Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
3. Edema
1. Remisi : proteinuria negatif atau trace (proteinuria < 4 mg/m2 LPB/jam) 3 hari berturut-turut
dalam 1 minggu.
minggu.
3. Relaps jarang : relaps terjadi kurang dari 2 kali dalam 6 bulan pertama setelah respons awal
4. Relaps sering (frequent relaps) : relaps terjadi ≥ 2 kali dalam 6 bulan pertama setelah respons
5. Dependen steroid : relaps terjadi pada saat dosis steroid diturunkan atau dalam 14 hari setelah
6. Resisten steroid : tidak terjadi remisi pada pengobatan prednison dosis penuh (full dose) 2
3
B. Etiologi dan Pencetus Sindrom Nefrotik Relaps Sering
Penyebab relaps pada sindrom nefrotik sebenarnya tidak diketahui secara pasti. Relaps
pada sindrom nefrotik seringkali diikuti oleh infeksi minor seperti infeksi saluran pernapasan
atas atau infeksi saluran cerna. Diperkirakan 50-70% dari kekambuhan sindrom nefrotik pada
anak-anak di Nnegara berkembang diikuti oleh infeksi terutama infeksi saluran pernapasan
atas. Meskipun bagaimana mekanisme infeksi dapat menyebabkan kekambuhan tidak jelas,
tetapi dengan agen imunosupresif diyakini dapat menurunkan regulasi sel-T dan menurunkan
Pada tabel di bawah ini dapat dilihat keadaan yang menjadi pencetus umum terjadinya
4
C. Epidemiologi dan Faktor Risiko Sindrom Nefrotik Relaps Sering
Penelitian yang dilakukan oleh Nakanishi dkk di Jepang yang dipublikasi tahun 2013
menunjukkan dari total sampel 166 anak dengan sindrom nefrotik idiopatik, 32 anak (19%)
mengalami relaps sering, 57 anak mengalami relaps jarang (34%), dan 49 anak (30%) tidak
mengalami relaps. Untuk sindrom nefrotik relaps sering didapat onset saat mengalami relapas
adalah 4,2 tahun dengan waktu terjadinya remisi 10 hari. Waktu untuk terjadinya relaps yaitu
2,6 bulan.8
Secara umum, keluaran dari SN adalah baik. Terapi dengan prednison menghasilkan
remisi komplit 1 diantara 3 pasien. Namun, sekitar 30% pasien berkembang menjadi sindrom
nefrotik relaps sering. Dalam literatur yang berbeda dikatakan 50-60% anak dengan sindrom
1. Onset terjadinya sindrom nefrotik pada usia muda yaitu < 3 tahun
3. Terjadinya kekambuhan dini yaitu dalam 6 bulan pertama setelah pengobatan awal
D. Patofisiologi
Pada keadaan normal, barier filtrasi glomerulus terdiri dari 3 lapisan, mulai dari
1. Endhothelium fenestrate
2. Membran basal glomerulus : lapisan ini bermuatan negative sehingga mencegah lewatnya
5
3. Epitel glomerulus visceral : dikenal sebagai podosit. Podosit berproses seperti kaki yang
membuat barier. Pori-pori kecil dari barier tersebut dijembatani oleh celah diafragma.
Podosit mempengaruhi fungsi dan struktur dari kedua membran basal glomerolus dan sel
endotel.
4. Perbedaan ukuran disesuaikan oleh pori-pori pada membran basal golmerulus dan podosit
Pada sindrom nefrotik proses filtrasi normal dari glomerulus terputus, mengakibatkan
protein melewati barier dan terjadi proteinuri yang berat. Umumya kerusakan terjadi pada
podosit dan atau membran dasar dari glomerulus. Penelitian terbaru menunjukkan adanya
keterlibatan sel-T pada kerusakan podosit pada 2 bentuk umum sindrom nefrotik (kelainan
Saat ini terbukti bahwa setidaknya 50% dari kambuhnya sindrom nefrotik dipicu oleh
infeksi saluran pernapasan atas diakibatkan virus yang mungkin berhubungan dengan respon
6
imunitas non-spesifik terhadap infeksi (lepasnya sitokin) terhadap antigen virus atau respon
antibodi. Dengan demikian, infeksi lain seperti infeksi saluran kemih, diare, peritonitis, dan
penderita sindrom nefrotik. Secara in vitro terlihat bahwa podosit mengekspresikan reseptor
untuk interleukin-4 dan interleukin-13. Aktivasi reseptor ini oleh masing-masing sitokin akan
menyebabkan produksi sitokin yang menjadi pencetus terjadi relaps pada sindrom nefrotik.7
Dahulu pada SN relaps sering dan dependen steroid segera diberikan pengobatan
steroid alternating bersamaan dengan pemberian siklofosfamid (CPA), tetapi sekarang dalam
2. Pemberian levamisol
Selain itu, perlu dicari fokus infeksi, seperti tuberkulosis, infeksi di gigi, atau
kecacingan.4
dicoba lebih dahulu sebelum pemberian CPA, mengingat efek samping steroid yang lebih
kecil. Jadi bila telah dinyatakan sebagai SN relaps sering/dependen steroid, setelah mencapai
remisi dengan prednison dosis penuh, diteruskan dengan steroid alternating dengan dosis yang
7
diturunkan perlahan/bertahap 0,2 mg/kgBB sampai dosis terkecil yang tidak menimbulkan
relaps yaitu antara 0,1 – 0,5 mg/kgBB alternating. Dosis ini disebut dosis threshold dan dapat
diteruskan selama 6-12 bulan, kemudian dicoba dihentikan. Umumnya anak usia sekolah
dapat mentolerir prednison 0,5 mg/kgBB dan anak usia pra sekolah sampai 1 mg/kgBB secara
alternating.4
Bila terjadi relaps pada dosis prednison rumat > 0,5 mg/kgBB alternating, tetapi < 1,0
mg/kgBB alternating tanpa efek samping yang berat, dapat dicoba dikombinasikan dengan
levamisol dosis 2,5 mg/kgBB, selang sehari, selama 4-12 bulan, atau langsung diberikan
1. terjadi relaps pada dosis rumat > 1 mg/kgBB dosis alternating atau
b. pernah relaps dengan gejala berat, seperti hipovolemia, trombosis, sepsis diberikan
CPA dengan dosis 2-3 mg/kgBB/hari, dosis tunggal, selama 8-12 minggu.
pemberian prednison pada sindrom nefrotik relaps sering dan dependent steroid, prednison
harian diberikan sampai anak mengalami remisi setidaknya 3 hari, diikuti oleh dosis selang
sehari selama minimal 3 bulan. Prednison pada dosis selang sehari diberikan dalam dosis
terendah untuk mempertahankan remisi. Apabila anak mengalami infeksi saluran pernapasan,
prednison harian diberikan selama episode infeksi tersebut untuk mengurangi risiko relaps.12
2. Levamisol
Pemakaian levamisol pada SN masih terbatas karena efeknya masih diragukan. Efek
samping levamisol antara lain mual, muntah, dan neutropenia reversibel. Dalam sebuah studi
8
kontrol double blind, levamisol dilaporkan dapat mempertahankan remisi sampai 50%.
Penelitian multisenter oleh British Association for Paediatric Nephrology pada 61 anak secara
randomisasi mendapatkan pada 14 anak yang diberi levamisol selama 112 hari dan 4 kontrol
masih menunjukkan remisi meskipun prednison sudah dihentikan, tetapi 3 bulan setelah obat
dihentikan semua relaps. Di Jakarta, penelitian pemberian levamisol pernah dilakukan, tetapi
hasilnya kurang memuaskan. Oleh karena itu pada saat ini pemberian levamisol belum dapat
direkomendasikan secara umum, tetapi keputusan diserahkan kepada dokter spesialis anak
Panduan dari Nottingham University Hospital (NHS) 2013 dan KDIGO 2012
memasukkan levamisol sebagai alternatif terapi pada sindrom nefrotik dengan dosis 2,5
mg/kg (maksimum 150 mg) dengan dosis selang sehari. Obat ini tersedia sebagai tablet 50 mg
yang mudah dihancur. Levamisol diberikan minimal 12 bulan karena sering kali anak
mengalami kekambuhan setelah levamisol dihentikan. Efek samping dari levamisol jarang
3. Sitostatika
Obat sitostatika yang paling sering dipakai pada pengobatan SN anak adalah
siklofosfamid (CPA) dosis 2-3 mg/kgBB atau klorambusil dosis 0,2-0,3 mg/kgBB/hari,
selama 8 minggu. Sitostatika dapat mengurangi relaps sampai lebih dari 50%, yaitu 67-93%
pada tahun pertama, dan 36-66% selama 5 tahun. Albeitgemeinshaft fur Pediatrische
remisi lebih lama daripada pemberian CPA selama 8 minggu, yaitu 67% dibandingkan
30%16, tetapi hal ini tidak dapat dikonfirmasi oleh peneliti lain. Pemberian CPA dalam
9
mempertahankan remisi lebih baik pada SN relaps sering (70%) daripada SN dependen
steroid (30%). Efek samping sitostatika antara lain depresi sumsum tulang, alopesia, sistitis
hemoragik, azospermia, dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan keganasan. Oleh
karena itu perlu pemantauan pemeriksaan darah tepi seperti kadar hemoglobin, leukosit,
trombosit, 1-2 kali seminggu. Bila jumlah leukosit kurang dari 3.000/ul, kadar hemoglobin
kurang dari 8 g/dL, atau jumlah trombosit kurang dari 100.000/ul, sitostatik dihentikan
sementara, dan diteruskan kembali bila jumlah leukosit lebih dari 5.000/ul. Efek toksisitas
pada gonad terjadi bila dosis total kumulatif mencapai ≥ 200-300 mg/kgBB.18 Pemberian
CPA oral selama 3 bulan mempunyai dosis total 180 mg/kgBB, dan dosis ini aman bagi anak.
CPA dapat diberikan secara oral atau puls baik pada SN relaps sering atau dependen steroid.4
Menurut NHS 2013, CPA diberikan dengan dosis 3 mg/kg sekali sehari selama 8
minggu. Tersedia dalam tablet 50 mg yang sulit dihancurkan. CPA berhubungan dengan
leukopeni dan hitung darah lengkap diperlukan selama 8 minggu pemberian CPA. Pengaturan
Jika jumlah neutrofil tetap stabil untuk 4 minggu pertama, pemeriksaan darah dapat
penipisan rambut, iritasi kandung kemih. Pada anak-anak peri dan post-pubertas dapat
dipertimbangkan memulai pemberian takrolimus karena pada usia ini terjadi peningkatan
10
toksisitas gonad. Siklofosfamid (CPA) intravena dapat diberikan sebagai alternatif dari CPA
Menurut KDIGO 2012, CPA diberikan dengan dosis 2 mg/kg/hari diberikan 8-12
alternatif dari CPA dengan dosis 0,1-0,2 mg/kg/hari) diberikan selama 8 minggu (maksimum
Pada SN idiopatik yang tidak responsif dengan pengobatan steroid atau sitostatik
pemberian steroid dapat dikurangi atau dihentikan, tetapi bila CyA dihentikan, biasanya akan
takrolimus berada pada level 1C. Siklosporin dapat dimulai dengan dosis 4-5 mg/kg/hari
(dosis awal) dalam 2 dosis terbagi. Takrolimus diberikan dengan dosis 0,1 mg/kg/hari (dosis
awal) diberikan dalam 2 dosis terbagi. Takrolimus dipakai sebagai pengganti CyA ketika efek
Efek samping CyA berupa hiperplasia ginggiva dan hirsutisme. Pemberian takrolimus
awal pemberian takrolimus, konsentrasinya dalam darah harus diukur setelah 48 jam
pemberian (idelanya 24 jam). Level takrolimus biasanya stabil pada kisaran 4-8 ng/ml. Dosis
awal takrolimus adalah 0,15 mg 2 kali sehari, dosis awal maksimum 5 mg. pada 12 jam
pertama dosis disesuaikan dengan melihat konsentrasi takrolimus dalam darah. Pemantauan
11
dilakukan dalam 3 bulan sekali meliputi fungsi ginjal, fungsi hati dan hitung darah lengkap
serta pengukuran konsentrasi takrolimus dalam darah. Efek samping takrolimus pada awal
pemberian seperti sakit kepala, tremor, nyeri perit, dan gangguan visual. Takrolimus dapat
menyebabkan sensitivitas terhadap insulin berkurang. Jika anak bebas kambuh setelah 2 tahun
pemberian takrolimus, pemberian dapat dihentikan. Jika terjadi relaps pada awal pemberian,
maka harus memulai kembali induksi remisi dengan prednison dosis tinggi. Untuk anak-anak
dengan pemberian takrolimus lebih dari 2 tahun, biopsi ginjal harus dilakukan untuk mencari
bukti nefrotoksisitas. Jika terjadi hal demikian, maka terapi dapat beralih ke imunosupresi
5. Mycophenolate mofetil
Obat ini adalah golongan antiproliferatif yang lebih efektif dari azathioprine. Jika
digunakan kombinasi dengan takrolimus, dosisnya adalah 300 mg/m2 2 kali sehari.
Ditoleransi baik jika dimulai pada setengah dosis dan ditingkatkan secara bertahap selama 2-3
minggu. Dosis tanpa takrolimus adalah 600 mg/m2 2 kali sehari dan dimulai lebih rendah dan
dinaikkan bertahap. Obat ini tersedia dalam bentuk kapsul (250 mg, 500 mg, atau 1 gr) dan
suspensi (1 gr per 5 ml). KDIGO menyarankan dosisnya adalah 1200 mg/m2 dibagi 2 dosis
6. Rituximab
- Sindrom nefrotik resisten steroid yang tidak berefek terhadap takrolimus selama 3
bulan
12
- Sindrom nefrotik relaps sering atau dependen steroid dimana ada kekhawatiran
Dosis pemberiannya adalah secara infus intravena 375 mg/m2 dosis tunggal yang
diberikan secara bertahap selama beberapa jam. Terdapat risiko serum sickness pada
pemberian obat ini sehingga seringkali diperlukan steroid atau anti histamin. Sebelum
pemberian rituximab, harus dilakukan pengukuran terhadap CD-19 dan imunoglobulin. Status
Gambar 2.2. Protokol pengobatan SN relaps sering dan dependen steroid menurut UKK Nefrologi
IDAI.4
13
Gambar 2.3. Algoritme penatalaksanaan SN relaps sering menurut NHS 2013.13
14