Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

Sindrom nefrotik (SN) merupakan kelainan ginjal terbanyak dijumpai pada

anak, dengan angka kejadian 15 kali lebih banyak dibandingkan orang dewasa.

Insidennya sekitar 2-3/100.000 anak per tahun, dan sebagian besar anak SN

merupakan tipe sensitif terhadap pengobatan steroid yang dimasukkan sebagai

kelainan minimal.1

Gambaran klinis SN ditandai dengan proteinuria masif (>40mg/m2/jam),

hipoalbuminemia (<2,5 g/dL), edema, dan hiperlipidemia.2-3 Sebagian besar (90%)

SN pada anak-anak merupakan SN yang idiopatik. Sisanya (10%) merupakan SN

sekunder yang berhubungan dengan kelainan glomerulus seperti nefropati

membranosa dan glomerulonefritis membranoprolifratif. Sindrom nefrotik terjadi

karena peningkatan permeabilitas dinding kapiler glomerulus yang mengakibatkan

proteinuria masif dan hipoalbuminemia.1

Angka kejadian SN di Amerika dan Inggris berkisar antara 2-7 per 100.000

anak berusia di bawah 18 tahun per tahun, dengan perbandingan anak laki-laki dan

perempuan 2:1. Di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia (FKUI) / Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta,

SN merupakan penyebab kunjungan sebagian besar pasien di Poliklinik Khusus

Nefrologi dan merupakan penyebab tersering gagal ginjal anak yang dirawat antara

tahun 1995-2000. Perbandingan SN pada anak laki-laki dan perempuan adalah 2:1.

Hasil penelitian retrospektif di bagian IKA Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. M.

Djamil periode 1997-2000, mendapatkan bahwa perbandingan kejadian sindrom

nefrotik antara anak laki-laki dan perempuan 1,7 : 1.1.2

1
Diagnosis SN ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang seringkali ditandai

dengan edema yang timbul pertamakali pada daerah sekitar mata dan ekstremitas

bagian bawah. Selanjutnya edema semakin meluas yang ditandai dengan asites efusi

pleura, dan edema pada daerah genital. Seringkali dijumpai dengan gejala anokreksia,

nyeri perut dan diare. 1

Sindrom nefrotik secara klinis dibedakan menjadi SN kongenital, primer

(idiopatik) dan sekunder. Pada anak, sebagian besar merupakan SN kelainan minimal

(SNKM) dan berespon terhadap terapi steroid. Biopsi ginjal merupakan baku emas

untuk menentukan diagnosis dan prognosis SN, tetapi karena bersifat invasif maka

ahli nefrologi anak sering mengklasifikasikan SN berdasarkan respons terhadap

pengobatan steroid, yaitu sindrom nefrotik sensitif steroid (SNSS) dan sindrom

nefrotik resisten steroid (SNRS). 3

Pengobatan SN anak yang baru pertama kali kena dengan gejala edema ringan

dapat dilakukan rawat jalan. Anak SN pada rentan usia 1-8 tahun diduga merupakan

SN kelainan minimal. Oleh karena itu pasien dapat diobati tanpa didahului dengan

biopsi ginjal. Sebagian besar pasien dengan SN kelainan minimal akan mengalami

kekambuhan dan frekuesi relaps akan menurun sesuai dengan umur yang bertambah.1

Anda mungkin juga menyukai