Anda di halaman 1dari 86

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM

TAHUN 2009 - 2029

BAB III
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH
KOTA MATARAM

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Mataram merupakan rencana yang
memuat ketentuan-ketentuan mengenai penetapan fungsi bagian wilayah kota yang pada
hakekatnya menjadi arahan lokasi berbagai kegiatan yang memiliki kesamaan fungsi maupun
lingkungan permukiman dengan karakteristik tertentu. Pada prinsipnya, RTRW Kota Mataram
juga merupakan rencana tiga dimensi yang mengandung pengertian upaya penetapan
intensitas penggunaan ruang untuk setiap bagian-bagian wilayah sesuai dengan fungsinya di
dalam struktur tata ruang kota secara keseluruhan.

Didalam Rencana Struktur ruang memuat materi mengenai rencana Sistem


Perkotaan, dan Rencana Jaringan Prasarana yang mana bertujuan untuk mengetahui
susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi
sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis dan memiliki
hubungan fungsional.

3.1 HIERARKI PUSAT PELAYANAN WILAYAH KOTA


Berdasarkan RTRW Nasional Kota Mataram ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional
(PKN), dimana berdasarkaan RTRWN Kota Mataram ditetapkan memiliki fungsi sebagai
berikut:
1. Sebagai Pusat Pemerintahan;
2. Pusat Distribusi dan Koleksi barang dan jasa;
3. Pusat Pengolahan hasil pertanian dan hasil laut;
4. Pusat pelayanan umum, pariwisata dan tarnsportasi;
5. Pintu gerbang masuknya barang dan orang ke Pulau Lombok.

Untuk menunjang fungsi Kota Mataram, dibutuhkan sutau perencanaan melaui


konsep struktur ruang wilayah kota adalah untuk menciptakan keseimbangan, kelestarian
dan mendayagunakan pengembangan kota, antara lain sebagai berikut :

III - 1
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

- Keseimbangan, dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan pada wilayah


perkotaan secara optimal dengan mewujudkan intensitas penggunaan lahan yang
sesuai dengan kondisi lingkungan, terutama fisik wilayah.
- Kelestarian, dimaksudkan untuk menciptakan wilayah perkotaan agar mampu
berkembang secara optimal dengan mewujudkan kegiatan di setiap lingkungan
sesuai dengan fungsinya, sehingga tidak menimbulkan kerusakan baik fisik
maupun non fisik.
- Daya guna dan hasil guna, dimaksudkan untuk menciptakan sistem pelayanan
yang optimal dengan mewujudkan adanya jenjang fungsi pelayanan pada wilayah
sesuai dengan skala pelayanan.

Sesuai dengan tujuan tersebut di atas, maka tercermin bahwa konsep struktur ruang
kota adalah kawasan yang mempunyai karakteristik tersendiri berdasarkan fungsi dan
pelayanan yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Mataram. Oleh karena
itu maksud penentuan wilayah pengembangan adalah dengan mendeliniasi setiap wilayah
dalam beberapa bagian yang mempunyai karakteristik sebagai suatu kesatuan fungsi.
Berdasarkan hal tersebut, maka Pusat Pelayanan Kota tersebut dapat dikatakan sebagai
berikut :
 Memandang suatu bagian wilayah perencanaan sebagai satu kesatuan sub-sistem
kehidupan yang mempunyai karakteristik yang spesifik dengan sarana dan prasarana
yang sesuai untuk mendukung dan melayaninya.
 Memandang satu bagian wilayah perencanaan sebagai satu kesatuan sub-sistem
kehidupan kawasan (zona) beserta segala keserasian dan keseimbangan secara
keseluruhan.
Pusat wilayah pelayanan adalah sarana pelayanan yang berfungsi untuk melayani
penduduk dalam satu wilayah/kawasan, sekaligus sebagai unsur pengikat dan pusat
orientasi penduduk permukiman yang ada dalam wilayah/kawasan tersebut. Konsep
dasar rencana menciptakan struktur pelayanan yang berjenjang mulai dari pusat kota
(Pusat Primer), sub pusat kota (Pusat Sekunder), Sub sub pusat kota (Pusat
Lingkungan). Sedangkan konsep bentuk kota adalah dengan memanfaatkan jalan
lingkar yang ada sebagai pembentuk kota, sehingga bentuk kota mendekati bentuk
pusat jamak yang berjenjang sehingga menjamin terdistribusinya kegiatan
pembangunan kota.

III - 2
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

Struktur tata ruang wilayah kota sebagai arahan dalam penentuan karakter ruang kota
tidak bisa dilepaskan dari perkembangan unsur-unsur penggunaan lahan pembentuknya.
Kebijakan struktur tata ruang Kota Mataram bertujuan untuk menciptakan sistem pelayanan
kegiatan secara berjenjang dan berhirarkis. Dengan demikian diharapkan dapat diperoleh
tingkat pelayanan dan interaksi kegiatan yang efektif dan efisien. Hirarki sistem pusat
pelayanan dengan menggunakan kajian terhadap ke-4 aspek perencanaan tersebut di atas,
dapat ditentukan sebagai berikut :
- Hirarki I meliputi 5 kecamatan, yaitu Kecamatan Ampenan (Kelurahan Ampenan
Tengah, Dayan Peken dan Kelurahan Taman Sari); Kecamatan Selaparang (Dasan
Agung Baru, Gomong, Monjok Timur, Punia, Dasan Agung); Kecamatan Mataram
(Mataram Barat dan Pejanggik); dan Kecamatan Cakranegara (Cakra timur,
Saptamarga, Cilinaya, Cakra Barat dan Abian Tubuh Baru) ; Kelurahan Sandubaya
(Bertais);
- Hirarki II, meliputi 6 Kecamatan (tersebar di bagian tengah kota);
- Hirarki III, tersebar di pinggiran Kota Mataram, sebagian besar merupakan wilayah
Kecamatan Sekarbela dan Kecamatan Sandubaya; lihat tabel 3.1.

Tabel 3.1
Hirarki dan fungsi kota – kota di Kota Mataram

Fungsi Tata Ruang


No Kelurahan Hirarki
A B C D E F G H
1 Mataram Barat I
2 Pejanggik I
3 Cakranegara Barat I
4 Sapta Marga I
5 Ampenan Tengah I
6 Cakranegara Timur I
7 Abian Tubuh Baru I
8 Dasan Agung Baru I
9 Dayan Peken I
10 Gomong I
11 Cilinaya I
12 Monjok Timur I
13 Bertais I
14 Taman Sari I
15 Punia I
16 Dasan Agung I
17 Mataram Timur I
18 Babakan II
19 Monjok Barat II
20 Bintaro II
21 Pagesangan Barat II
22 Kebon Sari II

III - 3
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

Fungsi Tata Ruang


No Kelurahan Hirarki
A B C D E F G H
23 Mayura II
24 Pagesangan Tengah II
25 Banjar II
26 Pagesangan Timur II
27 Ampenan Selatan II
28 Cakranegara Selatan Baru II
29 Pejarakan Karya II
30 Karang Pule II
31 Cakranegara Selatan II
32 Tanjung Karang Permai II
33 Cakra Utara II
34 Mandalika II
35 Sayang-sayang II
36 Rembiga II
37 Karang Baru II
38 Kekalik Jaya III
39 Tanjung Karang III
40 Monjok III
41 Karang Taliwang III
42 Dasan Cemen III
43 Pejeruk III
44 Pagutan III
45 Turida III
46 Pagutan Barat III
47 Ampenan Utara III
48 Selagalas III
49 Jempong Baru III
50 Pagutan Timur III
Sumber: Hasil Analisis, 2009
KKeterangan : A = Perumahan D = Koleksi dan Distribusi G = Pendidikan
Interregional
B = Pemerintahan E = Koleksi dan Distribusi H = Pariwisata/Industri
Prov/Kota/Kelurahan Intarregional
C = Perdagangan/ Jasa F = Koleksi dan Distribusi Lokal

Pusat Pelayanan Kota Mataram terdapat di Kecamatan Mataran dan Kecamatan


Cakranegara dengan kegaiatan perdagangan dan Kecamatan Mataram dengan
Kegiatan pemerintahan, sedangkan Sub Pusat Pelayanan Kota tersebar di tiap
kecamatan, diantaranya Kawasan Pasar Kebon Roek dan sekitarnya untuk Kecamatan
Ampenan), Kawasan Rembiga dan sekitarnya untuk Kecamatan Selaprang, Kawasan
Sayang-sayang dan sekitarnya untuk kecamatan Cakranegara, Kawasan Sweta dan
sekitarnya untuk Kecamatan Sandubaya, Kawasan pasar Pagutan dan sekitarnya
untuk Kecamatan Mataram dan Kawasan Lingkar Selatan untuk Kecamatan
Sekarbela. Untuk jelasnya lihat Peta 3.1 (Hirarki) dan gambar 3.1.

III - 4
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

III - 5
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

Gambar 3.1 Struktur Kota

Pusat
Lingkungan

Pusat
Lingkungan

Sub Pusat
Pelayanan 1 Pusat
Lingkungan
(Kec. Ampenan
dan Sekarbela)

Pusat
Pemerintahan Pusat
(Pejanggik – Lingkungan
Mataram Barat)

Pusat
Lingkungan
Sub Pusat
Kota Pelayanan 2
Mataram (Kec. Mataram
dan Selaparang)

Pusat
Pusat Lingkungan
Perdagangan dan
Jasa (Sayang-
sayang – Bertais)
Pusat
Lingkungan

Sub Pusat
Pelayanan 3
(Kec.
Sandubaya dan
Cakranegara)
Pusat
Lingkungan

Pusat
Lingkungan

III - 6
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

a. Pusat Pelayanan Kota


Berdasarkan kajian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu pada Tabel 2.2, maka dapat
ditentukan 3 simpul besar kutub – kutub pertumbuhan, yaitu Kecamatan Ampenan;
Kecamatan Mataram; serta Kecamatan Cakranegara. Keadaan ini ditunjang dengan
distribusi wilayah potensial yang terdiri dari 3 (tiga) pusat kegiatan, diantaranya di bagian
Barat (Dayan Peken dan Ampenan Tengah), wilayah bagian Tengah (Mataram Barat dan
Pejanggik) serta wilayah dibagian Timur (Cakranegara Barat dan Bertais).

1. Dayan peken dan Ampenan Selatan ;


merupakan salah satu pusat pertumbuhan dibagian barat Kota Mataran dengan
kegiatan perdagangan dan jasa, ditandai dengan adanya pasar Kebon Roek. Selain itu
pula terdapat kawasan Kota Lama (Ampenan Tengah) dengan kegiatan perdagangan
dan jasa serta ex. Pelabuhan yang merupakan wilayah potensial dengan kegiatan
wisata alam dan budaya.
2. Mataram Barat dan Pejanggik ;
Merupakan pusat pertumbuhan Kota Mataram dengan kegiatan Pusat pemerintahan
dan pendidikan, dimana ditandai dengan adanya Kantor Gubernur Provinsi NTB,
Kantor Walikota Mataram serta Perguruan Tinggi Negeri (Universitas Mataram).
3. Cakra Barat dan Bertais;
Merupakan Pusat pertumbuhan Kota Mataram dengan kegiatan perdagangan dan
jasa, Pergudangan dan industri dengan pelayanan skala regional. Selain itu kegiatan
yang mendukung sebagai salah satu pusat pertumbuhan kota adalah adanya terminal
Mandalika (Terminal Tipe A).
Berdasarkan kajian terhadap kutub-kutub pertumbuhan diatas, maka untuk
membentuk struktur ruang Kota Mataram yang harmonis antara pusat pelayanan kota
dengan sub pusat pelayanan kota, maka rencana Pusat Pelayanan Kota diarahkan
pada:
1. Kawasan Pejanggik-Mataram Barat dengan pelayanan dalam bidang sosial-
administrasi pemerintahan,;
2. Kawasan Cakranegara dengan pelayanan dalam bidang Perdagangan dan Jasa.

b. Sub Pusat Pelayanan Kota


Kegiatan Sub Pusat Pelayanan dikembangkan pada pusat pertumbuhan di tiap kecamatan
sebagai pendukung dari kegiatan pusat pelayanan kota, diantaranya di Kecamatan
Mataram direncanakan pada Kawasan Pagutan, Kecamatan Sekarbela direncanakan pada
kawasan Lingkar Selatan, Kecamatan Ampenan pada Kawasan Dayan Peken dan
III - 7
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

Ampenan Tengah (Pasar Kebon Roek dan Kota Lama), Kecamatan Selaparang pada
Kawasan Rembiga, Kecamatan Cakranegara pada Kawasan Sayang-sayang serta
Kecamatan Sandubaya (Bertais-Mandalika).

c. Pelayanan Lingkungan
Pelayanan lingkungan dimaksudkan sebagai pendukung dari Sub Pusat Pelayanan Kota
dalam pemenuhan kebutuhan baik dibidang sosial maupun ekonomi. Rencana Pusat-pusat
pelayanan lingkungan tersebar dibeberapa wilayah kelurahan kota mataram.Secara lebih
jelas Rencana Struktur Tata Ruang wilayah Kota Mataram dan Peta Struktur Pelayanan
Kota dapat dilihat dalam Peta 3.2. dan Peta 3.3.

3.2 RENCANA JARINGAN PRASARANA


3.2.1 Sistem Jaringan Transportasi

Permasalahan transportasi timbul karena keterkaitan yang tinggi antara Kota Mataram dengan
wilayah sekitarnya maupun antar kelurahan dalam Kota Mataram sehingga menimbulkan
bangkitan pergerakan orang dan barang yang cukup besar, namun tidak diimbangi dengan
kapasitas jalan yang memadai sehingga akan menimbulkan salah satunya adalah kemacetan lalu
lintas.
Tujuan pengembangan sistem transportasi di Kota Mataram adalah diantaranya:
1. Menciptakan aksesibilitas dan mobilitas yang sesuai untuk pertumbuhan aktifitas;
2. Meningkatkan kemudahan pergerakan antar lokasi;
3. Menyediakan kegiatan transportasi yang murah, aman, nyaman dan cepat dengan
menata sistem transportasi angkutan umum;
4. Meningkatkan fungsi sarana transportasi yang ada dengan memperbaiki dan
melengkapi prasarana dan sarana pendukungnya;
5. Menyusun pengelolaan sistem pergerakan lalu lintas di Kota Mataram dengan
mengintegrasikan tiap elemen transportasi.
Secara konsepsional, pengembangan sistem transportasi secara makro harus memperhatikan tiga
elemen, yaitu:
1. Sistem kegiatan, merupakan demand/permintaan akan kebutuhan pelayanan jasa
transportasi, biasanya dicirikan dengan karakteristik fungsi kegiatan (dapat dilihat
dari struktur ruang suatu kota);

III - 8
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

III - 9
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

III - 10
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

2. Sistem jaringan transportasi, merupakan supply/sediaan untuk memenuhi


kebutuhan pelayanan jasa transportasi. Sistem jaringan transportasi akan
menyangkut masalah prasarana dan sarana transportasi;
3. Sistem pergerakan, merupakan dampak dari adanya interaksi antara sistem kegiatan
yang diwujudkan dalam pergerakan orang dan barang dalam suatu sistem jaringan
transportasi. (ship follow trade or trade follow ship).
Ketiga elemen tersebut merupakan satu kesatuan sistem yang saling mempengaruhi satu sama
lainnya. Keterkaitan antara ketiga elemen tersebut dapat dijelaskan seperti pada gambar 3.2.
Keseluruhan komponen di atas juga dipengaruhi oleh karakteristik lingkungan dimana sistem
transportasi itu berada. Sistem lingkungan ini terkait dengan aspek-aspek internal yang meliputi
aspek fisik, ekonomi, sosial budaya, dan teknologi setempat. Disamping itu, lingkup perwilayahan
baik wilayah regional, nasional, maupun internasional juga tidak terlepas dan turut
mempengaruhi keseluruhan sistem transportasi (B.S Kusbiantoro, 1996). Selain itu penentuan
keterkaitan antar sistem-sistem tersebut juga memperhatikan struktur ruang kota berdasarkan
hirarki kota yang terbentuk.

Gambar 3.2
Keterkaitan Elemen Pengembangan Transportasi

INTERNASIONAL

NASIONAL
L
REGIONAL

Sistem Lingkungan: Ekonomi, Sosial,


Politik Budaya, Fisik dan Teknologi

Sistem Sistem
Kegiatan Jaringan

Sistem

K
e
Sistem l
Pergerakan e
m
b
a
Sumber: Kusbiantoro, 1996
g
a
Untuk memperlancar arus pergerakan penduduk di wilayah perencanaan diperlukan suatu
a
rencana pengembangan pola pergerakan yang diharapkan dapatn mempermudah penduduk untuk

III - 11
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

melakukan aktvitasnya. Rencana pengembangan pola pergerakan di wilayah perencanaan


diuraikan sebagai berikut :
- Perlu adanya rekayasa dan manajemen transportasi untuk menekan kemacetan
pergerakan transportasi pada jam sibuk pagi dan sore pada ruas jalan strategis terutama
di persimpangan-persimpangan yang sering terdapat masalah kemacetan Perlu adanya
manajemen transportasi dengan optimasi lampu lalu lintas;
- Menekan kemacetan yang ada dengan peningkatan kedisiplinan bagi angkutan umum
untuk tidak parkir di pasar;
- Sirkulasi lalu lintas yang ada di wilayah Kota Mataram saat ini memusat di jalan-jalan
utama yang memiliki kegiatan-kegiatan besar. Agar sirkulasi lalu lintas tidak terus-
menerus memusat di jalan-jalan tersebut, maka rencana untuk masa yang akan datang
adalah mengembangkan kegiatan di wilayah unit-unit lingkungan dan meningkatkan
aksesibilitas yang menuju ke arah pengembangan tersebut.

a. Transpotasi Darat
 Jaringan Pengembangan Jalan
Rencana pengembangan jaringan jalan mencakup periode jangka pendek, menengah, dan
panjang. Rencana pengembangan sistem jaringan jalan Kota Mataram pada dasarnya
diarahkan untuk mengembangkan pola jangka panjang (Tahun 2029), meliputi :
a. Mengembangkan jaringan jalan inner ring road, dimana jalan lingkar ini berfungsi
untuk meningkatkan aksesibilitas antara Kawasan yang belum berkembang (sebelah
timur dan selatan) dengan Kawasan yang sudah berkembang (barat, tengah dan
utara)
b. Mengembangkan jaringan jalan outer ring road, dimana jalan lingkar ini akan
berfungsi untuk :
 Mendistribusikan pergerakan ekternal dan melintas ke jaringan jalan lingkar;
 Membuka kawasan yang relatif terisolir terutama kawasan yang berbatasan
langsung dengan wilayah kabupaten lain sehingga memiliki aksesibilitas yang lebih
besar bagi kegiatan kawasan.
c. Merestrukturisasi pola jalan utama kota dengan pola grid yang disesuaikan dengan
morfologi kota.
d. Peningkatan dan atau pembangunan jaringan jalan yang berfungsi kolektor primer dan
kolektor sekunder untuk meningkatkan aksesibilitas antar Pusat Pelayanan dengan Sub
Pusat Pelayanan dan lingkungan, serta kawasan Hinterland (Kabupaten Lombok Barat)
e. Pengaturan hirarki jalan berdasarkan pengaturan penggunaan lahan.

III - 12
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

f. Pengembangan dan peningkatan terminal.


g. Peningkatan peran dan kualitas angkutan umum.

 Rencana Pengaturan Hirarki Jalan


Kondisi eksisting menunjukan bahwa ruas-ruas jalan di Kota Mataram telah terbagi
berdasarkan klasifikasi sistem hirarki jalan. Penentuan hirarki jalan ini dimaksudkan untuk
menghindari terjadinya pencampuran pergerakan regional dan lokal dikawasan pusat
kota. Selain itu penentuan hirarki jalan tersebut juga dapat dijadikan sebagai
pertimbangan untuk penentuan jalur/trayek angkutan umum. Tetapi pada kondisi
eksisting menunjukan bahwa masih terdapat pencampuran arus lalu lintas antara
pergerakan lokal dengan pergerakan regional, dalam hal ini diperlukan pengaturan fungsi
jalan dan penanganan serta pengembangan jaringan jalan supaya lebih teratur dan dapat
berfungsi dengan lebih teratur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.3 dan
Gambar 3.4.
Standar kecepatan menurut fungsinya berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 1985 adalah sebagai berikut :
- Jalan Arteri Primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 km/jam
dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 8 meter.
- Jalan Arteri sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30
km/jam dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 8 meter.
- Jalan Kolektor Primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40
km/jam dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 7 meter.
- Jalan Kolektor Sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20
km/jam dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 7 meter.
- Jalan Lokal Primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah minimal 20
km/jam denganlebar badan jalan tidak kurang dari 6 meter.
- Jalan Lokal sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah minimal
10 km/jam dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 5 meter.
Berdasarkan kriteria hirarki jaringan jalan yang ada, disusun rencana hirarki jalan di Kota
Mataram. Pembagian hirarki ini ditujukan agar :
1. Menghindari terjadinya pencampuran pergerakan regional dan lokal dikawasan
pusat kota.
2. Pengembangan kawasan sesuai dengan arahan pemanfaatan lahan.
3. Pertimbangan untuk penentuan jalur/trayek angkutan umum.

III - 13
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

Berdasarkan kriteria hierarki jaringan jalan rencana jaringan jalan, ditentukan hirarki
jalan berdasarkan kriteria pembentukan jalan maka wilayah Kota Mataram dapat
ditentukan memiliki fungsi jalan sebagai berikut:

Gambar 3.3 Ilustrasi Skematik Kelas Fungsi Jalan Sistem Primer

KOTA Jalan Arteri Primer KOTA


JENJANG I JENJANG I

Jalan Arteri Primer


Jalan Arteri Primer

KOTA Jalan Kolektor Primer KOTA


JENJANG II JENJANG II

Jalan Kolektor Primer J jalan Kolektor Primer

KOTA Jalan Lokal Primer KOTA


Jalan Lokal JENJANG III JENJANG III
Primer

Jalan Lokal
Primer Jalan Lokal Primer

Jalan Lokal
Primer
KOTA
DIBAWAH
JENJANG III

Jalan Lokal Primer

PERSIL

III - 14
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

Gambar 3.4 Ilustrasi Skematik Kelas Fungsi Jalan Sistem Sekunder

KAWASAN
PRIMER

Jalan Arteri Sekunder


Jalan Arteri Sekunder

KAWASAN Jalan Arteri KAWASAN


SEKUNDER I Sekunder SEKUNDER I

Jalan Arteri Sekunder Jalan Arteri Sekunder


Jalan Lokal Sekunder

KAWASAN Jalan Kolektor


KAWASAN
SEKUNDER II Sekunder
SEKUNDER II

Jalan Kolektor
Sekunder
Jalan Lokal Sekunder

KAWASAN
SEKUNDER III

Jalan Lokal Sekunder

PERUMAHAN

III - 15
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

1. Jalan Arteri Primer :


Jalan Langko, Jalan Pejanggik, Jalan Selaparang, Jalan Sandubaya, Jalan Saleh
Sungkar, Jalan AA Gede Ngurah, Jalan TGH Faisal, Jalan Prabu Rangkasari.
2. Jalan Arteri Sekunder:
Jalan Jenderal Ahmad Yani, Jalan Jend.Sudirman , Jalan Adi Sucipto, Jalan
Koperasi, Jalan Energi, Jalan Aria Banjar Getas, , Jalan dr. Sujono (Jalan
Lingkar Seatan), , Jalan Imam Bonjol, Jalan Airlangga, Jalan Gajah Mada,
Jalan Tumpang sari, Jalan Panca Usaha, Jalan Caturwarga, Jalan Pendidikan.
3. Kolektor Primer, yaitu Jalan Udayana, jalan DR Sutomo, Jalan HOS
Cokroaminoto, Jalan Sultan Hasanudin, Jalan Diponegoro, Jalan Majapahit,
Jalan Padjajaran, Jalan Sriwijaya, Jalan Brawijaya, Jalan TGH Saleh Hambali.
4. Kolektor Sekunder, yaitu: Jalan Suprapto, Jalan Panjitilar, Jalan Sultan
Kaharudin, Jalan Guru Bangkol, Jalan Jelantik Gose, Jalan Bung Hatta, Jalan
Bung Karno, Jalan RA Kartini, Jalan Ade Irma Suryani, jalan Gora dan
beberapa ruas Rencana Jalan baru yang menghubungkan Kota Mataram
dengan Kecamatan Labuapi, Gunungsari dan Lingsar.
5. Jalan Lingkungan/lokal Primer, yaitu jaringan jalan yang menghubungkan
antara satu pusat kelurahan dengan kelurahan lainnnya.

Selain itu dikembangkan juga jaringan jalan lokal primer yang menghubungkan Kota
Mataram dengan pusat-pusat kelurahan di luar Kota Mataram, hal ini dilakukan untuk
meningkatkan akses ke dalam Kota Mataram. Dalam rangka meningkatkan
pengawasan dan pengelolaan pada kawasan strategis pantai Mataram maka
peningkatan fungsi dan pembangunan lanjutan jalan lingkar sangat diperlukan, yaitu
dari utara hingga selatan disambung dengan rencana ruas jalan sepanjang pantai
hingga ke Lombok Barat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2
Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Kota Mataram Sampai Tahun 2029
FUNGSI RUAS JALAN
Arteri Kolektor
Ruas Yg Pengembangan Ruas Yg Pengembangan
Menghubungkan Menghubungkan
 Ampenan –  Peningkatan fungsi  Ampenan-  Pemeliharaan jalan Majapahit-
Senggigi Jaringan Jl. Saleh Mataram- Sriwijaya-jl Brawijaya.
(Kabupaten Sungkar . Cakranegara.
Lombok Barat)

III - 16
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

FUNGSI RUAS JALAN


Arteri Kolektor
 Mataram-  Pemeliharaan Jalan  Kec.Mataram-  Pemeliharaan Jalan Jalan Dr.
Cakranegara- Langko, Jalan Kec.Seaparang- Wahidin – Dr Sutomo- Jl HOS
Narmada (Kab. Pejanggik, Jalan Kec.Gunungsari Cokroaminoto-Jl.Udayana.
Lombok Barat). Selaparang dan (Kab.Lombok
Jalan Sandubaya. Barat).

 Mataram-  Peningkatan Jalan  Kecamatan  Peningkatan Jalan Hasanudin,


Kecamatan TGH Faesal. Cakranegara- Jalan Diponegoro.
Labuapi-  Peningkatan Jl. AA Kec. Gunungsari
Kecamatan Gede Ngurah dan (Kab.Lombok
Kediri Jalan Prabu Barat)
Rangkasari.
 Sub pusat-sub  Pemeliharaan  Kec. Labuapi  Pemeliharaan Jalan Bung Hatta,
pusat Pelayanan Lingkar Selatan dan (Kab.Lombok Jalan Bung Karno.
(Antar Jalan Lingkar utara, Barat)-Mataram-  Pembuatan Jalan Baru terusan
Kecamatan serta jalan Selaparang- Jalan Bung Hatta ke ke
dalam Kota Pendidikan, Catur Kec.Gunungsari. Kecamatan Gunungsari.
Mataram). warga, Pancausaha  Pembangunan Jalan Baru Terusan
dan jl swasembada. Jalan Arif Rahman Hakim ke
 Pembangunan jalan Kecamatan Labuapi
baru terusan jalan  Kecamatan  Pembangunan Jalan Baru Pesisir
Arya Banjar Getas Ampenan-Kec. Bintaro
 Peningkatan Jalan Sekarbela-Kec.  Pembangunan Jalan Baru terusan
Airlangga, Jalan Labuapi (Kab Jalan Panjitilar Ke Labuapi.
Gajah Mada Lombok Barat)  Pembangunan Jalan Baru terusan
jalan Wira Senggala
Sumber: Hasil rencana 2009

Untuk lebih jelasnya mengenai rencana struktur jaringan jalan serta rencana
Penanganan dan Pengembangan Jaringan Jalan di Kota Mataram dapat dilihat pada
Peta 3.4 dan Peta 3.5.

 Terminal
Pada umumnya Kota Mataram terlintasi oleh kendaraan umum Regional dengan jalur
regional, sehingga terkadang keberadaan terminalnya berfungsi sebagai terminal transit.
Kota Mataram memiliki dua tipe terminal yaitu; terminal tipe A, yaitu terminal Mandalika di
Kecamatan Sandubaya dan terminal tipe C terletak, yaitu terminal sayang-sayang di
Kecamatan Cakranegara, dan di Kelurahan Dasan Cermen Kecamatan Sandubaya.
Terminal tipe A (Mandalika) dalam pengoperasiannya digunakan sebagai terminal
angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) dan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP),
angkutan perkotaan (angkot) dan angkutan pedesaan (angdes). Terminal tipe A ini dalam
pengelolaannya menjadi kewenangan pemerintah Kota Mataram. Selain itu terminal tipe C
yang dimiliki Kota Mataram berfungsi untuk angkutan perkotaan (angkot).

III - 17
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

III - 18
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

III - 19
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

Fungsi terminal yang berada di Wilayah Kota Mataram merupakan terminal angkutan barang dan
penumpang. Arahan pengembangan terminal di Kota Mataram, lebih ditekankan pada penataan
terminal yang ada, yaitu dengan sistem :
 Terminal regional yang bersifat transit dan melayani angkutan antar kota antar provinsi yang
berada di Kecamatan Sandubaya;
 Terminal regional utama yang melayani antar kota dalam provinsi yang juga dibebankan
pada terminal Mandalika Kecamatan Sandubaya;
 Terminal regional pembantu yaitu terminal tipe C yang melayani pergerakan antar
kecamatan di dalam Kota Mataram;
 Terminal lokal yang melayani pergerakan internal di Wilayah Kota Mataram tersebar pada
seluruh kelurahan di Kota Mataram.
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana pengembangan transportasi kota dapat dilihat pada Peta
3.6.

b. Transportasi Laut
Pengembangan sistem transportasi laut tersebut perlu didukung oleh pengembangan sistem
pelabuhanya. Dalam hal ini pelabuhan-pelabuhan yang akan dikembangkan adalah pelabuhan
regional yang berfungsi untuk melayani pergerakan antar pulau maupun pergerakan lokal
penduduk Mataram. Rencana pengembangan pelabuhan tersebut berlokasi di Kecamatan
Sekarbela. Rencana pelabuhan yang akan dikembangkan berupa pelabuhan
penumpang/pariwisata dan perikanan laut dan masing-masing disesuaikan dengan ketentuan
standar pembangunan pelabuhan. Tujuan dari pengembangan transportasi laut ini adalah dalam
rangka proses percepatan dengan memperpendek jarak tempuh penyeberangan lewat laut dari 4
jam menjadi 1 – 2 jam, menunjang sektor kepariwisataan dan pengembangan sektor perikanan
Provinsi Nusa Tenggara Barat pada umumnya, dan khususnya Kota Mataram sehingga secara
tidak langsung sebagai perangsang terhadap perkembangan dan perbaikan sumber
perekonomian daerah serta pembangunan selanjutnya. Mengacu pada rencana pengembangan
transportasi laut tersebut diatas, maka diperlukan pembangunan fisik (sarana dan prasarana)
untuk pelabuhan penyebrangan dan pelabuhan laut. Pembangunan tersebut diantaranya dapat
berupa pembangunan dermaga sandar, fasilitas bongkar muat barang, pergudangan (tertutup
dan terbuka), dan sebagainya. Adapun rencana pengembangan transportasi laut dapat dilihat
pada Peta 3.7.

III - 20
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

III - 21
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

III - 22
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

3.2.2 Sistem Jaringan Energi Listrik


a. Sistem Kelistrikan Lombok
Kebutuhan listrik di Pulau Lombok saat ini sebagian besar (±99%) disuplai oleh Pusat
Listrik Tenaga Diesel (PLTD) sedangkan sisanya disuplai dari Pusat Listrik Tenaga
Mikrohydro (PLTM). Pusat-pusat listrik tersebut tersebar didaerah antara lain: Ampenan,
Taman Baru dan Paokmotong (PLTD) sedangkan untuk PLTM terdapat di Pengga dan
Narmada. Sebagian besar dari kapasitas terpasang pusat-pusat listrik tersebut (±93.03
MW) telah tersambung kejaringan interkoneksi 20kV pulau Lombok (belum termasuk
pembangkit sewa 10 MW), sedangkan sebagian kecil lainnya (±1.830 kW) merupakan
pusat-pusat listrik mandiri (terisolir) yang antara lain tersebar di montongsapah, Gili
Trawangan, Gili Air, dan Pulau Maringkik.
Oleh karena itu pusat pembangkitnya adalah PLTD, umumnya hanya cocok untuk beban-
beban yang relatif kecil dan terisolir, sedangkan untuk beban yang berkembang atau
cukup besar selayaknya menggunakan pembangit yang lebih besar dan mempunyai nilai
ekonomis lebih baik seperti PLTU, PLTA, PLTGU dan lain-lain.
Potensi alam yang dimiiki pulau Lombok terbatas pada potensi air (skala PLTM) dan
kemungkinan energi panas bumi (penelitian khusus dari segi ekonomisnya). Alternatif lain
untuk penyediaan energi listrik dipulau Lombok adalah interkoneksi kabel laut dengan
pulau disekitarnya (Bali dan Sumbawa). Namun demikian alternatif ini dinilai tidak layak
dari aspek teknis-ekonomis.
b. Pengembangan Sistem Transmisi
Pertimbangan dalam pembangunan jaringan transmisi adalah keandalan jaringan,
kapasitas penyaluran pembangkit baru, dan tegangan kerja gardu induk.
Penentuan lokasi gardu induk dan rute jaringan transmisi dilakukan dengan
mempertimbangkan lokasi pembangkit baru, lokasi pusat beban. Disamping itu,
penempatan tiang transmisi harus memperhatikan kondisi tanah berupa tingkat
kekerasan, kemiringan, serta kawasan dengan pepohonan tinggi.
Menghadapi perkembangan beban yang relatif cukup tinggi, maka pelayanan dengan
sisitem jaringan distribusi 20kV ditinjau dari aspek ekonomis maupun teknis dinilai sudah
tidak memadai lagi karena alasan berikut:
 Rugi-rugi penyaluran/jaringan distribusi
 Kualitas pelayann rendah
 Pengembangan jaringan terbatas.
Oleh karena itu perencanaan kedepan, penyaluran dengan tegangan
transmisi/subtransmisi sebagai tulang punggung pelayanan energi listrik perlu

III - 23
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

diimplementasikan agar kendala-kendala yang terjadi pada sistem jaringan distribusi 20kV
dapat ditekan.
Rekomendasi tentang implementasi jaringan transmisi didasari oleh pertimbangan
perkembangan beban dan lokasi pusat beban, rugi-rugi jaringan distribusi, dan kualitas
pelayanan listrik (tegangan, jumlah gangguan/pemadaman) kepada pelanggan.
c. Pengembangan Sistem Distribusi
Disamping melakukan perbaikan dengan sistem tegangan transmisi 70KV dan
implementasi PLTU Endok khususnya di Pulau Lombok, upaya-upaya perbaikan dan
pengembangan jaringan distribusi 20kV yang ada disistem Lombok.
Untuk melakukan perbaikan sistem distribusi 20kV, pertama-tama harus dilakukan analisis
kondisi jaringan distribusi terpasang (potret kondisi terpasang). Dari analisis sistem
jaringan distribusi terpasang tersebut dapat diketahui kekurangan dan kelemahan yang
terjadi pada sistem seperti tegangan rendah, rugi-rug besar dan lain-lain. Rencana
perbaikan sistem distribusi ini terutama difokuskan pada manuver-manuver
pengoperasian LBS, pengoperasian PLTD dan kapasitor 20kV yang ada.
Pembangunan jaringan distribusi dilakukan dengan mempertimbangkan kerapatan beban
(load density), lokasi, jenis beban, dan lokasi gardu induk.
Listrik merupakan salah satu kebutuhan dalam menunjang kesejahteraan hidup
masyarakat di perkotaan. Pemakaian energi listrik akan semakin terasa pentingnya dari
waktu ke waktu, seiring dengan perkembangan teknologi yang umumnya menggunakan
energi listrik sebagai sumber tenaga. Oleh karena itu, pemakaian energi listrik, tidak
hanya semata-mata sebagai sumber penerangan di malam hari, tetapi juga untuk
menunjang kegiatan sehari-hari dalam berbagai aspek kehidupan.
Penyediaan sumber daya atau energi listrik yang tersedia untuk pelayanan perumahan,
industri dan kegiatan lainnya dilakukan oleh PLN dan perusahaan swasta yang
dikembangkan. Selain itu penyediaan tenaga listrik konvensional seperti pengembangan
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) juga dikembangkan energi alternatif seperti
tenaga air skala kecil, tenaga surya, tenaga uap dan tenaga angin terutama di daearah-
daerah yang sulit dijangkau dan terpencil.

Tingkat kebutuhan pelayanan listrik di wilayah perencanaan menggunakan standar


minimum kebutuhan yang ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum (DPU), dimana
kebutuhan daya terpasang perumahan kapling kecil sekitar 450 watt (60%), kapling
sedang 900 watt (30%) dan 1.200 watt (10%) untuk perumahan kapling besar.
Asumsi/perkiraan yang digunakan untuk setiap jenis kegiatan, diantaranya untuk rumah
tangga 1 KK terdiri dari 5 orang, kebutuhan listrik untuk kebutuhan non-domestik yang
III - 24
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

mencakup fasilitas umum dan fasilitas sosial diperkirakan 30% dari kebutuhan rumah
tangga dan untuk penerangan jalan umum diperkirakan 5% dari kebutuhan rumah
tangga.

Total kebutuhan listrik di wilayah perencanaan sampai akhir tahun perencanaan 2029
untuk tiap-tiap kecamatan, diantaranya, Kecamatan Ampenan 19484,75 Kva, Kec.
Cakranegara 17948,19 Kva, Kec. Mataram 12559,19 Kva, Kec. Sandubaya 9508,44 Kva,
Kec. Sekarbela 10821,06 Kva dan Kec. Selaparang 13735,00 Kva.. Untuk lebih jelasnya
mengenai kebutuhan daya listrik di wilayah perencanaan dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3
Prediksi Kebutuhan Listrik Setiap Kecamatan Di Kota Mataram Sampai Akhir Tahun 2029

Untuk mendukung pelayanan distribusi hingga ke pelanggan/konsumen indikasi


pengembangan dilakukan dengan:
1. Meningkatkan daya terpasang dari sumber pembangkit tenaga listrik ;
2. menambah jaringan dan gardu listrik untuk melayani kawasan terbangun baru ;
3. Penambahan gardu listrik yang berfungsi menurunkan tegangan dari sistem

jaringan primer ke sistem jaringan sekunder.


Jaringan ini sangat baik untuk sistem jaringan tegangan menengah di kota-kota besar.
Pemakaian penyulang cukup efisien untuk beban-beban yang mempunyai daya di bawah
10 MVA. Apabila kepadatan beban bertambah, dan melebihi kapasitas trafo di GI, maka

III - 25
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

penggantian ataupun penambahan kapasitas akan memerlukan biaya cukup tinggi,


sehingga lebih ekonomis untuk membangun gardu induk yang baru.
Adapun dalam pemenuhan pelayanan listrik di Kota Mataram melalui program
pengembangan jaringan listrik baru perlu mendapatkan perhatian, tentang :
 Pemeliharaan jaringan dan penggunaan jaringan kabel listrik, dimana pada jaringan
listrik perlu adanya pengamanan jalur yang harus bebas dari penggunaan lahan
lainnya, misalnya adanya batas ketinggian maksimum pohon ;
 Sumber daya listrik adalah sumber energi yang merupakan kebutuhan dasar
masyarakat, namun demikian sumber energi ini mudah sekali mengalami kebocoran,
salah satu penyebabnya adalah dengan adanya pencurian daya oleh konsumen.
Untuk lebih jelasnya pelayanan listrik Kota Mataram dapat dilihat pada peta 3.8.

3.2.3 Sistem Jaringan Telekomunikasi


Kemajuan teknologi bidang telekomunikasi terutama sarana dan prasarana telepon
sampai saat ini telah menjangkau seluruh wilayah kecamatan. Dengan melalui sarana
telekomunikasi tersebut, baik untuk keperluan bisnis maupun sosial diharapkan dapat mendukung
kelancaran arus infomasi dan komunikasi daerah serta media elektronik, guna memberikan
informasi yang cepat, tepat dan akurat kepada masyarakat tentang keberhasilan pelaksanaan
pembangunan dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan
di Kota Mataram.
Perkembangan sektor telekomunikasi secara umum mengalami kenaikan. Jumlah
pelanggan otomat meningkat rata-rata sebesar 4,37% per tahun. Kapasitas SST Otomat juga
meningkat rata-rata sebesar 8,40% per tahun. Untuk meningkatkan pelayanan komunikasi perlu
dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Penerapan teknologi telematika berbasis teknologi modern ;
2. Pembangunan teknologi telematika pada wilayah-wilayah pusat pertumbuhan ;
3. Membentuk jaringan telekomunikasi dan informasi yang mneghubungkan setiap wilayah
pertumbuhan antar pusat kegiatan ;
4. Penyediaan tower BTS (Basic Transfer Station) yang digunakan secara bersama
menjangkau ke pelosok kota Mataram ;
5. Peningkatan sistem informasi telekomunikasi pembangunan daerah berupa informasi
berbasis teknologi internet ;

III - 26
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

III - 27
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

6. Pengembangan prasarana telekomunikasi meliputi telepon rumah tangga, telepon umum


dan jaringan telepon selular ;
Kebutuhan akan sarana telekomunikasi (telpon) ditentukan oleh pendapatan, harga dan
juga gaya hidup. Kebutuhan telepon di Kota Mataram dimasa mendatang diperhitungkan dengan
prioritas terhadap permintaan sambungan sebagai berikut :
a. Keperluan rumah / pribadi ;
b. Keperluan fasilitas lain seperti : perkantoran, perdagangan, jasa, pendidikan,
kesehatan, industri , wartel dan lain-lain ;
c. Keperluan umum (telepon umum).
Pengembangan jaringan telepon mengikuti pola jaringan yang telah ada saat ini.
Pengembangan yang akan dilakukan mempertimbangkan jumlah calon pelanggan, rencana
jaringan yang akan dikembangkan oleh Telkom, tingkat perkembangan kawasan yang akan
terjadi, dan efisiensi serta efektifitas pemasangan sambungan. Disamping itu secara aspek
Planologis pengembangan jaringan telepon dikaitkan dengan perkembangan hunian yang telah
diprediksikan, adapun ketentuan yang digunakan yaitu sebagi berikut ;
- Rumah tangga kapling besar dengan tingkat pelayanan 100% ;
- Rumah tangga kapling sedang dengan tingkat pelayanan 50% ;
- Fasum dan Fasos 25% dari kebutuhan rumah tangga ;
- Tiap 1000 penduduk 1 unit telepon umum.
Akan tetapi permintaan secara pasti sambungan telepon sangat sulit dipastikan selain
beberapa faktor tersebut diatas juag karena jumlah permintaan dan penawaran tidak selalu
seiring. Ketersediaan jasa telepon akan ,menjadi faktor pendorong pengembangan kabupaten.
Pada umumnya jasa telepon sangat dibutuhkan masyarakat namun keterbatasan jasa beli
(tingkat pendapatan) dari masyarakat yang bervariasi sehingga kebutuhan telepon hanya mampu
dibeli masyarakat tertentu. Dilain pihak fenomena telepon seluler dengan harga murah dengan
segala fasilitas dan kemudahan berikut perang tarif juga ikut menentukan kebutuhan telepon
kabel.
Prakonstruksi jaringan telepon di wilayah perencanaan akan dikembangkan sebagai
berikut ;
1. Pendistribusian jaringan sambungan telepon dari STO ke pelanggan adalah ;
- Jaringan distribusi primer, jaringan kabel tanah yang menghubungkan STO dengan
terminal utama pembagi Main Distribution Frame (MDF) dan RK, dan atar RK.
- Jaringan distribusi sekunder, merupakan kabel tanah atau udara yang menghubungkan
RK dan DP.

III - 28
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

- Jaringan distribusi tersier, merupakan jaringan kabel udara yang menghubungkan DP


dengan masing – masing pelanggan.
2. Berdasarkan ketentuan PP No. 26 Tahun 1985 tentang ruang bebas di dalam batas Damija,
maka pemasangan jaringan kabel telepon di wilayah perencanaan dilakukan di bawah jalur
pejalan kaki/ trotoar diluar perkerasan jalan.
Keberadaan Menara Telekomunikasi atau tower sangatlah penting untuk perkembangan
teknologi saat ini, mengingat dengan prasarana ini masarakat dengan mudah bisa menerima
informasi terbaru dari suatu ilmu baru. Untuk wilayah Kota Mataram perkembangan menara
telekomunikasi ini cukup pesat, hal ini dapat dilihat dengan banyaknya tempat telematika yang
tersebar. Arahan pengembangan untuk kawasan sekitar tower atau telematikan antara lain
adalah :
- Penggunaan tanah sekitar tower difungsikan sebagai kawasan RTH, jauh dari permukiman.
- Pemagaran yang rapat pada sepanjang tower demi keamanan, karena mempunyai tegangan
tinggi.
Berdasarkan Peraturan Menteri Telekomunikasi dan Informatika tentang pedoman
pendirian menara telekomunikasi dan penyiaran, beberapa ketentuan yang diatur dalam
pengembangan menara telekomunikasi, antara lain :

a. Struktur Menara Telekomunikasi Dan Penyiaran


 Menara Telekomunikasi dan Penyiaran dapat didirikan di atas permukaan tanah maupun
pada bagian bangunan/gedung.
 Pendirian menara telekomunikasi dan penyiaran wajib memperhitungkan kekuatan dan
kestabilan yang berkaitan dengan:
- pondasi;
- pembebanan; dan
- struktur.
b. Menara Telekomunikasi Dan Penyiaran Bersama
 Menara telekomunikasi dan penyiaran dapat berupa :
- Menara tunggal, apabila digunakan untuk penempatan satu antena atau lebih oleh
satu penyelenggara telekomunikasi atau penyiaran; atau
- Menara bersama, apabila digunakan untuk penempatan beberapa antena dari
beberapa penyelenggara telekomunikasi dan atau penyiaran.
 Dalam upaya meminimalkan jumlah menara telekomunikasi, para operator yang
mengajukan pembangunan menara telekomunikasi baru, diharuskan menyiapkan
konstruksi menara telekomunikasi yang memenuhi syarat dijadikan menara
telekomunikasi bersama.
III - 29
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

 Menara telekomunikasi yang telah ada (eksisting) apabila secara teknis memungkinkan,
harus digunakan secara bersama-sama oleh lebih dari satu operator atau dijadikan
menara telekomunikasi bersama.
 Penggunaan Menara Telekomunikasi dan Penyiaran bersama dilarang menimbulkan
interferensi antar sistem jaringan.
 Setiap pengguna Menara Telekomunikasi dan Penyiaran bersama wajib saling
berkoordinasi dalam hal terjadi suatu masalah.
 Beban maksimal untuk menara bersama tidak boleh melebihi perhitungan struktur
menara.
 Isolasi antar pemancar merupakan batas aman antar antenna pemancar yaitu 30 dB
atau dengan jarak antar antena 3 meter.
c. Ketentuan Pendirian Menara Di Sekitar Bandar Udara Dan Cagar Budaya
 Setiap pendirian menara telekomunikasi dan penyiaran di kawasan keselamatan operasi
penerbangan wajib mendapatkan rekomendasi dari Dirjen Perhubungan Udara atau
pejabat yang ditunjuk.
 Kawasan keselamatan operasi penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi :
- Kawasan di sekitar bandar udara;
- Kawasan di sekitar alat bantu navigasi penerbangan.
 Dalam hal pendirian menara telekomunikasi dan penyiaran berada di kawasan situs
cagar budaya dan kawasan pariwisata, bentuk menara harus disesuaikan dengan
ketentuan estetika lingkungan kawasan setempat.
 Ketentuan estetika lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh instansi
yang berwenang.
d. Radiasi Komunikasi Radio
 Ketentuan batasan maksimum radiasi selama pemancar beroperasi adalah :
- Di kawasan tempat umum;
- Di kawasan rumah tinggal dan rumah sakit.
Tabel 3.4
Batas Maksimum Radiasi komunikasi Radio di Kawasan Tempat Umum
MAGNETIC
ELECTRIC FIELD POWER
RENTANG FIELD
STRENGTH DENSITY
FREKUENSI STRENGTH
(V/M) (W/M2)
(A/M)
0.1- 3 MHz 60 0.20 -
3 – 3000 MHz 20 0.05 1
3 – 300 GHz 40 0.10 4
Sumber : Hasil Rencana

III - 30
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

Tabel 3.5
Batas Maksimum Radiasi komunikasi Radio
di Kawasan Rumah Tinggal dan Rumah Sakit

ELECTRIC MAGNETIC
POWER
RENTANG FIELD FIELD
DENSITY
FREKUENSI STRENGTH STRENGTH
(W/M2)
(V/M) (A/M)
0.1 MHz – 300 GHz 6 0.016 0.10
3 MHz – 300 GHz
Sumber : Hasil Rencana

Arahan pengembangan untuk kawasan sekitar tower atau telematikan antara lain adalah:
 Penggunaan tanah sekitar tower difungsikan sebagai kawasan RTH, jauh dari permukiman.
 Pemagaran yang rapat pada sepanjang tower demi keamanan, karena mempunyai
tegangan tinggi.
Bertolak dari kondisi eksisting dan dalam dalam rangka mewujudkan konsep dasar menara
telekomunikasi di Kota Mataram yang efisien dan efektif, maka menara yang akan dikembangkan
harus dapat digunakan secara bersama. Menara bersama dimaksud dapat disediakan oleh
penyelenggara telekomunikasi dan atau penyedia menara. Merujuk pada konsep tersebut, maka
dilakukan identifikasi sebaran menara eksisting untuk dikomparasikan dengan titik sementara
tower rencana pemanfaatan bersama.
Rencana titik tentative tower rencana dirumuskan berdasarkan titik paling optimum dari
area optimum pengembangan tower, sebagaimana telah diarahkan pengembangannya. Rencana
pengembangan menara bersama diklasifikasikan berdasarkan tinggi gelombang (band width)
yang dipancarkan oleh panel BTS, yang selama ini digunakan oleh operator.

3.2.4 Sistem Jaringan Sumber Daya Air


a. Pengelolaan Air Bersih
Air bersih Kota Mataram dilayani oleh PDAM Menang Mataram dengan daerah operasional
meliputi wilayah Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram. Sedangkan untuk wilayah Kota
Mataram berdasarkan data PDAM Menang tahun 2005 bahwa jumlah pelanggan secara
keseluruhan di Kota Mataram berjumlah 28.949 pelanggan. Untuk memenuhi kebutuhan air
bersih bagi masyarakat Kota Mataram sebagian besar dilakukan oleh PDAM Menang tersebut
sedangkan lainnya memperoleh air bersih dengan sistem non perpipaan seperti Sumur, Sungai
dan Jet Pump.
Penyediaan air bersih dalam perencanaan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan,
mengingat penggunaannya yang sangat luas maka penyediaan air bersih masyarakat haruslah
aman dan higienis. Untuk Indonesia persyaratan kualitas dimaksud belum memiliki undang-

III - 31
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

undang akan tetapi dapat menggunakan landasan hukum, yaitu berdasarkan PP.
No.1/Berhukmas/1/1975 tentang persyaratan kualitas air bersih di wilayah Kota Mataram
haruslah memenuhi persyaratan fisik, kimia dan biologis sesuai ketentuan pedoman yang berlaku.
Sistem penyediaan air bersih di Kota Mataram terdiri dari:
1. Sistem penyediaan air bersih dengan menggunakan sistem perpipaan yang dilayani
oleh PDAM. Pada saat ini Kota Mataram dilayani oleh PDAM Menang Kota Mataram.
Sumber air PDAM terdiri dari air tanah dengan total kapasitas produksi sebesar 2300
L/detik, namun untuk saat ini baru sebesar 674 L/detik kapasitas produksi yang
terpasang, dengan demikian masih tersisa kapasitas produksi sebesar 7,94 L/detik
yang melalui instalasi pengolahan air bersih dapat dilihat dalam Tabel 3.6 Cakupan
layanan oleh sistem perpipaan ini baru mencapai 55,02 % dari penduduk perkotaan
atau baru mencapai 187.197 jiwa ;
2. Sistem penyediaan air bersih non perpipaan (sumur, pompa dan pompa jet pump)
dengan menggunakan air tanah dalam, air tanah dangkal dan air permukaan.

Tabel 3.6
Instalasi Pengolahan/Unit Produksi PDAM Menang Kota Mataram Tahun 2008

No Sumber Air/ Kapasitas Kapasitas Kapasitas Elevasi


Lokasi (L/detik) Terpasang Tidak Terpakai
1 Sarasute 300 111 189 96,5
2 Saraswaka 200 93 107 98
3 Ranget 1.640 397 1.243 212
4 Montong 50 18 32 172
5 Orong Petung 20 5 15 217
6 Jong Plangka 30 20 10 315
7 Bangket Bayan+ 40 15 25 550
Mandala
8 Penimbung 20 15 5 400
Total 2.300 674 1.626 2060,5
Sumber: PDAM Menang Kota Mataram, 2008

Untuk merencanakan pelayanan kebutuhan air bersih di Kota Mataram perlu dilakukan
perhitungan perkiraan kebutuhan air bersih. Perkiraan ini akan dilakukan dengan asumsi
kebutuhan penduduk akan air bersih minimal adalah 60 liter/hari/orang dengan kebutuhan non
domestic 30% dan faktor kehilangan 20%. Perkiraan kebutuhan air minum di Kota Mataram
sampai tahun 2028 secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 3.7. Berdasarkan hasil analisis
kebutuhan air bersih Kota Mataram pada akhir tahun perencanaan (Tahun 2028) adalah untuk
Kecamatan Ampenan sebesar 1.818 L/detik, Cakranegara 1.674 L/detik, Kecamatan Mataram
1.172 L/detik, Kecamatan Sekarbela 1.010 L.detik, Kecamatan Sandubaya 0.887 L/detik, dan
Kecamatan Selaparang 1.281 L/detik.

III - 32
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

Tabel 3.7
Prediksi Kebutuhan Air Bersih Per Kecamatan di Kota Mataram Sampai Tahun 2009-2029

b. Rencana Pengembangan Air Bersih


1. Penyediaan Sistem Air Bersih Perpipaan
Untuk dapat memenuhi kebutuhan air bersih pada masa yang akan datang di Kota
Mataram perlu dilakukan langkah-langkah strategis dalam upaya mengatasi masalah
kebutuhan air pada masa mendatang, yang meliputi :
 Peningkatan koordinasi dengan Pemerintah Kota Mataram berkaitan dengan
pengembangan sumber – sumber air;
 Merehabilitasi instalasi dan pembangun jaringan pipa air bersih yang ada dalam
upaya meningkatan kapasitas dan mengurangi tingkat kebocoran;
 Konservasi yang ketat untuk daerah hutan lindung yang berfungsi konservasi air
yang sekaligus tanah;
 Menyediakan hidran umum (HU) untuk masyarakat berpenghasilan rendah dengan
standart pelayanan 300 orang per 1 buah hidran.
Fasilitas penyediaan air bersih yang direncanakan untuk memenuhi kebutuhan air bagi
aktvitas-aktvitas yang teralokasi dalam Kota Mataram meliputi seluruh jaringan distribusi ke
seluruh lokasi-lokasi kegiatan yang dialokasikan. Pemenuhan air bersih yang menuju ke
jaringan distribusi diambil melalui jaringan induk, jaringan sekunder dan jaringan tersier
terdekat dengan lokasi kegiatan. Daerah pelayanan ditetapkan berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan pembebanan debit air yang akan didistribusikan keseluruh daerah pelayanan
III - 33
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

dan tingkat aktvitas yang direncanakan pada wilayah yang dilayani. Untuk persebaran
pelayanan air minum dapat dilihat pada Peta 3.9.
2. Penyediaan Sistem Air Bersih Non Perpipaan
Dalam sistem penyediaan air bersih non perpipaan, usaha yang diperlukan adalah
melakukan perlindungan terhadap air tanah agar tetap terjaga keseimbangan yang terus
menerus, karena eksploitasi air tanah dangkal yang berlebihan akan menyebabkan
menurunnya kualitas dan kuantitas air tanah dangkal tersebut.
Salah satu upaya untuk melakukan perlindungan terhadap air tanah dangkal, yaitu dengan
merencanakan atau mensosialisasikan pemanfaatan Sumur Resapan Air Hujan. Sumur
resapan air hujan adalah sarana untuk penampungan air hujan dan meresapnya ke dalam tanah.
Bangunan ini dibuat seperti bentuk sumur serta berfungsi sebagai resapan sehingga dinamakan
Sumur Resapan. Lokasi sumur resapan ditempatkan pada lahan kosong agar memudahkan
dalam pengoperasiannya dan mudah dalam mengumpulkan air hujan, tipe sumur resapan akan
tergantung pada luas lahan dan tipe rumah. Meskipun Kota Mataram masih merupakan wilayah
dengan lahan non terbangun sebelah utara dan selatan yang cukup luas, namun konsep sumur
resapan sudah dapat diterapkan, maka standar ukuran sumur resapan dapat dilihat pada Tabel
3.8.
Tabel 3.8
Kebutuhan Sumur Resapan Diameter 80 Cm
TIPE SUMUR RESAPAN (UNIT)
LUAS TIPE I II III
NO TANAH RUMAH  = 80 CM  = 80 cm  = 80 cm
(M2 ) T = 150 CM T = 300 cm T = 600
1 <20 - - - -
2 30 - - - -
3 40 - - - -
4 50 1 1
5 60 21 1 - -
6 70 36 1
7 80 45 1
8 90 - 1
9 100 54 1
10 120 60 1
11 140 72 2 1
12 160 100 2 1
13 200 - 3 1 1
14 250 - 3 1 1
15 300 - 3 1 1
Sumber: Hasil Rencana

III - 34
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

III - 35
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

3.2.5 Sistem Jaringan Prasarana lain


a. Sistem Drainase
Pada umumnya sistem jaringan drainase Kota Mataram merupakan sistem drainase tercampur.
Pada saat ini air limpasan hujan dan air limbah domestik masyarakat dialirkan dalam satu saluran
(tercampur) dan juga sistem drainase di Kota Mataram masih mengandalkan jaringan drainase
alam yaitu dengan memanfaatkan sungai-sungai yang mengalir di Kota Mataram. Keempat
sungai yang mengalir di Kota Mataram merupakan muara dari saluran drainase yang ada. Sungai-
sungai tersebut meliputi Sungai Ancar, Sungai Jangkok, Sungai Brenyok, Sungai Midang dan
drainase buatan yang terdiri dari saluran primer sepanjang 33 km, sekunder sepanjang 31,80 km
dan saluran tersier sepanjang 37,68 km dengan sebagian besar masih konstruksi tanah. Untuk
jelasnya lihat Tabel 3.9 sedangkan untuk volume limbah cair di Kota Mataram dapat dilihat
pada tabel 3.10.
Dengan bertambahnya luas lahan yang dipergunakan sebagai lahan untuk membangun
perumahan, industri, sarana dan prasarana, maka daya serap tanah semakin berkurang untuk
menahan air hujan, dimana ketinggian muka air dan debit sungai cepat terpengaruh oleh jumlah
intensitas hujan. Hal tersebut mengakibatkan daya tampung sungai dan saluran drainase tidak
mampu menampung aliran air yang pada akhirnya daerah-daerah rendah yang dilalui oleh aliran
sungai atau aliran saluran drainase akan terkena luapan yang mengakibatkan terjadi genangan
dan banjir terutama pada daerah-daerah yang memiliki kemiringan landai dengan kisaran 0 – 15
%, selain itu ada juga beberapa faktor lainnya yang mengakibatkan banjir di Kota Mataram yaitu:
 Pendangkalan saluran akibat endapan lumpur yang berkepanjangan, sehingga akan
memperkecil penampang saluran. Dari hal tersebut air yang dapat dialirkan melalui
saluran menjadi berkurang, dan akibatnya air menjadi meluap keluar badan saluran
akhirnya terjadilah banjir.
 Terjadi sedimentasi dan hambatan sampah pada sebagian besar saluran drainase yang
ada. Sehingga aliran airnya terhambat pada musim hujan.
 Kerusakan lingkungan yang terjadi di daerah hulu sungai, sehingga aliran permukaan
“Run Off” yang terjadi semuanya masuk ke sungai dan tidak dapat meresap ke dalam
tanah.
Beberapa kriteria dalam rencana pengembangan sistem drainase yang perlu diterapkan adalah
sebagai berikut :
 Saluran drainase dibuat sedemikian sehingga terjadi aliran secara gravitasi dengan
mengikuti bentuk kontur alam;
 Saluran drainase perlu memanfaatkan saluran alam yang ada dan dengan melakukan
perbaikan secepatnya;

III - 36
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

 Saluran drainase perlu dibatasi kanan – kirinya dengan garis sempadan yang lebarnya
cukup untuk melakukan kegiatan perawatan saluran;
Saluran drainase perlu direncanakan sedemikian rupa, sehingga tidak terjadi pengendapan
sedimentasi namun tidak terjadi gerusan;
Tabel 3.9
Prasarana Drainase Kota Mataram
No Drainase Alam Drainase Buatan
Sungai Panjang (km) Saluran Panjang (km)
1 Midang 26.000 Primer 33
2 Jangkok 86.000 Sekunder 31,8
3 Ancar 21.000 Tersier 37,68
4 Brenyok 42.000
Total Panjang (km) 175.000 102,48
Sumber: Dinas PU Kota Mataram, 2008

Tabel 3.10
Perkiraan Volume Limbah Cair Kota Mataram Tahun 2009-2029

Kecepatan aliran di saluran drainase dibedakan sebagai berikut :


 Saluran dengan lapis perkerasan, kecepatan alirannya berkisar antara 0,60 m/det untuk
mencegah pengendapan sedimentasi dan 3,0 m/det untuk keamanan

III - 37
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

 Untuk daerah komersial dan pusat kota yang padat disarankan pemakaian saluran
drainase tertutup yang pada setiap 50-100 m perlu dipasang lubang pemeriksaan
(manholes).
Jika dasar saluran drainase terletak di bawah muka air tanah (khususnya pada musim hujan),
perlu dibuat lubang-lubang di bagian bawah saluran untuk memberi kesempatan air tanah
masuk, sehingga mengurangi kemungkinan dinding dan dasar saluran pecah karena gaya ke atas
air tanah. Kriteria sistem pengaliran air hujan dan kapasitas saluran adalah sebagai berikut :
a. Kemiringan dasar saluran diusahakan mengikuti permukaan tanah.
b. Pelengkap saluran drainase adalah :
 Manhole, digunakan pada saluran tertutup yang berfungsi untuk kepentingan
perawatan saluran
 Street intel, digunakan sebagai penyalur aliran menuju saluran di tepi jalan
 Gorong - gorong digunakan pada saluran yang melintasi jalan.
 Saluran tanpa lapis perkerasan, kecepatan alirannya berkisar antara 0,60 m/det untuk
mencegah pengendapan dan 1,50 m/det untuk mencegah gerusan.
c. Pengaliran air hujan dari jatuhnya sampai ke lokasi badan air penerima harus secepat
mungkin.
d. Jalur saluran sependek mungkin Kecepatan aliran air dalam saluran tidak boleh
mengakibatkan kerusakan saluran akibat erosi.
Rencana pengembangan sistem drainase di Kota Mataram umumnya terbagi menjadi dua yaitu:
1. Arahan Pengembangan Sistem Drainase Utama (Mayor Drainase)
Sistem ini adalah sistem drainase penyalur dari darinase pengumpul ke daerah outfull
yaitu saluran alam atau laut. Pengembangan dan penataan saluran drainase utama di
Kota Mataram meliputi pengembangan dan penataan Sistem Aliran pada sungai –
sungai yang tersebar di Kota Mataram, terutama sungai – sungai besar diantaranya
adalah Sungai Jangkok dan Sungai Brenyok.
2. Rencana Pengembangan Saluran Drainase Pengumpul (Minor Drainase)
Saluran drainase ini merupakan saluran pengumpul debit air yang berasal dari
perumahan dan permukiman, perdagangan, perkantoran, industri dan lain-lain. Saluran
berfungsi mengumpulkan dan mengalirkan air hujan dari lingkungan terkecil ke saluran
drainase utama. Saluran minor ini terbagi menjadi 3 saluran drainase yaitu meliputi
saluran primer, sekunder dan tersier. Kondisi saluran drainase buatan di Kota Mataram
perlu ditingkatkan kontruksinya dari tanah menjadi permanen.
Kota Mataram memiliki empat buah sungai besar yang mengalir di dalam kota mataram
yaitu pada sungai :

III - 38
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

 Sungai Midang
 Sungai Jangkok
 Sungai Ancar
 Sungai Brenyok
Sungai Midang mengalir dengan batasan DAS Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat dari
arah timur ke barat, dimana sungai midang ini merupakan anak sungai Meninting yang berhulu di
sebelah daya barat G Tompole dan bermuara di Selat Lombok, panjang alirannya atau panjang
sungai 26 km, dengan kedaleman rata-rata 1.7 meter dengan luas daerah pengaliran sungai DPS
62 km2 dan dasar sungainya kelihatan agak curam yang indikasinya dapat dilihat dari cepatnya
aliran sungai tersebut, Sungai Jangkok berhulu dilereng sebelah barat gunung Rinjani dengan
batasan DAS yang mengalir dari timur ke barat dan setelah melalui Kota Mataram di bagian
tengah, akhirnya bermuara di Selat Lombok, Panjang sungai 86 km, kedalaman rata-rata 3.30
meter dan luas DPS 226 km2 , kecepatan alirannya cukup deras.
Sungai Ancar mengalir dari timur kebarat yang berhulu di gunung kondo dan bermuara di selat
lombok, sungai ini memiliki batasan DAS di tengah-tengah Kota Mataram, panjangnya sungai 21
km, kedalaman rata-rata 4 meter, dan luas DPS 63 km2

Sungai Brenyok memiliki batasan DAS disebelah selatan Kota Mataram yang mengalir dari arah
timur kebarat dan sungai tersebut berhulu di gunung manuk dan bermuara di Selat Lombok.
Panjangnya sungai 21 km, kedalamannya rata-rata 4.5 meter dan luas DPS 56.77 km2

Kota Mataram meiliki saluran irigasi yang cukup banyak sumber atau pintu airnya salah satunya
terdapat di Kelurahan Salagalas Kecamatan Bertais yang alirannya tersebar sebagian besar ke
kecamatan Selaparang dan untuk bagian selatan aliran irigasi terdapat di Kecamatan Sandubaya
yang mengalir ke Kecamatan Mataram, untuk pengaturan pola aliran air irigasi pihak pemerintah
merencanakan sistem buka-tutup pintu air agar dapat tersebar ke seluruh lahan pertanian yang
ada di Kota Mataram sehingga Air Irigasi Tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal, dalam
pengembangan sanitasi komunal Kota mataram akan dikembangkan di Kelurahan Karang Baru,
Mojok, Sayang-sayang, Abian Tumbuh Baru, Dasan Cermen dan kelurahan Jempong Baru. Untuk
lebih jelasnya pelayanan DAS, Drainase dan Irigasi dan Pengembangan Sanitasi Komunal, dapat
dilihat pada Peta 3.10 dan Peta 3.11.

III - 39
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

III - 40
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

III - 41
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

b. Sistem Persampahan
Pola pengelolaan sampah yang berkembang saat ini di Kota Mataram adalah sebagai berikut :
1. Sistem individual langsung yaitu pengumpulan sampah yang dilakukan secara door to
door dengan mendatangi sumber sampah, dimana sampah tersebut akan diangkut
dengan menggunakan truk biasa atau dump truk.
2. Sistem individual tak langsung yaitu pengumpulan sampah yang dilakukan secara door
to door yang dilakukan oleh petugas kebersihan dengan menggunakan gerobak serta
truk kecil dan sampah yang ada ditampung di tempat penyimpanan sementara yang
berupa kontainer kapasitas 6 - 8 m3, dan kemudian sampah yang terkumpul tersebut
dipindahkan ke TPS.
3. Sistem Komunal yaitu pengumpulan sampah yang dilakukan oleh masing-masing
penghasil sampah dan dibuang ke tempat-tempat yang telah disediakan oleh dinas
kebersihan. Sebagai tempat penampungannya berupa kontainer, kemudian di buang ke
TPA. Selain itu dilakukan penangan secara langsung oleh para penghasil sampah, yaitu
dengan dibakar atau ditimbun pada lahan–lahan kosong.
Pengolahan persampahan di Kota Mataram untuk masa yang akan datang diarahkan pada
pengolahan sampah dengan konsep Pengelolaan Sampah Terpadu menuju Zero Waste,
merupakan upaya mengubah sampah menjadi bahan yang lebih berguna dan tidak mencemari
lingkungan. Sistem yang terkait adalah sistem pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan
pembuangan akhir.

Konsep ini merupakan kombinasi dari berbagai teknologi pengolahan sampah, antara lain
teknologi pengkomposan, teknologi daur ulang sampah non-organik, teknologi pembakaran
(incinerator), teknologi sanitari landfill yang sehat dan dapat di guna ulang (dapat dipakai secara
terus terus menerus) teknologi pemanfaatan sisa pembakaran.
Strategi Konsep Sampah Terpadu Menuju Zero Waste, antara lain :
1. Memperbaiki sistem pengelolaan sampah wilayah perencanaan dengan skala terpadu
pada tiap kawasan.
2. Pengolahan sampah pada sumbernya (skala individu).
Konsep pengelolaan sampah dengan sistem diatas dapat dilihat pada Gambar 3.4.

II - 42
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

Gambar 3.5 Konsep Pengelolaan Persampahan

Timbulan Sampah

Sampah Sampah
An-Organik pemilahan Organik

Daur TPS

TPA
Peralatan Rumah
Tangga

Proses komposting

Masyarakat

Pengelolaan sampah dengan sistem ini dapat dilakukan kerjasama antara pihak swasta,
masyarakat dan sub Dinas Kebersihan yang meliputi :
 Pihak masyarakat dapat melakukan kegiatan pemisahan sampah sesuai dengan
sampah yang dihasilkan yaitu memisahkan sampah kering dan sampah basah yang
terkumpul pada tempat terpisah;
 Sedangkan pihak swasta dapat bekerjasama dalam pengolahan sampah yang bersifat
daur ulang yaitu sampah-sampah kering yang dapat mereka beli dan dapat didaur
ulang;
 Pihak sub dinas melakukan pengangkutan sisa-sisa sampah yang telah terpisah untuk
diangkut ke TPA;
 Peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam pemilihan awal sampah yang
dihasilkan
 Mengurangi beban dinas kebersihan dalam pengangkutan sampah;
 Beban TPA berkurang dengan berkurangnya sampah yang diangkut ke TPA.
Adapun pengembangan lokasi tempat penampungan sampah sementara (berupa container) di
Kota Mataram adalah di selur kelurahan Kota Mataram yang disediakan 1-2 buah kontainer sesuai
dengan kebutuhan dan timbulan yang dihasilkan oleh setiap kelurahan. Sedangkan proses
pengelolaan sampah sistem tersebut diatas dapat dilihat pada Gambar 3.6.

II - 43
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

Kebutuhan sarana persampahan di Kota Mataram didasarkan pada timbulan sampah yang
dihasilkan dengan asumsi :
 Rumah tangga menghasilkan sampah sebesar 2,75 lt/hari;
 Perdagangan, untuk tiap pasar diperkirakan menghasilkan sampah sebanyak 25 %
dari sampah produksi rumah tangga sedangkan untuk perdagangan lainnya
menghasilkan 5 % dari sampah rumah tangga;
 Jalan, menghasilkan sampah sebanyak 10 % dari sampah rumah tangga;
 Lain-lain diasumsikan 5 % dari sampah produksi rumah tangga.
Sementara Kebutuhan sarana persampahan di wilayah perencanaan sampai akhir Tahun 2028
berupa gerobak sampah di Kota Mataram sebanyak 502 unit, dan jumlah TPS mencapai 168 unit.
Lihat Tebel 3.11

Di Kota Mataram tidak mempunyai TPA (Tempat Pembuangan Akhir) karena keterbatasan lahan
yang ada. Untuk TPA terdapat di luar wilayah Kota Mataram, yaitu Dusun Kongok, Desa Suka
Makmur Kecamatan Gerung Lobar Kabupaten Lombok Barat. Adapun sebaran container dapat
dilihat pada peta 3.12.

Gambar 3.6
Rencana Proses Pengelolaan Sampah

60% 20%

Sampah yang Sampah organic Sisa Sampah


dihasilkan Komposting

Sampah organic Sisa sampah daur TPA


daur ulang ulang Proses (pembakaran)

Abu hasil
pembakaran

Bahan Baku Untuk Alat Rumah


Tangga

II - 44
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

Tabel 3.11
Perkiraan timbulan sampah Kota mataram sampai tahun 2009-2029

3.3 RENCANA STRUKTUR RUANG KAWASAN MATARAM METRO


Berdasarkan hirarki tingkat kekotaan masing-masing kawasan, kecenderungan-
kecenderungan perkembangan wilayah yang terjadi dan memperhatikan kepentingan
masyarakat, maka sistem perwilayahan dapat dikembangkan sebagai berikut:
1. Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat Kawasan ini merupakan
kawasan strategis Provinsi NTB dalam bidang pertumbuhan ekonomi, yang mencakup 12
kecamatan yang menjadi bagian dari wilayah administrasi Kota Mataram dan Kabupaten
Lombok Barat., dengan sektor unggulan berupanperdagangan dan jasa, industri dan
pertanian.
2. Secara perwilayahan, 12 kecamatan yang menjadi bagian ini tergabung dalam 3 (tiga)
fungsi pelayanan, diantaranya Pusat Pelayanan (PP), Sub Pusat Pelayanan 1 (SPP1) dan Sub
pusat pelayanan 2 (SPP2), sebagaimana tertuang dalam tabel berikut:

II - 45
Tabel 3.12
Sistem Perwilayahan Kawasan Mataram Metro

No. Fungsi Pelayanan Wilayah Pelayanan Pusat Wilayah yang


Kecamatan Pengembangan dilayani
1 Pusat Pelayanan Kecamatan Ampenan Seluruh Wilayah Kawasan-kawasan
Kecamatan Sekarbela Kota Mataram sub pusat
Kecamatan Selaparang pelayanan
Kecamatan Mataram (Kawasan
Kecamatan Cakranegara Hinterland)
Kecamatan Sandubaya
1 Sub Pusat Pelayanan 1 Kecamatan Narmada Pada tiap-tiap SPP2 dan Pusat-
Kecamatan Gunungsari ibukota pusat lingkungan
Kecamatan Labuapi Kecamatan kecamatan
2 Sub Pusat Pelayanan 2 Kecamatan Kediri Sebuah kawasan Pusat-pusat
Kecamatan Lingsar di wilayah lingkungan
Kecamatan Batulayar Kecamatan Kediri kecamatan.
Sumber : Hasil Rencana

3 (tiga fungsi pelayanan) tersebut, diantaranya: dengan fungsi sebagai Pusat Pelayanan (PP)
adalah Kecamatan-kecamatan yang terdapat di Kota Mataram yang tergabung dalam satu
pusat pengembangan wilayah Kota Mataram. Untuk Sub Pusat Pelayanan terbagai menjadi 2
yakni SPP 1 yang melingkupi kecamatan Narmada, Gunungsari, dan Labuapi, serta untuk
SPP2 melingkupi Kecamatan Lingsar, Kediri dan Batulayar. Pembagian fungsi pelayanan pada
tiap-tiap wilayah didasarkan pada tingkat kekotaan atau hierarki kekotaan dari masing-
masing wilayah.
Secara struktur ruang, orientasi pengembangan pusat-pusat pertumbuhan adalah hirarkis.
Pengembangan unit lingkungan berorientasi ke pusat kawasan dan pusat kawasan memiliki
orientasi pengembangan ke pusat satuan wilayah pengembangan. Sedangkan pusat satuan
wilayah pengembangan memiliki orientasi pengembangan ke pusat wilayah pengembangan.
Adapun pusat wilayah pengembangan berada di wilayah Kecamatan Mataram. Artinya bahwa
diwilayah Kecamatan Mataram terdapat pusat utama kawasan ini.

3.3.1 Sistem Jaringan Wilayah


Sistem jaringan yang dikembangkan dalam kawasan Mataram Metro bertujuan untuk
meningkatkan pelayanan dalam kawasan maupun pelayanan antar kawasan. Sistem jaringan
yang diatur meliputi sistem jaringan promer, sekunder dan tersier. Sistem jaringan ini akan
III - 46
menjadi panduan dalam perencanaan sistem jaringan transportasi, air bersih, ketenagalistrikan,
drainase maupun persampahan.
Berdasarkan konsep pengembangan tata ruang dan distribusi pusat pengembangan
sebagai dipaparkan di atas, maka sistem jaringan di kawasan Mataram Metro, sebagai berikkut:
a. Sistem Jaringan Primer
Sistem jaringan primer adalah sistem yang menghubungkan kawasan Mataram dan Lombok
Barat dengan ibukota kabupaten ataupun dengan pusat aktivitas strategis berskala provinsi
dan nasional. Sistem jaringan primer yang lewat dalam kawasan Mataram dan Kabupaten
Lombok Barat, maka sistem jaringan iniharus berada dilingkar luar kawasan Mataram dan
Kabupaten Lombok Barat atau berada di luar Kota Mataram. Hal ini bertujuan untuk
memperlancar distribusi pelayanan Kota Mataram ke kawasan sekitarnya dan atau
mendorong perkembangan kawasan di luar kota inti yakni Kota Mataram. Pengelolaan sistem
jaringan primer menjadi wewenang Pemerintah Pusat/Nasional dan Pemerintah Provinsi
dengan berkoordinasi dengan Pemerintah Kota Mataram dan Pemerintah Kabupaten Lombok
Barat.
Sistem jaringan primer yang dikembangkan mencakup:
 Lingkar Utara, menghubungkan kawasan wisata Senggigi - Batu Layar - Gunungsari-
Lingsar - Narmada - Labuhan Lombok;
 Lingkar Selatan, menghubungkan Kawasan Senggigi-Batu Layar – Ampenan – Sekarbela -
Labuapi – Kediri - Bandara Internasional Lombok (BIL) dan menghubungkan Kediri-
Labuapi – Narmada - Labuhan Lombok;
 Poros Utara-selatan, di sepanjang pesisir Kota Mataram yang menghubungkan Kabupaten
Lombok Utara - senggigi - Kota Mataram - Labuapi - Lembar;
 Poros Tengah (Timur-Barat), melalui tengah Kota Mataram yang menghubungkan
Ampenan – Selaparang – Cakranegara – Sandubaya - Narmada - Kabupaten Lombok
Timur (Selong).
b. Sistem Jaringan Sekunder
Sementara itu, sistem jaringan sekunder dikembangkan untuk menghubungkan didalam
pusat Pelayanan dalam hal ini kawasan Kota Mataram dan Pusat Pelayan dengan Sub Pusat
Pelayan di Kabupaten Lombok Barat. Sistem jaringan sekunder hanya boleh bersinggungan
langsung dengan sistem jaringan primer. Pengelolaan sistem jaringan ini menjadi wewenang
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Sistem jaringan sekunder yang
dikembangkan, mencakup:
 Poros Utara-Selatan, menghubungkan Gunungsari-Selaparang-Mataram-Labuapi-Kediri
 Poros Timur-Selatan, menghubungkan Lingsar-Cakranegara-Sandubaya-Labuapi-Kediri

III - 47
 Poros Barat-Timur, menghubungkan Ampenan-Selaparang-Mataram-Cakranegara-
Sandubaya-Narmada;
 Poros Barat-Selatan, menghubungkan Sekarbela-Labuapi-Kediri
c. Sistem Jaringan Tersier
Sistem jaringan tersier diperuntukkan untuk meningkatkan pelayanan di dalam Sub pusat
pelayanan ataupun pusat-pusat lingkungan yang berada di kawasan Mataram dan
Kabupaten Lombok Barat . sistem ini hanya boleh bersinggungan langsung dengan System
jaringan tersier dapat memanfaatkan system yang sudah ada saat ini maupun
mengembangkan sistem jaringan baru yang bertujuan untuk memacu pertumbuhan ekonomi
maupun pemerataan pelayanan ke seluruh kawasan. Pengelolaan sistem jaringan tersier
menjadi wewenang pemerintah Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat secara terpadu.

3.3.2 Rencana Pengembangan Zonasi Wilayah


Kawasan Mataram Metro sebagai Kota Metropolitan dengan orde kota tertinggi dan
berperan sebagai salah satu pusat Kegiatan Nasional, direncanakan menjadi pusat orientasi
pertumbuhan dan perkembangan kota-kota diwilayah Provinsi NTB dimana pengembangan
wilayah Provinsi NTB diarahkan kepada pembangunan kawasan pariwisata yang berbasis
agroindustri. Secara khusus kawasan Mataram Metro diarahkan menjadi:
a. Pusat Pemerintahan Provinsi
b. Pusat Pendidikan tinggi
c. Pusat perdagangan dan jasa skala nasional dan internasional
d. Pusat kawasan pariwisata dan industri kerajinan
e. Kawasan permukiman skala besar.
Pengembangan zonasi wilayah dimaksudkan untuk mengintegrasikan funngsi, peran dan
tata guna lahan kawasan perbatasan kedua wilayah Kabupaten/Kota dengan memaduserasikan
antara potensi kedua wilayah/kawasan dan arahan rencana Kawasan Mataram Metro.
Zonasi pemanfaatan ruang kawasan Mataram Metro disesuaikan dengan limitasi kawasan
4 (empat) wilayah pengembangan dan potensi sebaran sector dominan. Zonasi sector dominan
di dalam 1 (satu) wilayah pengembangan dimaksudkan bagi terwujudnya : keseimbangan dan
keserasian pertumbuhan antar wilayah pengembangan: pengelolaan sector dominan yang
terintegrasi dengan batas wilayah administrative, dan keunggulan komparatif sector dominan
yang saling melengkapi (komplementer).
Peran dan fungsi wilayah kawasan Mataram Metro sebagaimana yang telah ditetapkan
yaitu: pusat Pemerintahan Provinsi, pusat pendidikan tinggi, pusat perdagangan dan jasa skala
nasional dan internasional, pusat kawasan pariwisata dan industri kerajinan, kawasan

III - 48
permukiman skala besar, secara fungsional didistribusikan ke dalam masing-masing wilayah
pengembangan dengan mempertimbangkan potensi dan kelayakan wilayah, seperti komoditi
unggulan, aksesibilitas, komplementaritas dan keunggulan kompetetif/komparatif.

Tabel 3.13
Pengembangan Zonasi Perwilayahan

No. Zona Kecamatan Peran dan Fungsi


Utama
1 Wilayah Pengembangan Utara Batu Layar  Pariwisata
 Permukiman
 Konservasi
 Industri Kerajinan
Gunungsari  Perdagangan-jasa
 Industri Kerajinan
 Permukiman
 Pendidikan
 Konservasi
2 Wilayah Pengembangan Timur Lingsar  Pariwisata
 Permukiman
Terbatas
 Industri Pengolahan
 Hasil Pertanian
 Konservasi
Narmada  Pariwisata
 Perdagangan-jasa
 Permukiman
 Konservasi
3 Wilayah Pengembangan Selatan Kediri  Industri kerajinan
 Pendidikan
 Permukiman
 Perdagangan-jasa
 Konservasi
Labuapi  Perkantoran
 Permukiman
 Industri pengolahan
 Pergudangan
Sumber: Hasil Rencana

Peruntukan/pengalokasian permukiman pada keseluruhan wilayah pengembangan


didasarkan atas pertimbangan kecenderungan pertumbuhan permukiman yang mengikuti kondisi
topografi kawasan yaitu: belahan utara yang berbukit-bukit dengan pertumbuhan perumahan
yang mengikuti pola lompat katak (leap frog) dan belahan Selatan yang relative berupa dataran

III - 49
dengan pertumbuhan perumahan yang mengikuti pola tersebar (urban sprawl). Kedua tipologi
pertumbuhan permukiman tersebut terjadi akibat tekanan perubahan guna lahan kawasan
perdagangan dan industri jasa sedemikian kuat meningkatkan polusi (suara, debu, asap)
sehingga menurunkan kualitas lingkungan perumahan/permukiman dan penduduk memilih untuk
bermukim ke daerah pinggiran (sub urban). Tipologi pertumbuhan permukiman ini apabila
berkembang tanpa arah dan kendali, akan menimbulkan rona lingkungan dengan guna lahan
yang semerawut.

3.3.3 Rencana Pengembangan Kependudukan


1. Jumlah dan Distribusi Penduduk
Jumlah penduduk kawasan Mataram Metro tahun 2008 sebanyak 742.503 jiwa dan
diproyeksikan jumlah penduduk sampai akhir tahun perencanaan pada tahun 2029 akan
mencapai 1.351.987 jiwa. Kecamatan dengan proyeksi jumlah penduduk tertinggi adalah
Kecamatan Lingsar dan terkecil Kecamatan Sandubaya.
Penyebaran penduduk di kawasan Mataram Metro juga tidak merata. Penduduk lebih
banyak terkonsentrasi di beberapa kecamatan. Kecamatan yang memiliki proyeksi
kepadatan penduduk terbesar adalah Kecamatan Mataram yaitu mencapai 6.396
sedangkan kecamatan yang memiliki proyeksi kepadatan terkecil adalah kecamatan
Lingsar yaitu 832 jiwa/km2.
Tabel 3.14
Proyeksi Distribusi Penduduk Tahun 2009-2029

Tahun Pertumbuhan Tahun


No Kecamatan
2004 2005 2006 2007 2008 Penduduk 2009 2014 2019 2024 2029

1 Ampenan 65.591 70.800 70.097 70.683 71.902 2,41% 73.632 82.924 93.389 105.174 118.447

2 Cakranegara 57.798 62.767 62.143 62.663 63.740 2,57% 65.378 74.223 84.264 95.664 108.606

3 Mataram 66.661 68.563 67.864 67.659 68.818 0,81% 69.375 72.226 75.195 78.287 81.505

4 Sandubaya 48.047 47.824 47.343 47.739 48.566 0,27% 48.697 49.358 50.028 50.707 51.396

5 Sekarbela 37.359 40.188 39.787 40.121 40.815 2,31% 41.759 46.816 52.486 58.843 65.969

6 Selaparang 65.364 66.606 65.949 67.276 64.364 1,90% 65.587 72.060 79.171 86.984 95.568

7 Kediri 49.834 50.298 50.784 54.697 55.616 2,90% 58.889 67.940 78.382 90.429 104.327

8 Labuapi 54.620 55.486 55.931 61.158 62.185 3,46% 66.566 78.917 93.559 110.918 131.497

9 Narmada 78.485 79.013 79.623 85.820 87.263 2,80% 92.211 105.844 121.492 139.454 160.071

10 Lingsar 54.045 55.448 55.924 65.239 66.336 5,69% 74.094 97.692 128.806 169.830 223.919

11 Gunungsari 67.242 68.295 68.396 73.956 75.200 2,96% 79.716 92.227 106.703 123.450 142.826

12 Batulayar 34.014 36.708 38.383 37.076 37.698 2,71% 39.767 45.451 51.946 59.370 67.856
JUMLAH
679.060 701.996 702.224 734.087 742.503 775.670 885.678 1.015.422 1.169.109 1.351.987
Sumber : Hail Rencana

III - 50
Memperhatikan proyeksi jumlah penduduk sebagaimana tertuang dalam tabel tersebut di
atas, diperlukan upaya-upaya progresif untuk mendorong perkembangan jumlah
penduduk ke luar Kota Mataram. Untuk mengantisipasi maksud tersebut, perlu dinilai
daya tampung yang dimiliki oleh setiap kecamatan/kawasan untuk menampung penduduk
sampai dengan tahun 2029. Hal ini juga akan memberi gambaran ke arah kawasan mana
penduduk dapat didistribusikan untuk mengurangi beban ruang Kota Mataram sebagai
tempat orang bermukim. Dalam tabel di bawah, jumlah penduduk sudah tidak mungkin
ditampung/overload akan terjadi di Kecamatan Narmada. Oleh karena itu, penduduk
harus didistribusikan kebeberapa kecamatan seperti Kecamatan Ampenan masih mampu
menampung sebanyak 803,45 jiwadan Kecamatan Cakranegara memiliki kemampuan
untuk menampung penduduk dalam jumlah besar, namun perlu diwaspadai bahwa kedua
kawasan ini merupakan kawasan perdagangan. Sehingga secara keseluruhan lahan
tersebut tidak sepenuhnya diperuntukan untuk menampung penduduk.

Tabel 3.14
Daya tampung penduduk sampai pada tahun 2029

Tahun Kepadatan Daya


No Kecamatan / Kelurahan Luas Km2
2008 Jiwa/km2 Jiwa/ha Tampung
1 Kecamatan Ampenan 9,46 71.902 7601 76 803,45
2 Kecamatan Cakranegara 10,32 63.740 6176 62 598,48
3 Kecamatan Mataram 10,76 68.818 6396 64 594,40
4 Kecamatan Sandubaya 10,77 48.566 4509 45 418,70
5 Kecamatan Sekarbela 9,67 40.815 4221 42 436,48
6 Kecamatan Selaparang 10,32 64.364 6237 62 604,34
7 Kecamatan Kediri 21,64 55.616 2570 26 118,76
8 Kecamatan Labuapi 26,79 62.185 2321 23 86,64
9 Kecamatan Narmada 103,39 87.263 844 8 8,16
10 Kecamatan Lingsar 79,75 66.336 832 8 10,43
11 Kecamatan Gunungsari 53 75.200 1419 14 26,77
12 Kecamatan Batulayar 34,11 37.698 1105 11 32,40
JUMLAH 379,98 742.503 44231
Sumber: Hasil Analisa

Kalau tabel di atas menggambarkan daya tampung maksimal yang tersedia di setiap
kecamatan, maka tabel di bawah menggambarkan seberapa besar ruang yang tersedia
yang dapat menampung perkembangan jumlah penduduk sampai dengan 2029.
Rencana pengembangan penduduk dalam rangka mendorong terjadinya pemerataan
jumlah penduduk adalah:

III - 51
1) Membatasi angka kelahiran diseluruh kawasan Mataram Metro. Dengan pertimbangan
bahwa jumlah penduduk kawasan Mataram Metro di tahun 2029 mencapai 1.351.987.
Sedangkan daya tampung ruang yang tersedia adalah tetap. Hal ini dilakukan untuk
meminimalisir persoalan-persoalan oenduduk akibat tingginya jumlah penduduk seperti
konflik social, konflik penggunaan lahan, bahkan kerusakan lingkungan akibat
peningkatan jumlah permukiman
2) Pengembangan jumlah dan distribusi penduduk diarahkan, sebagai berikut :
a. Mengimplementasikan pembagian fungsi wilayah kecamatan yang telah ditetapkan
secara konsisten oleh pemerintah daerah, sehingga mampu menarik minat
penduduk untuk bermukim ke arah luar Kota Mataram.
b. Berkaitan dengan jumlah dan distribusi penduduk, ekstensifikasi pengembangan
kawasan permukiman diarahkan pada Kecamatan Batu Layar, Gunungsari, Kediri,
dan Labuapi. Sedangkan kecamatan-kecamatan yang sudah padat saat ini seperti
Ampenan dan Sekarbela, direncanakan agar pertambahan jumlah penduduk di
kawasan tersebut dapat diarahkan menuju Kecamatan Batu Layar, Kediri, dan
Labuapi. Adapun Kecamatan Selaparang, Mataram, Cakranegara, dan Sandubaya
diarahkan untuk melakukan program intensifikasi lahan permukiman dengan
mengembangkan bangunan hunian secara vertikal.
c. Mendorong usaha/kegiatan yang bersifat ekonomis diwilayah kecamatan yang
memiliki jumlah penduduk lebih kecil, seperti di Kecamatan Lingsar, Labuapi, Kediri,
dan Gunungsari. Sehingga diharapkan penduduk tertarik untuk bermukim di
kecamatan-kecamatan tersebut.
d. Peningkatan akses transportasi jalan ke wilayah kecamatan yang akan
dikembangkan sebagai kawasan permukiman penduduk, sehingga diharapkan
penduduk akan mendapatkan kenudahan dalam aksesibilitas menuju tempat kerja,
rekreasi maupun hunian.
e. Peningkatan fasilitas dan utilitas di wilayah kecamatan yang akan dikembangkan
sebagai kawasan permukiman penduduk, sehingga diharapkan penduduk tertarik
untuk bermukim di wilayah kecamatan tersebut, seperti di Kecamatan Batu Layar,
Labuapi, Kediri dan Gunungsari
f. Membatasi IMB dan menerapkan PBB yang tinggi di kecamatan yang padat
penduduknya, yaitu di kecamatan mataram, Ampenan, dan Cakranegara.
g. Pengembangan bangunan super block dimungkinkan pada kawasan yang sangat
padat dengan tingkat kebutuhan ruang sangat tinggi seperti kawasan perdagangan

III - 52
dan jasa di Kecamatan Ampenan, Kecamatan Cakranegara, dan Kecamatan
Sandubaya.
2. Kualitas Penduduk
Struktur penduduk dikawasan Mataram Metro berdasar usia, terbanyak adalah usia
produktif (15-64 tahun). Pada usia lainnya yaitu usia kanak-kanak 0-14 tahun lebih kecil
dari penduduk usia produktif kemudian usia lanjut (65 keatas) juga relatif sangat kecil.
Usia produktif yang cukup besar ini merupakan potensi ketenagakerjaan yang harus
didukung oleh kesempatan kerja yang tinggi, sehingga dapat mengurangi dampak sosial
yang akan ditimbulkan akibat kurangnya kesempatan kerja.
Sedangkan struktur penduduk menurut agama menunjukan bahwa dominan masyarakat
dikawasan Mataram Metro pada tahun 2007 memeluk agama islam sebanyak 621.185
jiwa disusul oleh penduduk beragama hindu sebanyak 73.017 jiwa dengan jumlah
penduduk beragama hindu terbesar di Kecamatan Cakranegara. Selanjutnya agama
Kristen Katolik sebanyak 7417 jiwa terbesar di Kecamatan Ampenan.
Sebagian besar penduduk di kawasan Mataram Metro bermatapencaharian disektor
pertanian. Hal ini menunjukan penduduk di kawasan Mataram Metro khususnya di luar
Kota Mataram terkecuali di Kecamatan Batu Layar dan Gunungsari adalah masyarakat
agraris. Sedangkan penduduk yang bermukim di kecamatan yang ada di Kota Mataram,
Batu Layar dan Gunungsari memiliki ciri-ciri penduduk perkotaan dimana sektor sekunder
dan tersier masih merupakan mata pencaharian dominan masyarakat ditempat tersebut.
Hal ini menunjukan bahwa belum ada pemerataan kualitas penduduk baik kualitas
ekonomi maupun sosial budaya di beberapa wilayah terutama kecamatan-kecamatan di
luar Kota Mataram. Oleh karena itu, diperlukan sebuah rencana pengembangan penduduk
dalam rangka pemerataan kualitas penduduk sesui dengan skenario yang ada. Upaya
pengembangan penduduk terkait dengan pemerataan kualitas penduduk adalah:
1. Meningkatkan keterampilan masyarakat terutama masyarakat yang tinngkat
pendidikannya rendah, sehingga mereka mampu bekerja di sector non pertanian,
terutama masyarakat yang tinggal diwilayah Kecamatan Gunungsari, Lingsar,
Narmada, dan Batu Layar
2. Membuka peluang kerja di sector non pertanian, baik sector perdagangan, jasa
maupun pariwisata yang diharapkan mampu menampung penduduk usia produktif
yang cukup tinggi, sehingga mampu mengurangi tingkat pengangguran
3. Meningkatkan pendidikan luar sekolah (non formal) seperti pusat kegiatan belajar
masyarakat yang tersebar di seluruh kawasan, sehingga diharapkan mampu
meningkatkan tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat

III - 53
4. Meningkatkan jumlah sekolah formal dan tersebar merata di wilayah kecamatan, sesua
dengan jumlah anak usia sekolah yang akan meningkat di akhir tahun perencanaan
5. Pengembangan kegiatan social-ekonomi masyarakat
6. Pengembangan sarana dan prasarana wilayah khususnya pendidikan
7. Mendistribusikan pusat-pusat kegiatan Kota Mataram ke seluruh kawasan Mataram
Metro secara proporsional sesuai dengan potensi dan kemampuan sumberdaya yang
tersedia.

3.3.4 Rencana Pengembangan Ekonomi Wilayah


Pertama, pengembangan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan investasi dan produksi
terhadap komoditi unggulan yang ada. Kedua, pro pertumbuhan juga harus dibarengi dengan
pro pemerataan kesejahteraan masyarakat diberbagai kawasan. Dalam perspektif demikian,
terbesit gambaran bahwa pembangunan ekonomi setiap kawasan tidak dapat dilakukan secara
sendiri-sendiri, namun akan lebih optimal bila terbangun hubungan yang saling menguntungkan
antar komoditi antar kawasan.
Secara teoritis, suatu wilayah akan berkembang cepat bila memenuhi beberapa kriteria,
yakni memiliki kemampuan untuk melakukan transfer baik dalam hal sumberdaya dan produksi
didalam maupun ke luar, kemudian produk yang dihasilkan memiliki keunggulan komparatif dan
kompetitif terhadap produk sejenis dari wilayah lainnya, serta tersedianya barang
pengganti/substitusi dari produk-produk yang sudah ada. Transfer ability dapat dilakukan bila
didukung oleh ketersdiaan sarana prasarana yang memungkinkan adanya proses perpindahan
tersebut. Sarana prasarana tersebut dapat berupa infrastruktur jalan, kualitas pelayanan
transportasi hingga ketersediaan wadah/media yang memungkinkan saler dan buyer bertemu
seperti fasilitas perdagangan dan jaringan telekomunikasi. Bila berbagai kemudahan tersebut
terseida, bukan tidak mungkin produktivitas komoditi unggulan akan meningkat secara signifikan
dalam mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi kawasan Mataram Metro.
Disamping itu dapat pula dikembangkan produk-produk berbeda yang tidak ditemukan
keberadaannya di wilayah lain. Upaya inovatif juga perlu diciptakan untuk mendorong munculnya
beranekaragam produk alternatif yang mampu saling melengkapi dengan produk yang sudah
ada. Diversifikasi usaha maupun produk komoditi unggulan harus dilakukan dalam menjamin
berlangsungnya komplementaritas yang dapat ditawarkan satu kawasan dengan kawasan lainnya
di kawasan Mataram Metro maupun dengan kawasan yang ada di luar kawasan Mataram Metro.
Memperhatikan hasil analisa pertumbuhan ekonomi di kawasan Mataram Metro pada bab
III, peranan tertinggi dalam penciptaan nilai tambah dikawasan Mataram Metro masih ditempati
oleh dua sektor lapangan usaha yaitu sektor pertanian memberi sumbangsih sebesar 26% dan

III - 54
sektor perdagangan, hotel, dan restoran memberikan sumbangsih yang sama sebesar 26%.
Dominasi sektor perdagangan, hotel dan restoran ini disebabkan oleh lokasi aktivitas penduduk
tinggi dan secara ekonomi masyarakatnya memiliki tingkat pendapatan yang lebih dibanding
lainnya di kawasan Mataram Metro. Sedangkan sektor pertanian terdapat di kecamatan
perbatasan di Lombok Barat antara lain Kecamatan Kediri, Narmada, dan Lingsar, namun ada
juga kecamatan yang ekonominya terbentuk oleh sektor ekonomi sekunder seperti Gunungsari
dan Batulayar. Sektor lainnya yang menunjukan tingkat kekotaan cukup tinggi secara ekonomi
yaitu sektor bangunan sebesar, sektor jasa-jasa dan sektor pengangkutan 9%. Sektor ekonomi
yang jumlahnya terkecil adalah keuangan, listrik dan gas. Jika sektor industri pengolahan dapat
mengimbangi pertumbuhan sektor pertanian sebesar maka akan berpengaruh kepada sektor-
sektor lainnya untuk berkontribusi dalam pembentukan PDRB pada tahun-tahun mendatang dan
sekaligus dapat meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat di kawasan Mataram Metro.
Berdasarkan potensi yang ada dan kecenderungan perkembangan yang terjadi saat ini,
kegiatan pariwisata tersebar dibeberapa kawasan seperti Kecamatan Batu Layar, Kecamatan
Ampenan, Kecamatan Sekarbela, Kecamatan Cakranegara, Kecamatan Sandubaya, Kecamatan
Lingsar, dan Kecamatan Narmada. Komoditi wisata yang potensial adalah wisata bahari, wisata
alam, pegununngan dan hutan, wisata agro, wisata budaya, dan wisata kuliner. Aktivitas
ekonomi lainnya seperti perdagangan dan jasa terkonsentrasi di Kecamatan Cakranegara,
Kecamatan Sandubaya, Kecamatan Ampenan, Kecamatan Mataram, dan cukup potensial di
Kecamatan Selaparang, Kecamatan Narmada dan Kecamatan Gunungsari. Untuk kegiatan
industri kerajinan tersebar di KecamatanNarmada dan Kecamatan Gunungsari. Untuk kegiatan
industri kerajinan tersebar di Kecamatan Gunungsari, Kecamatan Sekarbela, Kecamatan
Cakranegara, dan Kecamatan Kediri. Jenis komoditi yang selama ini dikembangkan adalah
meubel bambu, mutiara, kain tenun, gerabah dan meubel kayu cukli. Sedangkan potensi
pertanian dan perkebunan tersebar di Kecamatan Gunungsari, Kediri, Labuapi, Lingsar, Narmada,
Selaparang, Cakranegara dan Sandubaya.
Tidak bisa dipungkiri bahwa aktivitas pedagang kaki lima atau PKL juga banyak tersebar
di kawasan Mataram Metro yang harus membutuhkan penataan dalam rangka menciptakan
kenyamanan dan keindahan wajah Mataram Metro.
Mengacu kepada dua hal pokok di atas, yakni kondisi yang diharapkan dari upaya
pengembangan ekonomi dan potensi yang dimiliki, maka rencana penngembangan ekonomi
harus diarahkan kepada bagaimana mengoptimalkan pengembangan potensi untuk mencapai
hasil yang diharapkan dengan dukungan sarana prasarana memadai.

III - 55
Rencana pengembangan ekonomi kawasan Mataraam Metro menyangkut 3 (tiga) aspek,
yakni: pengembangan pra produksi, proses produksi, dan pasca produksi yakni pemasaran
produk.
Rencana yang terkait dengan pengembangan pra produksi
1. Melaksanakan upaya intensifikasi maupun ekstensifikasi pertanian dan perkebunan untuk
mewujudkan ketersediaan bahan baku bagi industry pengolahan berbasis agro
2. Peningkatan kualitas produk pertanian dan perkebunan unggulan untuk meningkatkan daya
saing terhadap produk sejenis dari daerah lain
3. Menjalin kerjasama dengan produsen bahan baku industry kerajinan.
4. Meningkatkan ketersediaan jumlah, jenis, dan aneka barang yang diperdagangkan
5. Mengembangkan jenis perdagangan spesifik diberbagai kawasan untuk menciptakan
keseimbangan perkembangan kawasan perdagangan
6. Membangun sarana dan prasarana pariwisata yang menarik sesuai dengan potensi dan
keinginan wisatawan
7. Mengembangkan paket-paket tujuan wisata
8. Mengembangkan link anatara aktivitas pariwisata dengan kegiatan industry kerajinan
Rencana yang terkait dengan proses produksi
1. Menempatkan jenis dan skala kegiatan ekonomi yang sesuai dengan potensi dan kebutuhan
2. Meningkatkan produktivitas sector pertanian, perkebunan, pariwisata, perdagangan-jasa dan
industry kerajinan yang sudah ada
3. Merelokasi aktivitas ekonomi yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan wialayah
4. Meningkatkan kualitas pelayanan pada setiap daerah objek tujuan wisata
5. Meningkatkan kualitas lingkungan pada setiap daerah objek tujuan wisata
6. Peningkatan kualitas teknologi dan keterampilan pengrajin

Rencana yang terkait dengan pemasaran


1. Mengembangkan promosi produk ekonomi unggulan
2. Memperluas jaringan pemasaran produk
3. Memanfaatkan kemajuan teknologi dan pengetahuan dalam meningkatkan pemasaran
produk
4. Meningkatkan kualitas kemasan setiap produk pertanian dan perkebunan
5. Menyediakan kios/took untuk pemajangan produk unggulan
6. Mengembangkan sentra perdagangan berskala regional, nasional untuk menampung seluruh
produk
7. Menyediakan sarana prasarana pemasaran yang memadai dari tempat produksi menuju
pasar
III - 56
Tabel 3.15
Zonasi Komoditi Unggulan

No. Zona Kecamatan Komoditi Unggulan


Batu Layar 1. Wisata alam pantai
2. Wisata kuliner
3. Permukiman
4. Lahan pertanian dan perkebunan
5. Perdagangan skala local
6. Industry kerajinan Art Shop
1 Wilayah Pengembangan Utara Gunungsari 1. Perdagangan skala regional
2. Industry meubel bambu
3. Permukiman
4. Taman kota
5. Pengembangan pendidikan tinggi
6. Lahan pertanian dan perkebunan
7. Pasar buah-buahan
Lingsar 1. Wisata agro
2. Wisata kuliner
3. Wisata budaya
4. Wisata alam hutan dan pegunungan
5. Permukiman
6. Industry pengolahan hasil pertanian
7. Industry makanan dan minuman
8. Lahan pertanian dan perkebunan
9. Hutan
10. Perdagangan skala local
11. Pasar buah
Narmada 1. Wisata agro
2 Wilayah Pengembangan Timur
2. Wisata kuliner
3. Wisata budaya
4. Wisata alam hutan dan pegunungan
5. Perdagangan skala regional
6. Permukiman
7. Taman kota
8. Lahan pertanian dan perkebunan
9. Hutan
10. Sentra pemasaran agro skala
regional dan nasional
11. Art Shop
12. Pasar buah
Kediri 1. Industri gerabah
2. Pusat pendidikan pesantren
3. Pengembangan pendidikan tinggi
4. Perdagangan skala regional
5. Permukiman
3 Wilayah Pengembangan Selatan 6. Lahan Pertanian
7. Taman Kota
Labuapi 1. Perkembangan perkantoran
pemerintahan dan swasta
2. Permukiman
3. Industri pengolahan hasil pertanian
III - 57
No. Zona Kecamatan Komoditi Unggulan
4. Pergudangan
5. Lahan pertanian
6. Perdagangan skala local
7. Industry pengolahan hasil perikanan
Sumber: Hasil Rencana
Pengembangan ekonomi unggulan tersebut dapat dilakukan apabila tersedia dukungan:
1. Ketersediaan sarana prasarana transportasi yang memadai
2. Jaringan telekomunikasi yang menjangkau seluruh kawasan
3. Ketercukupan pelayanan listrik dan air bersih
4. Pelayanan drainase yang baik, irigasi yang memadai dan pengelolaan persampahan

Berkaitan dengan keberadaan pedagang kaki lima, disadari atau tidak sektor informal ini
memiliki peran dan kontribusi yang tidak sedikit dalam menggerakkan perekonomian Kota
Mataram dan sekitarnya. Namun yang masih menjadi kendala saat ini adalah lokasi sektor
informal ini belum tertata dengan baik sehingga sering dicap mengganggu ketertiban umum.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan berkaitan dengan keberadaan pedagang kaki lima,
adalah:
1. Menyediakan lahan dan fasilitas yang memadai untuk pedagang kaki lima di sekitar
kawasan pusat-pusat perdagangan, di sekitar kawasan ekonomi potensial lain, pusat-
pusat lingkungan dan kawasan, dan disekitar lokasi keramaian dengan teap
mempertimbangkan ketertiban umum dan lingkungan.
2. Merelokasi pedagang kaki lima dari tempat yang tidak sesuai dengan ketentuan yang
berlaku ke lokasi yanng relatif memiliki karakter yang sama dengan tempat semula.
3. Fasilitasi pengembangan usaha dan permodalan.

3.3.5 Rencana PengembanganInfrastruktur Wilayah


a. Sarana dan Prasarana Jalan
Prasarana jalan di kawasan Mataram Metro didominasi oleh jalan desa sepanjang terutama di
Kecamatan Narmada, Kediri, dan Lingsar. Situasi tersebut ditambah dengan masih rendahnya
aksesibilitas dari pusat-pusat lingkungan menuju pusat-pusat kota maupun kepusat aktivitas
sosial dan ekonomi masyarakat. Sementara itu, kecenderungan perkembangan aktivitas
masyarakat, perkembangan wilayah menuntut agar manusia dan barang dapat bergerak
lebih leluasa keberbagai kawasan ddidalam maupun luar kawasan. Oleh karena itu, orientasi
pengembangan prasarana jalan diarahkan kepada 3 aspek yakni: pembangunan jalan baru,
peningkatan kualitas, kelas dan status jlan dan pemeliharaan jalan.

III - 58
Mencermati kondisi yang ada serta kecenderungan perkembangan wilayah dan aktivitas
masyarakat, pembangunan jalan baru diarahakan untuk membuka akses kawasan-kawasan
yang selama ini terisolir dari pusat kota maupun pusat aktivitas masyarakat. Selain itu,
diarahkan pula untuk mengembangkan ring road yang mengitari kawasan Mataram Metro di
bagian luar baik dibagian utara, selatan, barat dan timur. Peningkatan status jalan
diprioritaskan kepada prasarana jalan yang sudah ada, namun tidak memenuhi kualitas, kelas
maupun status jalan memadai sesuai dengan beban dan fungsi yang diembannya dalam
menghubungkan satu maupun lebih kawasan di dalam kawasan Mataram Metro. Sedangkan
pemeliharaan jalan diarahkan seoptimal mungkin menyentuh seluruh ruas prasarana jalan
yang ada.
Pengembangan prasarana jalan, diarahkan untuk:
1. Membangun jalan baru yang menghubungkan unit lingkungan menuju pusat lingkungan,
pusat lingkungan/kelurahan/desa menuju pusat kawasan/kecamatan, pusat
kawasan/kecamatan dengan pusat kawasan Mataram Metro, dan menghubungkan
kawasan Mataram Metro dengan wilayah strategis di luar Mataram Metro.
2. Meningkatkan kualitas dan menyesuaikan kelas dan status jalan berdasarkan peran dan
fungsi
3. Melakukan pemeliharaan keseluruhan ruas jalan yang ada di kawasan Mataram Metro
menurut skala prioritas yang mempertimbangkan aspek-aspek pembiayaan, dampak
sosial ekonomi dan keberlanjutan lingkungan hidup
4. Pengembangan prasarana jalan dilaksanakan dalam rangka mendukung terwujudnya
sistem transportasi terpadu inter Mataram Metro maupun Mataram Metro dengan sistem
transportasi regional, nasional dan internasional dalam tatanan transportasi darat, laut,
udara
5. Melakukan rekayasa transportasi sebagai salah satu solusi mengatasi kemacetan dan
alternatif pemecahan berbagai permasalahan transportasi darat lainnya.

Adapun rencana pengembangan prasarana jalan sebagai implementasi atau penjabaran dari
arahan tersebut, meliputi:
1. Mengembangkan jalan lingkar
a) Kawasan Senggigi-Batu Layar-Gunungsari-Lingsar-Narmada-Labuhan Lombok
sebagai jalan Arteri berstatus jalan nasional/Negara
b) Kawasan Senggigi-Batu Layar-Ampenan-Sekarbela-Labuapi-Kediri-Lembar
sebagai jalan kolektor primer berstatus jalan provinsi
c) Lembar-kediri-Labuapi-Narmada_labuhan Lombok sebagai jalan kolektor primer
berstatus jalan provinsi
III - 59
2. Membangun poros Matara Metro-Bandar Udara Internasional Lombok (BIL) di Kabupaten
Lombok Tengah melalui ruas: Mataram-Labuapi-Kediri-Kuripan-BIL sebagai jalan arteri
3. Meningkatkan kualitas jalan poros, yakni:
a) Poros Utara-Selatan, menghubungkan Gunungsari-Selaparang-Mataram-Labuapi-
Kediri dengan kelas jalan kolektor sekunder dan berstatus jalan Kabupaten/kota
b) Poros Timur-Selatan, menghubungkan Lingsar-Cakranegara-Sandubaya-Labuapi-
Kediri dengan kelas jalan kolektor sekunder dan berstatus jalan Kabupaten/kota
c) Poros Barat-Timur, menghubungkan Ampenan-Selaparang-Cakranegara-
Sandubaya-Narmada; Ampenan-Mataram-Cakranegara-Sandubaya-Narmada;
Ampenan-Sekarbela-Sandubaya-Narmada dengan kelas jalan kolektor sekunder
berstatus jalan kabupaten/kota
d) Poros Barat-Selatan, menghubungkan Sekarbela-Labuapi-Kediri dengan kelas
jalan kolektor sekunder berstatus jalan kabupaten/kota;
4. Membangun jalan baru ntuk membuka dan meningkatkan akses internal di masing-
masing wilayah kecamatan;
5. Melakukan rehabilitasi dan pemeliharaan ruas-ruas jalan di seluruh wialayh kecamatan.

Sementara itu, hal-hal yang berkaitan dengan rencana pengembangan prasarana pemberhentian
kendaraan baik berupa terminal maupun halte disesuaikan dengan kebutuhan sistem angkutan
umum yang akan terbangun. Dengan mengandalkan keberadaan terminal yang ada saat ini tentu
tidak memadai untuk memberi pelayanan optimal kepada seluruh kawasan. Oleh karena itu,
rencana pengembangan terminal meliputi:
- Mempertahankan keberadaan Terminal Mandalika sebagai terminal AKDP dan AKAP untuk
melayani kebutuhan lokal, regional dan nasional
- Membangun terminal berkelas satu tingkat di bawah Terminal Mandalika di pusat wilayah
pengembangan Utara, Selatan dan Timur yakni: Gunungsari, Kediri, dan Narmada
- Membangun terminal berkelas satu tingkat dibawah terminal wilayah pengembangan
Mataram di kecamatan; Batu Layar, Ampenan, Labuapi, dan Lingsar
- Membangun tempat-tempat pemberhentian kendaraan umum di lokasi-lokasi strategis dan
memiliki bangkitan lalu lintas yang tinggi di masing-masing wilayah kecamatan di dalam
Mataram Metro
- Meniadakan terminal-terminal bayangan angkutan umum kendaraan bermotor maupun
angkutan umum kendaraan tidak bermotor

III - 60
Dengan pola demikian, maka rencana pengembangan rute-rute angkutan umum harus
diprioritaskan melewati titik yang memiliki bangkita lalu lintas tinggi seperti kawasan perumahan,
kawasan perkantoran, kawasan perdagangan dan jasa dan kawasan lainnya, adalah:
- Rute Utama, adalah
 Terminal Mandalika-Narmada-Lingsar-Gunungsari
 Terminal Mandalika-Kediri-Labuapi-Sekarbela-Ampenan-Batu Layar-Gunungsari
- Rute Cabang
 Terminal Ampenan-Selaparang-Cakranegara-Sandubaya-Terminal Mandalika
 Terminal Ampenan-Sekarbela-Mataram-Sandubaya-Terminal Mandalika
 Lingsar-Sandubaya-Cakranegara-Mataram-Labuapi-Kediri
 Gunungsari-Selaparang-Mataram-Sekarbela-Labuapi-Kediri

Terkait dengan keberadaan angkutan umum tidak bermotor, rencana pengembangannya untuk
melayani rute-rute dikawasan transisi (sub urban) dan pinggiran kawasan dan bukan melalui rute
di pusat Koa Mataram.rute kendaraan angkutan umumtidak bermotor harus pula berakhir pada
rute cabang terdekat di kawasan sub urban/kawasan transisi dan pinggiran kawasan Mataram
Metro untuk menghindari kemacetan dan kesemrawutan transportasi di pusat Kota Mataram.
Disamping itu untuk mendukung kualitas pelayanan transportasi kawasan Mataram Metro, perlu
diperhatikan kualitas pelayanan angkutan umum bermotor. Untuk melayani rute-rute utama
dapat dikembangkan sarana transportasi umum bus kota sedangkan rute cabang dapat
menggunakan bemo yang dapat diremajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Berkaitan dengan pejalan kaki direncanakan sebagai berikut:
- Membangun trotoar di pusat Kota Mataram maupun di 6 pusat kecamatan yang menjadi
bagian kawasan Mataram metro
- Mengembangkan prasarana jalan sesuai dengan ketentuan DAMIJA, DAMAJA, dan DAWASJA
untuk dapat memberi ruang yang memadai bagi pejalan kaki
- Mengembangkan prasarana pedestrian way yang nyaman, aman bagi pejalan kaki maupun
orang yang memiliki keterbatasan fisik tubuh (cacat)

Sedangkan berkaitan dengan parkir kendaraan, rencana pengembangannya adalah:


- Menyediakan ruang parkir kendaraan yang aman dan nyaman di setiap pusat kawasan,
khususnya pada kawasan-kawasan yang menimbulkan bangkitan lalu lintas tinggi seperti
kawasan perkantoran, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan wisata, kawasan industri,
kawasan pendidikan dan pusat-pusat aktivitas sosial ekonomi lainnya
- Mengembangkan pola pikir yang sesuai dengan karakteristik lokasi parkir untuk memberikan
kenyamanan dan keamanan seluruh pengguna jalan

III - 61
- Mengembangkan model jasa perparkiran yang baik dan aman.

b. Listrik dan telekomunikasi


Pengembangan ketenagalistrikan dan telekomunikasi harus melihat tingkat kebutuhan dan
kecenderungan perkembangan wilayah. Seberapa besar tingkat kebutuhan setiap kawasan
berbeda tergantung jenis aktivitas yang berada di masing-masing kawasan, sedangkan
kecenderungan perkembangan wilayah akan mempengaruhi pola jaringan yang dapat
dikembangkan. Pola jaringan ketenagalistrikan maupun telekomunikasi mengikuti sistem jaringan
jalan yang dikembangkan. Artinya bahwa sistem jaringan primer untuk listrik maupun
telekomunikasi akan mengikuti sistem jaringanjalan utama/arteri, sedangkan sistem jaringan
sekunder akan mengikuti sistem jaringan kolektor maupun lokal. Hal ini didasari oleh faktor
kelayakan penempatan jaringan, dimana skala jaringan tentu harus mempertimbangkan ruang
yang tersedia dan pola perkembangan tata guna lahan yang ada. Sangat beresiko bila sistem
jaringan primer akan ditempatkan pada kawasan dekat dengan permukiman yang dilewati jalan
lokal atau kolektor sekunder.
Mengacu pada kapasitas pembangkit listrik tenaga disel yang dikelola oleh PLN wilayah Mataram
sebesar 74 MW, bila memperhatikan tingkat kebutuhan 20 tahun kedepan kapasitas ini sangat
tidak memadai. Diperlukan upaya peningkatan kapasitas listrik yang tersedia baik melalui
peningkatan kapasitas pembangkit yang sudah ada, pembangunan pembangkit tenaga
listrikpotensial lainnya serta pengembangan energi alternatif untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Demikian pula halnya dengan kebutuhan telekomunikasi yang kecenderungan
terjadi peningkatan permintaan dari tahun ke tahun. Diperlukan upaya penambahan satuan
sambungan telepon maupun pengembangan telepon seluler yang telah banyak disediakan oleh
berbagai provider telepon seluluer.
Tabel 3.16
Rencana Kebutuhan Energi Listrik Mataram Metro 2009-2029

KECAMATAN TAHUN KEBUTUHAN LISTRIK DOMESTIK KEB. LISTRIK JUMLAH


R. KECIL R. SEDANG R. BESAR NON DOMESTIK (Kva)

Ampenan 2009 3.975,75 3.975,30 1.913,60 2.466,16 12.330,81


2014 4.477,50 4.477,50 2.155,40 2.777,60 13.888,00
2019 5.042,70 5.042,70 2.427,10 3.128,13 15.640,63
2024 5.679,00 5.679,00 2.733,90 3.522,98 17.614,88
2029 6.395,85 6.395,40 3.078,40 3.967,41 19.837,06
Cakranegara 2009 3.530,25 3.529,80 1.699,10 2.189,79 10.948,94
2014 4.007,70 4.007,70 1.929,20 2.486,15 12.430,75
2019 4.549,95 4.549,50 2.190,50 2.822,49 14.112,44
2024 5.165,55 5.165,10 2.486,90 3.204,39 16.021,94
2029 5.864,40 5.864,40 2.823,60 3.638,10 18.190,50
Mataram 2009 3.745,80 3.745,80 1.803,10 2.323,68 11.618,38

III - 62
KECAMATAN TAHUN KEBUTUHAN LISTRIK DOMESTIK KEB. LISTRIK JUMLAH
R. KECIL R. SEDANG R. BESAR NON DOMESTIK (Kva)

2014 3.900,15 3.899,70 1.877,20 2.419,26 12.096,31


2019 4.060,35 4.059,90 1.953,90 2.518,54 12.592,69
2024 4.227,30 4.227,30 2.034,50 2.622,28 13.111,38
2029 4.401,00 4.401,00 2.119,00 2.730,25 13.651,25
Sandubaya 2009 2.629,35 2.628,90 1.264,90 1.630,79 8.153,94
2014 2.664,90 2.664,90 1.283,10 1.653,23 8.266,13
2019 2.701,35 2.700,90 1.300,00 1.675,56 8.377,81
2024 2.737,80 2.737,80 1.318,20 1.698,45 8.492,25
2029 2.775,15 2.774,70 1.335,10 1.721,24 8.606,19
Sekarbela 2009 2.254,95 2.254,50 1.085,50 1.398,74 6.993,69
2014 2.527,65 2.527,20 1.216,80 1.567,91 7.839,56
2019 2.834,10 2.834,10 1.363,70 1.757,98 8.789,88
2024 3.177,45 3.177,00 1.528,80 1.970,81 9.854,06
2029 3.562,20 3.562,20 1.714,70 2.209,78 11.048,88
Selaparang 2009 3.541,50 3.541,50 1.704,30 2.196,83 10.984,13
2014 3.891,15 3.890,70 1.873,30 2.413,79 12.068,94
2019 4.275,00 4.275,00 2.057,90 2.651,98 13.259,88
2024 4.609,35 4.608,90 2.219,10 2.859,34 14.296,69
2029 5.161,05 5.160,60 2.484,30 3.201,49 16.007,44
Kediri 2009 3.179,70 3.179,70 1.530,10 1.972,38 9.861,88
2014 3.668,40 3.668,40 1.765,40 2.275,55 11.377,75
2019 4.232,25 4.231,80 2.037,10 2.625,29 13.126,44
2024 4.882,95 4.882,50 2.350,40 3.028,96 15.144,81
2029 5.633,55 5.633,10 2.711,80 3.494,61 17.473,06
Labuapi 2009 3.594,15 3.593,70 1.730,30 2.229,54 11.147,69
2014 4.261,05 4.260,60 2.051,40 2.643,26 13.216,31
2019 5.052,15 5.051,70 2.432,30 3.134,04 15.670,19
2024 5.989,50 5.989,50 2.883,40 3.715,60 18.578,00
2029 7.100,55 7.100,10 3.417,70 4.404,59 22.022,94
Narmada 2009 4.979,25 4.978,80 2.397,20 3.088,81 15.444,06
2014 5.715,45 5.715,00 2.750,80 3.545,31 17.726,56
2019 6.560,55 6.560,10 3.157,70 4.069,59 20.347,94
2024 7.530,30 7.530,30 3.625,70 4.671,58 23.357,88
2029 8.643,60 8.643,60 4.161,30 5.362,13 26.810,63
Lingsar 2009 4.000,95 4.000,50 1.925,30 2.481,69 12.408,44
2014 5.275,35 5.274,90 2.538,90 3.272,29 16.361,44
2019 6.955,20 6.955,20 3.348,80 4.314,80 21.574,00
2024 9.170,55 9.170,10 4.414,80 5.688,86 28.444,31
2029 12.091,50 12.091,50 5.821,40 7.501,10 37.505,50
Gunungsari 2009 4.304,25 4.303,80 2.072,20 2.670,06 13.350,31
2014 4.980,15 4.979,70 2.397,20 3.089,26 15.446,31
2019 5.761,80 5.761,80 2.774,20 3.574,45 17.872,25
2024 6.665,85 6.665,40 3.208,40 4.134,91 20.674,56
2029 7.712,55 7.712,10 3.712,80 4.784,36 23.921,81
Batulayar 2009 2.147,40 2.147,40 1.033,50 1.332,08 6.660,38
2014 2.454,30 2.454,30 1.181,70 1.522,58 7.612,88
2019 2.804,85 2.804,40 1.349,40 1.739,66 8.698,31
2024 3.205,80 3.205,80 1.543,10 1.988,68 9.943,38
2029 3.663,90 3.663,90 1.764,10 2.272,98 11.364,88
JUMLAH 2029 73.005,30 73.002,60 35.144,20 45.288,03 226.440,13

III - 63
Sumber : Hasil Analisa

Tabel 3.17
Rencana Kebutuhan Sambungan Telepon Mataram Metro 2009-2029

TAHUN JUMLAH JUMLAH RUMAH TELEPON TELEPON


PENDUDUK KK TANGGA UMUM KOMERSIAL

Ampenan 2009 73.632 14.726 1.473 736 368


2014 82.924 16.585 1.658 829 415
2019 93.389 18.678 1.868 934 467
2024 105.174 21.035 2.103 1.052 526
2029 118.447 23.689 2.369 1.184 592
Cakranegara 2009 65.378 13.076 1.308 654 327
2014 74.223 14.845 1.484 742 371
2019 84.264 16.853 1.685 843 421
2024 95.664 19.133 1.913 957 478
2029 108.606 21.721 2.172 1.086 543
Mataram 2009 69.375 13.875 1.387 694 347
2014 72.226 14.445 1.445 722 361
2019 75.195 15.039 1.504 752 376
2024 78.287 15.657 1.566 783 391
2029 81.505 16.301 1.630 815 408
Sandubaya 2009 48.697 9.739 974 487 243
2014 49.358 9.872 987 494 247
2019 50.028 10.006 1.001 500 250
2024 50.707 10.141 1.014 507 254
2029 51.396 10.279 1.028 514 257
Sekarbela 2009 41.759 8.352 835 418 209
KECAMATAN

2014 46.816 9.363 936 468 234


2019 52.486 10.497 1.050 525 262
2024 58.843 11.769 1.177 588 294
2029 65.969 13.194 1.319 660 330
Selaparang 2009 65.587 13.117 1.312 656 328
2014 72.061 14.412 1.441 721 360
2019 79.174 15.835 1.583 792 396
2024 85.367 17.073 1.707 854 427
2029 95.575 19.115 1.912 956 478
Kediri 2009 58.889 11.778 1.178 589 294
2014 67.940 13.588 1.359 679 340
2019 78.382 15.676 1.568 784 392
2024 90.429 18.086 1.809 904 452
2029 104.327 20.865 2.087 1.043 522
Labuapi 2009 66.566 13.313 1.331 666 333
2014 78.917 15.783 1.578 789 395
2019 93.559 18.712 1.871 936 468
2024 110.918 22.184 2.218 1.109 555
2029 131.497 26.299 2.630 1.315 657
Narmada 2009 92.211 18.442 1.844 922 461
2014 105.844 21.169 2.117 1.058 529
2019 121.492 24.298 2.430 1.215 607
2024 139.454 27.891 2.789 1.395 697

III - 64
TAHUN JUMLAH JUMLAH RUMAH TELEPON TELEPON
PENDUDUK KK TANGGA UMUM KOMERSIAL

2029 160.071 32.014 3.201 1.601 800


Lingsar 2009 74.094 14.819 1.482 741 370
2014 97.692 19.538 1.954 977 488
2019 128.806 25.761 2.576 1.288 644
2024 169.830 33.966 3.397 1.698 849
2029 223.919 44.784 4.478 2.239 1.120
Gunungsari 2009 79.716 15.943 1.594 797 399
2014 92.227 18.445 1.845 922 461
2019 106.703 21.341 2.134 1.067 534
2024 123.450 24.690 2.469 1.234 617
2029 142.826 28.565 2.857 1.428 714
Batulayar 2009 39.767 7.953 795 398 199
2014 45.451 9.090 909 455 227
2019 51.946 10.389 1.039 519 260
2024 59.370 11.874 1.187 594 297
2029 67.856 13.571 1.357 679 339
Sumber : Hasil Analisa

Berkaitan dengan itu, kebijakan pengembangan ketenagalistrikan dan telekomunikasi


adalah:
1. Membangun dan memanfaatkan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Endok
untuk memenuhi kebutuhan listrik
2. Membangun dan memanfaatkan pembangkit listrik tenaga air, panas matahari,
biomass, angina, arus laut, gelombang laut maupun pembangkit tenaga listrik
alternatif
3. Membangun sistem jaringan interkoneksi ke seluruh kawasan Mataram Metro
4. Meningkatkan kapasitas pembangkit energi tenaga disel yang ada sebelum mulai
beroperasinya PLTU maupun PLT-PLT lainnya
5. Memperluas jangkauan pelayanan listrik kewilayah terisolir
6. Membangun gardu-gardu sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku
selaras dengan pengembangan sistem jaringan
7. Memellihara dan meningkakan kualitas jaringan listrik yang sudah ada
8. Mengembangkan sistem jaringan listrik yang berorientasi meningkatkan seluruh
aspek pembangunan
9. Menambah jumlah satuan sambungan telepon
10. Memperluas jangkauan telekomunikasi ke wilayah-wilayah pedesaan dan atau
terisolir
11. Mengembangkan sistem jaringan yang memadai sesuai kebutuhan pengembangan
wilayah

III - 65
12. Memperluas jangkauan pelayanan telepon seluler
13. Menempatkan sarana dan prasarana telekomunikasi pada lokasi yang sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

Adapun hal-hal terkait dengan rencana pengembnagan sistem jaringan listrik maupun
telekomunikasi, meliputi:
1. Mengembangkan system jaringan primer, meliputi:
 Kawasan Senggigi-Batu Layar-Gunungsari-Lingsar-Narmada-Labuhan Lombik
 Kawasan Senggigi-Batu Layar-Ampenan-Sekarbela-Labuapi-Kediri-Lembar
 Lembar-Kediri-Labuapi-Narmada-Labuhan Lombok
2. Mengembangkan system jaringan sekunder
 Sistem Utara-Seklatan: Gunungsari-Selaparang-Mataram-Labuapi-Kediri
 Sistem Timur-Selatan: Lingsar-Cakranegara-Sandubaya-Labuapi-Kediri
 Sistem Barat-Timur:
a. Ampenan-Selaparang-Cakranegara-Sandubaya-Narmada
b. Ampenan-Mataram-Cakranegara-Sandubaya-narmada
c. Ampenan-Sekarbela-Sandubaya-Narmada
 Sistem Barat-Selatan: Sekarbela-Labuapi-Kediri
3. Mengembangkan system jaringan local pada setiap wilayah kecamatan sebagai
kelanjutan dari system jaringan sekunder
4. Mengembangkan sarana dan prasarana penunjang ketenagalistrikan dan
telekominikasi pada lokasi-lokasi yang dinilai layak sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang berlaku

c. Persampahan
Pengembangan infrastruktur sanitasi dan persampahan menjadi urgent mengingat peran dan
fungsi kawasan Mataram Metro semakin bertambah dan jumlah produksi sampah yang akan
meningkat seiring bertambahnya luasan wilayah yang tercakup. Situasi saat ini kondisi TPA
hampir tidak memadai.
Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah milik pemerintah Kota Mataram yang ada saat
ini di dusun Kebon Kongok, Desa Suka Makmur Kecamatan Gerung. Secara administratif TPA
tersebut berada di Kabupaten Lombok Barat dan dimanfaatkan bersama antara Kota Mataram
dan Kabupaten Lombok Barat. Untuk pengembangan dan alternatif lokasi baru tidak
memungkinkan untuk dibangun didalam wilayah Kota Mataram. Mengingat tingkat kebutuhan ke
depan, maka perlu dikembangkan lokasi TPA baru yang dapat ditempatkan di wilayah utara
setelah melalui kajian teknis untuk menampung sampah yang berasal dari Wilayah
III - 66
Pengembangan Mataram Metro bagian Utara dan sebagian WP Timur. Sedangkan TPA Kebon
Kongok dimanfaatkan untuk menampung sampah yang berasal dari WP Selatan dan sebagian WP
Timur.
Rencana pengembangan pengelolaan persampahan kawasan Mataram Metro, adalah:
1. Peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana penunjang pengelolaan
persampahan sesuai dengan kebutuhan pelayanan dan terpenuhinya sarana yang
ideal menuju manajemen persampahan yang berwawasan lingkungan
2. Pengembangan areal lokasi TPA Kebun Kongok dan alternative lokasi TPA baru di
wilayah utara setelah melakukan kajian teknis
3. Memperkuat kerjasama kelembagaan dan pengelolaan infrastruktur persampahan
4. Penerapan metode 3 R yaitu Reduce (mengurangi), Reuse (digunakan lagi), dan
Recycle (daur ulang) dalam pengelolaan sampah.

Tabel3.18
Rencana Kebutuhan Sarana Prasarana Persampahan Mataram Metro 2009-2029

TAHUN JUMLAH JUMLAH VOLUME SAMPAH (Ltr/Hr) GEROBAK TPS


PENDUDUK KK SAMPAH
RUMAH PERDAGANGAN JALAN LAINNYA
TANGGA
Ampenan 2009 73.632 14.726 202.486,78 50.621,70 20.248,68 10.124,34 74 25
2014 82.924 16.585 228.040,38 57.010,09 22.804,04 11.402,02 83 28
2019 93.389 18.678 256.818,80 64.204,70 25.681,88 12.840,94 93 31
2024 105.174 21.035 289.229,04 72.307,26 28.922,90 14.461,45 105 35
2029 118.447 23.689 325.729,40 81.432,35 32.572,94 16.286,47 118 39
Cakranegara 2009 65.378 13.076 179.790,10 44.947,53 17.979,01 8.989,51 65 22
2014 74.223 14.845 204.113,11 51.028,28 20.411,31 10.205,66 74 25
2019 84.264 16.853 231.726,67 57.931,67 23.172,67 11.586,33 84 28
2024 95.664 19.133 263.075,95 65.768,99 26.307,60 13.153,80 96 32
2029 108.606 21.721 298.666,34 74.666,58 29.866,63 14.933,32 109 36
Mataram 2009 69.375 13.875 190.780,42 47.695,11 19.078,04 9.539,02 69 23
2014 72.226 14.445 198.622,81 49.655,70 19.862,28 9.931,14 72 24
2019 75.195 15.039 206.787,58 51.696,89 20.678,76 10.339,38 75 25
2024 78.287 15.657 215.287,97 53.821,99 21.528,80 10.764,40 78 26
2029 81.505 16.301 224.137,79 56.034,45 22.413,78 11.206,89 82 27
Sandubaya 2009 48.697 9.739 133.917,17 33.479,29 13.391,72 6.695,86 49 16
2014 49.358 9.872 135.735,16 33.933,79 13.573,52 6.786,76 49 16
2019 50.028 10.006 137.577,84 34.394,46 13.757,78 6.878,89 50 17
2024 50.707 10.141 139.445,53 34.861,38 13.944,55 6.972,28 51 17
2029 51.396 10.279 141.338,58 35.334,64 14.133,86 7.066,93 51 17
Sekarbela 2009 41.759 8.352 114.837,05 28.709,26 11.483,70 5.741,85 42 14
2014 46.816 9.363 128.744,79 32.186,20 12.874,48 6.437,24 47 16
2019 52.486 10.497 144.336,88 36.084,22 14.433,69 7.216,84 52 17
2024 58.843 11.769 161.817,29 40.454,32 16.181,73 8.090,86 59 20
2029 65.969 13.194 181.414,74 45.353,69 18.141,47 9.070,74 66 22
Selaparang 2009 65.587 13.117 180.364,91 45.091,23 18.036,49 9.018,25 66 22
2014 72.061 14.412 198.168,08 49.542,02 19.816,81 9.908,40 72 24
2019 79.174 15.835 217.728,54 54.432,14 21.772,85 10.886,43 79 26

III - 67
TAHUN JUMLAH JUMLAH VOLUME SAMPAH (Ltr/Hr) GEROBAK TPS
PENDUDUK KK SAMPAH
RUMAH PERDAGANGAN JALAN LAINNYA
TANGGA
2024 85.367 17.073 234.758,16 58.689,54 23.475,82 11.737,91 85 28
2029 95.575 19.115 262.832,27 65.708,07 26.283,23 13.141,61 96 32
Kediri 2009 58.889 11.778 161.945,36 40.486,34 16.194,54 8.097,27 59 20
2014 67.940 13.588 186.835,19 46.708,80 18.683,52 9.341,76 68 23
2019 78.382 15.676 215.550,41 53.887,60 21.555,04 10.777,52 78 26
2024 90.429 18.086 248.678,95 62.169,74 24.867,89 12.433,95 90 30
2029 104.327 20.865 286.899,11 71.724,78 28.689,91 14.344,96 104 35
Labuapi 2009 66.566 13.313 183.056,34 45.764,08 18.305,63 9.152,82 67 22
2014 78.917 15.783 217.020,55 54.255,14 21.702,05 10.851,03 79 26
2019 93.559 18.712 257.286,47 64.321,62 25.728,65 12.864,32 94 31
2024 110.918 22.184 305.023,32 76.255,83 30.502,33 15.251,17 111 37
2029 131.497 26.299 361.617,24 90.404,31 36.161,72 18.080,86 131 44
Narmada 2009 92.211 18.442 253.580,53 63.395,13 25.358,05 12.679,03 92 31
2014 105.844 21.169 291.070,76 72.767,69 29.107,08 14.553,54 106 35
2019 121.492 24.298 334.103,68 83.525,92 33.410,37 16.705,18 121 40
2024 139.454 27.891 383.498,74 95.874,68 38.349,87 19.174,94 139 46
2029 160.071 32.014 440.196,53 110.049,13 44.019,65 22.009,83 160 53
Lingsar 2009 74.094 14.819 203.757,27 50.939,32 20.375,73 10.187,86 74 25
2014 97.692 19.538 268.652,55 67.163,14 26.865,25 13.432,63 98 33
2019 128.806 25.761 354.216,52 88.554,13 35.421,65 17.710,83 129 43
2024 169.830 33.966 467.032,03 116.758,01 46.703,20 23.351,60 170 57
2029 223.919 44.784 615.778,49 153.944,62 61.577,85 30.788,92 224 75
Gunungsari 2009 79.716 15.943 219.218,28 54.804,57 21.921,83 10.960,91 80 27
2014 92.227 18.445 253.625,18 63.406,29 25.362,52 12.681,26 92 31
2019 106.703 21.341 293.432,33 73.358,08 29.343,23 14.671,62 107 36
2024 123.450 24.690 339.487,32 84.871,83 33.948,73 16.974,37 123 41
2029 142.826 28.565 392.770,76 98.192,69 39.277,08 19.638,54 143 48
Batulayar 2009 39.767 7.953 109.359,64 27.339,91 10.935,96 5.467,98 40 13
2014 45.451 9.090 124.989,14 31.247,29 12.498,91 6.249,46 45 15
2019 51.946 10.389 142.852,38 35.713,10 14.285,24 7.142,62 52 17
2024 59.370 11.874 163.268,61 40.817,15 16.326,86 8.163,43 59 20
2029 67.856 13.571 186.602,69 46.650,67 18.660,27 9.330,13 68 23
Sumber : Hasil Rencana

d. Air Bersih
Terpenuhinya kebutuhan air bersih bagi kawasan Mataram Metro banyak dipengaruhi oleh upaya
konservasi hutan lindung di daerah utara kawasan Mataram Metro yang berfungsi juga sebagai
daerah resapan air. Kondisi debit air yang dihasilkan dari sumber-sumber mata air cenderung
tetap bahkan semakin berkurang setiap tahunnya perlu mendapat perhatian bagi pemerintah.
Sebagian besar masyarakat di kawasan perencanaan masih menggunakan sumur dan sungai
yang mengalir di lingkungannya sebagai sumber untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya,
sehingga penggunaan air dari sumber mata air untuk keperluan lain seperti pertanian, tambak,
kolam pancing, perusahaan kemasan air mineral dan lain-lain juga perlu koordinasi dan

III - 68
pengelolaan yang terpadu sehingga penggunaannya tidak menimbulkan kendala sosial maupun
teknis dikemudian hari.
Bagi sebagian masyarakat umumnya yang tinggal di daerah permukiman yang tersebar di
lingkungan kawasan perkotaan kebutuhan air bersih dan air minumnya dilayani melalui jalur
distribusi pipa dari sumber mata air di daerah hulu ke daerah pelayanan oleh Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM) Menang Mataram. Perusahaan daerah ini merupakan perusahaan yang
dikelola bersama oleh Pemerintah Kota Mataram dan Pemerintah Kabupaten Lombok Barat.
Kebutuhan air bersih akan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan kawasan permukiman
baru di kawasan Mataram Metro, sedangkan kenyataan bahwa ketersediaan debit air saat ini
kuantitasnya tetap bahkan cenderung menurun menuntut efisiensi pemanfaatan sumber air serta
pola pengelolaan air baik oleh PDAM Menang Mataram maupun yang lain.
Kualitas air dari sumber mata air yang ada di kawasan konservasi dan disekitar alur sungai
merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan disamping konservasi sumber-sumber air
tersebut sehingga pada alur sungai yang menuju ke kawasan Mataram perlu ada upaya
pengendalian dan pemantauan pencemaran sehingga dampak yang mungkin terjadi dapat
diantisipasi secepatnya.
Berdasarkan analisa kebutuhan air bersih sampai dengan tahun 2029, dimana total kebutuhan air
bersih pada tahun 2029 sebesar 21,10 ltr/detik menunjukan bahwa Kecamatan Lingsar dan
Narmada mendominasi kebutuhan dibanding kecamatan lainnya. Hal ini dengan asumsi bahwa
perkembangan jumlah penduduk di ketiga kecamatan tersebut berkembang secara linier
sebagaimana terjadi dalam 5 tahun terakhir. Apabila dikemudian hari ada perkembangan yang
berbeda, dimana banyak penduduk yang bermukim di luar kecamatan tersebut akibat percepatan
pembangunan, maka diperkirakan distribusi kebutuhan akan berubah namun total kebutuhan
seluruh kecamatan diperkirakan distribusi kebutuhan akan berubah namun total kebutuhan
seluruh kecamatan diperkirakan tetap sama. Dengan memperhatikan tingkat ketersediaan debit
air per hari dari 5 sumber mata air sebesar lebih dari 142 juta lt/hari berarti tingkat kebutuhan
sampai dengan tahun 2029 masih terpenuhi. Tetapi kondisi tersebut tidak selalu sama mengingat
ancaman yang terjadi pada daerah sumber mata air, degradasi lingkungan pada kawasan hutan
yang menjadi daerah tangkapan air serta berkurangnya daerah-daerah resapan air di perkotaan.
Untuk menjamin terus berlanjutnya ketersediaan air diperlukan rencana pengelolaan air bersih
sebagaimana di paparkan selanjutnya.

III - 69
Tabel 3.19
Kebutuhan Air Bersih Kawasan Mataram Metro 2009-2029

KECAMATAN TAHUN JUMLAH KEBUTUHAN VOLUME (Liter/Hr) KEB. KEBUTUHAN


PENDUDUK VOLUME DEBIT
RUMAH NON LOSSES
TOTAL (Liter/Detik)
TANGGA RUMAH
(Liter/Hr)
TANGGA
Ampenan 2009 73632 55.223,67 18.407,89 25.771,04 99.402,60 1,15
2014 82924 62.192,83 20.730,94 29.023,32 111.947,09 1,30
2019 93389 70.041,49 23.347,16 32.686,03 126.074,69 1,46
2024 105174 78.880,65 26.293,55 36.810,97 141.985,16 1,64
2029 118447 88.835,29 29.611,76 41.456,47 159.903,52 1,85
Cakranegara 2009 65378 49.033,66 16.344,55 22.882,38 88.260,60 1,02
2014 74223 55.667,21 18.555,74 25.978,03 100.200,98 1,16
2019 84264 63.198,18 21.066,06 29.492,49 113.756,73 1,32
2024 95664 71.747,99 23.916,00 33.482,39 129.146,38 1,49
2029 108606 81.454,46 27.151,49 38.012,08 146.618,02 1,70
Mataram 2009 69375 52.031,02 17.343,67 24.281,14 93.655,84 1,08
2014 72226 54.169,86 18.056,62 25.279,27 97.505,74 1,13
2019 75195 56.396,61 18.798,87 26.318,42 101.513,90 1,17
2024 78287 58.714,90 19.571,63 27.400,29 105.686,82 1,22
2029 81505 61.128,49 20.376,16 28.526,63 110.031,28 1,27
Sandubaya 2009 48697 36.522,86 12.174,29 17.044,00 65.741,15 0,76
2014 49358 37.018,68 12.339,56 17.275,38 66.633,63 0,77
2019 50028 37.521,23 12.507,08 17.509,91 67.538,21 0,78
2024 50707 38.030,60 12.676,87 17.747,61 68.455,08 0,79
2029 51396 38.546,88 12.848,96 17.988,55 69.384,39 0,80
Sekarbela 2009 41759 31.319,20 10.439,73 14.615,62 56.374,55 0,65
2014 46816 35.112,22 11.704,07 16.385,70 63.201,99 0,73
2019 52486 39.364,60 13.121,53 18.370,15 70.856,28 0,82
2024 58843 44.131,99 14.710,66 20.594,93 79.437,58 0,92
2029 65969 49.476,75 16.492,25 23.089,15 89.058,15 1,03
Selaparang 2009 65587 49.190,43 16.396,81 22.955,53 88.542,77 1,02
2014 72061 54.045,84 18.015,28 25.221,39 97.282,51 1,13
2019 79174 59.380,51 19.793,50 27.710,91 106.884,92 1,24
2024 85367 64.024,95 21.341,65 29.878,31 115.244,91 1,33
2029 95575 71.681,53 23.893,84 33.451,38 129.026,75 1,49
Kediri 2009 58.889 44.166,92 14.722,31 20.611,23 79.500,45 0,92
2014 67.940 50.955,05 16.985,02 23.779,02 91.719,09 1,06
2019 78.382 58.786,48 19.595,49 27.433,69 105.815,66 1,22
2024 90.429 67.821,53 22.607,18 31.650,05 122.078,76 1,41
2029 104.327 78.245,21 26.081,74 36.514,43 140.841,38 1,63
Labuapi 2009 66.566 49.924,46 16.641,49 23.298,08 89.864,02 1,04
2014 78.917 59.187,42 19.729,14 27.620,80 106.537,36 1,23
2019 93.559 70.169,04 23.389,68 32.745,55 126.304,27 1,46
2024 110.918 83.188,18 27.729,39 38.821,15 149.738,72 1,73
2029 131.497 98.622,88 32.874,29 46.024,01 177.521,19 2,05
Narmada 2009 92.211 69.158,33 23.052,78 32.273,89 124.484,99 1,44
2014 105.844 79.382,93 26.460,98 37.045,37 142.889,28 1,65
2019 121.492 91.119,19 30.373,06 42.522,29 164.014,53 1,90
2024 139.454 104.590,56 34.863,52 48.808,93 188.263,02 2,18
2029 160.071 120.053,60 40.017,87 56.025,01 216.096,48 2,50
Lingsar 2009 74.094 55.570,16 18.523,39 25.932,74 100.026,30 1,16

III - 70
KECAMATAN TAHUN JUMLAH KEBUTUHAN VOLUME (Liter/Hr) KEB. KEBUTUHAN
PENDUDUK VOLUME DEBIT
RUMAH NON LOSSES
TOTAL (Liter/Detik)
TANGGA RUMAH
(Liter/Hr)
TANGGA
2014 97.692 73.268,88 24.422,96 34.192,14 131.883,98 1,53
2019 128.806 96.604,51 32.201,50 45.082,10 173.888,11 2,01
2024 169.830 127.372,37 42.457,46 59.440,44 229.270,27 2,65
2029 223.919 167.939,59 55.979,86 78.371,81 302.291,26 3,50
Gunungsari 2009 79.716 59.786,80 19.928,93 27.900,51 107.616,25 1,25
2014 92.227 69.170,50 23.056,83 32.279,57 124.506,91 1,44
2019 106.703 80.027,00 26.675,67 37.345,93 144.048,60 1,67
2024 123.450 92.587,45 30.862,48 43.207,48 166.657,41 1,93
2029 142.826 107.119,30 35.706,43 49.989,01 192.814,74 2,23
Batulayar 2009 39.767 29.825,36 9.941,79 13.918,50 53.685,64 0,62
2014 45.451 34.087,95 11.362,65 15.907,71 61.358,31 0,71
2019 51.946 38.959,74 12.986,58 18.181,21 70.127,53 0,81
2024 59.370 44.527,80 14.842,60 20.779,64 80.150,04 0,93
2029 67.856 50.891,64 16.963,88 23.749,43 91.604,95 1,06

Sumber : Hasil Analisa


Rencana pengelolaan air bersih, adalah:
1. Meningkatkan program perlindungan dan konservasi terhadap daerah tangkapan
air termasuk sumber-sumber mata air
2. Identifikasi dan pemanfaatan sumber-sumber mata air baru untuk memenuhi
kebutuhan yang semakin meningkat
3. Memantau dan mencegah terjadinya pencemaran terhadap mata air dan sungai
yang ada di daerah hulu sampai dengan hilir
4. Meningkatkan system koordinasi pemanfaatan air antar berbagai stakeholder
5. Pencegahan perubahan fungsi pemanfaatan kawasan resapan air menjadi
kawasan budidaya
6. Mengembangkan jaringan distribusi keseluruh wilayah secara proporsional
7. Meningkatkan kualitas dan pemeliharaan jaringan air bersih
8. Mengembangkan instrument ekonomi dalam pengelolaan sumber-sumber mata air
9. Memperkuat kerjasama kelembagaan dalam pengelolaan air bersih antara Kota
Mataram dengan Kabupaten Lombok Barat.

e. Drainase
Kawasan Mataram merupakan daerah hilir dari satuan wilayah sungai dodokan yang melintasi 4
kabupaten/kota di Pulau Lombok. Pola drainase alamiah yang ada memperlihatkan bahwa
beberapa sungai besar membelah Kota Mataram, yaitu sungai Meninting, sungai Midang, sungai
Jangkok, sungai Ancar dan sungai Brenyok/Unus. Menilik pada sistem drainase yang ada, ketika
kawasan yang baru tumbuh merupakan saat yang paling tepat untuk melakukan perencanaan
sistem drainase kota. Sedangkan pada kawasan permukiman yang sudah tumbuh lebih dahulu
III - 71
menjadi permukiman padat dan tidak terkendali tanpa master plan drainase sangat rentan
terhadap bencana banjir dan genangan.
Letak topografi Kota Mataram yang relatif datar dan merupakan daerah hilir serta berbatasan
langsung dengan Selat Lombok haus menjadi perhatian dalam perencanaan sistem drainase.
Kapasitas tampung sungai-sungai yang melintasi kawasan ini sebenarnya cukup untuk melayani
sistem drainase alami yang ada asalkan ditunjang oleh saluran drainase buatan (artificial
drainage) yang baik dan tertata sesuai dengan fungsinya.
Pengembangan sistem drainase yang ada saat ini adalah dengan memanfaatkan sungai utama
yang melintasi Kota Mataram sebagai muara air limpasan hujan dan air buangan yang ada
sedangkan pola distribusi air buangan dan limpasan yang menuju ke empat sungai ini dapat
menggunakan pola jaring-jaring atau tulang ikan yang sesuai untuk daerah yang mempunyai
topografi relatif datar seperti kawasan Mataram Metro.
Sistem drainase yang ada saat ini belum terintegrasi secara maksimal antara saluran drainase
yang ada di kawasan perbatasan Lombok Barat dengan Kota Mataram sehiingga perllu
penanganan yang komprehensif melalui penyusunan master plan drainase tanpa disekat oleh
batas administrasi wilayah.
Alur sungai utama yang melintasi kawasan perencanaan ini juga harus selalu terjaga dari
menurunnya kapasitas tampung atau pendangkalan yang disebabkan oleh erosi, longsor,
sedimentasi maupun penggunaan alur sungai untuk industri atau yang lain. Normalisasi alur
sungai dapat dilakukan dengan pengawasan rutin terhadap alur sungai ini dan harus menjadi
program bersama bagi masyarakat dan juga antara pemerintah Kota Mataram dan Kabupaten
Lombok Barat.
Program kali bersih dapat menjadi alternatif penanggulangan terhadap kemungkinan terjadinya
pendangkalan alur sungai yang mengakibatkan banjir atau genangan yang ada di kawasan
Mataram. Karena keberhasilan program ini tidak semata terkait dengan pengelolaan kebersihan
maupun penataan wilayah sekitar pinggir sungai, namun lebih dari itu, program tersebut juga
mempertautkan keberhasilan dalam pengelolaan kawasan hulu yakni kawasan konservasi dimana
sumber air sungai berasal. Sungai akan bersih mana kala bersih dari hulu sampai ke hilir dan
keberhasilan sungai menjadi salah satu indicator keberhasilan program konservasi lahan dan
sumber-sumber air.
Rencana Pengembangan sistem drainase kawasan ini, adalah:
1. Memanfaatkan semaksimal mungkin sungai-sungai utama yang mengalir melintasi
kawasan Mataram Metro yaitu Sungai Meninting, Sungai Midang, Sungai Jangkok,
Sungai ancar, dan Sungai Brenyok/Unus sebagai saluran drainase alamiah

III - 72
2. Menjaga kapasitas tampungan suangi dengan menghindari pendangkalan akibat erosi,
pembangunan dan kegiatan lain yang ada dibantaran sungai
3. Meningkatkan upaya penyehatan lingkungan sungai/program kali bersih
4. Evaluasi dan perencanaan master plan yang terintegrasi tanpa dibatasi sekat wilayah
adiminstrasi antara Kabupaten lombok Barat dan Kota Mataram
5. Meningkatkan upaya-upaya konservasi lahan hutan di kawasan hulu dan penyelamatan
terhadap sumber-sumber air
6. Memperkuat koordinasi kelembagaan dalam pengelolaan wilayah sungai antara
pemerintah, masyarakat dan swasta.

f. Fasilitas Sosial-Ekonomi
Pengembangan fasilitas sosial dan ekonomi juga berorientasi kepada kebutuhan di masing-
masing kecamtan/kawasan, karena secara prinsip fasilitas sosial ekonomi adalah instrumen
pendukung dalam pengembangan sebuah kawasan. Kebutuhan tersebut teridentifikasi dari peran
dan fungsi yang diemban oleh setiap kawasan/kecamatan. Secara ringkas, tabel tersebut di
bawah ini menggambarkan rencana pengembangan fasilitas sosial ekonomi yang harus tersedia
disetiap kecamatan/kawasan. Fasilitas-fasilitas tersebut dapat mencakup pendidikan, kesehatan,
peribadatan, perdagangan dan jasa, pariwisata, olahraga, rekreasi, dan keamanan. Jenis dan skla
fasilitas tersebut berbeda sesuai dengan fungsi dan peran serta rencana struktur tata ruang
wilayah.
Adapun rencana pengembangan fasilitas sosial dan ekonomi, adalah:
1. Mengembangkan fasiltas social dan ekonomi berdasarkan peran dan fungsi masing-
masing kecamatan/kawasan sebagaimana tertuang dalam tabel di bawah.
2. Pengembangan fasilitas-fasiltas dilakukan dengan memperhatikan skala prioritas
kebutuhan dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat terutama
dalam bidang pendidikan, ekonomi, dan social budaya
3. Penempatan lokasi fasilitas-fasiltas ditetapkan berdasarkan tingkat keterhubungan
fungsi dengan fasilitas sekitarnya serta pertimbangan lingkunan hidup, untuk
mencegah terjadinya konflik fungsi pemanfaatan ruang maupun kesemrawutan
lingkungan kawasan
4. Pembangunan fasilitas-fasilitas dilakukan sesuai dengan hirarki pelayanan dan
ketentuan-ketentuan yang berlaku
5. Penempatan fasilitas-fasilitas tersebut harus berada pada lokasi yang memiliki akses
tinggi terhadap kawasan permukiman penduduk dari berbagai penjuru

III - 73
6. Pembangunan fasilitas harus mengedepankan kenyamanan dan keamanan
masyarakat
7. Setap pembangunan fasilitas ekonomi harus diikuti dengan penyediaan ruang yang
memadai untuk menampung pedagang kaki lima dan menyiapkan ruang parker
kendaraan

Tabel 3.20
Kebutuhan Faslitas Sosial dan Ekonomi Mataram Metro 2009-2029

No. Zona Kecamatan Peran Utama Fasilitas Sosial-


Ekonomi
1 Wilayah Pengembangan 1. Batu Layar  Wisata alam pantai  Pasar Umum
Utara  Wisata kuliner  Toko/kios
 Permukiman  Hotel
 Lahan pertanian dan  Restoran
perkebunan  Travel Agent
 Perdagangan skala  Lesehan
local  Puskesmas
 Industry kerajinan Art  Apotik
Shop  Pralktek Dokter
 Pendidikan Dasar dan
menengah
 Perbadatan
 Polsek
 Koramil
 Lahan PKL
 Lahan parkir
 Lapangan olah raga
skala local
 Pasar seni
 Perumahan
2. Gunungsari  Perdagangan skala  Pasar umum skala
regional regional
 Industry meubel  Pertokoan skala
bambu regional
 Permukiman  Puskesmas rawat inap
 Taman kota  Apotik
 Pengembangan  Pendidikan dasar dan
pendidikan tinggi menengah
 Lahan pertanian dan  Peribadatan
perkebunan  Polsek
 Pasar buah-buahan  Koramil
 Lahan PKL
 Lahan parkir
 Lapangan olah raga
skla regional
 Taman kota
 Show room meubel
bambu
 Terminal skala local
 Perumahan
 Laboratorium klinik
 Rumah sakit umum
2. Wilayah Pengembangan  Ampenan  Perdagangan skala  Pasar umu
III - 74
No. Zona Kecamatan Peran Utama Fasilitas Sosial-
Ekonomi
Tengah lokal  Pertokoan
 Wisata alam pantai  Kios
 Wisata sejarah  Hotel
 Restoran
 Travel agent
 Puskesmas
 Apotik
 Pendidikan dasar dan
menengah
 Peribadatan
 Polsek
 Koramil
 Rumah sakit
 Praktek dokter
 Lahan PKL
 Lahan parkir
 Lapangan olahraga
 Skala lokal
 Taman kota
Sandubaya  Pusat grosir  Pasar induk
 Pasar induk  Toko grosir
 Pusat bahan bangunan  Kios
dan permesinan  Terminal AKAP/AKDP
 Pusat spare part  Restoran
kendaraan permesinan  Travel agent
dan variasi  Puskesmas
 Pusat jual beli  Apotik
kendaraan bermotor  Praktek dokter
 Wisata kuliner  Pendidikan dasar dan
 Industri meubel cukli menengah dan tinggi
 Lahan pertanian  Peribadatan
 Polsek
 Koramil
 Lahan PKL
 Lahan parkir
 Lapangan olahraga
skla regional dan
nasional
 Show room meubel
cukli
 Pasar seni
 Lesehan
 Toko bahan bangunan
 Toko onderdil
kendaraan
 Toko variasi kendaraan
 Toko permesinan
 Pergudangan
Sekarbela  Perkantoran  Pasar umum skla lokal
pemerintahan dan  Toko/kios
swasta  Puskesmas
 Pengembangan  Apotik
pendidikan tinggi  Praktek dokter
 Pusat kerajinan  Pendidikan dasar dan
mutiara menengah

III - 75
No. Zona Kecamatan Peran Utama Fasilitas Sosial-
Ekonomi
 Pusat perdagangan  Peribadatan
mutiara  Polsek
 Wisata alam pantai  Koramil
 Lahan pertanian  Korem
 Perdagangan skala  Lahan PKL
lokal  Lahan parkir
 Lapangan olahraga
skala lokal
 Pantai marina
 Pasar seni
 Pusat perdagangan
mutiara
 Perkantoran
pemerintah dan swasta
 Rumah sakit umum
2 Wilayah Pengembangan Lingsar  Wisata agro  Pasar umu
Timur  Wisata kuliner  Took/kios
 Wisata budaya  Hotel
 Wisata alam hutan dan  Restoran
pegunungan  Travel agent
 Permukiman  Lesehan
 Industry pengolahan  Puskesmas
hasil pertanian  Apotik
 Industry makanan dan  Praktek dokter
minuman  Pendidikan dasar dan
 Lahan pertanian dan menengah
perkebunan  Peribadatan
 Hutan  Polsek
 Perdagangan skala  Koramil
local  Lahan PKL
 Lahan parkir
 Lapangan olah raga
skala local
 Pasar seni
 Pemandu wisata hutan
dan pegunungan
 Kawasan industry agro
 Kawasan wisata agro
 perumahan
Narmada  Wisata agro  Pasar umum skla
 Wisata kuliner regional
 Wisata budaya  Pertokoan skala
 Wisata alam hutan dan regional
pegunungan  Hotel
 Perdagangan skala  Restoran
regional  Travel agent
 Permukiman  Lesehan
 Taman kota  Pasar seni
 Lahan pertanian dan  Puskesmas rawat inap
perkebunan  Apotik
 Hutan  Praktek dokter
 Sentra pemasaran  Laboratorium klinik
agro skala regional dan  Pendidikan dasar dan
nasional menengah
 Peribadatan

III - 76
No. Zona Kecamatan Peran Utama Fasilitas Sosial-
Ekonomi
 Polsek
 Koramil
 Lahan PKL
 Lahan parkir
 Lapangan olah raga
skala regional
 Pasar induk agro
 Rumah sakit umum
 Taman kota
 Pemandu wisata hutan
dan pegunungan
 Perumahan
 Show room produk
industry agro
3 Wilayah Pengembangan Kediri  Industri gerabah  Pasar umum skala
Selatan  Pusat pendidikan regional
pesantren  Pertokoan
 Pengembangan  Puskesmas rawat inap
pendidikan tinggi  Apotik
 Perdagangan skala  Pendidikan dasar,
regional menengah dan tinggi
 Permukiman  Peribadatan
 Lahan Pertanian  Polsek
 Taman Kota  Koramil
 Rumah sakit umum
 Praktek dokter
 Laboratorium klinik
 Lahan PKL
 Lahan parkir
 Lapangan olah raga
skala regional
 Perumahan
 Taman kota
 Show room gerabah
 Pasar seni
Labuapi  Perkembangan  Pasar umum skala
perkantoran local
pemerintahan dan  Toko/kios
swasta  Puskesmas
 Permukiman  Apotik
 Industri pengolahan  Praktek dokter
hasil pertanian  Pendidikan dasar,
 Pergudangan menengah
 Lahan pertanian  Peribadatan
 Perdagangan skala  Perumahan
local  Pergudangan
 Industry pengolahan  Industry pengolahan
hasil perikanan agro
 Perkantoran
Pemerintah dan swasta
 Polsek
 Koramil
 Lahan PKL
 Lahan parkir
 Lapangan olah raga

III - 77
No. Zona Kecamatan Peran Utama Fasilitas Sosial-
Ekonomi
skala local
 Show room produk
industry agro
Sumber: Hasil Rencana
Berkaitan dengan junlah kebutuhan beberapa fasilitas sosial ekonomi, berikut disajikan rencana
kebutuhan fasilitas berdasarkan hasil analisa kebutuhan. Adapun dalam implementasinya,
besaran jumlah tersebut dapat disesuaikan kembali dengan kebutuhan real yang berkembnag
seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan perkembangan aktivitas masyarakat. Hal ini
disebabkan karena jumlah hasil perkiraan didasarkan melalui pendekatan asumsi-asumsi. Dengan
memperhatikan tabel tersebut, kiranya jelas perkiraan jumlah kebutuhan yang maksimal dapat
dipenuhi dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Tabel 3.21
Rencana kebutuhan sarana pendidikan Mataram Metro 2009-2029

TAHUN JUMLAH TK SD SMP SMA LUAS


(Ha)
PENDUDUK UNIT LUAS UNIT LUAS UNIT LUAS UNIT LUAS
KOTA MATARAM
Ampenan 2009 73632 74 18,41 46 23,01 15 7,67 15 7,67 56,76
2014 82924 83 20,73 52 25,91 17 8,64 17 8,64 63,92
2019 93389 93 23,35 58 29,18 19 9,73 19 9,73 71,99
2024 105174 105 26,29 66 32,87 22 10,96 22 10,96 81,07

2029 118447 118 29,61 74 37,01 25 12,34 25 12,34 91,30

Cakranegara 2009 65378 65 16,34 41 20,43 14 6,81 14 6,81 50,40

2014 74223 74 18,56 46 23,19 15 7,73 15 7,73 57,21

2019 84264 84 21,07 53 26,33 18 8,78 18 8,78 64,95

2024 95664 96 23,92 60 29,89 20 9,96 20 9,96 73,74

2029 108606 109 27,15 68 33,94 23 11,31 23 11,31 83,72

Mataram 2009 69375 69 17,34 43 21,68 14 7,23 14 7,23 53,48


KECAMATAN

2014 72226 72 18,06 45 22,57 15 7,52 15 7,52 55,67

2019 75195 75 18,80 47 23,50 16 7,83 16 7,83 57,96

2024 78287 78 19,57 49 24,46 16 8,15 16 8,15 60,35

2029 81505 82 20,38 51 25,47 17 8,49 17 8,49 62,83

Sandubaya 2009 48697 49 12,17 30 15,22 10 5,07 10 5,07 37,54

2014 49358 49 12,34 31 15,42 10 5,14 10 5,14 38,05

2019 50028 50 12,51 31 15,63 10 5,21 10 5,21 38,56

2024 50707 51 12,68 32 15,85 11 5,28 11 5,28 39,09

2029 51396 51 12,85 32 16,06 11 5,35 11 5,35 39,62

Sekarbela 2009 41759 42 10,44 26 13,05 9 4,35 9 4,35 32,19

2014 46816 47 11,70 29 14,63 10 4,88 10 4,88 36,09

2019 52486 52 13,12 33 16,40 11 5,47 11 5,47 40,46

2024 58843 59 14,71 37 18,39 12 6,13 12 6,13 45,36

III - 78
TAHUN JUMLAH TK SD SMP SMA LUAS
(Ha)
PENDUDUK UNIT LUAS UNIT LUAS UNIT LUAS UNIT LUAS
2029 65969 66 16,49 41 20,62 14 6,87 14 6,87 50,85

Selaparang 2009 65587 66 16,40 41 20,50 14 6,83 14 6,83 50,56

2014 72061 72 18,02 45 22,52 15 7,51 15 7,51 55,55

2019 79174 79 19,79 49 24,74 16 8,25 16 8,25 61,03

2024 86989 87 21,75 54 27,18 18 9,06 18 9,06 67,05

2029 95575 96 23,89 60 29,87 20 9,96 20 9,96 73,67

KABUPATEN LOMBOK BARAT

Kediri 2009 58889 59 14,72 37 18,40 12 6,13 12 6,13 45,39

2014 67940 68 16,99 42 21,23 14 7,08 14 7,08 52,37

2019 78382 78 19,60 49 24,49 16 8,16 16 8,16 60,42


2024 90429 90 22,61 57 28,26 19 9,42 19 9,42 69,71
2029 104327 104 26,08 65 32,60 22 10,87 22 10,87 80,42
Labuapi 2009 66566 67 16,64 42 20,80 14 6,93 14 6,93 51,31
2014 78917 79 19,73 49 24,66 16 8,22 16 8,22 60,83
2019 93559 94 23,39 58 29,24 19 9,75 19 9,75 72,12
2024 110918 111 27,73 69 34,66 23 11,55 23 11,55 85,50
2029 131497 131 32,87 82 41,09 27 13,70 27 13,70 101,36
Narmada 2009 92211 92 23,05 58 28,82 19 9,61 19 9,61 71,08
2014 105844 106 26,46 66 33,08 22 11,03 22 11,03 81,59

2019 121492 121 30,37 76 37,97 25 12,66 25 12,66 93,65


2024 139454 139 34,86 87 43,58 29 14,53 29 14,53 107,50
2029 160071 160 40,02 100 50,02 33 16,67 33 16,67 123,39
Lingsar 2009 74094 74 18,52 46 23,15 15 7,72 15 7,72 57,11
2014 97692 98 24,42 61 30,53 20 10,18 20 10,18 75,30

2019 128806 129 32,20 81 40,25 27 13,42 27 13,42 99,29


2024 169830 170 42,46 106 53,07 35 17,69 35 17,69 130,91
2029 223919 224 55,98 140 69,97 47 23,32 47 23,32 172,60
Gunungsari 2009 79716 80 19,93 50 24,91 17 8,30 17 8,30 61,45
2014 92227 92 23,06 58 28,82 19 9,61 19 9,61 71,09

2019 106703 107 26,68 67 33,34 22 11,11 22 11,11 82,25

2024 123450 123 30,86 77 38,58 26 12,86 26 12,86 95,16

2029 142826 143 35,71 89 44,63 30 14,88 30 14,88 110,09

Batulayar 2009 39767 40 9,94 25 12,43 8 4,14 8 4,14 30,65

2014 45451 45 11,36 28 14,20 9 4,73 9 4,73 35,03

2019 51946 52 12,99 32 16,23 11 5,41 11 5,41 40,04


2024 59370 59 14,84 37 18,55 12 6,18 12 6,18 45,76
2029 67856 68 16,96 42 21,20 14 7,07 14 7,07 52,31
Sumber : Hasil Rencana

Tabel 3.22
III - 79
Rencana Kebutuhan Sarana Kesehatan Mataram Metro 2009-2029

TAHUN JUMLAH PUSKES- PUSTU P. DOKTER BKAIA APOTIK LUAS


MAS (Ha)
PENDUDUK Unit Luas Unit Luas Unit Luas Unit Luas Unit Luas

Ampenan 2009 73632 1 0,15 2 0,29 15 0,22 7 0,55 7 0,11 1,33


2014 82924 1 0,17 3 0,33 17 0,25 8 0,62 8 0,12 1,49
2019 93389 1 0,19 3 0,37 19 0,28 9 0,70 9 0,14 1,68
2024 105174 1 0,21 4 0,42 21 0,32 11 0,79 11 0,16 1,89

2029 118447 1 0,24 4 0,47 24 0,36 12 0,89 12 0,18 2,13

Cakranegara 2009 65378 1 0,13 2 0,26 13 0,20 7 0,49 7 0,10 1,18

2014 74223 1 0,15 2 0,30 15 0,22 7 0,56 7 0,11 1,34

2019 84264 1 0,17 3 0,34 17 0,25 8 0,63 8 0,13 1,52

2024 95664 1 0,19 3 0,38 19 0,29 10 0,72 10 0,14 1,72

2029 108606 1 0,22 4 0,43 22 0,33 11 0,81 11 0,16 1,95

Mataram 2009 69375 1 0,14 2 0,28 14 0,21 7 0,52 7 0,10 1,25

2014 72226 1 0,14 2 0,29 14 0,22 7 0,54 7 0,11 1,30

2019 75195 1 0,15 3 0,30 15 0,23 8 0,56 8 0,11 1,35

2024 78287 1 0,16 3 0,31 16 0,23 8 0,59 8 0,12 1,41

2029 81505 1 0,16 3 0,33 16 0,24 8 0,61 8 0,12 1,47

Sandubaya 2009 48697 0 0,10 2 0,19 10 0,15 5 0,37 5 0,07 0,88

2014 49358 0 0,10 2 0,20 10 0,15 5 0,37 5 0,07 0,89

2019 50028 0 0,10 2 0,20 10 0,15 5 0,38 5 0,08 0,90


KECAMATAN

2024 50707 0 0,10 2 0,20 10 0,15 5 0,38 5 0,08 0,91

2029 51396 0 0,10 2 0,21 10 0,15 5 0,39 5 0,08 0,93

Sekarbela 2009 41759 0 0,08 1 0,17 8 0,13 4 0,31 4 0,06 0,75

2014 46816 0 0,09 2 0,19 9 0,14 5 0,35 5 0,07 0,84

2019 52486 0 0,10 2 0,21 10 0,16 5 0,39 5 0,08 0,94

2024 58843 0 0,12 2 0,24 12 0,18 6 0,44 6 0,09 1,06

2029 65969 1 0,13 2 0,26 13 0,20 7 0,49 7 0,10 1,19

Selaparang 2009 65587 1 0,13 2 0,26 13 0,20 7 0,49 7 0,10 1,18

2014 72061 1 0,14 2 0,29 14 0,22 7 0,54 7 0,11 1,30

2019 79174 1 0,16 3 0,32 16 0,24 8 0,59 8 0,12 1,43

2024 86989 1 0,17 3 0,35 17 0,26 9 0,65 9 0,13 1,57

2029 95575 1 0,19 3 0,38 19 0,29 10 0,72 10 0,14 1,72

Kediri 2009 58889 0 0,12 2 0,24 12 0,18 6 0,44 6 0,09 1,06

2014 67940 1 0,14 2 0,27 14 0,20 7 0,51 7 0,10 1,22

2019 78382 1 0,16 3 0,31 16 0,24 8 0,59 8 0,12 1,41


2024 90429 1 0,18 3 0,36 18 0,27 9 0,68 9 0,14 1,63
2029 104327 1 0,21 3 0,42 21 0,31 10 0,78 10 0,16 1,88
Labuapi 2009 66566 1 0,13 2 0,27 13 0,20 7 0,50 7 0,10 1,20
2014 78917 1 0,16 3 0,32 16 0,24 8 0,59 8 0,12 1,42
2019 93559 1 0,19 3 0,37 19 0,28 9 0,70 9 0,14 1,68

III - 80
TAHUN JUMLAH PUSKES- PUSTU P. DOKTER BKAIA APOTIK LUAS
MAS (Ha)
PENDUDUK Unit Luas Unit Luas Unit Luas Unit Luas Unit Luas
2024 110918 1 0,22 4 0,44 22 0,33 11 0,83 11 0,17 2,00
2029 131497 1 0,26 4 0,53 26 0,39 13 0,99 13 0,20 2,37
Narmada 2009 92211 1 0,18 3 0,37 18 0,28 9 0,69 9 0,14 1,66
2014 105844 1 0,21 4 0,42 21 0,32 11 0,79 11 0,16 1,91

2019 121492 1 0,24 4 0,49 24 0,36 12 0,91 12 0,18 2,19


2024 139454 1 0,28 5 0,56 28 0,42 14 1,05 14 0,21 2,51
2029 160071 1 0,32 5 0,64 32 0,48 16 1,20 16 0,24 2,88
Lingsar 2009 74094 1 0,15 2 0,30 15 0,22 7 0,56 7 0,11 1,33
2014 97692 1 0,20 3 0,39 20 0,29 10 0,73 10 0,15 1,76

2019 128806 1 0,26 4 0,52 26 0,39 13 0,97 13 0,19 2,32


2024 169830 1 0,34 6 0,68 34 0,51 17 1,27 17 0,25 3,06
2029 223919 2 0,45 7 0,90 45 0,67 22 1,68 22 0,34 4,03
Gunungsari 2009 79716 1 0,16 3 0,32 16 0,24 8 0,60 8 0,12 1,43
2014 92227 1 0,18 3 0,37 18 0,28 9 0,69 9 0,14 1,66

2019 106703 1 0,21 4 0,43 21 0,32 11 0,80 11 0,16 1,92

2024 123450 1 0,25 4 0,49 25 0,37 12 0,93 12 0,19 2,22

2029 142826 1 0,29 5 0,57 29 0,43 14 1,07 14 0,21 2,57

Batulayar 2009 39767 0 0,08 1 0,16 8 0,12 4 0,30 4 0,06 0,72

2014 45451 0 0,09 2 0,18 9 0,14 5 0,34 5 0,07 0,82

2019 51946 0 0,10 2 0,21 10 0,16 5 0,39 5 0,08 0,94


2024 59370 0 0,12 2 0,24 12 0,18 6 0,45 6 0,09 1,07
2029 67856 1 0,14 2 0,27 14 0,20 7 0,51 7 0,10 1,22

Sumber : Hasil Rencana

Tabel 3.23
Rencana Kebutuhan Sarana Perekonomian Mataram Metro 2009-2029

TAHUN JUMLAH PUSAT PASAR TOKO WARUNG/KIOS LUAS


PERDAG. (Ha)
PENDUDUK UNIT LUAS UNIT LUAS UNIT LUAS UNIT LUAS

Ampenan 2009 73632 1 2,21 2 3,31 147 2,21 295 2,95 8,47
2014 82924 1 2,49 3 3,73 166 2,49 332 3,32 9,54
2019 93389 1 2,80 3 4,20 187 2,80 374 3,74 10,74
2024 105174 1 3,16 4 4,73 210 3,16 421 4,21 12,10

2029 118447 1 3,55 4 5,33 237 3,55 474 4,74 13,62


KECAMATAN

Cakranegara 2009 65378 1 1,96 2 2,94 131 1,96 262 2,62 7,52

2014 74223 1 2,23 2 3,34 148 2,23 297 2,97 8,54

2019 84264 1 2,53 3 3,79 169 2,53 337 3,37 9,69

2024 95664 1 2,87 3 4,30 191 2,87 383 3,83 11,00

2029 108606 1 3,26 4 4,89 217 3,26 434 4,34 12,49

Mataram 2009 69375 1 2,08 2 3,12 139 2,08 277 2,77 7,98

III - 81
TAHUN JUMLAH PUSAT PASAR TOKO WARUNG/KIOS LUAS
PERDAG. (Ha)
PENDUDUK UNIT LUAS UNIT LUAS UNIT LUAS UNIT LUAS
2014 72226 1 2,17 2 3,25 144 2,17 289 2,89 8,31

2019 75195 1 2,26 3 3,38 150 2,26 301 3,01 8,65

2024 78287 1 2,35 3 3,52 157 2,35 313 3,13 9,00

2029 81505 1 2,45 3 3,67 163 2,45 326 3,26 9,37

Sandubaya 2009 48697 0 0,00 2 2,19 97 1,46 195 1,95 5,60

2014 49358 0 0,00 2 2,22 99 1,48 197 1,97 5,68

2019 50028 0 0,00 2 2,25 100 1,50 200 2,00 5,75

2024 50707 0 0,00 2 2,28 101 1,52 203 2,03 5,83

2029 51396 0 0,00 2 2,31 103 1,54 206 2,06 5,91

Sekarbela 2009 41759 0 0,00 1 1,88 84 1,25 167 1,67 4,80

2014 46816 0 0,00 2 2,11 94 1,40 187 1,87 5,38

2019 52486 0 0,00 2 2,36 105 1,57 210 2,10 6,04

2024 58843 0 0,00 2 2,65 118 1,77 235 2,35 6,77

2029 65969 1 1,98 2 2,97 132 1,98 264 2,64 7,59

Selaparang 2009 65587 1 1,97 2 2,95 131 1,97 262 2,62 7,54

2014 72061 1 2,16 2 3,24 144 2,16 288 2,88 8,29

2019 79174 1 2,38 3 3,56 158 2,38 317 3,17 9,11

2024 86989 1 2,61 3 3,91 174 2,61 348 3,48 10,00

2029 95575 1 2,87 3 4,30 191 2,87 382 3,82 10,99

Kediri 2009 58889 0 1,77 2 2,65 118 1,77 236 2,36 6,77

2014 67940 1 2,04 2 3,06 136 2,04 272 2,72 7,81

2019 78382 1 2,35 3 3,53 157 2,35 314 3,14 9,01


2024 90429 1 2,71 3 4,07 181 2,71 362 3,62 10,40
2029 104327 1 3,13 3 4,69 209 3,13 417 4,17 12,00
Labuapi 2009 66566 1 2,00 2 3,00 133 2,00 266 2,66 7,66
2014 78917 1 2,37 3 3,55 158 2,37 316 3,16 9,08
2019 93559 1 2,81 3 4,21 187 2,81 374 3,74 10,76
2024 110918 1 3,33 4 4,99 222 3,33 444 4,44 12,76
2029 131497 1 3,94 4 5,92 263 3,94 526 5,26 15,12
Narmada 2009 92211 1 2,77 3 4,15 184 2,77 369 3,69 10,60
2014 105844 1 3,18 4 4,76 212 3,18 423 4,23 12,17

2019 121492 1 3,64 4 5,47 243 3,64 486 4,86 13,97


2024 139454 1 4,18 5 6,28 279 4,18 558 5,58 16,04
2029 160071 1 4,80 5 7,20 320 4,80 640 6,40 18,41
Lingsar 2009 74094 1 2,22 2 3,33 148 2,22 296 2,96 8,52
2014 97692 1 2,93 3 4,40 195 2,93 391 3,91 11,23

2019 128806 1 3,86 4 5,80 258 3,86 515 5,15 14,81


2024 169830 1 5,09 6 7,64 340 5,09 679 6,79 19,53
2029 223919 2 6,72 7 10,08 448 6,72 896 8,96 25,75
Gunungsari 2009 79716 1 2,39 3 3,59 159 2,39 319 3,19 9,17
2014 92227 1 2,77 3 4,15 184 2,77 369 3,69 10,61

III - 82
TAHUN JUMLAH PUSAT PASAR TOKO WARUNG/KIOS LUAS
PERDAG. (Ha)
PENDUDUK UNIT LUAS UNIT LUAS UNIT LUAS UNIT LUAS
2019 106703 1 3,20 4 4,80 213 3,20 427 4,27 12,27

2024 123450 1 3,70 4 5,56 247 3,70 494 4,94 14,20

2029 142826 1 4,28 5 6,43 286 4,28 571 5,71 16,42

Batulayar 2009 39767 0 1,19 1 1,79 80 1,19 159 1,59 4,57

2014 45451 0 1,36 2 2,05 91 1,36 182 1,82 5,23

2019 51946 0 1,56 2 2,34 104 1,56 208 2,08 5,97


2024 59370 0 1,78 2 2,67 119 1,78 237 2,37 6,83
2029 67856 1 2,04 2 3,05 136 2,04 271 2,71 7,80
Sumber : Hasil Rencana

3.3.6 Rencana Pengembangan Tata Bangunan dan Lingkungan


Dalam rangka menciptakan keteraturan bangunan di kawasan Mataram untuk maksud
mengefisiensikan pemenfaatan ruang maupun menciptakan suasana lingkungan perkotaan yang
estetik dan nyaman, dipandang perlu merencanakan dua hal penting yakni: tata bangunan dan
tata lingkungan perkotaan. Hal-hal yang menjadi perhatian dalam penataan bangunan secara
umum adalah perbandingan antara luas lahan terbangun dengan lahan tak terbangun serta
jumlah lantai yang diperkenankan, sedangkan yang berkaitan dengan tata lingkungan lebih
mengedepankan aspek urban desain atau rancangan kota guna menciptakan kualitas lingkungan
yang baik dan estetik. Komponen urban desain/rancangan kota menurut Kennes antara lain: pola
penggunaan lahan, pengaturan batas, pengaturan kepadatan bagunan/tata bangunan,
pengaturan tanda-tanda/rambu, pengaturan asesoris kota, land mark kota, pengaturan sentra
aktivitas kota, pedestrian way, dan wajah kota.
Terhadap hal-hal yang berkaitan dengan tata bangunan, berikut rencana
pengembangannya adalah:
1. Secara luas lahanterbuka/tak terbangun untuk Kawasan Mataram Metro harus dipertahankan
minimal 20% dari jumlah luas kawasan Mataram Metro
2. Luas lahan tak terbangun untuk bangunan yang berada di kawasan-kawasan berkepadatan
bangunan tinggi minimal 5% dari jumlah luas lahan
3. Luas lahan tak terbangun untuk bangunan yang berada di kawasan-kawasan berkepadatan
bangunan sedang minimal 10% dari jumlah luas lahan
4. Luas lahan tak terbangun untuk bangunan yang berada di kawasan-kawasan berkepadatan
bangunan rendah minimal 20% dari jumlah luas lahan
5. Jumlah lantai bangunan maksimal yang diijinkan dapat dibangun pada kawasan-kawasan
berkepadatan bangunan tinggi adalah 10 lantai

III - 83
6. Jumlah lantai bangunan maksimal yang diijinkan dapat dibangun pada kawasan-kawasan
berkepadatan bangunan sedang adalah 5 lantai
7. Jumlah lantai bangunan maksimal yang diijinkan dapat dibangun pada kawasan-kawasan
berkepadatan bangunan rendah adalah 2 lantai
8. Pengaturan ketinggian bangunan yang diijinkan serta luas ruang tak terbangun ditetapkan
dengan terlebih dahulu melakukan kajian teknis yang didasarkan atas ketentuan yang
berlaku, kondisi bentang alam yang ada dan unsur estetika kawasan yang dapat terbentuk
dari pola sky line/garis langit yang terbentuk
9. Luas ruang terbuka/tak terbangun pada kawasan perdagangan dan fasilitas social telah
mencakup luas untuk prasarana parkir kendaraan
Sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan rencana pengembangan tata lingkungan yang
terwujud pada rancangan kota, adalah:
1. Mempertahankan keberadaan pohon-pohon kenari disepanjang jalan Langko sampai
Pejanggik Kota MAtaram dan mempertahankan keberadaan pohon-pohon disepanjang jalan
lainnya yang ada di kawasan Mataram Metro sebagai paru-paru kota
2. Menanam pohon disepanjang ruas jalan yang belum memiliki pohon
3. Mengembangkan jenis-jenis pohon yang berbeda untuk ruas jalan yang berbeda dengan
maksud menciptakan kesan khas dan unik serta untuk mmpermudah untuk mengingat atau
menemukenali posisi setiap orang dengan hanya menyebut jenis pohon dimana orang
tersebut berada
4. Mempertahankan dan mengembangkan miniature-miniatur bangunan berarsitektur local
pada setiap façade/wajah muka bangunan perkantoran, perdagangan maupun fasilitas
umum yang ada di kawasan Mataram Metro. Sedangkan untuk bangunan perumahan dapat
mengembangkan miniature arsitektur khas local pada gapura pintu dan sebaginya
5. Melakukan revitalisasi kawasan perdagangan kota lama Ampenan sesuai dengan wajah
arsitektur zaman yang diwakilinya dengan melakukan pengembangan kegiatan yang ada di
dalam kawasan
6. Merevitalisasi kawasan pusat perdagangan Cakranegara
7. Mempertahankan pola hunian dan pola ruas jalan kawasan Cakranegara yang berpola grid
iron
8. Mengembangkan ruang terbuka hijau berupa taman kota, hutan kota maupun sarana
rekreasi dan olah raga dengan mempertimbangkan ketentuan yang berlaku dan upaya
penciptaan estetika lingkungan perkotaan
9. Membangun land mark kota sebagai cirri khas kawasan Mataram Metro pada lokasi-lokasi
strategis

III - 84
10. Pengaturan tanda-tanda/rambu lalu lintas dan papan reklame sesuai ketentuan yang berlaku
dan mempertimbangkan unsure estetika lingkungan
11. Mempertegas batas-batas antara kawasan Mataram Metro dengan wilayah sekitarnya
dengan membuat gate way yang khas dan unik berciri arsitektur local
12. Pengaturan tata bangunan yang baik dan artistic serta mencegah terjadinya perubahan pola
penggunaan lahan dari rencana yang telah ditetapkan
13. Menyediakan pedestrian bagi pejalan kaki termasuk orang yang memiliki fisik terbatas
(cacat)
14. Mengembangkan asesoris kota termasuk lampu jalanan yang sesuai dengan arsitektur local.

3.3.7 Rencana Pengembangan Kelembagaan


Kawasan Mataram Metro merupakan kawasan perkotaan yang berkembang melampaui
batas administrasi dalam hal ini Lombok Barat. Oleh karena itu, pengembangan wilayah tersebut
harus dilakukan secara terpadu dan bersinergi di kedua wilayah Kabupaten/Kota dalam naungan
Pemerintah Provinsi. Dalam pelaksanaannya harus ada kesepakatan bersama antara pemerintah
Provinsi NTB, Pemerintah Kabupaten Lombok Barat, dan Pemerintah Kota MAtaram dalam proses
perencanaan, pelaksanaan maupun pengendalian pelaksanaan kegiatan pembangunan. Bentuk
kerjasama antar daerah difokuskan pada:
a. Pemakaian fasilitassecara bersama, antara lain dapat berupa kontrak pelayanan antar
Pemerintah Daerah (Inter Governmental Service Contract) atau kesepakatan
pelayanan bersama (Joint Service Agreement)
b. Kerjasama penyertaan modal daerah dalam usaha bersama antar Kabupaten Lombok
Barat dan Kota MAtaram dalam satu provinsi yang difasilitasi oleh Pemerintah Provinsi
c. Mendirikan organisasi secara bersama dalam bentuk Badan Kerjasama Antar Daerah,
sejenis Sekretariat Bersama atau BKSP (Badan Kerjasama Perkotaan)
d. Kerjasama dalam bentuk asosiasi-asosiasi lintas wilayah, asosiasi kerjasama regional
atau forum lintas batas
e. Detail dari bentuk-bentuk kerjasama yang dapat dilakukan akan tertuang lebih jelas
dalam nota kesepakatan yang dibuat bersama antara Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kabupaten dan Pemerintah Kota.

Adapun instrument yang dapat digunakan dalam kerjasama daerah adalah produk hokum
yang dibuat secara bersama-sama menyangkut kepentingan kawasan Mataram Metro. Beberapa
produk hokum yang dibutuhkan adalah:
a. Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang kawasan MAtaram Metro

III - 85
b. Surat Keputusan Bersama tentang bentuk dan mekanisme kerja lembaga koordinasi
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kawasan Mataram Metro
c. Surat Keputusan Bersama tentang prioritas program kerjasama pembangunan yang
dapat dilakukan

Syarat dan dasar pemilihan bentuk kerjasama antara Pemerintah Provinsi NTB,
Pemerintah Kabupaten Lombok Barat, dan Pemerintah Kota Mataram, adalah:
a. Memenuhi kebutuhan pihak-pihak terkait
b. Tidak bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku
c. Mampu diselenggarakan oleh pihak-pihak terkait
d. Cukup efektif untuk menyelesaikan permasalahan lintas wilayah

III - 86

Anda mungkin juga menyukai