LP Hidrosepalus
LP Hidrosepalus
“HIDROCEPHALUS”
MALANG
Oleh:
Pramudyani Van T.
0910720068
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
LAPORAN PENDAHULUAN
HIDROCEPALUS
A. DEFINISI
Merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang
progresif pada sistem ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari
jaringan – jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang
meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid.
Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya
tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang
tempat mengalirnya liquor.
Keadaan dimana terjadi penambahan volume dari cairan
serebrospinal (CSS) di dalam ruangan ventrikel dan ruangan sub arakhnoid.
Keadaan ini disebabkan oleh karena terdapat produksi cairan serebrospinal
yang berlebihan, obstruksi jalur cairan cerebrospinal maupun gangguan
absorpsi cairan serebrospinal.
B. ETIOLOGI
Hydrosephalus dapat disebabkan oleh kelebihan atau tidak cukupnya
penyerapan CSF pada otak atau obstruksi yang muncul mengganggu
sirkulasi CSF di sistim ventrikuler. Kondisi diatas pada bayi dikuti oleh
pembesaran kepala. Obstruksi pada lintasan yang sempit (Framina Monro,
Aquaductus Sylvius, Foramina Mengindie dan luschka ) pada ventrikuler
menyebabkan hidrocephalus yang disebut : Noncomunicating (Internal
Hidricephalus)
Obstruksi biasanya terjadi pada ductus silvius di antara ventrikel ke III
dan IV yang diakibatkan perkembangan yang salah, infeksi atau tumor
sehingga CSF tidak dapat bersirkulasi dari sistim ventrikuler ke sirkulasi
subarahcnoid dimana secara normal akan diserap ke dalam pembuluh darah
sehingga menyebabkan ventrikel lateral dan ke III membesar dan terjadi
kenaikan ICP.
Tipe lain dari hidrocephalus disebut : Communcating (Eksternal
Hidrocephalus) dmana sirkulasi cairan dari sistim ventrikuler ke ruang
subarahcnoid tidak terhalangi, ini mungkin disebabkan karena kesalahan
absorbsi cairan oleh sirkulasi vena. Type hidrocephalus terlihat bersama –
sama dengan malformasi cerebrospinal sebelumnya.
Pada prinsipnya hidrosefalus terjadi sebagai akibat dari ketidak
seimbangan antara 4 produksi, obstruksi dan absorpsi dari CSS. Adapun
keadaan-keadaan yang dapat mengakibatkan terjadinya ketidak seimbangan
tersebut adalah:
1. Disgenesis serebri
46% hidrosefalus pada anak akibat malformasi otak dan yang
terbanyak adalah malformasi Arnold-Chiary. Berbagai malformasi serebral
akibat kegagalan dalam proses pembentukan otak dapat menyebabkan
penimbunan CSS sebagai kompensasi dari tidak terdapatnya jaringan otak.
Salah satu contoh jelas adalah hidroanensefali yang terjadi akibat
kegagalan pertumbuhan hemisferium serebri.
o Ventrikel IV
Sumbatan pada ventrikel IV akan menyebabkan pelebaran kedua
ventrikel lateralis, dan ventrikel III dan akuaduktus serebri.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
CT Scan
Sistenogram radioisotop dengan scan .
USG
Rontgen Kepala
Lingkar Kepala
Ventrikulografi
Pengambilan Cairan Serebrospinal
Pengambilan cairan serebrospinal dapat dilakukan dengan cara Lumbal
Punksi, Sisternal Punksi atau Lateral Cervical Punksi. Lumbal Punksi merupakan
prosedur neuro diagnostik yang paling sering dilakukan, sedangkan sisternal
punksi dan lateral hanya dilakukan oleh orang yang benar-benar ahli.
E. PENATALAKSANAAN
Prosedur pembedahan jalan pintas (ventrikulojugular,
ventrikuloperitoneal) shunt
Kedua prosedur diatas membutuhkan katheter yang dimasukan
kedalam ventrikel lateral : kemudian catheter tersebut dimasukan
kedalam ujung terminal tube pada vena jugular atau peritonium dimana
akan terjadi absorbsi kelebihan CSF.
Penatalaksanaan gizi, klien diberi asupan makanan yang tinggi kalori
dan tinggi protein
Terapi medikamentosa
Terapi pintas/shunting
Ada 2 macam cara yang dapat digunakan :
1. Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luas, dan bersifat hanya
sementara. Misalnya pungsi lumbal untuk terapi hidrosepalus
tekanan normal
2. Internal
a) CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain
b) Lumbo peritoneal shunt
CSS dialirkan dari resessus spinalis lumbalis ke rongga peritoneum
dengan operasi terbuka.
Tekhnik shunting :
- Sebuah kateter ventricular diamsukkan melalui kornu
oksipitalis atau kornu frontalis, ujungnya ditempatkan
setinggi foramen Monroe
- Suatu reservoir yang memungkinkan aspirasi dari CSS
untuk dilakukan analisis.
- Sebuah katub yang terdapat dalam system shunting ini,
baik yang terletak proksimal dengan tipe bola atau
diafragma, maupun yang terletak di distal dengan katub
berbentuk celah. Katub ini akan membuka pada tekanan
yang berkisar antara 5-150 mm H20.
- Ventrikulo-atrial shunt. Ujung distal kateter dimasukkan ke
dalam atrium kanan jantung melalui V.jugularis Interna
(dengan thorax x-ray ujung distal setinggi 6/7).
- Ventrikulo-Peritoneal shunt
a. Selang slastik ditanam dalam lapisan subkutan
b. Ujung distal kateter ditempatkan pada ruang
peritoneum
F. PENATALAKSANAAN PERAWATAN KHUSUS
Hal – hal yang harus dilakukan dalam rangka penatalaksanaan post –
operatif dan penilaian neurologis adalah sebagai berikut :
1) Post – Operatif : Jangan menempatkan klien pada posisi operasi.
2) Pada beberapa pemintasan, harus diingat bahwa terdapat katup
(biasanya terletak pada tulang mastoid) di mana dokter dapat
memintanya di pompa.
3) Jaga teknik aseptik yang ketat pada balutan.
4) Amati adanya kebocoran disekeliling balutan.
5) Jika status neurologi klien tidak memperlihatkan kemajuan, patut diduga
adanya adanya kegagalan operasi (malfungsi karena kateter penuh);
gejala dan tanda yang teramati dapat berupa peningkatan ICP.
H. PROGNOSIS
Hidrosepalus yang tidak diterapi akan menimbulkan gejala sisa,
gangguan neurologi serta kecerdasan. Dan kelompok yang tidak diterapi, 50-
70% akan meninggal karena penyakitnya sendiri atau akibat infeksi berulang
atau oleh karena aspirasi pneumonia. Namun bila prosesnya berhenti
(arrested hidrosepalus) sekitar 40% anak akan mencapai kecerdasan yang
normal. Pada kelompok yang di operasi, angka kematian karena berkisar
7%. Setelah di operasi sekitar 5% kasus mencapai fungsi normal dan sekitar
16% mengalami retardasi mental ringan. Adalah penting sekali untuk anak
hidrosepalus mendapat tindak lanjut jangka panjang dengan kelompok
multidisplin.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Anamnesa
1) Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan
ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
2) Riwayat Perkembangan
Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir
menangis keras atau tidak.
Kekejangan : Mulut dan perubahan tingkah laku.
Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.
Keluhan sakit perut.
Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi :
Anak dapat melioha keatas atau tidak.
Pembesaran kepala.
Dahi menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh dara terlihat jelas.
2) Palpasi
Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior
sehingga fontanela tegang, keras dan sedikit tinggi dari
permukaan tengkorak.
3) Pemeriksaan Mata
Akomodasi.
Gerakan bola mata.
Luas lapang pandang
Konvergensi.
Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa
melihat keatas.
Stabismus, nystaqmus, atropi optic.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Operatif
1) Gangguan rasa nyaman: Nyeri akut berhubungan dengan
meningkatkanya tekanan intrakranial .
Data Indikasi : Adanya keluahan Nyeri Kepala, Meringis atau menangis,
gelisah, kepala membesar
Tujuan ; Setelah dilakukan intervensi 1x24 jam Klien akan mendapatkan
kenyamanan, nyeri kepala berkurang
Kriteria hasil : Nyeri berkurang, tidak ada grimace meringis Kesakitan,
Kepala mengecil
Rencana Keperawatan :
1. Berikan ruangan/lingkungan yang tenang sesuai indikasi
R/ Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitivitas
pada cahaya dan meningkatkan istirahat/relaksasi
2. Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang
penting
R/ Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri
3. Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman, seperti kepala
agak tinggi sedikit.
R/ Menurunkan iritasi, resultan ketidaknyamanan lebih lanjut.
4. Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara tepat dan masase
otot daerah leher/bahu
R/ Dapat membantu merelaksasikan ketegangan otot yang
meningkatkan reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman tersebut.
5. Berikan tindakan kolaboratif pemberian analgesic (seperti
asetaminofen,kodein)
R/ Mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat.
Post – Operatif.
1) Nyeri akut sehubungan dengan post operasi dilakukan pemasangan
shunt.
Data Indikasi ; adanya keluhan nyeri, Ekspresi non verbal adanya
nyeri.
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi 1x24 jam Rasa Nyaman Klien
akan terpenuhi, Nyeri berkurang
Kriteria hasil: Skala nyeri berkurang (1-3), Grimace kesakitan
berkurang
Rencana Keperawatan :
1. Berikan ruangan/lingkungan yang tenang sesuai indikasi
R/ Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitivitas
pada cahaya dan meningkatkan istirahat/relaksasi
2. Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang
penting
R/ Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri
3. Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman, seperti kepala
agak tinggi sedikit.
R/ Menurunkan iritasi, resultan ketidaknyamanan lebih lanjut.
4. Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara tepat dan masase
otot daerah leher/bahu
R/ Dapat membantu merelaksasikan ketegangan otot yang
meningkatkan reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman tersebut.
5. Berikan tindakan kolaboratif pemberian analgesic (seperti
asetaminofen,kodein)
R/ Mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat.
6. Beri kapas secukupnya dibawa telinga yang dibalut.
7. Aspirasi shunt (Posisi semi fowler), bila harus memompa shunt,
maka pemompaan dilakukan perlahan – lahan dengan interval
yang telah ditentukan.
R/ Mencegah terjadinya infeksi dan pemyebaran cairan terlalu
luas
8. Kolaborasi dengan tim medis bila ada kesulitan dalam
pemompaan shunt.
R/ Menjaga kestabilan kondisi pasien
9. Berikan posisi yang nyaman. Hindari posisi pada tempat dilakukan
shunt.
R/ Meningkatkan rasa nyaman bagi pasien
10. Observasi tingkat kesadaran dengan memperhatikan perubahan
muka (Pucat, dingin, berkeringat)
R/ Indikator adanya masalah pada nyeri
11. Kaji orisinil nyeri : Lokasi dan radiasinya.
R/ Memudahkan untuk mengatasi nyeri pasien
DAFTAR PUSTAKA
Kelainan bawaan
(infeksi,neoplasma, perdarahan)
Virus/bakteri
masuk jaringan
Malformasi Ketidakseimbangan sekresi dan absorbsi otak
CSS
Gangguan perfusi
kerusakan jaringan
Sebelum Setelah
cerebral
penutupan penutupan
sutura sutura
Kesadaran
Pembesaran Sutura
tulang terbuka
tengkorak Resiko Tirah baring
trauma
Hidrocepalus
Kerusakan
integritas kulit
Gangguan TIK Nyeri kepala
aliran darah ke
otak
Mual muntah Nyeri akut
Perfusi
jaringan
Perubahan
cerebral tidak
nutrisi
efektif
(perubahan
perfusi
cerebral)
TIK
Penurunan kesadaran
Nyeri
Resiko trauma