Oleh :
13410622
FAKULTAS HUKUM
YOGYAKARTA
2018
1. Latar Belakang Masalah
Ada masyarakat yang lebih banyak dipengaruhi tradisi polinesia, ada yang
lebih banyak dipengaruhi agama Hindu,Islam,dan Kristen. Yang mana
kebuadayaanya itu adalah hasil turun temurun dari nenek moyang mereka dan
sudah menjadi tugas mereka untuk menjaga adat kebudayaannya agar tetap utuh.
Budaya-budaya yang dianut, tentunya diyakini oleh segolongan manusia dan
mendarah daging dalam kehidupannya untuk selalu melaksanakan apa yang
dimiliki oleh kebudayaannya sendiri.Dan tentu saja di dalam kebuadayaan itu
terdapat sebuah adat istiadat yang mengatur kehidupan manusia, baik itu adalah
sebuah larangan, perintah dan kebolehan terhadap sesuatu.
Pada dasarnya suatu adat delik itu merupakan suatu tindakan yang melanggar
perasaan keadilan dan kepatuhannya yang hidup dalam masyarakat, sehingga
menyebabkan terganggunya ketentraman serta keseimbangan masyarakat yang
bersangkutan, guna memulihkan keadaan ini maka terjadilah reaksi-reaksi
adat.Ruang lingkup Delik Adat meliputi lingkup dari hukum perdata adat, yaitu
hukum pribadi, hukum harta kekayaan, hukum keluarga dan hukum waris.
Ketentuan Delik adat antara masyarakat adat yang satu berbeda dengan
masyarakat adat yang lain.dikarenakan perbedaan adat maka seringkali dalam
menyelesaiakan konflik antar adat menjadi berlarut larut, bahkan kadang tidak
tercapai kesepakatan antara kedua pihak dan menimbulkan ketegangan. Jika
terjadi konflik seperti ini maka dalam mencari jalan penyelesaiannya bukanlah di
tangani Pengadilan Agama atau Pengadilan Negeri, tetapi ditangani oleh peradilan
keluarga atau kerabat yang bersendikan kerukunan,keselarasan, dan kedamaian.
2
Dalam makalah ini akan dibahas tentang “Hukum Adat Delik”, yang mana
mencakup sebuah adat yang di dalamnya terkandung beberapa macam unsur yang
mengarah kepada larangan untuk melakukan sesuatu dalam suatu adat yang
menganut hukum yang diyakininya.
2. Rumusan Masalah
3. Pembahasan
Ter Haar mengartikan suatu delik itu sebagai tiap-tiap gangguan dari
keseimbangan, tiap-tiap gangguan pada barang-barang materiil dan immateriil
milik hidup seorang atau kesatuan (persatuan) orang-orang, yang menyebabkan
timbulnya suatu reaksi adat, dengan reaksi adat ini keseimbangan akan dan harus
dipulihkan kembali.
Jadi menurut Ter Haar untuk dapat disebut delik, perbuatan itu harus
mengakibatkan kegoncangan dalam neraca keseimbangan masyarakat. Dan
kegoncangan ini tidak hanya terdapat apabila peraturan-peraturan hukum dalam
suatu masyarakat dilanggar, melainkan juga apabila norma-norma kesusilaan,
keagamaan, dan sopan santun dalam masyarakat dilanggar.
3
Soerojo Wignjodipoero berpendapat delik adalah suatu tindakan yang
melanggar perasaan keadilan dan kepatutan yang hidup dalam masyarakat,
sehingga menyebabkan terganggunya ketentraman serta keseimbangan
masyarakat guna memulihkan kembali, maka terjadi reaksi-reaksi adat. Jadi,
hukum delik adat adalah keseluruhan hukum tidak tertulis yang menentukan
adanya perbuatan-perbuatan pelanggaran adat beserta segala upaya untuk
memulihkan kembali keadaan keseimbangan yang terganggu oleh perbuatan
tersebut
Van Vollenhoven mengartikan delik adat itu sebagai perbuatan yang tidak
diperbolehkan. Jadi Delik adalah suatu tindakan yang melanggar perasaan
keadilan dan kepatutan yang hidup dalam masyarakat sehingga menimbulkan
reaksi. Perkara delik adat dapat berupa murni delik adat, contoh pelanggaran
peraturan eksogami. Atau delik adat yang juga bersifat delik Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana, contoh delik terhadap harta kekayaan seseorang.
4
Di dalam hukum adat, hukuman (reaksi adat), merupakan suatu tindakan
pembalasan dendam yang dibatasi oleh suatu sistem denda, sedangkan yang
menjadi dasar hukum pidana adat itu adalah asas-solidaritas.
Jadi, hukum delik adat adalah keseluruhan hukum tidak tertulis yang
menentukan adanya perbuatan-perbuatan pelanggaran adat beserta segala upaya
untuk memulihkan kembali keadaan keseimbangan yangg terganggu oleh
perbuatan tersebut. Apabila dalam masyarakat desa, masyarakat menjadi
terganggu keseimbangan diakrenakan timbul banyak penyakit, tidak tenteram,
selalu timbul kericuhan keluarga, maka masyarakat desa melakukan ruwat desa
atau bersih desa dengan upacara adat, dengan memohon pada Tuhan Yang Maha
Esa agar keseimbangan masyarakat tidak terus-menerus terganggu. Apabila
keseimbangan itu terganggu akibat peristiwa atau perbuatan perseorangan, maka
yang bersalah itu dikenakan hukuman adat mengembalikan keseimbangan
masyarakat.
Sebagaimana hukum adat pada umumnya, sifat hukum delik adat adalah
tradisional dan magis religius, artinya perbuatan yang tidak boleh dilakukan dan
perbuatan mana yang mengganggu keseimbangan masyarakat itu bersifat turun-
temurun dan dikaitkan dengan keagamaan. Misalnya sejak dahulu sampai
sekarang anak tidak boleh murka kepada orang tua, adik tidak boleh melangkahi
kakak, pria dan wanita tidak boleh berzina dan sebagainya. Apabila larangan itu
dilanggar, maka bukan saja keluarga, masyarakat juga akan terganggu
keseimbangannya, dan itu merupakan perbuatan yang akan mendapat kutukan dari
yang ghaib.
5
yang disengaja atau karena kelalaian. Kesemuanya bersifat menyeluruh dan
disatukan dalam cara menyelesaikannya, sehingga tidak juga dibedakan antara
pelaku yang turut melakukan atau yang membantu melakukan atau yang
menghasut.
Terbuka dan lentur, aturan hukum adat delik terhadap unsur-unsur yang baru,
yang berubah, baik yang datang dari luar ataupun karena perubahan dan
perkembangan masyarakat lingkungannya. Hukum adat tidak menolak perubahan-
perubahan itu asal saja tidak bertentangan dengan kesadaran hukum dan
keagamaan masyarakat bersangkutan.
Terjadinya delik adat apabila tata tertib adat setempat dilanggar, atau
dikarenakan adanya suatu pihak yang merasa dirugikan sehingga timbul reaksi
dan koreksi keseimbangan masyarakat menjadi terganggu. Apabila terjadi delik
adat yang akibatnya mengganggu keseimbangan keluarga, maka untuk
menyelesaikan tuntutan atau gugatan dari pihak yang dirugikan harus ada
pengaduan, pemberitahuan, dan permintaan untuk diselesaikan kepada kepala
adat.
6
delik yang mengganggu keseimbangan masyarakat adat pada umumnya
dilakukan oleh para petugas adat, misalnya peristiwanya terjadi ketika
berlangsungnya upacara adat.
Tempat berlakunya hukum adat tidak bersifat nasional tetapi terbatas pada
lingkungan masyarakat adat tertentu atau di pedesaan. Tetapi sekarang sistem
pemerintahan adat lama dan sistem peradilan adat tersebut, sudah tidak diakui
lagi, kecuali peradilan desa yang sifatnya menyelesaikan perkara-perkara kecil
secara damai, yang diurus oleh kepala desa dan perangkat desa, berdasarkan hak,
wewenang, dan kewajiban kepala desa.
7
melakukan tindakan itu. Maka dari pada itulah lahirnya sebuah delik
(Pelanggaran) adat adalah bersamaan dengan lahirnya hukum adat.
Hukum delik adat bersifat tidak statis (dinamis) artinya suatu perbuatan yang
tadinya bukan delik pada suatu waktu dapat dianggap delik oleh hakim (kepala
adat) karena menentang tata tertib masyarakat sehingga perlu ada reaksi (upaya)
adat untuk memulihkan kembali. Maka daripada itulah hukum delik adat akan
timbul, seiring berkembang dan lenyap dengan menyesuaikan diri dengan
perasaan keadilan masyarakat. Sehingga, lahirnya suatu delik (pelanggaran) adat
adalah bersamaan dengan lahirnya hukum adat
Obyek delik Adat adalah segala sesuatu yang dikenai hak dan kewajiban
(aturan-aturan dalam Delik Adat). Didalam bagian ini akan dijelaskan perihal
reaksi masyarakat terhadap perilaku yang dianggap menyeleweng.
8
Dengan demikian maka perilaku tertentu akan mendapatkan reaksi tertentu
pula.Apabila reaksi tersebut bersifat negatif, maka masyarakat
menghendakiadanya pemulihan keadaan yang dianggap telah rusak oleh sebab
perilaku-perilaku tertentu (yang dianggap sebagai penyelewengan).
Secara teoritis, maka reaksi merupakan suatu perilaku serta merta terhadap
perilaku tertentu, yang kemudian diikuti dengan usaha untuk memperbaiki
keadaan, yaitu koreksi yang mungkin berwujud sanksi negatif. Reaksi adat
merupakan suatu perilaku untuk memberikan, klasifikasi tertentu pada perilaku
tertentu, sedangkan koreksi merupakan usaha untuk memulihkan perimbangan
antara dunia lahir dengan gaib. Betapa sulitnya untuk memisahkan kedua tahap
tersebut, tampak, antara lain dari pernyataan Soepomo yang mencakup :
b. Bayaran “uang adat” kepada orang yang terkena, yang berupa benda yang
sakti sebagai pengganti kerugian rohani.
Dengan demikian, maka baik reaksi adat maupun koreksi, terutama bertujuan
untuk memulihkan keseimbangan kosmis, yang mungkin sekali mempunyaiakibat
pada warga masyarakat yang melakukan penyelewengan.
9
5. Delik adat
Untuk mengetahui apa saja yang termasuk kedalam delik adat maka perlu
diketahui terlebih dahulu apa saja aliran-aliran hukum adat yang mempengaruhi.
Menurut aliran pikiran barat, terutama yang bersifat liberalis, bercorak rasonalis
dan intelektual. Menurut aliran pikiran itu, maka agama, ekonomi, kesenian, olah
raga dan sebagainya mempunyai lapangan yang sendiri dan terlepas antara satu
dengan yang lainnya.
Perbedaan besar antara aliran pikiran Barat yang berasaskan liberalisme dan
aliran pikiran tradisonal indonesia, mengenai kedudukan orang di dalam
masyarakat.Menurut aliran liberalis, tiap-tiap individu merupakan pusat
kepentingan hukum, sehingga nyawanya, kemerdekaanya dan harta bendanya
harus dilindungi sebaik-baiknya oleh negara.Bagi hukum adat segala pokok
pelanggaran hukum tidak hanya kepada individu saja, melainkan masyarakat
persekutuan dan penting tidaknya orang seorang tergantung kepada fungsinya
didalam persekutuan adat.
KUHP : Yang dapat dipidana hanya pribadi (person) yang berupa manusia atau
orang.
10
HDA : Sering terjadi bahwa penjahat melakukan delik yang dilakukan disuatu
tempat atau kampung, hukuman yang dikenakan adalah wajib membayar denda
atau ganti rugi kepada golangan kerabat korban.
KUHP : Tiap delik menentang kepentingan negara, sehingga setiap delik adalah
persoalan negara, bukanlah persoalan perseorangan atau pribadi yang terkena.
HDA : Ada delik terutama menjadi persoalan orang yang terkena, sekali juga
menjadi persoalan golongan krabat orang terkena dan pula mengenai kepentingan
desa.
d. Posisi Sosial
KUHP : Hukum pidana barat memperlakukan orang yang satu sama dengan yang
lain, tanpa diskriminasi.
e. Menghakimi sendiri
11
HDA : Didalam sistem hukum adat terdapat keadaan yang mengizinkankan
oranguntuk bertindak sebagai hakim sendiri, misalnya bila seseorang melarikan
gadis, berzina, mencuri dan perbuatan itu tertangkap tangan sedangkan pelaku di
pegang oleh pihak yang terkena, pada saat itu boleh melakukan hakim sendiri.
f. Penilaian Barang
KUHP : Didalam Hukum Pidana barat tidak ada perbedaan barang anatara satu
dengan yang lain, sehingga mencuri setangkai bunga sama berat hukumannya
dengan mencuri sebutir Mutiara.
HDA : Mencuri, Menggelapkan atau merusak barang asal dari nenek moyang
adalah lebih berat dari pada tindakan serupa dari barang duniawi biasa.
Delik adat meliputi banyak hal. Hal-hal itu berisi tentang kesalahan-kesalahan
yaitu: Kesalahan mengganggu keamanan seperti kebakaran, perampokan dan
kerusuhan, pembunuhan, pertikaian, penganiayaan, pencurian, dan menemukan
barang. Contohnya adalah Jika ada rumah di dalam dusun yang terbakar,
disebabkan yang empunya rumah kurang berhati-hati, sehingga berakibat seluruh
dusun terbakar, maka orang yang empunya rumah itu dikenakan “tepung dusun”,
yakni, seekor kerbau, 100 gantang beras, 100 buah kelapa, 1 guci gula aren, 1 guci
ikan pekasan, dan disedekahkan kepada orang banyak.
12
berperahu di sungai “terjun pulangan” namanya, maka ia dikenakan denda 12
ringgit dan jika itu punggawa maka ia diberhentikan.
Kesalahan menyangkut tanah, tanaman tumbuhan dan hasil hutan jika ada
orang yang menumpang mendapatkan gading, cula badak yang sudah mati, maka
penemuannya itu nilainya dibagi tiga, dua bagian untuk penemu dan satu bagian
untuk empunya tanah. Tetapi jika hasil hutan itu didapat orang karena berburu
maka hasil itu adalah miliknya sendiri.
13
6. Cara Penyelesaian Delik Adat
Apabila kasus perkara delik adat itu dilaksanakan oleh kepala adat atau
kepala kerabat, untuk kasus perkara yang mengenai kesusilaan, maka
pertemuannya diadakan di rumah kepala adat, dengan menggunakan juru bicara
para ahli adat. Acara perundingan meliputi ganti kerugian “immaterial”, misalnya
paksaan menikah, pembayaran denda adat, selamatan bersih desa, dan penutup
14
malu, atau penggantian nyawa karena adanya kehilangan nyawa atau kesepakatan
adat bersaudara angkat.
Penyelesaian oleh kepala desa sesuai dengan UU No. 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan desa, dimana kepala desa mempunyai wewenang tidak hanya
sebagai penyelenggara urusan pemerintahan umum tetapi juga termasuk
pembinaan ketentraman dan ketertiban di desa yang dikuasainya. Dengan
demikian apabila terjadi delik adat dan kepadanya dimintakan penyelesaiannya
oleh pihak warga desanya yang mengadu, maka kepala desa dapat
menyelenggarakan peradilan desa bertempat di balai desa.
Cara penyelesaian delik adat yang dilaksanakan oleh kepala desa tidak jauh
berbeda dengan cara penyelesaian oleh kepala adat, yaitu bukan mencari siapa
yang benar dan siapa yang salah, tetapi berusaha untuk mewujudkan kedamaian
antara dua pihak dan pulihnya kembali keseimbangan yang terganggu. Perbedaan
kewenangan kepala desa dan kepala adat hanya terletak pada perbedaan peristiwa
dan pelakunya, kewenangan kepala desa bersifat umum tertuju kepada semua
warga desa yang bersifat ketetanggan, sedangkan kewenangan kepal adat bersifat
khusus tertuju kepada para warga adat persekutuan hukum adat tertentu.
Kepala desa dan kepala adat dapat bekerja sama dalam menyelesaikan delik
adat yang terjadi di kalangan penduduk yang berbeda latar belakang adat atau
suku atau daerah asalnya, untuk menentukan hukum mana dan hukum apa yang
dapat diterapkan terhadap dua pihak yang berselisih sehingga dapat tercapai
kesepakatan, kedamaian, dan kerukunan di antara mereka.
15
atau perbuatan delik yang terjadi yang telah mengakibatkan terganggunya
keseimbangan dalam kesatuan perkumpulan organisasi bersangkutan.
4. Kesimpulan
Delik adat merupakan suatu tindakan yang melanggar perasaan keadilan dan
kepatutan yang hidup dalam masyarakat, sehingga menyebabkan terganggunya
ketentraman serta keseimbangan masyarakat. Hukum adat lahir dari masing-
masing adat yang berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah yang lain dan
hanya berlaku untuk masyarakat yang ada dalam daerah sesuai dengan
persekutuan adat itu saja. Hukum adat tidak bersifat statis, namun selalu
mengalami perubahan. Untuk memulihkan kembali ketentraman dan
keseimbangan itu maka terjadi reaksi-reaksi adat. Hukum adat terjadi apabila
adanya pelanggaran delik adat dan terganggunya keseimbangan masyarakat.
5. Referensi
Buku :
Hilman Hadikusuma, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, Mandar Maju,
Bandung, 2003
_________, Hukum Pidana Adat , Alumni, Bandung, 1989
Data Elektronik :
http://kabulkhan.blogspot.co.id/2011/10/delik-adat-makalah-oleh-sukabul-bab-
i.html
http://dianasetiawati86.blogspot.co.id/2013/06/delik-adat.html
16