Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

DIARE AKUT DENGAN DEHIDRASI RINGAN SEDANG

Pembimbing : dr. Abdurrahman, Sp.A

Oleh :

Nurul Dwi Hudatullah

NIM 2013730080

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KELAS B CIANJUR
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat yang sangat luas
kepada kita semua. Atas pertolongan dan kekuasaan-Nya yang begitu sempurna,
penulis dapat menyelesaikan tugas Kepanitraan Ilmu Kesehatan Anak ini. Shalawat
serta salam juga penulis haturkan ke junjungan besar Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa umat manusia dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh
cahaya bagi umat yang betaqwa kepada-Nya.

Penulis menyadari ketidaksempurnaan laporan kasus ini. Oleh karena itu,


penulis sangat mengharapkan saran, kritik, dan koreksi untuk perbaikan penyajian
laporan kasus ini. Semoga tugas ini dapat bermandaat bagi penulis dan teman-teman
sejawat.

Cianjur, Februari 2018

Penulis
LAPORAN KASUS

IDENTITAS

Nama : An. Sn

Tempat/ tgl lahir : Cianjur, 16 Juli 2017

Umur : 6 bulan

Jenis kelamin : Laki-laki

Nama Ayah : Tn. As

Pekerjaan Ayah : Supir

Nama Ibu : Ny.S

Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Cikendi 02/03 Mekarjaya, Cikalong Kulon, Cianjur

Tanggal masuk RS : 16-01-2018

No. RM : 00-82-86-03

ANAMNESIS (ALLOANAMNESIS) 16 Januari 2018

 Keluhan Utama
Buang air besar cair dan muntah-muntah sejak 3 hari yang lalu sebelum
masuk rumah sakit.
 Riwayat Penyakit Sekarang
 3 hari yang lalu BAB cair dan muntah-muntah Pasien BAB cair
sebanyak > 6 kali per hari, berwarna kuning, berampas, terdapat
sedikit lendir, tidak berbusa dan tidak berdarah, berbau asam. Pasien
muntah > 10 kali per hari, muntah setiap kali pasien selesai menyusu,
muntah berisi cairan susu berwarna putih sebanyak ± ¼ gelas kecil air
mineral setiap kali muntah.
 4 hari yang lalu, pasien demam. Demam bersifat naik turun, naik pada
pagi hari saat pasien bangun tidur, demam tidak disertai menggigil
ataupun kejang.
 Sejak tadi pagi setelah bangun tidur, pasien muntah-muntah dan BAB
cair. Muntah berisi cairan susu berwarna putih sebanyak ± ¼ gelas
kecil air mineral, pasien sudah muntah sebanyak 4 kali dari sejak tadi
pagi setelah bangun tidur sampai pada saat berobat, biasanya muntah
setelah beberapa menit selesai minum susu. Pagi ini pasien BAB cair
sudah 3x. Pasien juga mengalami demam, rewel, nafsu makan
menurun namun masih mau minum susu. Ibu pasien menyangkal
keluhan batuk, pilek dan sesak nafas.

 Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien pernah mengalami gejala yang sama seperti ini sebelumnya, namun
biasanya cukup dibawa berobat ke bidan dan kemudian sembuh.

 Riwayat Penyakit Keluarga


Di keluarga tidak ada yang mengalami gejala yang sama, riwayat kejang
tidak ada.

 Riwayat Pengobatan
4 hari yang lalu pasien sudah berobat ke bidan, diberi obat penurun panas,
setelah minum obat keluhan sudah mulai membaik namun setelah itu timbul
lagi dan semakin parah.

 Riwayat Psikososial
Pasien memiliki kebiasaan memasukan jari ataupun mengecap jempolnya ke
mulut. Menurut pengakuan ibu pasien, ibu pasien merebus botol susu dengan
air hangat terlebih dahulu sebelum digunakan dan sebelum memberikan ASI
ibu pasien tidak pernah membersihkan terlebih dahulu area puting payudara
dengan air hangat. Air dirumah bening, tidak berwarna dan berbau.
Lingkungan rumah pasien dekat dengan sungai dan jauh dari tempat
pembuangan sampah.

 Riwayat Alergi
Tidak ada riwayat alergi obat, makanan, susu sapi, cuaca ataupun debu.

 Riwayat Imunisasi
Hepatitis B : 3x umur 0 bulan, 1 bulan, 6 bulan

BCG : 1x, umur 2 bulan

DPT : 3x umur 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan

Polio : 4x umur 0 bulan, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan

 Riwayat Makanan
Mendapat ASI ekslusif, setelah ASI keluar, tetap diberikan juga susu formula
karena pengakuan ibu ASI keluar sedikit.
MP-ASI (susu formula) : saat lahir - sekarang

 Riwayat Kehamilan dan Persalinan :


Ibu pasien rutin memeriksa kandungan ke bidan. Tidak ada riwayat gangguan
saat kehamilan, riwayat persalinan spontan, BBL 4000 gram, cukup bulan,
menangis kuat, air ketuban jernih.

 Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan


 Motorik Kasar : normal
 Motorik Halus : normal
 Bicara : normal
 Personal sosial : normal
Kesimpulan :Tumbuh kembang anak sesuai usia.
PEMERIKSAAN FISIK

 Keadaan umum : Sakit sedang


 Kesadaran : Compos Mentis

 TANDA VITAL :
Suhu : 36,9 ◦c Frekuensi Pernapasan : 48x/menit
Nadi : 142 x/menit Jenis Pernapasan : Abdominothorakal
Isi/tegangan : Cukup, teratur

 STATUS GIZI :
BB : 7.2 kg Lingkar Kepala : 43 cm
PB : 65 cm
Kesimpulan Status Gizi :
BB/U : 7.2/7.8 x 100% = 92 %
TB/U: 65/67 x 100% = 97 %
BB/TB : 7.2/7.4 x 100% = 97 %
Kesan : Gizi Baik
PEMERIKSAAN KHUSUS :
 Kulit : Turgor kulit kembali lambat, tidak sianosis, tidak ikterik, tidak ada
purpura, tidak ada eritema.
 Kepala :
 Bentuk kepala : Normocephal
 Rambut : Kecoklatan, tidak mudah rontok dan dicabut
 Ubun-ubun : Belum menutup sempurna, cekung (+).
 Mata : Mata cekung (+)/(+), konjungtiva anemis (-)/(-), sklera tidak ikterik, pupil
ishokor, refleks cahaya positif.
 Hidung : Tidak ada deviasi septum, tidak ada epistaksis, tidak ada sekret, tidak
ada pernafasan cuping hidung.
 Telinga : Normotia, nyeri tekan daun telinga telinga tidak ada.
 Mulut :
 Bibir : mukosa bibir kering, tidak sianosis
 Lidah : tremor tidak ada, lidah kotor tidak ada.
 Tonsil : tidak ada pembesaran tonsil
 Pharinx : tidak hiperemis
 Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar
 Thorax (Paru dan Jantung)
 Inspeksi : Dada simetris dextra-sinistra, bentuk dada normal
 Palpasi : Tidak ada bagian dinding thorax yang tertinggal, vocal fremitus
simetris.
 Perkusi :
 Paru : sonor dikedua lapang paru
 Jantung : pekak

 Auskultasi :
 Paru : Vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
 Jantung : BJ I dan BJ II reguler
 Abdomen :
 Inspeksi : Perut datar
 Auskultasi : Bising usus meningkat
 Palpasi : nyeri tekan tidak ada, massa tidak ada, turgor kulit
kembali lambat
 Perkusi : Timpani
 Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 dtk.
Tungkai Lengan

Gerakan Aktif Aktif Aktif Aktif

Tonus + + + +

Trofi - - - -

Klonus - - - -

Refleks fisiologis + + + +

Refleks patologis - - - -

M.Sign - - - -

Sensibilitas + + + +

Kaku kuduk Brudzinki Brudzinki Kernig


I (-) II (-) sign (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium (16 Januari 2018)

Hematologi rutin Hasil Nilai normal Satuan

Hb 11,1 11,5 – 13,5 gr %

Leukosit 19,9 6,0 – 15 103/uL

Hematokrit 37,5 30 – 40 %

Trombosit 441 150 – 450 103/uL

Electrolit
Natrium 139,6 135-148 mmol/L

Kalium 3,79 3,50-5,30 mmol/L

Calcium ion 1,2 98-110 mmol/L

Feses Rutin Hasil Nilai normal Satuan

17 Januari 2018

Makroskopis Feses

Warna Kuning Coklat

Konsistensi Lembek Lembek

Darah Negatif Negatif

Lendir Positif Negatif

Nanah Negatif Negatif

Parasit Negatif Negatif

Mikroskopis Feses

Leukosit 2-4 Negatif /LBP

Eritrosit Negatif Negatif /LPB

Telur cacing Negatif Negatif

Amoeba Negatif Negatif

RESUME :

Anak laki-laki usia 6 bulan, datang dengan keluhan BAB cair dan muntah sejak 3
hari yang lalu. Sebelumnya, demam sejak 4 hari yang lalu, bersifat naik turun, naik
pada pagi hari saat pasien bangun tidur, demam tidak disertai menggigil ataupun
kejang. BAB cair sejak 3 hari yang lalu sebanyak > 6 kali per hari, berwarna kuning
kehijauan , berampas, terdapat sedikit lendir, tidak berbusa dan tidak berdarah,
berbau asam. Muntah sejak 3 hari yang lalu > 10 kali per hari, muntah setiap kali
pasien selesai menyusu, muntah berisi cairan susu berwarna putih sebanyak ± ¼
gelas kecil air mineral setiap kali muntah. Sejak tadi pagi setelah bangun tidur,
pasien muntah-muntah dan BAB cair, muntah berisi cairan susu berwarna putih
sebanyak ± ¼ gelas kecil air mineral, pasien sudah muntah sebanyak 4 kali dan BAB
cair sudah 3x dari sejak tadi pagi setelah bangun tidur sampai saat masuk poli, pasien
demam, rewel, nafsu makan menurun namun masih mau minum. Ibu pasien
menyangkal keluhan batuk, pilek dan sesak nafas.

Pemeriksaan fisik didapatkan kondisi umum sakit sedang, kesadaran compos mentis,
suhu : 36,9 ◦c, frekuensi pernapasan : 48x/ menit, nadi : 142x/menit, mata cekung,
ubun-ubun cekung, suara napas vesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada,
suara jantung BJ I dan BJ II normal, reguler, bising usus meningkat, turgor kulit
kembali lambat, CRT < 2 detik, akral hangat.

DIAGNOSA KERJA : Diare Akut non disentriform e.c Bakterial dengan Dehidrasi
Ringan Sedang

DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

1. Diare Akut non disentriform e.c Rotavirus dengan Dehidrasi Ringan Sedang
2. Diare Akut non disentriform e.c ETEC dengan Dehidrasi Ringan Sedang

PENATALAKSANAAN :

Kebutuhan cairan  BB 7,2 kg

750𝑥15
- IVFD RL /24 jam : = 8 tpm (makro)
24𝑥 60

Terapi IV : Ondansetron 1 x 2 mg

Terapi Oral :

Zinc syr 1x 10 ml

L-Bio 1x1 sachet sehari


Sanmol drop 4x0.6 ml

Edukasi : edukasi orang tua pasien untuk terus memberikan banyak cairan, cukupi
kebutuhan kalori dengan memberi asupan makanan yang cukup, berikan makanan
yang halus (lembut), hindari makanan-makanan yang asam dan pedas.

PROGNOSIS :

 Quo Ad Vitam : dubia ad bonam


 Qua Ad Functionam : dubia ad bonam
 Qua Ad Sanationam : dubia ad bonam

Follow Up :

 17 Januari 2018
S : BAB encer 6x, muntah sudah 4x berisi makanan ± ¼ gelas air mineral,
lemas, nafsu makan masih kurang.
O : suhu 36,80C, frekuensi pernapasan : 35x/menit, nadi : 117x/menit, mata
masih cekung, konjungtiva hiperemis, suara napas vesikuler, ronkhi tidak
ada, wheezing tidak ada, turgor kulit kembali lambat, CRT < 2 detik.
A : Diare Akut non disentriform e.c Rotavirus dengan Dehidrasi Ringan Sedang
750𝑥15
- P : IVFD RL /24 jam : = 8 tpm (makro)
24𝑥 60
Terapi IV : Ondansetron 1 x 2 mg
Terapi Oral :
Zinc syr 1x 10 ml
L-Bio 1x1 sachet sehari
Sanmol drop 4x0.6 ml
Cek pemeriksaan feses rutin

 18 Januari 2018
S : Demam tidak ada, muntah sudah tidak ada, BAB cair 2x, terakhir BAB pagi
hari berwarna kuning, terdapat lendir namun terdapat sedikit ampas, nafsu
makan membaik,
O : suhu 36,4◦c , frekuensi pernapasan : 32x/menit, nadi : 112x/menit, ubun-
ubun datar, mata cekung (-)/(-), suara napas vesikuler, ronkhi tidak ada,
wheezing tidak ada, turgor kulit normal, CRT ≤ 2 detik.

A : Diare Akut non disentriform e.c bakteri dengan Dehidrasi Ringan Sedang

750𝑥15
P : IVFD RL /24 jam : = 8 tpm (makro)
24𝑥 60
Terapi IV : Ondansetron 1 x 2 mg
Terapi Oral :
Zinc syr 1x 10 ml
L-Bio 1x1 sachet sehari
Cefotaxim 2 x 500 mg
TINJAUAN PUSTAKA

DIARE

Menurut WHO, diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga
kali sehari. Dalam referensi lain juga disebutkan bahwa definisi diare untuk bayi
dan anak-anak adalah pengeluaran tinja > 10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata
pengeluaran tinja normal pada bayi sebesar 5-10 g/kg/24 jam.1
Selanjutnya, menurut teori diare dibagi menjadi diare akut dan diare
kronis. Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali
perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir
dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu. Kadang-kadang pada
seorang anak buang air besar kurang dari 3 kali perhari tetapi konsistensinya cair,
keadaan ini sudah dapat disebut diare. Diare kronik adalah diare yang
berlangsung lebih dari 2 minggu sedangkan kondisi serupa yang disertai berat
badan menurun atau sukar naik oleh Walker-Smith et al. didefinisikan sebagai
diare persisten.2
Berikut penentuan derajat dehidrasi menurut WHO:3

Penilaian Tanpa Dehidrasi Dehidrasi ringan Dehidrasi Berat


sedang
Keadaan Umum Baik, Sadar *Gelisah, Rewel *Lesu, Lunglai/
Tidak Sadar
Mata Normal Cekung Sangat Cekung
Air Mata Ada Berkurang Kering
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat Kering
Rasa Haus Minum biasa *Haus ingin *Malas minum/
tidak haus minum banyak tidak bisa minum
Periksa Turgor Kembali Cepat *Kembali lambat *Kembali sangat
Kulit lambat
Hasil Pemriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan Dehidrasi Berat
sedang Bila ada 1 tanda*
Bila ada 1 tanda* ditambah 1 atau
ditambah 1 atau lebih tanda lain.
lebih tanda lain
Terapi Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi C

 Pasien ini didiagnosis diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang karena :

Pasien ini didiagnosis diare akut dengan dehidrasi ringan sedang karena
pada kasus ini, pasien BAB cair sudah 3 hari (< 1 minggu) dengan frekuensi > 6x
per hari (> 3x per hari), berwarna kuning, berampas, terdapat sedikit lendir, tidak
berbusa dan tidak berdarah, berbau asam,

 Faktor resiko :

Pada riwayat psikososial, pasien memiliki kebiasaan memasukan jari


ataupun mengecap jempolnya ke mulut. Pasien tidak mendapatkan penuh
menerima ASI eksklusif dikarenakan ASI tidak banyak keluar sehingga pasien
juga diberi susu formula.

Hal tersebut sesuai dengan teori dimana mekanisme penularan utama


untuk patogen diare adalah fecal-oral, melalui minuman dan makanan yang
tercemar oleh enteropatogen, kontak langsung tangan dengan penderita atau
barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui
lalat (melalui 4F = finger, flies, fluid, field). Faktor resiko yang dapat
meningkatkan penularan enteropatogen antara lain: tidak memberikan ASI secara
penuh untuk 4- 6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak memadainya penyediaan
air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana kebersihan (MCK),
kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan penyimpanan
makanan yang tidak higienis, gizi buruk, imunodefisiensi, menurunnya motilitas
usus, menderita campak dalam 4 minggu terakhir, faktor genetik, dan faktor
lainnya antara lain :4,5,6
Faktor lainnya antara lain:
 Faktor umur
Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.
Insidensi tertinggi terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat
diberikan makanan pendamping ASI. Pola ini menggambarkan kombinasi
efek penurunan kadar antibodi ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi,
pengenalan makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri tinja dan kontak
langsung dengan tinja manusia atau binatang pada saat bayi mulai
merangkak.7
 Infeksi asimtomatik
Meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan pembentukan imunitas aktif.
Orang dengan infeksi asimtomatik berperan penting dalam penyebaran
enteropatogen terutama bila mereka tidak menyadari adanya infeksi, tidak
menjaga kebersihan dan berpindah-pindah tempat.8
 Faktor musiman
Di daerah subtropik, diare karena bakteri lebih sering terjasi pada musim
panas sedangkan diare karena virus terutama rotavirus puncaknya terjadi pada
musim dingin. Di daerah tropik (termasuk Indonesia), diare yang disebabkan
oleh rotavirus dapat terjadi sepanjang tahun dengan peningkatan sepanjang
musim kemarau, sedangkan diare karena bakteri cenderung meningkat pada
musim hujan.6

 Etiologi :

Pada kasus ini pasien memiliki kebiasaan menghisap jari jempol dan diberi
makanan (bubur tim) yang selalu dibeli diluar, dimana kebersihannya tidak
diketahui dan mungkin tercemar dengan kotoran yang mengandung kuman
patogen.

Secara teori, diare dibagi menjadi diare infeksi dan non infeksi. Diare infeksi
dibagi lagi atas inflammatory dan non inflammatory. Enteropatogen
menimbulkan non inflammatory diare melalui produksi enterotokin oleh bakteri,
desktruksi sel permukaan villi oleh virus, perlekatan oleh parasit, perlekatan
dan/atau translokasi dari bakteri. Sebaliknya inflammatory diare biasanya
disebabkan oleh bakteri yang menginvasi usus secara langsung atau
memproduksi sitotoksin. Sedangkan penyebab diare non infeksi antara lain
seperti defek anatomis, malabsorbsi, keracunan makanan, alergi susu sapi, dll.6
Beberapa penyebab diare akut yang dapat menyebabkan diare pada manusia
adalah:6
Golongan bakteri
1. Aeromonas 8. Salmonella
2. Bacillus cereus 9. Shigella
3. Campylobacter jejuni 10. Staphylococcus aureus
4. Clostridium perfringens 11. Vibrio cholera
5. Clostridium defficile 12. Vibrio parahaemolyticus
6. Escherichia coli 13. Yersinia enterocolitica
7. plesiomonas shigeloides

Golongan virus
1. Astrovirus 5. Rotavirus
2. Calcivirus (Norovirus, Sapovirus) 6. Norwalk virus
3. Enteric adenovirus 7. Herpes simplex virus*
4. Coronavirus 8. Cytomegalovirus*

Golongan parasit
1. Balantidium coli 5. Giardia lamblia
2. Blastocystis homonis 6. Isopora belli
3. Cryptosporidium parvum 7. Strongyloides stercoralis
4. Entamoeba histolytica 8. Trichuris trichiura

Sumber : Nelson Textbook of Pediatric

*umumnya berhubungan dengan diare hanya pada penderita


immunocompromised

Di negara berkembang kuman patogen penyebab penting diare akut pada anak-
anak yaitu: Rotavirus, Escherichia coli enterotoksigenik, Shigella,
Campylobacter jejuni dan Cryptosporidium.9
 Gejala Klinis

Infeksi pada usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal. Gejala


gastrointestinal bisa berupa diare, kram perut dan muntah. Sedangkan manifestasi
sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya. Bila terdapat panas
dimungkinkan karena proses peradangan atau akibat dehidrasi. Panas badan
umumnya terjadi pada penderita dengan inflammatory diare.9
Mual dan muntah adalah simptom yang non spesifik tetapi muntah
mungkin disebabkan oleh karena organisme yang menginfeksi saluran cerna
bagian atas seperti: enterik virus, bakteri yang memproduksi enterotoksin,
Giardia, dan Cryptosporidium. Muntah juga sering terjadi pada non
inflammatory diare. Biasanya penderita tidak panas atau hanya subfebris, nyeri
perut periumbilikal tidak berat, watery diare, menunjukkan bahwa saluran cerna
bagian atas yang terkena.9

Gejala khas diare akut oleh berbagai penyebab:10

Gejala Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera


Masa 17-72 24-48 6-72 jam 6-72 6-72 jam 48-72
tunas jam jam jam jam
Panas + ++ ++ - ++ -

Mual Sering Jarang Sering + - Sering


muntah
Nyeri Tenesmu Tenesm Tenesmus - Tenesmu Kramp
perut s us kolik s kramp
kramp
Nyeri - + + - - -
kepala
Lamanya 5-7 hari >7 hari 3-7 hari 2-3 hari Variasi 3 hari
sakit
Sifat tinja
Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak
Frekuensi 5- >10x/har Sering Sering Sering Terus
10x/hari i menerus
Konsisten Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair
si
Darah - ± Kadang - + -
Bau Langu Busuk + Tidak Amis
khas
Warna Kuning Merah Kehijauan Tak Merah- Seperti

hijau hijau berwar hijau air cucian


na beras
Leukosit - + + - - -
Lain- lain Anorexia Kejang Sepsis ± Meteori Infeksi ±
± smus sistemik

 Pemeriksaan Penunjang :
1) Pemeriksaan darah tepi lengkap: hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung
jenis leukosit, kadar elektrolit serum,
2) Ureum dan Creatinin: memeriksa adanya kekurangan volume cairan dan
mineral tubuh.
3) Pemeriksaan tinja: melihat adanya leukosit pada tinja yang menunjukkan
adanya infeksi bakteri, adanya telur cacing dan parasit dewasa.
4) Pemeriksaan ELISA (enzim-linked immunosorbent assay): mendeteksi
giardiasis dan tes serologic amebiasis
5) Foto x-ray abdomen
Pasien dengan diare karena virus, biasanya memiliki jumlah dan hitung
jenis leukosit normal atau limfositosis. Pasien dengan infeksi bakteri terutama
pada infeksi bakteri yang invasif ke mukosa, memiliki leukositosis dengan
kelebihan darah putih muda. Neutropenia dapat timbul pada salmonellosis.
Untuk mengetahui mikroorganisme penyebab diare akut dilakukan
pemeriksaan feses rutin dan pada keadaan dimana feses rutin tidak
menunjukkan adanya miroorganisme atau ova, maka diperlukan pemeriksaan
kultur feses dengan medium tertentu sesuai dengan mikroorganisme yang
dicurigai secara klinis dan pemeriksaan laboratorium rutin.
Indikasi pemeriksaan kultur feses antara lain, diare berat, suhu tubuh >
38,50C, adanya darah dan/atau lender pada feses, ditemukan leukosit pada
feses, laktoferin, dan diare persisten yang belum mendapat antibiotic.

 Tatalaksana
Pada kasus ini, pasien menderita diare akut dengan dehidrasi ringan sedang
sehingga memerlukan tatalaksana terapi B yaitu:

Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat dilakukan dengan


pemberian oral sesuai dengan defisit yang terjadi namun jika gagal dapat
diberikan secara intravena. Pemberian oralit sebanyak 75 ml/kgBB/3jam.
Volume kekurangan cairan apabila berat badan tidak diketahui yaitu usia < 1
tahun sebesar 300 ml, 1-5 tahun 600 ml, > 5tahun adalah 1200 ml dan dewasa
adalah 2400 ml. bila oralit tidak dapat diberikan secara oral dapat diberikan
melalui nasogastrik dengan volume yang sama dengan kecepatan 20
ml/kgBB/jam. Beri tablet zink selama 10 hari dengan dosis yang sama seperti
pada rencana terapi A.10
Meskipun belum terjadi dehidrasi berat tetapi bila anak sama sekali tidak bisa
minum oralit misalnya karena anak muntah, dapat diberikan infus dengan
intravena secepatnya. Berikan 70 ml/kgBB cairan RL atau Ringer Asetat (atau
jika tak tersedia, gunakan larutan NaCl) yang dibagi sebagai berikut :11

 Bayi (dibawah 12 bulan) : 70 ml/kgBB/5 jam


 Anak (12 bulan sampai 5 tahun) : 70 ml/kgBB/2,5 jam.

Pada pasien ini tidak diberikan oralit tetapi diberikan infus intravena dikarenakan
pasien mengalami muntah-muntah.
Selanjutnya lakukan observasi pada anak:11

 Periksa kembali anak setiap 1-2 jam.


 Juga beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum.
 Periksa kembali anak sesudah 3 jam.
 Klasifikasikan kembali dehidrasi.
 Kemudian pilih rencana terapi yang sesuai (A, B, atau C) untuk melanjutkan
penanganan.

Atau dapat juga menggunakan perhitungan :

Dehidrasi dibagi tiga tingkat yaitu dehidrasi ringan, sedang dan berat:12

Dehidrasi ringan (jika penurunan cairan tubuh 5 persen dari berat badan), dehidrasi
sedang (jika penurunan cairan tubuh antara 5-10 persen dari berat badan), dan
dehidrasi berat (jika penurunan cairan tubuh lebih dari 10 persen dari berat badan).
Kebutuhan Cairan Berdasarkan Berat Bada Ideal

BB aktual = 7,8 kg

TB aktual = 67 cm

BB Ideal berdasarkan TB aktual = 8 kg

BB Ideal (Kg) Rumatan (ml) Rumatan + Defisit 5%


(ml)

5 500 750

10 1000 1500

15 1250 2000

20 1500 2500

25 1600 2850

30 1700 3200
Pasien diare dengan dehidrasi ringan sedang yang berarti terdapat defisit cairan 5%,
dan berdasarkan tabel kebutuhan cairan berdasarkan berat badan (rumatan + defisit
5%) maka pasien dapat diberikan terapi cairan 1500 ml/24 jam:
DAFTAR PUSTAKA

1. Ghishan RE, Chronic Diarrhea. Nelson Textbook of Pediatrics 18th Edition. WB


Saunders, Philadelphia. 2007.

2. Bhutta ZA. Perrsistent Diarrhea in Developing Countries. Ann Nestle.


2006;64:39-47.

3. WHO. The Treatment of diarrhea: a manual for physicians and other senior
health workers Child Health/WHO. CDR 95.1995.

4. Sunoto, Sutoto, Soeprapto P, Soenarto Y, Ismail R. Pedoman Proses Belajar


Mengajar Diare, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jendral
Pemberantasan Penyakit Menular. 1990.

5. Tolia V. Acut Infection Diarrhea in Children. Current Treatmen Option in


Infections Diseases. 2002;4:183-94

6. Pickering LK, Cleary TG. Approach to Patients with gastrointestinal tract


infection and food poisoning in Feigin RD. Cherry JC eds. Textbook of Pediatric
Infection Diseases 4 Ed WB Saunders Co. 1998; 1:567-94.

7. Direktorat Jendral PPM & PLP, Departemn Kesehatan Republik Indonesia.


PMPD. Buku Ajar Diare. 1996.

8. Bresse J, Fang, Wang BLE, Soenarto Y, Nelson EA, Tam J, Wilopo SA, Kilgore
P. First report from the asian rotavirus surveillance network. Emerg Infect Dis.
2004;10(6):988-955.

9. Luttrie M, Soenarto SS, et al. Buku Ajar Gastroenterohepatologi. 2nd ed. Jakarta:
UKK Gastroenterohepatologi; 2011. p.87-120.

10. WHO. The Treatment of diarrhea: a manual for physicians and other senior
health workers Child Health/WHO. CDR 95.1995.

11. World Health Organization. Pocket Book of Hospital Care for Children

[monograph on the Internet]. Switzerland: World Health Organization Press;


2013 [cited 2016 Jun 29].Available from:

http://www.ichrc.org/sites/default/files/pocket%20book%20high%20res_0.pdf.

12. id.wikipedia.org [homepage on the Internet]. Dehidrasi [update 2016 March 20;
cited 2016 Jun 29]. Available from: https://id.wikipedia.org/wiki/Dehidrasi

Anda mungkin juga menyukai