Anda di halaman 1dari 6

TUJUAN 5

Meningkatkan Kesehatan Ibu

57
Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia

Tujuan 5: Meningkatkan Kesehatan Ibu

Target 6: Menurunkan angka kematian ibu sebesar


tiga perempatnya antara 1990 dan 2015.
Indikator:
• Angka kematian ibu.
• Proporsi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih.
• Angka pemakaian kontrasepsi.

jukkan bahwa Jawa Tengah mempunyai AKI yang


Keadaan dan kecenderungan lebih rendah, yaitu 248, dibandingkan adalah Papua
sebesar 1.025, Maluku sebesar 796, Jawa Barat sebe-
Angka kematian ibu. Indonesia belum memiliki sar 686, dan NTT sebesar 554 per 100.000 kelahiran
data statistik vital yang langsung dapat menghitung hidup.3
Angka Kematian Ibu (AKI). Estimasi AKI dalam Sur-
vei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) AKI di negara lain. AKI di Indonesia masih rela-
diperoleh dengan mengumpulkan informasi dari tif lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara-
saudara perempuan yang meninggal semasa ke- ne gara anggota ASEAN. Risiko kematian ibu karena
hamilan, persalinan, atau setelah melahirkan. Meski- melahirkan di Indonesia adalah 1 dari 65, dibanding-
pun hasil survei menunjukkan bahwa AKI di Indo- kan dengan 1 dari 1.100 di Thailand.4
nesia telah turun menjadi 307 per 100.000 kelahiran
hidup antara 1998–20021, hal itu perlu ditafsirkan Penyebab kematian ibu. adalah perdarahan,
secara hati-hati mengingat keterbatasan metode eklampsia atau gangguan akibat tekanan darah
penghitungan yang digunakan. Dari lima juta kela- tinggi saat kehamilan, partus lama, komplikasi abor-
hiran yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya, di- si, dan infeksi. Perdarahan, yang biasanya tidak bisa
perkirakan 20.000 ibu meninggal akibat komplikasi diperkirakan dan terjadi secara mendadak, bertang-
2
kehamilan atau persalinan. Dengan kecenderungan gung jawab atas 28 persen kematian ibu. Sebagian
seperti ini, pencapaian target MDG untuk menurun- besar kasus perdarahan dalam masa nifas terjadi
kan AKI akan sulit bisa terwujud kecuali apabila di- karena retensio plasenta dan atonia uteri. Hal ini
lakukan upaya yang lebih intensif untuk mempercepat mengindikasikan kurang baiknya manajemen tahap
laju penurunannya. ketiga proses kelahiran dan pelayanan emergensi
obstetrik dan perawatan neonatal yang tepat waktu.
Disparitas. Seperti indikator kesehatan lain pada Eklampsia merupakan penyebab utama kedua ke-
umumnya, terdapat perbedaan AKI antarwilayah di matian ibu, yaitu 13 persen kematian ibu di Indone-
Indonesia. Estimasi AKI menggunakan pendekatan sia (rata-rata dunia adalah 12 persen)5. Pemantauan
PMDF (proportion of maternal deaths of female re- kehamilan secara teratur sebenarnya dapat menja-
productive age) tahun 1995 di lima provinsi menun- min akses terhadap perawatan yang sederhana dan

58
Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia

Gambar 5.2. Prevalensi kontrasepsi pada


perempuan usia 15–49 tahun yang
Gambar 5.1. Angka kematian ibu (AKI) berstatus kawin
%

Sumber: SDKI 1994, SDKI 1997, SDKI 2002-2003 Sumber: Susenas

nyakit menular akibat hubungan seks yang tidak


murah yang dapat mencegah kematian ibu karena diobati. Sepsis ini berkontribusi pada 10 persen ke-
eklampsia. matian ibu (rata-rata dunia 15 persen). Deteksi dini
terhadap infeksi selama kehamilan, persalinan yang
Aborsi yang tidak aman. bertanggung jawab bersih, dan perawatan semasa nifas yang benar
ter hadap 11 persen kematian ibu di Indonesia (rata- dapat menanggulangi masalah ini. Partus lama,
rata dunia 13 persen). Kematian ini sebenarnya yang berkontribusi bagi sembilan persen kematian
dapat dicegah jika perempuan mempunyai akses ibu (rata-rata dunia 8 persen), sering disebabkan
terhadap informasi dan pelayanan kontrasepsi serta oleh disproposi cephalopelvic, kelainan letak, dan
perawatan terhadap komplikasi aborsi. Data dari gangguan kontraksi uterus.
SDKI 2002–2003 menunjukkan bahwa 7,2 persen
kelahiran tidak diinginkan. Pertolongan persalinan oleh petugas kesehatan
terlatih. Pola penyebab kematian di atas menun-
Prevalensi pemakai alat kontrasepsi. Kontra- jukkan bahwa pelayanan obstetrik dan neonatal
sepsi modern memainkan peran penting untuk darurat serta pertolongan persalinan oleh tenaga
menurunk an kehamilan yang tidak diinginkan. SDKI kesehatan terlatih menjadi sangat penting dalam
2002–2003 menunjukkan bahwa kebutuhan yang tak upaya penurunan kematian ibu. Walaupun sebagian
terpenuhi (unmet need) dalam pemakaian kontra- besar perempuan bersalin di rumah, tenaga terlatih
sepsi masih tinggi, yaitu sembilan persen dan tidak dapat membantu mengenali kegawatan medis dan
mengalami banyak perubahan sejak 1997. Angka membantu keluarga untuk mencari perawatan daru-
pemakaian kontrasepsi (Contraceptive Prevalence rat. Proporsi persalinan yang ditolong oleh tenaga
Rate) di Indonesia naik dari 50,5 persen pada 1992 kesehatan terlatih terus meningkat dari 40,7 persen
menjadi 54,2 persen pada 20026 (Gambar 5.2 dan pada 1992 menjadi 68,4 persen pada 2002.7 Akan
Tabel 5.1). Untuk indikator yang sama, SDKI 2002– tetapi, proporsi ini bervariasi antarprovinsi dengan
2003 menunjukkan angka 60.3 persen. Sulawesi Tenggara sebagai yang terendah, yaitu 35
persen, dan DKI Jakarta yang tertinggi, yaitu 96 per-
Sepsis sebagai faktor penting lain penyebab kema- sen, pada 20028 (Tabel 5.2 dan 5.3). Proporsi ini juga
tian ibu sering terjadi karena kebersihan (hygiene) berbeda cukup jauh mengikuti tingkat pendapat-
yang buruk pada saat persalinan atau karena pe- an. Pada ibu dengan dengan pendapatan lebih

59
Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia

Gambar 5.3. Proporsi kelahiran yang dibantu oleh


%
tenaga kesehatan terlatih bat mendapat pelayanan kesehatan yang memadai
di tempat rujukan.

Tantangan
Meningkatnya kebutuhan. MDG menargetkan
Sumber: Susenas penurunan AKI sebesar tiga perempat antara 1990
and 2015. Upaya ini menghadapi berbagai tan-
tangan yang cukup berat, seperti transisi demografi,
tinggi, 89,2 persen kelahiran ditolong oleh tenaga desentralisasi kesehatan, pelayanan publik, dan
kesehatan, sementara pada golongan berpendapat- pendanaan. Sensus penduduk tahun 2000 menun-
9
an rendah hanya 21,3 persen. Hal ini menunjukkan jukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia 206 juta
tidak meratanya akses finansial terhadap pelayanan jiwa.12 Pada tahun 2015, jumlah penduduk Indone-
kesehatan dan tidak meratanya distribusi tenaga sia diperkirakan meningkat menjadi 242 juta jiwa.13
terlatih terutama bidan. Dengan kata lain, kebutuhan pelayanan kesehatan
akan meningkat.
Penyebab tidak langsung. Risiko kematian ibu
dapat diperparah oleh adanya anemia dan penyakit Desentralisasi bidang kesehatan juga akan men-
menular seperti malaria, tuberkulosis (TB), hepati- jadi tantangan penting di tahun-tahun mendatang.
tis, dan HIV/AIDS. Pada 1995, misalnya, prevalensi Perubahan peran dan tanggung jawab pemerintah
anemia pada ibu hamil masih sangat tinggi, yaitu pusat dan daerah belum secara jelas terdefinisikan
10
51 persen, dan pada ibu nifas 45 persen. Anemia dan dipahami. Institusi-institusi pemerintahan ma-
pada ibu hamil mempuyai dampak kesehatan terha- sih perlu menyesuaikan diri dengan wewenangnya
dap ibu dan anak dalam kandungan, meningkatkan yang baru, sementara jaringan dan koordinasi di se-
risiko keguguran, kelahiran prematur, bayi dengan tiap level administrasi perlu terus diperkuat. Dengan
berat lahir rendah, serta sering menyebabkan kema- penganggaran yang juga didesentralisasikan, dae-
tian ibu dan bayi baru lahir. Faktor lain yang berkon- rah dengan kemampuan keuangan yang rendah
tribusi adalah kekurangan energi kronik (KEK). Pada akan mengalami kesulitan untuk mengalokasikan
2002, 17,6 persen wanita usia subur (WUS) men deri- anggaran kesehatannya karena harus pula memper-
11
ta KEK. Tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidik- hatikan prioritas-prioritas pembangunan lain. Dalam
an, faktor budaya, dan akses terhadap sarana kese- hal ini, pusat dapat memainkan peran penting un-
hatan dan transportasi juga berkontribusi secara tuk membantu kabupaten/kota dalam mengelola
tidak langsung terhadap kematian dan kesakitan sumber daya mereka. Setiap upaya dalam advokasi
ibu. Situasi ini diidentifikasi sebagai “3 T” (terlam- sangat penting untuk menjamin bahwa komitmen
bat). Yang pertama adalah terlambat deteksi bahaya untuk meningkatkan kesehatan ibu dapat dilak-
dini selama kehamilan, persalinan, dan nifas, serta sanakan pada setiap tingkatan.
dalam mengambil keputusan untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan ibu dan neonatal. Kedua, ter- Pelayanan kesehatan merupakan tantangan beri-
lambat merujuk ke fasilitas kesehatan karena kondisi kutnya yang perlu ditangani. Termasuk di dalamnya
geografis dan sulitnya transportasi. Ketiga, terlam- adalah kualitas pelayanan yang disediakan oleh

60
Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia

pemerintah dan swasta serta penanganan dispari- bagai kelanjutan dari program Safe Motherhood,
tas akses pada kelompok rentan dan miskin. Data dengan tujuan untuk mempercepat penurunan ke-
terbaru menunjukkan bahwa jumlah bidan di desa sakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir. MPS
(BDD) yang menyediakan pelayanan bagi kelom- terfokus pada pendekatan perencanaan sistematis
14
pok rentan dan miskin telah menurun. Bagaimana dan terpadu dalam intervensi klinis dan sistem ke-
mengatasi situasi baru dan tidak terduga ini men- sehatan serta penekanan pada kemitraan antar in-
jadi salah satu tantangan bagi pemerintah pusat, stitusi pemerintah, lembaga donor, dan peminjam,
provinsi, dan kabupaten. Keterbatasan sumber daya swasta, masyarakat, dan keluarga. Perhatian khusus
rumah tangga juga telah menghambat akses terha- diberikan pada penyediaan pelayanan yang me-
dap pelayanan dasar. Karenanya, inovasi mekanisme madai dan berkelanjutan dengan penekanan pada
yang meringankan beban keuangan rumah tangga ketersediaan penolong persalinan terlatih. Aktivitas
sangat diperlukan untuk menjamin akses mereka masyarakat ditekankan pada upaya untuk menjamin
terhadap pelayanan. bahwa wanita dan bayi baru lahir memperoleh akses
terhadap pelayanan.
Koordinasi dan pendanaan pembangunan antar
institusi dan lembaga donor sangat krusial untuk Strategi. Ada empat strategi utama bagi upaya
menghindari terjadinya tumpang tindih dan ter- penurunan kesakitan dan kematian ibu. Pertama,
fragmentasinya program, sehingga peningkatan meningkatkan akses dan cakupan pelayanan ke-
kesehatan ibu lebih mudah dicapai. Keberlanjutan sehatan ibu dan bayi baru lahir yang berkualitas dan
program juga menjadi tantangan yang harus diatasi cost effective. Kedua, membangun kemitraan yang
dalam tahun-tahun mendatang. efektif melalui kerja sama lintas program, lintas sek-
tor, dan mitra lainnya. Ketiga, mendorong pember-
dayaan wanita dan keluarga melalui peningkatan
Kebijakan dan program pengetahuan dan perilaku sehat. Keempat, mendo-
rong keterlibatan masyarakat dalam menjamin pe-
nyediaan dan pemanfaatan pelayanan ibu dan bayi
Prioritas nasional. Menurunkan kesakitan dan ke- baru lahir.
matian ibu telah menjadi salah satu prioritas utama
dalam pembangunan sektor kesehatan sebagaima- Pesan kunci MPS. Strategi MPS memiliki tiga pesan
na tercantum dalam Propenas. Kegiatan-kegiatan kunci, yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga
yang mendukung upaya ini antara lain meningkat- kesehatan terlatih; setiap komplikasi obstetrik dan
kan pelayanan kesehatan reproduksi, meningkatkan neonatal mendapatkan pelayanan yang memadai;
pemberantasan penyakit menular dan imunisasi, dan setiap wanita usia subur mempunyai akses ter-
meningkatkan pelayanan kesehatan dasar dan rujuk- hadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan
an, menanggulangi KEK, dan menanggulangi ane- dan penanganan komplikasi keguguran.
mia gizi besi pada wanita usia subur dan pada masa
kehamilan, melahirkan, dan nifas.15 Kelompok sasaran. Perhatian khusus perlu diberi-
kan kepada kelompok masyarakat berpendapat-
Kehamilan Aman. Mengacu pada Indonesia Se- an rendah baik di perkotaan dan pedesaan serta
hat 2010, telah dicanangkan strategi Making Preg- masyarakat di daerah terpencil. Program Jaring
nancy Safer (MPS) atau Kehamilan yang Aman se- Pengaman Sosial (JPS)—yang telah dimulai sejak

61
Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia

1998 telah menyediakan pelayanan pelayanan ke- Catatan


sehatan dasar dan bidan di desa secara gratis bagi
1
BPS-Statistics Indonesia and ORC Macro, 2003. Indonesia De-
penduduk miskin—perlu dipertahankan dengan ber- mographic and Health Surveys (IDHS) 2002–2003. Maryland.
bagai cara. USA. Also IDHS 1994 and 1997.
2
Departemen Kesehatan RI, 2001. Rencana Strategis Nasional
“Making Pregnancy Safer” di Indonesia 2001–2010. Jakarta.
Konteks lebih luas. Terlepas dari kebijakan dan pro- 3
Soemantri et.al (eds), 1999. Maternal Morbidity and Mortality
gram dengan fokus pada sektor kesehatan, diper- Study: CHN-III/Household Health Survey 1995., MOH and Na-
tional Institute of Health Research and Development, Jakarta.
lukan juga penanganan dalam konteks yang lebih 4
GOI-UNICEF, 2000. Challenges for a New Generation: The
luas di mana kematian ibu terjadi. Kematian ibu Situation of Children and Women in Indonesia, Jakarta.
5
sering disebabkan oleh berbagai faktor yang kom- Departemen Kesehatan RI, 2003. Dirjen Binkesmas. Upaya
Penurunan AKI di Indonesia. Makalah untuk Kelompok Kerja
pleks yang menjadi tanggung jawab lebih dari satu MDG.
sektor. Terdapat korelasi yang jelas antara pendidik- 6
Badan Pusat Statistik, Data dikalkulasi dari Susenas untuk
Laporan MDG.
an, penggunaan kontrasepsi, dan persalinan yang
7
Badan Pusat Statistik, Data dikalkulasi dari Susenas untuk
aman. Pelayanan kesehatan reproduksi remaja harus Laporan MDG.
ditangani dengan benar, mengingat besarnya ma- 8
Badan Pusat Statistik, Data dikalkulasi dari Susenas untuk
Laporan MDG.
salah. Selain itu, isu gender dan hak-hak reproduksi
9
WHO in Indonesia, 2002. The Millennium Development Goals
baik untuk laki-laki maupun perempuan perlu terus for Health: A review of the indicators, Jakarta.
10
ditekankan dan dipromosikan pada semua level. Departemen Kesehatan RI, 2001. Rencana Strategis Nasional
Making Pregnancy Safer di Indonesia 2001-2010, Jakarta.
11
Badan Pusat Statistik, 2002. Laporan Hasil Survey Konsumsi
Garam Yodium Rumah Tangga 2002: Kerjasama BPS, Depkes
dan Bank Dunia, Jakarta.
12
Badan Pusat Statistik, 2000. Penduduk Indonesia Hasil Sensus
Penduduk 2000, Jakarta.
13
Bappenas dan Lembaga Demografi UI, 2003. Kajian Awal
Pembangunan Jangka Panjang Bidang Sumber Daya Manusia:
Draft Awal, Jakarta.
14
Dipresentasikan pada Kongres Ikatan Bidan Indonesia XII
September 2003.
15
Program Pembangunan nasional (Propenas) 2000–2004.

62

Anda mungkin juga menyukai