yang mempunyai sifat sama dengan
zatnya.

119
b. Atom adalah bagian yang lebih kecil dari molikul yang tidak mempunyai sifat
sama dengan zat aslinya. Misalnya air mempunyai 2 atom hydrogen dan 1 atom
oksigen.
c. Setiap atom terdiri atas inti yang dikelilingi oleh satu atau lebih electron. Inti
atom bertenaga listrik positif dan electron mengandung muatan listrik negatif.
d. Inti terdiri atas proton yang bertenaga listrik positif dan neutron yang tidak
bermuatan listrik (netral)
e. Pada setiap atom, satu atau lebih elektron-elektron berputar mengelilingi
intinya dengan kecepatan luar biasa.
f. Zat-zat di mana etektronnya mudah pindah dari atom yang satu ke atom yang
lain disebut konduktor misalnya : Tembaga, perak dan sebagainya.
g. Zat-zat di mana elektron sukar pindah dan atom yang satu ke atom yang lain
disebut isolator/penyekat misalnya : Ebonit, porselen.
Dengan teori tersebut dapat dijelaskan peristiwa kaca digosok dengan sutera dan
dapat bermuatan listrik karena adanya perpinhan electron-elektron karena antara
kaca dan sutera, dan kaca tersebut bermuatan listrik (tidak netral) sehingga dapat
menarik potongan kertas kecil.
2. Tegangan
Seperti halnya air, listrik itu dapat mengalir bila ada tekanan, misalnya dari pompa
air. Listrikpun dapat mengalir karena adanya tekanan atau tegangan listrik, atau
disebut juga gaya gerak listrik (GGL). Symbol dari tegangan atau gaya gerak listrik
adalah E dengan satuan Volt.
3. Kuat Arus
Listrik mengalir melalui penghantar : aliran muatan-muatan listrik (electron-
elektron) disebut arus listrik. Arus listrik mengalir dari tempat yang bertegangan
tinggi ke tempat yang bertegangan lebih rendah.
Kuat arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir setiap detik dengan
simbol I dan satuannya Coulomb. Bila dalam 1 detik mengalir arus 1 coulomb
disebut 1 coulomb per detik atau disebut Amper (A).
4. Ta h a n a n
Seperti halnya air, listrik yang mengalir selalu ada tahanannya. Setiap zat
mempunyai tahanan yang berbeda terhadap arus listrik misalnya: Zat yang bersifat
konduktor mempunyai tahanan yang kecil dan zat yang bersifat isolator mempunyai
tahanan yang besar.

119
Tahanan listrik diberi simbol R dengan satuan yang ditulis dengan huruf Yunani
Omega (), atau Ohm.
5. Daya
Pada bola lampu pijar tertera tulisan 220 volt 100 watt, artinya bola lampu pijar
tersebut akan menyala dengan baik jika dipasang pada tegangan 220 volt dan
menggunakan daya 100 watt. Simbol daya listrik adalah W dengan satuan watt.
6. Jenis arus listrik
a Arus listrik searah/DC (Direct Current), dengan symbol =, dan mengalir ke satu
jurusan saja dalam menghantar dari kutub positif (+) ke kutub negatif (-). Sumber
arus listrik secara batery, accu, dynamo arus searah.

b. Arus listrik bolak-balik


Lazimnya disingkat AC (Alternating Current) dengan symbol
Arus bolak-balik mengalir kedua arah dalam penghantar yaitu dari positif (+) ke
negatif (-) dan sebaliknya. Arus listrik ini dalam satu detik mengalami
pertukaran 50 - 60 kali yang disebut frekuensi dengan satuan : Hz

c. Listrik statis
Listrik statis atau elektrostatika ialah listrik dalam keadaan diam dan kejadian
ini terdapat pada listrik yang berada pada benda-benda penghantar.
Dengan percobaan dapat dibuktikan bahwa diantara penghantar saling bekerja
gaya. Jika muatan elektron sejenis misalnya positif-positif atau negatif-negatif
maka akan saling menolak; dan sebaliknya bila muatannya tidak sejenis (positif-
negatif) akan saling tank menarik. Listrik statis dapat ditemukan pada
pemompaan minyak dari tangki satu ke tangki lainnya melalui pipa-pipa
penyalur; juga terdapat pada kondensator-kondensator.

119
d. Petir
Terjadi karena loncatan muatan listrik pada awan ke bumi melalui suatu media
seperti pohon, benda-benda maupun manusia. Petir mempunyai tegangan jutaan
volt dan arus ribuan ampere, sehingga apapun yang terkena sambaran petir akan
berakibat sangat fatal.

6.7 K3 Pada Pemakaian Tangga dan Perancah


Standar Aturan Pemasangan Pekerjaan Perancah :
1. Peraturan Umum
a. Perancah hams dibuatkan untuk semua pekerjaan yang tidak bisa dikerjakan
secara aman pada suatu ketinggian .
b. Perancah hanya dapat dibuat dan diubah oleh :
 .Pengawas yang ahli dan bertanggung jawab
 Orang - orang yang ahli dibidang perancah
c. Pemasangan perancah harus dilaksanakan dan diawasi oleh :
 Pemasangan oleh tenaga kerja yang mempunyai ketrampilan dan keahlian
kerja dalam bidang perancah
 Pengawasan oleh Pengawas yang ahli dalam bidang K3 perancah
2. Bahan-Bahan
a. Kayu yang akan digunakan, harus berurat lurus, padat , tidak ada mata kayu yang
besar - besar, kering tidak membusuk, tidak ada lubang ulat, dan lain - lain
kerusakan yang dapat mem-bahayakan.Tali baja yang telah terkena asam atau
bahan kimia, karat lainnya, tidak boleh digunakan .
b. Tali yang terbuat dari serat tidak dapat digunakan, yang mudah mengundang
bahaya.
c. Papan untuk perancah harus tahan retak atau pecah.
d. Paku harus mempunyai panjang dan tebal yang cukup.
e. Paku besi yang getas (cast iron) tidak boleh digunakan.
f. Bahan - bahan yang digunakan untuk pembuatan perancah harus disimpan dengan
baik dan jauh dari material yang berbahaya.
g. Pengikat untuk perancah yang terbuat dari kayu, harus berupa baut besi dengan
ukuran yang memadai, cincin penutup, mur, tali serat yang dipadatkan, sekrup dan
lain-lain pengaman yang dibutuhkan.

119
3. Konstruksi Perancah
a. Perancah harus dihitung dengan faktor pengaman (safety factor) sebesar 4 (empat)
kali beban maksimal.
b. Perancah harus diberi tangga pengaman untuk tempat berjalan dan lain-lain
fasilitas yang aman.
c. Perancah harus cukup diberi penguat (braced) baik secara diagonal maupun
horozantal.
d. Perancah yang tidak bebas harus dikaitkan kebangunan dengan system jepit
(rigid connections) yang kuat dengan jarak tertentu.
e. Perancah tidak boleh terlalu tinggi diatas angker yang tertinggi, maksimal
sejumlah 3 perancah tersusun, karena dapat membahayakan kestabilan dan
kekuatannya.
f. Untuk perancah yang berdiri sendiri harus terdiri atas geiagar memanjang dan
melintang yang dihubungkan dengan kuat pada tiang penyangga, keatas atau
kesamping, bergantung pada pemakaiannya untuk menjamin kestabilan sampai
perancah dapat dilepas.
g. Semua kerangka bangunan dapat perlengkapan yang digunakan untuk menunjang
pelataran tempat bekerja harus berdasarkan standard konstruksi; mempunyai
pondasi yang kuat dan cukup tertanam dan diberi penguat untuk kesetabilan.
h. Batu bata, pipa yang rusak, bahan pembuat cerobong asap dan bahan - bahan lain
yang tidak semestinya dipakai untuk penahan perancah tidak boleh dipakai.
i. Bila perlu untuk menghindari benda yang terjatuh, perancah harus diberi semacam
tenda/kasa pengaman.
j. Paku-paku harus ditanam penuh, tidak boleh separuh dan kemudian
dibengkokkan.
k. Paku tidak boleh menerima gaya tegangan langsung.
4. Pemeriksaan dan Pemeliharaan
a. Setiap bentuk perancah harus diperiksa sebelum digunakan, oleh orang yang
berwenang untuk meyakinkan, dan pemeliharaannya diperiksa setiap hari dan
secara berkala mingguan, bulanan dengan item pemeriksaan meliputi :
 kondisi kestabilan .
 kerusakan bahan, berubah bentuk (deformasi), cacat/rusak, keropos.
 Kondisi pengamanan seperti pin lock,
 Aman penggunaannya.

119
b. Perancah harus diperiksa oleh seorang tenaga ahli yang berwenang sedikitnya
seminggu sekali yaitu sesudah cuaca buruk, atau gangguan dalam masa
pembangunan yang agak lama.
c. Setiap bagian dari perancah harus diperiksa sebelum dipasang.
d. Setiap bagian harus dipelihara dengan baik dan teratur sehingga tidak ada yang
rusak atau membahayakan waktu dipakai.
e. Perancah tidak boleh sebagian dibuka dan ditinggal terbuka, kecuali kalau hal itu
tetap menjamin keselamatan.
5. Perlengkapan Pengangkat pada Perancah
a. Pada waktu mengangkat periengkapan yang digunakan pada perancah
b. Bagian-bagian dari perancah harus diperiksa dengan cermat dan kalau perlu
diperkuat.
c. Setiap pengeseran dari kayu penyangga (putlog) harus dicegah. Tiang penyangga
harus dihubungkan erat pada bagian bangunan yang kuat, ditempat alat
pengangkat dipasang.
d. Bila pelataran untuk alat pengangkat tidak menggunakan terali pengaman
sehingga muatan yang diangkat dapat menggangu perancah, harus dipasang
pengaman vertikal untuk mencegah muatan alat pengangkat menyangkut pada
perancah.
6. Kerangka Siap Pasang (prefabricated Frames)
a. Kerangka siap pasang yang digunakan untuk perancah harus dijepit sempurna
dikedua muka dan harus dipasang terali pengaman (guard rails).
b. Kerangka yang beda macamnya tidak boleh dipakai berpasangan.
c. Kerangka harus cukup kuat dan kaku untuk mencegah perubahan dalam
pengangkutan, pelaksanaan, dan sebagainya.
d. Untuk perancah yang tidak tertanam pada bangunan harus diberi pengaman untuk
mencegah pengeseran vertikal dari kerangka.
7. Penggunaan Perancah
a. Kejutan gaya yang besar tidak boleh dibebankan kepada perancah.
b. Pemasangan perancah harus memperhitungkan distribusi gaya - gaya lateral
c. Bila perlu untuk mencegah bahaya, muatan yang diangkat naik dikendalikan
dengan tali yang dikaitkan ke muatan (tagline). Untuk mencegah muatan beradu
dengan perancah.
d. Distribusi gaya muatan untuk perancah harus merata, atau gaya muatan tidak

119
diboplehkan terkonsentrasi dalam satu titik, untuk mencegah bahaya runtuh
(collaps) sebagai akibat tidak stabil/tidak ada keseimbangan.
e. Dalam penggunaan perancah harus dijaga bahwa beban/gaya muatan tidak boleh
melebihi kapasitas yang ditentukan (overloaded).
f. Perancah tidak boleh dipakai untuk menyimpan bahan - bahan kecuali bahan
yang segera dipakai.
g. Tenaga kerja tidak boleh bekerja di dekat bangunan perancah sewaktu angin
kencang.
h. Untuk mencegah kerusakan, bahan-bahan perancah harus dipasang dengan hati-
hati.
8. Peralatan Tempat Bekerja (platform)
a. Semua perancah dimana tenaga kerja berada harus dilengkapi dengan platform
untuk bekerja.
b. Bagian-bagian dari peralatan untuk bekerja tidak boleh ditunjang oleh batu bata,
pipa-pipa bahan bongkaran, cerobong asap atau bahan-bahan lain yang
semestinya.
c. Pelataran tempat bekerja tidak boleh ditumpangkan kepada cerobong, penampung
air hujan, serambi, atap, penangkal petir, atau bagian-bagian lain yang tidak
semestinya.
d. Pelataran tempat bekerja tidak boleh digunakan sebelum betul-betul selesai dan
diberi pengaman yang baik.
e. Pelataran harus paling sedikit dari tepi luarnya berjarak 60 cm dari sisi dinding
bangunan.
f. Pelataran harus cukup lebar sesuai dengan pemakaiannya. Pada setiap bagian
harus tidak terhalang dan minimal selebar 60 cm.
g. Harus disediakan sebuah tempat yang bebas dari rintangan atau timbunan-
timbunan, sedikitnya selebar 1,8 meter.
h. Setiap pelataran untuk bekerja harus dipasang minimal 1 meter di bawah puncak
tiang penyangga.
i. Setiap pelataran tempat bekerja di atas 2 m dari tanah harus dipasang papan yang
rapat.
j. Pelataran bekerja harus menggunakan papan pengaman kaki berukuran : tebal
minimal 2,5 cm dan lebar minimal 15 cm.

119
k. Papan-papan untuk pelataran bekerja harus menonjol keluar dari tempat tumpuan
maksimal sejarak 4 kali tebalnya papan.
l. Papan-papan diusahakan tidak boleh berlapis-lapis, atau harus digunakan cara
hubungan siku-siku untuk mengurangi pengeseran dan mencegah kesulitan
berjalan bagi kereta dorong.
m. Papan-papan untuk lantai harus mempunyai tebal yang sama.
n. Setiap papan yang merupakan bagian dari pelataran tempat bekerja harus ditumpu
oleh sedikitnya 3 tumpuan, kecuali bila jarak dari kayu penyanggah dan tebal dari
papan dapat menjamin terhindarnya kemungkinan terguling atau melengkung.
o. Pelataran harus benar-benar berkonstruksi kuat sehingga tidak ada pengeseran
selama pekerjaan berlangsung.
9. Papan Pengaman Kaki dan Balustrade Pengaman (Guard Rails and Toe Boards)
a. Setiap bagian dari tempat bekerja yang mempunyai kemungkinan untuk seseorang
terjatuh dari bagian yang terbuka 2 m atau lebih diberi pagar pengaman.
b. Balustrade pengaman, papan pengaman kaki dan perlengkapan lain yang dipakai
untuk pelataran harus selalu tetap di tempat yang ditentukan kecuali bila ada
perubahan-perubahan bangunan atau transportasi bahan bangunan yang
memerlukan perubahan perancah di bagian itu.
c. Papan pengaman kaki dan balustrade pengaman harus dibangun disebelah dalam
pelataran dengan arah vertikal, kecuali bila telah dipakai cara lain untuk
mencegah seseorang jatuh keluar pelataran.
10. Gang, Ramp dan Jalur Pengangkut Bahan
(ramp = Jalur penghubung antar tingkat pelataran yang tidak sama tinggi).
a. Gang-gang tempat berjalan maupun tempat transportasi bahan -bahan harus
dibangun dan disanggah sedemikian rupa sehingga tidak goyah, melendut atau
ambruk akibat pembebanan maksimal yang bekerja padanya.
b. Setiap gang, ramp dan jalur pengangkut bahan yang setiap bagiannya mempunyai
tinggi lebih dari 2 m diatas tanah atau lantai harus : ditutup rapat-rapat dengan
papan dan, mempunyai lebar tidak kurang dari 60 cm.
c. Bila gang, ramp dan jalur pengangkut bahan itu terpakai juga untuk pengangkutan
bahan harus diusahakan agar ada suatu jalur bebas yang : lebamya cukup untuk
pengangkutan bahan tanpa membangun balustrade beserta pengaman kakinya
dan, lebar tidak boleh kurang dari 60 cm.

119
d. Kemiringan dari setiap gang, ramp dan jalur pengangkut bahan-bahan tidak boleh
melebihi 1 (vertikal) : 4 (horizontal).
e. Apabila untuk mengatasi kemiringan tadi diperlukan pemasangan anak tangga
maka pemasangannya harus :
 Ditempatkan pada jarak yang sama sesuai dengan kemiringan ,
 Selebar gang, ramp dan jalur pengangkut bahan kecuali jalur jalan selebar 10
cm untuk jalan roda kereta dorong.
 Gang, ramp dan jalur pengangkut bahan dimana memungkinkan seseorang
terjatuh dari ketinggian 2 m lebih harus dilengkapi dengan balustrade .
 Ramp dan jalur pengangkut bahan yang dibuat untuk jalan masuk kendaraan-
kendaraan kedalam tempat kerja harus : mempunyai kekuatan dan stabilitas yang
cukup, sehingga dapat menahan muatan maksimal yang sesuai dan,
mempunyai keminngan dan lebar yang aman untuk kendaraan pengangkut muatan.

119
71

Anda mungkin juga menyukai