HORDEOLU
M
Rahma Pramatama Tameru (G991903048)
Kartika Calgary (G992003084)
M. Prasetya Wibowo (G991906022)
Pembimbing
dr. Andi Cleveriawan Arviputra, Sp.M
Anatomi Palpebrae
• Hordeolum adalah penyakit yang umum terjadi, insidensi pastinya tidak diketahui.
• Setiap usia dan demografi dapat mengalami hordeolum dan terdapat sedikit
peningkatan insidensi pada pasien berusia 30 hingga 50 tahun. Orang dewasa
mungkin lebih rentan karena peningkatan viskositas sebum
• Insidensi tidak tergantung pada ras dan jenis kelamin.
• Pasien-pasien dengan kondisi penyakit kronis seperti dermatitis seboroik, diebetes
melitus, dan kadar kolesterol yang tinggi memiliki risiko yang lebih tinggi terkena
hordeolum.
Manifestasi Klinis
Tanda-tanda awal hordeolum adalah munculnya benjolan kecil dengan titik berwarna kekuningan di tengah benjolan
yang kemudian berkembang menjadi nanah dan melebar di sekitar area tersebut
gangguan pertahanan imun mata terjadinya suatu respons muncul suatu kantong
dan mengakibatkan terjadinya
infeksi bakteri (paling sering inflamasi yang ditandai berisi nanah atau terbentuk
Staphylococcus aureus ) infiltrasi leukosit abses
Diagnosis
• Kalazion.
• Dakriosistitis.
• Selulitis preseptal.
• Konjungtivitis adenovirus.
• Karsinoma sel basal.
Tatalakasana
Non farmakologi
• Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk membantu drainase. Lakukan
dengan mata tertutup.
• Bersihkan kelopak mata dengan air bersih ataupun dengan sabun atau sampo yang tidak
menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Hal ini dapat mempercepat proses penyembuhan.
Lakukan dengan mata tertutup.
• Jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat menimbulkan infeksi yang lebih serius.
• Hindari pemakaian make-up pada mata, karena kemungkinan hal itu menjadi penyebab infeksi.
• Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan infeksi ke kornea
Tatalakasana
Farmakologis
• Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam tidak ada perbaikan dan bila
proses peradangan menyebar ke sekitar daerah hordeolum.
– Antibiotik topikal
• Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam selama 7-10 hari.
• eritromisin salep mata untuk kasus hordeolum eksterna dan hordeolum interna yang ringan.
– Antibiotik sistemik
• Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat tanda pembesaran kelenjar limfe di preauricular.
• ciprofloxacin 250-500 mg atau amoksisilin 3 kali sehari. (Ilyas dan Yulianti, 2015).
• Pada kasus hordeolum internum dengan kasus yang sedang sampai berat dapat diberikan cephalexin atau dicloxacilin 500 mg per
oral 4 kali sehari selama 7 hari.
• Bila alergi penisilin atau cephalosporin dapat diberikan clindamycin 300 mg oral 4 kali sehari selama 7 hari atau klaritromycin 500
mg 2 kali sehari selama 7 hari.
• Dapat diberikan analgesik bila disertai nyeri
Tatalakasana
Pembedahan
• Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal dengan pantokain
tetes mata. Dilakukan anestesi filtrasi dengan prokain atau lidokain di daerah
hordeolum dan dilakukan insisi:
– Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada margo palpebra.
– Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.
• Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan
meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberikan salep antibiotik.
Komplikasi dan Prognosis