Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pernyataan Masalah


Ekstraksi adalah salah satu proses pemisahan atau pemurnian suatu senyawa
dari campurannya dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat
mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material suatu bahan
lainnya.
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi dari campurannya dengan
menggunakan pelarut yang sesuai. Banyak proses biologi, inorganik dan substansi
organik terjadi dalam campuran dengan komponen yang berbeda dalam solid.
Tujuannya adalah untuk memisahkan campuran solute atau menghilangkan
komponen solute yang tidak diinginkan fase solid, solid dikontakkan dengan fase
cair. Dua fase ini dikontakkan dengan intim dan solute dapat mendifusi dari fase solid
ke fase cair yang mana menyebabkan pemisahan original komponen dalam solid.
Proses ini disebut liquid-solid leaching atau leaching sederhana. Istilah ekstraksi juga
digunakan untuk mendeskripsikan unit operasi, meskipun itu juga mengarah pada
liquid-liquid. Dalam leaching ketika komponen yang tidak diinginkan dihilangkan
dari solid dengan menggunakan air, proses ini disebut washing (pencucian)
(Geankoplis, 1997).

1.2 Tujuan Percobaan


1. Menentukan efisiensi untuk tahap pemisahan beberapa konfigurasi operasi
seperti cocurrent, counter current,dan cross current.
2. Membuat data kesetimbangan sistem 3 (tiga) komponen untuk ekstraksi padat
cair.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


2.1.1 Ekstraksi Padat Cair
Ekstraksi padat cair Prinsip ekstraksi padat-cair adalah adanya kemampuan
senyawa dalam suatu matriks yang kompleks dari suatu padatan, yang dapat larut
oleh suatu pelarut tertentu. Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk tercapainya
kondisi optimum ekstraksi antara lain: senyawa dapat terlarut dalam pelarut dengan
waktu yang singkat, pelarut harus selektif melarutkan senyawa yang dikehendaki,
senyawa analit memiliki konsentrasi yang tinggi untuk memudahkan ekstraksi, serta
tersedia metode memisahkan kembali senyawa analit dari pelarut pengekstraksi
(Gamse 2002).

2.1.2 Mekanisme Ekstraksi Padat Cair


1. Padatan dikontakkan dengan pelarut sehingga pelarut akan bergerak dari bulk
solvent solution menuju permukaan padatan. Kontak padatan dengan pelarut
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: perkolasi (padatan disusun
menyerupai unggun tetap dan solvent dialirkan melewati unggun tersebut)
atau dispersi (padatan didispersikan ke dalam pelarut hingga seluruh
permukaan padatan diselimuti oleh pelarut, dispersi dapat dibantu dengan
pengadukan). Pada penelitian ini, kontak dilakukan secara disperse
menggunakan magnetic strirrer.
2. Pelarut berdifusi ke dalam padatan.Pada proses difusi, suatu zat akan
berpindah melewati membran dari daerah berkonsentrasi tinggi menuju ke
konsentrasi rendah. Peristiwa difusi dapat terjadi karena adanya driving force
berupa perbedaan konsentrasi (Bailey,1983).
3. Solute yang terkandung dalam padatan akan larut dalam pelarut yang telah
masuk ke dalam padatan. Solute dapat larut dalam solvent karena adanya gaya
antaraksi diantara molekul-molekulnya, yaitu gaya dipol-dipol dimana zat
yang bersifat polar-polar atau non polar-non polar akan saling berikatan.
Selain itu juga terdapat gaya London ayng terjadi antara dipol-dipol yang
lemah sehingga memungkinkan pelarut polar melarutkan senyawa non polar.
4. Solute akan menuju permukaan padatan dan berdifusi kembali keluar padatan.
Difusi ini terjadi karena konsentrasi pelarut yang mengandung solute lebih
besar dibandingkan konsentrasi pelarut di luar padatan yang tidak
mengandung solute.
5. Solute berpindah ke dalam bulk solution. Ekstraksi dilakukan hingga
tercapainya waktu kesetimbangan, dimana driving force bernilai nol (atau
mendekati nol).
Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencapai kinerja ekstraksi yang baik,
antara lain:
1. memperkecil ukuran padatan sehingga lintasan kapiler yang harus dilewati
(secara difusi) menjadi lebih pendek dan tahanan akan berkurang. Solute
seringkali terkurung di dalam sel sehingga perlu dilakukan kontak langsung
dengan pelarut melalui pemecahan dinding sel. Pemecahan dapat dilakukan
dengan penekanan atau penggerusan, namun ukuran partikel tidak boleh
terlalu kecil.
2. temperatur yang lebih tinggi (viskositas pelarut lebih rendah, kelarutan solute
lebih besar) pada umumnya menguntungkan unjuk kerja ekstraksi. Namun,
temperatur ekstraksi tidak boleh melebihi titik didih pelarut karena akan
menyebabkan pelarut menguap. Biasanya temperatur ekstraksi yang paling
baik adalah sedikit di bawah titik didih pelarut.
3. semakin banyak pelarut yang digunakan akan meningkatkan kinerja ekstraksi,
namun akan meningkatkan biaya operasi sehingga pemilihan perbandingan
pelarut yang optimal perlu diperhatikan.
4. semakin lama waktu ekstraksi akan meningkatkan unjuk kerja ekstraksi,
namun jika terlalu lama peningkatan perolehan ekstrak terhadap waktu
menjadi tidak sebanding dan tidak efisien (Geankoplis, 1997).

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi padat cair antara lain:


1. Ukuran partikel
Ukuran partikel yang lebih kecil akan memperbesar luas permukaan kontak
antara partikel dengan liuid, sehingga akan memperbesar laju perpindahan
massa, selain itu juga akan memperkecil jarak difusi. Tetapi partikel yang
sangat halus tidak efektif bila sirkulasi proses tidak di jalankan, disamping itu
juga akan mempersulit pembuangan ampas padat. Jadi harus ada range
tertentu untuk ukuran partikel, dimana partikel harus cukup kecil agar tiap
partikel mempunyai waktu ekstraksi yang sama. Partikel yang terlalu kecil
akan menyulitkan dalam aliran pembuangan.
2. Pelarut
Pelarut harus memilih yang baik maka tidak akan merusak solute atau residu
pelarut, viscositasnya tidak tinggi (kental) agar sirkulasi bebas dapat terjadi.
3. Suhu
Suhu oprasi adalah apabila kelarutan suatu solut yang akan di ekstrak akan
bertambah jika suhu nya juga semakin tinggi dan akan memperbesar difusi
sehingga naiknya suhu akan menaikkan kecepatan ekstraksi. Tetapi suhu tidak
boleh terlalu tinggi karena akan menyebabkan bahan yang diproses rusak.
4. Pengadukan
Dengan adanya pengadukan, dapat menaikkan difusi, kecepatan perpindahan
massa dari permukaan partikel kedalam larutan dan mencegah pengendapan
(Budhikarjono and Kusno, 1996).
2.1.3 Prinsip Ekstraksi Padat-Cair
Prinsip ekstraksi padat cair adalah adanya kemampuan senyawa dalam suatu
matriks yang kompleks dari suatu padatan, yang dapat larut oleh suatu pelarut
tertentu. Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk tercapainya kondisi optimum
ekstraksi antara lain: senyawa dapat terlarut dalam pelarut dengan waktu yang
singkat, pelarut harus selektif melarutkan senyawa yang dikehendaki, senyawa analit
memiliki konsentrasi yang tinggi untuk memudahkan ekstraksi, serta tersedia metode
memisahkan kembali senyawa analit dari pelarut pengekstraksi (Gamse, 2002).
Dua jenis alat pengontak padatan dengan pelarut:
1. Alat dengan unggun tetap (fixed bed), dimana pelarut dilewatkan melalui partikel
padatan, yang tersusun dalam suatu unggun tetap
2. Alat dengan kontak terdispersi (dispersed contact), dimana partikel padatan
didispersikan dalam pelarut, sehingga di samping terjadi pergerakan relatif
antarapartikel padatan dan pelarut terdapat pula pergerakan relatif antara partikel
padatan itu sendiri.
Alat ekstraksi dengan unggun tetap yang paling sederhana terdiri dari tangki
terbuka dengan dasar berlubang-lubang. Ke dalam tangki tersebut diisikan padatan,
sebagai unggun tetap, sedang pelarut dialirkan secara gravitasi atau secara paksa
dengan menggunakan pompa. Contoh alat ekstraksi jenis ini adalah leaching tank. Di
dalam tangki ini padatan dan npelarut diaduk bersama dan kemudian dipisahkan.
Pemisahan dapat dilaksanakan di dalam tangki yang sama maupun dalam satu unit
yang terpisah, dengan cara dekantasi atau filtrasi (Gamse, 2002)

2.1.4 Metode Operasi Ektraksi Padat Cair


Jenis-jenis metoda operasi ekstraksi padat-cair. Berikut ini uraian mengenai
masing-masing metoda tersebut:
Ada tiga jenis metode operasi ekstraksi padat-cair, yaitu:
1. Single Stage
Dalam metode ini, pengontakan antara padatan dan pelarut dilakukan secara
bersamaan, kemudian disusul dengan pemisahan larutan dari padatan sisa.
Metode ini jarang digunakan dalam operasi industri karena perolehan solute-
nya rendah.

Gambar 1.1 Sistem operasi ekstraksi bertahap tunggal.(Douglas, 1985)

2. SMultistage Concurrent System


Metode operasi ini terdiri dari pengulangan dari single stage dimana pada
tahap berikutnya sedemikian rupa underflow yang di peroleh dalam setiap
tahap diumpankan ketahap berikutnya. Larutan yang diperoleh sebagai aliran
atas dapat dikumpulkan menjadi satu seperti yang terjadi pada sistem dengan
aliran sejajar, atau ditampung secara terpisah, seperti pada sistem dengan
aliran silang.

Gambar 1.2 Skema Sistem Multistage Concurrent System (Walas, 2005)


3. Continuous Countercurrent Multi-Stage
Dalam sistem ini, aliran bawah dan atas mengalir secara berlawanan. Operasi
dimulai pada tahap pertama dengan mengontakkan larutan pekat yang
merupakan aliran atas tahap kedua dan padatan baru. Operasi berakhir pada
tahap ke-n (tahap terakhir), ketika terjadi pencampuran antara pelarut baru
dan padatan yang berasal dari tahap ke-n (n-1). Pada operasi ini, sistem
memungkinkan memperoleh hasil solute yang tinggi, sehingga banyak
digunakan di dalam industri.

Gambar 1.3 Sistem bertahap banyak dengan aliran berlawanan (Walas, 2005)

2.1.5 Kesetimbangan Padat-Cair


Seperti pada unit operasi lainya, kesetimbangan pada proses cenderung
terjadi selama operasi, serta laju alir yang dibutuhkan untuk mencapai
kesetimbangan harus dianggap dengan mempelajari faktor-faktor yang beda yang
mempengaruhi proses tersebut. Hal ini dianggap bahwa mekanisme ekstraksi zat
terlarut yang terkandung dalam partikel padat menggunakan cairan sebagai pelarut
terjadi dalam tiga tahap berturut turut sampai kesetimbangan tercapai :
1. Perubahan fase zat terlarut terjadi ketika perubahan zat terlarut dari zat padat
ke fase cair. Larutan zat terlarut terjadi melalui interfase padat-cair. Pada
dasarnya teori interfase ini dianggap seketika dan tidak mempengaruhi
tingkat ekstraksi secara menyeluruh.
2. Pada tahap selanjutnya, zat terlarut di keluar dari padatan secara menyeluruh.
Dalam kebanyakan kasus, zat terlarut dalam partikel padat akan terkontak
dengan pelarut dengan cara pelarut mengisi pori pori solid yang inert
tersebut. Transfer zat terlarut terjadi dari zona dengan kosentrasi yang lebih
tinggi ke kosentrasi lebih rendah. Tingkat perpindahan massa di ungkapkan
sebagai :

………………………………(1.1)

Dimana :
Ns = Laju Flux (kg/m2s)
DL = Difusifitas dari zat terlarut ke pelarut (m2/s)
C = Konsentrasi zat terlarut (kg/m3)
Z = Jarak pori bagian dalam (m)

Oleh karena itu peningkatan transfer massa dapat di capai dengan


meningkatkan difusifitas dengan cara meningkatkan suhu, dan juga ukuran
partikel yang semakin kecil mengakibatkan panjang pori berkurang sehingga
peningkatan perpindahan massa semakin meningkat. Dalam beberapa kasus,
pelarut dapat menghancurkan struktur padatan yang bersifat inert, dan dapat
menghasilkan partikel-partikel halus yang dapat menghentikan pori pori.
3. Setelah zat terlarut sampai ke permukaan partikel, zat terlarut tersebut di
transfer ke pelarut karena perbedaan konsentrasi tadinya. Transfer massa
dapat terbentuk karena adanya pengaruh dari perpindahan turbulen dan
perpindahan molekul. Laju transfer dapat dinyatakan sebagai berikut :

………………….……………(1.2)
Dimana :
M = Berat dari zat terlarut yang berpindah (kg)
A = Partikel larutan yang terkontak di permukaan (m2)
t = Waktu (s)
Cs = Konsentrasi zat terlarut pada permukaan padatan (kg/m3)
C = Konsentrasi zat terlarut dalam larutan yang terhitung (kg/m3)
KL = Koefisien perpindahan massa (m/s)

Peningkatan laju transfer massa dapat tercapai dengan pengadukan terhadap


larutan, karena cara ini meningkatkan koefisien perpindahan massa (KL). Masing
masing tahap memiliki laju perpindahan sendiri, seperti yang dinyatakan
sebelumnya, penditribusian padat selama tahap pertama dianggap terjadi seketika,
sehingga dianggap tidak mempengaruhi proses. Umumnya tahap kedua mengontrol
laju perpindahan karena kecepatan perpindahannya terjadi secara menyeluruh.
Transfer massa berlangsung sampai kesetimbangan tercapai, dengan
demikian perlu dipahami apa itu kesetimbangan. Kesetimbangan tecapai bila zat
terlarut benar-benar telah terpisah dari padatan, sehingga didapatkan larutan dengan
konsentrasi seragam. Bila kandungan zat terlarut dalam padatan cukup tinggi,
dianggap bahwa kesetimbangan tercapai ketika kontak larutan dengan padatan jenuh
(Douglas, 1985).
DAFTAR PUSTAKA

Bailey, James E., dan David F., (1983), Biochemical Engineering Fundamental,
Edition 2, Mc. Graw Hill, Singapore.
Budhikarjono, and Kusno., (1996). Diktat Kuliah Alat Industri Kimia, edisi pertama,
pp. 99-101, Institut Sepuluh November, Surabaya.
Douglas, J.S. (1985). Advanced guide to hydrophonics (Soilless cultivation). Pelham
Books Ltd. London. p.368
Gamse, T., (2002). Liquid-liquid Ekstraktion and solid liquid Extraction, Institute of
Thermal Process and Enviromental Engginering Graz University of
Technology Austria.
Geankoplis, C., J., 1997, Transport Processes and Unit Operations, Prentice Hall of
India, New Delhi.
Treybal, R.E., (1981). Mass Transfer Operations, McGraw- Hill, Chapter 9.
Walas, Stanley M James R. Couper., W. Roy Penney James R. Fai.2005. Chemical
Engineering Equipment Second Edition. Elsevier. USA

Anda mungkin juga menyukai