Anda di halaman 1dari 18

KEBIJAKAN RUMAH SAKIT

DALAM PENGELOLAAN PERALATAN MEDIK

A. PENDAHULUAN
Peralatan kesehatan merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting
dalampenyelenggaraan pelayanan kesehatan, baik di rumah sakit maupun di sarana pelayanan
kesehatan lainnya. Oleh karenanya kondisi maupun fungsi peralatan kesehatarn harus baik
dan dapat mendukung pelayanan kesehatan tersebut. Untuk mencapai kondisi ini perlu
adanya pengelolaan peralatan dengan baik dan terpadu, sejak perencanaan, pengadaan,
pendayagunaan dan pemeliharaan. Dengan demikian peralatan kesehatan dan fasilitas
pendukungnya akan berdaya guna secara optimal dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan.
Peralatan kesehatan merupakan investasi yang sangat mahal. Oleh karenanya harus
dikeloladengan baik dan dipertahankan tingkat kehandalannya. Pengelolaan peralatan
dirumah sakit harus dilaksanakan oleh seluruh unit terkait dengan melibatkan Manajemen
rumah sakit. Agar peralatan dapat dikelola dengan baik diperlukan adanya kebijakan
pemerintah, dalam hal ini Manajemen rumah sakit dalam pengelolaan peralatan. Kebijakan
pengelolaan alat diawali sejakperencanaan pengadaan sampai dengan proses penghapusan.
Semua pihak yang terkait dengan pengelolaan peralatan harus memahami kebijakan ini dan
melaksanakannya sesuai dengan bidang tugas masing-masing.
B. TUJUAN
1. Setelah mengikuti pelatihan ini, Manajemen rumah sakit, Pejabat terkait, penanggung
jawab/pengelola unit pelayanan mampu melakukan pengelolaan peralatan dengan baik,
dalam bidang:
- Perencanaan Pengadaan dan Penerimaan peralatan
- Pengelolaan peralatan
- Pengawasan dan pembinaan
- Penyediaan anggaran
2. Setelah mengikuti pelatihan ini, teknisi mampu melaksanakan :
- Pengelolaan peralatan dari aspek teknis.
- Perencanaan pemeliharaan.
- Pelayanan teknis
- Perencanaan dan Pengembangan Peralatan.
3. Setelah mengikuti pelatihan ini, operator/pengguna alat mampu melaksanakan :
- Perencanaan pengadaan peralatan.
- Pengelolaan peralatan dari aspek operasional.
- Pelayanan dengan penggunaan alat secara optimal.
- Pemeliharaan harlan.

C. SASARAN
1. Pelatihan dengan materi ini diikuti oleh :
a. Manajemen RS
b. Pejabat yang melakukan pengelolaan peralatan.
c. Pimpinan unit pelayanan/instalasi.
d. Tenaga operator / pengguna alat medik.
e. Teknisi pelaksana pemeliharaan.l Teknisi Elektromedis.
f. Tenaga operator peralatan non medik.
2. Dengan adanya kebijakan dalam pengelolaan peralatan, diharapkan :
a. Pelayanan kesehatan akan meningkat.
b. Peralatan dapat mencapai usia teknis yang diharapkan.
c. Peralatan dapat dijamin kehandalannya.

KEBIJAKAN PERTAMA
Pengadaan peralatan
1. Pengadaan peralatan dilaksanakan sesuai Keppres No.8 tahun 2006, tentang pengadaan
peralatan dan jasa pada instansi Pemerintah.
2. Pengadaan peralatan harus diawali dengan perencanaan yang baik, sehingga peralatan yang
diadakan memenuhi program fungsi, sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
3. Perencanaan melibatkan pengguna alat/user untuk penyusunan profesional spec.
Penyusunan technical spec melibatkan unsur teknis.
4. Peralatan yang akan diadakan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Memenuhi standar keselamatan.
b. Telah memenuhi uji PRODUK dan uji TEKNIS, dibuktikan dengan sertifikat.
c. Terdaftar pada Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
d. Teknologi pada alat sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
5. Harus disiapkan RKS, yang terdiri dari :
a. Ketentuan administrasi
(Perhatikan Keppres NO.8 tahun 2006 )
b. Ketentuan teknis, meliputi :
- Catu daya listrik, 220 volt.
- Training bagi tenaga operator dan teknisi.
- Masa garansi selama 1tahun.
- Penerimaan alat melalui proses uji fungsi dan uji coba.
- Layanan purna jual/penyediaan suku cadang selama 5 tahun.
- Pemeliharaan selama ......... ( sesuai Kontrak ).
- Pemasok memiliki work shop yang lengkap dengan teknisi yang profesional
- dalam jumlah yang cukup.
- Peralatan memenuhi standar keselamatan.
6. Dalam menyusun perencanaan alat harus memperhatikan :
a. Beban kerja.
b. Sarana dan prasarana yang tersedia di RS.
Tugas penyiapan sarana, prasarana dan pra instalasi, disiapkan oleh teknisi.
c. SDM yang akan menggunakan alat.
d. Anggaran pengadaan bahan operasional dan pemeliharaan.
7. Pengadaan peralatan harus memperhatikan sinkronisasi antara :
a. Pengadaan alat
b. Penyiapan sarana dan prasarana.
c. Penyiapan pra instalasi
d. Penyediaan SDMApabila sinkronisasi jadwal waktu tidak tercapai, maka akan terjadi hal-
hal sebagai berikut :
a. Alat tiba di RS, sarana belum siap, akibatnya alat disimpan di gudang, ada kemungkinan
alat rusak atau ada bag ian alat yang hilang.
b. Alat tiba di RS, prasarana listrik, air, uap, gas medis tidak tersedia, akibatnya alat tidak
dapat difungsikan secara optimal, bahkan tidak dapat difungsikan.
c. Alat tiba di RS, pra instalasi tidak siap, akibatnya alat tidak dapat diinstalasi.
d. Alat tiba di RS, telah diinstalasi dengan baik, tetapi tenaga operator/pengguna alat tidak
siap, akibatnya alat tidak dioperasikan.
8. Dalam menyusun rencana pengadaan alat, pihak RS dapat memperoleh informasi dari:
a. RS lain yang telah lebih dahulu menggunakan alat yang serupa.
b. Supplier yang menjadi agen tunggal merk tertentu di Indonesia.
c. Melalui internet.
d. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik atau Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan.
9. Muatan pada kontrak harus sesuai dengan muatan pada RKS. Oleh karena itu RKS harus
sudah menampung semua aspirasi yang dikehendaki. Apabila didalam RKS tidak tertulis
secara lengkap, maka didalam kontrak pun akan terjadi demikian.
Contoh : Bila dikehendaki semua manual dalam bahasa Indonesia, maka pada RKS harus
ditulis semua manual (operation dan service manual) dalam bahasa Indonesia.
Pada kontrak pun akan tertulis demikian.
10. Ketentuan mengenai supplier/pemasok supplier/pemasok pengadaan alat, sebaiknya
agen tunggal untuk suatu merk.
Apabila ada peraturan daerah mengenai supplier/pemasok alat, maka perusahaan daerah
tersebut harus mendapat dukungan dari agen tunggal.
Hal ini untuk kemudahan di kemudian hari, dalam hal:
a. Pengadaan bahan pemeliharaan/suku cadang/aksesori.
b. Layanan teknis, bila ada kerusakan alat.
Pada kontrak dituliskan layanan purna jual selama 5 (lima) tahun. Akan tetapi bila
supplier/pemasok tidak memperoleh dukungan dan agen tunggal yang memiliki kemampuan
layanan teknis dan layanan purna jual, maka usia teknis alat tidak akan mencapai usia yang
dikehendaki (akan berhenti operasional dalam waktu pendek).

KEBIJAKAN KEDUA
Penerimaan peralatan
1. Proses penerimaan alat melalui 3 (tiga) tahapan, yaitu :
a. Pemeriksaan fisik
Dilakukan pemeriksaan secara visual, untuk mengecek :
- Kebenaran alat yang diterima, yaitu mencocokkan alat dengan kontrak dan brosur.
- (Merk, Type/model, Jumlah)
Bagian-bagian alat.
Akseson yang dipesan.
Dokumen teknis, terdiri dari :
- Certificate of Origin.
- Test certificate
- Manual (operation, service, installation, wiring/ schematic diagram).
- Ijin operasional.
Hasil dan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh tim penilai :
a. Alat dapat diterima
b. Alat diterima dengan catatan
c. Alat tidak dapat diterima

Dengan hasil ini panitia penerima barang menyiapkan berita acara serah terima fisikob.
Uji Fungsi
Peralatan yang diinstalasi secara permanen (misal : dental unit, X-ray unit, operation lamp,
gen set, washing machine, sterilizer, dll) dilakukan pemeriksaan instalasi. Apabila instalasi
tidak sesuai dengan desain, maka supplier harus melakukan perbaikan sebelum dilakukan uji
fungsi.
Uji fungsi dilaksanakan sebagai berikut :
a. Pemeriksaan fungsi komponen/bagian alat (tombol, saklar, indikator, putaran
motor, pengereman, dll).
b. Kinerja/output
Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap hasil keluaran dari alat (X-ray, temperatur,
putaran, energi, daya hisap, lux dari lampu, sistim perekaman, dll). Pada pengujian keluaran
ini, supplier harus melakukan pengukuran, dengan menggunakan alat ukur yang sesuai
dengan keluaran yang dihasilkan setiap jenis alat.
Pengujian harus sampai kondisi maksimum sesuai kapasitas alat.
c. Pengujian aspek keselamatan. Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap aspek
keselamatan, meliputi :
- Arus bocor
- Impedansi kabel pembumian
- Nilai tahanan hubungan pembumian (max. 5 ohm).
- Radiasi bocor dan paparan radiasi.
- Anaesthesi gas scavenging sistem.
- Keseti mbangan/balancing .
- Sistim pengamanan tertentu .
- Untuk melakukan pengujian aspek keselamatan, supplier juga harus menyediakan
- peralatan ukur.
- Formulir yang digunakan untuk pemeriksaan dan pengujian, perhatikan lampiran.
- Ketentuan mengenai tanggung jawab pihak terkait.
Tanggung jawab supplier alat :
- Menyediakan bahan operasional.
- Menyediakan SDM yang mampu mengoperasikan alat dan mampu melakukan
- pengukuran keluaran serta aspek keselamatan .
- Menyediakan alat ke~a dan alat ukur.
- Menyusun jadwal uji fungsi.
- Menyiapkan formulir pemeriksaan dan pengujian yang telah diisi dengan data
yang tercantum pada kontrak dan lampiran kontrak.
- Tanggung jawab pihak rumah sakit :
- Menyiapkan prasarana penunjang yang diperlukan (Iistrik, air, uap, gas medis,
dll).
- Menyiapkan petugas, dalam hal ini tim penilai.
- Apabila hasH uji fungsi, alat dinyatakan dapat diterima, maka panitia penerima
barang menyiapkan berita acara serah terima pertama.
c. Uji Coba
Tujuan uji coba, adalah :
1. Memberikan kesempatan kepada operator yang telah meng'ikuti training, untuk
membiasakan pengoperasian alat, dengan pasien/beban sesuai kebutuhan.
2. Mengetahui kemampuan fungsi dan kemampuan teknis alat.
Uji coba dilaksanakan selama 3 bulan atau dihitung dari jumlah pemeriksaan : 300
foto/sampel darah atau urine. Tanggung jawab pihak rumah sakit :
1. Menyiapkan operator/pengguna alat.
2. Menyiapkan bahan operasional.
3. Menyiapkan prasarana penunjang.
4. Menyiapkan tim penilai untuk memantau kegiatan uji coba alat.
Tanggung jawab supplier alat :
1. Memantau pengoperasian alat dan memberikan petunjuk kepada operator bila terjadi
kesalahan operasional alat.
2. Melakukan perbaikan bila ada alat yang mengalami kerusakan.
Ketentuan alat yang diterima :
1. Jumlah sesuai kontrak
2. Merk, type/model sesuai kontrak
3. Spesifikasi alat sesuai kontraklbrosur.
4. Fungsi alat :
- Fungsi komponen/bagian alat baik.
- Fungsi keluaran baik.
- Aspek keselamatan baik.
5. Aksesori lengkap dan baik.
Sila pada akhir uji coba, semua ketentuan diatas terpenuhi dan telah dilaksanakan
training bagi operator/ pengguna alat dan teknisi sesuai program, maka akan diterbitkan
berita acara serah terima kedua.
2. Program Pelatihan
2.1. Materi pelatihan bagi tenaga operator/pengguna alat adalah :
a. Prosedur penggunaan alat yang benar dan aman.
b. Pengoperasian alat secara optimal.
c. Aspek keselamatan.
d. Pemeliharaan harian, penyimpanan alat dan penggantian bahan operasional
serta bahan habis pakai.
e. Penyusunan protap pengoperasian alat (S.O.P.).
2.2 Materi pelatihan bagi teknisi
a. Cara pengoperasian alat.
b. Penjelasan fungsi masing-masing bagian alat.
c. Penyusunan program pemeliharaan berkala.
d. Pelaksanaan pemeliharaan berkala.
e. Perbaikan ringan.
f. Pengenalan dan penggantian suku cadang.
g. Penyusunan Protap Pemantauan Fungsi, Protap Pemeliharaan dan Protap

Perbaikan.
Pada pelatihan ini, operator dan teknisi harus diberi kesempatan untuk melakukan praktek
pengoperasian dan pemeliharaan/perbaikan ringan.
Tahap akhir dari penerimaan alat adalah kalibrasi oleh institusi pengujilBPFK. Tujuannya
adalah untuk menguji kelaikan alat. Bila dinyatakan "Iaik pakai", maka pada setiap alat akan
ditempelkan labellaik pakai dan diberikan sertifikat kalibrasi.
Anggaran kalibrasi dibebankan kepada supplier alat.

KEBIJAKAN KETIGA
Pengelolaan alat .
1. Alat diberi nomor inventarisasi dan dicatat pada daftar inventarisasi kekayaan milik negara.
Tugas ini dilaksanakan oleh bendaharawan barang atau petugas yang mengelola barang di
rumah sakit.
2. Alat diserahkan kepada unit pelayanan/instalasi yang akan menggunakan alat. Penyerahan
alat dengan berita acara serah terima.
Sejak saat itu, tanggung jawab pengelolaan (penyediaan bahan operasional, penggunaan
dan penyimpanan) menjadi tanggung jawab kepala uniUinstalasi yang bersangkutan.
3. Alat dicatat di IPS-RS, pada daftar inventarisasi peralatan dan menjadi beban kerja
pemeliharaan.
Sejak saat itu, alat dimasukkan dalam program pemeliharaan berkala.
4. Keberadaan alat baru tersebut harus diinformasikan kepada seluruh unit pelayanan/instalasi
yang ada di rumah sakit.

Keterkaitan setiap unit kerja adalah sebagai berikut :


1. Manajemen RS
a. Bertanggung jawab terhadap operasional alat
b. Mengevaluasi pengelolaan alat
c. Mengevaluasi pelayanan kesehatan di rumah sakit dengan penggunaan alat
d. Mengalokasinkan anggaran rumah sakit untuk pengadaan bahan operasional dan
pemeliharaan alat.
2. Bendaharawan Barang
a. Melakukan inventarisasi barang milik negara yang ada di rumah sakit
b. Menyusun daftar inventarisasi barang milik negara setiap tahun
3. Unit Pelayanan
a. Mengoperasikan alat untuk pelayanan kesehatan di rumah sakit sesuai protap
b. Menyusun protap pelayanan dan protap pengoperasian alat
c. Mengusulkan anggaran pengadaan bahan operasional
d. Menyiapkan tenaga operator/pengguna alat yang profesional4. IPS RS/Teknisi
a. Melakukan inventarisasi peralatan, yang terkait dengan pemeliharaan alat
b. Menyusun program pemeliharaan
c. Menyusun daftar keagenan alat. untuk pengadaan bahan pemeliharaan, suku cadang dan
pelayanan teknis oleh pihak III
d. Melaksanakan program pemeliharaan dan pelayanan teknis
e. Menyusun laporan secara berkala mengenai kondisi alat, kegiatan pelayanan teknis dan
menyerahkan kepada Manajemen RS
f. Mengusulkan anggaran pengadaan bahan pemeliharaan, suku cadang dan kalibrasi
g. Mengusahakan agar alat selalu dalam kondisi laik pakai, handal dan dapat mencapai usia
teknis.
5. Bagian Keuangan
a. Penyiapan anggaran sesuai usulan unit pelayanan dan IPS RS
6. Bagian Rumah Tangga
b. Pengadaan bahan pemeliharaan dan suku cadang
c. Penyimpanan dan distribusi bahan pemeliharaan dan suku cadang
7. Bagian Farmasi
a. Pengadaan bahan operasional
b. Penyimpanan dan distribusi bahan operasional
Apabila seluruh unsur terkait memberikan perhatian dan melaksanakan tugas sesuai
kewenangan,
maka alat akan dapat dioperasikan untuk menunjang peralatan kesehatan di rumah sakit dan
alat
akan mencapai usia teknis.

KEBIJAKAN KEEMPAT
Pemanfaatan Alat
1. Setelah alat yang direncanakan tiba dan diterima di rumah sakit, maka secepatnya alat
tersebut difungsikan untuk peningkatan pelayanan.
Pengadaan alat didasari oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Sebagai alat pengganti dari alat lama yang dinyatakan sudah tidak efisien atau teknologi
telah tertinggal (USG black and white, meja operasi yang statis, lampu operasi yang
intensitas cahayanya kecil, dll).
b. Peningkatan pelayanan.
c. Penambahan alat karena beban kerja tinggi.
Pengoperasian alat dilakukan oleh operator/pengguna alat yang telah mengikuti pelatihan dan
mampu untuk mengoperasikan alat. Kesalahan dalam pengoperasian alat dapat
mengakibatkan dampak negatif yaitu :
- Alat mengalami karusakan, karena salah prosedur.
- Hasil pemeriksaan tidak seperti yang diharapkan.
- Harus dilakukan pemeriksaan ulang, untuk pemeriksaan dengan radiasi,
hal in akan merugikan pasien dan operator, karena dosis radiasi yang diterima
lebihbesar dari dosis yang seharusnya.
2. Setiap alat dilengkapi dengan protap (Standard Operation ProsedurISOP). Pengoperasian
alat harus sesuai protap.
Selain protap pengoperasian alat, harus ada protap pelayanan yang dimengerti dan dipahami
oleh seluruh petugas yang terlibat dengan kegiatan di unit pelayanan tersebut.
3. Menyiapkan bahan operasional. Unit pelayanan yang mengelola alat harus menyiapkan
bahan operasional bagi setiap alat. Sehingga pengoperasian alat dapat dilaksanakan secara
berkesinambungan.
Pengadaan bahan operasional dapat dilaksanakan oleh unit lain (contoh : oleh bagian
farmasi).
Adapun mengenai jenis dan jumlah, diusulkan oleh unit kerja yang bersangkutan. 4.
Menyiapkan tarip pelayanan. Guna menghadapi era globalisasi dan perubahan status rumah
sakit untuk mampu "MANDIRI", maka Manajemen rumah sakit harus menyiapkan tarip
pelayanan yang mencakup semua aspek pembiayaan.
Tarip pelayanan harus mencakup beberapa aspek, sbb :
a. Bahan operasional
b. Jasa pelayanan
1. Dokter
2. Perawat
3. Teknisi
4. Tenaga lain
c. Kebutuhan prasarana
1. Listrik (beban tetap dan konsumsi daya).
2. Air bersih.
3. Gas medis
4. Uap
d. Pemeliharaan
1. Preventif (bahan pemeliharaan).
2. Korektif (penggantian komponen, diprediksi usia komponen)
3. Investasi ( penggantian alat, diprediksi usia alat ).
e. Kalibrasi (1 tahun sekali, pola tarip)
f. Fasilitas penunjang :
1. AC (service, freon, kompresor)
2. TV
3. Listrik
g. Bahan administrasi
1. Formulir/kwitansi
2. Amplop
h. Keuntungan RS
I. Pajak (sesuai ketentuan yang berlaku)
Dengan memperhitungkan pola tarip pelayanan mencakup semua komponen pembiayaan
maka komponen pembiayaan yang diperlukan oleh teknisi untuk melaksanakan pemeliharaan
dapat terpenuhi.

KEBIJAKAN KELIMA
Pemeliharaan.
1. Dukungan Manajemen Rumah Sakit kepada Teknisi IPS RS
a. Melibatkan teknisi pada :
Rencana pengembangan Rumah Sakit
Pengadaan Alat
Penerimaan Alat
Pengelolaan Alat
b. Mengundang Teknisi IPS RS hadir pada rapat rutin dengan kepala unit elayanan/lnstalasi
c. Memberi kesempatan kepada teknisi IPS RS untuk bersaing dengan pihak ke tiga dalam
perbaikan alat.
d. Meningkatkan kemampuan teknisi melalui :
Pendidikan lanjutan
Pelatihan Manajemen dan Teknis
e. Mengevaluasi prestasi kerja IPS RS melalui laporan (pembinaan). f. Penyediaan anggaran
untuk :
Pemeliharaan dan perbaikan alat.
Pengadaan pasilitas kerja IPS RS
Tanpa adanya dukungan dari manajemen Rumah Sakit seperti tersebut diatas, maka
dapat dipastikan kegiatan teknisi IPS RS dalam pemeliharaan alat tidak akan optimal
sebagaimana diharapkan.
2. Pemeliharaan Alat
Menyusun program pemeliharaan
a. Perencanaan
IPS-RS harus mengurus perencanaan pemeliharaan. Untuk dapat menyusun
perencanaan, IPS-RS harus memiliki daftar inventarisasi peralatan.
Oengan memperhatikan kemampuan teknis, meliputi :
- SOM, yaitu :
 Jumlah teknisi
 Kemampuan teknis
 Pelatihan yang pernah diikuti
 Pengalaman kerja
 Fasilitas kerja
 Ookumen teknis
 Maka IPS-RS harus menyusun perencanaan untuk 1 tahun kedepan, meliputi :
 Jadwal pemantauan fungsi
 Jadwal pemeliharaan berkala
 Penyiapan bahan pemeliharaan yangdiperlukan untuk setiap alat selama 1tahun.
 Penyiapan suku cadang/aksesories yang diperlukan untuk perbaikan alat yang
 mengalami kerusakan (pemeliharaan korektif terencana).
 Usulan tersebut dituangkan ke dalam rencana anggaran dan diusulkan kepada
 Manajemen rumah sakit, melalui Kepala Bagian Keuangan/Kepala Bagian
Sekretariat.
b. Penyiapan fasilitas kerja
Fasilitas kerja yang diperlukan untuk menunjang pelayanan teknis, meliputi :
 Alat kerja
 Tool set
 Alat kerja mekanik
 Alat ukur
 Ookumen teknis, terdiri dari :
 Protap pemantauan fungsi dan lembar kerja
 Protap pemeliharaan dan lembar kerja.
 Protap perbaikan dan lembar kerja.
 Operation manual.
 Service manual.
 Schematic/wiring diagram.
 Formulir laporan.
 Alat bantu
 Tangga
 Trolley
3. Pelaksanaan Pemeliharaan
Berdasarkan program yang telah disusun dan disetujui oleh Manajemen rumah sakit,
IPS-RS
menyiapkan teknisi yang akan melaksanakan program tersebut. Pada tahap awal,
kemungkinan IPS-RS belum mampu melaksanakan pelayanan teknis untuk seluruh alat yang
dimiliki.
Hal ini perlu mendapat perhatian dari Manajemen rumah sakit dan semua unit terkait,
untuk
dievaluasi dan dicari solusi yang tepat. Pelaksanaan pelayanan teknis, terdiri dari :
Pemantauan fungsi, pemeliharaan berkala dan
perbaikan alat harus mengikuti protap yang telah disusun.
4. Pelaporan
Setiap kegiatan pelayanan teknis harus dilengkapi dengan pelaporan yang dapat dimengerti,
baik oleh pemberi tugas, Manajemen rumah sakit, maupun unit pelayanan terkait.
Jenis laporan, antara lain:
 Kartu pemeliharaan alat
 Catatan pemeliharaan alat
 Laporan kerja pemeliharaan preventif.
 Laporan kerja pemeliharaan korektif.
 Laporan hasil pemantauan fungsi.
 Laporan Penggunaan Bahan Pemeliharaan I Suku Cadang .
 Setiap laporan harus disimpan di bagian arsip IPS-RS.
5. Pembinaan teknis kepada operator. Salah satu tugas teknisi IPS-RS adalah memberikan
pembinaan teknis kepada operator/pengguna alat, dalam hal:
a. Pemeliharaan harian
Salah satu jenis pemeliharaan berkala adalah : "Pemeliharaan har·ian". Tugas ini
diserahkan kepada operator/pengguna, berupa : melakukan pembersihan alat bag ian luar
dan dilaksanakan setiap hari sebelum alat digunakan untuk pelayanan. Gunakan bahan
pembersih yang benar.
b. Aspek keselamatan
Dalam mengoperasikan alat, operator harus memperhatikan aspek keselamatan bagi
pasien dan petugas, terhadap semua kemungkinan yang dapat terjadi. Aspek
keselamatan yang harus diperhatikan, meliputi :
 Bahaya listrik.
 Bahaya radiasi
 Bahaya mekanik
 Bahaya terhadap bahan kimia
 Bila aspek keselamatan tersebut diperhatikan dengan baik, maka pelayanan kesehatan
akan dapat dilaksanakan seoptimal mungkin.

KEBIJAKAN KEENAM
Pengujian dan Kalibrasi
1. Landasan Hukum
Peraturan Menteri Kesehatan No. 363/Menkes/Per1lV/1998. tentang Pengujian dan Kalibrasi
Alat Kesehatan. Dengan adanya permenkes tersebut, maka setiap alat yang digunakan untuk
pelayanan harus dilakukan pengujian dan kalibrasi sekurang-kurangnya 1 tahun sekali.
2. Pelaksanaan pengujian dan kalibrasi alat kesehatan.
Yang diperkenankan untuk melaksanakan pengujian dan kalibrasi alat kesehatan adalah
institusi penguji.
Institusi penguji milik pemerintah saat ini ada 4 BPFK (Balai Pengamanan Fasilitas
Kesehatan), yaitu :
BPFK Jakarta
BPFK Surabaya
BPFK Medan
BPFK Makassar
Setiap alat yang telah dikalibrasi akan diberikan label "LAIK PAKAI" atau "TIDAK LAIK
PAKAI"
serta sertifikat kalibrasi. 3. Tugas dan kewajiban rumah sakit, selaku pengguna alat :
a. Menyusun rencana pengujian dan kalibrasi alat kesehatan yang dimiliki.
Dari daftar inventarisasi peralatan yang ada di IPS-RS, dapat dikelompokkan alat
yang mendapat prioritas untuk dilakukan pengujian dan kalibrasi.
Skala prioritas didasarkan pada
 Alat life saving
 Alat yang beresiko dalam pengoperasiannya.
 Alat kesehatan lainnya.
b. Mengusulkan anggaran yang diperlukan untuk kegiatan pengujian dan kalibrasi.
Komponen anggaran pengujian dan kalibrasi terdiri dari :
 Biaya transportasi dari BPFK ke RS (P .P).
 Biaya akomodasi teknisi selama berada di rumah sakit (berdasarkan lumpsum).
 Tarip pelayanan pengujian dan kalibrasi
 Biaya pengujian I Kalibrasi sudah termasuk dalam Tarip Pelayanan.
c. Setelah tersedia anggaran, hubungi BPFK, agar dijadwalkan waktu pelaksanaan
pengujian dan kalibrasi. Kirimkan daftar alat yang dimintakan pelayanan kalibrasi.
d. Setelah pelayanan pengujian dan kalibrasi selesai, setiap alat akan mendapat label dan
sertifikat. Pasang label pada alat, sehingga masyarakat pelanggan dapat melihat label
tersebut dan mengetahui bahwa alat yang digunakan telah dikalibrasi dan laik pakai.

KEBIJAKAN KETUJUH
Penghapusan Barang
1. Penghapusan Barang Milik Negara dilaksanakan berdasarkan :
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN R.I. NO. :470IMK.0111994
2. Pertimbangan untuk penghapusan Barang :
a. Pertimbangan Teknis :
Secara fisik barang tidak dapat digunakan lagi, akibat RUSAK dan tidak ekonomis bila
diperbaiki. Secara teknis tidak dapat digunakan lagi akibat moderenisasilkemajuan teknologi.
b. Pertimbangan ekonomis.
Secara ekonomis lebih menguntungkan bagi negara apabila barang dihapus, karena biaya
operasional dan pemeliharaan lebih dari manfaat yang diperoleh.
3. Siapa yang melaksanakan proses penghapusan Barang ?
Proses penghapusan barang dilaksanakan oleh :
PANITIA penghapusan yang terdiri dari :
Unsur satuan kerja yang membidangi : Perlengkapan, Umum dan Keuangan.
Dapat mengikut sertakan unsur teknis atau tenaga ahli dari instansi lain yang terkait.
4. Tugas Panitia Penghapusan
a. Menginventarisir/meneliti Barang yang akan dihapus
b. Menilai kondisi fisik barang
c. Menetapkan perkiraan nilai barang
d. Membuat berita acara penilaian I pemeriksaan.
e. Menyelesaikan kelengkapan administrasi usulan penghapusan barang.
f. MengajuKan usulan penghapusan barang kepada pejabat yang berwenang.
5. Tindak lanjut dari Penghapusan Barang :
a. dijual
b. dipertukarkan
c. dihibahkan
d. dijadikan penyertaan modal pemerintah
e. dimusnahkan.
Setelah permohonan penghapusan barang di setujui oleh Departemen Keuangan, maka
panitia penghapusan memproses tindak lanjut dan hasilnya dilaporkan kepada Departemen
Keuangan
PERSYARATAN TEKNIS SARANA RUMAH SAKIT
1. Atap.
1.1 Umum.
Atap harus kuat, tidak bocor, tahan lama dan tidak menjadi tempat perindukan serangga,
tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
1.2 Persyaratan atap.
(1) Penutup atap.
(a) Apabila menggunakan penutup atap dari bahan beton harus dilapisi dengan lapisan tahan
air.
(b) Penutup atap bila menggunakan genteng keramik, atau genteng beton, atau genteng tanah
liat (plentong), pemasangannya harus dengan sudut kemiringan sesuai ketentuan yang
berlaku.
(c) Mengingat pemeliharaannya yang sulit khususnya bila terjadi kebocoran, penggunaan
genteng metal sebaiknya dihindari.
(2) Rangka atap.
(a) Rangka atap harus kuat memikul beban penutup atap.
(b) Apabila rangka atap dari bahan kayu, harus dari kualitas yang baik dan kering, dan
dilapisi dengan cat anti rayap.
(c) Apabila rangka atap dari bahan metal, harus dari metal yang tidak mudah berkarat, atau di
cat dengan cat dasar anti karat.
2. Langit-langit.
(1) Umum.
Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan.
(2) Persyaratan langit-langit.
(a) Tinggi langit-langit di ruangan, minimal 2,80 m, dan tinggi di selasar (koridor) minimal
2,40 m.
(b) Rangka langit-langit harus kuat.
(c) Bahan langit-langit antara lain gipsum, acoustic tile, GRC (Grid Reinforce Concrete),
bahan logam/metal.
3. Dinding dan Partisi.
3.1 Umum.
Dinding harus keras, rata, tidak berpori, tidak menyebabkan silau, tahan api, kedap air, tahan
karat, tidak punya sambungan (utuh), dan mudah dibersihkan.
3.2 Persyaratan dinding.
Komponen dinding memiliki persyaratan sebagai berikut :
(a) dinding harus mudah dibersihkan, tahan cuaca dan tidak berjamur.
(b) lapisan penutup dinding harus bersifat non porosif (tidak mengandung pori-pori) sehingga
dinding tidak dapat menyimpan debu.
(c) warna dinding cerah tetapi tidak menyilaukan mata.
(d) khusus pada ruangan-ruangan yang berkaitan dengan aktivitas anak, pelapis dinding
warna-warni dapat diterapkan untuk merangsang aktivitas anak.
(e) pada daerah tertentu, dindingnya harus dilengkapi pegangan tangan (handrail) yang
menerus dengan ketinggian berkisar 80 ~ 100 cm dari permukaan lantai. Pegangan harus
mampu menahan beban orang dengan berat minimal 75 kg yang berpegangan dengan satu
tangan pada pegangan tangan yang ada.
Bahan pegangan tangan harus terbuat dari bahan yang tahan api, mudah dibersihkan dan
memiliki lapisan permukaan yang bersifat non-porosif (tidak mengandung pori-pori).
(f) khusus untuk daerah yang sering berkaitan dengan bahan kimia, daerah yang mudah
terpicu api, maka dinding harus dari bahan yang tahan api, cairan kimia dan benturan.
(g) pada ruang yang menggunakan peralatan yang menggunakan gelombang elektromagnit
(EM), seperti Short Wave Diathermy atau Micro Wave Diathermy, penggunaan penutup
dinding yang mengandung unsur metal atau baja sedapat mungkin dihindarkan.
(h) khusus untuk daerah tenang (misalkan daerah perawatan pasien), maka bahan dinding
menggunakan bahan yang kedap suara atau area/ruang yang bising (misalkan ruang mesin
genset, ruang pompa, dll) menggunakan bahan yang dapat menyerap bunyi.

Anda mungkin juga menyukai