Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal
tersebut berdampak terhadap lingkungan sekitar dimana manusia cenderung merusak
lingkungan demi mempertahankan hidupnya. Kualitas lingkunngan secara terus menerus
semakin menurun sehingga menimbulkan permasalahan degradasi lingkungan pada
kehidupan masyarakat. Salah satu permasalahan lingkuangan yang masih menjadi
problematika di daerah perkotaan yaitu pengelolaan sampah. Laju produksi sampah terus
meningkat, tidak saja sejajar dengan laju pertumbuhan penduduk tetapi juga sejalan
dengan meningkatnya pola konsumsi masyarakat. Di sisi lain kapasitas penanganan
sampah yang dilakukan masyarakat maupun pemerintah daerah belum optimal. Sampah
yang tidak dikelola dengan baik akan berpengaruh terhadap lingkungan dan kesehatan
masyarakat sekitarnya.
Menurut Pasal 1 angka (1) UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
definisi sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat. Sedangkan menurut Pasal 1 angka (5) Pengelolaan sampah adalah
kegiatan yang sistematis,menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan
dan penanganan sampah. Umumnya kota di Indonesia masih menganut paradigma lama
penanganan sampa yang menitikberatkan hanya pada pengangkutan dan pembuangan
akhir yaitu metode kumpul – angkut – buang. Sehingga pengelolaan sampah pada
kawasan perkotaan dihadapkan beberapa permasalahan meliputi tingginya laju timbunan
sampah, kepedulian masyarakat (human behaviour) yang masih sangat rendah serta
masalah pada kegiatan pembuangan akhir sampah (final disposal).
Selain permasalahan di atas, hal yang menjadi kendala mengenai penerapan dan
penegakan hukum dalam pengelolaan sampah yang merupakan bagian dari penegakan
hukum lingkungan terutama dalam penerapan sanksinya. Di Indonesia sebenarnya
terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang mempunyai korelasi maupun
berkaitan langsung dengan pengelolaan sampah yaitu Undang-Undang No. 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-undang Nomor
32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah diganti dengan UU No. 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah, UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dan
beberapa peraturan daerah yang sudah dibentuk oleh pemerintah daerah baik di tingkat
Kabupaten atau Kota seperti di Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 3 tahun 2010
Tentang Pengelolaan Sampah. Usaha untuk menanggulangi permasalahan sampah
memerlukan pembiasaan dan pelaksanaan proses pengelolaan sampah yang dimulai dari
lingkup yang lebih kecil seperti tingkat RW. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai
penerapan pengelolaan sampah di RW 7 Kelurahan Sukaresmi Kecamatan Tanah Sareal
Kota Bogor.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi sampah ?
2. Apa saja sumber dan macam-macam sampah ?
3. Apa saja peraturan mengenai pengelolaan sampah ?
4. Bagaimana proses pengelolaan sampah di RW 7 Kelurahan Sukaresmi Kecamatan
Tanah Sareal Kota Bogor?

C. Tujuan
Adapun tujuan makalah ini sebagai berikut :
1. Mengetahui definisi sampah
2. Mengetahui sumber dan macam-macam sampah
3. Mengetahui peraturan mengenai pengelolaan sampah
4. Mengetahui pengelolaan sampah di RW 7 Kelurahan Sukaresmi Kecamatan Tanah
Sareal Kota Bogor
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Sampah
1. Menurut Undang-Undang No. 18 Tahun 2008, sampah adalah sisa kegiatan sehari-
hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat
organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap
sudah tidak berguna lagi.
2. Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang
tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang
berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya
3. Sampah adalah sala sesuatu yang tidak dikehendaki oleh yang punya dan bersifat
padat, adayang mudah membusuk terutama terdiri dari zat-zat organik, seperti sisa
sayuran, sisa daging, daun dan sebagainya sedangkan yang tidak membusuk dapat
berupa kertas, plastik, karet, logam, kaca dan sebagainya (Slamet, 1994)
4. Manik (2003) mendefinisikan sampah sebagai suatu benda yang tidak digunakan atau
tidak dikehendaki dan harus dibuang, yang dihasilkan oleh kegiatan manusia
5. Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan sebenarnya hanya sebagian dari benda
atau hal-hal yang dipandang tidak dapat digunakan lagi, tidak dipakai, tidak
disenangi, atau harus dibuang sedemikian rupa sehingga tidak sampai mengganggu
kelangsungan hidup (Riyadi, 1986)
6. Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah (waste) adalah
sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang
dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya.
Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil kegiatan manusia yang dibuang
karena sudah tidak berguna. Dengan demikian sampah mengandung prinsip sebagai
berikut :
a. Adanya sesuatu benda atau bahan padat
b. Adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan manusia
c. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi (Notoatmojo, 2003)

B. Jenis-jenis sampah
1. Sampah berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya
a. Sampah anorganik Sampah anorganik adalah sampah yang umumnya tidak
dapat membusuk, misalnya : logam/besi, pecahan gelas, plastik dan
sebagainya.
b. Sampah organik Sampah organik adalah sampah yang pada umumnya dapat
membusuk, misalnya : sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan dan
sebagainya.
2. Sampah berdasarkan dapat dan tidaknya terbakar
a. Sampah yang mudah terbakar, misalnya : kertas, karet, kayu, plastik, kain
bekas dan sebagainya.
b. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya: kaleng-kaleng bekas, besi/logam
bekas, pecahan gelas, kaca, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).
3. Sampah berdasarkan karakteristiknya
a. Abu (Ashes) Merupakan sisa pembakaran dari bahan yang mudah terbakar,
baik di rumah, di kantor maupun industri.
b. Sampah Jalanan (Street Sweeping) Berasal dari pembersihan jalan dan trotoar,
terdiri dari kertas-kertas, kotoran dan daun-daunan.
c. Bangkai Binatang (Dead Animal) Yaitu bangkai binatang yang mati karena
bencana alam, penyakit atau kecelakaan.
d. Sampah pemukiman (Household refuse) Yaitu sampah campuran yang berasal
dari daerah perumahan.
e. Bangkai Kendaraan (Abandoned vehicles) Yang termasuk jenis sampah ini
adalah bangkai mobil, truk, kereta api, satelit, kapal laut dan alat transportas
lainnya.
f. Sampah industri Terdiri dari sampah padat yang berasal dari industri
pengolahan hasil bumi, tumbuhtumbuhan dan industri lainnya.
g. Sampah hasil penghancuran gedung/bangunan (Demolotion waste) Yaitu
sampah yang berasal dari perombakan gedung/bangunan.
h. Sampah dari daerah pembangunan Yaitu sampah yang berasal dari sisa
pembangunan gedung, perbaikan dan pembaharuan gedung. Sampah dari
daerah ini mengandung tanah batu-batuan, potongan kayu, alat perekat, kertas
dan lain-lain.
i. Sampah Padat Pada Air Buangan (Sewage Solid) Sampah yang terdiri dari
benda yang umumnya zat organik hasil saringan pada pintu masuk suatu pusat
pengolahan air buangan.
j. Sampah Khusus Yaitu sampah yang memerlukan penanganan khusus dalam
pengelolaannya, misalnya kaleng cat, film bekas, zat radioaktif dan zat yang
toksis. (Mukono, 2006).

C. Sumber- sumber sampah


1. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes)
Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah tangga yang
sudah dipakai dan dibuang, seperti sisa-sisa makanan baik yang sudah dimasak atau
belum, bekas pembungkus baik kertas, plastik, daun, dan sebagainya, pakaian-
pakaian bekas, bahan-bahan bacaan, perabot rumah tangga, daun-daunan dari kebun
atau taman
2. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum
Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, tempat-tempat hiburan,
terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas, plastik,
botol, daun, dan sebagainya.
3. Sampah yang berasal dari perkantoran
Sampah ini dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan,
departemen, perusahaan, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas-kertas, plastik,
karbon, klip dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat anorganik, dan mudah
terbakar (rubbish) Sampah yang berasal dari jalan raya Sampah ini berasal dari
pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari : kertaskertas, kardus-kardus, debu,
batu-batuan, pasir, sobekan ban, onderdil-onderdil kendaraan yang jatuh, daun-
daunan, plastik, dan sebagainya.
4. Sampah yang berasal dari industri (industrial wastes)
Sampah ini berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang berasal dari
pembangunan industri, dan segala sampah yang berasal dari proses produksi,
misalnya : sampah-sampah pengepakan barang, logam, plastik, kayu, potongan
tekstil, kaleng, dan sebagainya.
5. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan
Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya: jerami, sisa
sayur-mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah, dan sebagainya.
6. Sampah yang berasal dari pertambangan
Sampah ini berasal dari daerah pertambangan, dan jenisnya tergantung dari jenis
usaha pertambangan itu sendiri, maisalnya: batu-batuan, tanah/cadas, pasir, sisa-sisa
pembakaran (arang), dan sebagainya.
7. Sampah yang berasal dari petenakan dan perikanan
Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini, berupa : kotoran-kotoran
ternak, sisa-sisa makanan bangkai binatang, dan sebagainya (Notoatmojo, 2003).

D. Peraturan Mengenai Pengolahan Sampah


1. Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang
baik dan sehat. Pasal tersebut memberikan konsekuensi bahwa pemerintah wajib
memberikan pelayanan publik dalam pengelolaan sampah. Hal itu membawa
konsekuensi hukum bahwa pemerintah merupakan pihak yang berwenang dan
bertanggung jawab di bidang pengelolaan sampah. Meskipun pengelolaan sampah
merupakan kewajiban pemerintah akan tetapi hal tersebut juga dapat melibatkan
dunia usaha dan masyarakat yang bergerak dalam bidang persampahan. Dalam
rangka menyelenggarakan pengelolaan sampah secara terpadu dan komprehensif,
pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta tugas dan wewenang Pemerintah
dan pemerintahan daerah untuk melaksanakan pelayanan publik, diperlukan payung
hukum dalam bentuk undang-undang. Pengaturan hukum pengelolaan sampah dalam
Undang-Undang ini berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas
manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan jawab, asas berkelanjutan,
asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan,
asas keamanan, dan asas nilai ekonomi
2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dicabut oleh
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Berdasarkan
amanah Pasal 18 ayat (2) dan ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Pemerintahan Daerah berwenang untuk
mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan menurut Asas Otonomi dan
Tugas Pembantuan dan diberikan otonomi yang seluas-luasnya. Atas dasar pasal
tersebut beserta penjelasannya penyelenggaraan pemerintahan daerah harus
didasarkan pada azas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Sehingga
adanya UU No. 32 Tahun 2004 yang mengatur mengenai kewenangan pemerintah
daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota terkait pengendalian lingkungan
hidup. Meskipun UU tersebut diganti dengan UU No. 23 Tahun 2014 tetap
memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah. Dalam Pasal 12 UU No. 23
Tahun 2014 bahwa kewenangan kepada pemerintah daerah (pemerintah konkuren)
untuk menjalankan urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan
Pelayanan Dasar salah satunya adalah lingkungan hidup. Dengan adanya pemberian
otonomi yang seluas-luasnya kepada Daerah diarahkan untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,
pemberdayaan, dan peran serta masyarakat. Sehingga kewenangan dalam penglolaan
sampah merupakan sebuah pelayanan yang diberikan pemerintah daerah dengan
memberdayakan masyarakat dan pengelolaan sampah yang berbasis partisipasi
masyarakat.
3. Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UUPPLH).
Pemenuhan lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak
konstitusional bagi setiap warga negara Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah,
pemerintah daerah dan seluruh pemangku kepentingan berkewajiban untuk
melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam pelaksanaan
pembangunan berkelanjutan agar lingkungan hidup Indonesia dapat tetap menjadi
sumber dan penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta makhluk hidup lain.
Sehingga pengelolaan sampah yang baik dan benar merupakan wujud dari
pemenuhan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Berkaitan dengan pengelolaan
sampah bagi pemerintah dan pemerintah daerah tidak dapat lepas dari asas-asas yang
terdapat dalam Pasal 2 UU PPLH yang diatur mengenai asas tanggung jawab negara,
asas partisipatif, asas tata kelola pemerintahan yang baik; dan asas otonomi daerah.
Oleh karena itu pengelolaan sampah merupakan wujud tanggungjawab negara
melalui pemerintah dan pemerintah daerah. Dimana dibutuhkan partisipasi masyakat
untuk melakukan pengelolaannya. Selain itu diperkuat dengan Pasal 63 UU PPLH
yang mengatur mengenai kewenangan pemerintah dan pemerintah daerah dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Dimana berdasarkan asas tata
kelola pemerintahan yang baik; dan asas otonomi daerah dapat dijadikan acuan
dalam pengelolaan sampah.
4. Undang-undang No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
Dalam UU Pengelolaan sampah didasari dengan Jumlah penduduk Indonesia yang
besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi mengakibatkan bertambahnya
volume sampah. Di samping itu, pola konsumsi masyarakat memberikan kontribusi
dalam menimbulkan jenis sampah yang semakin beragam, antara lain, sampah
kemasan yang berbahaya dan/atau sulit diurai oleh proses alam semakin beragam.
Substansi UU ini yang terkait dengan langsung mengenai pengelolan sampah yaitu
Pasal 19 mengatur mengenai pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis
sampah rumah tangga. Pasal tersebut menyebutkan bahwa pengelolaan sampah
rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri atas pengurangan
sampah dan penanganan sampah. Dalam hal pengurangan sampah, lebih lanjut
disebutkan dalam Pasal 20 sebagai berikut : Pengurangan sampah yang dimaksud
dalam meliputi kegiatan: (1) pembatasan timbulan sampah; (2) pendauran ulang
sampah; dan/atau (3) pemanfaatan kembali sampah. Dalam Pasal 20 ayat (2) diatur
mengenai pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan sebagai
berikut: (1) menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka
waktu tertentu; (2) memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan; (3)
memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan; (4) memfasilitasi
kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; (5) memfasilitasi pemasaran produk-
produk daur ulang. Pasal 20 ayat (3) mengatur mengenai pelaku usaha dalam
melaksanakan kegiatan yaitu menggunakan bahan produksi yang menimbulkan
sampah sesedikit mungkin, dapat diguna ulang, dapat didaur ulang, dan/atau mudah
diurai oleh proses alam. Pasal 20 ayat (4) mengatur mengenai masyarakat dalam
melakukan kegiatan pengurangan sampah yaitu menggunakan bahan yang dapat
diguna ulang, didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam.
Pasal 22 Undang Nomor 18 Tahun 2008 mengatur mengenai pengelolaan sampah
tersebut juga diatur mengenai mengenai penanganan sampah, yang meliputi :
a. pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan
jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah
b. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber
sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah
terpadu
c. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari
tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah
terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir
d. pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah
sampah; dan/atau
e. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu
hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
Ketentuan yang diatur dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah dalam UU No
18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah seharusnya mampu menangani
permasalahan mengenai sampah di Indonesia. Sudah menjadi umum bahwa selama
ini manajemen sampah masih menerapkan konsep Kumpul-Angkut-Buang (end of
pipe). Dengan adanya UU ini , maka manajemen sampah telah mengadopsi konsep
3R: Reduction (Kurangi)-Reuse (gunakan kembali)-Recycling (daur ulang).
Demikian halnya dengan paradigma manajemen sampah, bila selama ini
menggunakan konsep konvensional yakni sampah dianggap limbah sehingga
dibuang yang memerlukan ongkos pembuangan dan pada akhirnya menjadi ancaman
kesehatan bagi masyarakat. Maka sekarang digunakan paradigma baru yang
memandang sampah sebagai sumber daya yang seharusnya diolah kembali sehingga
menghasilkan pendapatan yang bermuara pada kesempatan terbukanya lapangan
kerja baru dan kesempatan mendapatkan penghasilan baru.
5. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah
Pasal 13 Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 9 Tahun 2012 mengatur mengenai
pengelolaan sampah tersebut juga diatur mengenai mengenai penanganan sampah,
yang meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan
akhir. Pasal 19 menjelaskan pemerintah daerah harus menyiapkan fasilitas TPS dan
TPA. Pasal 24 menjelaskan lembaga pengelolaan sampah di tingkat RT, RW,
kelurahan, hingga kecamatan.

E. Pengelolaan Sampah
1. Pengelolaan sampah sangat penting untuk mencapai kualitas lingkungan yang bersih
dan sehat, dengan demikian sampah harus dikelola dengan sebaik-baiknya sedemikian
rupa sehingga hal-hal yang negatif bagi kehidupan tidak sampai terjadi. Dalam ilmu
kesehatan lingkungan, suatu pengelolaan sampah dianggap baik jika sampah tersebut
tidak menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit serta sampah tersebut tidak
menjadi media perantara menyebar luasnya suatu penyakit. Syarat lainnya yang harus
terpenuhi dalam pengelolaan sampah ialah tidak mencemari udara, air, dan tanah,
tidak menimbulkan bau (segi estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan lain
sebagainya.
2. Pengelolaan sampah adalah suatu bidang yang berhubungan dengan pengaturan
terhadap penimbunan, penyimpanan (sementara), pengumpulan, pemindahan dan
pengangkutan, pemrosesan dan pembuangan sampah dengan suatu cara yang sesuai
dengan prinsip-prinsip terbaik dari kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik
(engineering), perlindungan alam (conservation), keindahan dan pertimbangan
lingkungan lainnya dan juga mempertimbangkan sikap masyarakat.
3. Menurut Cunningham (2004) tahap pengelolaan sampah modern terdiri dari 3R
(Reduce, Reuse, Recycle) sebelum akhirnya dimusnahkan atau dihancurkan.
4. Tiga hal penting dalam penangangan sampah sebagai berikut :
a. Pengumpulan Sampah
Didefinisikan sebagai upaya pemindahan massa sampah dari sumber sampah
(kawasan permukiman, kawasan perdagangan, kawasan industri, dan lain-
lain), ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) sampah. Pada sistem ini,
umumnya dilakukan dengan menggunakan jasa Bestari (istilah untuk Petugas
Sampah), yang dikelola oleh lingkungan sekitar sumber sampah tersebut.
Retribusi yang ditarik biasanya dibayarkan kepada RT / RW lingkungan
tersebut. Tentu saja biaya ini harus mampu untuk membiayai biaya investasi
gerobak sampah, cakar, pengki, hingga seragam dan gaji Bestari. Adapun
syarat tempat pengumpulan sampah yang baik adalah:
 Dibangun di atas permukaan tanah setinggi kendaraan pengangkut
sampah.
 Mempunyai dua buah pintu, satu tempat masuk sampah dan yang
lainnya untuk mengeluarkan sampah.
 Perlu ada lubang ventilasi, bertutup kawat untuk mencegah masuknya
lalat.
 Tempat tersebut mudah dicapai, baik oleh masyarakat yang akan
mempergunakannya ataupun oleh kendaraan pengangkut sampah.
b. Pengangkutan Sampah Dari TPS ke TPA.
Didefinisikan sebagai upaya pemindahan massa sampah dari Tempat
Penampungan Sampah Sementara (TPS) ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
sampah. Lokasi TPS bila mungkin berada di dalam lingkungan lokasi sumber
sampah. Namun, bila tidak memungkinkan maka harus diupayakan lokasinya
berada di kecamatan. Setiap kecamatan sebaiknya memiliki 1 buah TPS
ukuran 1.000 – 2.000 m2 yang dilengkapi oleh unit pengolahan sampah
menjadi kompos. Di berbagai kota di Indonesia umumnya menggunakan truk
untuk mengangkut sampah.
c. Pembuangan Sampah ke TPA
Pembuangan sampah biasanya dilakukan di daerah-daerah tertentu, sehingga
tidak mengganggu kesehatan masyarakat. Dalam pembuangan ada beberapa
syarat yang harus dipenuhi antara lain:
 Tempat tersebut tidak dibangun dekat dengan sumber air minum atau
sumber lainnya yang dipergunakan oleh manusia.
 Tidak pada tempat yang sering terkena banjir.
 Di tempat-tempat yang jauh dari tempat tinggal manusia. Adapun jarak
yang sering dipakai sebagai pedoman adalah sekitar 2 km dari rumah
penduduk, sekitar 15 km dari laut, sekitar 200 m dari sumber air
Dalam pembuangan sampah tersebut, dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai macam cara yang lazim dipergunakan pada saat ini yaitu:
 Open Dumping, yaitu membuang sampah secara terbuka di atas
permukaan tanah.
 Dumping in water, yaitu pembuangan sampah dimana sampah itu
dibuang begitu saja di air yaitu ke sungai dan laut.
 Burning in premise, yaitu pembakaran sampah di rumah-rumah.
 Garbage reduction, yaitu pembuangan sampah dimana sampah basah
diadakan pemecahan melalui proses pemasakan sehingga diperoleh
bahan makanan ternak maupun untuk penyuburan tanah.
 Hog feeding, yaitu pembuangan sampah yang sering dijadikan sebagai
makanan hewan.
 Grinding system, yaitu pembuangan sampah basah yang berasal dari
sisa makanan dengan menghancurkannya terlebih dahulu kemudian
dibuang ke selokan pembuangan air kotoran untuk mengalami
pembusukan.
 Incineration, yaitu pembuangan sampah dengan cara pembakaran.
 Sanitary landfill, yaitu suatu cara pembuangan sampah ke tempat-
tempat rendah dan ditutupi dengan tanah untuk memenuhi
persyaratan-persyaratan.
5. Pengelolaan sampah rumah tangga menurut Undang – Undang No. 18 Tahun 2008
yang dapat dibedakan atas 2 bagian yaitu meliputi:
a. Pengurangan sampah
i. Pengurangan sampah meliputi kegiatan:
1. pembatasan timbulan sampah;
2. pendauran ulang sampah; dan/atau
3. pemanfaatan kembali sampah.
ii. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan
pengurangan sampah dengan cara:
1. menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam
jangka waktu tertentu;
2. memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan;
3. memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan;
4. memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang;
dan
5. memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang.
iii. Pelaku usaha dalam melaksanakan pengurangan sampah menggunakan
bahan produksi yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin, dapat
diguna ulang, dapat didaur ulang atau mudah diurai oleh proses alam.
iv. Masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan sampah
menggunakan bahan yang dapat diguna ulang, didaur ulang atau
mudah diurai oleh proses alam.
b. Penanganan Sampah
i. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah
sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah.
ii. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari
sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat
pengolahan sampah terpadu.
iii. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau
dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat
pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir;
iv. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan
jumlah sampah; dan/atau
v. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah
dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan
secara aman.

F. Pengelolaan sampah di RW 7 Kelurahan Sukaresmi Kecamatan Tanah Sareal


Kota Bogor sesuai dengan hukum lingkungan yang berlaku
Pengelolaan sampah di RW 7 Kelurahan Sukaresmi Kecamatan Tanah Sareal
Kota Bogor hanya sampai tahap pengumpulan sampah ke Tempat Pembuangan
Sementara (TPS) sampah. Pada sistem ini, umumnya dilakukan dengan menggunakan
jasa Bestari (istilah untuk Petugas Sampah), yang dikelola oleh lingkungan sekitar
sumber sampah tersebut. Retribusi yang ditarik biasanya dibayarkan
kepada pengurus RW. Pengumpulan sampah dilakukan setiap pagi dengan cara
berkeliling door-to-door ke masing-masing rumah warga. Sampah yang telah
terkumpul di TPS akan diangkut oleh Petugas Dinas Kesehatan Kota Bogor menuju
TPA (Tempat Pembuangan Akhir), namun jika proses pengangkutan itu terhambat
terkadang dilakkan pembakaran sampah langsung di TPS tersebut. Sayangnya warga
RW 7 ini belum mengaplikasikan proses pemilahan dalam bentuk pengelompokan
dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah serta belum
ada pula usaha pendauran ulang sampah, pemanfaatan kembali sampah, atau
melakukan composting.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sampah adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh
pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai kalau dikelola dengan
prosedur yang benar. Sampah dapat dikategorikan menurut sumber, bentuk, dan
karaketristiknya. Sudah terbetuk banyak peraturan yang membahas proses
pengelolaan sampah yang diharapkan menjadi acuan model pengelolaan sampah yang
baik dan tepat untuk dikembangkan di perkotaan dan perdesaan sehingga kualitas
kesehatan, kualitas lingkungan dapat ditingkatkan serta sampah dapat menjadi
sumberdaya yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Model hendaknya melibatkan berbagai komponen pemangku kepentingan dan
memperhatikan karakteristik sampah, karakteristik perkotaan atau perdesaan serta
keberadaan sosial-budaya masyarakat setempat.
B. Saran
Penanganan masalah sampah dapat diawali dengan menumbuhkan kesadaran dari
dalam diri untuk tidak merusak lingkungan dengan sampah. Selain itu diperlukan juga
kontrol sosial budaya masyarakat untuk lebih menghargai lingkungan. Kita sebagai
warga masyarakat harusnya lebih paham dan mengerti tentang pengolahan sampah
dan harus lebih sadar akan kebersihan lingkungan yang kita diami. Karena dampak
dari lingkungan kotor dapat mendatangkan penyakit bagi kita sendiri dan masyarakat
sekitarnya. Peraturan yang tegas dari pemerintah juga sangat diharapkan karena jika
tidak maka para perusak lingkungan akan terus merusak sumber daya.
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, W.P., Cunningham, M.A., 2004. Principles of Environmental Science: Inquiry


and Applications Second Edition. New York: McGraw Hill Companies, pp.300

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah

Riyadi, Slamet. 1986. Pengantar Kesehatan Dimensi dan Tinjauan. Surabaya : Usaha
Nasional

Slamet, J.S. 1994. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 H ayat (1)

Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan


Hidup (UUPPLH).

Undang-Undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

Widyadmoko, H dan Sintorini. 2002. Menghindari, Mengolah dan Menyingkirkan Sampah.


Jakarta : Abdi Tandur.

Anda mungkin juga menyukai