Anda di halaman 1dari 20

HIPERTENSI

(TEKANAN DARAH TINGGI)

BATASAN
Bila rata-rata tekanan sistole dan atau diastole > persentil ke-95 untuk umur dan jenis
kelamin

Hipertensi krisis
Tekanan darah (TD) ↑ mendadak pada seseorang yang sebelumnya normotensi atau
yang sebelumnya hipertensi (TD sistole > 180 mmHg dan TD diastole > 120 mmHg)
Hipertensi ensefalopati
Tekanan darah ↑ mendadak yang disertai tanda tekanan intrakranial ↑ (sakit kepala
hebat, gangguan visus, muntah, kejang), gejala akibat terkenanya organ lain dan
kesadaran ↓

KLASIFIKASI
Hipertensi ringan
Bila tekanan darah baik sistole maupun diastole 10 mmHg di atas persentil ke-95 (khusus
remaja 140/90-149/99 mmHg)
Hipertensi sedang
Bila tekanan darah baik sistole maupun diastole diantara 10-20 mmHg di atas persentil
ke-95 (khusus remaja 150/100-159/109 mmHg)
Hipertensi berat
Bila tekanan darah baik sistole maupun diastole lebih besar 20 mmHg di atas persentil
ke-95 (khusus remaja > 160/110 mmHg)

ETIOLOGI
Hipertensi primer
Bila tidak ditemukan penyakit yang mendasari. Faktor yang berperan antara lain
keturunan, masukan garam, stres dan obesitas
Hipertensi sekunder
Hipertensi yang diakibatkan penyakit yang mendasari (pada anak 80%)

PATOFISIOLOGI
Hipertensi primer
Faktor berperan adalah :
Kerusakan sistem transport Na dalam tubulus
Defisiensi zat vasodilator ginjal (kalikrein, bradikinin)
Hipertensi sekunder
Tergantung penyakit yang mendasarinya

KRITERIA DIAGNOSIS
• Hipertensi : Sistole ≥ persentil ke-95
Diastole ≥ persentil ke-95
• Syarat pemeriksaan tekanan darah
Keadaan penderita harus tenang dan nyaman
Ukuran manset 3/4 dari lengan bagian atas
Sistole sesuai bunyi korotkoff I
Diastole sesuai bunyi korotkoff IV
Dilakukan beberapa kali pengukuran

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1
Untuk mencari etiologi dan penyulit

PENYULIT
Hipertensi retinopati
Fungsi ginjal ↓ dengan berbagai derajat
Payah jantung kongestif

KONSULTASI
Bagian Mata

TERAPI
• Hipertensi ringan :
Non farmakologis
Dietetik
Menurunkan BB bagi yang overweight
Olah raga
Farmakologis (jika cara diatas tidak menunjukkan perbaikan)
Diuretik
Anti hipertensi lain
Bila diuretik tidak berhasil
• Hipertensi sedang Diuretik, dilanjutkan dengan obat anti
• Hipertensi berat hipertensi lain bila tidak berhasil
(lihat tabel 39)
• Krisis hipertensi :
Klonidin drip/katapres
0,002 mg/kgBB/8 jam + 100 ml Dekstrosa 5% (mikro drip). Tetesan awal 12
mikrodrip/menit, bila tekanan darah belum turun, tetesan dinaikkan 6 mikrodrip/menit
tiap 30 menit (maks. 36 mikrodrip/menit). Bila 30 menit setelah tetesan 36 mikrodrip
tekanan darah belum turun, ditambah kaptopril (kapoten) dosis awal 0,3 mg/kgBB/kali,
diberikan 2-3 kali sehari (maks. 2 mg/kgBB/kali)
Furosemid/Lasix
1-5 mg/kgBB i.v. diulang tiap 6-12 jam kecepatan maks. 4 mg/menit

Nifedipin sublingual
0,25 - 0,5 mg/kgBB (kemasan kapsul 5 mg dan 10 mg)
Anak > 5 th
Dosis sesuai dengan BB, diambil dengan alat suntik tanpa jarum dan disemprotkan
perlahan-lahan di bawah lidah. Bila dosis sesuai dengan 1 kapsul, dapat dipecah
diantara gigi, lalu dihisap dibawah lidah
Anak < 5 th
Sebaiknya melalui alat suntik dan diletakkan atau disemprotkan dibawah lidah. Bila
belum berhasil, ulangi setelah 6 jam dengan cara yang sama
Diazoksid
2-5 mg/kgBB. Bila dalam 30 menit respons (-) → diulang (lama respons 4-24 jam)
Berhasil bila tekanan sistole turun 20 mmHg atau diastole < 100 mmHg
• Hipertensi ensefalopati :
Prinsip penanganan hipertensi
Bila kejang : Diazepam 0,25-0,5 mg/kgBB/kali i.v.
Diazepam 5-10 mg/kali per rektal
Fenobarbital 8-10 mg/kgBB/kali p.o.

PROGNOSIS
Tergantung penyakit yang mendasarinya

DAFTAR PUSTAKA

2
Ingelfinger JR. Hypertension. Dalam: Edelmann CM, penyunting. Pediatric kidney disease; edisi
ke-2. Boston: Little Brown & Co, 1989; 904.
Ingelfinger JR. Hypertension. Dalam: Edelmann CM, penyunting. Pediatric kidney disease; edisi
ke-2. Boston: Little Brown & Co, 1992; 581-8.
Pruitt AW. Systemic hypertension. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Nelson WE, Vaughan III
VC, penyunting. Nelson textbook of pediatrics; edisi ke-14. Philadelphia: WB. Saunders Co,
1992; 1222-7.
Report of the second task force in Blood pressure control in children. Pediatrics, 1987; 25.

Tabel 39. Daftar Obat Anti Hipertensi


DOSIS PEMBERIAN
JENIS OBAT (mg/kgBB) /HARI RUTE
Diuretik
Hidroklorotiazid 1-2 2 p.o.
Klortalidon 0,5-2 1 p.o.
Furosemid 0,5-2 2 p.o., i.v.
Spironolakton 1-2 2 p.o.
Triamteren 1-2 2 p.o.

Adrenergik inhibitor
Antagonis adrenergik
Metoprolol (Lopresor) 1-4 2 p.o.
Atenolol (Tenormin) 1-2 1 p.o.
Propanolol(Inderal) 1-3 2 p.o.
Inhibitor sentral adrenergik
Metil dopa (Aldomet) 5-10 2 p.o.
Klonidin (Setapres) 0,05-0,4 2 p.o.
Guanabenz 0,03-0,08 2 p.o.
α1 Antagonis adrenergik
Prazosin Hcl (Minipres) 0,5-7 3 p.o.

Vasodilator
Hidralazin (Apresolin)
Minoksidil 1-5 2 atau 3 p.o./i.m./i.v.
Diazoksid 0,1-1 2 p.o.
Nitroprusid 3-5 i.v. (bolus)
1-8 i.v. (drip)

Angiotensine converting enzyme


inhibitor 0,5-3,0 3 p.o.
Kaptopril

3
GAGAL GINJAL AKUT (GGA)

BATASAN
Sindroma klinis kegagalan mendadak fungsi ginjal dalam mempertahankan homeostasis
cairan tubuh, dengan manifestasi klinis gangguan keseimbangan asam-basa, air dan
elektrolit serta gangguan eliminasi zat-zat sisa
Oliguria → produksi urin < 240 ml/m2/hari
Anuria → tidak ada produksi urin dalam 24 jam

ETIOLOGI
Prerenal : Gagal ginjal akut fungsional
Renal : Gagal ginjal akut intrinsik/organik
Postrenal : Gagal ginjal akut obstruktif

PATOFISIOLOGI
Sesuai dengan etiologi GGA :
Prerenal
Kegagalan fungsi ginjal akibat perfusi ginjal ↓ yang disebabkan volume intravaskular,
tekanan darah atau curah jantung ↓
Renal
Kegagalan fungsi ginjal akibat kerusakan ginjal, baik langsung maupun berasal dari GGA
prerenal atau postrenal
Postrenal
Obstruksi saluran kemih yang menyebabkan peningkatan tekanan intratubular → filtrasi
glomerulus ↓

KRITERIA DIAGNOSIS
• Diuresis ↓ (oliguria, anuria). Pada kasus tertentu bisa non oliguria
• Pucat, aritmia, perdarahan saluran cerna
• Retensi air dan garam (edema, hipertensi, payah jantung kongestif)
• Kejang, koma, perubahan perilaku → ensefalopati uremia
• Laboratorium
Urea N ↑, kreatinin↑, hiponatremia, hiperkalemia, hiperfosfatemia, asidosis metabolik,
anemia, leukopenia, trombositopenia

DIAGNOSIS BANDING
Gagal ginjal kronik (GGK) eksaserbasi akut

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah : Hb, leukosit, trombosit, elektrolit, urea N, kreatinin, analisis gas
Foto toraks
EKG

TERAPI
• Perbaiki diuresis
GGA prerenal
Bila dehidrasi → segera atasi dengan cairan yang sesuai, misalnya NaCl fisiologis
20-30 ml/kgBB selama 30-60 menit
Jika hipovolemia diakibatkan oleh kehilangan darah atau hipoproteinemia, maka
cairan yang dipakai adalah plasma ekspander (plasma fusin, polygeline, darah).
Biasanya diuresis timbul setelah 2 jam infus
Selanjutnya bila diuresis tetap (-)

4
Evaluasi
Status dehidrasi (perlu pemasangan tekanan vena sentral 3-6 mmHg)
Adanya retensi urin (evaluasi dengan kateterisasi)
Gagal ginjal
Bila gagal ginjal
Manitol 20% sebanyak 0,5 g/kgBB i.v. selama 1-2 jam
Bila terdapat diuresis 6-10 ml/kgBB → gagal ginjal (tipe prerenal)
Atau diuretik kuat (furosemid) dosis awal 1-2 mg/kgBB dengan kecepatan 4
mg/menit. Jika tidak berhasil → naikkan dosis sampai 10 mg/kgBB. Apabila
diuresis tetap (-), pemberian dihentikan. Bila tidak ada hipertensi pemberian
diuretik dapat disertai dopamin 5 µg/ kgBB/menit
Bila diuresis tetap (-) → GGA renal

GGA renal
Restriksi cairan : 400 ml/m2/hari + diuresis 24 jam sebelumnya + kehilangan cairan
ekstrarenal
Cairan yang digunakan adalah Dekstrosa 10-30%

• Koreksi ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa


Hiperkalemia
Bila K serum > 5,5-7 mEq/l
Kayeksalat (kalitake) 1 g/kgBB
Cara : p.o.: Dilarutkan dalam 2 ml/kgBB sorbitol 70%
Enema : Dilarutkan dalam 10 ml/kgBB sorbitol 20%, diberikan melalui
foley kateter kemudian di klem selama 30-60 menit selanjutnya
dilepaskan
Dapat diulangi tiap 2-6 jam sampai kadar K normal
Bila K serum > 7 mEq/l
Disamping kayeksalat juga harus diberikan
Ca glukonas 10% : 0,5 ml/kgBB i.v. perlahan-lahan (10-15 menit). Perlu
dimonitor detak jantung. Jika terdapat bradikardia (↓ detak jantung
20x/menit) → infus dihentikan sampai detak jantung kembali normal
Na bikarbonat 7,5% : 3 mEq/kgBB i.v.
Glukosa 50% : 1 ml/kgBB + 1 Unit regular insulin untuk setiap 5 g glukosa
(monitor tanda hipoglikemia)
Asidosis
Koreksi asidosis dilakukan pada keadaan
pH darah ≤ 7,15
Kadar HCO3- < 8 mEq/l

Kebutuhan NaHCO3 = 0,3 × BB × ( 12- HCO3 serum) mEq/l

Hipokalsemia dan hiperfosfatemia


Hiperfosfatemia → Al OH3 60 mg/kgBB/hari (3-4 dosis)
Bila kadar fosfat sudah normal namun tetap hipokalsemia → suplemen Ca dosis
50 mg/kgBB/hari
Jika terdapat tetani : Ca glukonas 10%, dosis 0,5 ml/kgBB i.v. selama 5-10 menit

Hiponatremia
Koreksi Na diberikan jika kadar Na serum < 120 mEq/l
Cara : Larutan NaCl 3% (ml) = 0,6×kgBB×(125 - Na serum) mEq/l

• Hipertensi
Furosemid 1-2 mg /kgBB, p.o. atau i.v., dapat diulang tiap 6-8 jam
Reserpin 0,02-0,07 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis

5
Bila terjadi krisis hipertensi → penatalaksaan krisis hipertensi (lihat bab hipertensi)

• Kejang
Diazepam 0,25-0,5 mg/kgBB/kali i.m./i.v./supositoria, dapat diulang tiap 15 menit atau
Fenobarbital 8-10 mg/kgBB/kali p.o.

• Anemia
Bila Hb < 7 g/dl → transfusi PRC 10 ml/kgBB

• Dialisis
Lihat bab dialisis peritoneal

• Dietetik
Kebutuhan nutrisi ditentukan/tergantung frekuensi dan cara dialisis yang dipakai

Tabel 40. Dietetik Penderita GGA

Predialisis Dialisis
Air Restriksi Restriksi
2
400 ml/m /hari + diuresis/hari 400 ml/m2/hari + diuresis/hari
20-30 ml/100 kal + diuresis 20-30 ml/100 kal + diuresis

Kalori > 35 kal/kgBB/ hari > 35 kal/kg BB/hari


10 kg pertama 100 kal/kgBB 10 kg pertama 100 kal/kgBB
Berat selisihnya 50 kal /kgBB 10 kg kedua 50 kal/kgBB
10 kg selebihnya 20 kal/kgBB

Protein 0,5-1 g/kgBB/hari 0,5–1 g/kgBB/hari + hilangnya


protein dalam dialisis
0,2-1 g/liter cairan dialisis

K 1 mEq/kgBB/hari 1-2 mEq/kgBB/hari

Na 1–2 mEq/kgBB/hari atau 1-2 mEq/kgBB/hari atau


60–120 mg/kgBB/hari 60-120 mg/kgBB/hari

PROGNOSIS
Tergantung etiologi, ketepatan dan kecepatan pengelolaan
Umumnya GGA prerenal dan postrenal yang belum terjadi kerusakan ginjal → prognosis
lebih baik

DAFTAR PUSTAKA
Bergstein JM. Renal failure. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Nelson WE, Vaughan III VC,
penyunting. Nelson textbook of pediatrics; edisi ke-14. Philadelphia: WB Saunders Co, 1992;
1352-8.
Gauthier B, Edelman CM, Barnett HL. Nephrology and urology for the pediatrician. Boston:
Little Brown and Co,1982; 179-91.
Sehic A, Russel W, Chesney. Acute renal failure: diagnosis. Pediatr in Rev 1995; 101-6.
Sehic A, Russel W, Chesney. Acute renal failure: therapy. Pediatr in Rev 1995; 137-41.

6
Tabel 41. Penyesuaian Dosis Obat pada Gagal Ginjal

GFR ml/menit/1,73 m2
Nama Obat Penyesuaian
Normal > 50 10 – 50 < 10

Antibiotik
Amoksisilin Interval (Jam) 8 8 8-12 12-16
Ampisilin Interval (Jam) 6 6 8-12 12-16
Karbenisilin Dosis ( %) 100 75 50 20
Sefaklor Dosis ( %) 100 100 50-100 33
Sefamandol Dosis ( %) 100 100 25-50 25
Sefaleksin Interval (Jam) 6 6 6 6-12
Sefalotin Interval (Jam) 6 6 6 8-12
Doksisiklin Interval (Jam) 12 12 12-18 18-24
Gentamisin - - - - - -
Kanamisin - - - - - -
Metilsilin Interval (Jam) 4 4 4 8-12
Asam nalidiksik Interval (Jam) 6 6 6 hindari
Nitrofurantoin Interval (Jam) 8 8 hindari hindari
Penisilin G & V Dosis ( %) 100 100 75 25-50
Sulfasoksazol Interval (Jam) 6 6 8-12 12-24
Tikarsilin Dosis ( %) 100 75 50 25
Tobramisin - - - - - -
Trimetoprim & Interval (Jam) 12 12 18 24
Sulfametoksazol
Obat lain
Asetaminofen Interval (Jam) 4 4-6 6 8
Alopurinol Dosis ( %) 100 100 100 50
Aspirin Interval (Jam) 4 4 4-6 hindari
Kaptopril Dosis ( %) 100 50-100 30-50 12,5
Klortalidon Interval (Jam) 24 24 24 48
Klonidin Dosis ( %) 100 100 100 50-75
Digitoksin Dosis ( %) 100 100 100 50-75
Digoksin Dosis (%) 100 100 25-75 10-25
Difenhidramin Interval (Jam) 6 6 6-9 9-2
Asam etakrinik Interval (Jam) 6 6 6 hindari
Insulin Dosis ( %) 100 100 75 50
Metildopa Interval (Jam) 6 6 9-18 12-24
Nadolol Interval (Jam) 8 8-16 hindari hindari
Fenobarbital Interval (Jam) 8 8 8 8-16
Spironolakton Interval (Jam) 6-12 6-12 12-24 hindari
Tiazid diuretik Interval (Jam) 12 12 12 hindari

7
GAGAL GINJAL KRONIK (GGK)

BATASAN
Keadaan memburuknya fungsi ginjal disertai tanda klinis yang nyata dan kecepatan filtrasi
glomerulus menetap < 30 ml/menit/1,73 m2

ETIOLOGI
Berhubungan erat dengan umur saat pertama kali gagal ginjal ditemukan
< 5 th : Umumnya karena kelainan anatomis
> 5 th : Penyakit glomerulus didapat

PATOFISIOLOGI
Belum jelas
Diduga beberapa faktor berperan
Gangguan imunologik terus menerus
Hiperfiltrasi glomerulus yang masih sehat
Diet tinggi protein dan fosfor
Proteinuria persisten
Hipertensi sistemik

KRITERIA DIAGNOSIS
• GFR < 30 ml/menit/1,73 m2 yang menetap
• Hipertensi, gangguan pertumbuhan/perdarahan/neurologik
• Hiperfosfatemia, asidosis, anemia, azotemia, hiperkalemia, osteodistrofi ginjal

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah : Klirens kreatinin, Hb, trombosit, waktu perdarahan/pembekuan, urea N, kreatinin,
Na, K, fosfat, Ca, analisis gas
Renografi
Foto : Lengan kiri dan jari tangan
Toraks
EKG
USG

PENYULIT
Gagal ginjal terminal
Risiko infeksi

TERAPI
Prinsip pengobatan dietetik dan substitusi
• Dietetik (lihat tabel 42)

Tabel 42. Dietetik Penderita GGK

8
Jenis/Bahan Jumlah
Protein 1,2-1,5 g/kgBB/hari, 2/3nya nilai biologis
tinggi
Kalori 30-35 kal/kgBB/hari
Lemak 1/3 dari total kalori
Karbohidrat sisa kalori (sedikit gula)
Air 600-1.200 ml/hari
Zat lain
Besi 100 mg/hari
K 60 mEq/hari
Na 50-60 mEq/hari
Fosfat 600-1.200 mg/hari
Ca 1.000-1.200 mg/hari

• Substitusi
Vitamin D
1,25 (OH)2D3 (Rocaltrol), dosis 0,25 µg/hari
Ca karbonat
100-300mg/kgBB/hari sewaktu makan
Selama pemberian dimonitor fosfor darah
Recombinant human gowth hormone/rHGH
0,125 mg/kgBB/kali (3 x/mgg.) → sampai penutupan epifise
Recombinant human erithropoetin/rHuEPO
50-150 µg/kgBB/kali (3 x/mgg.) → sampai Hb 10-12 g/dl

• Asidosis
Na bikarbonat p.o. efektif untuk pencegahan/terapi asidosis
Dosis awal 1-3 mEq/kgBB/hari, diberikan 2-4x tergantung derajat asidosis

Catatan
Bila GFR menetap < 10 ml/menit/1,73 m2 disebut gagal ginjal terminal → dialisis
berkesinambungan sebelum transplantasi ginjal

PROGNOSIS
Tergantung pengelolaan dietetik dan substitusi agar tidak terjadi gagal ginjal terminal

DAFTAR PUSTAKA
Bergstein JM. Renal failure. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Nelson WE, Vaughan III VC,
penyunting. Nelson textbook of pediatrics; edisi ke-14. Philadelphia: WB Saunders Co, 1992;
1352-8.
Gauthier B, Edelman CM, Barnett HL. Nephrologi and urologi for the pediatrician. Boston: Little
Brown and Co, 1982; 172-91.
Fine RN. Recent advance in the management of the infant, child, and adolescent with chronic
renal failure. Pediatr in Rev 1990; 277-83.

DIALISIS PERITONEAL

BATASAN

9
Teknik pemisahan molekul besar (koloid) dari molekul kecil dalam suatu larutan karena
perbedaan kemampuan difusi melalui selaput semi permeabel

INDIKASI
Hiperkalemia berat dan persisten (K > 8 mEq/liter)
Hipertensi yang menetap
Hipervolemia berat yang disertai dengan payah jantung kongestif, edema pulmonal atau
hipertensi
Asidosis berat dan persisten (kadar HCO3-< 10 mEq/liter)
Penyulit neurologik akibat uremia (disorientasi, stupor, kejang)
Urea N > 150 mg%

KONTRA INDIKASI
Relatif : Riwayat operasi abdomen
Ventricoperitoneal shunt

PENYULIT
Sakit perut
Perdarahan
Malfungsi kateter
Kebocoran cairan dialisis
Obstruksi
Peritonitis
Hiperglikemia dan hipernatremia

KONSULTASI
Bagian Bedah, Gizi, Fisioterapi

TERAPI
• Dialisis Peritoneal
Evaluasi predialisis
Keseimbangan cairan, sesuai kriteria WHO. Jika terdapat dehidrasi dilakukan
rehidrasi dahulu
Timbang BB (tanpa pakaian), selanjutnya timbang BB 2-3 kali sehari
Catat jumlah cairan masuk dan keluar (tidak perlu menunggu selama 24 jam, bisa
6 jam)
Sebelumnya cairan dialisis dihangatkan (37-380C) dengan memakai water bath,
untuk menghindarkan rasa sakit saat inflow
Teknik
Macam cairan dialisis yang dipakai tergantung keseimbangan cairan tubuh. Jika
hipervolemia, larutan dialisis yang dipakai adalah larutan dengan konsentrasi
tinggi, yaitu glukosa 2,5-4,25% (umumnya glukosa 1,5%)
Dosis cairan 15-20 ml/kgBB, yang dinaikkan bertahap sampai 40-50 ml/kgBB
(neonatus dan bayi) dan 30-40 ml/kgBB (anak > 1 th)
Kedalam 1.000 ml cairan dimasukkan heparin (500-1.000 U), diberikan selama 3
siklus pertama atau selama cairan outflow dialisis menunjukkan cairan merah
berdarah
Pada siklus 3-6 pertama tidak diberikan cairan KCl, kecuali pada hipokalemia. Bila
kadar K darah normal (< 4 mEq/l), KCl diberikan sebanyak 3 mEq/l tiap 1.000 ml
dialisat
Tiap siklus selesai sekitar 1 jam, terdiri dari : inflow (5-10 menit), indwelling (30
menit) dan outflow (10-20 menit)

Catatan :

10
Pada 3 siklus pertama dianjurkan waktu siklus diperpendek agar sisa perdarahan
cepat dikeluarkan (misalnya : Inflow 5 menit, indwelling 15 menit, outflow 10 menit)
Total waktu dialisis biasanya 36-48 jam, bila masih diperlukan bisa diperpanjang
48 jam lagi. Jika selanjutnya terjadi gagal ginjal terminal dialisis dilanjutkan dengan
cara : CAPD, CCPD

• Monitoring selama dialisis


Perlu diantisipasi ↓ BB sampai 1-1,5% setiap hari akibat ↓ massa otot (tanpa perubahan
cairan intravaskular)
Bila dialisis telah dimulai, keseimbangan cairan tiap siklus harus dicatat
Cairan dialisis (warna, kekeruhan, perdarahan)
Tanda vital tergantung kegawatan
Laboratorium : Hb, eritrosit, leukosit, Ht, hitung jenis, Ca, fosfor, Mg, glukosa,
elektroforesis protein, elektrolit, urea N dan kreatinin

• Indikator keberhasilan
Klinis : Penderita merasa lebih baik, tekanan darah terkontrol, keseimbangan cairan
baik, tidak ada gejala uremia
Laboratorium : Kreatinin serum < 16-20 mg/dl (untuk yang gemuk) ; < 12-15 mg/dl
(untuk yang kurus), elektrolit/albumin serum normal, konduksi saraf stabil
• Penyulit
Sakit perut
Cairan dialisis sebaiknya tidak terlalu dingin atau panas
Kurangi kecepatan inflow
pH < 5,5, tambahkan 2,5-5 ml Na bikarbonas 50% per 1.000 ml cairan dialisis
Jika cairan hipertonis, ganti dengan cairan isotonis
Analgetika lokal/sistemik ke dalam peritoneum (lidokain 2%)
Jika perlu : Reposisi kateter
Perdarahan
Tambahkan heparin 500-1.000 U/1.000 ml cairan dialisat untuk 3 siklus pertama
atau sampai perdarahan berhenti
Obstruksi
Tambahkan heparin 5 U/ml cairan dialisis, biarkan indwelling selama 4-12 jam. Bila
bertambah baik teruskan pemberian heparin sebanyak 1 U/ml cairan dialisis
sampai beberapa hari
Kebocoran cairan dialisis
Umumnya berhenti sendiri bila kebocorannya sedikit. Usahakan kebersihan pada
tempat masuk kateter dan berikan betadin untuk mencegah infeksi
Peritonitis
Diagnosis dibuat bila didapat 2 dari 3 kriteria dibawah ini
Tanda/gejala : Sakit perut, nyeri tekan dll
Cairan dialisis yang keruh (leukosit > 100/ml, PMN > 50%)
gram/kultur (+)
Antibiotik awal : Kombinasi sefalotin dan tobramisin, loading dose i.v., kemudian
dosis rumatan melalui cairan dialisis. Pemberian antibiotik selanjutnya tergantung
hasil tes kultur dan sensitivitas (lihat tabel 43)

PROGNOSIS
Tergantung ada tidaknya penyulit selama dialisis serta pengelolaannya

DAFTAR PUSTAKA
Fine RN. Recent advance in the management of the infant, child, and adolescent with chronic
renal failure. Pediatr in Rev 1990; 277-83.
Gruskin AB, Baluarte HJ, Dabbagh S. Hemodyalisis and peritoneal dyalisis. Dalam: Edelmann
CM, penyunting. Pediatric kidney disease; edisi ke-2. Boston: Little Brown and Co, 1992; 827-94.

11
Tabel 43. Dosis Antibiotik pada Peritonitis
Nama Obat Loading Dose (i.v.) Dosis Rumatan
mg/kgBB mg/l cairan dialisis

Amikasin 7,5 25
Amfoterisin - 5
Ampisilin 50 125
Karbenisilin - 200
Sefazolin 20 125
Sefotaksim 20 250
Sefuroksim 20 125
Seftazidim 20 125
Sefalotin 20 250
Klindamisin - 1-2
Kloksasilin 50 125
Gentamisin 1,7 4-8
Netilmisin 2,5 4-8
Tikarsilin 50 250
Tobramisin 1,7 4-8
Vankomisin 20 15-25
Baktrim 20 25

SINDROMA NEFRITIS AKUT (SNA)

BATASAN
Suatu sindroma yang ditandai dengan gejala hematuria, hipertensi, edema dan berbagai
derajat insufisiensi ginjal

ETIOLOGI
Paling sering setelah infeksi Beta hemolyticus Streptococcus group A

PATOFISIOLOGI
Belum diketahui pasti, tetapi diduga proses imunologik

KRITERIA DIAGNOSIS
• Periode laten infeksi saluran nafas bagian atas 1-3 mgg. sebelumnya (rata-rata 10 hari),
atau infeksi kulit yang umumnya lebih lama (> 3 mgg.)
• Edema
• Hematuria : Mikroskopik atau gross hematuria
• Hipertensi dengan berbagai tingkatan
• Oliguria atau anuria

DIAGNOSIS BANDING
Hematuria idiopati
Glomerulonefritis kronik eksaserbasi akut
Nefritis herediter
LES
HSP

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Urin

12
Kultur/apus tenggorok
ASTO ↑, antibodi DN-ase B ↑
C3 ↓

PENYULIT
GGA
Edema paru, gagal jantung (overload)
Hipertensi ensefalopati
Hiperkalemia, hipokalsemia
Asidosis
Uremia

TERAPI
• Umum
Istirahat di tempat tidur bila edema berat dan GGA
Diet kalori adekuat terutama karbohidrat untuk memperkecil katabolisme endogen dan
diet rendah garam
• Obat
Tidak ada spesifik
Penisilin prokain 50.000 U/kgBB/kali i.m. 2 kali/hari, atau
Penisilin V 50 mg/kgBB/hari p.o. dibagi 3 dosis untuk infeksi aktif. Apabila hipersensitif
penisilin → eritromisin 50 mg/kgBB/hari (4 dosis), selama 10 hari
Hipertensi
Ringan (130/80 mmHg) : Tidak diberikan anti hipertensi
Sedang (140/100 mmHg) : Hidralazin i.m./p.o.
Nifedipin sublingual
Berat (180/120 mmHg) : Klonidin drip/nifedipin sublingual
(dosis lihat bab hipertensi)
Bila terdapat tanda hipervolemia (edema paru, gagal jantung) disertai oliguria →
diuretik kuat (furosemid 1-2 mg/kgBB/kali)

PROGNOSIS
Diperkirakan > 95% akan sembuh sempurna
Kematian dapat terjadi pada fase akut dan 2% menjadi kronik

DAFTAR PUSTAKA
Travis LB, Kalia A. Acute nephrotic syndrome Dalam: Postlethwaite RJ, penyunting.
Clinical pediatric nephrology; edisi ke-2. Oxford: Butterworth-Heinemann Ltd, 1994; 201-9.
Bergstein JM. Condition particularly asociated with hematuria. Dalam: Nelson WE, Bergman RE,
Kliegman RM, Arvin AM, penyunting. Nelson textbook of pediatrics; edisi ke-15. Philadelphia: WB
Saunders Co, 1996; 1483-8.

SINDROMA NEFROTIK (SN)

BATASAN
Penyakit/sindroma yang mengenai glomerulus, ditandai proteinuria masif, hipoalbuminemia
dan edema disertai hiperlipidemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang didapat
hipertensi, hematuria dan penurunan fungsi ginjal

13
KLASIFIKASI
Berdasarkan etiologi
SN primer
SN sekunder
Berdasarkan histopatologi
SN perubahan minimal
SN perubahan non minimal
Berdasarkan respons pengobatan terhadap steroid
Steroid responsif
Tidak steroid responsif

ETIOLOGI
SN primer
Idiopatik, diduga ada hubungan dengan genetik, imunologik dan alergi
SN sekunder
Berasal dari ekstra renal

PATOFISIOLOGI
Tidak diketahui secara pasti. Diduga ada hubungan dengan kelainan imunologik yang
mengakibatkan permeabilitas glomerulus ↑ terhadap protein → proteinuria
Terdapat 3 macam mekanisme yang mendasari proteinuria
Hilangnya muatan polianion pada dinding kapiler glomerulus
Perubahan pori-pori dinding kapiler glomerulus
Perubahan hemodinamik yang mengatur aliran kapiler
KRITERIA DIAGNOSIS
• Edema
• Proteinuria masif
Urin : BANG atau DIPSTIX > + 2 (kualitatif)
Protein > 40 mg/m2/jam, atau > 2 g/hari (kuantitatif)
Rasio protein : kreatinin > 2,5
• Hipoalbuminemia (< 2,5 g%)
• Hiperlipidemia/hiperkolesterolemia

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Urin : Protein kualitatif/kuantitatif, kreatinin
Darah : Albumin, protein total, kolesterol

PENYULIT
Infeksi
Trombosis
GGA

KONSULTASI
Bagian Gizi

TERAPI
• Dirawat untuk evaluasi diagnostik awal dan rencana terapi
• Tidak ada pembatasan aktivitas
• Dietetik
Protein sesuai kebutuhan (menurut umur). Pemberian berlebih akan mempercepat
terjadinya GGK
Rendah garam : 1-2 g/hari selama edema
Bila tidak ada nafsu makan boleh diberi diet garam normal (tanpa garam diatas meja
dan makanan asin lain)
Kalori berasal dari lemak < 35%

14
• Albumin dan diuretik diberikan apabila
Volume darah ↓ hebat dengan gejala hipotensi postural (sakit perut, mual dan
muntah), sesak dan edema hebat yang disertai edema skrotum/labia
Dosis human albumin 25% : 0,5-1 g/kgBB/i.v. dalam 2-4 jam, diikuti pemberian
furosemid 1-2 mg/kgBB/i.v. dapat diulang tiap 4-6 jam bila diperlukan
• Kortikosteroid (prednison/prednisolon)
Tahap I (4 mgg. pertama) : 60 mg/m2/hari (2 mg/kgBB) dibagi dalam 3-4 dosis,
diteruskan selama 4 mgg. (28 hari) tanpa memperhitungkan adanya remisi atau tidak
(maks. 80 mg/hari)
Tahap II (4 mgg. kedua) : 40 mg/m2/hari diberikan dengan cara alternate (selang
sehari) dosis tunggal setelah makan pagi
Bila relaps : 60 mg/m2/hari (2 mg/kgBB) dibagi dalam 3-4 dosis sampai 3 hari berturut-
turut proteinuria negatif/+, selanjutnya menggunakan tahap II
Bila ada TB, diberikan bersama dengan antituberkulosis
• Alternatif
Pada NS relaps frekuens atau tidak steroid responsif yang disertai gangguan
pertumbuhan, hipertensi, cushingoid atau perubahan sikap
Siklofosfamid : 2-3 mg/kgBB/hari dosis tunggal, selama 8-12 mgg., bersama
prednison 40 mg/m2/hari secara alternate
Hati-hati efek simpang → periksa leukosit darah tiap mgg.
Leukosit < 3.000/m3 → obat stop, dilanjutkan lagi bila leukosit >
5.000/m3
Klorambusil : 0,15-0,2 mg/kgBB/hari selama 8 mgg.
Nitrogen mustard : 0,1 mg/kgBB/hari/i.v., 4 hari berturut-turut + prednison 40
mg/m2/hari, dosis alternate untuk 5 dosis
Siklosporin A : 4-5 mg/kgBB/hari, minimal selama 1 th
Levamisol : Obat cacing (ascaridil) mempunyai efek imun stimulasi sel T.
Dosis 2-3 mg/kgBB/hari, selang sehari (6-18 bl)

PROGNOSIS
Tergantung etiologi, berat penyakit, dan umur
SN steroid responsif → prognosis cukup baik
SN tidak steroid responsif biasanya → GGK

DAFTAR PUSTAKA
Haycock GB. Steroid responsive nephrotic syndrome. Dalam: Postlethwaite RJ, penyunting.
Clinical pediatric nephrology; edisi ke-2. Oxford: Butterworth-Heinemann Ltd, 1994; 210-5.
Nash MA. Edelman JR, Bernstein J, Bernett HL. The nephrotic syndrome. Dalam:
Edelmann CM, penyunting. Pediatric kidney disease; edisi ke-2. Boston: Little Brown Co,
1992; 137-74.
Kher KK. Nephrotic syndrome. Dalam: Kher KK, Makker SP, penyunting. Clinical pediatric
nephrology. New York: Mc Graw Hill Inc, 1992; 137-74.
Kelsch RC, Sedman AB. Nephrotic syndrome. Pediatri in Rev 1993; 30-7.

INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

15
BATASAN
Adanya pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih

KLASIFIKASI
Berdasarkan anatomi/lokasi
ISK atas
ISK bawah
Berdasarkan ada atau tidaknya kelainan struktur
ISK penyulit
ISK non penyulit
Berdasarkan ada atau tidaknya gejala
ISK simtomatik
ISK non simtomatik
Berdasarkan onset klinis
ISK akut
ISK berulang atau kronik

ETIOLOGI
Terbanyak E. coli : ISK akut (90%) dan ISK berulang (70-80%)

PATOFISIOLOGI
Terbanyak asenderens, jarang perkontinuitatum atau limfogen
Pada neonatus : Terbanyak hematogen

KRITERIA DIAGNOSIS
• Gejala klinis :
Asimtomatik
Simtomatik
Neonatus
Gambaran sepsis dengan gejala tidak khas seperti : Panas, ikterus, malas minum,
muntah, mencret, BB tidak ↑ dan kesadaran ↓
Anak
Disuria, frekuensi ↑, urgensi, polakisuria, nyeri perut/pinggang, gangguan
pertumbuhan, muntah, panas yang tidak diketahui penyebabnya dan enuresis

• Bakteriuria bermakna
Tergantung dari metode pengambilan

Tabel 44. Bakteriuria Bermakna Berdasarkan Metode Pengambilan

Metode Biakan Jumlah Koloni Kemungkinan


Pengambilan (frek.) /ml Urin ISK (%)
Pancar tengah 1 > 105 80
2 > 105 95
Suprapubis 1 > 1 kuman Gram (-) 99
>1.000 kuman Gram (+) 99
5
Kateterisasi 1 > 10 95

• Pemeriksaan untuk meningkatkan kewaspadaan kemungkinan ISK


Adanya kuman pada air kemih tidak dipusing dengan atau tanpa pewarnaan : Bila
ditemukan 2 kuman/10 LPB atau 5 kuman/LPB

16
Adanya piuria atau leukosituria
Sedimen air kemih : Leukosit > 5/LPB
Jumlah leukosit dalam air kemih tidak dipusing
Laki-laki > 10/mm3
Wanita > 50/mm3
Tes kimiawi
Nitrit, reduktase biru metilen

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Urin
Leukosit
Kuman (Gram/biakan/jumlah koloni)
Kimia

PENYULIT
Sepsis
Abses perinefrik
GGK

KONSULTASI
Bagian Bedah Urologi

TERAPI
• Antibiotik : Eradikasi kuman patogen penyebab infeksi
Sebelum ada hasil biakan dan tes kepekaan → berikan antibiotik yang efektif dan
mempunyai efek simpang kecil. Pengobatan infeksi akut 5-7 hari. Cara pemberian
obat tergantung pada berat ringannya infeksi. Pengobatan dianggap efektif bila gejala
klinis hilang disertai biakan menjadi (-) paling lama 4 hari setelah pengobatan. Obat
pilihan pada anak lihat tabel 45
• Mencari kemungkinan kelainan anatomis atau fungsional pada saluran urin (kelainan
kongenital, vesico-ureteral reflux (VUR), obstruksi)
• Mencegah kekambuhan
Perawatan umum
Cairan/minuman yang cukup
Kebersihan daerah perineum
Hindari pakaian dalam terlalu ketat
Jangan mandi berendam
Hindari konstipasi
Hindari kebiasaan menahan buang air kecil
Antibiotik
• Follow up
2-3 hari setelah terapi selesai
Ulang biakan setelah 2-3 mgg.
setiap 3 bl/1 th pertama
setiap th
Pengobatan ISK dengan penyulit
• Antibiotik profilaksis
ISK dengan penyulit berulang > 3x/th → selama 1-2 th
ISK tanpa penyulit berulang > 3x/th → selama 3-6 bl
Nitrofurantoin dan kotrimoksazol dengan dosis 1/4-1/3 dosis terapeutik, dalam 2
dosis/dosis tunggal
• Pencegahan infeksi berulang
Nitrofurantoin : 1-2 mg/kgBB/hari
Trimetoprim : 1-2 mg/kgBB/hari
Sulfametoksazol : 5-10 mg/kgBB/hari

17
Catatan :
Bayi < 6 mgg. jangan diberikan nitrofurantoin/sulfa, tetapi dapat diberikan sefalosporin
generasi I (sefaleksin), 10 mg/kgBB/hari, dosis tunggal, diberikan pada malam hari
sampai bayi berumur 6 mgg.
Pemeriksaan radiologik untuk menentukan kelainan obstruktif meliputi IVP, mixtio
cystourethrography (MCU), USG, kedokteran nuklir dan tomografi komputer yang
dilakukan setelah 4-6 mgg. sesudah infeksi teratasi. Intervensi urologis dilakukan jika ada
tindakan bedah

PROGNOSIS
Tergantung ada/tidaknya kelainan anatomi, umur dan kecepatan/ ketepatan terapi

Tabel 45. Obat Pilihan ISK pada Anak

Nama Obat Dosis Interval Catatan


mg/kgBB/hari
Amoksisilin 50–100 8 jam, p.o., i.v., tidak pada alergi penisilin
i.m.
Ampisilin 50–100 6-8 jam, p.o., i.v. tidak pada alergi penisilin
100–200
Trimetoprim 6–12 12 jam tidak pada umur < 6 mgg.
Sulfametoksazol 30–60 12 jam, p.o., i.v. tidak pada umur < 6 mgg.
Nitrofurantoin 5–7 6-8 jam, p.o., i.v. tidak pada umur < 4 mgg.
/GFR < 50%
Karbenisilin 200–400 6 jam, p.o. untuk Pseudomonas
Sefaleksin 25–100 6 jam, p.o. pengganti ampisilin
Safazolin 25–100 6-8 jam, i.m., i.v. untuk Klebsiela
Tobramisin 5–7 8 jam, i.m. Infeksi Gram (-),
Pseudomonas
Asam nalidiksat 60 6-8 jam, p.o. cepat resisten
Gentamisin 3–7 8-12 jam, i.m.,i.v.
Amikasin 7 12 jam, i.v.
Sefiksim 8 12 jam
Seftriakson 75 12-24 jam, i.m.,i.v.
Sefotaksim 150 6-8 jam, i.m., i.v.
Seftazidim 150 6-8 jam, i.m., i.v.

DAFTAR PUSTAKA
Gonzales RR. Urinary tract infection. Dalam: Bergman RE, Kliegman RM, Nelson WE, Vaughan
III VC, penyunting. Nelson textbook of pediatrics; edisi ke-14. Philadelphia: WB Saunders Co,
1992; 1360.
Winberg J. Urinary tract infection in infant and childhood. Dalam: Edelmann CM, penyunting.
Pediatric kidney disease; edisi ke-1. Boston: Little Brown Co, 1978; 1123.

INTOKSIKASI JENGKOL

18
BATASAN
Gejala klinis yang terjadi akibat intoksikasi asam jengkol

KLASIFIKASI
Berdasarkan gejala klinis
Ringan : Disuria, hematuria, diuresis ↓
Berat : Disertai oliguria
Sangat berat : Jelas GGA
ETIOLOGI
Asam jengkol yang terdapat pada buah jengkol

PATOFISIOLOGI
Belum jelas, diduga akibat pengendapan kristal asam jengkol dalam saluran kemih

KRITERIA DIAGNOSIS
• Riwayat makan buah jengkol
• Keluhan muntah, nyeri perut/supra pubis dan disuria
• Bau khas jengkol di mulut dan urin
• Dapat disertai oliguria atau anuria
• Laboratorium urin
Hematuria mikroskopik/makroskopik
Kristal asam jengkol

DIAGNOSIS BANDING
Urolitiasis

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sedimen urin

PENYULIT
GGA

KONSULTASI
Bagian Bedah Urologi (bila diperlukan)

TERAPI
• Ringan
Banyak minum
Na bikarbonat 1 mEq/kgBB/hari atau 1-2 g/hari (p.o.)
• Berat/sangat berat
Dirawat
Bilas buli-buli dengan Na bikarbonat 1,5% melalui indwelling catheter (kateter folley)
Oliguria tanpa GGA
Tidak ada pembatasan diet
Na bikarbonat 2-5 mEq/kgBB/i.v. (4-8 jam)
Furosemid 1-2 mg/kgBB/hari
Anuria
Restriksi cairan : Infus dekstrosa 5-10% (selama 4-8 jam)
Bila setelah 8 jam dengan cara di atas tidak dapat diatasi → dialisis peritoneal

PROGNOSIS
Baik
DAFTAR PUSTAKA
Alatas H. Acute renal failure due to jengkol intoxication in children. Pediatr Indones 1967; 90-4.

19
Tambunan T. Keracunan jengkol pada anak. Dalam: Alatas H, Tambunan T, Trihono PP,
penyunting. Nefrologi anak. Jilid ke-1, Jakarta: IDAI, 1993; 199-208.
Sjamsudin U, Darmansjah I, Handoko T dkk. Beberapa masalah keracunan jengkol pada anak.
Dalam: Tjokronegoro A, penyunting. Pengobatan intensif pada anak. Jakarta: FKUI, 1982; 21-39.

20

Anda mungkin juga menyukai