Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN LUKA BAKAR

Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Profesi Ners


Departemen KMB Ruang 16 RSSA Malang

Disusun Oleh
MUHAMMAD ABDUL BASIR
017.02.0719

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XIII A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)MATARAM

MALANG

2018
HALAMAN PENGESAHAN

LUKA BAKAR

RUANG 16 RSUD dr SAIFUL ANWAR MALANG

Untuk memenuhi tugas Profesi Ners Departemen KMB Ruang 16 RSSA


Malang

Oleh

MUHAMMAD ABDUL BASIR


017.02.0719

Telah diperiksa dan disetujui pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1. ANATOMI FISIOLOGI KULIT


Kulit terbagi atas 3 lapisan pokok, yaitu epidermis, dermis,
dan jaringan subkutan/hipodermis.
A. Epidermis
Lapisan epidermis terdiri dari:
1. Lapisan basal atau stratum germinatium disebut juga stratum
basal karena sel-selnya terletak di bagian basal stratum
germinatium. Menggantikan sel-sel yang diatasnya dan merupakan
sel-sel yang induk. Bentuknya silindris (tabung) dengan inti
yang lonjong, di dalamnya terdapat butir-butir yang disebut
melanin. Warna sel tersebut tersusun seperti pagar (palisade)
dibagian bawah sel tersebut terdapat suatu membrane yang
disebut membrane basalis. Sel-sel basalis dengan membran
basalis merupakan batas terbawah dari epidermis dan dermis.
2. Lapisan malpigi atau stratum spinosum merupakan lapisan yang
paling tebal
3. Lapisan sianular atau stratum granulosum merupakan lapisan
yang terdiri dari sel-sel pipih seperti kumparan
4. Lapisan tanduk atau stratum korneum

Epidermis juga mengandung kelenjar ekrin, kelenjar apokrin,


sebasea rambut dan kuku, kelenjar keringat ada 2 jenis: eterin
dan apoterin. Fungsinya mengatur suhu tubuh menyebabkan panas di
lepaskan dengan cara penguapan kelenjar ekrin terdapat di semua
daerah kulit, tidak terdapat pada selaput lendir. Kelenjar
sebasea terdapat pada seluruh tubuh kecuali di telapak tangan,
kuku dan punggung kuku.
Pada telapak kaki dan tangan terdapat lapisan tambahan di
atas lapisan granular yaitu stratum lusidium atau lapisan
jernih.Rambut terdapat diseluruh tubuh, rambut tubuh dari folikel
rambut di dalamnya epidermis.Kuku merupakan lempeng yang terbuat
dari sel tanduk yang menutupi bagian dorsal dari tangan dan kaki.

B. Dermis
Dermis merupakan lapisan kedua kulit batas dengan epidermis
dilapisi oleh membrane basalis dan di sebelah bawah berbatasan
dengan subkutis tetapi batas ini tidak jelas hingga kita ambil
patokannya adalah mulai terdapatnya sel lemak.

C. Subkutis/Hipodermis
Subkutis terdiri dari kumpulan sel elmak dan diantara
gerombolan ini benjolan serabut-serabut jaringan dermis, sel-sel
lemak ini bentuknya bulat dengan intinya terdesak ke pinggir
sehingga membentuk seperti cincin.Lapisan lemak ini disebut
penikulus adiposis.Kegunaan penikulus adiposis adalah sebagai
pegas bila tekanan trauma yang menimpa pada kulit.Isolator panas
untuk mempertahankan suhu tubuh.
Menurut Desizulfa (2013) system integument memiliki beberapa fungsi,
yaitu:
a. Fungsi kulit
 Menutup dan melindungi organ di bawahnya
 Melindungi tubuh dan masuknya mikroba/benda asing
 Ekskresi melalui respirasi/berkeringat
 Tempat penimbunan lemak
 Pengatursuhu tubuh
b. Sensori persepsi mengandung reseptor terhadap panas, dingin,
nyeri, sentuhan dan tekanan
c. Proses berkeringat
Panas merangsang hipotalamus anterior (area pre optic) untuk
dipindahkan melalui 5 anak otonom ke medulla spinalis dan melalui
saraf simpatis ke kulit seluruh tubuh. Saraf simpatis merangsang
kelenjar keringat untuk produksi keringat
d. Proses absorbsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap larutan dan benda-benda
yang mudah menguap dan diserap begitu yang larut dalam lemak
permeabilitas terhadap O2 dan CO2 dan uap air kemungkinan kulit
ikut andil pada fungus respirasi.
1.2. LUKA BAKAR
A. DEFINISI
Luka bakar adalah
kerusakan atau
kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak
dengan sumber panas
seperti api, air
panas, bahan kimia,
listrik, dan radiasi
(Moenajat, 2001). Luka
bakar merupakan luka yang
unik diantara luka
lainnya karena luka
tersebut meliputi sejumlah bersar jaringan mati yang tetap berada
pada tempatnya untuk jangka waktu yang cukup lama.

B. ETIOLOGI
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energy dari sumber
panas ke tubuh melalui kondusksi atau radiasi elektromagnetik,
meliputi: Etiologi luka bakar dapat dibagi menjadi Scald Burns,
Flame Burns, Flash Burns, Contact Burns, Chemical Burns,
Electrical Burns, Frost Bite (Jeschke, 2007).
a. Scald Burns
Luka karena uap panas, biasanya terjadi karena air panas,
merupakan kebanyakan penyebab luka bakar pada masyarakat. Air
pada suhu 60°C menyebabkan luka bakar parsial atau dalam
dengan waktu hanya dalam 3 detik. Pada 69°C, luka bakar yang
sama terjadi dalam 1 detik (Jeschke, 2007).

b. Flame Burns
Luka terbakar adalah mekanisme kedua tersering dari injuri
termal. Meskipun kejadian injuri disebabkan oleh kebakaran
rumah telah menurun seiring penggunaan detektor asap,
kebakaran yang berhubungan dengan merokok, penyalahgunaan
penggunaan cairan yang mudah terbakar, tabrakan kendaraan
bermotor dan kain terbakar oleh kompor atau pemanas ruangan
juga bertanggung jawab terhadap luka terbakar (Jeschke,
2007).

c. Flash Burns
Flash burns adalah berikutnya yang paling sering. Ledakan gas
alam, propan, butane, minyak destilasi, alkohol dan cairan
mudah terbakar lain seperti aliran listrik menyebabkan panas
untuk periode waktu. Flash burns memiliki distribusi di semua
kulit yang terekspos dengan area paling dalam pada sisi yang
terkena (Jeschke, 2007).

d. Contact Burns
Luka bakar kontak berasal dari kontak dengan logam panas,
plastik, gelas atau bara panas. Kejadian ini terbatas. Balita
yang menyentuh atau jatuh dengan tangan menyentuh setrika,
oven dan bara kayu menyebabkan luka bakar yang dalam pada
telapak tangan (Jeschke, 2007).

e. Chemical Burns
Luka bakar yang diakibatkan oleh iritasi zat kimia, apakah
bersifat asam kuat atau basa kuat. Kejadian ini sering pada
karyawan industri yang memakai bahan kimia sebagai bagian
dari proses pengolahan atau produksinya. Penanganan yang
salah dapat memperluas luka bakar yang terjadi. Irigasi
dengan NS (NaCl 0.9%) atau akuabides atau cairan netral
lainnya adalah pertolongan terbaik, tidak dengan cara
menetralisirnya (Jeschke, 2007).

f. Electrical Burns
Sel yang teraliri listrik akan mengalami kematian yang bisa
menjalar dari sejak arus masuk sampai bagian tubuh tempat
arus keluar. Luka masuk adalah tempat aliran listrik memasuki
tubuh, luka keluar adalah tempat keluarnya arus dari tubuh
menuju bumi/ground.Sulit secara fisik menentukan berat
ringannnya kerusakan yang terjadi, mengingat perlu banyak
pemeriksaan klinis dan penunjang lainnya untuk mengevaluasi
keadaan penderita.Gangguan jantung, ginjal, kerusakan otot
sangat mungkin terjadi.Besarnya luka masuk atau luka keluar
tidak berhubungan dengan kerusakan jaringan sepanjang aliran
luka masuk sampai keluar.Maka dari itu setiap luka bakar
listrik dikelompokan pada derajat III (Jeschke, 2007).

g. Frost Bite
Adalah luka akibat suhu yang terlalu dingin.Pembuluh darah
perifer mengalami vasokonstriksi hebat, terutama di ujung-
ujung jari, hidung dan telinga. Fase selanjutnya akan terjadi
nekrosis dan kerusakan yang permanen. Untuk tindakan pertama
adalah sesegera mungkin menghangatkan bagian tubuh tersebut
dengan pemanas dan gerakan-gerakan untuk memperlancar
sirkulasi (Jeschke, 2007).

C. KLASIFIKASI LUKA BAKAR


1. Menurut kedalamannya
a. Luka bakar derajat I
 Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
 Tampak merah dan kering seperti luka bakar matahari
 Tidak dijumpai bullae
 Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
 Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari

b. Luka bakar derajat II


 Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa
reaksi inflamasi disertai proses eksudasi.
 Dijumpai bulae.
 Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi.
 Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak
lebih tinggi diatas kulit normal.
Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua),
yaitu:
Derajat II dangkal (superficial)
- Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebasea masih utuh.
- Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.
Derajat II dalam (deep)
- Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.
- Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel
yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi lebih dari
sebulan.

c. Luka bakar derajat III


 Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan
yang lebih dalam.
 Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan.
 Tidak dijumpai bulae.
 Kulit yang terbakar berwarna putih hingga merah, coklat
atau hitam
 Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang
dikenal sebagai eskar.
 Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh
karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami
kerusakan/kematian

2. Klasifikasi keparahan luka bakar menurut American Burn


Association
No Derajat luka bakar Ringan/minor S e d a n g M a y o r
1 D e r a j a t 2 D e w a s a D e w a s a Dewasa
TBSA <15 TBSA 15-25 > 2 5 %
A n a k A n a k A n a k
< 1 0 % 1 0 - 2 0 % > 2 0 %
2 D e r a j a t 3 < 2 % 2 - 1 0 % 1 0 %
Rule Of Nine

Head and neck = 9%

front = Head and neck = 18%


18%

front =
18%
Perinium = 1%

Right leg Leftleg =


= 14% 14%

Total: 100% Total: 100%


Usia>15 tahun Usia 0-1 tahun

Head = 10%
Head and neck = 14% HeadFront
and neck = 10%
and back

front = front =
18% 18%

Right leg Leftleg Right leg Leftleg


= 16% =16% = 18% =18%

Total: 100% Total: 100%


Usia 1-5 tahun Usia 5-15 tahun
Pembagian Zona Kerusakan Jaringan
a. Zona koagulan
Terdiri dari jairngan yang mati membentuk sisa-sisa luka
bakar yang berlokasi pada pusat luka bakar yang berhubungan
langsung dengan sumber panas
b. Zona statis
Terdiri dari jaringan yang berbatasan dengan luka yang
nekrosis dan masih tetap hidup tetapi ada risiko berupa
defisiensi darahg yang terus menerus selama penurunan perfusi
c. Zona hiperemia
Terdiri dari kulit normal yang mengalami vasodilatasi dan
mengisi aliran pembuluh darah akibat respon luka

D. PROSES PENYEMBUHAN LUKA


1. Fase inflamasi
Fase ini terjadi sejak terjadi luka sewaktu hari ke 5. Fase
ini terjadi respon vaskuler dan seluler yang terjadi akibat
luka/cedera pada jaringan yang bertujuan untuk menghentikan
pendarahan, membersihan darah luka, benda asing, sel-sel mati
dan bakteri. Pada fase ini terputusnya pembuluh darah akan
menyebabkan perdarahan dan tubuh akan berusaha untuk
menghentikannya (hemostatis) dimana dalam proses itu terjadi:
a. Kontruksi pembuluh darah (vasokontriksi)
b. Agregasi (pelengketan) platelet/trombosit dan pembentukan
jala=jala fibrin
c. Aktivitas serangkaian reaksi pembuluh darah
Proses tersebut berlengsung beberapa menit dan kemudian
diikuti dengan permeabilitas kapiler sehingga cairan plasma
darah keluar dari pembuluh darah, penyuburan sel radang
disertai vasodilatasi (pelebrana pembuluh darah) selain itu
juga terjadi rangsangan terhadap ujung saraf sensorik pada
daerah luka sehingga pada fase ini ditemukan tanda-tanda
inflamasi yaitu seperti kemerahan, teraba hangay, edema dan
nyeri.

2. Fase proliferasi
Disebut juga fase fibroplasia yang berlangsung sejak akhir
fase inflamasi sampai dengan akhir minggu. Pada fase ini sel
fibroplos berpoliferasi, fibroblas menghasilkan
mukopolisakarida asam amino dan protein yang merupakan bahan
dasar kolagen yang akan mempertemukan tepi luka. Fase ini
dipengaruhi oleh substansi yang disebabkan growth factors.
Pada fase ini terjadi proses:
1. Angiogenesis: proses pembentukan kapiler baru untuk
menghantarkan nutrisi dan oksigen ke daerah luka.
Angiogenesis di stimulasi oleh suatu growth factors (Tnf
αβ)
2. Granulasi: pembentukan jaringan kemerahan yang mengandung
kapiler pada dasar luka dan permukaan yang bersisi jaringan
halus
3. Kontraksi: pada fase ini terpi-tepi luka akan tertarik ke
arah tengah luka yang disebabkan oleh kerja miofibrinoblas
sehingga mengurangi luas luka, proses ini kemungkinan
dimediasi oleh TGF α

E. FASE LUKA BAKAR


1. Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal
penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan
nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation
(sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera
atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi
obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-
72 jam pasca trauma.Cedera inhalasi adalah penyebab kematian
utama penderiat pada fase akut. Pada fase akut sering terjadi
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera
termal yang berdampak sistemik

2. Fase sub akut.


Berlangsung setelah fase syok teratasi.Masalah yang terjadi
adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga
sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan:
a. Proses inflamasi dan infeksi.
b. Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka
telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada
struktur atau organ – organ fungsional.
c. Keadaan hipermetabolisme.

3. Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut
akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional.
Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut
yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan
kontraktur.
F. MANIFESTASI LUKA BAKAR
Manifestasi awal menurut Betz (2009)
- Takikardia
- Tekanan darah menurun
- Ekdtremitas dingin dan perfusi buruk
- Perubahan tingkat kesadaran
- Dehidrasi (penurunan turgor kulit, penurunanurine, lidah dan
kulit kering)
- Peningkatan frekuensi pernapasan
- Pucat (tidak terjadi pada luka bakar derajat II dan III)
Menurut Grace (2007) menifestasi kronis adalah:
1. Umum :
- Nyeri
- Edema dan bula
2. Khusus:
- Inhalasi asap (gejala pada hidung/sputum, suara serak, luka
bakar dalam mulut)
- Luka bakar pada mata/alis mata
- Luka bakar sirkum tersiol
Kedalaman Jaringan yang terkena Penyebabyanglazim Karakteristik N y e r i Penyembuhan
Ketebalan superficial (derajat I) Kerusakan epitel minimal Sinar matahari Kering : tidak ada lepuh, merah pink, memutih dengan tekanan N y e r i Sekitar 5 hari

Ketebalan partial (derajat IIA) Epidermis, dermis minimal Kilat : cairan hangat Basah : pink atau merah, lepuh sebagian memutih Nyeri : hiperestetik Sekitar 21 hari, jaringan parut minimal
Ketebalan partial dermal dalam (derajat IIB) Keseluruhan epidermis, sebagian dermis Benda panas, nyala api, cidera radiasi Kering : pucat, berlilin, tidak memutih Sensitif terhadap tekanan Berkepanjangan membentuk jaringan hipertrofik : pembentukan kontraktur
Ketebalan penuh (derajat III) Semua yang di atas dan bagian lemak subkutan dapat mengenai jaringNaynaliakatp,iobteortk,eptaunljang an, listrik, kimia, dan uap panas Kulit terkelupas vascular, pucat kuning sampai coklat Sedikit nyeri Tidak dapat beregenerasi sendiri : membutuhkan tandur kulit
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Hitung darah lengkap: Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan
adanya pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan
lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera, pada Ht
(Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan
cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan
kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh
darah.
2) Leukosit: Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya
infeksi atau inflamasi.
3) GDA (Gas Darah Arteri): Untuk mengetahui adanya kecurigaaan
cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau
peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat
pada retensi karbon monoksida.
4) Elektrolit Serum: Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan
dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium
pada awal mungkin menurun karena kehilangan cairan,
hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan
hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
5) Natrium Urin: Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan
kelebihan cairan, kurang dari 10 mEqAL menduga
ketidakadekuatan cairan.
6) Alkali Fosfat: Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan
perpindahan cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.
7) Glukosa Serum: Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon
stress.
8) Albumin Serum: Untuk mengetahui adanya kehilangan protein
pada edema cairan.
9) BUN atau Kreatinin: Peninggian menunjukkan penurunan perfusi
atau fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena
cedera jaringan.
10) Loop aliran volume: Memberikan pengkajian non-invasif
terhadap efek atau luasnya cedera.
11) EKG: Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau
distritmia.
12) Fotografi luka bakar: Memberikan catatan untuk penyembuhan
luka bakar.
H. PENATALAKSANAAN
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma,
karenanya harus dicek Airway, breathing dan circulation-nya
terlebih dahulu.
1. Airway
Apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka
segera pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya
trauma inhalasi antara lain adalah: terkurung dalam api, luka
bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan sputum yang
hitam.
2. Breathing
Eschar yang melingkari dada dapat menghambat pergerakan dada
untuk bernapas, segera lakukan escharotomi.Periksa juga apakah
ada trauma-trauma lain yang dapat menghambat pernapasan,
misalnya pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costae.
3. Circulation
Luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan
edema, pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok
hipovolumik karena kebocoran plasma yang luas.Manajemen cairan
pada pasien luka bakar, dapat diberikan dengan Formula Baxter.
Formula Baxter
a. Total cairan: 4cc x berat badan x luas luka bakar
b. Berikan 50% dari total cairan dalam 8 jam pertama,
sisanya dalam 16 jam berikutnya.
4. Obat - obatan:
a. Antibiotika: tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam
sejak kejadian.
b. Analgetik: Antalgin, aspirin, asam mefenamat, dan morfin.

Rehabilitasi Cairan
Protokol pemberian cairan
Formula Cairan 24 jam pertama Kristaloid 24 jam kedua Koloid 24 jam ketiga
Baxte r RL 4ml/kgBB/%LLB 20-60% estimate vol plasma Memantau output urine 30ml/jam
E v a n s Larutan NS (ml/kg/%LLB, 200ml DSW dan koloid 1mg/kg/%LLB) 50% vol cairan 50% vol cairan 24 jam pertama
24jam pertama x 200ml/DSW
Salte r RL 2l/24jam + fresh frozen plasma 50% vol cairan 24jam 0% vol cairan 24jam
7ml/kg/24jam 2 0 0 m l D S W 1 fresh frozen plasma
B r o k e RL = 1,5ml/kg/%LLB -
Koloid = 0,5ml/1/%LLB
2 0 0 m l D S W
Modified broke RL = 2ml/kg/%LLB -
Metrohealth RL + 50mEq sodiumbikarbonat NS, pantau output urine
4ml/kg/%LLB

Rumus Kebutuhan Cairan


A. DEWASA
RL
4 cc/24jam x kg BB x %LLB
24 jam pertama cairan dibagi:
a. 8 jam pertama diberikan 50% dari kebutuhan cairan /24 jam
b. 16 jam kedua diberikan 50% dari kebutuhan cairan /24 jam
c. 18 jam setelah kejadian ditambah cairan koloid sejumlah
500ml pada luka bakar sedang, 1000ml pada luka bakar berat
24 jam kedua
a. Diberikan 50% dari kebutuhan cairan /24 jam

B. ANAK
2 cc x kg BB x % LLB + kebutuhan faal/24 jam
Kebutuhan Faal:
< 1 tahun : BB x 100 ml
1-5 tahun : BB x 75 ml
5-15 tahun : BB x 50 ml
RL : koloid = 17:3
Cara pemberian
24 jam pertama dibagi 2:
- 8 jam = ½ kebutuhan cairan/24 jam
- 16 jam = ½ kebutuhan cairan/24 jam
24 jam kedua
Sesuai kebutuhan faal

I. PERAWATAN DI UNIT LUKA BAKAR


a) Perawatan luka umum
1. Pembersihan luka, cuci dengan savlon NaCL 0.9% 1:3 + buang
jaringan nekrotik
2. Topical dan tutup luka
 Tule
 Silver sulfoidiazin
 Tutup kasa tebal  evaluasi 5-7 hari balutan kotor
3. Ganti balutan
4. Hidroterapi
5. Terapi obat-obatan: antibiotic, analgesic, antacid
6. Debridement
7. Balutan luka biosintetik dan sintetik bio-brone/sufratulle
8. Penalaksanaan nyeri
9. Dukungan nutrisi
10. Fisioterapi/mobilisasi
11. Perawatan rehabilitasi

J. KOMPLIKASI
1. Hipertrofi jaringan parut
Terbentuk hipertrofi jaringan parut dipengaruhi oleh:
a. Kedalaman luka bakar
b. Sifat kulit
c. Usia klien
d. Lamanya waktu penutupan
Jaringan parut terbentuk secara aktif pada 6 bulan post luka
bakar dengan warna awal merah muda dan menimbulkan rasa
gatal. Pembentukan jaringan parut terus berlangsung dan warna
berubah merah, merah tua dan sampai coklat muda dan terasa
lebih lembut.

2. Kontraktur
Kontraktur merupakan komplikasi yang sering menyertai luka
bakar serta menimbulkan gangguan fungsi pergerakan. Beberapa
hal yang dapat mecegah atau mengurangi terjadinya kontraktor
antara lain:
a. Pemberian posisi yang baik dan benar sejak dini
b. Latihan ROM baik pasif maupun aktif
c. Presure garmen yaitu pakaian yang dapat memberikan tekanan
yang bertujuan menekan timbulnya hipertrofi scar
3. Systemic Inflammatory Response Syndrome atau SIRS terdiri
dari rangkaian kejadian sistemik yang terjadi sebagai bentuk
respons inflamasi. Respons yang terjadi pada SIRS merupakan
respons selular yang menginisiasi sejumlah mediator-induced
respons pada inflamasi dan imun (Burns M. & Chulay, 2006).
SIRS (Systemic Inflammatory Response Syndrome) adalah respon
klinis terhadap rangsangan (insult) spesifik dan nonspesifik

4. Multiple Organ Dysfunction Syndrome/ MODS) didefinisikan


sebagai adanya fungsi organ yang berubah pada pasien yang
sakit akut, sehingga homeostasis tidak dapat dipertahankan
lagi tanpa intervensi. Disfungsi dalam MODS melibatkan >2
sistem organ

K. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen kimia / termal ditandai


dengan melaporkan nyeri secara verbal
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30 menit
klien menunjukkan kriteria hasil sesuai dengan skala NOC
NOC: Pain Level
Indikator 1 2 3 4 5
Level nyeri ≥ 7 5 - 6 3 - 4 1 - 2 0
Ekspresi nyeri

TD Sistole > 1 7 0 >161-170 151-160 140-150 < 1 4 0


Diastole > 1 2 0 110-120 100-109 9 0 - 9 9 < 9 0
R R ≥ 3 2 2 9 - 3 2 2 5 - 2 8 2 1 - 2 4 1 2 - 2 0
NIC: Pain Management

1. Kaji klien secara komperehensif


2. Amati isyarat non verbal terkait keluhan nyeri
3. Monitor TTV terhadap nyeri
4. Ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti nyeri
2. Kerusakan integritas kulit b.d cidera termal ditandai dengan
kerusakan integritas kulit
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24
jam integritas kulit klien dapat membaik
Kriteria hasil sesuai skala NOC
NOC: Burn Healing
I n d i k a t o r 1 2 3 4 5
Prosentase luka bakar > 7 0 % 60-70% 41-59% 20-40% < 2 0 %
Tanda-tanda infeksi Y a Tidak
Edema luka bakar Y a Tidak
Kemerahan jaringan Y a Tidak
T D S i s t o l e < 1 0 5 105-109 110-114 115-119 ≤ 120

TD Diastole < 4 0 40-59 60-69 70-79 ≤ 8 0

R R ≥ 3 2 29-32 25-28 21-24 12-20

N a d i >130x/mnt 121-130x/mnt 111-120x/mnt 101-110x/mnt 60-100x/mnt

S u h u > 3 9 34,4-39 38-38,3 37,6-37,9 36,5-37,5

NIC: Wound care burn


1. Rawat luka
2. Monitor TTV klien (nadi, suhu, tekanan darah, RR)
3. Monitor tanda dan gejala infeksi pada luka Berikan
kenyamanan sebelum mengganti balutan
4. Berikan nutrisi dan intake cairan adekuat
5. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat topikal dan
pemeriksaan penunjang

3. Resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan


dengan defisiensi volume cairan ditandai dengan penggunaan
serum elektrolit
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30 menit
kebutuhan cairan dan elektrolit klien terpenuhi
Kriteria Hasil : Sesuai Skala NOC
NOC: Electrolite Acid/bare balance
Indikator 1 2 3 4 5
Serum natrium < 1 2 0 120-125 125-130 130-135 136-145
Serum kalium < 2 , 3 2,3-2,6 2,6-3,0 3,1-3,4 3,5-5,5
Serum klorida < 7 , 0 7,0 – 7,9 8,0 – 8,9 9,0 – 9,7 9,8 – 10,6
A l b u m i n < 2 , 0 2,0-2,4 2,5-2,9 2,0-3,4 3,5-5,0
Osmolalitas urine < 1 , 5 1,5-1,8 1,9-2,5 2,6-2,9 3,0-4,7

NIC: Fluid Electrolyte


1. Monitor serum elektrolit pasien
2. Monitor tanda-tanda kekurangan cairan dan elektrolit
3. Monitor tanda dan gejala retensi cairan
4. Monitor TTV
5. Kolaborasi dengan tim medis mengenai koreksi Elektrolit
DAFTAR PUSTAKA

Broghers VL, 2003, Aplikasi dan patofisiologi: pemeriksaan dan


manajemen ED 2. Jakarta : EGC
Grace et al, 2007. At giance ilmu bedah. Jakarta: Erlangga
Mancon, m, 2003. Manajemen Luka, Jakarta : EGC
Sabistan D, 2000. Buku Ajar Bedah, Jakarta : EGC
Sam, 2011. Asuhan Keperawatan dengan Combustio, Jakarta: EGC
Schwartz, Seymour I. 2000.Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah.
Jakarta: EGC.
Stöppler, Melissa Conrad MD. Frost
bite.http://www.emedicinehealth.com/frostbite/article_em.htm#Fr
ostbite Causes
Wahab, Abdul. 2011. Resusitasi Cairan Pasien Luka Bakar. PPT
Fakultas Kedokteran Universitas Hassanudin: Makassar.
Wim, de Jong. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah Bab 3 Luka Bakar Edisi
2.EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai