V.1. Kesimpulan
1. Diantara 5 senyawa baru turunan kalkon hasil sintesis yang diuji, senyawa
2. Diantara 5 senyawa baru turunan kalkon hasil sintesis yang diuji, senyawa
senyawa yang paling aman terhadap sel Vero dengan IC50 = 280,45 ±
140,53 µM.
3. Diantara 5 senyawa baru turunan kalkon hasil sintesis yang diuji, senyawa
4 ((E)-1-(4-aminofenil)-3-(2,4-dimetoksifenil)prop-2-en-1-on) memiliki
V.2. Saran
baik dari senyawa baru turunan kalkon hasil sintesis. Senyawa yang memiliki
lanjut sebagai calon obat baru. Namun untuk menjadi kandidat obat baru, masih
diperlukan berbagai pengujian baik uji preklinik maupun uji klinik. Penelitian
68
pemberian secara oral, uji toksisitas baik akut maupun sub kronis, dan uji klinik
pada manusia apabila hasil pengujian preklinik menunjukkan hasil yang baik.
Selain itu untuk mengetahui mekanisme aksi senyawa baru turunan kalkon
molekuler.
V.3. Ringkasan
Latar Belakang
persoalan kesehatan yang utama di dunia terutama di negara tropis dan sub tropis.
Pada tahun 2013, ada 97 negara yang sedang mengalami endemis malaria (WHO,
malariae dan P. knowlesi (Mamoun et al., 2010). Tercatat pada tahun 2010
Salah satu masalah dalam pengobatan malaria ini adalah adanya resistensi
memberikan acaman bagi eliminasi malaria di dunia (Mandal, 2014; Taylor &
69
Juliano, 2014). Penemuan antimalaria baru yang aman dan efektif kini menjadi
Beberapa senyawa yang berasal dari bahan alam yang terbukti memiliki
(Kaur et al., 2009) serta alkaloid (Julianti et al.,2014). Isolat aktif dari bahan alam
antimalaria baru yang lebih poten dan aman (Kaur et al., 2009). Kalkon
merupakan suatu gugus penting yang berasal dari bahan alam dan merupakan
dari kalkon mulai diteliti setelah adanya laporan penelitian yang menunjukkan
menemukan suatu inhibitor pada salah satu sistem penting dalam kehidupan P.
Selain efektif pada penggunaan oral, suatu senyawa yang akan dijadikan
sebagai obat baru dalam suatu terapi juga harus terbukti aman bagi pasien (Kumar
70
et al., 2014). Uji toksisitas dilakukan untuk mengetahui tingkat keamanan suatu
obat baru sebelum obat tersebut diguakan dalam terapi. Sebagai suatu upaya untuk
Tinjauan Pustaka
Malaria
Malaria, ialah suatu penyakit infeksi darah oleh parasit dari genus
Malaria hingga saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan akibat
dalam daerah stratifikasi rendah meskipun masih ada desa atau daerah yang masih
Gejala awal infeksi malaria tidak spesifik dan mirip dengan gejala infeksi
ringan lainnya seperti sakit kepala, lemah, lelah, gangguan abdomen, nyeri otot
dan sendi, biasanya diikuti dengan demam, menggigil, berkeringat, tidak nafsu
makan, muntah, dan rasa tidak enak badan yang terus memburuk. Pasien yang
diketahui mengalami malaria pada saat infeksi masih awal, dengan tidak ada
71
yang efektif. Namun jika pengobatan gagal atau tidak efektif, atau mengalami
Perkembangan tersebut bisa terjadi hanya dalam hitungan jam. Malaria yang
sudah parah biasanya ditandai dengan satu atau beberapa manifestasi seperti koma
metabolik, atau udem paru akut. Pada stadium penyakit yang sudah seperti ini
jika tidak segera diberikan penanganan akan berakibat fatal (WHO, 2010; Patel et
al., 2003).
Plasmodium
malaria yang paling mematikan, karena parasit tersebut dapat menyerang semua
sel darah merah, tidak hanya sel yang masih muda atau sel yang sudah tua
(Turkington & Frey, 2010). Penularan infeksi Plasmodium terjadi melalui gigitan
nyamuk Anopheles betina (WHO, 2013). Plasmodium yang berada dalam fase
nyamuk saat nyamuk mengambil darah. Sporozoit yang berhasil masuk ke tubuh
dilepaskan dari sel-sel hati menuju aliran darah dalam bentuk merozoit. Parasit
trofozoit muda (cincin), trofozoit matang, lalu skizon yang mampu menghasilkan
hingga 36 parasit baru (Mamoun et al., 2010). Parasit yang telah berkembang biak
secara aseksual akan menghancurkan sel inangnya, serta melepaskan parasit baru
dalam bentuk merozoit yang akan menginfeksi sel darah merah yang lain. Pada
tahap ini akan muncul gejala–gejala malaria seperti demam dan anemia terkait
malaria. Siklus aseksual ini dapat berulang kurang lebih setiap 48 jam (Kalanon &
McFadden, 2010). Ketika darah yang mengandung parasit malaria terambil oleh
nyamuk Anopheles betina, parasit akan masuk ke siklus hidup yang lain di dalam
ditemukan di kelenjar ludah nyamuk, dan ketika nyamuk mencari makan dan
manusia dan memulai infeksi pada tubuh manusia ketika parasit memasuki sel–sel
Antimalaria
malaria yang tergolong kelas II memiliki spectrum yang lebih luas, tidak hanya
melawan stadium aseksual, tetapi juga stadium hati primer. Yang termasuk di
dalam golongan ini adalah atovaquin dan proguanil. Obat maaria kelas III
73
memiliki aktifitas dngan spektrum yang unik, yakni melawan parasit pada stadium
pertumbuhan di hati baik yang masih primer maupun laten, serta stadium
Resistensi Plasmodium
80an. Kasus resistensi kloroquin pertama kali dilaporkan terjadi sekitar akhir 1950
dan awal 1960an (Cowman & Foote, 1990). Di Indonesia pertama kali ditemukan
tahun 1973. Setelah itu dilaporkan pula adanya resistensi P. falciparum terhadap
amino pada transporter P. falciparum resisten kloroquin yang dikode oleh gen
1990; Sibley, 2014). Sekarang ini bahkan telah ditemukan ada Plasmodium yang
74
turunan dari antimalaria yang ada saat ini, pengembangan dari bahan alam,
penggunaan obat yang aktif pada penyakit lain, pengembangan agen yang bekerja
aktif dengan target aksi spesifik yang baru (Rosenthal, 2003). Banyak molekul
antiplasmodium yang digunakan dalam terapi penyakit malaria saat ini merupakan
senyawa yang dikembangkan dari bahan alam yang dijadikan senyawa penuntun.
Beberapa golongan senyawa yang berasal dari bahan alam yang terbukti memiliki
quassinoid, limonoids, kalkon, dan peptida (Kaur et al., 2009; Julianti, et al.,
2014).
Kalkon
bahan alam dan merupakan prekursor sintesis senyawa flavonoid dalam tanaman.
Kalkon juga dikenal sebagai flavonoid hasil biosintesis, dan pertama kali
mereaksikan asetofenon atau turunan nya dengan benzaldehid atau turunan nya
dengan katalisator basa kuat seperti KOH, NaOH dan NaH dalam pelarut polar
yang poten baik in vitro maupun in vivo dari suatu senyawa, yaitu likokalkon A
(Tomar et al, 2010), yang merupakan senyawa hasil isolasi dari akar Chinese
Senyawa baru turunan kalkon yang disintesis oleh Mishra et al. (2008)
Salah satu senyawa paling aktif dari seluruh senyawa yang berhasil disintesis
memiliki IC50 1,52 µg/mL. Tomar et al. (2010) melakukan sintesis sejumlah
gugus amino di salah satu cincin aromatisnya, dan seluruhnya terbukti dapat
senyawa hasil sintesis Kumar et al. (2010) yang tersubstitusi 2,4-dimetoksi pada
cincin aromatis pertama dan kloro pada cincin aromatis yang kedua menunjukkan
IC50 6 µM dan indeks resistensi 1,1. Suwito et al. (20014b) telah mendesain
beberapa turunan kalkon sebagai suatu inhibitor pada interaksi ferredoxin (Fd)
senyawa hasil sintesis yang memiliki aktivitas penghambatan yang paling kuat
pada kultur parasit malaria jangka pendek atau diperpanjang, yang telah
standar yang dibuat WHO mulai digunakan secara luas di berbagai negara
endemis malaria sekitar tahun 1976 dan 1987 (Basco, 2007). Setelah mengalami
Plasmodium in viro yang kini ada berdasar pada teknik kultur in vitro yang
didesain oleh Trager & Jensen (1976). Beberapa teknik pengujian sensitivitas obat
pengukuran efek obat pada pertumbuhan dan perkembangan parasit malaria. Efek
parasit, oleh karena itu pertambahan jumlah parasit hidup menjadi parameter yang
obat diukur dan dibandingkan dengan kontrol tanpa perlakuan obat (Noedl et al.,
2003).
adanya aktivitas biologis dari suatu substansi uji yang dapat dilakukan pada
77
banyak tipe sel seperti fibroblas, Hela dan hepatoma (Ekwall et al., 1990).
lebih mudah dan cepat dari pada pengujian in vivo (Eisenbrand et al., 2001). Ada
berbagai cara untuk melihat viabilitas sel dan sitotoksisitas dari suatu senyawa uji
proses pengujian ini terbagi dalam dua tahap, yaitu proses reduksi sustrat MTT
oleh sistem dehidrogenase dari sel yang aktif, dilanjutkan dengan tahap pelarutan
Kristal formazan ungu hasil reduksi pada suatu pelarut organik (Wang et al.,
2012).
Landasan Teori
Asia merupakan ancaman bagi pengendalian infeksi malaria, penemuan obat baru
Kalkon merupakan suatu gugus penting yang berasal dari bahan alam dan
kalkon didesain dengan tujuan menghambat interaksi antara Fd dengan FNR milik
78
PfFd dan PfFNR dilakukan melalui doking molekuler in silico dan menunjukkan
adanya peran gugus amino pada turunan metoksi amino kalkon pada
Metode Penelitian
ini adalah IC50 senyawa uji terhadap P. falciparum strain FCR-3, IC50 pada sel
falciparum strain FCR-3 resisten kloroquin. Sampel dari populasi yang digunakan
untuk pengujian adalah Plasmodium pada fase trofozoit muda (cincin) dengan
parasitemia 2%, hematokrit 3% sebanyak 100 µL tiap sumuran pada plate mikro
96 sumuran. Sedangkan pada uji sitotoksik senyawa baru turunan kalkon terhadap
sel normal in vitro, sebagai populasi adalah kultur sel Vero. Sampel dari populasi
79
yang digunakan untuk uji adalah kultur sel Vero dengan kepadatan 1x105 sel/mL
sebanyak 100 µL tiap sumuran pada plate mikro 96 sumuran (10000 sel setiap
sumuran).
Alat yang digunakan adalah Laminar Air Flow (Labconco), tissue culture
sumuran (Iwaki), botol kaca (Duran), disposable conical tubes, inkubator CO2
kertas saring 0,2µm (Whatman) (Sigma Chem. Co. st. Lois USA), pipet mikro
Vero, Media tumbuh RPMI 1640, NaHCO3, M199, dan D-sorbitol (Sigma-
imersi (Merck). Serum manusia (Golongan O) dan eritrosit manusia (golongan O),
Jalannya Penelitian
Kultur parasit dilakukan dengan metode candle jar Trager & Jensen yang
80
14,15
dimodifikasi. Media yang digunakan adalah media kultur malaria komplit,
yaitu RPMI 1640 yang mengandung 0,2% HEPES, 0,2% NaHCO3, 20 µg/mL
pengujian ini adalah dengan metode mikroskopis (Ljungströmet al., 2004; Basco,
2007). Berbagai seri kadar senyawa uji diujikan sebanyak 2 kali dalam triplikat
dengan plate mikro 96 sumuran yang telah diisi dengan kultur Plasmodium pada
fase trofozoit muda (cincin) dengan parasitemia 2% (hematokrit 3%). Kultur yang
parasitemia dihitung dari sediaan apus kultur yang diwarnai dengan Giemsa.
50%.
Uji sitotoksik in vitro. Uji sitotoksik in vitro terhadap sel Vero dilakukan
dengan metode MTT assay. Sebanyak 100µL suspensi sel Vero dalam medium
selama 24 jam inkubasi. Uji dilakukan sebanyak 3 kali secara triplikat. Persentase
sumuran sel yang diberi senyawa uji dengan nilai absorbansi dari sumuran sel
yang diberi media tanpa senyawa uji (kontrol negatif). Absorbansi dibaca dengan
rentang waktu yang berbeda (setiap 8 jam). Setelah 8 jam pemejanan senyawa uji,
kultur dicuci dengan medium RPMI yang mengandung 10% serum sampai dengan
senyawa uji.
Hasil
Nilai IC50 dari kelima senyawa baru turunan kalkon hasil sintesis terhadap
positif, digunakan sulfadoksin. Data disajikan dalam rata-rata IC50 ± SD dari dua
kali pengujian dalam waktu yang berbeda. Nilai IC50 senyawa uji berkisar dari
3,48 µg/mL hingga 15,56 µg/mL, dengan senyawa yang paling aktif adalah
senyawa 2.
Tabel 1. Rata–rata IC50 menyawa baru turunan kalkon dan sulfadoksin pada P.
falciparum strain FCR-3
rata–rata nilai IC50 senyawa uji terhadap sel Vero disajikan dalam Tabel 2. Kelima
senyawa uji menunjukkan toksisitasnya pada sel Vero, dengan IC50 terendah
Tabel 2. Rata–rata niai IC50 (µg/mL) senyawa baru turunan kalkon hasil sintesis
dan sulfadoksin terhadap sel Vero
3. Selektivitas
Indeks selektivitas (IS) dihitung berdasarkan rasio IC50 senyawa pada sel
Tabel 3. Indeks selektivitas (IS) senyawa baru turunan kalkon dan sulfadoksin
Salah satu dari kelima senyawa baru turunan kalkon hasil sintesis yang
pemberian senyawa uji. Senyawa uji diinkubasi bersama kultur selama 8 jam.
yang berbeda – beda. Persentase parasitemia kultur tanpa senyawa uji dianggap
100%.
84
Pembahasan
senyawa 2 (IC5013,76± 0,84 µM) dan senyawa 4 (IC5014,86 ± 6,58 µM) memiliki
Perbedaan ini menunjukkan adanya farktor lain yang ikut berperan dalam aktivitas
digambarkan dalam hasil doking molekuler secara in silico. Ikatan antara kalkon
dalam menghalangi interaksi antara kalkon dengan sisi aktif dari enzim (Tomar et
al., 2010).
Plasmodium, namun juga paling toksik terhadap sel Vero. Senyawa 5 merupakan
seyawa yang memiliki nilai IC50 terbesar. Namun keamanannya belum bisa
dipastikan karena pada saat pengujian senyawa ini kurang larut di dalam medium
kultur.
3. Selektivitas
tersebut, bukan karena aktivitasnya secara langsung melawan parasit itu sendiri.
dikembangkan sebagai obat (Valdes et al., 2010). IS paling besar dimiliki oleh
senyawa 5, namun karena sifat kelarutannya yang sukar larut, senyawa yang
falciparum strain FCR-3 lebih sensitif pada pemberian senyawa 4 dari pada
stadium yang lain. Ada berbagai proses biologis terjadi dalam tubuh Plasmodium
86
yang dibutuhkan pada proses persiapan sebelum pembelahan parasit (Fang et al.,
2014), serta sintesis sejumlah protease (PfSUB1 dan PfSUB2) yang dipercaya
memiliki peranan dalam invasi merozoit ke sel darah merah (Bozdech et al.,
protease.
Kesimpulan
antiplasmodium namun juga yang paling toksik pada sel Vero. Senyawa yang
pematangan skizon.