Anda di halaman 1dari 3

Ku buka mataku dengan rasa ragu. Ku lihat kea rah jam dinding yang menunjukkan jam 7 pagi.

Aku segara beranjak dari tempat tidur ku dengan rasa malas yang teramat sangat. Wajar, hari ini hari
minggu. Hari dimana aku harus beristirahat dari semua beban harian yang menggerogoti pikiran ku. Tapi
pekerjaan rumah memaksa ku untuk bangun dan harus menyelesaikan semuanya dengan sesegera
mungkin. Seperti biasa, hal pertama yang kali yang ku lakukan adalah merapikan rumah sampai
semuanya betul-betul kelihatan rapi.
Ku jangkau telfon genggam ku yang masih berada di tempat tidur ku. Ku buka semua pesan yang
masuk, ku lihat satu persatu, tak ada satu pun pesan yang berasal darinya. Sebut saja namanya Tyo. Dia
kekasih ku sejak kami duduk di kelas 1 SMA. Ya, kelas 1 SMA. Sejak masuk kuliah tiga bulan yang lalu,
komunikasi kami mulai renggang. Sebagai kekasih yang pengertian (cek ileee), aku mencoba untuk
memaklumi kesibukan yang terus mengejarnya.

Tepat hari ulang tahunnya yang ke_20. Aku mempersiapkan sebuah kejutan untuknya (wajar,
kekasih yang baik), kejutan yang telah ku persiapkan dari jauh hari. Sebelumnya aku telah membuat janji
dengannya, tepatnya pukul 8 malam. Dia seperti acuh dan tidak merasa penasaran dengan ajakan ku itu.
Ahh, itu hanya pikiran nagatifku saja. Segera pikiran itu saya buang jauh-jauh. Semua kejutan hampir
terlaksana. Sekarang tinggal menunggu waktu menunjukkan pukul 8:30, dalam hati ku berkata, “ya,
sebentar lagi dia akana datang”. Tiga puluh menit kemudian, Tyo belum datang juga. Aku mencoba
menghubunginya. Tapi nomornya tak aktif. “Dia pasti datang menemui ku, aku yakin!”, seru ku dalam
hati. Jam terus berputar, sekarang jam menunjukkan jam 10 malam. Cukup waktu yang lama untuk
menunggu, aku pulang dengan rasa yang entah apa namanya (ada kesal, marah, kecewa, sedih, campur
jadi satu). Ku ikuti langkah kaki ku ditengah derasnya hujan. Ku lampiaskan semua rasa kesal ku dengan
menangis, menangis, dan menangis.

Aku tersadar dari tidur ku, kalimat yang pertama kali terucap dari bibirku hanyalah,”dimana
aku?”. Aku melihat reno, sahabat terbaik dalam hidupku. Sembari tersenyum dia berkat,”kau di
rumahku. Semalam kau ku temukan pingsan di taman”. Pingsan? Seumur hidupku, baru inilah aku
pingsan. ‘semalam demam mu sangat tinggi, makanya aku dan mama memutuskan untuk merawat mu
disini. Tenang, aku sudah member tahu orang rumah mu bahwa kau disini. Mereka takkan cemas”,
lanjutnya. Mamanya reno memperlakukan ku sudah seperti anaknya sendiri. Wajar, Reno tidak memiliki
saudara perempuan, yang ada juga abangnya yang kuliah diluar negeri. Siang itu juga aku diantarkan
pulang oleh Reno. Saat sampai di rumah dia langsung bergegas pergi karena ada mata kuliah hari ini. Dia
mengacak-ngacak rambut ku dan berkata,”cepat sembuh yah kabel (Karin bawel)”. Aku tersenyum,”iya
retumel (Reno tukang ngomel), titi dj juga. Oiya, makasih yah buat semuanya”. Dia pergi dan berpamitan
dengan papa mama. Ku dengar telpon genggam ku berbunyi. Tyo? Dia menghubungi ku. Aku ragu
mengangkatnya, dari satu sisi aku merindukannya, di sisi lain jujur aku masih kesal dengan kejadian
malam itu. Ku angkat telfon,
”halo?”, dia mulai berkat,”Karin, kamu sudah sembuh? Aku dengar dari Reno kamu saki.”
“ya, aku sudah membaik”, jawab ku datar.
“syukurlah.. oiya aku mau minta maaf soal semalam. Aku ketiduran sampai ke rumah. Udah dulu ya, ada
tugas kuliah yang harus aku kerjakan, nanti aku hubungi lagi”. Belum sempat aku berkata satu kata saja,
telfon itu sudah terputus. Hanya itu? Hanya itu yang dikatakannya?-_-
Keadaan ku pulih. Aku memulai hari-hari ku seperti biasanya. Hari pertama ku kuliah, aku
disambut baik oleh tema-teman kuliah ku, termasuk Reno sahabat ku. Reno mengajakku bolos kuliah.
Tak perlu berpikir panjang, langsung aku terima ajakannya. Sewaktu aku berjalan ke kantin, tak sengaja
aku mendengar seorang perempuan dan temannya sedang menyebut nama Tyo. Ya, kekasihku (agak-
agak ditegaskan). Aku penasaran, aku mencoba mempertajam pendengaran ku. Seketika jantungku
berdegub kencang mendengar pembicraan 2 perempuan tersebut. Tak sabar aku mendengarkan
seseorang membicarakan Tyo. Aku segera menghubunginya dan memintanya untuk berbicara empat
mata. Aku menceritakan semua hal yang ku dengar kepadanya. Dan kalian tau dia berkata apa? Dia
memarahi ku, dia membentakku. “kau terlalu mudah terpengaruh omongan orang. Wajar aku dan Rena
dekat, kami satu fakultas. Jangan terlalu berpikiran negative tentang ku. Aku tak mau dengar ini itu lagi
dari kamu yang menuduhku macem-macem”, lalu ia pergi meninggalkan ku. Bukan Tyo yang ku kenal
dulu. Tyo tak pernah membentakku, tak pernah marah, berbicara kepada ku dengan nada lantang. Dia
bukan Tyo, aku tak mengenalnya lagi.

Seperti biasa, kebiasaan ku di sabtu sore adalah bermain basket di lapangan belakang rumah.
Setelah kira-kira setengah jam aku bermain basket, kepala ku pusing dan ku rasakan darah yang keluar
dari hidung ku. Aku segera menghapusnya. Ini sudah kesekian kalinya. Aku pulang dengan penuh
kebingungan. Ada apa sebenarnya dengan diriku ini? Aku memberanikan diri untuk periksa ke dokter.
Dokter menanyakan kedua orang tua ku, dia bilang mereka harus mengetahui keadaan ku saat ini.
“orang tua saya di rumah dok,saya pasti akan memberitahunya seusai pulang k rumah nantinya”, jawab
ku tenang. “kamu terkena kanker darah stadium akhir,umur hanya tinggal beberapa bulan lagi.
Kemungkinan kamu sembuh sangatlah kecil”. Demikian tutur dokter terhadap penyakitku. Aku pulang,
tak tahu harus bercerita dengan siapa. Jika aku beritahu kedua orang tua ku , aku tidak akan sanggup
melihat air mata yang akan keluar dari mata indah mereka . Reno, aku tak mungkin memberitahunya
aku sudah banyak membebaninya. Tyo ? ya tyo! Dialah Satu-satunya orang yang harus mengetahui
keadaan ku saat ini. Ku raih televon genggam ku , ku cari nama tyo dikontak ku,ku tekan tambah
panggil,nada sambung mulai berbunyi .”hallo?” ujarnya datar.
“hallo tyo,kau sedang sibuk ?
“tidak, kenapa ?
“aku ingin mengajak mu bertemu besok siang ditaman,apa kau bisa?”
“maaf, aku tak bias. Besok aku dan Rena mengerjakan tugas kuliah bersama. Kita bisa bertemu dilain
waktu . Udah dulu yah aku mau kekampus dulu, ada kuliah .”(menutup telepon).
Akhirnya ku putus kan untuk tidak bercerita soal penyakitku kepada siapa pun. Biarlah rasa sakit ini ku
pendam sendiri , biarlah hanya aku yang mengetahuinya.

Hari-hari ku tanpa kehadiran tyo disamping ku , ku lewati dengan tenang . Tyo yang sekarang bukanlah
tyo yang dulu lagi dia telah banyak berubah. Dia tak pernah menganggap ku ada . setiap aku mencoba
menghubunginya , hanya pertengkaran lah yang akan muncul dia sibuk dengan hal yang baru
ditemukannya .aku hanya bisa pasrah dengan keadaan dan menghitung hariku yang mungkin tinggal
beberapa hari lagi, atau mungkin tinggal hitungan jam . suara panggilan itu menghilangkan lamunan ku ,
ku cari asal suara itu berasal.ku lihat kearah kiri ku. Ada Rena yang berjalan kearah ku. “ bisa aku bicara
sebentar dengan mu ?
“,ujarnya lantang
“ bicara apa ? “
“Aku suka Tyo, dan kau tahu kami dekatkan ?. jadi aku minta kau harus segera menjauhinya dan jangan
pernah kau hubungi Tyo lagi. Kau akan tahu akibatnya jika kau lantang mendekati Tyo lagi. Kau paham
?”
“ ya , aku paham “ ku langkahkan kaki ku menjauhi darinya. Tak ada hal yang bisa ku lakukan , toh waktu
ku pun tak lama lagi ku putuskan untuk ikhlas melepas Tyo. Membebaskannya memilih jalan hidup yang
baru tanpa kehadiran diriku disampingnya. Aku yakin dia pasti bahagia diluar sana,kehadiran ku hanya
akan jadi penghalang dirinya menuju kebahagiaan.

Rasa sakit itu memuncak … jujur aku tak tahan lagi. Aku sudah cukup lelah dengan sakit yang ku rasa.
Yang ku inginkan saat ini hanyalah berada disekeliling orang-orang yang ku sayang.terutama Tyo, orang
yang paling ku sayang.
Waktu itu tiba. Karin benar-benar tersiksa dengan sakitnya, semua bekumpul menjaganya, mengabulkan
semua permintaan yang terucap dari bibirnya,termasuk menghubungi Tyo untuk datang dan
melihatnya.karin mengucapkan satu pesan terhadap Tyo “ jangan pernah sia-sia orang yang
menyayangimu ,apalagi sampai membuatnya menunggu terlalu lama.yakinlah dia orang yang terbaik
untukmu ,berjanjilah padaku , kau tak akan pernah mengulangi setiap apapun yang kau lakukan padaku
selama ini kepada pendamping hidup nanti !!..

Karin menghembuskan nafas terakhirnya dengan tetes air mata yang mengalir. Kini Karin telah
beristirahat dengan tenang . wajahnya cantik, ada sedikit senyum yang terpancar dibibir manisnya ketika
iya tertidur.
Sementara Tyo , hanya bisa menangisi kepergian Karin. Ada penyesalan yang besar ketika dia membaca
setiap bait isi dari diary Karin. Dia hanya bisa berjanji pada dirinya dan Karin yang sudah berada
dinirwana sana. Tak akan pernah mengecewakan lagi orang yang menyayanginya.

The end_
Yang terharu silahkan tersenyum . 

Penulis

Ade Amita Rahayu

Anda mungkin juga menyukai