Disusun Oleh
MUHAMMAD ABDUL BASIR
017.02.0719
MALANG
2018
HALAMAN PENGESAHAN
LUKA BAKAR
Oleh
Hari :
Tanggal :
( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN
B. Dermis
Dermis merupakan lapisan kedua kulit batas dengan epidermis
dilapisi oleh membrane basalis dan di sebelah bawah berbatasan
dengan subkutis tetapi batas ini tidak jelas hingga kita ambil
patokannya adalah mulai terdapatnya sel lemak.
C. Subkutis/Hipodermis
Subkutis terdiri dari kumpulan sel elmak dan diantara
gerombolan ini benjolan serabut-serabut jaringan dermis, sel-sel
lemak ini bentuknya bulat dengan intinya terdesak ke pinggir
sehingga membentuk seperti cincin.Lapisan lemak ini disebut
penikulus adiposis.Kegunaan penikulus adiposis adalah sebagai
pegas bila tekanan trauma yang menimpa pada kulit.Isolator panas
untuk mempertahankan suhu tubuh.
Menurut Desizulfa (2013) system integument memiliki beberapa fungsi,
yaitu:
a. Fungsi kulit
Menutup dan melindungi organ di bawahnya
Melindungi tubuh dan masuknya mikroba/benda asing
Ekskresi melalui respirasi/berkeringat
Tempat penimbunan lemak
Pengatursuhu tubuh
b. Sensori persepsi mengandung reseptor terhadap panas, dingin,
nyeri, sentuhan dan tekanan
c. Proses berkeringat
Panas merangsang hipotalamus anterior (area pre optic) untuk
dipindahkan melalui 5 anak otonom ke medulla spinalis dan melalui
saraf simpatis ke kulit seluruh tubuh. Saraf simpatis merangsang
kelenjar keringat untuk produksi keringat
d. Proses absorbsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap larutan dan benda-benda
yang mudah menguap dan diserap begitu yang larut dalam lemak
permeabilitas terhadap O2 dan CO2 dan uap air kemungkinan kulit
ikut andil pada fungus respirasi.
1.2. LUKA BAKAR
A. DEFINISI
Luka bakar adalah
kerusakan atau
kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak
dengan sumber panas
seperti api, air
panas, bahan kimia,
listrik, dan radiasi
(Moenajat, 2001). Luka
bakar merupakan luka yang
unik diantara luka
lainnya karena luka
tersebut meliputi sejumlah bersar jaringan mati yang tetap berada
pada tempatnya untuk jangka waktu yang cukup lama.
B. ETIOLOGI
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energy dari sumber
panas ke tubuh melalui kondusksi atau radiasi elektromagnetik,
meliputi: Etiologi luka bakar dapat dibagi menjadi Scald Burns,
Flame Burns, Flash Burns, Contact Burns, Chemical Burns,
Electrical Burns, Frost Bite (Jeschke, 2007).
a. Scald Burns
Luka karena uap panas, biasanya terjadi karena air panas,
merupakan kebanyakan penyebab luka bakar pada masyarakat. Air
pada suhu 60°C menyebabkan luka bakar parsial atau dalam
dengan waktu hanya dalam 3 detik. Pada 69°C, luka bakar yang
sama terjadi dalam 1 detik (Jeschke, 2007).
b. Flame Burns
Luka terbakar adalah mekanisme kedua tersering dari injuri
termal. Meskipun kejadian injuri disebabkan oleh kebakaran
rumah telah menurun seiring penggunaan detektor asap,
kebakaran yang berhubungan dengan merokok, penyalahgunaan
penggunaan cairan yang mudah terbakar, tabrakan kendaraan
bermotor dan kain terbakar oleh kompor atau pemanas ruangan
juga bertanggung jawab terhadap luka terbakar (Jeschke,
2007).
c. Flash Burns
Flash burns adalah berikutnya yang paling sering. Ledakan gas
alam, propan, butane, minyak destilasi, alkohol dan cairan
mudah terbakar lain seperti aliran listrik menyebabkan panas
untuk periode waktu. Flash burns memiliki distribusi di semua
kulit yang terekspos dengan area paling dalam pada sisi yang
terkena (Jeschke, 2007).
d. Contact Burns
Luka bakar kontak berasal dari kontak dengan logam panas,
plastik, gelas atau bara panas. Kejadian ini terbatas. Balita
yang menyentuh atau jatuh dengan tangan menyentuh setrika,
oven dan bara kayu menyebabkan luka bakar yang dalam pada
telapak tangan (Jeschke, 2007).
e. Chemical Burns
Luka bakar yang diakibatkan oleh iritasi zat kimia, apakah
bersifat asam kuat atau basa kuat. Kejadian ini sering pada
karyawan industri yang memakai bahan kimia sebagai bagian
dari proses pengolahan atau produksinya. Penanganan yang
salah dapat memperluas luka bakar yang terjadi. Irigasi
dengan NS (NaCl 0.9%) atau akuabides atau cairan netral
lainnya adalah pertolongan terbaik, tidak dengan cara
menetralisirnya (Jeschke, 2007).
f. Electrical Burns
Sel yang teraliri listrik akan mengalami kematian yang bisa
menjalar dari sejak arus masuk sampai bagian tubuh tempat
arus keluar. Luka masuk adalah tempat aliran listrik memasuki
tubuh, luka keluar adalah tempat keluarnya arus dari tubuh
menuju bumi/ground.Sulit secara fisik menentukan berat
ringannnya kerusakan yang terjadi, mengingat perlu banyak
pemeriksaan klinis dan penunjang lainnya untuk mengevaluasi
keadaan penderita.Gangguan jantung, ginjal, kerusakan otot
sangat mungkin terjadi.Besarnya luka masuk atau luka keluar
tidak berhubungan dengan kerusakan jaringan sepanjang aliran
luka masuk sampai keluar.Maka dari itu setiap luka bakar
listrik dikelompokan pada derajat III (Jeschke, 2007).
g. Frost Bite
Adalah luka akibat suhu yang terlalu dingin.Pembuluh darah
perifer mengalami vasokonstriksi hebat, terutama di ujung-
ujung jari, hidung dan telinga. Fase selanjutnya akan terjadi
nekrosis dan kerusakan yang permanen. Untuk tindakan pertama
adalah sesegera mungkin menghangatkan bagian tubuh tersebut
dengan pemanas dan gerakan-gerakan untuk memperlancar
sirkulasi (Jeschke, 2007).
front =
18%
Perinium = 1%
Head = 10%
Head and neck = 14% HeadFront
and neck = 10%
and back
front = front =
18% 18%
2. Fase proliferasi
Disebut juga fase fibroplasia yang berlangsung sejak akhir
fase inflamasi sampai dengan akhir minggu. Pada fase ini sel
fibroplos berpoliferasi, fibroblas menghasilkan
mukopolisakarida asam amino dan protein yang merupakan bahan
dasar kolagen yang akan mempertemukan tepi luka. Fase ini
dipengaruhi oleh substansi yang disebabkan growth factors.
Pada fase ini terjadi proses:
1. Angiogenesis: proses pembentukan kapiler baru untuk
menghantarkan nutrisi dan oksigen ke daerah luka.
Angiogenesis di stimulasi oleh suatu growth factors (Tnf
αβ)
2. Granulasi: pembentukan jaringan kemerahan yang mengandung
kapiler pada dasar luka dan permukaan yang bersisi jaringan
halus
3. Kontraksi: pada fase ini terpi-tepi luka akan tertarik ke
arah tengah luka yang disebabkan oleh kerja miofibrinoblas
sehingga mengurangi luas luka, proses ini kemungkinan
dimediasi oleh TGF α
3. Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut
akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional.
Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut
yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan
kontraktur.
F. MANIFESTASI LUKA BAKAR
Manifestasi awal menurut Betz (2009)
- Takikardia
- Tekanan darah menurun
- Ekdtremitas dingin dan perfusi buruk
- Perubahan tingkat kesadaran
- Dehidrasi (penurunan turgor kulit, penurunanurine, lidah dan
kulit kering)
- Peningkatan frekuensi pernapasan
- Pucat (tidak terjadi pada luka bakar derajat II dan III)
Menurut Grace (2007) menifestasi kronis adalah:
1. Umum :
- Nyeri
- Edema dan bula
2. Khusus:
- Inhalasi asap (gejala pada hidung/sputum, suara serak, luka
bakar dalam mulut)
- Luka bakar pada mata/alis mata
- Luka bakar sirkum tersiol
Kedalaman Jaringan yang terkena Penyebabyanglazim Karakteristik N y e r i Penyembuhan
Ketebalan superficial (derajat I) Kerusakan epitel minimal Sinar matahari Kering : tidak ada lepuh, merah pink, memutih dengan tekanan N y e r i Sekitar 5 hari
Ketebalan partial (derajat IIA) Epidermis, dermis minimal Kilat : cairan hangat Basah : pink atau merah, lepuh sebagian memutih Nyeri : hiperestetik Sekitar 21 hari, jaringan parut minimal
Ketebalan partial dermal dalam (derajat IIB) Keseluruhan epidermis, sebagian dermis Benda panas, nyala api, cidera radiasi Kering : pucat, berlilin, tidak memutih Sensitif terhadap tekanan Berkepanjangan membentuk jaringan hipertrofik : pembentukan kontraktur
Ketebalan penuh (derajat III) Semua yang di atas dan bagian lemak subkutan dapat mengenai jaringNaynaliakatp,iobteortk,eptaunljang an, listrik, kimia, dan uap panas Kulit terkelupas vascular, pucat kuning sampai coklat Sedikit nyeri Tidak dapat beregenerasi sendiri : membutuhkan tandur kulit
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Hitung darah lengkap: Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan
adanya pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan
lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera, pada Ht
(Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan
cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan
kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh
darah.
2) Leukosit: Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya
infeksi atau inflamasi.
3) GDA (Gas Darah Arteri): Untuk mengetahui adanya kecurigaaan
cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau
peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat
pada retensi karbon monoksida.
4) Elektrolit Serum: Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan
dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium
pada awal mungkin menurun karena kehilangan cairan,
hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan
hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
5) Natrium Urin: Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan
kelebihan cairan, kurang dari 10 mEqAL menduga
ketidakadekuatan cairan.
6) Alkali Fosfat: Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan
perpindahan cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.
7) Glukosa Serum: Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon
stress.
8) Albumin Serum: Untuk mengetahui adanya kehilangan protein
pada edema cairan.
9) BUN atau Kreatinin: Peninggian menunjukkan penurunan perfusi
atau fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena
cedera jaringan.
10) Loop aliran volume: Memberikan pengkajian non-invasif
terhadap efek atau luasnya cedera.
11) EKG: Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau
distritmia.
12) Fotografi luka bakar: Memberikan catatan untuk penyembuhan
luka bakar.
H. PENATALAKSANAAN
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma,
karenanya harus dicek Airway, breathing dan circulation-nya
terlebih dahulu.
1. Airway
Apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka
segera pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya
trauma inhalasi antara lain adalah: terkurung dalam api, luka
bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan sputum yang
hitam.
2. Breathing
Eschar yang melingkari dada dapat menghambat pergerakan dada
untuk bernapas, segera lakukan escharotomi.Periksa juga apakah
ada trauma-trauma lain yang dapat menghambat pernapasan,
misalnya pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costae.
3. Circulation
Luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan
edema, pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok
hipovolumik karena kebocoran plasma yang luas.Manajemen cairan
pada pasien luka bakar, dapat diberikan dengan Formula Baxter.
Formula Baxter
a. Total cairan: 4cc x berat badan x luas luka bakar
b. Berikan 50% dari total cairan dalam 8 jam pertama,
sisanya dalam 16 jam berikutnya.
4. Obat - obatan:
a. Antibiotika: tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam
sejak kejadian.
b. Analgetik: Antalgin, aspirin, asam mefenamat, dan morfin.
Rehabilitasi Cairan
Protokol pemberian cairan
Formula Cairan 24 jam pertama Kristaloid 24 jam kedua Koloid 24 jam ketiga
Baxte r RL 4ml/kgBB/%LLB 20-60% estimate vol plasma Memantau output urine 30ml/jam
E v a n s Larutan NS (ml/kg/%LLB, 200ml DSW dan koloid 1mg/kg/%LLB) 50% vol cairan 50% vol cairan 24 jam pertama
24jam pertama x 200ml/DSW
Salte r RL 2l/24jam + fresh frozen plasma 50% vol cairan 24jam 0% vol cairan 24jam
7ml/kg/24jam 2 0 0 m l D S W 1 fresh frozen plasma
B r o k e RL = 1,5ml/kg/%LLB -
Koloid = 0,5ml/1/%LLB
2 0 0 m l D S W
Modified broke RL = 2ml/kg/%LLB -
Metrohealth RL + 50mEq sodiumbikarbonat NS, pantau output urine
4ml/kg/%LLB
B. ANAK
2 cc x kg BB x % LLB + kebutuhan faal/24 jam
Kebutuhan Faal:
< 1 tahun : BB x 100 ml
1-5 tahun : BB x 75 ml
5-15 tahun : BB x 50 ml
RL : koloid = 17:3
Cara pemberian
24 jam pertama dibagi 2:
- 8 jam = ½ kebutuhan cairan/24 jam
- 16 jam = ½ kebutuhan cairan/24 jam
24 jam kedua
Sesuai kebutuhan faal
J. KOMPLIKASI
1. Hipertrofi jaringan parut
Terbentuk hipertrofi jaringan parut dipengaruhi oleh:
a. Kedalaman luka bakar
b. Sifat kulit
c. Usia klien
d. Lamanya waktu penutupan
Jaringan parut terbentuk secara aktif pada 6 bulan post luka
bakar dengan warna awal merah muda dan menimbulkan rasa
gatal. Pembentukan jaringan parut terus berlangsung dan warna
berubah merah, merah tua dan sampai coklat muda dan terasa
lebih lembut.
2. Kontraktur
Kontraktur merupakan komplikasi yang sering menyertai luka
bakar serta menimbulkan gangguan fungsi pergerakan. Beberapa
hal yang dapat mecegah atau mengurangi terjadinya kontraktor
antara lain:
a. Pemberian posisi yang baik dan benar sejak dini
b. Latihan ROM baik pasif maupun aktif
c. Presure garmen yaitu pakaian yang dapat memberikan tekanan
yang bertujuan menekan timbulnya hipertrofi scar
3. Systemic Inflammatory Response Syndrome atau SIRS terdiri
dari rangkaian kejadian sistemik yang terjadi sebagai bentuk
respons inflamasi. Respons yang terjadi pada SIRS merupakan
respons selular yang menginisiasi sejumlah mediator-induced
respons pada inflamasi dan imun (Burns M. & Chulay, 2006).
SIRS (Systemic Inflammatory Response Syndrome) adalah respon
klinis terhadap rangsangan (insult) spesifik dan nonspesifik
K. ASUHAN KEPERAWATAN