PENDAHULUAN
Craniectomi adalah salah satu tindakan bedah saraf yang mengangkat suatu
bagian tengkorak untuk memungkinkan otak yang membengkak mendapat ruang
untuk mengembang, sehingga terjadi pengurangan tekanan.craniectomi ini cocok
dilakukan pada korban cedera otak traumatik (Traumatic Brain Injuri). Cedera
kepala dapat timbul kesulitan dalam menggerakkan ekstrimitas, kehilangan rasa dan
bau, atau penglihatan blur dan ganda.
1
untuk meningkatkan derajat kesehatan secara optimal sangat berperan penting dalam
proses pemulihan post cedera kepala.
Dalam laporan ini pasien traumatic brain injury post operasi Craniectomi
mengalami Kelemahan Anggota Gerak Atas sisi kanan sehingga dibutuhkan
fisioterapis untuk memberikan penanganan dan pemulihan terhadap masalah yang
diderita pasien.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Kulit Kepala
Kulit kepala menutupi cranium dan meluas dari linea nuchalis superior pada
os occipitale sampai margo supraorbitalis ossis frontalis. Ke arah lateral
kulit kepala meluas lewat fascia temporalis ke arcus zygomaticus. Kulit
kepala terdiri dari lima lapis jaringan yang terdiri atas skin (kulit),
connective tissue (jaringan ikat), aponeurosis epicranialis (galea
aponeurotica), loose connective tissue (jaringan ikat spons) dan
pericranium. Lapisan tersebut biasa disebut dengan scalp (Moore & Agur,
2002).
b. Tulang Tengkorak
Fungsi utama tulang tengkorak adalah melindungi otak. otak adalah organ
yang lunak dan memiliki fungsi yangsangat penting.
3
Tengkorak membentuk rangka kepala dan muka, termasuk mandibula.
Kranium mempunyai dua bagian besar, yakni kalvaria (atap tengkorak) yang sering
disebut neurokranium dan selaput otak (Bajpai, 1991).
1. Tengkorak atau Kalvaria
Kalvaria terbentuk dari bagian-bagian superior os frontal, parietal dan
oksipital. Tulang-tulang kalvaria terdiri atas lempeng tulang kortika dan
diploe. Lempeng-lempeng tulang kortika memberi kekuatan pada
lengkung atap kranium, sementara diploe berperan untuk meringankan
berat kranium dan memberi tempat untuk memproduksi sumsum darah
(Basmajian & Slonecker, 1995).
2. Kranium
Kranium membungkus dan melindungi otak. Kranium terdiri dari os
frontal yang membentuk dahi, langit-langit rongga nasal dan langit-langit
rongga orbita; os parietal yang membentuk sisi dan langit-langit kranium;
os temporal yang membentuk dasar dan bagian sisi dari kranium; os
etmoid yang merupakan struktur penyangga penting dari rongga nasal dan
berperan dalam pembentukan orbita mata dan os sfenoid yang
membentuk dasar anterior kranium (Moore & Agur, 2002).
A. Aspek Anterior Pada aspek anterior tengkorak dapat dikenali os
frontale, os zygomaticum, orbita, nasal, maxilla dan mandibular
4
(Gambar 1) (Moore & Agur, 2002). Gambar 1.
Aspek anterior kranium (Moore & Agur, 2002).
B. Aspek Lateral Aspek lateral tengkorak terdiri dari os kranium dan os
wajah (Gambar 2). Os kranium tersebut adalah fossa temporalis, linea
temporalis superior, linea temporalis inferior os parietal, arcus
zygomaticus, titik pterion, processus mastoideus ossis temporalis,
meatus acusticus externus dan processus styloideus ossis temporalis.
Os wajah yakni mandibula terletak dua bagian: bagian horisontal,
yakni corpus mandibulae dan bagian vertikal, yakni ramus
mandibulae (Moore & Agur, 2002).
5
C. Aspek Posterior
Aspek posterior tengkorak (occiput) dibentuk oleh os occipitale, os
parietale dan os temporale. Protuberentia occipitalis externa adalah
benjolan yang mudah diraba di bidang median. Linea nuchalis
superior yang merupakan batas atas tengkuk, meluas ke lateral dari
protuberentia occipitalis externa tersebut; linea nuchalis inferior tidak
begitu jelas (Moore & Agur, 2002).
D. Aspek Superior
Aspek superior dibentuk oleh os frontale di sebelah anterior, kedua os
parietale dextra dan sinistra dan os occipitale di sebelah posterior.
Sutura coronalis memisahkan os frontale dari os parietale; sutura
sagitalis 11 memisahkan kedua tulang ubun-ubun satu dari yang lain;
dan sutura lamboidea memisahkan os parietale dan os temporale dari
os occipitale. Titik bregma adalah titik temu antara sutura sagitalis
dan sutura coronalis. Titik vertex merupakan titik teratas pada
tengkorak yang terletak pada sutura sagitalis di dekat titik tengahnya.
Titik lambda merujuk kepada titik temu antara sutura lamboidea dan
sutura
E. Aspek Inferior dan Aspek Dalam Dasar Tengkorak
Aspek inferior tengkorak setelah mandibula diangkat memperlihatkan
processus palatinus maxilla dan os palatinum, os sphenoidale, vomer,
os temporale dan os occipitale. Permukaan dalam dasar tengkorak
memperlihatkan tiga cekungan yakni fossa cranii anterior, fossa cranii
media dan fossa cranii posterior yang 12 membentuk dasar cavitas
cranii. Fossa cranii anterior dibentuk oleh os frontale di sebelah
anterior, os ethmoidale di tengah dan corpus ossis sphenoidalis serta
ala minor ossis sphneoidalis di sebelah posterior. Fossa cranii media
dibentuk oleh kedua ala major ossis sphneoidalis, squama temporalis
6
di sebelah lateral dan bagian-bagian pars petrosa kedua os temporale
di sebelah posterior. Fossa cranii posterior dibentuk oleh os occipitale,
os sphenoidale dan os temporale (Moore & Agur, 2002).
c. Meningen
Meninges adalah sistem membran yang melapisi sistem saraf pusat.
Selaput ini menutupi seluruh permukaan otak terdiri 3 lapisan :
1) Durameter
Merupakan selaput keras atas jaringan ikat fibrosa melekat dengan
tabula interna atau bagian dalam kranium namun tidak melekat pada selaput
arachnoid dibawahnya, sehingga terdapat ruangan potensial disebut ruang
subdural yang terletak antara durameter dan arachnoid. Pada cedera kepala
pembuluh vena yang berjalan pada permukaan otak menuju sinus sagitalis
superior digaris tengah disebut Bridging Veins, dapat mengalami robekan
serta menyebabkan perdarahan subdural.
Durameter membelah membentuk 2 sinus yang mengalirkan darah
vena ke otak, yaitu : sinus sagitalis superior mengalirkan darah vena ke sinus
transverses dan sinus sigmoideus. Perdarahan akibat sinus cedera 1/3
anterior diligasi aman, tetapi 2/3 posterior berbahaya karena dapat
menyebabkan infark vena dan kenaikan tekanan intracranial. Arteri-arteri
meningea terletak pada ruang epidural, dimana yang sering mengalami
cedera adalah arteri meningea media yang terletak pada fosa temporalis
dapat menimbulkan perdarahan epidural.
2) Arachnoid
Lapisan arachnoid terdiri atas fibrosit berbentuk pipih dan serabut
kolagen. Lapisan arachnoid mempunyai dua komponen, yaitu suatu lapisan
yang berhubungan dengan dura mater dan suatu sistem trabekula yang
menghubungkan lapisan tersebut dengan pia mater. Ruangan di antara
trabekula membentuk ruang subarachnoid yang berisi cairan serebrospinal dan
7
sama sekali dipisahkan dari ruang subdural. Pada beberapa daerah, arachnoid
melubangi dura mater, dengan membentuk penonjolan yang membentuk
trabekula di dalam sinus venous dura mater. Bagian ini dikenal dengan vilus
arachnoidalis yang berfungsi memindahkan cairan serebrospinal ke darah sinus
venous. Arachnoid merupakan selaput yang tipis dan transparan. Arachnoid
berbentuk seperti jaring laba-laba. Antara Arachnoid dan piameter terdapat
ruangan berisi cairan yang berfungsi untuk melindungi otak bila terjadi
benturan. Baik arachnoid dan piameter kadang-kadang disebut sebagai
leptomeninges.
3) Piameter
Piameter adalah membran yang sangat lembut dan tipis. Lapisan ini
melekat pada otak. Pia mater mengandung sedikit serabut kolagen dan
membungkus seluruh permukaan sistem saraf pusat dan vaskula besar yang
menembus otak.Lapisan ini melekat pada permukaan korteks serebri. Cairan
serebro spinal bersirkulasi diantara arachnoid dan piameter dalam ruang
subarahnoid. Perdarahan ditempat ini akibat pecahnya aneurysma intra cranial.
3. Anatomi Otak
Otak adalah organ vital yang terdiri dari 100-200 milyar sel aktif yang
saling berhubungan dan bertanggung jawab atas fungsi mental dan intelektual
kita. Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron (Leonard, 1998). Otak
merupakan organ yang sangat mudah beradaptasi meskipun neuron-neuron di
otak mati tidak mengalami regenerasi, kemampuan adaptif atau plastisitas pada
otak dalam situasi tertentu bagian-bagian otak dapat mengambil alih fungsi dari
bagian-bagian yang rusak. Otak sepertinya belajar kemampuan baru. Ini
merupakan mekanisme paling penting yang berperan dalam pemulihan stroke
(Feigin, 2006). Secara garis besar, sistem saraf dibagi menjadi 2, yaitu sistem
saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat (SSP) terbentuk oleh otak
8
dan medulla spinalis. Sistem saraf disisi luar SSP disebut sistem saraf tepi
(SST). Fungsi dari SST adalah menghantarkan informasi bolak balik antara SSP
dengan bagian tubuh lainnya (Noback dkk, 2005). Otak merupakan bagian
utama dari sistem saraf, dengan komponen bagiannya adalah:
1) Cerebrum
Cerebrum merupakan bagian otak yang terbesar yang terdiri dari
sepasang hemisfer kanan dan kiri dan tersusun dari korteks. Korteks
ditandai dengan sulkus (celah) dan girus (Ganong, 2003). Cerebrum
dibagi menjadi beberapa lobus, yaitu:
a) Lobus frontalis Lobus frontalis berperan sebagai pusat fungsi intelektual
yang lebih tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar, bicara
(area broca di hemisfer kiri), pusat penghidu, dan emosi. Bagian ini
mengandung pusat pengontrolan gerakan volunter di gyrus presentralis
(area motorik primer) dan terdapat area asosiasi motorik (area premotor).
Pada lobus ini terdapat daerah broca yang mengatur ekspresi bicara, lobus
ini juga mengatur gerakan sadar, perilaku sosial, berbicara, motivasi dan
inisiatif (Purves dkk, 2004).
b) Lobus temporalis Lobus temporalis temporalis mencakup bagian korteks
serebrum yang berjalan ke bawah dari fisura laterali dan sebelah posterior
dari fisura parieto-oksipitalis (White, 2008). Lobus ini berfungsi untuk
mengatur daya ingat verbal, visual, pendengaran dan berperan dlm
pembentukan dan perkembangan emosi.
c) Lobus parietalis Lobus Parietalis merupakan daerah pusat kesadaran
sensorik di gyrus postsentralis (area sensorik primer) untuk rasa raba dan
pendengaran (White, 2008).
d) Lobus oksipitalis Lobus oksipitalis berfungsi untuk pusat penglihatan
dan area asosiasi penglihatan: menginterpretasi dan memproses rangsang
penglihatan dari nervus optikus dan mengasosiasikan rangsang ini dengan
informasi saraf lain & memori (White, 2008).
9
e) Lobus Limbik Lobus limbik berfungsi untuk mengatur emosi manusia,
memori emosi dan bersama hipothalamus menimbulkan perubahan melalui
pengendalian atas susunan endokrin dan susunan otonom (White, 2008).
2) Cerebellum
Cerebellum adalah struktur kompleks yang mengandung lebih banyak
neuron dibandingkan otak secara keseluruhan. Memiliki peran
koordinasi yang penting dalam fungsi motorik yang didasarkan pada
informasi somatosensori yang diterima, inputnya 40 kali lebih banyak
dibandingkan output. Cerebellum terdiri dari tiga bagian fungsional yang
berbeda yang menerima dan menyampaikan informasi ke bagian lain
dari sistem saraf pusat. Cerebellum merupakan pusat koordinasi untuk
keseimbangan dan tonus otot. Mengendalikan kontraksi otot-otot
volunter secara optimal. Bagian-bagian dari cerebellum adalah lobus
anterior, lobus medialis dan lobus fluccolonodularis (Purves, 2004).
3) Brainstem
Brainstem adalah batang otak, berfungsi untuk mengatur seluruh proses
kehidupan yang mendasar. Berhubungan dengan diensefalon diatasnya
dan medulla spinalis dibawahnya. Strukturstruktur fungsional batang
otak yang penting adalah jaras asenden dan desenden traktus
longitudinalis antara medulla spinalis dan bagian-bagian otak, anyaman
10
sel saraf dan 12 pasang saraf cranial. Secara garis besar brainstem terdiri
dari tiga segmen, yaitu mesensefalon, pons dan medulla oblongata.
4) Sawar Darah Otak
Sawar darah-otak adalah struktur unik system vascular otak yang
mencegah lewatnya material dari darah ke cairan seebrospinal di
otak.Sawar darah-otak terbentuk dari sel endotel yang berikatan erat di
kapiler otak dan dari sel yang melapisi ventrikel yang membatasi difusi
dan filtrasi. Fungsi transport khusus mengatur cairan yang keluar dari
sirkulasi umum untuk membasahi sel otak..Banyak obat dan zat kimia
tidak dapat menembus sawar darah-otak.
11
yang signifikan. Fungsi otak sangat bergantung pada aliran darah,
sehingga mungkin untuk mengidentifikasi bagian otak mana yang
melakukan tugas apa dengan mengukur aliran darah otak selama aktivitas
otak yang spesifik.
Penelitian memperlihatkan bahwa ketika melakukan banyak kerja mental,
otak mula-mula memproduksi ATP melalui glikolisis anaerob, bukan
melalui fosforilasi oksidatif.Glikolisis anaerob bergantung pada glukosa,
tetapi tidak memerlukan oksigen.Otak tetap melakukan hal ini walaupun
tersedia oksigen. Akibatnya adalah pemakaian dan deplesi glukosa yang
cepat, disertai peningkatan kadar oksigen secara bersamaan. Dalam
waktu singkat, otak mulai melakukan fosforilasi oksidatif.
Tekanan Intrakranial
Tekanan di dalam cranium disebut tekanan intracranial (TIK).TIK ditentukan
oleh volume darah di otak, volume CSS, dan volume jaringan otak.Dalam keadaan
normal, TIK berkisar dari 5 sampai 15 mmHg.
B. Traumatic Barin Injury (TBI)
Definisi
Trauma Brain Injury atau cedera kepala merupakan trauma mekanik
terhadap kepala baik secara langsung ataupun tidak langsung yang
menyebabkan gangguan fungsi neurologis yaitu gangguan fisik, kognitif,
fungsi psikososial baik bersifat temporer maupun permanent (PERDOSI,2006).
Trauma Brain Injury adalah salah satu bentuk trauma yang dapat
mengubah kemampuan otak dalam menghasilkan keseimbangan fisik,
intelektual, emosional, gangguan traumatik yang dapat menimbulkan
perubahan-perubahan fungsi otak (Pedoman Penaggulangan Gawat Darurat
Ems 119 Jakarta, 2008).
12
Cedera kepala adalah adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk
atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan
(accelerasi - decelerasi) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh
perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan percepatan, serta
notasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat
perputaran pada tindakan pencegahan (Mufti, 2009).
Etiologi
Adapun etiologi dari cedera kepala menurut Suriadi & Yuliani (2001),
yaitu :
a. Kecelakaan kenderaan bermotor atau sepeda dan mobil.
b. Jatuh.
c. Kecelakaan saat olahraga.
d. Cedera akibat kekerasan.
13
Menurut Sjamsuhidajat, R & Jong, WD (2004), etiologi dari trauma
kepala terdiri dari :
a. Benda tajam.
b. Benda tumpul.
c. Peluru.
d. Kecelakaan lalu lintas
Sedangkan menurut Purwoko, S (2006), etiologi dari cedera kepala
yaitu:
a. Olah raga.
b. Jatuh.
c. Kecelakaan kenderaan bermotor.
14
Nyeri kepala dapat muncul segera/bertahap sering dengan peningkatan
tekanan intracranial.
Dapat timbul mual muntah akibat peningkatan tekanan intrakrnaial
(TIK).
Perubahan perilaku kognitif dan fisik pada berbicara dan gerakan
motorik dapat timbul segera atau secara lambat.
15
tindakan yang efektif untuk pasien, membantu mempengaruhi orang lain,
lingkungan fisik dan diri sendiri.
Ada tiga hal mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik
yaitu sebagai berikut: (Arwani, 2003 : 54).
a. Ikhlas (Genuiness)
Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien barus bisa
diterima dan pendekatan individu dengan verbal maupun non verbal akan
memberikan bantuan kepada pasien untuk mengkomunikasikan
kondisinya secara tepat.
b. Empati (Empathy)
Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi pasien.Obyektif
dalam memberikan penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak berlebihan.
c. Hangat (Warmth)
Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan pasien
dapat memberikan dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga
pasien bisa mengekspresikan perasaannya lebih mendalam.
16
d. Kemampuan untuk menjadi contoh terhadap pasien
e. Motivasi diri
f. Rasa tanggung jawab dan etik.
2. Positioning
17
chestnya dengan mendorong tangan fisioterapis, lalu perintahkan
expirasi yang dibantu oleh tangan fisioterapis dengan tekanan lembut.
b. Segmen Right Middle/Lingula Expansion
Teknik Pelaksanaan: Posisi pasien supine lying. Fisioterapis
menempatkan kedua tangannya di kiri dan kanan chest di bawah axilla.
Perintahkan pasien untuk melakukan expirasi dan fisioterapis memberi
tekanan lembut dengan telapak tangan. Kemudian perintahkan pasien
untuk mengembangkan chestnya dengan mendorong tangan
fisioterapis, lalu perintahkan expirasi yang dibantu oleh tangan
fisioterapis dengan tekanan lembut.
c. Segmen Lateral Lower Costa Expansion
Teknik Pelaksanaan: Posisi pasien supine lying. Fisioterapis
menempatkan tangan di lateral lower costa. Perintahkan pasien untuk
melakukan expirasi dan fisioterapis memberi tekanan lembut dengan
telapak tangan. Kemudian perintahkan pasien untuk mengembangkan
chestnya dengan mendorong tangan fisioterapis, lalu perintahkan
expirasi yang dibantu oleh tangan fisioterapis dengan tekanan lembut.
18
e. Meningkatkan gerakan sinovial untuk nutrisi cartilago dan difusi material-
material sendi.
f. Menurunkan nyeri.
g. Membantu healing proses setelah injuri atau pembedahan
h. Membantu mempertahankan gerakan pasien.
Teknik: Posisi tidur terlentang, kemudian fisioterapis memberikan gerakan pasif
pada ekstremitas.
5. Stretching
Streching adalahaktivitas meregangkan otot untuk meningkatkan
fleksibilitas (kelenturan) otot, meningkakan jangkauan gerakan persendian,
mencegah kontrakur dan membantu merileksasikan otot.
19
BAB III
PROSES FISIOTERAPI
2. Data-data Medis
1) Diagnosa medis : Open Fraktur Depressed at Frontal
2) No Rekam Medik : 843393
3) Ruang : HCU Bed 12
3. Anamnesis Umum :
Nama : Tuan N
Usia : 15 Tahun
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Wajo
Agama : Islam
4. Anamnesis Khusus
Keluhan Utama : Nyeri pada kepala akibat kecelakaan lalu
lintas 10 hari yang lalu.
GCS : 15
20
(frontal) dan di rawat di RS LA TEMMALA
selama 2 hari dan dirujuk ke RS WAHIDIN
untuk medapatkan perawatan yang lebih
lengkap. Akibat kecelakaan ters/ebut pasien di
operasi Craniotomy di bagian kepala depan.
Setelah operasi pasien merasakan nyeri dan
pusing pada kepala dan terjadi kelemahan pada
daerah tangan kanan
5. Pemeriksaan Fisik
- Vital Sign
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Denyut Nadi : 98x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,6oC
- Inspeksi
a. Statis :
Pasien bed res dan terpasang infus
Pasien merasa gelisah
Kepala pasien masih terbalut perban
b. Dinamis :
Nyeri saat menggerakan tangan
Pasien belum bisa mengerakan tangan kanannya
Pasien belum dapat baring ke duduk secara mandiri
- Palpasi
Suhu daerah tangan hangat
Terjadi spasme pada otot Fleksor dan Bicep brahii
21
Tingkat Kesadaran (Skala GCS)
Eye (respon membuka mata) :
(4) : spontan
(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku
jari)
(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang
nyeri)
(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki
extensi saat diberi rangsang nyeri).
(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan
jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak
dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)
22
(2) : suara tanpa arti (mengerang)
Interpretasi hasil :
d. Composmentis : 15-14
e. Apatis : 13-12
f. Delirium : 11-10
g. Somnolen : 9-7
h. Stupor : 6-4
i. Coma : 3
Tes Refleks
KPR : pasien tidur terlentang, ketuk tendon patella dengan hammer.
Hasil : Normal
APR : pasien tidur terlentang, ketuk tendon achilles dengan hammer.
Hasil : Normal
Babinsky : pasien tidur terlentang, gores telapak kaki pasien dengan
menggunakan ujung hammer refleks.
Hasil : positif
Pemeriksaan Tonus Otot Menggunakan Skala Asworth
Nilai Keterangan
0 Tidak ada peningkatan tonus otot
1 Ada peningkatan sedikit tonus otot, ditandai dengan terasanya
tahanan minimal pada akhir ROM pada waktu sendi digerakkan
fleksi atau ekstensi
2 Ada peningkatan sedikit tonus otot, ditandai adanya
pemberhentian gerakan dan diikuti adanya tahanan minimal
sepanjang sisa ROM, tetapi secara umum sendi mudah digerakkan
3 Peningkatan tonus otot lebih nyata sepanjan sebagian besar ROM,
tapi sendi masih mudah digerakkan
4 Penigkatan tonus otot sangat nyata, gerakan pasif sulit dilakukan
5 endi atau ekstremitas kaku/rigid pada gerakan fleksi atau ekstensi
23
Sinistra Dextra
Extremitas Superior 0 0
Extremitas Inferior 0 0
Tes Sensoris
a. Tes rasa raba : gunakan ujung hammer refleks, gores pada anterior tibia
pasien
Hasil : positif
Tes Kognitif
Hasil : pasien dapat berkomunikasi dengan fisioterapis dan dapat menjawab
pertanyaan yang diberikan.
Nilai Keterangan
0 Tidak ada kontraksi otot yang terdeteksi, meski dengan
pemeriksaan palpasi
1 Adanya kontraksi tapi tidak ada gerakan
2 Full ROM namun tidak dapat melawan gravitasi
3 Full ROM dapat melawan gravitasi
4 Full ROM dapat melawan gravitasi dengan tahanan minimal
5 Full ROM dapat melawan gravitasi dengan tahanan maksimal
Hasil :
Sinistra Dextra
Extremitas Superior 3 5
24
Extremitas Inferior 5 5
Tes Koordinasi
i. Finger to nose : baik
ii. Finger to finger : baik
iii. Heel to knee to toe test : baik
Pemeriksaan ADL Menggunakan Index Barthel
25
10. Penggunaan Toilet 0 = tergantung bantuan 0
orang lain
1 = membutuhkan bantuan
tapi dapat melakukan
beberapa hal sendiri.
2 = mandiri
11. Transfer 0 = tidak mampu 1
1 = butuh bantuan untuk
bisa duduk (2 orang)
2 = bantuan kecil (1 orang)
3 = mandiri
12. Mobilitas 0 = immobile (tidak 0
mampu)
1 = menggunakan kursi
roda
2 = berjalan dengan
bantuan 1 orang
3 = mandiri
13. Naik/Turun tangga 0 = tidak mampu 1
1= membutuhkan bantuan
(alat bantu)
2 = mandiri
Keterangan :
20 : Mandiri
12 - 19 : Ketergantungan ringan
9 - 11 : Ketergantungan sedang
5-8 : Ketergantungan berat
0-4 : Ketergantungan total
Hasil : 8 (Ketergantungan Berat )
26
7. Pemeriksaan Penunjang
27
10. Soft tissue swelling regio frontal kanan disertai densitas undara bebas
didalamnya
Kesan :
b. Problematik Fisioterapi
4) Impairment (Body Structure and Function)
Nyeri
Kelemahan pada tangan kanan
Penurunan tonus otot pada tangan sisi kanan
Kesulitan menggerakkan tangan sisi kanan.
Keterbatasan ROM
5) Activity Limitation
Gangguan ADL.
Kesulitan menggerakan tangan ke atas
Kesulitan menggenggam
6) Partisipation Restriction
Tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari
28
v.Stretching
vi.AAROMEX
h. Positioning
Tujuan : Mencegah decubitus, tirah baring dan static pneumonia
Teknik : Fisioterapis mengajarkan dan memposisikan pasien melakukan
perubahan posisi (terlentang,miring kiri dan kanan).
Dosis : Setiap 2 jam
i. Breathing exercise
Tujuan :Meningkatkan ventilasi paru, meningkatkan kekuatan dan daya tahan
serta koordinasi otot otot respirasi dan mempertahankan mobilitas
chest
Teknik : Fisioterapi meletakkan kedua tangannya pada bagian perut pasien.
Perintahkan pasien untuk inspirasi sambil mengembungkan perutnya
dan ketika ekspirasi, pasien kempiskan perut lalu fisioterapis
mendorong dengan tangan secara pelan kearah dalam mengikuti pola
pernafasan pasien.
Dosis : setiap hari (3 x sehari)
j. Passive exercise
Tujuan : Mempertahankan dan meningkatkan mobilitas sendi
Teknik :Posisi tidur terlentang, kemudian fisioterapis memberikan gerakan
pasif pada ekstremitas.
Dosis :Setiap hari (15 sampai 30 kali repetisi).
k. Stretching
Tujuan : Mencegah kontraktur otot
29
Teknik :
a. Gerakkan sendi secara perlahan sampai pada batas
keterbatasan.
b. Pegang pada bagian proksimal dan distal sendi ketika ada
gerakan.
c. Stabilisasi pada bagian proksimal dan gerakkan pada bagian
distal sendi.
d. Untuk mencegah kompresi sendi selama stretching gunakan
traksi derajat I untuk menggerakkan sendi.
e. Terapkan stretch secara perlahan dan general pada sendi yang
bersangkutan.
f. Lakukan sekitar 15-30 detik atau lebih.
g. Lakukan force sesuai dengan toleransi pasien.
Dosis : Setiap hari (6x repetisi)
l. AAROMEX
Tujuan :
a. Mengembangkan koordinasi dan keterampilan motorik untuk aktivitas
fungsional,
b. Mempertahankan elastisitas fisiologis dan kontraktilitas otot yang terlibat,
c. Memberikan stimulus untuk integritas tulang dan jaringan sendi.
Teknik : Posisi pasien tidur terlentang, kemudian fisioterapis
memerintahkan pasien untuk menggerakkan ekstremitas dengan bantuan
sedikit dari fisioterapis pada awal atau akhir gerakan jika ada kelemahan.
Dosis : Setiap hari (15-30 detik)
K. Evaluasi
30
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Trauma Brain Injury adalah salah satu bentuk trauma yang dapat
mengubah kemampuan otak dalam menghasilkan keseimbangan fisik,
intelektual, emosional, gangguan traumatik yang dapat menimbulkan
perubahan-perubahan fungsi otak (Pedoman Penaggulangan Gawat Darurat
Ems 119 Jakarta, 2008).
B. SARAN
Setelah pembuatan laporan kasus ini, diharapkan agar mahasiswa giat
membaca laporan ini, dan mencari ilmu yang lebih banyak diluar dari laporan
ini terkait tentang meteri dalam pembahasan, dan tidak hanya berpatokan
31
dengan satu sumber ilmu (materi terkait), agar dapat mengetahui lebih dalam
kasus traumatic brain injury dan bagaimana penatalaksanaan fisioterapi yang
efektif yang dapat diberikan pada pasien TBI. Dan untuk kedepannya
penanganan fisioterapi dapat memberikan perubahan yang signifikan terhadap
pasien sehingga pasien dapat pulih dan beraktivitas dengan baik.
32
DAFTAR PUSTAKA
http://chriztpr.blogspot.co.id/2013/02/terapi-latihan.html
file:///C:/Users/Intel%20Asus/Downloads/S2-2015-310688-chapter1%20(1).pdf
http://digilib.unila.ac.id/19852/16/BAB%20II.pdf
http://irawanphysio.blogspot.co.id/2012/03/penanganan-fisioterapi-pada-kontraktur.html
https://sasana.physio/news-information/83-fisioterapi-dan-breathing-exercises
https://www.scribd.com/doc/92951379/TRAUMA-BRAIN-INJURY-2-docx
https://www.scribd.com/document/375532050/Lapsus-Tbi-Lembar-Intervensi-Fisioterapi
33