11
Gambar 2. Prakiraan sifat hujan musim kemarau 2013 zona musim di Aceh dan Sumatera Utara
Tabel 1. Prakiraan sifat hujan musim kemarau 2013 di Kalimantan yang berada di bawah normal
No ZOM Kabupaten/Kota Provinsi
1 267 Murung Raya, Gunung Mas, Kapuas bagian utara, Barito Utara bagian barat, Sintang bagian timur, Kutai Barat bagian barat daya Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat
2 269 Kapuas bagian tenggara, Barito Kuala bagian barat laut Kalimantan Barat
3 274 Hulu Sungai Tengah bagian selatan, Hulu Sungai Selatan bagian barat, Tapin bagian utara, Hulu Sungai Utara bagian selatan Kalimantan Selatan
4 278 Tabalong, Balangan bagian utara, Pasir bagian barat, Kutai Barat bagian tenggara Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur
2
Tabel 3. Sepuluh kabupaten dengan hotspot tertinggi di Kalimantan tahun 2012
No Kabupaten Provinsi Jumlah
1 Ketapang + Kayong Utara Kalbar 1.948
2 Sanggau Kalbar 971
3 Sintang Kalbar 882
4 Kota Waringin Timur Kalteng 574
5 Landak Kalbar 546
6 Pontianak Kalbar 533
7 Pulang Pisau Kalteng 515
8 Kapuas Kalteng 491
9 Kapuas Hulu Kalbar 487
10 Katingan Kalteng 433
Kalimantan merupakan pulau terpanas di Indonesia. Selama tahun 2012 terpantau 13.594 Hotspot atau 39% dari total hotspot di Indonesia .
D. Keterbatasan / Tantangan
1. Walaupun menjadi prioritas utama, namun proporsi anggaran pengendalian kebakaran hutan dan lahan
masih belum memadai.
2. Kemampuan sumberdaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan masih terbatas.
3. Minimnya ketersediaan sarana dan prasarana pengendalian kebakaran hutan dan lahan.
4. Luas wilayah kerja tidak sebanding dengan sumberdaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan yang
tersedia.
5. Kewenangan Manggala Agni terbatas pada pemadaman di wilayah kawasan konservasi (walaupun
dapat diperbantukan di lahan).
6. Belum tersedianya teknologi pembukaan lahan tanpa bakar yang mudah, murah dan cepat sehingga
masyarakat lebih memilih untuk membakar lahan.
7. Masih terjadi pembukaan lahan dengan cara membakar.
8. Perlunya peningkatan teknologi pemanfaatan limbah dalam rangka mendukung PLTB.
9. Perlunya sinkronisasi peraturan perundangan antara pusat dan daerah, misalnya: Perda Kalimantan
Tengah dan Riau yang membolehkan membuka lahan dengan cara pembakaran terkendali di lahan-
lahan.
10. Upaya penindakan hukum masih lemah dan masih terkesan dilakukan sendiri-sendiri antar K/L.
11. Anggaran APBD untuk pengendalian kebakaran hutan dan lahan yang masih sangat minim (<0.001%).
12. Tingginya persentasi hotspot yang terjadi di APL yang terindikasi atau berpotensi kebakaran hutan dan
lahan sehingga perlu ketegasan pemkab/pemkot/pemprov sebagai penanggung jawab APL.
13. Pelaksanaan TMC dilakukan pada saat titik api sudah banyak sehingga jarak pandang terkendala akibat
asap yang tebal dan proses pembentukan awan hujan pun akan semakin sulit.