07-Duniaorang Orangmati PDF
07-Duniaorang Orangmati PDF
a
ar
nt
Sandiwara Tiga Babak
sa
Oleh: Saini K.M
Nu
ul
nd
Ba
Bandung, 1986
k
RENDY HERRINDRA
nd
SUMANTRI SOELIN
Ba
dan
k
PURWOTO HANDOKO
po
lom
Ke
a
ar
RUSLAN 45 tahun Veteran, Kepala bagian di bank tersebut
nt
MAYA 35 / 40 tahun Istri Darma
sa
ENJANG 30 tahun Pelayan
UYUNG 30 tahun
Nu Pelayan
Adegan 1
a
ar
Ketika layar dibuka atau lampu dinyalakan, tampak Enjang sedang membersihkan
ruangan dengan seksama dan teliti sekali. Muncul Supandi.
nt
sa
ENJANG : Selamat pagi, Pak.
SUPANDI : Selamat pagi. (MELIRIK KE SEGALA ARAH DAN
Nu
MEMPERHATIKAN ENJANG BEKERJA). Bersih! Rapi! Segar!
ENJANG : (SENANG) Asyik! Sedap ya Pak!
SUPANDI : Kamu tidak pernah mengurus ruangan saya sebaik ini, ya?
ul
mengaku.
SUPANDI : Mengaku apa?
ENJANG : (MENGHINDAR)Ruangan ini bersih dan rapi, Pak.
k
ENJANG : Otak saya tidak penting, Pak. Yang penting tangan saya selalu di gagang
sapu, Pak.
Ke
a
SUPANDI : Jelas kamu pilih-kasih!
ar
ENJANG : Kalau Bapak tidak setuju saya terus bekerja di sini, saya anggap kerja saya
nt
di sini selesai. (BERGEGAS PERGI).
SUPANDI : Nanti dulu. Nanti dulu.
sa
ENJANG : Kan Bapak tidak setuju saya merapikan ruangan ini.
SUPANDI : Bukan itu! Kamu belum mengaku.
Nu
ENJANG : Kan tadi sudah, Pak.
SUPANDI : Mengaku apa?
ul
ENJANG : Tidak tahu, Pak. Terserah Bapak. (PERGI)
SUPANDI : Sialan!
nd
Adegan 2
Ba
Muncul Uyung. Ia langsung merawat ruangan dengan seksama dan penuh pengabdian.
k
SUPANDI : Astaga!
po
UYUNG : Ya,Pak.
SUPANDI : Ruangan ini sudah dibersihkan si Enjang!
UYUNG : (KECEWA) O, begitu Pak? Rupanya saya kedahuluan, padahal saya
Ke
a
Jadi, kamu dan yang lain biasa mencuci mobil Pak Darma, ya?
ar
UYUNG : Tidak saya saja, Pak, harap Bapak tahu. Enjang, Adun, Maman juga
nt
mencucinya.
SUPANDI : Kenapa kamu dan juga yang lain tidak pernah mencuci mobil saya?
sa
UYUNG : (GUGUP, BINGUNG) Saya tidak tahu , Pak.
SUPANDI : Tidak tahu? Jawaban macam apa itu?
Nu
UYUNG : Tidak tahu, Pak.
SUPANDI : Jadi kamu tidak tahu mengapa kamu mencuci mobil Pak Darma dan tidak
ul
mencuci mobil saya?
UYUNG : Bukan, Pak.
nd
a
SUPANDI : (TERDESAK) Saya paham. Sudahlah. Kamu boleh pergi.
ar
UYUNG : (MENDESAK) Tidak, Pak. Yang lain sudah mencuci mobil Pak Darma.
nt
Lebih baik saya memberikan penjelasan kepada Bapak.
SUPANDI : Sudah cukup jelas, Yung.
sa
UYUNG : Belum, Pak. Kalau beliau tidak dapat datang secara pribadi, biasanya
beliau mengirim pesan dan sumbangan.
Nu
SUPANDI : Sudahlah. Kamu boleh pergi.
UYUNG : Belum cukup jelas, Pak. Kalau dapat rezeki, misalnya kalau ada klien
ul
yang tanpa diminta mengirim sesuatu, kami selalu mendapat bagian.
SUPANDI : Sudah jelas, Yung, kamu boleh pergi.
nd
UYUNG : Itulah sebabnya kami mencuci mobilnya dengan penuh kasih sayang,
po
Adegan 3
Muncul Ruslan, salah satu di antara kepala-kepala bagian di bank itu.
RUSLAN : Belum datang?
SUPANDI : Belum. Sialan, biasanya dia datang lebih dulu dari siapapun. Pagi ini
malah dia terlambat.
RUSLAN : Ada apa dengan dadamu itu?
SUPANDI : Pelayan-pelayan itu sialan. Bisa pecah jantung saya karena ulah mereka.
a
SUPANDI : Saya juga menerima hadiah, tapi tidak gelisah seperti kamu.
ar
RUSLAN : Kamu tidak tahu, Di, apa yang terjadi dengan mobil hadiah itu.
nt
SUPANDI : Apa yang terjadi?
RUSLAN : Begitu kami terima mobil itu, si Teddy, anak saya yang sulung, langsung
sa
mengendarainya. Dan a… apa yang terjadi?
SUPANDI : Apa yang terjadi? Nu
RUSLAN : Setengah jam saja dia pergi, kemudian kami terima telpon bahwa mobil itu
tabrakan.
ul
SUPANDI : Astaga!
RUSLAN : Di samaping mobil hadiah itu rusak berat, kami pun harus mengganti
nd
SUPANDI : Lha kenapa harus kamu bayar dua ratus lima puluh ribu?
RUSLAN : Itulah, Di. Soalnya pemiliknya tentara, dan kumisnya, Di, kumisnya!
lom
a
Adegan 4
ar
nt
Muncul darma diiringi oleh Enjang yang menjinjing tasnya dan Uyung yang
membawakan barang-barangnya yang lain.
sa
RUSLAN & SUPANDI : Selamat pagi, Dar.
DARMA : Hai! Selamat pagi! Tumben pagi begini kalian sudah datang.
Nu
RUSLAN : Kamulah yang kesiangan. Biasanya kamu dating pagi sekali, Dar.
DARMA : Habis kalian minta saya membuat analisa kredit terakhir itu dengan
ul
segera. Punya Tek Wan itu. Saya terlambat tidur tadi malam karena ingin
merampungkan dan melaporkan pada kalian.
nd
RUSLAN : Ya. Tapi itu di luar persoalan, marilah kita bicara tentang hasiul kerjamu
itu. Kamu sudah menyelesaikannya, Dar?
lom
DARMA : Sudah.
SUPANDI : Hasilnya bagaimana, Dar?
RUSLAN : Kamu setuju kan?
Ke
DARMA : Setuju?
SUPANDI : Maksudnya, klien kita itu diberi pinjam dua setengah milyar?
DARMA : Itu kan sangat tergantung pada kelayakan proyeknya. Kalian ini
bagaimana, sih. Saya tidak berada dalam kedudukan menyatakan setuju
atau tidak. Saya ahanya menyatakan layak atau tidak layaknya suatu
proyek dan memberikan rekomendasi.
RUSLAN : Tapi proyek itu layak diberi pinjaman dua setangah milyar, bukan?
DARMA : Mintanya memang dua setengah milyar.
a
SUPANDI : Dar, kamu tahu, hasil analisamu sangat penting bagi……..
ar
Bagi…………… bagi klien kita itu.
nt
DARMA : Jelas. Makanya dia mendesak kalian agar mendesak saya menyelesaikan
analisanya secepatnya, bukan?
sa
SUPANDI : Maksud saya kamu, kamu bisa menolongnya, bukan?
DARMA : (HERAN) Lha, bukankah dengan membuat analisa itu saya sudah
Nu
menolongnya dari kemungkinan rugi?
RUSLAN : Jai pokoknya kamu tidak setuju memberi dia dua setengah milyar?
ul
DARMA : Ini bukan soal setuju atau idak setuju. Ini soal masuk akal atau tidak
masuk akal.
nd
SUPANDI : Jadi kamu anggap proyek klien kita itu tidak masuk akal?
DARMA : Masuk akal juga, Di, tapi hanya untuk lima ratus juta.
Ba
menghitungnya, Di. Kamu tahu, tugas saya tidak hanya melindungi klien
po
kita dari banyak kerugian, akan tetapi juga melindungi kekayaan Negara.
Jadi percayalah kepada saya dan anak-anak, bahwa proyek klien itu hanya
lom
DARMA : (MULAI KESAL) Astaga, Lan! Bayangkan olehmu Tek Wan ini mau
mebangun sebuah gedung di tengah-tengah bangunan lain yang
diperguanakan sebagai kompleks pertokoan dan perkantoran. Kalian tahyu
bahwa gedung-gedung yang sudah adapun belum terisi semuanya. Ada
yang hanya terisi satu dari lima tingkat; ada bioskop yang hanya ditonton
tukang sapunya; ada kios-kios yang ditinggalkan lagi penyewanya karena
tidak ada pembeli. Jelas bukan bahwa saya harus melindungi klienmu dari
kerugian dan melindungi Negara dari pengerahan dana yang tak terarah?
a
saya periksa dan meyakinkan saya. Saya hanya bersedia memberikan
ar
rekomendasi kalau Tek Wan memimjam dalam jumlah yang masuk akal.
nt
RUSLAN : Kamu harus tahu, boss sudah siap menandatangani formatnya, Dar.
DARMA : (HERAN) Barangkali itu bukan urusan saya, Lan. Tugas saya melapor dan
sa
memberikan rekomendasi. Rekomendasi saya negative terhadap proyek
klienmu itu. Nu
SUPANDI : Lan, kalau Darma tidak setuju kita tidak perlu mebicarakannya lebih
lanjut.
ul
DARMA : Saya sudah mengatakan, ini bukan soal setuju atau tidak setuju. Ini adalah
soal layak atau tidak layak. Layak atau tidak layak proyek itu tidak saya
nd
RUSLAN : Kalau begitu kita masalahkan boss. Ini persoalan boss juga, Di?
DARMA : Silakan kalian membicarakannya, tugas dan persoalan saya sudah saya
k
Adegan 5
Muncul Enjang membawa baki berisi poci, cangkir dan toples.
DARMA : Mengapa baru sekarang, Jang ?
ENJANG : Tadi ada Pak Supandi dan Pak Ruslan, Pak.
DARMA : Lha, apa salahnya kamu membawa teh saya selagi mereka ada di sini ?
ENJANG : (KIKUK) Ita, Pak, Mereka suka cemburu.
a
ENJANG : Bu Nunung menggantinya dengan yang ada di rumahnya, Pak.
ar
DARMA : Mengapa?
ENJANG : Bu Nunung ingin Bapak mempergunakan poci dan cangkir yang lebih
nt
baik, Pak.
sa
ENJANG : Ketika Bu Nunung mengajukan usul, kami semua setuju, Pak.
DARMA : Saya tidak tahu, apa yang harus saya katakana Jang (MINUM).
ENJANG
Nu
: Tehnya juga lain, Pak.
DARMA : Lain ?
ENJANG : Si Uyung pesan dari uwaknya, Pak. Katanya itu teh yang paling baik di
ul
DARMA : (HERAN) Saya tidak tahu. Dari mana kamu dengar kabar itu?
lom
ENJANG : Katanya Bapak akan jadi kepala sebuah cabang diinokota suatu propinsi.
DARMA : Siapa bilang begitu ?
ENJANG : Saya dengat dari kawan-kawan dan kawan-kawan dengar dari yang lain.
Ke
Adegan 6
Muncul Maya
DARMA : (TERKEJUT) Mam ? Ada apa? Apa si tito berkelahi lagi ?
a
MAYA : (HERAN TAPI KEMUDIAN TERSENYUM) Jangan pura-pura, Pap.
ar
DARMA : (HERAN) Pura-pura ?
MAYA : Ternyata Papi pandai main sandiwara, ya ?
nt
DARMA : (BINGUNG) Main sandiwara ?
sa
MAYA : Sudahlah, jangan berlagak pilon. Rahasiamu sudah bocor. Sudah
terbongkar (TERTAWA).
DARMA
Nu
: Astaga ! Apa saya mimpi ? Apa barangkali karena kurang tidur ?
MAYA : (GELI DAN SENANG) Sudahlah, Pap. Bayangkan, Pak Juarsa sendiri
yang menilon.
ul
MAYA : Aduh pura-puranya. Apa harus saya jelaskan ? Masih mau main sandiwara
rupanya ?
Ba
Adegan 7
Ke
a
betapa besar cinta suami Anda kepada Anda. Sejak lama ia ingin
ar
mengungkapkan cintanya yang besar itu kepada Anda dengan sebaik-
baiknya, akan tetapi kesempatan itu belum datang uga. Itulah sebabnyu
nt
kami semua membantunya. Hari ini, saat ini, kami harap akan menjadi
sa
saat-saat yang paling indah bagi Anda dan suami Anda. Akhirnya suami
Anda dapat mencapai cita-citanya. Ia dapat menepati janji kepada dirinya
Nu
sendiri. Oleh karena itu, tadi Anda saya panggil untuk melaksanakan
upacara yang hikmat ini. (KEPADA RUSLAN) Pak Raslan, bawalah
hadiah itu dan juga cermin itu. (RASLAN MENYERAHKAN KOTAK
ul
kasih yang tak terhingga dan atas nama persahabatan kami yang terjalin
sejak kami sama-sama bergerilya di hutan-hutan di Jawa Barat, dengan ini
saya persembahkan kalung, gelang dan giwang ini kepada Anda.
k
(KEPADA DARMA) Papi, ternyata kamu tahu bahwa saya sering bolak-
balik di depan toko Mas Galaxy hanya untuk memandang perhiasan ini.
Kamu benar-benar memahami keinginan istrimu walaupun kamu terus-
menerus berpura-pura.
JUARSA : Kamu benar-benar suami yang baik, Dar. Kami benar-benar iri dengan
gagasanmu yang hebat ini.
MAYA : Saya tahu, kamumemang hebat, Pap. Kamu kadang-kadang memang agak
aneh tapi kamu begitu banyak gagasan. Dan saya juga tahu sekarang,
a
DARMA MEMBUKANYA DAN UNTUK BEBERAPA LAMA
ar
MEMANDANGNYA. IA MENGAMBIL VULPENNYA, AKAN
TETAPI KEMUDIAN MEMASUKKANNYA KEMBALI. INI
nt
DILAKUKANNYA BEBERAPA KALI SEMENTARA YANG LAIN
sa
MEMPERHATIKANNYA, SELAIN MAYA YANG LEBIH
MEMPERHATIKAN BAYANGAN DIRINYA DI DALAM CERMIN).
Nu
Tanda tanganilah demi istrimu yang kamu cintai, Dar.
MAYA : (MULAI MENYADARI AKAN ADANYA SESUATU YANG ANEH)
Mengapa kamu belum juga menandatanganinya, Pap ?
ul
tidak menantanganinya ?
JUARSA : Tandatanganilah. Jangan terus main sandiwara, Dar.
DARMA : (KEPADA JUARSA). Saya tidak menduga kamu akan memperlakukan
k
saya seperti ini, Ju. Saya bicara bukan sebagai bawahan kepada atasan,
po
DARMA : Tapi ini soal prinsip, Ju. Kita bertempur melawan Belanda bukan untuk
ini. Berubah bukan berarti melepaskan prinsip.
MAYA : Apa ini ?
JUARSA : Tenanglah, Bu. Biasa. Salah satukeanehan Darma. Ia masih senang main
sandiwara rupanya.
MAYA : Sudahlah, Pap. Tandatanganilah.
DARMA : Mami, kamu tidak tahu berapa harga perhiasan itu. Harganya dua milyar.
Dengar itu. Dua milyar dan itu bukan uang kita. Itu uang rakyat.
a
sogokan klien agar bank mau mengeluarkan dana duasetengah milyar itu.
ar
MAYA : Saya tidak mengerti.
JUARSA : Tidak hanya Anda, Bu Darma, yang tidak mengerti jalan pikirannya, akan
nt
tetapi kami semua juga sering tidak mengerti. (KEPADA DARMA)
sa
walupun begitu, Dar, kamu tidak punya pilihan.
DARMA : Saya tahu. Saya tidak bisa melawan kamu semua dan klien itu. Akan tetapi
Nu
kalian keliru kalau kalian beranggapan saya mau menyerah. (KEPADA
MAYA) Mami, lepaskanlah perhiasan itu.
MAYA : Apa ini ? Apa arti semua ini ?
ul
JUARSA : Artinya jelas, Bu Darma, bahwa suami Anda mengundurkan diri sebagai
nd
bank ini. Saya memutuskan hubungan kerja dengan bank ini saat ini juga.
(MENGAMBIL TAS DAN PERGI).
MAYA : Kamu keterlaluan, Pap. Masa ? Masa tidak mau tanda tangan ?
k
DARMA : (MUNCUL LAGI) Ayo, cepat lepaskan perhiasan itu. Mari kita pergi !
po
MAYA : Tidak !
lom
BLACKOUT
a
ar
nt
sa
Nu
ul
nd
Ba
k
po
lom
Ke
Adegan 1
Ketika layar dibuka atau lampu dinyalakan tampak Suryana, direktur perusahaan, sedang
a
mengawasi Ajo, pelayan, mematut-matut ruangan.
ar
SURYANA : Hari ini harus lebih rapi daripada hari-hari biasa, Jo.
AJO : Baik, Pak.
nt
SURYANA : Pak Darma sudah datang?
sa
AJO : Setengah delapan sudah datang, Pak, tapi pergi lagi. Saya diminta
menyampaikan kepada Bapak bahwa beliau akan mengontrol proyek di
Cimangga.
Nu
SURYANA : Seharusnya Pak Darma sudah kembali, Jo.
AJO : Kata beliau, beliau tidak akan lama, Pak.
ul
ADEGAN 2
lom
DARMA : Up!
AJO : Aduh! Maaf, Pak. Ah rupanya sudah diperlukan rambu-rambu lalu lintas
di kantor ini. (PERGI)
DARMA : Rem kamu barangkali sudah blong, Jo.
AJO : Untung rem Bapak masih kuat makannya. Permisi, Pak.
DARMA : Yuk! (KEPADA SURYANA YANG DUDUK DI KURSI). Dia belum
datang?
SURYANA : Bilangnya mau datang kira-kira jam sepuluh. Sekarang sudah lebih
sepuluh menit.
a
DARMA : Saya sedang ada pekerjaan yang tidak boleh terlambat, Sur.
ar
SURYANA : Mungkin hanya setengah jam waktu yang diperlukan, Dar.
nt
DARMA : Begini saja. Kalau dia datang nanti, kamu dulu yang menghadapi.
Seandainya pertanyaannya memerlukan jawaban terperinci, panggil saja
sa
saya.
SURYANA : Okey. Nu
DARMA : Jadi saya bisa mengerjakan garapan itu sekarang, bukan?
SURYANA : Okey. (DARMA BANGKIT). Eh, Dar, saya dengar anakmu sedang
ul
berlibur di sini?
DARMA : Oh, si Tito. Ya, selama dua minggu libur kenaikan kelas dia berlibur di
nd
sini.
SURYANA : Rupanya hati ibunya sudah menjadi lunak sekarang. Kalau tak salah dulu
Ba
Sekarang sudah dapat berdiri sendiri. Walupun begitu, selama dia berlibur
po
SURYANA : Anggap saja kamu sendiri yang berlubur. (KETUKAN). Silahkan masuk.
DARMA : Sebaiknya saya pergi sekarang. (PERGI)
Ke
ADEGAN 3
Muncul Yopi, wartawan suatu berkala ekonomi dari ibukota. Mereka bersalaman.
a
pengamat, sangat cepat.Ini penting sekali bagi pembaca kami, khususnya
ar
mereka yang berberak dalam business.
nt
SURYANA : Okey. Pendorong pertama dan utama adalah idealisme.
YOPI : (SAMBIL MENCATAT ATAU MENYODORKANH RECORDER
sa
KECIL) Maksud Bapak?
SURYANA : Perlu anda ketahui, bahwa semua pimpinan perusahaan ini adalah
Nu
eksponen Angkatan Empat Lima. Saya sebagai Direktur Utama, Pak
Harris sebagai Direktur Pemasaran, Pak Darma sebagai Direktur
ul
Anggaran dan perencanaan adalah kawan-kawan lama. Kami adalah
anggota-anggota Tentara Pelajar dalam Perang Kemerdekaan. Begitu
nd
YOPI : Kalau begitu, sudah cukup lama Bapak bergerak di bidang business, Pak.
SURYANA : Sudah hampir duapuluh lima tahun.
lom
YOPI : Baiklah, Pak. Tadi Bapak mengatakan bahwa idealisme dan semangat
empat lima menjadi pendorong kemajuan usaha Bapak. Bagaimana Bapak
menerapkan semangat Empat Lima itu dalam praktek berusaha?
Ke
Adegan 4
Muncul Darma dan langsung duduk.
a
itulah diantaranya yang memungkinkan perusahaan ini di dalam tiga tahun
ar
terakhir maju dengan cepat sekali. Dapatkah Bapak menjelaskan kepada
nt
saya bagaimana azas kekeluargaan itu diterapkan dalam kegiatan sehari-
hari?
sa
DARMA : Sederhana saja. Semua pegawai perusahaan ini kami anggap sebagai
anggota keluarga. Kami berusaha agar mereka berada di dalam perusahaan
Nu
seperti di dalam keluarga.
YOPI : Maksud bapak?
ul
DARMA : Mereka harus merasa aman dan terjamin.
YOPI : Caranya bagaimana?
nd
DARMA : Yang sudah memperlihatkan kesetiaan dalam jangka waktu tertentu kami
beri semacam saham.
Ba
DARMA : Tidak benar. Tanpa pengertian Pak Suryana sebagai direktur utama, tidak
mungkin ada kemajuan.
YOPI : Baiklah, saya tertarik pada pemberian saham itu, Pak. Apakah menurut
pendapat bapak pemberian saham merupakan salah satu pendorong
kemajuan perusahaan ini?
DARMA : Mungkin.
SURYANA : Pak Darma terlalu rendah hati. Saya yakin, pemberian saham itu benar-
benar merupakan salah satu pendorong.
a
Pertama, kami salurkan sebagian sebagai dana pensiun. Maka, sejak tiga
ar
tahun yang lalu, setiap pegawai kami sudah punya buku tabungan bank.
nt
Kedua, keuntungan itu sebagian disalurkan untuk pembukaan usaha-usaha
baru, yaitu perluasan kesempatan kerja. Kesempatan kerja ini pertama-
sa
tama diberikan kepada sanak keluarga pegawai kami. Terakhir, misalnya,
kami akan membuka Taman Kanak- Kanak. Gagasan ini timbul karena
Nu
tiba-tiba disadari bahwa ada empat orang gadis anak pegawai bersekolah
untuk jadi guru Taman Kanak-kanak; di samping itu kami sadar pula,
ul
banyak pegawai yang harus bayar uang pangkal tinggi kalau
meemasukkan anak mereka ke Taman Kanak-kanak. Maka dibuatlah
nd
pegawai sebagai manusia dan tidak cuma sekedar alat yang dapat dibuang
atau diganti.
Ke
YOPI : Saya paham, Pak. Saya paham. Ini menarik, benar-benar menarik.
Adegan 5
Muncul Harris.
HARRIS : Maaf mengganggu. Rupanya ada tamu. Na, Dar, dapatkah kalian
menyelang sebentar?
SURYANA : Kita atur saja. Saudara Yopi, bagaimana kalau saudara beristirahat dulu
dan nanti kalau perlu kita bicara lagi nanti?
a
paling tinggi. Kita sudah sembilan puluh sembilan persen terpilih.
ar
Perincian-perincian sedang diolah oleh anak-anak. Kalian bias segera
nt
memeriksanya nanti.
SURYANA : Syukurlah kalau begitu.
sa
HARRIS : Segala biaya yang kita keluarkan untuk mendapatkan proyek ini Insya
Allah akan kembali.
Nu
SURYANA : Tapi, mengapa tadi kamu bilang proyek ini baru Sembilan puluh Sembilan
persen pasti?
ul
HARRIS : Itulah yang ingin saya bicarakan.
SURYANA : Memangnya, ada masalah apa? Ada pejabat yangingin membonceng?
nd
HARRIS : Bukan. Soal begitu sudah ada pola pemecahannya. Akan tetapi yang ini
lain.
Ba
SURYANA : Lain?
HARRIS : Begini, Na, Dar. Manajer Lokal fihak sana, yang bernama van Rees,
k
dengan isinya.
SURYANA : Itu bukan persoalan sama sekali.
lom
HARRIS : Rumah lengkap dengan istrinya itu berarti meliputi seorang sekretarise
yang all-in.
DARMA : All-in?
Ke
a
HARRIS : Lha, mengapa?
ar
DARMA : (HERAN) Tapi bukankah ini bertentangan dengan idealisme kita?
nt
Bukankah ini bertentangan dengan segala yang kita cita-citakan? Dengan
moral?
sa
SURYANA : Dar, kalau kita mencampur-aduk moral dengan ekonomi kita akan
kebingungan sendiri.
Nu
DARMA : Tapi saya tidak bisa membayangkan bahwa kita akan terlibat dalam
suatu.......pelacuran, ya, penjualan manusia.
ul
HARRIS : Hal-hal seperti itu sudah biasa, Dar.
DARMA : Walaupun sudah biasa, itu tidak benar.
nd
SURYANA : Kalau sudah bicara tentang kebenaran, kita tidak berada dalam dunia
nyata, akan tetapi di dunia filsafat, Dar. Kamu tahu, sampai sekarang
Ba
DARMA : Saya tidak tahu tentang filsafat, Na, Ris. Tapi masalah yang kita hadapi
po
sangat sederhana, bahwa ada wanita, wanita Indonesia, yang akan kita jual
demi proyek joint-venture itu.
lom
HARRIS : Kamu bingung, Dar. Kita tidak menjual siapa-siapa. Wanita itu yang
menjual dirinya, atau tanggung jawabnya sendiri.
DARMA : Tapi kita membantunya, Ris.
Ke
HARRIS : Tanpa kita bantu pun dia akan berhasil menjual dirinya.
DARMA : Kamu benar, akan ettapi………………….
SURYANA : Saya paham akan perasaanmu, Dar. Akan tetapi dunia nyata menuntut kita
untuk pada saat-saat tertentu kita meninggalkan perasaan.
DARMA : Ini bukan soal perasaan, Na. Ini soal prinsip.
HARRIS : Jadi kamu usul supaya kita menolak permintaan van Rees?
DARMA : Kalau itu dapat dilakukan, mengapa tidak?
a
tidak perlu lewat Direktur Anggaran.
ar
HARRIS : Memang dana itu tidak tertulis dalam kontrak, Na.
nt
SURYANA : Itu lebih baik. Bagaimana kamu, setuju, Dar? (DARMA DIAM SAJA.
SURYANA BERJALAN KE ARAH DARMA DAN SAMBIL
sa
MEMEGANG PUNDAKNYA MELANJUTKAN BICARA). Saya paham
akan perasaan kamu dan prinsipmu adalah prinsip kita juga. Akan tetapi,
Nu
di dalam kenyataannya, kita tidak dapat mendesakkan prinsip kita secara
kaku. Kita harus berkompromi. Kita boleh kalah dalam pertempuran, akan
ul
tetapi tidak dalam perang. Bukanah itu yang sering kamu ucapkan dulu,
ketika kita mengembara di hutan-hutan di sekitar Ujungjaya atau Gunung
nd
DARMA : (SETELAH HENING). Saya minta saya tidak dilibatkan dan tidak diajak
bicara lagi tentang urusan itu.
k
HARRIS : Jadi persoalannya selesai. Terima kasih, Dar. Saya benar-benar lega. Saya
lom
a
SURYANA : Kalau sudah minum, silahkan wartawan itu datang lagi ke sini.
ar
AJO : Ya, Pak. (PERGI)
nt
Adegan 6
sa
Yopi muncul membawa beberapa folder.Nu
SURYANA : Silahkan, silahkan.
ul
YOPI : Baik, Pak. Ternyata makin lama makin menarik.
SURYANA : Begitukah?
nd
YOPI : Ya, Pak. Sebenarnya saya harus minta maaf karena tanpa seijin Bapak
saya mewawancarai beberapa pegawai.
Ba
YOPI : Kalau begitu syukurlah. Di antaranya saya menanyai Ajo tadi. Ada yang
po
a
Yopi.
ar
DARMA : (SEPERTI SADAR DARI RENUNGANNYA) O, ya. Mereka anak yang
nt
berbakat dari pegawai rendahan di sini.
YOPI : Oh, saya paham, Pak. Misalnya anak Pak Ajo.
sa
SURYANA : Betul.
YOPI : Baik, Pak. Tampaknya saya harus mempelajari berkas-berkas ini dulu,
Nu
baru saya dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan lain. Ternyata begitu
banyak yang menarik dari perusahaan Bapak ini.
ul
SURYANA : Silahkan. Silahkan.
YOPI : Dapatkah Bapak memberi waktu lagi kepada saya untuk berwawancara
nd
untuk melengkapi bahan laporan saya. Oleh karena itu, saya harus pulang
dulu ke Hotel sampai Bapak punya waktu luang lagi untuk menerima saya.
k
SURYANA : Saya lihat Buku Harian dulu. (MELIHAT BUKU) Kamis pagi jam yang
po
sama, bisa?
YOPI : Tentu saya bisa, Pak. Kan saya yang membutukan.
lom
AJO : Pak, ada tamu bagi Pak Harris, tapi pak Harris sedang di luar.
SURYANA : Silakan saja masuk sini, Jo.
YOPI : Ah, saya harus segera pergi, Pak.
SURYANA : Tidak perlu. Santai saja. Silakan saja.
Adegan 7
Muncul Maya dengan busana sexy dan rias yang agak berlebihan.
a
ar
Adegan 8
nt
Maya akan meniggalkan ruangan ketika Harris muncul.
sa
HARRIS : Maaf, Nyonya, saya sedang ada perlu ke luar sebentar. Kebetulan, ini Pak
Nu
Suryana, Direktur Utama kami, dan ini Pak Darma, Direktur Perencanaan
dan Anggaran. Pak Suryana, Nyonya Maya adalah fihak yang akan
ul
membantu kita dalam joint – venture itu. (KEPADA MAYA) Segalanya
sudah beres, hanya ada sedikit perubahan. Nyonya akan langsung
nd
DARMA : Anjing betina! Kuntilanak! Jadi kami, kamu ibu anakku yang
mencampakkan kehormatan wanita Indonesia ke tempat sampah itu !
k
DARMA : (DITAHAN SURYANA) Apa kamu tidak cukup dengan biaya yang
kukirim padamu ? Dasar pelacur ! Lonte ! Kuntilanak ! (LOLOS DAN
AKAN MENYERANG MAYA, TAPI DITAHAN SURYANA. TERJADI
Ke
a
HARRIS : (MENGEJAR YOPI BERKELILING) Saya beli dengan kameranya. Saya
ar
borong. Berapa anda mau jual ? (YOPI MALAH MEMOTRET HARRIS
nt
YANG MENGEJARNYA).
YOPI : Berapa tawaran Bapak ?
sa
MAYA : Tolong ! Tolong !
SURYANA : Ya Tuhan ! Ya Allah ! Sabar Dar !
Nu
DARMA : kubunuh kamu ! Kubunuh kamu !
MAYA : Tolong ! Tolong !
ul
BLACKOUT
nd
Ba
k
po
lom
Ke
Adegan 1
Ketika layar dibuka atau lampu dinyalakan, tampak Darma sedang berdiri
memperhatikan dan atau tiga orang pekerja yang sedang membersihkan rumput –
a
rumput di antara nisan - nisan.
ar
DARMA : Mas Parto, kapan mau istirahat ?
PARTO : Sedikit lagi, Pak. Kepalang.
nt
DARMA : (MELIHAT ARLOJINYA) Masih ada besok, Mas. Sudahlah.
sa
PARTO : Sedikit lagi, Pak.
DARMA : Saya jadi malu. Soalnya saya tidak dapat menyediakan uang lembur, Mas.
PARTO
Nu
: Lho, kenapa bawa - bawa uang lembur segala ? Kami bekerja ikhlas lho
pak.
DARMA : Kalau begitu, saya hanya bisa ………. Mengucapkan terima kasih atas
ul
PARTO : Bukan apa – apa, Pak. Sekarang juga selesai. (KEPADA YANG LAIN)
Anak – anak, sudah waktu pulang. (MEREKA BERJALAN KE ARAH
Ba
a
DARMA : Waktu itu saya menganggur beberapa bulan. Pada suatu hari saya
ar
membaca iklan di Koran, bahwa ada lowongan kerja sebagai Pengurus
nt
Kuburan. Saya pikir pekerjaan ini cocok bagi saya. Lalu saya pergi ke
Kedutaan Besar Belanda. Mula – mula mereka tidak mau menerima saya.
sa
PARTO : Kenapa, Pak ?
DARMA : Mereka heran, mengapa saya melamar.
Nu
PARTO : Mengapa mereka heran ?
DARMA : Karena sebelumnya saya bekerja di suatu bank yang cukup besar dan
ul
kemudian di suatu perusahaan swasta yang cukup besar. Mereka
meragukan itikad saya.
nd
saya yang juga kawan – kawan lama saya karena kami sama – sama
bergerilya di zaman Perang Kemerdekaan.
k
PARTO : Syukurlah.
DARMA : Lha, kenapa Mas Parto bersyukur ?
PARTO : Kedatangan Bapak ternyata merupakan keberuntungan bagi kami semua
Ke
a
PARTO : Bukan semak, Pak, hutan ! kami pernah tidak membersihkannya selama
ar
hampir sepuluh bulan. Akibatnya pekuburan ini begitu lebatnya ditumbuhi
nt
semak hingga jadi sarang ular. Orang – orang kampung sekitar mulai
mengomel, takhyul – takhyul mulai muncul. Pada suatu hari, seorang turis
sa
‘nyelonong datang ke sini dan tidak menemukan kuburan leluhurnya
melainkan suatu hutan lebat tempat ular. Dia marah kepada kedutaan dan
Nu
akibatnya pengurus lama itu dipecat ! Kena batunya dia. Setelah dia
dipecat baru kami tahu berapa banyak uang kami yang dia curi, Pak. Ada
ul
yang usul supaya kami membayanya ke pengadilan. Repot, Pak. Biar saja,
semoga rezeki kami yang dimakannya jadi penyakit !
nd
DARMA : Apakah uang Mas Parto dan kawan – kawan yang dicuri mendapat
penggantian dari kedutaan ?
Ba
DARMA : (GELI) Sedikitnya saya tidak akan menyuruh Mas Parto dan kawan –
kawan bekerja jam satu malam.
lom
PARTO : Kalaupun Bapak akan menyuruh kami bekerja jam satu malam, kami rela
kok Pak. (MEREKA TERTAWA).
DARMA : Dan kedutaan akan memecat saya, bukan ? (MEREKA TERTAWA).
Ke
PARTO : sekarang daerah pekuburan ini mungkin yang paling bersih dan rapi di
kampung ini, Pak. Bapak lihat, makin lama makin banyak anak – anak
yang bermain – main di sini. Saya katakan pada mereka agar mereka tidak
mengotori atau merusak. Lebih dari itu, Pak. Pernah saya memergoki
muda – mudi yang pacaran di sini. Bayangkan, kuburan macam apa yang
digunakan pacaran ? (MEREKA TERTAWA). Baiklah, Pak, saya harus
permisi.
DARMA : Silakan.
a
PADA NISAN). Hougronye……Tack………van der Plaas……..van
ar
Mook……..van Rees. Banyak nama – nama terkenal……..mungkin ada
nt
hubungan darah dengan orang – orang terkenal itu.
sa
Adegan 2 Nu
Muncul Suwaya dan Taudin. Mereka nampak makmur.
DARMA : (GEMBIRA) Suwaya ! Taudin ! Setan apa yang mengirimkan kalian ke
ul
sini?(MEREKA BERPELUKAN DAN SALING MENEPUK
PUNGGUNG MASING – MASING).
nd
DARMA : (TERTEGUN) Masalahnya sangat bersifat pribadi, Din. Sukar bagi saya
po
untuk menerangkannya.
SUWAYA : Din, memang kita tidak datang ke sini untuk memasalahkan sebab-sebab
lom
a
Juarsa dan Si Suryana memberi tahu bahwa kamu bekerja untuk Kedutaan
ar
Belanda.
nt
SUWAYA : Banyak diantara kawan-kawan kita yang terkejut setengah mati
mendengar berita itu, Dar.
sa
TAUDIN : Dan itu dapat dimengerti. Bayangkan, orang yang paling ditakuti dan
dicari-cari Belanda di zaman Perang Kemerdekaan malah sekarang
Nu
bekerja untuk mereka sebagai penunggu kuburan pula !
DARMA : Tak ada yang salah dengan semua itu. Sekarang zamannya sudah lain.
ul
SUWAYA : Justru di situ letak masalahnya, Dar.
TAUDIN : Saya sudah menduga kamu akan berkata begitu. Saya tahu, bagi kamu
nd
secara pribadi mungkin ini tidak menjadi masalah. Akan tetapi bagi
keluarga besar ex Batalyon Tutul, ini adalah masalah, Dar, masalah besar.
Ba
DARMA : Maksudmu ?
TAUDIN : Dar, kamu tahu, bahwa salah satu tujuan dari organisasi kita adalah
k
seperti kamu, akan tetapi ini ada hubungannya dengan kebanggaan kita
sebagai bangsa. Apa yang akan dikatakan bangsa lain kalau seorang
diantara para pahlawan bangsa kita bekerja sebagai penunggu kuburan
Ke
a
sejahtera. Sedikitnya menurut ukuran saya.
ar
TAUDIN : Kamu baru melihat persoalan ini dari sudut pandang kamu dan sudut
nt
pandang kepentinganmu sendiri, Dar.
DARMA : Maksudmu ?
sa
TAUDIN : Sebagai seorang tokoh, ya, seorang di antara pahlawan-pahlawan perang
kemerdekaan, kamu tidak dapat hanya memikirkan kepentingan diramu
Nu
saja. Dar. Tindakanmu menyangkut juga kepentingan orang lain, ya,
menyangkut kepentingan bangsa.
ul
DARMA : Saya tidak mengerti, Din.
TAUDIN : Dar, bayangkan, apa yang akan dikatakan bangsa-bangsa lain, kalau
nd
TAUDIN : Ini soal kebanggaan nasional, Dar. Keputusan akan tindakanmu kami
anggap tidak menunjang usaha kita menegakkan kebanggaan nasional.
lom
a
Belanda, Jepang, sama saja dengan bangsa-bangsa lain. Tak ada halangan
ar
bagi kita untuk bekerjasama dengan mereka. Justru kerjasama benar-
nt
benar diperlukan. Tentu saja harus tanpa unsur penindasan yang
merugikan salah satu pihak.
sa
SUWAJA : (TERTAWA PAHIT) tapi mengadakan joint-venture tidak sama dengan
menjadi penunggu kuburan, Dar. Itu jelas sekali :
Nu
DARMA : Hakikatnya sama saja, hanya gejalanya yang berbeda, Ya.
ul
TAUDIN : Juarsa dan Suryana benar ketika mereka mengatakan bahwa kami tidak
akan mudah meyakinkan kamu, Dar. Walaupun begitu saya tetap yakin
nd
Juarsa dan Suryana, Din. Tapi baiklah, sebaiknya saya katakan padamu,
bahwa hati nurani saya tidak mengizinkan saya kembali ke Jakarta.
k
TAUDIN : Kami ingin tahu alasannya, Dar. Kalau kami tahu alasannya barangkali
po
a
kandungmu? Saya tidak akan bicara tentang nasib kawan-kawan kita,
ar
anak buahmu. Saya hanya bicara tentang ayah dan kakakmu yang
nt
menjadi korban keganasan orang-orang yang sekarang kuburannya kamu
urus dan kamu pelihara.
sa
DARMA : Kalau ayah dan kakak saya masih hidup, mereka tidak akan berkeberatan
saya bekerja disini.
Nu
SUWAJA : Kamu terlalu yakin, Dar.
DARMA : Kamu lupa saya puluhan tahun hidup dengan mereka dan saya mengenal
ul
mereka dengan baik.
SUWAJA : Baiklah, Dar. Tapi sadarlah, bahwa kamu membuat persoalan bagi kami,
nd
terhadap kawan-kawan.
SUWAJA : Tapi kamu tidak bisa cuci-tangan begitu saja, Dar.
k
baik.
DARMA : Saya tahu, saya tahu. Tapi sayapun tidak mau menyusahkan kalian.
Tawaran saya benar-benar tulus, Din, Ya. Jangan mengira saya
Ke
a
berharap, kamu mempertimbangkan. kan usul kami.
ar
DARMA : Saya akan mempertimbangkannya.
nt
SUWAYA : Baiklah.
TAUDIN : Baiklah, Dar. Kami masih ada urusan. Perjalanan kami kesini kami
sa
gabung dengan keperluan business. Sebaiknya kami meninggalkan kamu
dulu untuk berfikir. Kami segera menghubungimu lagi.
Nu
DARMA : Nanti dulu. Kalian menginap disini, bukan?
TAUDIN : Ya, baru besok kami pulang.
ul
DARMA : Di mana kalian menginap?
SUWAYA : Hotel Diana.
nd
DARMA : Bagus. Saya akan menghubungi kalian nanti malam. Soalnya, saya harus
menerima tamu di sini, sekarang juga. Jam ini. Itulah sebabnya saya tidak
Ba
Adegan 3
DUNIA ORANG-ORANG MATI (Saini K.M.) 38
Inventaris Naskah Kelompok Bandul Nusantara; 2009
http://bandulnusantara.blogspot.com/)
Terdengar bunyi dari arah lain. Darma berpaling dan mengawasi ke arah datangnya
bunyi. Maya muncul berpakaian mewah dan mengenakan perhiasan yang tampak pada
Babak I.
DARMA : Kenapa kamu datang ke sini? Kamu tahu saya tidak akan memberikan Si
Tito dengan alasan apapun.
MAYA : Nanti dulu, Pap. Jangan keburu nafsu.
DARMA : Jangan sebut Pap segala. Saya bukan suamimu lagi.
MAYA : Tapi kamu adalah Bapak anakku.
DARMA : Dia bukan anakmu. Hakmu sebagai Ibu telah kamu rusak sendiri.
a
MAYA : (TERTAWA) Saya melahirkannya dan tiada apapun dapat menghapus
ar
kenyataan bahwa Saya melahirkannya.
nt
DARMA : Manusia tidak sekedar melahirkan anaknya, akan tetapi mendidiknya.
Kamu tahu, kamu tidak berada dalam kedudukan yang baik untuk medidik
sa
Si Tito.
MAYA : Sudahlah. Saya datang ke sini tidak ada sangkut pautnya dengan anak kita
Nu
atau dengan kamu.
DARMA : Bukan anakmu !
ul
MAYA : Baiklah. Saya datang ke sini tidak ada sangkut pautnya dengan kalian.
DARMA : Kamu datang ke sini untuk mengahntui saya. kamu telah menghantui saya
nd
DARMA : Kamu sendiri tidak berhak datang ke sini. Kamu tidak berhak bertemu
dengan Si Tito. Sebagai ayahnya, saya harus melindungi dia dari kamu.
lom
a
MAYA : Saya datang ke sini mengantar majikan saya…( DENGAN TANDAS )
ar
mengantar suami kontrakan saya ( TERTAWA MENGEJEK )
nt
DARMA : Kuntilanak !
MAYA : Seharusnya penunggu kuburan bisa berkawan dengan kuntilanak.
sa
DARMA : Kamu sengaja mengajak suami……penyewa kamu itu datang ke sini
untuk merongrong saya.
Nu
MAYA : Buat apa saya merongrong kamu ?
DARMA : Untuk mengambil Si Tito.
ul
MAYA : Jangan khawatir.
DARMA : Mengapa kamu datang ke sini ?
nd
MAYA : Majikan saya, suami kontrakan saya, datang ke sini untuk menengok
kuburan leluhurnya. Dia sendiri warga negara Amerika akan tetapi ia
Ba
keturunan Belanda.
DARMA : Mengapa dia tidak datang kesini ?
k
MAYA : Saya bilang padanya lebih baik saya datang duluan agar penunggu
po
Adegan 4
Ke
Pada saat itu Van Rees, majikan Maya muncul membawa karangan bunga. Ia datang
tepat pada saat Darma mengutuk Maya. Tampak Van Rees mendengarnya.
VAN REES : What did he say ? Apa dia kata, ya ?
MAYA : Dia kata, saya, Maya, cantik. ( TERTAWA ).
DARMA : Kuntilanak !
VAN REES : Apa dia kata ?
MAYA : Dia kata saya baik, saya bagus sekali.
VAN REES : Good. Good. ( KEPADA DARMA ) Saya pengen kirim bunga, ya ?
a
VAN REES : ( SENANG ) Saya suka tuan kerja bagus buat saya. Terima kasih.
ar
DARMA : Kamu datang kesini merusak kehormatan wanita Indonesia. Bajingan,lu.
nt
VAN REES : Apa dia kata ?
MAYA : (KEPADA DARMA ) Kamu cemburu, ya ? Saya bukan istrimu lagi.
sa
Mengapa cemburu ?
DARMA : Kuntilanak lu ! Nu
VAN REES : Apa dia kata ?
MAYA : Dia kata istri Tuan sangat cantik. Your wife is very beautiful!
ul
(TERTAWA )
VAN REES : Saya pengen kata kedutaan tuan bagus. Saya puji tuan punya bagus sama
nd
MAYA : Dia kata Tuan sangat baik dan terima kasih. He said you are very nice and
he said thank you.
k
MAYA : ( MULAI MARAH ) Darma ! Kalau terus menerus saya jelaskan padanya
kata-kata kotormu itu.
VAN REES : Tuan sangat bagus. Sangat bagus. ( KEPADA MAYA ) Shall I give him
Ke
some money ?
MAYA : ( SENANG ) Give him some, Boss. Beri dia uang. Dia akan senang
sekali. He will be very happy. Ia telah puji Tuan terus tadi.
VAN REES : Tuan bagus. Ini uang. ( MENGAMBIL DOMPETNYA,
MENGELUARKAN UANG ) Ini saya kasih buat Tuan .
DARMA : ( MENOLAK ) No,no, no !
VAN REES : You speak English. Good, good ! ( MEMASUKKAN UANG KE SAKU
KEMEJA DARMA ).
a
DARMA : Perut kerbau bule besar, ya?
ar
MAYA : ( TERTAWA ) Terima kasih atas niat baik tuan. Thank you for your
nt
willingness to help him with the embassy.
VAN REES : You’re welcome, you’re welcome. Terima kasih kembali. ( KEPADA
sa
MAYA ) So, it’s time to go. Kita pulang sekarang, ya ?
MAYA : Yes, let’s go now. But let me thank him personally. Saya mau kata terima
Nu
kasih dulu padanya. ( KEPADA DARMA ) terima kasih atas kebaikan dan
segala keramah-tamahannya. Sekarang selamat berpisah. Pelihara Tito
ul
baik-baik. Katakana Ibunya datang, dan Ibunya tetap mencintainya.
DARMA : Jangan bicara tentang Tito. Kamu tidak ada hubungan lagi dengan dia.
nd
orang-orang mati, bebaskan dia dari pengaruhmu dan jangan seret dia ke
dunia orang-orang mati !
k
DARMA : Kuntilanak lu !
po
MAYA : ( KEPADA VAN REES ) Dia kata selamat jalan wanita cantik. He said
goodbye beautiful lady ! ( TERTAWA )
lom
Adegan 5
Darma memandang ke arah mereka untuk beberapa lama. Ia mengambil uang dari
sakunya dan memandangnya sejenak.
DARMA : ( KEPADA UANG ) Barangkali dunia akan lebih baik tanpa kamu ! Tapi
kamu tidak akan dapat menguasai saya. ( MENYOBEK UANG ITU )
Sepuluh dollar ! Bajingan ! ( MENYOBEK LAGI ) Bahkan seratus dollar,
seribu dollar, sejuta dollar akan tetap kusobek ! ( MENYOBEK SAMPAI
BLACKOUT
a
ar
nt
sa
Nu
ul
nd
Ba
k
po
lom
Ke