BAB III
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH
KOTA MATARAM
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Mataram merupakan rencana yang
memuat ketentuan-ketentuan mengenai penetapan fungsi bagian wilayah kota yang pada
hakekatnya menjadi arahan lokasi berbagai kegiatan yang memiliki kesamaan fungsi maupun
lingkungan permukiman dengan karakteristik tertentu. Pada prinsipnya, RTRW Kota Mataram
juga merupakan rencana tiga dimensi yang mengandung pengertian upaya penetapan
intensitas penggunaan ruang untuk setiap bagian-bagian wilayah sesuai dengan fungsinya di
dalam struktur tata ruang kota secara keseluruhan.
III - 1
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
Sesuai dengan tujuan tersebut di atas, maka tercermin bahwa konsep struktur ruang
kota adalah kawasan yang mempunyai karakteristik tersendiri berdasarkan fungsi dan
pelayanan yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Mataram. Oleh karena
itu maksud penentuan wilayah pengembangan adalah dengan mendeliniasi setiap wilayah
dalam beberapa bagian yang mempunyai karakteristik sebagai suatu kesatuan fungsi.
Berdasarkan hal tersebut, maka Pusat Pelayanan Kota tersebut dapat dikatakan sebagai
berikut :
Memandang suatu bagian wilayah perencanaan sebagai satu kesatuan sub-sistem
kehidupan yang mempunyai karakteristik yang spesifik dengan sarana dan prasarana
yang sesuai untuk mendukung dan melayaninya.
Memandang satu bagian wilayah perencanaan sebagai satu kesatuan sub-sistem
kehidupan kawasan (zona) beserta segala keserasian dan keseimbangan secara
keseluruhan.
Pusat wilayah pelayanan adalah sarana pelayanan yang berfungsi untuk melayani
penduduk dalam satu wilayah/kawasan, sekaligus sebagai unsur pengikat dan pusat
orientasi penduduk permukiman yang ada dalam wilayah/kawasan tersebut. Konsep
dasar rencana menciptakan struktur pelayanan yang berjenjang mulai dari pusat kota
(Pusat Primer), sub pusat kota (Pusat Sekunder), Sub sub pusat kota (Pusat
Lingkungan). Sedangkan konsep bentuk kota adalah dengan memanfaatkan jalan
lingkar yang ada sebagai pembentuk kota, sehingga bentuk kota mendekati bentuk
pusat jamak yang berjenjang sehingga menjamin terdistribusinya kegiatan
pembangunan kota.
III - 2
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
Struktur tata ruang wilayah kota sebagai arahan dalam penentuan karakter ruang kota
tidak bisa dilepaskan dari perkembangan unsur-unsur penggunaan lahan pembentuknya.
Kebijakan struktur tata ruang Kota Mataram bertujuan untuk menciptakan sistem pelayanan
kegiatan secara berjenjang dan berhirarkis. Dengan demikian diharapkan dapat diperoleh
tingkat pelayanan dan interaksi kegiatan yang efektif dan efisien. Hirarki sistem pusat
pelayanan dengan menggunakan kajian terhadap ke-4 aspek perencanaan tersebut di atas,
dapat ditentukan sebagai berikut :
- Hirarki I meliputi 5 kecamatan, yaitu Kecamatan Ampenan (Kelurahan Ampenan
Tengah, Dayan Peken dan Kelurahan Taman Sari); Kecamatan Selaparang (Dasan
Agung Baru, Gomong, Monjok Timur, Punia, Dasan Agung); Kecamatan Mataram
(Mataram Barat dan Pejanggik); dan Kecamatan Cakranegara (Cakra timur,
Saptamarga, Cilinaya, Cakra Barat dan Abian Tubuh Baru) ; Kelurahan Sandubaya
(Bertais);
- Hirarki II, meliputi 6 Kecamatan (tersebar di bagian tengah kota);
- Hirarki III, tersebar di pinggiran Kota Mataram, sebagian besar merupakan wilayah
Kecamatan Sekarbela dan Kecamatan Sandubaya; lihat tabel 3.1.
Tabel 3.1
Hirarki dan fungsi kota – kota di Kota Mataram
III - 3
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
III - 4
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
III - 5
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
Pusat
Lingkungan
Pusat
Lingkungan
Sub Pusat
Pelayanan 1 Pusat
Lingkungan
(Kec. Ampenan
dan Sekarbela)
Pusat
Pemerintahan Pusat
(Pejanggik – Lingkungan
Mataram Barat)
Pusat
Lingkungan
Sub Pusat
Kota Pelayanan 2
Mataram (Kec. Mataram
dan Selaparang)
Pusat
Pusat Lingkungan
Perdagangan dan
Jasa (Sayang-
sayang – Bertais)
Pusat
Lingkungan
Sub Pusat
Pelayanan 3
(Kec.
Sandubaya dan
Cakranegara)
Pusat
Lingkungan
Pusat
Lingkungan
III - 6
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
Ampenan Tengah (Pasar Kebon Roek dan Kota Lama), Kecamatan Selaparang pada
Kawasan Rembiga, Kecamatan Cakranegara pada Kawasan Sayang-sayang serta
Kecamatan Sandubaya (Bertais-Mandalika).
c. Pelayanan Lingkungan
Pelayanan lingkungan dimaksudkan sebagai pendukung dari Sub Pusat Pelayanan Kota
dalam pemenuhan kebutuhan baik dibidang sosial maupun ekonomi. Rencana Pusat-pusat
pelayanan lingkungan tersebar dibeberapa wilayah kelurahan kota mataram.Secara lebih
jelas Rencana Struktur Tata Ruang wilayah Kota Mataram dan Peta Struktur Pelayanan
Kota dapat dilihat dalam Peta 3.2. dan Peta 3.3.
Permasalahan transportasi timbul karena keterkaitan yang tinggi antara Kota Mataram dengan
wilayah sekitarnya maupun antar kelurahan dalam Kota Mataram sehingga menimbulkan
bangkitan pergerakan orang dan barang yang cukup besar, namun tidak diimbangi dengan
kapasitas jalan yang memadai sehingga akan menimbulkan salah satunya adalah kemacetan lalu
lintas.
Tujuan pengembangan sistem transportasi di Kota Mataram adalah diantaranya:
1. Menciptakan aksesibilitas dan mobilitas yang sesuai untuk pertumbuhan aktifitas;
2. Meningkatkan kemudahan pergerakan antar lokasi;
3. Menyediakan kegiatan transportasi yang murah, aman, nyaman dan cepat dengan
menata sistem transportasi angkutan umum;
4. Meningkatkan fungsi sarana transportasi yang ada dengan memperbaiki dan
melengkapi prasarana dan sarana pendukungnya;
5. Menyusun pengelolaan sistem pergerakan lalu lintas di Kota Mataram dengan
mengintegrasikan tiap elemen transportasi.
Secara konsepsional, pengembangan sistem transportasi secara makro harus memperhatikan tiga
elemen, yaitu:
1. Sistem kegiatan, merupakan demand/permintaan akan kebutuhan pelayanan jasa
transportasi, biasanya dicirikan dengan karakteristik fungsi kegiatan (dapat dilihat
dari struktur ruang suatu kota);
III - 8
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
III - 9
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
III - 10
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
Gambar 3.2
Keterkaitan Elemen Pengembangan Transportasi
INTERNASIONAL
NASIONAL
L
REGIONAL
Sistem Sistem
Kegiatan Jaringan
Sistem
K
e
Sistem l
Pergerakan e
m
b
a
Sumber: Kusbiantoro, 1996
g
a
Untuk memperlancar arus pergerakan penduduk di wilayah perencanaan diperlukan suatu
a
rencana pengembangan pola pergerakan yang diharapkan dapatn mempermudah penduduk untuk
III - 11
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
a. Transpotasi Darat
Jaringan Pengembangan Jalan
Rencana pengembangan jaringan jalan mencakup periode jangka pendek, menengah, dan
panjang. Rencana pengembangan sistem jaringan jalan Kota Mataram pada dasarnya
diarahkan untuk mengembangkan pola jangka panjang (Tahun 2029), meliputi :
a. Mengembangkan jaringan jalan inner ring road, dimana jalan lingkar ini berfungsi
untuk meningkatkan aksesibilitas antara Kawasan yang belum berkembang (sebelah
timur dan selatan) dengan Kawasan yang sudah berkembang (barat, tengah dan
utara)
b. Mengembangkan jaringan jalan outer ring road, dimana jalan lingkar ini akan
berfungsi untuk :
Mendistribusikan pergerakan ekternal dan melintas ke jaringan jalan lingkar;
Membuka kawasan yang relatif terisolir terutama kawasan yang berbatasan
langsung dengan wilayah kabupaten lain sehingga memiliki aksesibilitas yang lebih
besar bagi kegiatan kawasan.
c. Merestrukturisasi pola jalan utama kota dengan pola grid yang disesuaikan dengan
morfologi kota.
d. Peningkatan dan atau pembangunan jaringan jalan yang berfungsi kolektor primer dan
kolektor sekunder untuk meningkatkan aksesibilitas antar Pusat Pelayanan dengan Sub
Pusat Pelayanan dan lingkungan, serta kawasan Hinterland (Kabupaten Lombok Barat)
e. Pengaturan hirarki jalan berdasarkan pengaturan penggunaan lahan.
III - 12
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
III - 13
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
Berdasarkan kriteria hierarki jaringan jalan rencana jaringan jalan, ditentukan hirarki
jalan berdasarkan kriteria pembentukan jalan maka wilayah Kota Mataram dapat
ditentukan memiliki fungsi jalan sebagai berikut:
Jalan Lokal
Primer Jalan Lokal Primer
Jalan Lokal
Primer
KOTA
DIBAWAH
JENJANG III
PERSIL
III - 14
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
KAWASAN
PRIMER
Jalan Kolektor
Sekunder
Jalan Lokal Sekunder
KAWASAN
SEKUNDER III
PERUMAHAN
III - 15
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
Selain itu dikembangkan juga jaringan jalan lokal primer yang menghubungkan Kota
Mataram dengan pusat-pusat kelurahan di luar Kota Mataram, hal ini dilakukan untuk
meningkatkan akses ke dalam Kota Mataram. Dalam rangka meningkatkan
pengawasan dan pengelolaan pada kawasan strategis pantai Mataram maka
peningkatan fungsi dan pembangunan lanjutan jalan lingkar sangat diperlukan, yaitu
dari utara hingga selatan disambung dengan rencana ruas jalan sepanjang pantai
hingga ke Lombok Barat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 3.2.
Tabel 3.2
Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Kota Mataram Sampai Tahun 2029
FUNGSI RUAS JALAN
Arteri Kolektor
Ruas Yg Pengembangan Ruas Yg Pengembangan
Menghubungkan Menghubungkan
Ampenan – Peningkatan fungsi Ampenan- Pemeliharaan jalan Majapahit-
Senggigi Jaringan Jl. Saleh Mataram- Sriwijaya-jl Brawijaya.
(Kabupaten Sungkar . Cakranegara.
Lombok Barat)
III - 16
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana struktur jaringan jalan serta rencana
Penanganan dan Pengembangan Jaringan Jalan di Kota Mataram dapat dilihat pada
Peta 3.4 dan Peta 3.5.
Terminal
Pada umumnya Kota Mataram terlintasi oleh kendaraan umum Regional dengan jalur
regional, sehingga terkadang keberadaan terminalnya berfungsi sebagai terminal transit.
Kota Mataram memiliki dua tipe terminal yaitu; terminal tipe A, yaitu terminal Mandalika di
Kecamatan Sandubaya dan terminal tipe C terletak, yaitu terminal sayang-sayang di
Kecamatan Cakranegara, dan di Kelurahan Dasan Cermen Kecamatan Sandubaya.
Terminal tipe A (Mandalika) dalam pengoperasiannya digunakan sebagai terminal
angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) dan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP),
angkutan perkotaan (angkot) dan angkutan pedesaan (angdes). Terminal tipe A ini dalam
pengelolaannya menjadi kewenangan pemerintah Kota Mataram. Selain itu terminal tipe C
yang dimiliki Kota Mataram berfungsi untuk angkutan perkotaan (angkot).
III - 17
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
III - 18
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
III - 19
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
Fungsi terminal yang berada di Wilayah Kota Mataram merupakan terminal angkutan barang dan
penumpang. Arahan pengembangan terminal di Kota Mataram, lebih ditekankan pada penataan
terminal yang ada, yaitu dengan sistem :
Terminal regional yang bersifat transit dan melayani angkutan antar kota antar provinsi yang
berada di Kecamatan Sandubaya;
Terminal regional utama yang melayani antar kota dalam provinsi yang juga dibebankan
pada terminal Mandalika Kecamatan Sandubaya;
Terminal regional pembantu yaitu terminal tipe C yang melayani pergerakan antar
kecamatan di dalam Kota Mataram;
Terminal lokal yang melayani pergerakan internal di Wilayah Kota Mataram tersebar pada
seluruh kelurahan di Kota Mataram.
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana pengembangan transportasi kota dapat dilihat pada Peta
3.6.
b. Transportasi Laut
Pengembangan sistem transportasi laut tersebut perlu didukung oleh pengembangan sistem
pelabuhanya. Dalam hal ini pelabuhan-pelabuhan yang akan dikembangkan adalah pelabuhan
regional yang berfungsi untuk melayani pergerakan antar pulau maupun pergerakan lokal
penduduk Mataram. Rencana pengembangan pelabuhan tersebut berlokasi di Kecamatan
Sekarbela. Rencana pelabuhan yang akan dikembangkan berupa pelabuhan
penumpang/pariwisata dan perikanan laut dan masing-masing disesuaikan dengan ketentuan
standar pembangunan pelabuhan. Tujuan dari pengembangan transportasi laut ini adalah dalam
rangka proses percepatan dengan memperpendek jarak tempuh penyeberangan lewat laut dari 4
jam menjadi 1 – 2 jam, menunjang sektor kepariwisataan dan pengembangan sektor perikanan
Provinsi Nusa Tenggara Barat pada umumnya, dan khususnya Kota Mataram sehingga secara
tidak langsung sebagai perangsang terhadap perkembangan dan perbaikan sumber
perekonomian daerah serta pembangunan selanjutnya. Mengacu pada rencana pengembangan
transportasi laut tersebut diatas, maka diperlukan pembangunan fisik (sarana dan prasarana)
untuk pelabuhan penyebrangan dan pelabuhan laut. Pembangunan tersebut diantaranya dapat
berupa pembangunan dermaga sandar, fasilitas bongkar muat barang, pergudangan (tertutup
dan terbuka), dan sebagainya. Adapun rencana pengembangan transportasi laut dapat dilihat
pada Peta 3.7.
III - 20
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
III - 21
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
III - 22
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
III - 23
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
diimplementasikan agar kendala-kendala yang terjadi pada sistem jaringan distribusi 20kV
dapat ditekan.
Rekomendasi tentang implementasi jaringan transmisi didasari oleh pertimbangan
perkembangan beban dan lokasi pusat beban, rugi-rugi jaringan distribusi, dan kualitas
pelayanan listrik (tegangan, jumlah gangguan/pemadaman) kepada pelanggan.
c. Pengembangan Sistem Distribusi
Disamping melakukan perbaikan dengan sistem tegangan transmisi 70KV dan
implementasi PLTU Endok khususnya di Pulau Lombok, upaya-upaya perbaikan dan
pengembangan jaringan distribusi 20kV yang ada disistem Lombok.
Untuk melakukan perbaikan sistem distribusi 20kV, pertama-tama harus dilakukan analisis
kondisi jaringan distribusi terpasang (potret kondisi terpasang). Dari analisis sistem
jaringan distribusi terpasang tersebut dapat diketahui kekurangan dan kelemahan yang
terjadi pada sistem seperti tegangan rendah, rugi-rug besar dan lain-lain. Rencana
perbaikan sistem distribusi ini terutama difokuskan pada manuver-manuver
pengoperasian LBS, pengoperasian PLTD dan kapasitor 20kV yang ada.
Pembangunan jaringan distribusi dilakukan dengan mempertimbangkan kerapatan beban
(load density), lokasi, jenis beban, dan lokasi gardu induk.
Listrik merupakan salah satu kebutuhan dalam menunjang kesejahteraan hidup
masyarakat di perkotaan. Pemakaian energi listrik akan semakin terasa pentingnya dari
waktu ke waktu, seiring dengan perkembangan teknologi yang umumnya menggunakan
energi listrik sebagai sumber tenaga. Oleh karena itu, pemakaian energi listrik, tidak
hanya semata-mata sebagai sumber penerangan di malam hari, tetapi juga untuk
menunjang kegiatan sehari-hari dalam berbagai aspek kehidupan.
Penyediaan sumber daya atau energi listrik yang tersedia untuk pelayanan perumahan,
industri dan kegiatan lainnya dilakukan oleh PLN dan perusahaan swasta yang
dikembangkan. Selain itu penyediaan tenaga listrik konvensional seperti pengembangan
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) juga dikembangkan energi alternatif seperti
tenaga air skala kecil, tenaga surya, tenaga uap dan tenaga angin terutama di daearah-
daerah yang sulit dijangkau dan terpencil.
mencakup fasilitas umum dan fasilitas sosial diperkirakan 30% dari kebutuhan rumah
tangga dan untuk penerangan jalan umum diperkirakan 5% dari kebutuhan rumah
tangga.
Total kebutuhan listrik di wilayah perencanaan sampai akhir tahun perencanaan 2029
untuk tiap-tiap kecamatan, diantaranya, Kecamatan Ampenan 19484,75 Kva, Kec.
Cakranegara 17948,19 Kva, Kec. Mataram 12559,19 Kva, Kec. Sandubaya 9508,44 Kva,
Kec. Sekarbela 10821,06 Kva dan Kec. Selaparang 13735,00 Kva.. Untuk lebih jelasnya
mengenai kebutuhan daya listrik di wilayah perencanaan dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3
Prediksi Kebutuhan Listrik Setiap Kecamatan Di Kota Mataram Sampai Akhir Tahun 2029
III - 25
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
III - 26
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
III - 27
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
III - 28
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
Menara telekomunikasi yang telah ada (eksisting) apabila secara teknis memungkinkan,
harus digunakan secara bersama-sama oleh lebih dari satu operator atau dijadikan
menara telekomunikasi bersama.
Penggunaan Menara Telekomunikasi dan Penyiaran bersama dilarang menimbulkan
interferensi antar sistem jaringan.
Setiap pengguna Menara Telekomunikasi dan Penyiaran bersama wajib saling
berkoordinasi dalam hal terjadi suatu masalah.
Beban maksimal untuk menara bersama tidak boleh melebihi perhitungan struktur
menara.
Isolasi antar pemancar merupakan batas aman antar antenna pemancar yaitu 30 dB
atau dengan jarak antar antena 3 meter.
c. Ketentuan Pendirian Menara Di Sekitar Bandar Udara Dan Cagar Budaya
Setiap pendirian menara telekomunikasi dan penyiaran di kawasan keselamatan operasi
penerbangan wajib mendapatkan rekomendasi dari Dirjen Perhubungan Udara atau
pejabat yang ditunjuk.
Kawasan keselamatan operasi penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi :
- Kawasan di sekitar bandar udara;
- Kawasan di sekitar alat bantu navigasi penerbangan.
Dalam hal pendirian menara telekomunikasi dan penyiaran berada di kawasan situs
cagar budaya dan kawasan pariwisata, bentuk menara harus disesuaikan dengan
ketentuan estetika lingkungan kawasan setempat.
Ketentuan estetika lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh instansi
yang berwenang.
d. Radiasi Komunikasi Radio
Ketentuan batasan maksimum radiasi selama pemancar beroperasi adalah :
- Di kawasan tempat umum;
- Di kawasan rumah tinggal dan rumah sakit.
Tabel 3.4
Batas Maksimum Radiasi komunikasi Radio di Kawasan Tempat Umum
MAGNETIC
ELECTRIC FIELD POWER
RENTANG FIELD
STRENGTH DENSITY
FREKUENSI STRENGTH
(V/M) (W/M2)
(A/M)
0.1- 3 MHz 60 0.20 -
3 – 3000 MHz 20 0.05 1
3 – 300 GHz 40 0.10 4
Sumber : Hasil Rencana
III - 30
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
Tabel 3.5
Batas Maksimum Radiasi komunikasi Radio
di Kawasan Rumah Tinggal dan Rumah Sakit
ELECTRIC MAGNETIC
POWER
RENTANG FIELD FIELD
DENSITY
FREKUENSI STRENGTH STRENGTH
(W/M2)
(V/M) (A/M)
0.1 MHz – 300 GHz 6 0.016 0.10
3 MHz – 300 GHz
Sumber : Hasil Rencana
Arahan pengembangan untuk kawasan sekitar tower atau telematikan antara lain adalah:
Penggunaan tanah sekitar tower difungsikan sebagai kawasan RTH, jauh dari permukiman.
Pemagaran yang rapat pada sepanjang tower demi keamanan, karena mempunyai
tegangan tinggi.
Bertolak dari kondisi eksisting dan dalam dalam rangka mewujudkan konsep dasar menara
telekomunikasi di Kota Mataram yang efisien dan efektif, maka menara yang akan dikembangkan
harus dapat digunakan secara bersama. Menara bersama dimaksud dapat disediakan oleh
penyelenggara telekomunikasi dan atau penyedia menara. Merujuk pada konsep tersebut, maka
dilakukan identifikasi sebaran menara eksisting untuk dikomparasikan dengan titik sementara
tower rencana pemanfaatan bersama.
Rencana titik tentative tower rencana dirumuskan berdasarkan titik paling optimum dari
area optimum pengembangan tower, sebagaimana telah diarahkan pengembangannya. Rencana
pengembangan menara bersama diklasifikasikan berdasarkan tinggi gelombang (band width)
yang dipancarkan oleh panel BTS, yang selama ini digunakan oleh operator.
III - 31
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
undang akan tetapi dapat menggunakan landasan hukum, yaitu berdasarkan PP.
No.1/Berhukmas/1/1975 tentang persyaratan kualitas air bersih di wilayah Kota Mataram
haruslah memenuhi persyaratan fisik, kimia dan biologis sesuai ketentuan pedoman yang berlaku.
Sistem penyediaan air bersih di Kota Mataram terdiri dari:
1. Sistem penyediaan air bersih dengan menggunakan sistem perpipaan yang dilayani
oleh PDAM. Pada saat ini Kota Mataram dilayani oleh PDAM Menang Kota Mataram.
Sumber air PDAM terdiri dari air tanah dengan total kapasitas produksi sebesar 2300
L/detik, namun untuk saat ini baru sebesar 674 L/detik kapasitas produksi yang
terpasang, dengan demikian masih tersisa kapasitas produksi sebesar 7,94 L/detik
yang melalui instalasi pengolahan air bersih dapat dilihat dalam Tabel 3.6 Cakupan
layanan oleh sistem perpipaan ini baru mencapai 55,02 % dari penduduk perkotaan
atau baru mencapai 187.197 jiwa ;
2. Sistem penyediaan air bersih non perpipaan (sumur, pompa dan pompa jet pump)
dengan menggunakan air tanah dalam, air tanah dangkal dan air permukaan.
Tabel 3.6
Instalasi Pengolahan/Unit Produksi PDAM Menang Kota Mataram Tahun 2008
Untuk merencanakan pelayanan kebutuhan air bersih di Kota Mataram perlu dilakukan
perhitungan perkiraan kebutuhan air bersih. Perkiraan ini akan dilakukan dengan asumsi
kebutuhan penduduk akan air bersih minimal adalah 60 liter/hari/orang dengan kebutuhan non
domestic 30% dan faktor kehilangan 20%. Perkiraan kebutuhan air minum di Kota Mataram
sampai tahun 2028 secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 3.7. Berdasarkan hasil analisis
kebutuhan air bersih Kota Mataram pada akhir tahun perencanaan (Tahun 2028) adalah untuk
Kecamatan Ampenan sebesar 1.818 L/detik, Cakranegara 1.674 L/detik, Kecamatan Mataram
1.172 L/detik, Kecamatan Sekarbela 1.010 L.detik, Kecamatan Sandubaya 0.887 L/detik, dan
Kecamatan Selaparang 1.281 L/detik.
III - 32
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
Tabel 3.7
Prediksi Kebutuhan Air Bersih Per Kecamatan di Kota Mataram Sampai Tahun 2009-2029
dan tingkat aktvitas yang direncanakan pada wilayah yang dilayani. Untuk persebaran
pelayanan air minum dapat dilihat pada Peta 3.9.
2. Penyediaan Sistem Air Bersih Non Perpipaan
Dalam sistem penyediaan air bersih non perpipaan, usaha yang diperlukan adalah
melakukan perlindungan terhadap air tanah agar tetap terjaga keseimbangan yang terus
menerus, karena eksploitasi air tanah dangkal yang berlebihan akan menyebabkan
menurunnya kualitas dan kuantitas air tanah dangkal tersebut.
Salah satu upaya untuk melakukan perlindungan terhadap air tanah dangkal, yaitu dengan
merencanakan atau mensosialisasikan pemanfaatan Sumur Resapan Air Hujan. Sumur
resapan air hujan adalah sarana untuk penampungan air hujan dan meresapnya ke dalam tanah.
Bangunan ini dibuat seperti bentuk sumur serta berfungsi sebagai resapan sehingga dinamakan
Sumur Resapan. Lokasi sumur resapan ditempatkan pada lahan kosong agar memudahkan
dalam pengoperasiannya dan mudah dalam mengumpulkan air hujan, tipe sumur resapan akan
tergantung pada luas lahan dan tipe rumah. Meskipun Kota Mataram masih merupakan wilayah
dengan lahan non terbangun sebelah utara dan selatan yang cukup luas, namun konsep sumur
resapan sudah dapat diterapkan, maka standar ukuran sumur resapan dapat dilihat pada Tabel
3.8.
Tabel 3.8
Kebutuhan Sumur Resapan Diameter 80 Cm
TIPE SUMUR RESAPAN (UNIT)
LUAS TIPE I II III
NO TANAH RUMAH = 80 CM = 80 cm = 80 cm
(M2 ) T = 150 CM T = 300 cm T = 600
1 <20 - - - -
2 30 - - - -
3 40 - - - -
4 50 1 1
5 60 21 1 - -
6 70 36 1
7 80 45 1
8 90 - 1
9 100 54 1
10 120 60 1
11 140 72 2 1
12 160 100 2 1
13 200 - 3 1 1
14 250 - 3 1 1
15 300 - 3 1 1
Sumber: Hasil Rencana
III - 34
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
III - 35
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
III - 36
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
Saluran drainase perlu dibatasi kanan – kirinya dengan garis sempadan yang lebarnya
cukup untuk melakukan kegiatan perawatan saluran;
Saluran drainase perlu direncanakan sedemikian rupa, sehingga tidak terjadi pengendapan
sedimentasi namun tidak terjadi gerusan;
Tabel 3.9
Prasarana Drainase Kota Mataram
No Drainase Alam Drainase Buatan
Sungai Panjang (km) Saluran Panjang (km)
1 Midang 26.000 Primer 33
2 Jangkok 86.000 Sekunder 31,8
3 Ancar 21.000 Tersier 37,68
4 Brenyok 42.000
Total Panjang (km) 175.000 102,48
Sumber: Dinas PU Kota Mataram, 2008
Tabel 3.10
Perkiraan Volume Limbah Cair Kota Mataram Tahun 2009-2029
III - 37
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
Untuk daerah komersial dan pusat kota yang padat disarankan pemakaian saluran
drainase tertutup yang pada setiap 50-100 m perlu dipasang lubang pemeriksaan
(manholes).
Jika dasar saluran drainase terletak di bawah muka air tanah (khususnya pada musim hujan),
perlu dibuat lubang-lubang di bagian bawah saluran untuk memberi kesempatan air tanah
masuk, sehingga mengurangi kemungkinan dinding dan dasar saluran pecah karena gaya ke atas
air tanah. Kriteria sistem pengaliran air hujan dan kapasitas saluran adalah sebagai berikut :
a. Kemiringan dasar saluran diusahakan mengikuti permukaan tanah.
b. Pelengkap saluran drainase adalah :
Manhole, digunakan pada saluran tertutup yang berfungsi untuk kepentingan
perawatan saluran
Street intel, digunakan sebagai penyalur aliran menuju saluran di tepi jalan
Gorong - gorong digunakan pada saluran yang melintasi jalan.
Saluran tanpa lapis perkerasan, kecepatan alirannya berkisar antara 0,60 m/det untuk
mencegah pengendapan dan 1,50 m/det untuk mencegah gerusan.
c. Pengaliran air hujan dari jatuhnya sampai ke lokasi badan air penerima harus secepat
mungkin.
d. Jalur saluran sependek mungkin Kecepatan aliran air dalam saluran tidak boleh
mengakibatkan kerusakan saluran akibat erosi.
Rencana pengembangan sistem drainase di Kota Mataram umumnya terbagi menjadi dua yaitu:
1. Arahan Pengembangan Sistem Drainase Utama (Mayor Drainase)
Sistem ini adalah sistem drainase penyalur dari darinase pengumpul ke daerah outfull
yaitu saluran alam atau laut. Pengembangan dan penataan saluran drainase utama di
Kota Mataram meliputi pengembangan dan penataan Sistem Aliran pada sungai –
sungai yang tersebar di Kota Mataram, terutama sungai – sungai besar diantaranya
adalah Sungai Jangkok dan Sungai Brenyok.
2. Rencana Pengembangan Saluran Drainase Pengumpul (Minor Drainase)
Saluran drainase ini merupakan saluran pengumpul debit air yang berasal dari
perumahan dan permukiman, perdagangan, perkantoran, industri dan lain-lain. Saluran
berfungsi mengumpulkan dan mengalirkan air hujan dari lingkungan terkecil ke saluran
drainase utama. Saluran minor ini terbagi menjadi 3 saluran drainase yaitu meliputi
saluran primer, sekunder dan tersier. Kondisi saluran drainase buatan di Kota Mataram
perlu ditingkatkan kontruksinya dari tanah menjadi permanen.
Kota Mataram memiliki empat buah sungai besar yang mengalir di dalam kota mataram
yaitu pada sungai :
III - 38
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
Sungai Midang
Sungai Jangkok
Sungai Ancar
Sungai Brenyok
Sungai Midang mengalir dengan batasan DAS Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat dari
arah timur ke barat, dimana sungai midang ini merupakan anak sungai Meninting yang berhulu di
sebelah daya barat G Tompole dan bermuara di Selat Lombok, panjang alirannya atau panjang
sungai 26 km, dengan kedaleman rata-rata 1.7 meter dengan luas daerah pengaliran sungai DPS
62 km2 dan dasar sungainya kelihatan agak curam yang indikasinya dapat dilihat dari cepatnya
aliran sungai tersebut, Sungai Jangkok berhulu dilereng sebelah barat gunung Rinjani dengan
batasan DAS yang mengalir dari timur ke barat dan setelah melalui Kota Mataram di bagian
tengah, akhirnya bermuara di Selat Lombok, Panjang sungai 86 km, kedalaman rata-rata 3.30
meter dan luas DPS 226 km2 , kecepatan alirannya cukup deras.
Sungai Ancar mengalir dari timur kebarat yang berhulu di gunung kondo dan bermuara di selat
lombok, sungai ini memiliki batasan DAS di tengah-tengah Kota Mataram, panjangnya sungai 21
km, kedalaman rata-rata 4 meter, dan luas DPS 63 km2
Sungai Brenyok memiliki batasan DAS disebelah selatan Kota Mataram yang mengalir dari arah
timur kebarat dan sungai tersebut berhulu di gunung manuk dan bermuara di Selat Lombok.
Panjangnya sungai 21 km, kedalamannya rata-rata 4.5 meter dan luas DPS 56.77 km2
Kota Mataram meiliki saluran irigasi yang cukup banyak sumber atau pintu airnya salah satunya
terdapat di Kelurahan Salagalas Kecamatan Bertais yang alirannya tersebar sebagian besar ke
kecamatan Selaparang dan untuk bagian selatan aliran irigasi terdapat di Kecamatan Sandubaya
yang mengalir ke Kecamatan Mataram, untuk pengaturan pola aliran air irigasi pihak pemerintah
merencanakan sistem buka-tutup pintu air agar dapat tersebar ke seluruh lahan pertanian yang
ada di Kota Mataram sehingga Air Irigasi Tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal, dalam
pengembangan sanitasi komunal Kota mataram akan dikembangkan di Kelurahan Karang Baru,
Mojok, Sayang-sayang, Abian Tumbuh Baru, Dasan Cermen dan kelurahan Jempong Baru. Untuk
lebih jelasnya pelayanan DAS, Drainase dan Irigasi dan Pengembangan Sanitasi Komunal, dapat
dilihat pada Peta 3.10 dan Peta 3.11.
III - 39
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
III - 40
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
III - 41
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
b. Sistem Persampahan
Pola pengelolaan sampah yang berkembang saat ini di Kota Mataram adalah sebagai berikut :
1. Sistem individual langsung yaitu pengumpulan sampah yang dilakukan secara door to
door dengan mendatangi sumber sampah, dimana sampah tersebut akan diangkut
dengan menggunakan truk biasa atau dump truk.
2. Sistem individual tak langsung yaitu pengumpulan sampah yang dilakukan secara door
to door yang dilakukan oleh petugas kebersihan dengan menggunakan gerobak serta
truk kecil dan sampah yang ada ditampung di tempat penyimpanan sementara yang
berupa kontainer kapasitas 6 - 8 m3, dan kemudian sampah yang terkumpul tersebut
dipindahkan ke TPS.
3. Sistem Komunal yaitu pengumpulan sampah yang dilakukan oleh masing-masing
penghasil sampah dan dibuang ke tempat-tempat yang telah disediakan oleh dinas
kebersihan. Sebagai tempat penampungannya berupa kontainer, kemudian di buang ke
TPA. Selain itu dilakukan penangan secara langsung oleh para penghasil sampah, yaitu
dengan dibakar atau ditimbun pada lahan–lahan kosong.
Pengolahan persampahan di Kota Mataram untuk masa yang akan datang diarahkan pada
pengolahan sampah dengan konsep Pengelolaan Sampah Terpadu menuju Zero Waste,
merupakan upaya mengubah sampah menjadi bahan yang lebih berguna dan tidak mencemari
lingkungan. Sistem yang terkait adalah sistem pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan
pembuangan akhir.
Konsep ini merupakan kombinasi dari berbagai teknologi pengolahan sampah, antara lain
teknologi pengkomposan, teknologi daur ulang sampah non-organik, teknologi pembakaran
(incinerator), teknologi sanitari landfill yang sehat dan dapat di guna ulang (dapat dipakai secara
terus terus menerus) teknologi pemanfaatan sisa pembakaran.
Strategi Konsep Sampah Terpadu Menuju Zero Waste, antara lain :
1. Memperbaiki sistem pengelolaan sampah wilayah perencanaan dengan skala terpadu
pada tiap kawasan.
2. Pengolahan sampah pada sumbernya (skala individu).
Konsep pengelolaan sampah dengan sistem diatas dapat dilihat pada Gambar 3.4.
II - 42
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
Timbulan Sampah
Sampah Sampah
An-Organik pemilahan Organik
Daur TPS
TPA
Peralatan Rumah
Tangga
Proses komposting
Masyarakat
Pengelolaan sampah dengan sistem ini dapat dilakukan kerjasama antara pihak swasta,
masyarakat dan sub Dinas Kebersihan yang meliputi :
Pihak masyarakat dapat melakukan kegiatan pemisahan sampah sesuai dengan
sampah yang dihasilkan yaitu memisahkan sampah kering dan sampah basah yang
terkumpul pada tempat terpisah;
Sedangkan pihak swasta dapat bekerjasama dalam pengolahan sampah yang bersifat
daur ulang yaitu sampah-sampah kering yang dapat mereka beli dan dapat didaur
ulang;
Pihak sub dinas melakukan pengangkutan sisa-sisa sampah yang telah terpisah untuk
diangkut ke TPA;
Peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam pemilihan awal sampah yang
dihasilkan
Mengurangi beban dinas kebersihan dalam pengangkutan sampah;
Beban TPA berkurang dengan berkurangnya sampah yang diangkut ke TPA.
Adapun pengembangan lokasi tempat penampungan sampah sementara (berupa container) di
Kota Mataram adalah di selur kelurahan Kota Mataram yang disediakan 1-2 buah kontainer sesuai
dengan kebutuhan dan timbulan yang dihasilkan oleh setiap kelurahan. Sedangkan proses
pengelolaan sampah sistem tersebut diatas dapat dilihat pada Gambar 3.6.
II - 43
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
Kebutuhan sarana persampahan di Kota Mataram didasarkan pada timbulan sampah yang
dihasilkan dengan asumsi :
Rumah tangga menghasilkan sampah sebesar 2,75 lt/hari;
Perdagangan, untuk tiap pasar diperkirakan menghasilkan sampah sebanyak 25 %
dari sampah produksi rumah tangga sedangkan untuk perdagangan lainnya
menghasilkan 5 % dari sampah rumah tangga;
Jalan, menghasilkan sampah sebanyak 10 % dari sampah rumah tangga;
Lain-lain diasumsikan 5 % dari sampah produksi rumah tangga.
Sementara Kebutuhan sarana persampahan di wilayah perencanaan sampai akhir Tahun 2028
berupa gerobak sampah di Kota Mataram sebanyak 502 unit, dan jumlah TPS mencapai 168 unit.
Lihat Tebel 3.11
Di Kota Mataram tidak mempunyai TPA (Tempat Pembuangan Akhir) karena keterbatasan lahan
yang ada. Untuk TPA terdapat di luar wilayah Kota Mataram, yaitu Dusun Kongok, Desa Suka
Makmur Kecamatan Gerung Lobar Kabupaten Lombok Barat. Adapun sebaran container dapat
dilihat pada peta 3.12.
Gambar 3.6
Rencana Proses Pengelolaan Sampah
60% 20%
Abu hasil
pembakaran
II - 44
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
Tabel 3.11
Perkiraan timbulan sampah Kota mataram sampai tahun 2009-2029
II - 45
Tabel 3.12
Sistem Perwilayahan Kawasan Mataram Metro
3 (tiga fungsi pelayanan) tersebut, diantaranya: dengan fungsi sebagai Pusat Pelayanan (PP)
adalah Kecamatan-kecamatan yang terdapat di Kota Mataram yang tergabung dalam satu
pusat pengembangan wilayah Kota Mataram. Untuk Sub Pusat Pelayanan terbagai menjadi 2
yakni SPP 1 yang melingkupi kecamatan Narmada, Gunungsari, dan Labuapi, serta untuk
SPP2 melingkupi Kecamatan Lingsar, Kediri dan Batulayar. Pembagian fungsi pelayanan pada
tiap-tiap wilayah didasarkan pada tingkat kekotaan atau hierarki kekotaan dari masing-
masing wilayah.
Secara struktur ruang, orientasi pengembangan pusat-pusat pertumbuhan adalah hirarkis.
Pengembangan unit lingkungan berorientasi ke pusat kawasan dan pusat kawasan memiliki
orientasi pengembangan ke pusat satuan wilayah pengembangan. Sedangkan pusat satuan
wilayah pengembangan memiliki orientasi pengembangan ke pusat wilayah pengembangan.
Adapun pusat wilayah pengembangan berada di wilayah Kecamatan Mataram. Artinya bahwa
diwilayah Kecamatan Mataram terdapat pusat utama kawasan ini.
III - 47
Poros Barat-Timur, menghubungkan Ampenan-Selaparang-Mataram-Cakranegara-
Sandubaya-Narmada;
Poros Barat-Selatan, menghubungkan Sekarbela-Labuapi-Kediri
c. Sistem Jaringan Tersier
Sistem jaringan tersier diperuntukkan untuk meningkatkan pelayanan di dalam Sub pusat
pelayanan ataupun pusat-pusat lingkungan yang berada di kawasan Mataram dan
Kabupaten Lombok Barat . sistem ini hanya boleh bersinggungan langsung dengan System
jaringan tersier dapat memanfaatkan system yang sudah ada saat ini maupun
mengembangkan sistem jaringan baru yang bertujuan untuk memacu pertumbuhan ekonomi
maupun pemerataan pelayanan ke seluruh kawasan. Pengelolaan sistem jaringan tersier
menjadi wewenang pemerintah Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat secara terpadu.
III - 48
permukiman skala besar, secara fungsional didistribusikan ke dalam masing-masing wilayah
pengembangan dengan mempertimbangkan potensi dan kelayakan wilayah, seperti komoditi
unggulan, aksesibilitas, komplementaritas dan keunggulan kompetetif/komparatif.
Tabel 3.13
Pengembangan Zonasi Perwilayahan
III - 49
dengan pertumbuhan perumahan yang mengikuti pola tersebar (urban sprawl). Kedua tipologi
pertumbuhan permukiman tersebut terjadi akibat tekanan perubahan guna lahan kawasan
perdagangan dan industri jasa sedemikian kuat meningkatkan polusi (suara, debu, asap)
sehingga menurunkan kualitas lingkungan perumahan/permukiman dan penduduk memilih untuk
bermukim ke daerah pinggiran (sub urban). Tipologi pertumbuhan permukiman ini apabila
berkembang tanpa arah dan kendali, akan menimbulkan rona lingkungan dengan guna lahan
yang semerawut.
1 Ampenan 65.591 70.800 70.097 70.683 71.902 2,41% 73.632 82.924 93.389 105.174 118.447
2 Cakranegara 57.798 62.767 62.143 62.663 63.740 2,57% 65.378 74.223 84.264 95.664 108.606
3 Mataram 66.661 68.563 67.864 67.659 68.818 0,81% 69.375 72.226 75.195 78.287 81.505
4 Sandubaya 48.047 47.824 47.343 47.739 48.566 0,27% 48.697 49.358 50.028 50.707 51.396
5 Sekarbela 37.359 40.188 39.787 40.121 40.815 2,31% 41.759 46.816 52.486 58.843 65.969
6 Selaparang 65.364 66.606 65.949 67.276 64.364 1,90% 65.587 72.060 79.171 86.984 95.568
7 Kediri 49.834 50.298 50.784 54.697 55.616 2,90% 58.889 67.940 78.382 90.429 104.327
8 Labuapi 54.620 55.486 55.931 61.158 62.185 3,46% 66.566 78.917 93.559 110.918 131.497
9 Narmada 78.485 79.013 79.623 85.820 87.263 2,80% 92.211 105.844 121.492 139.454 160.071
10 Lingsar 54.045 55.448 55.924 65.239 66.336 5,69% 74.094 97.692 128.806 169.830 223.919
11 Gunungsari 67.242 68.295 68.396 73.956 75.200 2,96% 79.716 92.227 106.703 123.450 142.826
12 Batulayar 34.014 36.708 38.383 37.076 37.698 2,71% 39.767 45.451 51.946 59.370 67.856
JUMLAH
679.060 701.996 702.224 734.087 742.503 775.670 885.678 1.015.422 1.169.109 1.351.987
Sumber : Hail Rencana
III - 50
Memperhatikan proyeksi jumlah penduduk sebagaimana tertuang dalam tabel tersebut di
atas, diperlukan upaya-upaya progresif untuk mendorong perkembangan jumlah
penduduk ke luar Kota Mataram. Untuk mengantisipasi maksud tersebut, perlu dinilai
daya tampung yang dimiliki oleh setiap kecamatan/kawasan untuk menampung penduduk
sampai dengan tahun 2029. Hal ini juga akan memberi gambaran ke arah kawasan mana
penduduk dapat didistribusikan untuk mengurangi beban ruang Kota Mataram sebagai
tempat orang bermukim. Dalam tabel di bawah, jumlah penduduk sudah tidak mungkin
ditampung/overload akan terjadi di Kecamatan Narmada. Oleh karena itu, penduduk
harus didistribusikan kebeberapa kecamatan seperti Kecamatan Ampenan masih mampu
menampung sebanyak 803,45 jiwadan Kecamatan Cakranegara memiliki kemampuan
untuk menampung penduduk dalam jumlah besar, namun perlu diwaspadai bahwa kedua
kawasan ini merupakan kawasan perdagangan. Sehingga secara keseluruhan lahan
tersebut tidak sepenuhnya diperuntukan untuk menampung penduduk.
Tabel 3.14
Daya tampung penduduk sampai pada tahun 2029
Kalau tabel di atas menggambarkan daya tampung maksimal yang tersedia di setiap
kecamatan, maka tabel di bawah menggambarkan seberapa besar ruang yang tersedia
yang dapat menampung perkembangan jumlah penduduk sampai dengan 2029.
Rencana pengembangan penduduk dalam rangka mendorong terjadinya pemerataan
jumlah penduduk adalah:
III - 51
1) Membatasi angka kelahiran diseluruh kawasan Mataram Metro. Dengan pertimbangan
bahwa jumlah penduduk kawasan Mataram Metro di tahun 2029 mencapai 1.351.987.
Sedangkan daya tampung ruang yang tersedia adalah tetap. Hal ini dilakukan untuk
meminimalisir persoalan-persoalan oenduduk akibat tingginya jumlah penduduk seperti
konflik social, konflik penggunaan lahan, bahkan kerusakan lingkungan akibat
peningkatan jumlah permukiman
2) Pengembangan jumlah dan distribusi penduduk diarahkan, sebagai berikut :
a. Mengimplementasikan pembagian fungsi wilayah kecamatan yang telah ditetapkan
secara konsisten oleh pemerintah daerah, sehingga mampu menarik minat
penduduk untuk bermukim ke arah luar Kota Mataram.
b. Berkaitan dengan jumlah dan distribusi penduduk, ekstensifikasi pengembangan
kawasan permukiman diarahkan pada Kecamatan Batu Layar, Gunungsari, Kediri,
dan Labuapi. Sedangkan kecamatan-kecamatan yang sudah padat saat ini seperti
Ampenan dan Sekarbela, direncanakan agar pertambahan jumlah penduduk di
kawasan tersebut dapat diarahkan menuju Kecamatan Batu Layar, Kediri, dan
Labuapi. Adapun Kecamatan Selaparang, Mataram, Cakranegara, dan Sandubaya
diarahkan untuk melakukan program intensifikasi lahan permukiman dengan
mengembangkan bangunan hunian secara vertikal.
c. Mendorong usaha/kegiatan yang bersifat ekonomis diwilayah kecamatan yang
memiliki jumlah penduduk lebih kecil, seperti di Kecamatan Lingsar, Labuapi, Kediri,
dan Gunungsari. Sehingga diharapkan penduduk tertarik untuk bermukim di
kecamatan-kecamatan tersebut.
d. Peningkatan akses transportasi jalan ke wilayah kecamatan yang akan
dikembangkan sebagai kawasan permukiman penduduk, sehingga diharapkan
penduduk akan mendapatkan kenudahan dalam aksesibilitas menuju tempat kerja,
rekreasi maupun hunian.
e. Peningkatan fasilitas dan utilitas di wilayah kecamatan yang akan dikembangkan
sebagai kawasan permukiman penduduk, sehingga diharapkan penduduk tertarik
untuk bermukim di wilayah kecamatan tersebut, seperti di Kecamatan Batu Layar,
Labuapi, Kediri dan Gunungsari
f. Membatasi IMB dan menerapkan PBB yang tinggi di kecamatan yang padat
penduduknya, yaitu di kecamatan mataram, Ampenan, dan Cakranegara.
g. Pengembangan bangunan super block dimungkinkan pada kawasan yang sangat
padat dengan tingkat kebutuhan ruang sangat tinggi seperti kawasan perdagangan
III - 52
dan jasa di Kecamatan Ampenan, Kecamatan Cakranegara, dan Kecamatan
Sandubaya.
2. Kualitas Penduduk
Struktur penduduk dikawasan Mataram Metro berdasar usia, terbanyak adalah usia
produktif (15-64 tahun). Pada usia lainnya yaitu usia kanak-kanak 0-14 tahun lebih kecil
dari penduduk usia produktif kemudian usia lanjut (65 keatas) juga relatif sangat kecil.
Usia produktif yang cukup besar ini merupakan potensi ketenagakerjaan yang harus
didukung oleh kesempatan kerja yang tinggi, sehingga dapat mengurangi dampak sosial
yang akan ditimbulkan akibat kurangnya kesempatan kerja.
Sedangkan struktur penduduk menurut agama menunjukan bahwa dominan masyarakat
dikawasan Mataram Metro pada tahun 2007 memeluk agama islam sebanyak 621.185
jiwa disusul oleh penduduk beragama hindu sebanyak 73.017 jiwa dengan jumlah
penduduk beragama hindu terbesar di Kecamatan Cakranegara. Selanjutnya agama
Kristen Katolik sebanyak 7417 jiwa terbesar di Kecamatan Ampenan.
Sebagian besar penduduk di kawasan Mataram Metro bermatapencaharian disektor
pertanian. Hal ini menunjukan penduduk di kawasan Mataram Metro khususnya di luar
Kota Mataram terkecuali di Kecamatan Batu Layar dan Gunungsari adalah masyarakat
agraris. Sedangkan penduduk yang bermukim di kecamatan yang ada di Kota Mataram,
Batu Layar dan Gunungsari memiliki ciri-ciri penduduk perkotaan dimana sektor sekunder
dan tersier masih merupakan mata pencaharian dominan masyarakat ditempat tersebut.
Hal ini menunjukan bahwa belum ada pemerataan kualitas penduduk baik kualitas
ekonomi maupun sosial budaya di beberapa wilayah terutama kecamatan-kecamatan di
luar Kota Mataram. Oleh karena itu, diperlukan sebuah rencana pengembangan penduduk
dalam rangka pemerataan kualitas penduduk sesui dengan skenario yang ada. Upaya
pengembangan penduduk terkait dengan pemerataan kualitas penduduk adalah:
1. Meningkatkan keterampilan masyarakat terutama masyarakat yang tinngkat
pendidikannya rendah, sehingga mereka mampu bekerja di sector non pertanian,
terutama masyarakat yang tinggal diwilayah Kecamatan Gunungsari, Lingsar,
Narmada, dan Batu Layar
2. Membuka peluang kerja di sector non pertanian, baik sector perdagangan, jasa
maupun pariwisata yang diharapkan mampu menampung penduduk usia produktif
yang cukup tinggi, sehingga mampu mengurangi tingkat pengangguran
3. Meningkatkan pendidikan luar sekolah (non formal) seperti pusat kegiatan belajar
masyarakat yang tersebar di seluruh kawasan, sehingga diharapkan mampu
meningkatkan tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat
III - 53
4. Meningkatkan jumlah sekolah formal dan tersebar merata di wilayah kecamatan, sesua
dengan jumlah anak usia sekolah yang akan meningkat di akhir tahun perencanaan
5. Pengembangan kegiatan social-ekonomi masyarakat
6. Pengembangan sarana dan prasarana wilayah khususnya pendidikan
7. Mendistribusikan pusat-pusat kegiatan Kota Mataram ke seluruh kawasan Mataram
Metro secara proporsional sesuai dengan potensi dan kemampuan sumberdaya yang
tersedia.
III - 54
sektor perdagangan, hotel, dan restoran memberikan sumbangsih yang sama sebesar 26%.
Dominasi sektor perdagangan, hotel dan restoran ini disebabkan oleh lokasi aktivitas penduduk
tinggi dan secara ekonomi masyarakatnya memiliki tingkat pendapatan yang lebih dibanding
lainnya di kawasan Mataram Metro. Sedangkan sektor pertanian terdapat di kecamatan
perbatasan di Lombok Barat antara lain Kecamatan Kediri, Narmada, dan Lingsar, namun ada
juga kecamatan yang ekonominya terbentuk oleh sektor ekonomi sekunder seperti Gunungsari
dan Batulayar. Sektor lainnya yang menunjukan tingkat kekotaan cukup tinggi secara ekonomi
yaitu sektor bangunan sebesar, sektor jasa-jasa dan sektor pengangkutan 9%. Sektor ekonomi
yang jumlahnya terkecil adalah keuangan, listrik dan gas. Jika sektor industri pengolahan dapat
mengimbangi pertumbuhan sektor pertanian sebesar maka akan berpengaruh kepada sektor-
sektor lainnya untuk berkontribusi dalam pembentukan PDRB pada tahun-tahun mendatang dan
sekaligus dapat meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat di kawasan Mataram Metro.
Berdasarkan potensi yang ada dan kecenderungan perkembangan yang terjadi saat ini,
kegiatan pariwisata tersebar dibeberapa kawasan seperti Kecamatan Batu Layar, Kecamatan
Ampenan, Kecamatan Sekarbela, Kecamatan Cakranegara, Kecamatan Sandubaya, Kecamatan
Lingsar, dan Kecamatan Narmada. Komoditi wisata yang potensial adalah wisata bahari, wisata
alam, pegununngan dan hutan, wisata agro, wisata budaya, dan wisata kuliner. Aktivitas
ekonomi lainnya seperti perdagangan dan jasa terkonsentrasi di Kecamatan Cakranegara,
Kecamatan Sandubaya, Kecamatan Ampenan, Kecamatan Mataram, dan cukup potensial di
Kecamatan Selaparang, Kecamatan Narmada dan Kecamatan Gunungsari. Untuk kegiatan
industri kerajinan tersebar di KecamatanNarmada dan Kecamatan Gunungsari. Untuk kegiatan
industri kerajinan tersebar di Kecamatan Gunungsari, Kecamatan Sekarbela, Kecamatan
Cakranegara, dan Kecamatan Kediri. Jenis komoditi yang selama ini dikembangkan adalah
meubel bambu, mutiara, kain tenun, gerabah dan meubel kayu cukli. Sedangkan potensi
pertanian dan perkebunan tersebar di Kecamatan Gunungsari, Kediri, Labuapi, Lingsar, Narmada,
Selaparang, Cakranegara dan Sandubaya.
Tidak bisa dipungkiri bahwa aktivitas pedagang kaki lima atau PKL juga banyak tersebar
di kawasan Mataram Metro yang harus membutuhkan penataan dalam rangka menciptakan
kenyamanan dan keindahan wajah Mataram Metro.
Mengacu kepada dua hal pokok di atas, yakni kondisi yang diharapkan dari upaya
pengembangan ekonomi dan potensi yang dimiliki, maka rencana penngembangan ekonomi
harus diarahkan kepada bagaimana mengoptimalkan pengembangan potensi untuk mencapai
hasil yang diharapkan dengan dukungan sarana prasarana memadai.
III - 55
Rencana pengembangan ekonomi kawasan Mataraam Metro menyangkut 3 (tiga) aspek,
yakni: pengembangan pra produksi, proses produksi, dan pasca produksi yakni pemasaran
produk.
Rencana yang terkait dengan pengembangan pra produksi
1. Melaksanakan upaya intensifikasi maupun ekstensifikasi pertanian dan perkebunan untuk
mewujudkan ketersediaan bahan baku bagi industry pengolahan berbasis agro
2. Peningkatan kualitas produk pertanian dan perkebunan unggulan untuk meningkatkan daya
saing terhadap produk sejenis dari daerah lain
3. Menjalin kerjasama dengan produsen bahan baku industry kerajinan.
4. Meningkatkan ketersediaan jumlah, jenis, dan aneka barang yang diperdagangkan
5. Mengembangkan jenis perdagangan spesifik diberbagai kawasan untuk menciptakan
keseimbangan perkembangan kawasan perdagangan
6. Membangun sarana dan prasarana pariwisata yang menarik sesuai dengan potensi dan
keinginan wisatawan
7. Mengembangkan paket-paket tujuan wisata
8. Mengembangkan link anatara aktivitas pariwisata dengan kegiatan industry kerajinan
Rencana yang terkait dengan proses produksi
1. Menempatkan jenis dan skala kegiatan ekonomi yang sesuai dengan potensi dan kebutuhan
2. Meningkatkan produktivitas sector pertanian, perkebunan, pariwisata, perdagangan-jasa dan
industry kerajinan yang sudah ada
3. Merelokasi aktivitas ekonomi yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan wialayah
4. Meningkatkan kualitas pelayanan pada setiap daerah objek tujuan wisata
5. Meningkatkan kualitas lingkungan pada setiap daerah objek tujuan wisata
6. Peningkatan kualitas teknologi dan keterampilan pengrajin
Berkaitan dengan keberadaan pedagang kaki lima, disadari atau tidak sektor informal ini
memiliki peran dan kontribusi yang tidak sedikit dalam menggerakkan perekonomian Kota
Mataram dan sekitarnya. Namun yang masih menjadi kendala saat ini adalah lokasi sektor
informal ini belum tertata dengan baik sehingga sering dicap mengganggu ketertiban umum.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan berkaitan dengan keberadaan pedagang kaki lima,
adalah:
1. Menyediakan lahan dan fasilitas yang memadai untuk pedagang kaki lima di sekitar
kawasan pusat-pusat perdagangan, di sekitar kawasan ekonomi potensial lain, pusat-
pusat lingkungan dan kawasan, dan disekitar lokasi keramaian dengan teap
mempertimbangkan ketertiban umum dan lingkungan.
2. Merelokasi pedagang kaki lima dari tempat yang tidak sesuai dengan ketentuan yang
berlaku ke lokasi yanng relatif memiliki karakter yang sama dengan tempat semula.
3. Fasilitasi pengembangan usaha dan permodalan.
III - 58
Mencermati kondisi yang ada serta kecenderungan perkembangan wilayah dan aktivitas
masyarakat, pembangunan jalan baru diarahakan untuk membuka akses kawasan-kawasan
yang selama ini terisolir dari pusat kota maupun pusat aktivitas masyarakat. Selain itu,
diarahkan pula untuk mengembangkan ring road yang mengitari kawasan Mataram Metro di
bagian luar baik dibagian utara, selatan, barat dan timur. Peningkatan status jalan
diprioritaskan kepada prasarana jalan yang sudah ada, namun tidak memenuhi kualitas, kelas
maupun status jalan memadai sesuai dengan beban dan fungsi yang diembannya dalam
menghubungkan satu maupun lebih kawasan di dalam kawasan Mataram Metro. Sedangkan
pemeliharaan jalan diarahkan seoptimal mungkin menyentuh seluruh ruas prasarana jalan
yang ada.
Pengembangan prasarana jalan, diarahkan untuk:
1. Membangun jalan baru yang menghubungkan unit lingkungan menuju pusat lingkungan,
pusat lingkungan/kelurahan/desa menuju pusat kawasan/kecamatan, pusat
kawasan/kecamatan dengan pusat kawasan Mataram Metro, dan menghubungkan
kawasan Mataram Metro dengan wilayah strategis di luar Mataram Metro.
2. Meningkatkan kualitas dan menyesuaikan kelas dan status jalan berdasarkan peran dan
fungsi
3. Melakukan pemeliharaan keseluruhan ruas jalan yang ada di kawasan Mataram Metro
menurut skala prioritas yang mempertimbangkan aspek-aspek pembiayaan, dampak
sosial ekonomi dan keberlanjutan lingkungan hidup
4. Pengembangan prasarana jalan dilaksanakan dalam rangka mendukung terwujudnya
sistem transportasi terpadu inter Mataram Metro maupun Mataram Metro dengan sistem
transportasi regional, nasional dan internasional dalam tatanan transportasi darat, laut,
udara
5. Melakukan rekayasa transportasi sebagai salah satu solusi mengatasi kemacetan dan
alternatif pemecahan berbagai permasalahan transportasi darat lainnya.
Adapun rencana pengembangan prasarana jalan sebagai implementasi atau penjabaran dari
arahan tersebut, meliputi:
1. Mengembangkan jalan lingkar
a) Kawasan Senggigi-Batu Layar-Gunungsari-Lingsar-Narmada-Labuhan Lombok
sebagai jalan Arteri berstatus jalan nasional/Negara
b) Kawasan Senggigi-Batu Layar-Ampenan-Sekarbela-Labuapi-Kediri-Lembar
sebagai jalan kolektor primer berstatus jalan provinsi
c) Lembar-kediri-Labuapi-Narmada_labuhan Lombok sebagai jalan kolektor primer
berstatus jalan provinsi
III - 59
2. Membangun poros Matara Metro-Bandar Udara Internasional Lombok (BIL) di Kabupaten
Lombok Tengah melalui ruas: Mataram-Labuapi-Kediri-Kuripan-BIL sebagai jalan arteri
3. Meningkatkan kualitas jalan poros, yakni:
a) Poros Utara-Selatan, menghubungkan Gunungsari-Selaparang-Mataram-Labuapi-
Kediri dengan kelas jalan kolektor sekunder dan berstatus jalan Kabupaten/kota
b) Poros Timur-Selatan, menghubungkan Lingsar-Cakranegara-Sandubaya-Labuapi-
Kediri dengan kelas jalan kolektor sekunder dan berstatus jalan Kabupaten/kota
c) Poros Barat-Timur, menghubungkan Ampenan-Selaparang-Cakranegara-
Sandubaya-Narmada; Ampenan-Mataram-Cakranegara-Sandubaya-Narmada;
Ampenan-Sekarbela-Sandubaya-Narmada dengan kelas jalan kolektor sekunder
berstatus jalan kabupaten/kota
d) Poros Barat-Selatan, menghubungkan Sekarbela-Labuapi-Kediri dengan kelas
jalan kolektor sekunder berstatus jalan kabupaten/kota;
4. Membangun jalan baru ntuk membuka dan meningkatkan akses internal di masing-
masing wilayah kecamatan;
5. Melakukan rehabilitasi dan pemeliharaan ruas-ruas jalan di seluruh wialayh kecamatan.
Sementara itu, hal-hal yang berkaitan dengan rencana pengembangan prasarana pemberhentian
kendaraan baik berupa terminal maupun halte disesuaikan dengan kebutuhan sistem angkutan
umum yang akan terbangun. Dengan mengandalkan keberadaan terminal yang ada saat ini tentu
tidak memadai untuk memberi pelayanan optimal kepada seluruh kawasan. Oleh karena itu,
rencana pengembangan terminal meliputi:
- Mempertahankan keberadaan Terminal Mandalika sebagai terminal AKDP dan AKAP untuk
melayani kebutuhan lokal, regional dan nasional
- Membangun terminal berkelas satu tingkat di bawah Terminal Mandalika di pusat wilayah
pengembangan Utara, Selatan dan Timur yakni: Gunungsari, Kediri, dan Narmada
- Membangun terminal berkelas satu tingkat dibawah terminal wilayah pengembangan
Mataram di kecamatan; Batu Layar, Ampenan, Labuapi, dan Lingsar
- Membangun tempat-tempat pemberhentian kendaraan umum di lokasi-lokasi strategis dan
memiliki bangkitan lalu lintas yang tinggi di masing-masing wilayah kecamatan di dalam
Mataram Metro
- Meniadakan terminal-terminal bayangan angkutan umum kendaraan bermotor maupun
angkutan umum kendaraan tidak bermotor
III - 60
Dengan pola demikian, maka rencana pengembangan rute-rute angkutan umum harus
diprioritaskan melewati titik yang memiliki bangkita lalu lintas tinggi seperti kawasan perumahan,
kawasan perkantoran, kawasan perdagangan dan jasa dan kawasan lainnya, adalah:
- Rute Utama, adalah
Terminal Mandalika-Narmada-Lingsar-Gunungsari
Terminal Mandalika-Kediri-Labuapi-Sekarbela-Ampenan-Batu Layar-Gunungsari
- Rute Cabang
Terminal Ampenan-Selaparang-Cakranegara-Sandubaya-Terminal Mandalika
Terminal Ampenan-Sekarbela-Mataram-Sandubaya-Terminal Mandalika
Lingsar-Sandubaya-Cakranegara-Mataram-Labuapi-Kediri
Gunungsari-Selaparang-Mataram-Sekarbela-Labuapi-Kediri
Terkait dengan keberadaan angkutan umum tidak bermotor, rencana pengembangannya untuk
melayani rute-rute dikawasan transisi (sub urban) dan pinggiran kawasan dan bukan melalui rute
di pusat Koa Mataram.rute kendaraan angkutan umumtidak bermotor harus pula berakhir pada
rute cabang terdekat di kawasan sub urban/kawasan transisi dan pinggiran kawasan Mataram
Metro untuk menghindari kemacetan dan kesemrawutan transportasi di pusat Kota Mataram.
Disamping itu untuk mendukung kualitas pelayanan transportasi kawasan Mataram Metro, perlu
diperhatikan kualitas pelayanan angkutan umum bermotor. Untuk melayani rute-rute utama
dapat dikembangkan sarana transportasi umum bus kota sedangkan rute cabang dapat
menggunakan bemo yang dapat diremajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Berkaitan dengan pejalan kaki direncanakan sebagai berikut:
- Membangun trotoar di pusat Kota Mataram maupun di 6 pusat kecamatan yang menjadi
bagian kawasan Mataram metro
- Mengembangkan prasarana jalan sesuai dengan ketentuan DAMIJA, DAMAJA, dan DAWASJA
untuk dapat memberi ruang yang memadai bagi pejalan kaki
- Mengembangkan prasarana pedestrian way yang nyaman, aman bagi pejalan kaki maupun
orang yang memiliki keterbatasan fisik tubuh (cacat)
III - 61
- Mengembangkan model jasa perparkiran yang baik dan aman.
III - 62
KECAMATAN TAHUN KEBUTUHAN LISTRIK DOMESTIK KEB. LISTRIK JUMLAH
R. KECIL R. SEDANG R. BESAR NON DOMESTIK (Kva)
III - 63
Sumber : Hasil Analisa
Tabel 3.17
Rencana Kebutuhan Sambungan Telepon Mataram Metro 2009-2029
III - 64
TAHUN JUMLAH JUMLAH RUMAH TELEPON TELEPON
PENDUDUK KK TANGGA UMUM KOMERSIAL
III - 65
12. Memperluas jangkauan pelayanan telepon seluler
13. Menempatkan sarana dan prasarana telekomunikasi pada lokasi yang sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Adapun hal-hal terkait dengan rencana pengembnagan sistem jaringan listrik maupun
telekomunikasi, meliputi:
1. Mengembangkan system jaringan primer, meliputi:
Kawasan Senggigi-Batu Layar-Gunungsari-Lingsar-Narmada-Labuhan Lombik
Kawasan Senggigi-Batu Layar-Ampenan-Sekarbela-Labuapi-Kediri-Lembar
Lembar-Kediri-Labuapi-Narmada-Labuhan Lombok
2. Mengembangkan system jaringan sekunder
Sistem Utara-Seklatan: Gunungsari-Selaparang-Mataram-Labuapi-Kediri
Sistem Timur-Selatan: Lingsar-Cakranegara-Sandubaya-Labuapi-Kediri
Sistem Barat-Timur:
a. Ampenan-Selaparang-Cakranegara-Sandubaya-Narmada
b. Ampenan-Mataram-Cakranegara-Sandubaya-narmada
c. Ampenan-Sekarbela-Sandubaya-Narmada
Sistem Barat-Selatan: Sekarbela-Labuapi-Kediri
3. Mengembangkan system jaringan local pada setiap wilayah kecamatan sebagai
kelanjutan dari system jaringan sekunder
4. Mengembangkan sarana dan prasarana penunjang ketenagalistrikan dan
telekominikasi pada lokasi-lokasi yang dinilai layak sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang berlaku
c. Persampahan
Pengembangan infrastruktur sanitasi dan persampahan menjadi urgent mengingat peran dan
fungsi kawasan Mataram Metro semakin bertambah dan jumlah produksi sampah yang akan
meningkat seiring bertambahnya luasan wilayah yang tercakup. Situasi saat ini kondisi TPA
hampir tidak memadai.
Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah milik pemerintah Kota Mataram yang ada saat
ini di dusun Kebon Kongok, Desa Suka Makmur Kecamatan Gerung. Secara administratif TPA
tersebut berada di Kabupaten Lombok Barat dan dimanfaatkan bersama antara Kota Mataram
dan Kabupaten Lombok Barat. Untuk pengembangan dan alternatif lokasi baru tidak
memungkinkan untuk dibangun didalam wilayah Kota Mataram. Mengingat tingkat kebutuhan ke
depan, maka perlu dikembangkan lokasi TPA baru yang dapat ditempatkan di wilayah utara
setelah melalui kajian teknis untuk menampung sampah yang berasal dari Wilayah
III - 66
Pengembangan Mataram Metro bagian Utara dan sebagian WP Timur. Sedangkan TPA Kebon
Kongok dimanfaatkan untuk menampung sampah yang berasal dari WP Selatan dan sebagian WP
Timur.
Rencana pengembangan pengelolaan persampahan kawasan Mataram Metro, adalah:
1. Peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana penunjang pengelolaan
persampahan sesuai dengan kebutuhan pelayanan dan terpenuhinya sarana yang
ideal menuju manajemen persampahan yang berwawasan lingkungan
2. Pengembangan areal lokasi TPA Kebun Kongok dan alternative lokasi TPA baru di
wilayah utara setelah melakukan kajian teknis
3. Memperkuat kerjasama kelembagaan dan pengelolaan infrastruktur persampahan
4. Penerapan metode 3 R yaitu Reduce (mengurangi), Reuse (digunakan lagi), dan
Recycle (daur ulang) dalam pengelolaan sampah.
Tabel3.18
Rencana Kebutuhan Sarana Prasarana Persampahan Mataram Metro 2009-2029
III - 67
TAHUN JUMLAH JUMLAH VOLUME SAMPAH (Ltr/Hr) GEROBAK TPS
PENDUDUK KK SAMPAH
RUMAH PERDAGANGAN JALAN LAINNYA
TANGGA
2024 85.367 17.073 234.758,16 58.689,54 23.475,82 11.737,91 85 28
2029 95.575 19.115 262.832,27 65.708,07 26.283,23 13.141,61 96 32
Kediri 2009 58.889 11.778 161.945,36 40.486,34 16.194,54 8.097,27 59 20
2014 67.940 13.588 186.835,19 46.708,80 18.683,52 9.341,76 68 23
2019 78.382 15.676 215.550,41 53.887,60 21.555,04 10.777,52 78 26
2024 90.429 18.086 248.678,95 62.169,74 24.867,89 12.433,95 90 30
2029 104.327 20.865 286.899,11 71.724,78 28.689,91 14.344,96 104 35
Labuapi 2009 66.566 13.313 183.056,34 45.764,08 18.305,63 9.152,82 67 22
2014 78.917 15.783 217.020,55 54.255,14 21.702,05 10.851,03 79 26
2019 93.559 18.712 257.286,47 64.321,62 25.728,65 12.864,32 94 31
2024 110.918 22.184 305.023,32 76.255,83 30.502,33 15.251,17 111 37
2029 131.497 26.299 361.617,24 90.404,31 36.161,72 18.080,86 131 44
Narmada 2009 92.211 18.442 253.580,53 63.395,13 25.358,05 12.679,03 92 31
2014 105.844 21.169 291.070,76 72.767,69 29.107,08 14.553,54 106 35
2019 121.492 24.298 334.103,68 83.525,92 33.410,37 16.705,18 121 40
2024 139.454 27.891 383.498,74 95.874,68 38.349,87 19.174,94 139 46
2029 160.071 32.014 440.196,53 110.049,13 44.019,65 22.009,83 160 53
Lingsar 2009 74.094 14.819 203.757,27 50.939,32 20.375,73 10.187,86 74 25
2014 97.692 19.538 268.652,55 67.163,14 26.865,25 13.432,63 98 33
2019 128.806 25.761 354.216,52 88.554,13 35.421,65 17.710,83 129 43
2024 169.830 33.966 467.032,03 116.758,01 46.703,20 23.351,60 170 57
2029 223.919 44.784 615.778,49 153.944,62 61.577,85 30.788,92 224 75
Gunungsari 2009 79.716 15.943 219.218,28 54.804,57 21.921,83 10.960,91 80 27
2014 92.227 18.445 253.625,18 63.406,29 25.362,52 12.681,26 92 31
2019 106.703 21.341 293.432,33 73.358,08 29.343,23 14.671,62 107 36
2024 123.450 24.690 339.487,32 84.871,83 33.948,73 16.974,37 123 41
2029 142.826 28.565 392.770,76 98.192,69 39.277,08 19.638,54 143 48
Batulayar 2009 39.767 7.953 109.359,64 27.339,91 10.935,96 5.467,98 40 13
2014 45.451 9.090 124.989,14 31.247,29 12.498,91 6.249,46 45 15
2019 51.946 10.389 142.852,38 35.713,10 14.285,24 7.142,62 52 17
2024 59.370 11.874 163.268,61 40.817,15 16.326,86 8.163,43 59 20
2029 67.856 13.571 186.602,69 46.650,67 18.660,27 9.330,13 68 23
Sumber : Hasil Rencana
d. Air Bersih
Terpenuhinya kebutuhan air bersih bagi kawasan Mataram Metro banyak dipengaruhi oleh upaya
konservasi hutan lindung di daerah utara kawasan Mataram Metro yang berfungsi juga sebagai
daerah resapan air. Kondisi debit air yang dihasilkan dari sumber-sumber mata air cenderung
tetap bahkan semakin berkurang setiap tahunnya perlu mendapat perhatian bagi pemerintah.
Sebagian besar masyarakat di kawasan perencanaan masih menggunakan sumur dan sungai
yang mengalir di lingkungannya sebagai sumber untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya,
sehingga penggunaan air dari sumber mata air untuk keperluan lain seperti pertanian, tambak,
kolam pancing, perusahaan kemasan air mineral dan lain-lain juga perlu koordinasi dan
III - 68
pengelolaan yang terpadu sehingga penggunaannya tidak menimbulkan kendala sosial maupun
teknis dikemudian hari.
Bagi sebagian masyarakat umumnya yang tinggal di daerah permukiman yang tersebar di
lingkungan kawasan perkotaan kebutuhan air bersih dan air minumnya dilayani melalui jalur
distribusi pipa dari sumber mata air di daerah hulu ke daerah pelayanan oleh Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM) Menang Mataram. Perusahaan daerah ini merupakan perusahaan yang
dikelola bersama oleh Pemerintah Kota Mataram dan Pemerintah Kabupaten Lombok Barat.
Kebutuhan air bersih akan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan kawasan permukiman
baru di kawasan Mataram Metro, sedangkan kenyataan bahwa ketersediaan debit air saat ini
kuantitasnya tetap bahkan cenderung menurun menuntut efisiensi pemanfaatan sumber air serta
pola pengelolaan air baik oleh PDAM Menang Mataram maupun yang lain.
Kualitas air dari sumber mata air yang ada di kawasan konservasi dan disekitar alur sungai
merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan disamping konservasi sumber-sumber air
tersebut sehingga pada alur sungai yang menuju ke kawasan Mataram perlu ada upaya
pengendalian dan pemantauan pencemaran sehingga dampak yang mungkin terjadi dapat
diantisipasi secepatnya.
Berdasarkan analisa kebutuhan air bersih sampai dengan tahun 2029, dimana total kebutuhan air
bersih pada tahun 2029 sebesar 21,10 ltr/detik menunjukan bahwa Kecamatan Lingsar dan
Narmada mendominasi kebutuhan dibanding kecamatan lainnya. Hal ini dengan asumsi bahwa
perkembangan jumlah penduduk di ketiga kecamatan tersebut berkembang secara linier
sebagaimana terjadi dalam 5 tahun terakhir. Apabila dikemudian hari ada perkembangan yang
berbeda, dimana banyak penduduk yang bermukim di luar kecamatan tersebut akibat percepatan
pembangunan, maka diperkirakan distribusi kebutuhan akan berubah namun total kebutuhan
seluruh kecamatan diperkirakan distribusi kebutuhan akan berubah namun total kebutuhan
seluruh kecamatan diperkirakan tetap sama. Dengan memperhatikan tingkat ketersediaan debit
air per hari dari 5 sumber mata air sebesar lebih dari 142 juta lt/hari berarti tingkat kebutuhan
sampai dengan tahun 2029 masih terpenuhi. Tetapi kondisi tersebut tidak selalu sama mengingat
ancaman yang terjadi pada daerah sumber mata air, degradasi lingkungan pada kawasan hutan
yang menjadi daerah tangkapan air serta berkurangnya daerah-daerah resapan air di perkotaan.
Untuk menjamin terus berlanjutnya ketersediaan air diperlukan rencana pengelolaan air bersih
sebagaimana di paparkan selanjutnya.
III - 69
Tabel 3.19
Kebutuhan Air Bersih Kawasan Mataram Metro 2009-2029
III - 70
KECAMATAN TAHUN JUMLAH KEBUTUHAN VOLUME (Liter/Hr) KEB. KEBUTUHAN
PENDUDUK VOLUME DEBIT
RUMAH NON LOSSES
TOTAL (Liter/Detik)
TANGGA RUMAH
(Liter/Hr)
TANGGA
2014 97.692 73.268,88 24.422,96 34.192,14 131.883,98 1,53
2019 128.806 96.604,51 32.201,50 45.082,10 173.888,11 2,01
2024 169.830 127.372,37 42.457,46 59.440,44 229.270,27 2,65
2029 223.919 167.939,59 55.979,86 78.371,81 302.291,26 3,50
Gunungsari 2009 79.716 59.786,80 19.928,93 27.900,51 107.616,25 1,25
2014 92.227 69.170,50 23.056,83 32.279,57 124.506,91 1,44
2019 106.703 80.027,00 26.675,67 37.345,93 144.048,60 1,67
2024 123.450 92.587,45 30.862,48 43.207,48 166.657,41 1,93
2029 142.826 107.119,30 35.706,43 49.989,01 192.814,74 2,23
Batulayar 2009 39.767 29.825,36 9.941,79 13.918,50 53.685,64 0,62
2014 45.451 34.087,95 11.362,65 15.907,71 61.358,31 0,71
2019 51.946 38.959,74 12.986,58 18.181,21 70.127,53 0,81
2024 59.370 44.527,80 14.842,60 20.779,64 80.150,04 0,93
2029 67.856 50.891,64 16.963,88 23.749,43 91.604,95 1,06
e. Drainase
Kawasan Mataram merupakan daerah hilir dari satuan wilayah sungai dodokan yang melintasi 4
kabupaten/kota di Pulau Lombok. Pola drainase alamiah yang ada memperlihatkan bahwa
beberapa sungai besar membelah Kota Mataram, yaitu sungai Meninting, sungai Midang, sungai
Jangkok, sungai Ancar dan sungai Brenyok/Unus. Menilik pada sistem drainase yang ada, ketika
kawasan yang baru tumbuh merupakan saat yang paling tepat untuk melakukan perencanaan
sistem drainase kota. Sedangkan pada kawasan permukiman yang sudah tumbuh lebih dahulu
III - 71
menjadi permukiman padat dan tidak terkendali tanpa master plan drainase sangat rentan
terhadap bencana banjir dan genangan.
Letak topografi Kota Mataram yang relatif datar dan merupakan daerah hilir serta berbatasan
langsung dengan Selat Lombok haus menjadi perhatian dalam perencanaan sistem drainase.
Kapasitas tampung sungai-sungai yang melintasi kawasan ini sebenarnya cukup untuk melayani
sistem drainase alami yang ada asalkan ditunjang oleh saluran drainase buatan (artificial
drainage) yang baik dan tertata sesuai dengan fungsinya.
Pengembangan sistem drainase yang ada saat ini adalah dengan memanfaatkan sungai utama
yang melintasi Kota Mataram sebagai muara air limpasan hujan dan air buangan yang ada
sedangkan pola distribusi air buangan dan limpasan yang menuju ke empat sungai ini dapat
menggunakan pola jaring-jaring atau tulang ikan yang sesuai untuk daerah yang mempunyai
topografi relatif datar seperti kawasan Mataram Metro.
Sistem drainase yang ada saat ini belum terintegrasi secara maksimal antara saluran drainase
yang ada di kawasan perbatasan Lombok Barat dengan Kota Mataram sehiingga perllu
penanganan yang komprehensif melalui penyusunan master plan drainase tanpa disekat oleh
batas administrasi wilayah.
Alur sungai utama yang melintasi kawasan perencanaan ini juga harus selalu terjaga dari
menurunnya kapasitas tampung atau pendangkalan yang disebabkan oleh erosi, longsor,
sedimentasi maupun penggunaan alur sungai untuk industri atau yang lain. Normalisasi alur
sungai dapat dilakukan dengan pengawasan rutin terhadap alur sungai ini dan harus menjadi
program bersama bagi masyarakat dan juga antara pemerintah Kota Mataram dan Kabupaten
Lombok Barat.
Program kali bersih dapat menjadi alternatif penanggulangan terhadap kemungkinan terjadinya
pendangkalan alur sungai yang mengakibatkan banjir atau genangan yang ada di kawasan
Mataram. Karena keberhasilan program ini tidak semata terkait dengan pengelolaan kebersihan
maupun penataan wilayah sekitar pinggir sungai, namun lebih dari itu, program tersebut juga
mempertautkan keberhasilan dalam pengelolaan kawasan hulu yakni kawasan konservasi dimana
sumber air sungai berasal. Sungai akan bersih mana kala bersih dari hulu sampai ke hilir dan
keberhasilan sungai menjadi salah satu indicator keberhasilan program konservasi lahan dan
sumber-sumber air.
Rencana Pengembangan sistem drainase kawasan ini, adalah:
1. Memanfaatkan semaksimal mungkin sungai-sungai utama yang mengalir melintasi
kawasan Mataram Metro yaitu Sungai Meninting, Sungai Midang, Sungai Jangkok,
Sungai ancar, dan Sungai Brenyok/Unus sebagai saluran drainase alamiah
III - 72
2. Menjaga kapasitas tampungan suangi dengan menghindari pendangkalan akibat erosi,
pembangunan dan kegiatan lain yang ada dibantaran sungai
3. Meningkatkan upaya penyehatan lingkungan sungai/program kali bersih
4. Evaluasi dan perencanaan master plan yang terintegrasi tanpa dibatasi sekat wilayah
adiminstrasi antara Kabupaten lombok Barat dan Kota Mataram
5. Meningkatkan upaya-upaya konservasi lahan hutan di kawasan hulu dan penyelamatan
terhadap sumber-sumber air
6. Memperkuat koordinasi kelembagaan dalam pengelolaan wilayah sungai antara
pemerintah, masyarakat dan swasta.
f. Fasilitas Sosial-Ekonomi
Pengembangan fasilitas sosial dan ekonomi juga berorientasi kepada kebutuhan di masing-
masing kecamtan/kawasan, karena secara prinsip fasilitas sosial ekonomi adalah instrumen
pendukung dalam pengembangan sebuah kawasan. Kebutuhan tersebut teridentifikasi dari peran
dan fungsi yang diemban oleh setiap kawasan/kecamatan. Secara ringkas, tabel tersebut di
bawah ini menggambarkan rencana pengembangan fasilitas sosial ekonomi yang harus tersedia
disetiap kecamatan/kawasan. Fasilitas-fasilitas tersebut dapat mencakup pendidikan, kesehatan,
peribadatan, perdagangan dan jasa, pariwisata, olahraga, rekreasi, dan keamanan. Jenis dan skla
fasilitas tersebut berbeda sesuai dengan fungsi dan peran serta rencana struktur tata ruang
wilayah.
Adapun rencana pengembangan fasilitas sosial dan ekonomi, adalah:
1. Mengembangkan fasiltas social dan ekonomi berdasarkan peran dan fungsi masing-
masing kecamatan/kawasan sebagaimana tertuang dalam tabel di bawah.
2. Pengembangan fasilitas-fasiltas dilakukan dengan memperhatikan skala prioritas
kebutuhan dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat terutama
dalam bidang pendidikan, ekonomi, dan social budaya
3. Penempatan lokasi fasilitas-fasiltas ditetapkan berdasarkan tingkat keterhubungan
fungsi dengan fasilitas sekitarnya serta pertimbangan lingkunan hidup, untuk
mencegah terjadinya konflik fungsi pemanfaatan ruang maupun kesemrawutan
lingkungan kawasan
4. Pembangunan fasilitas-fasilitas dilakukan sesuai dengan hirarki pelayanan dan
ketentuan-ketentuan yang berlaku
5. Penempatan fasilitas-fasilitas tersebut harus berada pada lokasi yang memiliki akses
tinggi terhadap kawasan permukiman penduduk dari berbagai penjuru
III - 73
6. Pembangunan fasilitas harus mengedepankan kenyamanan dan keamanan
masyarakat
7. Setap pembangunan fasilitas ekonomi harus diikuti dengan penyediaan ruang yang
memadai untuk menampung pedagang kaki lima dan menyiapkan ruang parker
kendaraan
Tabel 3.20
Kebutuhan Faslitas Sosial dan Ekonomi Mataram Metro 2009-2029
III - 75
No. Zona Kecamatan Peran Utama Fasilitas Sosial-
Ekonomi
Pusat perdagangan Peribadatan
mutiara Polsek
Wisata alam pantai Koramil
Lahan pertanian Korem
Perdagangan skala Lahan PKL
lokal Lahan parkir
Lapangan olahraga
skala lokal
Pantai marina
Pasar seni
Pusat perdagangan
mutiara
Perkantoran
pemerintah dan swasta
Rumah sakit umum
2 Wilayah Pengembangan Lingsar Wisata agro Pasar umu
Timur Wisata kuliner Took/kios
Wisata budaya Hotel
Wisata alam hutan dan Restoran
pegunungan Travel agent
Permukiman Lesehan
Industry pengolahan Puskesmas
hasil pertanian Apotik
Industry makanan dan Praktek dokter
minuman Pendidikan dasar dan
Lahan pertanian dan menengah
perkebunan Peribadatan
Hutan Polsek
Perdagangan skala Koramil
local Lahan PKL
Lahan parkir
Lapangan olah raga
skala local
Pasar seni
Pemandu wisata hutan
dan pegunungan
Kawasan industry agro
Kawasan wisata agro
perumahan
Narmada Wisata agro Pasar umum skla
Wisata kuliner regional
Wisata budaya Pertokoan skala
Wisata alam hutan dan regional
pegunungan Hotel
Perdagangan skala Restoran
regional Travel agent
Permukiman Lesehan
Taman kota Pasar seni
Lahan pertanian dan Puskesmas rawat inap
perkebunan Apotik
Hutan Praktek dokter
Sentra pemasaran Laboratorium klinik
agro skala regional dan Pendidikan dasar dan
nasional menengah
Peribadatan
III - 76
No. Zona Kecamatan Peran Utama Fasilitas Sosial-
Ekonomi
Polsek
Koramil
Lahan PKL
Lahan parkir
Lapangan olah raga
skala regional
Pasar induk agro
Rumah sakit umum
Taman kota
Pemandu wisata hutan
dan pegunungan
Perumahan
Show room produk
industry agro
3 Wilayah Pengembangan Kediri Industri gerabah Pasar umum skala
Selatan Pusat pendidikan regional
pesantren Pertokoan
Pengembangan Puskesmas rawat inap
pendidikan tinggi Apotik
Perdagangan skala Pendidikan dasar,
regional menengah dan tinggi
Permukiman Peribadatan
Lahan Pertanian Polsek
Taman Kota Koramil
Rumah sakit umum
Praktek dokter
Laboratorium klinik
Lahan PKL
Lahan parkir
Lapangan olah raga
skala regional
Perumahan
Taman kota
Show room gerabah
Pasar seni
Labuapi Perkembangan Pasar umum skala
perkantoran local
pemerintahan dan Toko/kios
swasta Puskesmas
Permukiman Apotik
Industri pengolahan Praktek dokter
hasil pertanian Pendidikan dasar,
Pergudangan menengah
Lahan pertanian Peribadatan
Perdagangan skala Perumahan
local Pergudangan
Industry pengolahan Industry pengolahan
hasil perikanan agro
Perkantoran
Pemerintah dan swasta
Polsek
Koramil
Lahan PKL
Lahan parkir
Lapangan olah raga
III - 77
No. Zona Kecamatan Peran Utama Fasilitas Sosial-
Ekonomi
skala local
Show room produk
industry agro
Sumber: Hasil Rencana
Berkaitan dengan junlah kebutuhan beberapa fasilitas sosial ekonomi, berikut disajikan rencana
kebutuhan fasilitas berdasarkan hasil analisa kebutuhan. Adapun dalam implementasinya,
besaran jumlah tersebut dapat disesuaikan kembali dengan kebutuhan real yang berkembnag
seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan perkembangan aktivitas masyarakat. Hal ini
disebabkan karena jumlah hasil perkiraan didasarkan melalui pendekatan asumsi-asumsi. Dengan
memperhatikan tabel tersebut, kiranya jelas perkiraan jumlah kebutuhan yang maksimal dapat
dipenuhi dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Tabel 3.21
Rencana kebutuhan sarana pendidikan Mataram Metro 2009-2029
III - 78
TAHUN JUMLAH TK SD SMP SMA LUAS
(Ha)
PENDUDUK UNIT LUAS UNIT LUAS UNIT LUAS UNIT LUAS
2029 65969 66 16,49 41 20,62 14 6,87 14 6,87 50,85
Tabel 3.22
III - 79
Rencana Kebutuhan Sarana Kesehatan Mataram Metro 2009-2029
III - 80
TAHUN JUMLAH PUSKES- PUSTU P. DOKTER BKAIA APOTIK LUAS
MAS (Ha)
PENDUDUK Unit Luas Unit Luas Unit Luas Unit Luas Unit Luas
2024 110918 1 0,22 4 0,44 22 0,33 11 0,83 11 0,17 2,00
2029 131497 1 0,26 4 0,53 26 0,39 13 0,99 13 0,20 2,37
Narmada 2009 92211 1 0,18 3 0,37 18 0,28 9 0,69 9 0,14 1,66
2014 105844 1 0,21 4 0,42 21 0,32 11 0,79 11 0,16 1,91
Tabel 3.23
Rencana Kebutuhan Sarana Perekonomian Mataram Metro 2009-2029
Ampenan 2009 73632 1 2,21 2 3,31 147 2,21 295 2,95 8,47
2014 82924 1 2,49 3 3,73 166 2,49 332 3,32 9,54
2019 93389 1 2,80 3 4,20 187 2,80 374 3,74 10,74
2024 105174 1 3,16 4 4,73 210 3,16 421 4,21 12,10
Cakranegara 2009 65378 1 1,96 2 2,94 131 1,96 262 2,62 7,52
Mataram 2009 69375 1 2,08 2 3,12 139 2,08 277 2,77 7,98
III - 81
TAHUN JUMLAH PUSAT PASAR TOKO WARUNG/KIOS LUAS
PERDAG. (Ha)
PENDUDUK UNIT LUAS UNIT LUAS UNIT LUAS UNIT LUAS
2014 72226 1 2,17 2 3,25 144 2,17 289 2,89 8,31
Selaparang 2009 65587 1 1,97 2 2,95 131 1,97 262 2,62 7,54
Kediri 2009 58889 0 1,77 2 2,65 118 1,77 236 2,36 6,77
III - 82
TAHUN JUMLAH PUSAT PASAR TOKO WARUNG/KIOS LUAS
PERDAG. (Ha)
PENDUDUK UNIT LUAS UNIT LUAS UNIT LUAS UNIT LUAS
2019 106703 1 3,20 4 4,80 213 3,20 427 4,27 12,27
III - 83
6. Jumlah lantai bangunan maksimal yang diijinkan dapat dibangun pada kawasan-kawasan
berkepadatan bangunan sedang adalah 5 lantai
7. Jumlah lantai bangunan maksimal yang diijinkan dapat dibangun pada kawasan-kawasan
berkepadatan bangunan rendah adalah 2 lantai
8. Pengaturan ketinggian bangunan yang diijinkan serta luas ruang tak terbangun ditetapkan
dengan terlebih dahulu melakukan kajian teknis yang didasarkan atas ketentuan yang
berlaku, kondisi bentang alam yang ada dan unsur estetika kawasan yang dapat terbentuk
dari pola sky line/garis langit yang terbentuk
9. Luas ruang terbuka/tak terbangun pada kawasan perdagangan dan fasilitas social telah
mencakup luas untuk prasarana parkir kendaraan
Sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan rencana pengembangan tata lingkungan yang
terwujud pada rancangan kota, adalah:
1. Mempertahankan keberadaan pohon-pohon kenari disepanjang jalan Langko sampai
Pejanggik Kota MAtaram dan mempertahankan keberadaan pohon-pohon disepanjang jalan
lainnya yang ada di kawasan Mataram Metro sebagai paru-paru kota
2. Menanam pohon disepanjang ruas jalan yang belum memiliki pohon
3. Mengembangkan jenis-jenis pohon yang berbeda untuk ruas jalan yang berbeda dengan
maksud menciptakan kesan khas dan unik serta untuk mmpermudah untuk mengingat atau
menemukenali posisi setiap orang dengan hanya menyebut jenis pohon dimana orang
tersebut berada
4. Mempertahankan dan mengembangkan miniature-miniatur bangunan berarsitektur local
pada setiap façade/wajah muka bangunan perkantoran, perdagangan maupun fasilitas
umum yang ada di kawasan Mataram Metro. Sedangkan untuk bangunan perumahan dapat
mengembangkan miniature arsitektur khas local pada gapura pintu dan sebaginya
5. Melakukan revitalisasi kawasan perdagangan kota lama Ampenan sesuai dengan wajah
arsitektur zaman yang diwakilinya dengan melakukan pengembangan kegiatan yang ada di
dalam kawasan
6. Merevitalisasi kawasan pusat perdagangan Cakranegara
7. Mempertahankan pola hunian dan pola ruas jalan kawasan Cakranegara yang berpola grid
iron
8. Mengembangkan ruang terbuka hijau berupa taman kota, hutan kota maupun sarana
rekreasi dan olah raga dengan mempertimbangkan ketentuan yang berlaku dan upaya
penciptaan estetika lingkungan perkotaan
9. Membangun land mark kota sebagai cirri khas kawasan Mataram Metro pada lokasi-lokasi
strategis
III - 84
10. Pengaturan tanda-tanda/rambu lalu lintas dan papan reklame sesuai ketentuan yang berlaku
dan mempertimbangkan unsure estetika lingkungan
11. Mempertegas batas-batas antara kawasan Mataram Metro dengan wilayah sekitarnya
dengan membuat gate way yang khas dan unik berciri arsitektur local
12. Pengaturan tata bangunan yang baik dan artistic serta mencegah terjadinya perubahan pola
penggunaan lahan dari rencana yang telah ditetapkan
13. Menyediakan pedestrian bagi pejalan kaki termasuk orang yang memiliki fisik terbatas
(cacat)
14. Mengembangkan asesoris kota termasuk lampu jalanan yang sesuai dengan arsitektur local.
Adapun instrument yang dapat digunakan dalam kerjasama daerah adalah produk hokum
yang dibuat secara bersama-sama menyangkut kepentingan kawasan Mataram Metro. Beberapa
produk hokum yang dibutuhkan adalah:
a. Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang kawasan MAtaram Metro
III - 85
b. Surat Keputusan Bersama tentang bentuk dan mekanisme kerja lembaga koordinasi
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kawasan Mataram Metro
c. Surat Keputusan Bersama tentang prioritas program kerjasama pembangunan yang
dapat dilakukan
Syarat dan dasar pemilihan bentuk kerjasama antara Pemerintah Provinsi NTB,
Pemerintah Kabupaten Lombok Barat, dan Pemerintah Kota Mataram, adalah:
a. Memenuhi kebutuhan pihak-pihak terkait
b. Tidak bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku
c. Mampu diselenggarakan oleh pihak-pihak terkait
d. Cukup efektif untuk menyelesaikan permasalahan lintas wilayah
III - 86