Anda di halaman 1dari 28

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM

TAHUN 2009 - 2029

BAB VII
KETENTUAN PENGENDALIAN DAN PEMANFAATAN
RUANG KOTA MATARAM

Berdasarkan PP No. 26 tahun 2008 tentang RTRWN mengenai arahan pengendalian


ruang terdiri dari Ketentuan arahan peraturan zonasi, arahan perijinan, arahan pemberian
insentif dan disinsentif serta arahan sanksi.

7.1 ARAHAN PERATURAN ZONASI


Arahan peraturan zonasi di Kota Mataram terdiri dari ketentuan unum terhadap
kegiatan yang diperbolehkan, yang tidak boleh, yang bersyarat dan yang boleh dibangun
secara terbatas pada ruang wilayah kota Mataram, dalam hal ini ketentuan tersebut meliputi
ketentuan-ketentuan mengenai intensitas pemanfaatan ruang seperti kepadatan bangunan,
ketinggian bangunan, garis sempadan bangunan, ketentuan umum prasarana dan sarana
serta syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pemanfaatan ruang di wilayah Kota Mataram.

7.1.1 Intensitas dan Kepadatan Bangunan


Intensitas Ruang merupakan besaran ruang untuk fungsi tertentu yang ditentukan
berdasarkan pengaturan koefisien lantai bangunan, koefisien dasar bangunan, dan
ketinggian . Intensitas ruang yang diatur meliputi Koefisien Dasar Bangunan dan Koefisien
Lantai Bangunan.
1. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah angka prosentase berdasarkan perbandingan
jumlah luas lantai dasar bangunan terhadap luas tanah perpetakan/persil yang dikuasai.
Penetapan nilai KDB di Kota Mataram akan mempertimbangkan pada karakteristik dan
daya dukung wilayah, guna lahan yang direncanakan serta lebar dan kelas jalan yang
direncanakan. Salah satu pertimbangan dalam penentuan KDB tersebut ialah penyediaan
ruang parkir yang memadai.
2. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah besaran ruang yang dihitung dari angka
perbandingan jumlah luas seluruh lantai bangunan terhadap luas tanah perpetakan/persil
yang dikuasai sesuai. Pertimbangan lain dalam penentuan KDB adalah desain estetika
kota secara vertikal dan keserasian lingkungan.

VII - 1
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

7.1.2 Ketinggian Bangunan


Ketinggian bangunan merupakan jumlah lantai penuh suatu bangunan dihitung dari
lantai dasar sampai dengan lantai tertinggi. Sedangkan yang dimaksud dengan tinggi
bangunan adalah jarak dari lantai dasar sampai dengan puncak atap bangunan yang
dinyatakan dalam meter. Ketinggian lantai dasar suatu bangunan diperkenankan mencapai
1,2 m di atas tinggi rata-rata tanah atau jalan di sekitarnya. Jika pada sebuah area
perencanaan terdapat kemiringan yang curam atau perbedaan tinggi yang besar, maka
tinggi maksimal lantai dasar ditetapkan berdasarkan jalan masuk utama ke persil, dengan
memperhatikan keserasian lingkungan. Apabila sebuah persil berada di bawah titik
ketinggian bebas banjir, maka tinggi lantai dasar ditetapkan setinggi 1,2 m dari titik
ketinggian bebas banjir yang telah ditetapkan. Perhitungan ketinggian sebuah bangunan
ditentukan sebagai berikut:
1. Ketinggian ruang pada lantai dasar disesuaikan dengan fungsi dan bentuk arsitektural
bangunannya.
2. Jarak vertikal lantai bangunan ke lantai berikutmya maksimal 5 m disesuaikan dengan
fungsi bangunannya (kecuali bangunan ibadah, industri, gedung olah raga, bangunan
monumental, dan bangunan gedung serba guna).
3. Lantai mesanin dihitung dalam ketentuan intensitas pemanfaatan ruang.
4. Penggunaan rongga atap diperhitungkan dalam ketentuan intensitas ruang.
5. Penambahan lantai atau tingkat suatu bangunan harus mendapatkan persetujuan
Walikota.

7.1.3 Garis Sempadan Dan Koefisien Dasar Hijau (KDH)


Garis sempadan yang dimaksud terdiri dari Garis Sempadan Bangunan dan Garis
Sempadan Jalan. Garis Sempadan Bangunan (GSB) adalah garis yang tidak boleh dilampaui
oleh denah bangunan ke arah Garis Sempadan Jalan (GSJ) dan jarak antar bangunan
(sempadan muka bangunan, samping bangunan, dan sempadan belakang bangunan) yang
ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Kota Mataram. GSJ adalah garis rencana jalan yang
ditetapkan dalam rencana yang sama. Ketentuan mengenai GSB dan GSJ adalah sebagai
berikut:
1. Ruang terbuka di antara GSJ dan GSB harus digunakan sebagai unsur penghijauan atau
daerah resapan air hujan dan atau utilitas umum dan atau jalur pejalan kaki.
2. Untuk kawasan pusat kota, ruang tersebut dapat dimanfaatkan sebagai fasilitas
penunjang seperti pos keamanan, kedai tempat makan/minum berupa bangunan

VII - 2
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

sementara (tidak permanen) atau bisa juga sebagai tempat parkir dengan tetap
menyediakan jalur pejalan minimal 50% dari keseluruhan ruang terbuka tersebut.
3. Penggunaan-penggunaan tersebut harus memenuhi ketentuan dan standar yang berlaku
tanpa mengurangi persyaratan unsur penghijauan dan atau daerah resapan air hujan.
Perhitungan GSB menggunakan rumus untuk Damija yang lebih besar dari 8 m sama
dengan 0,5 kali lebar Damija ditambah 1 m. Untuk Damija yang kurang dari 8 m, GSB sama
dengan 0,5 kali lebar Damija.
Selain harus memenuhi persyaratan untuk GSB dan GSJ, tata letak bangunan harus
memenuhi ketentuan tentang jarak bebas, atau lazim dikenal dengan GSB samping dan
belakang. Ketentuan mengenai jarak bebas ini ditentukan oleh jenis peruntukan tanah dan
ketinggian bangunan baik untuk bangunan di atas tanah maupun di bawah tanah atau
besmen. Ketentuan mengenai jarak bebas adalah sebagai berikut:
1. Pada bangunan renggang, jarak bebas samping maupun belakang ditetapkan 4 m pada
lantai dasar, dan pada setiap penambahan lantai, jarak bebas di atasnya ditambah 0,5 m
dari jarak bebas lantai di bawahnya sampai mencapai jarak bebas terjauh 15 m.
Ketentuan ini berlaku unuk bangunan selain bangunan rumah tinggal dan bangunan
industri.
2. Pada bangunan industri dan gudang renggang, ditetapkan jarak bebasnya adalah 5 m
pada lantai dasar, dan setiap penambahan lantai, jarak bebas di atasnya ditambah 0,5 m
dari jarak bebas lantai di bawahnya.
3. Jarak bebas bangunan renggang pada kawasan cagar budaya atau kawasan khusus
diatur dalam ketentuan mengenai cagar budaya atau kawasan khusus.
4. Untuk bangunan berderet/rapat, jarak bebas diperkenankan tidak ada sampai dengan
lantai ke delapan, setelah lantai ke delapan, maka untuk lantai selanjutnya ditambah 0,5
m dari jarak bebas lantai dibawahnya. Ketentuan ini tidak berlaku untuk bangunan
rumah tingal.

7.2 ARAHAN PERIZINAN


Setiap kegiatan harus memohonkan ijin lokasinya untuk melakukan pembangunan, sehingga
pengembangan kegiatan tersebut berlokasi pada ruang yang sesuai atau tidak menyimpang
dari fungsi atau pemanfaatan ruang yang telah ditetapkan. Sebagai kelengkapan dari ijin
dari lokasi, guna melihat seberapa jauh gangguannya terhadap fungsi kawasan dan
lingkungan, perlu dilengkapi dengan analisis mengenai dampak terhadap lingkungan dari
pengembangan kegiatan tersebut.

VII - 3
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

Perijinan merupakan suatu kegiatan yang digunakan sebagai upaya pengendalian dini
terhadap pemanfaatan ruang. Pada mekanisme perijinan dan segala bentuk rekomendasi
atau penetapan tentang lokasi akan diteliti dan diperiksa sesuai dengan perijinan
pengendalian terhadap pemanfaatan ruang wilayah yang dalam hal ini adalah Wilayah Kota
Mataram.
Perijinan dimaksudkan sebagai konfirmasi persetujuan atas pemanfaatan ruang dalam
proses pengendalian pemanfaatan ruang. Perijinan yang terkait langsung dengan
pemanfaatan ruang adalah sebagai berikut :
 Ijin Lokasi (Pembebasan Tanah), yaitu persetujuan dari Kepala Daerah tentang
pembebasan tanah yang terletak pada lokasi yang ditentukan peruntukannya sesuai
dengan rencana tata ruang yang ditetapkan;
 Ijin Perencanaan, yaitu ijin yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota dalam rangka
merencanakan bangunan;
 Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), yaitu ijin yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota
kepada pemilik bangunan dalam rangka mendirikan bangunan gedung yang telah
disahkan oleh instasi yang berwenang;
 Ijin Penggunaan Bangunan, yaitu ijin yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota kepada
pemilik bangunan gedung dalam rangka menggunakan bangunan yang telah selesai
dibangun sebagian atau seluruhnya sesuai Ijin Mendirikan Bangunan, setelah
terhadap bangunan tersebut dilakukan pengkajian teknis dalam hal kelayakan fisik;
 Ijin Merubah Bangunan, yaitu ijin yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota kepada
pemilik bangunan gedung dalam rangka merubah bangunan sebagian atau
seluruhnya;
 Ijin Merobohkan Bangunan, yaitu ijin yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota kepada
pemilik bangunan gedung dalam rangka merobohkan sebagian atau seluruhnya;
 Ijin Menghapus Bangunan, yaitu ijin yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota kepada
pemilik bangunan gedung dalam rangka menghapus atau membongkar bangunan
sebagian atau seluruhnya.
Mekanisme perijinan dan atau tata cara perijinan pengembangan (bangunan) Kota Mataram
adalah sebagai berikut :
1. Pengarahan pengaturan dan pengendalian pada tahap gagasan atau ide.
Pada tahap ini investor/masyarakat/pemerintah memberi suatu studi kelayakan seperti
prafeasibility study, feasibility study, dan feasibility economy.
2. Pengarahan pengaturan dan pengendalian pada tahap ijin lokasi.

VII - 4
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

Pada tahap ini meliputi kegiatan yang berkaitan dengan permasalahan lokasi yaitu ijin
lahan untuk pencadangan tanah, pelaksanaan pembebasan tanah, persetujuan
pemanfaatan ruang, dan kesepakatan dari pemilik lahan.
3. Pengarahan pengaturan dan pengendalian dalam rangka kegiatan membangun.
Tahap ini lebih menekankan pada pengarahan pengaturan dan pengendalian proses fisik.
Proses fisik yang dimaksudkan terutama bangunan gedung, bangunan bukan gedung,
dan bangunan lama yang diremajakan (renewal).
4. Pengarahan pengaturan dan pengendalian terhadap kegiatan usaha
Tahap ini mengutamakan untuk mengontrol kegiatan-kegiatan berusaha/usaha yang
diisyaratkan sehingga tercapai pertumbuhan ekonomi wilayah yang diharapkan.
5. Pengarahan pengaturan dan pengendalian dalam melakukan perubahan bangunan
Pada tahap ini meliputi usaha-usaha yang berkaitan dengan penyelamatan bangunan-
bangunan yang mengandung nilai historis budaya seni arsitektur yang dapat
mencerminkan identitas/corak dari perkembangan kota atau wilayah. Apabila akan
membongkar bangunan-bangunan lama untuk digantikan dengan bangunan-bangunan
baru maka terlebih dahulu perlu dilakukan penelitian dan tindakan yang selektif,
sehingga perubahan bangunan tidak berdampak.
Mekanisme pelayanan perijinan di Kota Mataram yang terkait pemanfaatan ruang dapat
dilihat pada Gambar 7.1 sedangkan untuk mekanisme pelayanan adalah sebagai berikut:
A. Ijin Lokasi
Instansi proses Ijin Lokasi ini adalah Dinas Tata Kota Kota Mataram
a. Persyaratan
 Izin Lokasi Permohonan Baru
- Surat Permohonan Ijin Lokasi.
- Akte Pendirian Perusahaan dan Pengesahan Menteri Kehakiman.
- Fotocopy KTP Pemohon.
- Surat Keterangan NPWP.
- Surat Persetujuan Pemanfaatan Ruang dari Pemerintah Kota Mataram (bagi pemohon
perumahan).
- Tanda Keanggotaan REI (bagi pembangunan perumahan).
- Surat Rekomendasi dari instansi terkait (untuk pembangunan non perumahan).
- Uraian Rencana Kegiatan Pembangunan/Proyek Proposal.
- Surat Persetujuan Presiden RI bagi PMA dan SPPM dari BKPM untuk PMDN.
- Pernyataan kesanggupan dan memberikan ganti rugi dan atau menyediakan tempat
penampungan bagi pemilik tanah/yang berhak atas tanah.

VII - 5
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

- Gambar kasar/sketsa lokasi.


- Bukti lunas PBB tanah yang dikuasai.
 Izin Lokasi Perpanjangan/Dispensasi Perpanjangan
- Surat permohonan izin lokasi.
- Peta lokasi tanah yang dimohon.
- Peta penggunaan detail tanah yang dimohon saat ini.
- Peta tata ruang di lokasi yang bersangkutan.
- Peta site plan/blok plan dari tanah yang dimohon.
- Hasil monitoring pelaksanaan ijin lokasi saat diajukan dispensasi (dinyatakan dalam
daftar dan peta) :
 Luas tanah yang telah diperoleh.
 Luas yang telah diberikan SK Hak.
 Luas yang telah disertifikatkan.
 Luas yang telah dibangun.
- Rencana tahapan pembangunan yang jelas sesuai proyek proposal dan kapan seluruh
proyek dapat diselesaikan.
- Data lain yang relevan.
- Surat pernyataan kesanggupan untuk melaksanakan pembangunan keseluruhan
dalam jangka waktu 10 tahun terhitung sejak penerbitan SK Ijin Lokasi Pertama.
b. Mekanisme
- Berkas permohonan unit disertai kelengkapan persyaratan disampaikan ke loket
pelayanan terpadu satu atap.
- Petugas loket meneliti kelengkapan persyaratan.
- Pencatatan dalam buku registrasi (apabila persyaratan lengkap).
- Peninjauan lapangan oleh Tim Pertimbangan Izin Lokasi.
- Ekspose rencana proyek yang akan dibangun oleh pemohon.
- Rapat Tim Pertimbangan Izin Lokasi.
- Penerbitan Surat Persetujuan Prinsip Walikota Kota Mataram.
- Penandatanganan Surat Keputusan Izin Lokasi.
- Penyerahan Izin Lokasi kepada pemohon melalui loket Unit Pelayanan Umum
Terpadu Satu Atap.
-
B. Ijin Peruntukan Penggunaan Tanah
Instansi Pemroses Ijin Peruntukan Penggunaan Tanah ini adalah Dinas Tata Kota Kota
Mataram.

VII - 6
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

a. Persyaratan
- Mengisi dan menandatangani formulir permohonan.
- Fotocopy KTP atau bukti dari pemohon.
- Fotocopy Sertifikat Hak Atas Tanah atau bukti perolehan tanah Gambar rencana
bangunan.
b. Mekanisme/prosedur
- Berkas permohonan disampaikan ke loket Unit Pelayanan Umum Terpadu Satu Atap.
- Petugas Loket meneliti kelengkapan data.
- Pencatatan dalam buku registrasi.
- Peninjauan lapangan (proses pengukuran, penggambaran peta dan penandatanganan
putusan).
- Pemohon membayar pungutan daerah.
- Pemohon membayar retribusi di loket Bank.
- Penyampaian putusan izin kepada Pemohon melalui loket Unit Pelayanan Umum
Terpadu Satu Atap.

C. Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)


a. Persyaratan
- Mengisi dan menandatangani formulir permohonan.
- Foto copy bukti pemilikan tanah.
- Salinan akte pendirian untuk pemohon Badan Hukum.
- Surat Pernyataan/Perjanjian penggunaan tanah bagi pemohon yang menggunakan
tanah bukan miliknya.
- Surat Kuasa Pengurusan apabila dikuasakan.
- Ijin Rencana Penggunaan Lahan dan atau arahan teknis Pemanfaatan Ruang Kota.
- Gambar rencana arsitek bangunan skala 1:100 (4 x).
- Gambar dan perhitungan kontruksi beton/baja apabila bertingkat (2 x).
- PBB tahun terakhir dan persyaratan lain yang dipandang perlu (misalnya hasil
penelitian tanah, AMDAL, ijin lokasi, dsb).
b. Mekanisme/prosedur
- Berkas permohonan disampaikan ke loket Unit Pelayanan Satu Atap.
- Petugas loket meneliti kelengkapan data.
- Pencatatan dalam buku registrasi.
- Peninjauan lapangan oleh Tim IMB.
- Rapat evaluasi.

VII - 7
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

- Perhitungan biaya retribusi.


- Pemetaan dan penomoran bangunan.
- Pemohon membayar retribusi di loket Bank.
- Penerbitan IMB.
- Menyerahkan izin kepada pemohon melalui loket.

7.3 ARAHAN PEMBERIAN INSENTIF DAN DISINSENTIF


Seluruh jenis perangkat insentif dalam pemanfaatan ruang selalu mempunyai sifat
memberikan kemudahan-kemudahan bagi terlaksananya pemanfaatan ruang sesuai rencana
yang ada, khususnya melalui pengaturan:
1. Di bidang ekonomi melalui tata cara pemberian kompensasi, imbalan, dan tata cara
penyelenggaraan sewa ruang dan urun saham; atau
2. Di bidang fisik melalui pembangunan serta pengadaan sarana dan prasarana seperti
jalan, listrik, air minum, telepon, dan sebagainya untuk melayani pengembangan
kawasan sesuai dengan rencana tata ruang.
Di lain pihak, seluruh jenis perangkat disinsentif dalam pemanfaatan ruang adalah selalu
ditujukan untuk mempersulit munculnya pemanfaatan ruang yang tidak sesuai atau tidak
sejalan dengan rencana tata ruang yang ada. Contoh penerapan disinsentif misalnya adalah:
1. Pengenaan pajak atau retribusi tinggi; atau
2. Ketidaktersediaan sarana dan prasarana.
Tentunya definisi yang sesungguhnya dari perangkat insentif dan disinsentif itu tidak
sesederhana versi UU Penataan Ruang tersebut, karena secara prinsipil terdapat perangkat-
perangkat di luar dari perangkat ekonomi (pajak, retribusi, subsidi, atau pengenaan tarif
pemakaian/user charge) dan perangkat fisik (pengadaan dan/atau pemilikan langsung oleh
pemerintah atas ruang tertentu, pelayanan umum, dan prasarana umum), yaitu perangkat
politik dan/atau hukum/perundang-undangan/regulasi.
Dengan demikian dalam konteks ini yang disebut dengan perangkat insentif dan
disinsentif adalah perangkat-perangkat atau instrumen-instrumen ekonomi/keuangan, fisik,
politik, regulasi/kebijaksanaan, yang dapat mendorong atau menghambat pemanfaatan
ruang agar tetap sesuai dengan rencana tata ruang.
Jenis perangkat/mekanisme insentif dan disinsentif dikelompokkan menjadi:
1. Pengaturan/regulasi/kebijaksanaan
2. Ekonomi/keuangan
3. Pemilikan/pengadaan langsung oleh pemerintah

VII - 8
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

Gambar 7.1 MEKANISME PENGELUARAN IJIN LOKASI DAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Sumber : Dinas Tata Kota dan Pengawasan Banguan Pemerintahan Kota mataram

VII - 9
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

Untuk lebih jelasnya perangkat-perangkat insentif dan disinsentif tersebut satu persatu
akan diuraikan pada bagian di bawah ini.

7.3.1 Prosedur Pengenaan Insentif dan Disinsentif


Pengenaan insentif dan disinsentif berdampak pada masalah pemilikan perseorangan
dan kepentingan umum, bahkan akan menyebabkan adanya pembatasan terhadap
kepemilikan tersebut. Pada dasarnya ada 4 azas yang dapat dijadikan landasan konstitusi
untuk penerapan pengenaan insentif dan disinsentif tersebut, yaitu:
(1) Police power
(2) Penetapan penguasaan dan pemilikan hak atas lahan
(3) Eminent domain dan
(4) Perpajakan & retribusi.
A. Hak atas Lahan (tanah)
Penetapan status hak atas lahan (tanah) di Indonesia telah diatur di dalam UU No. 5
tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, yang menyatakan bahwa Negara
mempunyai hak untuk menguasai bumi, air dan ruang angkasa. Di dalam hal ini sebenarnya
sudah terkandung juga pengertian hak untuk membangun (development right). Untuk
menerapkan penataan ruang, khususnya di dalam perencanaan pembangunan pemerintah
Britania Raya pada tahun 1948 harus menetapkan nasionalisasi atas development right
tersebut. Bahkan kemudian menyediakan sejumlah dana yang cukup besar untuk
memberikan kompensasi bagi lahan yang berbeda dengan ketentuan pemerintah tersebut.
Sehingga telah diputihkan pada tahun 1948 tersebut. Maka sejak itu semua peruntukan
pemanfaatan lahan yang berbeda dengan ketentuan setelah pemutihan tersebut diwajibkan
untuk mendapat izin dari pemerintah. Masyarakat/warga Britania Raya tetap berhak untuk
memiliki tanah, tetapi untuk melakukan pembangunan di atasnya harus memperoleh izin dari
pemerintah.
Sebetulnya konstitusi Indonesia berdasarkan UU No. 5/1960, sudah mempunyai
kewenangan yang cukup untuk melakukan pengaturan dan penyelenggaraan pemanfaatan
lahan tersebut, akan tetapi hal ini kurang disadari sepenuhnya oleh masyarakat.
B. Police Power
Kewenangan Police Power adalah kewenangan yang dipunyai pemerintah untuk
melakukan “pengaturan, pengawasan, dan pengendalian” pembangunan di atas lahan
maupun kegiatan-kegiatan manusia yang menghuninya. Kewenangan ini harus dilakukan
dengan alasan yang bertujuan untuk memberikan keuntungan kepada masyarakat luas, yaitu
memberikan perlindungan dan menunjang terjaminnya kesehatan masyarakat, keamanan,

VII - 10
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

moral dan kesejahteraan masyarakat. Penerapan police power ini dianggap sebagai salah
satu ”limitation on private property” karena itu pembenaran alasan untuk kepentingan dan
kesejahteraan umum menjadi sangat penting dan sangat mendasar (Richardson, R.U.,
1949).
Pemerintah Amerika Serikat menggunakan Planning dan Zoning sebagai alat untuk
menerapkan police power. Sedangkan pemerintah Britania Raya menggunakan Structure
Plan dan Local Plan disertai dengan penetapan permission for development. Lebih lanjut juga
dilakukan pengenaan development charge, sebagai kompensasi terhadap adanya
peningkatan intensitas bangunan dan kegiatan dan development value di atas lahan yang
terjadi perubahan pemanfaatan lahan tersebut.
Sifat pengenaan police power ini pada dasarnya adalah melakukan pelarangan terhadap
tindakan pembangunan dan kegiatan masyarakat. Masyarakat yang terkena tidak dapat
mengajukan ganti-rugi atau kompensasi, bahkan apabila masyarakat tetap menginginkan
perubahan itu terjadi dapat dikenakan development charge.
C. Eminent Domain
Apabila masyarakat menghendaki, dan dengan alasan untuk kepentingan umum,
pemanfaatan lahan yang telah ada dapat dilakukan tindakan pengambil-alihan atau
pencabutan hak atas tanah. Tindakan ini dilakukan pemerintah sesuai dengan batas
kewenangannya, dengan syarat substantif (masuk akan dan diterima oleh masyarakat atas
dasar kepentingan umum dan mendapat ganti-rugi yang layak) dan syarat prosedural
(mendapat perlakuan hukum yang sama dan adil).
Instrumen ini menyebabkan penggusuran dan pemindahan penduduk yang
menyebabkan keresahan bagi masyarakat, terutama karena ketidak sesuaian dalam
pemenuhan syarat substantif tsb. (alasan kepentingan umum yang tidak jelas, dan besar
ganti rugi yang tidak menguntungkan masyarakat), dan perlakuan syarat prosedural yang
timpang dan tidak adil. Karena itu instrumen ini seringkali dihindari.
D. Pajak dan Retribusi
Pajak dan retribusi yang dikenakan harus dilandasi kewenangan hukum yang jelas
(berdasarkan Peraturan Daerah atau UU) dan merupakan beban atau pungutan yang
dimaksudkan untuk kepentingan umum dan dilaksanakan secara adil tanpa diskriminasi.
Pengenaan untuk pengendalian pemanfaatan lahan dilakukan untuk mencegah atau
mengurangi kegiatan pembangunan yang tidak dikehendaki. Pajak dan retribusi bukan
semata-mata untuk meningkatkan pendapatan daerah, tetapi hendaknya juga
memperhatikan aspek pemerataan dan pemanfaatannya sebagai perangkat pengelolaan dan
pengendalian penataan ruang.

VII - 11
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

Salah satu contoh adalah pajak lahan kosong (Vacant Land Tax) lahan perkotaan yang
dibiarkan kosong atau terlantar tidak dimanfaatkan/dibangun dikenakan pajak yang lebih
tinggi ketimbang lahan yang dimanfaatkan secara efisien. Maksud pengenaan pajak ini
adalah untuk melakukan insentif agar lahan kosong dapat segera dimanfaatkan/dibangun.
Bentuk retribusi terhadap izin pemanfaatan lahan juga dikenakan untuk bersama dengan
lembaga perizinan tersebut.
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang dilaksanakan di Indonesia sebenarnya sudah
mengatur pengenaan pajak secara progresif. Dengan menentukan index penentuan pajak
yang tepat, PBB dapat dijadikan insentif atau pun disinsentif pengarahan pemanfatan lahan
atau pembangunan ke arah yang dikehendaki.

7.3.2 Identifikasi Jenis Insentif dan Disinsentif yang Potensial Dimanfaatkan


Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, perangkat insentif dan disinsentif adalah
perangkat-perangkat atau instrumen-instrumen ekonomi/keuangan, fisik, politik,
regulasi/kebijaksanaan, yang dapat mendorong atau menghambat pemanfaatan ruang agar
tetap sesuai dengan rencana tata ruang.
Dalam rangka mencapai perwujudan ruang Kota Mataram sesuai dengan hasil
peninjauan kembali RTRW Kota Mataram Tahun 2009 - 2028, terdapat beberapa jenis
insentif dan disinsentif yang dapat diterapkan agar mengarah kepada penggunaan lahan
Kota Mataram yang telah dikemukakan sebelumnya.
 Arahan pemanfaatan kawasan tidak terbangun/ruang hijau kota
Dalam rangka mencapai ketersediaan ruang hijau kota yang kemudian akan
meningkatkan mutu lingkungan hidup perkotaan, maka jenis insentif yang potensial
adalah insentif berupa penetapan peraturan yang jelas mengenai penyediaan ruang hijau
kota; insentif yang termasuk dalam kelompok pemilikan/pengadaan langsung oleh
pemerintah; insentif berupa subsidi dari pemerintah bagi pengadaan ruang hijau kota
oleh swasta.
Sedangkan jenis disinsentif yang potensial adalah penetapan hukum yang jelas bagi
pelanggaran pemanfaatan lahan yang telah ditetapkan sebagai ruang hijau kota;
disinsentif berupa pengenaan pajak yang lebih tinggi pada lahan-lahan yang dialokasikan
bagi ruang hijau kota.
 Arahan pengembangan perdagangan dan jasa
Jenis insentif yang potensial untuk mengarahkan kegiatan perdagangan dan jasa pada
lahan yang dialokasikan adalah:
- Pengurangan PBB dan biaya perizinan

VII - 12
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

- Penyediaan pelayanan umum oleh pemerintah


- Bantuan dalam menyusun ANDALIN (Analisis Dampak Lalu Lintas)
Apabila kegiatan perdagangan dan jasa tersebut memenuhi seluruh kewajiban yang
dipersyaratkan, seperti kewajiban penyediaan parkir dan fasilitas lainnya, maka dapat
dikenakan insentif tambahan, berupa lebih besarnya pengurangan PBB dan biaya
perizinan yang dibebankan. Apabila kegiatan tersebut tidak dapat memenuhi
kewajibannya, maka meskipun kegiatan tersebut berlokasi pada lahan yang telah
ditetapkan bagi kegiatan perdagangan dan jasa, dapat dikenakan disinsentif berupa
parking deficiency charge dan pengenaan pajak kemacetan.
Sementara jenis disinsentif yang dapat diterapkan apabila kegiatan perdagangan dan
jasa berlangsung bukan pada lokasi yang direncanakan adalah:
- Pengenaan biaya perizinan dan PBB yang lebih tinggi ;
- Pengenaan retribusi perubahan guna lahan ;
- Kewajiban menyusun ANDAL ;
- Pengenaan pajak kemacetan ;
- Kewajiban menyediakan pelayanan umum pada lokasi yang sama atau pada
lokasi lain ;
- Kewajiban membayar development impact fees ;
- Pembatasan KDB dan KLB lebih rendah dari yang ditetapkan bagi kawasan
tersebut.
 Arahan pengembangan industri
Jenis insentif yang potensial untuk mengarahkan kegiatan industri pada lahan yang
dialokasikan adalah:
- Penyediaan pelayanan umum oleh pemerintah
- Pengadaan infrastruktur oleh pemerintah
- Bantuan dalam menyusun AMDAL
- Kemudahan dalam proses perizinan
- Pengurangan biaya perizinan, serta
- Kekuatan hukum untuk mengendalikan gangguan/pencemaran
Kegiatan industri yang dikembangkan di Kota Mataram diwajibkan memiliki pengolahan
limbah agar tidak mencemari lingkungan Kota Mataram serta diwajibkan menyediakan
fasilitas kelengkapan kegiatan industri lainnya seperti parkir dan lain-lain. Apabila
terdapat kegiatan industri yang tidak memenuhi kewajiban penyediaan pengolahan
limbah meskipun berada pada lokasi yang diarahkan, maka dapat dikenakan disinsentif
berupa kekuatan hukum untuk mencabut izin operasional industri tersebut. Bagi industri

VII - 13
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

yang menyebabkan kemacetan karena tidak menyediakan fasilitas yang lengkap, maka
dapat dikenakan disinsentif berupa pajak kemacetan atau development impact fees.
Sementara jenis disinsentif yang dapat diterapkan apabila kegiatan industri berlangsung
bukan pada lokasi yang direncanakan adalah:
- Pengenaan biaya perizinan dan PBB yang lebih tinggi ;
- Pengenaan retribusi perubahan guna lahan ;
- Kewajiban menyusun AMDAL ;
- Pengenaan pajak kemacetan ;
- Kewajiban menyediakan pelayanan umum;
- Kewajiban membayar development impact fees.
Khusus bagi industri rumah tangga yang berlokasi pada sentra-sentra industri rumah
tangga yang diarahkan oleh pemerintah daerah, maka dapat diberikan insentif berupa
pengurangan biaya perizinan; kemudahan dalam proses perizinan; penyediaan pelayanan
umum dan infrastruktur oleh pemerintah, bantuan promosi dari pemerintah, serta kerja
sama dengan bapak angkat yang difasilitasi oleh pemerintah.
 Arahan pengembangan permukiman
Pengembangan permukiman di Kota Mataram dapat dilakukan oleh swasta/pengembang
maupun oleh masyarakat. Pengembangan permukiman skala besar oleh swasta dikenai
kewajiban menyediakan fasilitas sosial dan umum bagi pelayanan penduduk pada
lingkungan permukiman terkait. Agar permukiman skala besar yang dibangun di Kota
Mataram berada pada lokasi yang diarahkan dapat diberikan insentif berupa penyediaan
infrastruktur oleh pemerintah serta kemudahan dalam proses perizinan. Bagi
pengembang yang memenuhi kewajiban menyediakan fasilitas sosial dan umum pada
lingkungan permukiman yang dibangun, maka dapat memperoleh insentif berupa
pengurangan biaya perizinan atau pengadaan pelayanan umum oleh pemerintah (air
bersih, pengumpulan/pengolahan sampah, air kotor, angkutan umum).
Bagi pengembangan permukiman oleh individu (masyarakat), insentif dapat diberikan
bagi masyarakat yang membangun dengan KDB lebih rendah dalam rangka menyediakan
ruang terbuka hijau yang lebih luas. Jenis insentif yang dapat diberikan diantaranya
pengurangan besar PBB, kemudahan perizinan, serta pengurangan biaya perizinan.
Sedangkan bagi masyarakat yang membangun rumah pada jalan-jalan utama di pusat
kota dapat dikenai disinsentif berupa nilai PBB yang lebih tinggi (setara dengan PBB bagi
kegiatan perdagangan dan jasa).
Jenis insentif dan disinsentif yang dikemukakan di sini masih dapat dikembangkan lebih
lanjut oleh pemerintah daerah melalui kesepakatan bersama dengan pihak pembangun

VII - 14
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

atau pemanfaat lahan. Jenis insentif dan disinsentif tersebut juga dapat ditentukan
kemudian disesuaikan dengan ketentuan, regulasi/kebijaksanaan, serta jenis pajak dan
retribusi yang berlaku di Kota Mataram.

7.3.3 Aplikasi Perangkat Disinsentif Perpajakan Daerah Dalam Pengendalian


Pemanfaatan Ruang
Dalam penentuan aplikasi perangkat disinsentif perpajakan dalam pengendalian
pemanfaatan ruang terlebih dahulu di tentukan variabel-variabel penentu besarnya
tarif pajak masing-masing memiliki parameter yang menggambarkan besarnya
prosentase tarif pajak, yaitu dapat dilihat pada tabel 7.1. di bawah ini.

Tabel 7.1.
Variabel Dan Parameter Penentuan Tarif Pajak
Dalam Aplikasi Perangkat Insentif Dan Disinsentif

PROSENTASE TARIF
NO VARIABEL PARAMETER PAJAK
(%)
1. Nilai konsekuensi Tinggi : 10
jenis  Permukiman ke perdagangan dan
penyimpangan jasa
 Permukiman ke industri
 Pertanian ke perdagangan dan jasa
 Pertanian ke industri
 Perdagangan dan jasa ke pendidikan
 Perdagangan dan jasa ke kesehatan
 Pendidikan ke perdagangan dan jasa
 Kesehatan ke perdagangan dan jasa
 Industri ke pendidikan
 Industri ke perkantoran
 Industri ke kesehatan
 Pendidikan ke industri
 Perkantoran ke industri
 Kesehatan ke industri
 Industri ke permukiman

Sedang : 5
 Permukiman ke perkantoran
 Perdagangan dan jasa ke
permukiman
 Perdagangan dan jasa ke industri
 Perdagangan dan jasa ke perkantoran
 Industri ke perdagangan dan jasa
 Perkantoran ke perdagangan dan jasa

Rendah : 3
 Permukiman ke pendidikan
 Permukiman ke kesehatan
 Pendidikan ke permukiman

VII - 15
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

PROSENTASE TARIF
NO VARIABEL PARAMETER PAJAK
(%)
 Perkantoran ke permukiman
 Kesehatan ke permukiman
 Pertanian ke pendidikan
 Pertanian ke perkantoran
 Pertanian ke kesehatan
 Pendidikan ke perkantoran
 pendidikan ke kesehatan
 perkantoran ke pendidikan
 kesehatan ke pendidikan
 perkantoran ke kesehatan
 kesehatan ke perkantoran

Luas lahan 0-50 m 1


penyimpangan 51-100 m 2
101-150 m 3
151-200 m 4
2.
201-250 m 5
251-300 m 6
> 300 m 7

KDB (Koefisien > 75 % 3


Dasar Bangunan) 51 % – 75 % 2
3.
lahan 1 % - 50 % 1
penyimpangan
KLB (Koefisien > 80 % 3
Lantai Bangunan) 51 % – 80 % 2
4.
lahan 1 % - 50 % 1
penyimpangan
TB (tinggi > 3 lantai 3
Bangunan) lahan 2 – 3 lantai 2
5.
penyimpangan 1 lantai 1

Letak lokasi pada Kawasan pusat kota 3


kawasan kota Kawasan transisi kota 2
6.
Kawasan pinggiran kota 1

7. Jarak dengan jalan 0-20 m 3


21-50 m 2
> 50 m 1

8. Fungsi jalan Arteri 3


Kolektor 2
Lokal 1
9. Jarak dengan
fasilitas Jenis Fasilitas < 100
m
100-200
m
201-1000
m
1. Perdagangan dan jasa skala regional
2. Perdagangan dan jasa skala kota 4 3 2
3. Perdagangan dan jasa skala sebagian kota/ 3,5 2,5 1,5
lokal 3 2 1
4. Perguruan tinggi/ sejenis 3,5 2,5 1,5
5. SLTA/ SMU/ sejenis 3 2 1
6. SLTP/ SMP/ sejenis 2,5 1,5 1
7. SD/ sejenis 2 1 0,5
8. TK/ sejenis 2 1 0,5
9. RSU kelas A 3,5 2,5 1,5
10. RSU kelas B 3 2 1

VII - 16
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

PROSENTASE TARIF
NO VARIABEL PARAMETER PAJAK
(%)
11. RSU kelas C 3 2 1
12. RSU kelas D 3 2 1
13. Pusat kesehatan masyarakat pembantu 2 1 0,5
14. Rekreasi dan olah raga skala kota 3 2 1
15. Rekreasi dan olah raga skala sebagian kota/ 2,5 2 1
lokal 3,5 2 1
16. Terminal angkutan penumpang skala regional 3 2 1
17. Terminal angkutan penumpang skala kota 3 2 1
18. Terminal angkutan barang skala regional 2,5 2 1
19. Terminal angkutan barang skala kota 3,5 2 1
20. Stasiun kereta api skala nasional 3 2 1
21. Stasiun kereta api skala regional 2,5 2 1
22. Stasiun kereta api skala kota 3,5 2 1
3 2 1
2,5 2 1
3,5 2 1
3 2 1
2,5 2 1
23. Pelabuhan skala nasional/ internasional 3 2 1
24. Pelabuhan skala regional 3 2 1
25. Pelabuhan skala kota 3 2 1
26. Bandara skala nasional/ internasional 2,5 2 1
27. Bandara skala regional 2,5 2 1
28. Bandara skala kota 2 1 0,5
29. Pemerintahan skala Nasional 2 1 0,5
30. Pemerintahan skala Propinsi 2 1 0,5
31. Pemerintahan skala Kota/ Kabupaten
32. Pemerintahan skala Kecamatan/ Kelurahan/
Desa
33. Peribadatan utama
34. Peribadatan pembantu
35. SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum)
36. Perumaan
10. Nilai Keuntungan Tinggi : laba > 40 % 3
Sedang : laba 20-39 % 2
Rendah : laba 0-19 % 1

Tahun > 10 tahun sebelum perencanaan 0.3


Pemanfaatan ruang 5 - 10 tahun sebelum perencanaan 0.2
0 - 5 tahun sebelum perencanaan 0.1
11. 0 – 2 tahun setelah perencanaan 1
2 – 5 tahun setelah perencanaan 2
5 – 10 tahun setelah perencanan 3

Pajak yang 1. Besarnya tarif Pajak Hiburan untuk


bersangkutan jenis pertunjukan dan keramaian
dikenakan: umum yang menggunakan sarana Film
di Bioskop ditetapkan :
12.
1. Pajak Hiburan  Golongan A II Utama 30
 Golongan A II 28
 Golongan A I 26

 Golongan B II 24
 Golongan BI 20
 Golongan C 17
 Golongan D 13
 Jenis keliling 10
2. Besarnya tarif Pajak Hiburan untuk
pertunjukan Sirkus, Pameran busana, 15
Kontes kecantikan.

VII - 17
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

PROSENTASE TARIF
NO VARIABEL PARAMETER PAJAK
(%)
3. Besarnya tarif Pajak Hiburan untuk
pertunjukan atau pergelaran musik dan 15
tari.
4. Besarnya tarif Pajak Hiburan untuk 35
Diskotik, Diskobar. 35
5. Besarnya tarif Pajak Hiburan untuk
Karaoke. 35
6. Besarnya tarif Pajak Hiburan untuk Klab
Malam. 15
7. Besarnya tarif Pajak Hiburan untuk
Permainan Billyard. 30
8. Besarnya tarif Pajak Hiburan Permainan
Ketangkasan dan sejenisnya. 15
9. Besarnya tarif Pajak Hiburan untuk Panti
pijat. 25
10. Besarnya tarif Pajak Hiburan untuk Mandi
Uap dan sejenisnya. 15
11. Besarnya tarif Pajak Hiburan untuk
Pertandingan Olah raga. 15
12. Besarnya tarif Pajak Hiburan untuk
Taman Wisata dan sejenisnya. 15
13. Besarnya tarif Pajak Hiburan untuk
Persewaan Laser disk. 5
14. Besarnya tarif Pajak Hiburan untuk
pertunjukan kesenian tradisional dan
Pameran Seni.

2. Pajak Reklame Tarif pajak ditetapkan 20


3. Pajak Parkir Tarif pajak ditetapkan 20
4. Pajak Hotel Tarif pajak ditetapkan 10
5. Pajak Restoran Tarif pajak ditetapkan 10
6. Pajak a. Penggunaan tenaga listrik yang berasal
Penerangan dari PLN, dengan penggunaan untuk :
jalan  Rumah tangga 7
 Bisnis sebesar 5
 Sosial Komersil 5
 Sosial Non Komersil 0
 Pemerintah 0
 Industri sebesar 10
b. Penggunaan tenaga listrik yang berasal
dari bukan PLN,
 bukan untuk industri 2
 untuk industri 6

Sumber : Hasil analisa

Setelah formulasi tarif pajak dalam perangkat insentif dan disinsentif ditentukan,
maka perangkat insentif dan disinsentif perpajakan daerah dapat di aplikasikan
dalam pengendalian pemanfaatan ruang di Kota Mataram Untuk lebih jelasnya
mengenai bentuk aplikasi perangkat insentif dan disinsentif perpajakan daerah dalam
pengendalian pemanfaatan ruang adalah dapat dilihat pada tabel 7.2. berikut.

VII - 18
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

Tabel 7.2.
Bentuk Aplikasi Perangkat Insentif Dan Disinsentif Perpajakan
Dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang

BENTUK APLIKASI
PERANGKAT INSENTIF WAJIB
NO OBJEK PAJAK SUBJEK PAJAK TARIF PAJAK IMPLIKASI APLIKASI
DAN DISINSENTIF PAJAK
PERPAJAKAN
I. Perpajakan Hiburan Semua penyelenggaraan Orang pribadi Orang pribadi  Besarnya tarif Pajak Hiburan untuk  Mempengaruhi motivasi
1. Penurunan tarif pajak hiburan atau badan yang atau badan jenis pertunjukan dan keramaian dalam penyelenggaraan
umum yang menggunakan sarana
atas penyelenggaraan menonton dan yang hiburan.
Film di Bioskop ditetapkan :
hiburan pada lokasi atau menikmati menyelenggar o Golongan A II Utama sebesar  Mempengaruhi motivasi
yang sesuai dengan hiburan. akan hiburan 27 % penonton hiburan.
rencana pemanfaatan o Golongan A II sebesar 25 %  Mempengaruhi perolehan
ruang yang berlaku. o Golongan A I sebesar 23 % keuntungan.
o Golongan B II sebesar 21 %  Memotivasi penggunaan
o Golongan BI sebesar 17 %
lahan pada lokasi yang
o Golongan C sebesar 14 %
o Golongan D sebesar 10 % sesuai dengan rencana
o Jenis keliling sebesar 7 % pemanfaatan ruang.
 Besarnya tarif Pajak Hiburan untuk  Mempengaruhi pemilihan
pertunjukan Sirkus, Pameran lokasi bagi jenis
busana, Kontes kecantikan penggunaan lahan sebagai
sebesar 12 %.
berikut : bioskop, diskotik,
 Besarnya tarif Pajak Hiburan untuk
pertunjukan atau pergelaran diskobar, karaoke, klab
musik dan tari ditetapkan sebesar malam, billiard, permainan
12 %. ketangkasan, panti pijat,
 Besarnya tarif Pajak Hiburan untuk mandi uap, pertandingan
Diskotik, Diskobar, ditetapkan olah raga, taman wisata,
sebesar 32 %.
persewaan laser disk,
 Besarnya tarif Pajak Hiburan untuk
Karaoke ditetapkan sebesar 32 %. tempat pertunjukan musik,
 Besarnya tarif Pajak Hiburan untuk tari, peragaan busana,
Klab Malam ditetapkan sebesar 32 kecantikan dan seni.
%.  Memotivasi pengguna lahan
 Besarnya tarif Pajak Hiburan untuk untuk bersosialisasi dengan
Permainan Billyard ditetapkan
Rencana Tata Ruang.
sebesar 12 %.
 Besarnya tarif Pajak Hiburan
Permainan Ketangkasan dan
sejenisnya ditetapkan sebesar 27
%.
 Besarnya tarif Pajak Hiburan untuk
Panti pijat ditetapkan sebesar 12
%.
 Besarnya tarif Pajak Hiburan untuk
Mandi Uap dan sejenisnya
ditetapkan sebesar 22 %.
 Besarnya tarif Pajak Hiburan untuk
Pertandingan Olah raga ditetapkan
sebesar 12 %.
 Besarnya tarif Pajak Hiburan untuk
Taman Wisata dan sejenisnya
ditetapkan sebesar 12 %.
 Besarnya tarif Pajak Hiburan untuk
Persewaan Laser disk ditetapkan
sebesar 12 %.
 Besarnya tarif Pajak Hiburan untuk
pertunjukan kesenian tradisional
dan Pameran Seni ditetapkan
sebesar 2 %.

2. Pengenaan pajak bagi Semua penyelenggaraan Orang pribadi Orang pribadi Tarif pajak  Mempengaruhi pemilihan
penyelenggaraan hiburan yang berlokasi atau badan yang atau badan lokasi penyelenggaraan
= ∑ (V1- V10)
hiburan pada lokasi pada daerah yang tidak menonton dan yang hiburan.
yang tidak sesuai sesuai dengan rencana atau menikmati menyelenggar
= ∑ ( V1+ V2+ V3+V4+V5+  Memotivasi pengguna lahan
dengan rencana/ pemanfaatan ruang yang hiburan. akan hiburan V6+ V7+V8+V9+V10+ untuk memahami rencana
pedoman berlaku. V11+V12) pemanfaatan ruang.
pemanfaatan ruang
yang berlaku.
 Merangsang pengguna
lahan agar menggunakan
lahan yang sesuai dengan
rencana pemanfaatan
ruang.
 Mempengaruhi pemilihan
lokasi bagi jenis
penggunaan lahan sebagai
berikut : bioskop, diskotik,
diskobar, karaoke, klab
malam, billiard, permainan
ketangkasan, panti pijat,
mandi uap, pertandingan

VII - 19
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

BENTUK APLIKASI
PERANGKAT INSENTIF WAJIB
NO OBJEK PAJAK SUBJEK PAJAK TARIF PAJAK IMPLIKASI APLIKASI
DAN DISINSENTIF PAJAK
PERPAJAKAN
olah raga, taman wisata,
persewaan laser disk,
tempat pertunjukan musik,
tari, peragaan busana,
kecantikan dan seni.
 Memotivasi pengguna lahan
untuk bersosialisasi dengan
Rencana Tata Ruang.

II. Perpajakan Reklame Semua penyelenggaraan Orang pribadi Orang pribadi Tarif pajak ditetapkan sebesar  Mempengaruhi motivasi
1. Penurunan tarif pajak reklame kecuali oleh atau badan yang atau badan 17 % dalam penyelenggaraan
atas penyelenggaraan pemerintah pusat dan menyelenggaraka hukum yang Dari nilai sewa reklame. reklame.
reklame, meliputi : daerah, reklame melalui n atau memesan menyelenggar  Mempengaruhi motivasi
papan/billboard/megat televisi, radio pemerintah, reklame. akan atau penyelenggara/ pemesan
ron, kain, warta harian, dan lainya memesan reklame.
melekat/stiker, yang ditetapkan oleh reklame.  Mempengaruhi perolehan
selebaran, reklame kapala daerah. keuntungan.
berjalan, reklame  Memotivasi penggunaan
udara, suara, lahan pada lokasi yang
film/slide, dan sesuai dengan rencana
peragaan. Pada lokasi pemanfaatan ruang.
yang sesuai dengan  Mempengaruhi pemilihan
rencana pemanfaatan lokasi bagi jenis
ruang yang berlaku. penggunaan lahan sebagai
berikut : perdagangan dan
jasa, pendidikan, industri,
hiburan, kesehatan,
perkantoran.
 Memotivasi pengguna lahan
untuk bersosialisasi dengan
Rencana Tata Ruang.

2. Pengenaan pajak bagi Semua penyelenggaraan Orang pribadi Orang pribadi Tarif pajak  Mempengaruhi pemilihan
penyelenggaraan reklame yang berlokasi atau badan yang atau badan = ∑ (V1- V10) lokasi penyelenggaraan
reklame pada lokasi pada daerah yang tidak menyelenggaraka hukum yang = ∑ ( V1+ V2+ V3+V4+V5+ reklame.
yang tidak sesuai sesuai dengan rencana n atau memesan menyelenggar  Memotivasi pengguna lahan
dengan rencana pemanfaatan ruang yang reklame. akan atau
V6+ V7+V8+V9+V10+
untuk memahami rencana
pemanfaatan ruang berlaku, kecuali oleh memesan V11+V12) pemanfaatan ruang.
yang berlaku. Lokasi pemerintah pusat dan reklame.  Merangsang pengguna
diartikan sebagai daerah, reklame melalui lahan agar menggunakan
lokasi kegiatan subjek televise, radio pemerintah, lahan yang sesuai dengan
atau pihak warta harian, dan lainya rencana pemanfaatan
penyelenggara yang ditetapkan oleh ruang.
reklame. kapala daerah.  Mempengaruhi pemilihan
lokasi bagi jenis
penggunaan lahan sebagai
berikut : perdagangan dan
jasa, pendidikan, industri,
hiburan, kesehatan,
perkantoran.
 Memotivasi pengguna lahan
untuk bersosialisasi dengan
Rencana Tata Ruang.

III. Perpajakan Parkir Penyelenggaraan tempat Orang pribadi Orang atau Tarif pajak ditetapkan sebesar  Mempengaruhi motivasi
1. Penurunan tarif pajak parkir di luar badan jalan, atau badan yang badan yang 17 % dalam penyelenggaraan
atas penyelenggaraan baik yang disediakan menikmati menyelenggar Dari jumlah pembayaran atau parkir.
tempat parkir yang berkaitan dengan pokok fasiiltas tempat akan atau yang seharusnya dibayar untuk  Mempengaruhi motivasi
dimiliki atau dikelola usaha maupun yang parkir dengan mengelola pemakaian tempat parker penggunaan lahan kegiatan
oleh orang atau badan disediakan sebagai suatu cara membayar tempat parkir kendaraan bermotor. yang didukung oleh parkir.
pada lokasi yang usaha yang berdiri sendiri khusus  Mempengaruhi perolehan
sesuai dengan rencana termasuk penyediaan swasta. keuntungan.
pemanfaatan ruang tempat penitipan  Mempengaruhi pemilihan
yang berlaku. kendaraan bermotor dan lokasi bagi jenis
garasi kendaraan penggunaan lahan sebagai
kendaraan bermotor yang berikut : perdagangan dan
memungut bayaran. jasa, pendidikan, industri,
hiburan, kesehatan,
perkantoran.
2. Pengenaan pajak bagi Pada lokasi yang sesuai Orang pribadi Orang atau Tarif pajak  Memotivasi pengguna lahan
penyelenggaraan dengan rencana/ atau badan yang badan yang = ∑ (V1- V10) untuk bersosialisasi dengan
parkir pada lokasi pedoman pemanfaatan menikmati menyelenggar = ∑ ( V1+ V2+ V3+V4+V5+ Rencana Tata Ruang.
yang tidak sesuai ruang. Kecuali fasiiltas tempat akan atau  Memotivasi penggunaan
dengan rencana/ penyelenggaraan parkir parkir dengan mengelola
V6+ V7+V8+V9+V10+ lahan pada lokasi yang
pedoman oleh pemerintah pusat cara membayar tempat parkir V11+V12) sesuai dengan rencana
pemanfaatan ruang. dan daerah, kedutaan, khusus pemanfaatan ruang.
konsulat, perwakilan swasta.

VII - 20
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

BENTUK APLIKASI
PERANGKAT INSENTIF WAJIB
NO OBJEK PAJAK SUBJEK PAJAK TARIF PAJAK IMPLIKASI APLIKASI
DAN DISINSENTIF PAJAK
PERPAJAKAN
Negara asing, dan
perwakilan lembaga
instasi internasional
dengan asas timbal balik,  Mempengaruhi pemilihan
lokasi penyelenggaraan
Penyelenggaraan tempat parkir.
parkir di luar badan jalan,  Mempengaruhi penggunaan
baik yang disediakan lahan yang membutuhkan
berkaitan dengan pokok sarana parkir.
usaha maupun yang  Memotivasi pengguna lahan
disediakan sebagai suatu untuk memahami rencana
usaha yang berdiri sendiri pemanfaatan ruang.
termasuk penyediaan  Merangsang pengguna
tempat penitipan lahan agar menggunakan
kendaraan bermotor dan lahan yang sesuai dengan
garasi kendaraan rencana pemanfaatan
kendaraan bermotor yang ruang.
memungut bayaran. Pada  Mempengaruhi pemilihan
lokasi yang tidak sesuai lokasi bagi jenis
dengan rencana/ penggunaan lahan sebagai
pedoman pemanfaatan berikut : perdagangan dan
ruang. Kecuali jasa, pendidikan, industri,
penyelenggaraan parkir hiburan, kesehatan,
oleh pemerintah pusat perkantoran.
dan daerah, kedutaan,  Memotivasi pengguna
konsulat, perwakilan lahan untuk bersosialisasi
Negara asing, dan dengan Rencana Tata
perwakilan lembaga Ruang.
instasi internasional
dengan asas timbal balik,

IV. Perpajakan Hotel Fasilitas penginapan atau Orang pribadi Pengusaha Pajak ditetapkan sebesar 7 %  Mempengaruhi motivasi
1. Penurunan tarif pajak fasilitas tinggal jangka pendek, atau badan yang hotel dari jumlah pembayaran yang dalam penyelenggaraan
Pada lokasi yang sesuai
atas penyelenggaraan menikmati setiap dilakukan kepada hotel. hotel.
dengan rencana/ pedoman
Hotel pada lokasi yang pelayanan hotel  Mempengaruhi motivasi
pemanfaatan ruang. antara
sesuai dengan rencana lain : Gubuk pariwisata pengguna jasa hotel.
pemanfaatan ruang (Cottege), Motel, Wisma  Mempengaruhi perolehan
yang berlaku. pariwisata, Pesanggrahan keuntungan.
(Hostel), Losmen, dan Rumah  Mempengaruhi pemilihan
Penginapan. lokasi bagi jenis
Pelayanan penunjang antara
penggunaan lahan hotel.
lain : Telepon, Faximile, Telex,
Foto copy, Pelayanan cuci,  Memotivasi pengguna lahan
Seterika, Taksi, dan untuk bersosialisasi dengan
pengangkutan lainnya yang Rencana Tata Ruang.
disediakan atau dikelola Hotel.  Memotivasi penggunaan
Fasilitas Olah raga dan lahan pada lokasi yang
hiburan, antara lain : Pusat
sesuai dengan rencana
kebugaran (Fitness Center),
Kolam renang, Tennis, Golf, pemanfaatan ruang.
Karaoke, Pub, Diskotik, yang
disediakan atau dikelola Hotel.
Jasa persewaan ruangan untuk
kegiatan acara atau
pertemuan di Hotel.
Kecuali penyewaan rumah
atau kamar, apartemen, dan
fasilitas tempat tinggal lainnya
yang tidak menyatu dengan
hotel, pelayanan tinggal di
asrama dan pondok pesantren,
fasilitas olah raga dan hiburan
yang disediakan di hotel yang
dipergunakan oleh bukan tamu
hotel dengan pembayaran,
pertokoan, perkantoran,
perbankan, salon yang
dipergunakan oleh umum di
hotel, pelayanan perjalanan
wisata yang diselenggarakan
oleh hotel dan dapat Orang pribadi Pengusaha Tarif pajak  Mempengaruhi pemilihan
2. Pengenaan pajak bagi dimanfaatakan oleh umum. atau badan yang hotel = ∑ (V1- V10) lokasi penyelenggaraan
penyelenggaraan menikmati setiap = ∑ ( V1+ V2+ V3+V4+V5+ hotel.
Hotel pada lokasi yang Fasilitas penginapan atau pelayanan hotel  Memotivasi pengguna lahan
tidak sesuai dengan fasilitas tinggal jangka pendek, V6+ V7+V8+V9+V10+
untuk memahami rencana
rencana/ pedoman
Pada lokasi yang tidak sesuai V11+V12) pemanfaatan ruang.
dengan rencana/ pedoman
pemanfaatan ruang. pemanfaatan ruang antara lain  Merangsang pengguna
: Gubuk pariwisata (Cottege), lahan agar menggunakan
Motel, Wisma pariwisata, lahan yang sesuai dengan
Pesanggrahan (Hostel), rencana pemanfaatan
Losmen, dan Rumah ruang.
Penginapan.  Mempengaruhi pemilihan
Pelayanan penunjang antara lokasi bagi jenis

VII - 21
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

BENTUK APLIKASI
PERANGKAT INSENTIF WAJIB
NO OBJEK PAJAK SUBJEK PAJAK TARIF PAJAK IMPLIKASI APLIKASI
DAN DISINSENTIF PAJAK
PERPAJAKAN
lain : Telepon, Faximile, Telex, penggunaan lahan sebagai
Foto copy, Pelayanan cuci, berikut : perdagangan dan
Seterika, Taksi, dan
jasa, pendidikan, industri,
pengangkutan lainnya yang
disediakan atau dikelola Hotel. hiburan, kesehatan,
Fasilitas Olah raga dan perkantoran.
hiburan, antara lain : Pusat  Memotivasi pengguna
kebugaran (Fitness Center), lahan untuk bersosialisasi
Kolam renang, Tennis, Golf, dengan Rencana Tata
Karaoke, Pub, Diskotik, yang
Ruang.
disediakan atau dikelola Hotel.
Jasa persewaan ruangan untuk
kegiatan acara atau
pertemuan di Hotel.
Kecuali penyewaan rumah
atau kamar, apartemen, dan
fasilitas tempat tinggal lainnya
yang tidak menyatu dengan
hotel, pelayanan tinggal di
asrama dan pondok pesantren,
fasilitas olah raga dan hiburan
yang disediakan di hotel yang
dipergunakan oleh bukan tamu
hotel dengan pembayaran,
pertokoan, perkantoran,
perbankan, salon yang
dipergunakan oleh umum di
hotel, pelayanan perjalanan
wisata yang diselenggarakan
oleh hotel dan dapat
dimanfaatakan oleh umum.

V. Perpajakan Restoran Penjualan makanan dan Orang pribadi Pengusaha Pajak ditetapkan sebesar 7 %  Mempengaruhi motivasi
1. Penurunan tarif pajak minuman, Kecuali atau badan yang restoran dari jumlah pembayaran yang dalam penyelenggaraan
atas penyelenggaraan pelayanan jasa boga atau menikmati setiap dilaikukan kepada restoran. restoran.
pelayanan yang catering, rumah makan pelayanan yang  Mempengaruhi motivasi
disediakan restoran yang peredarannya tidak disediakan pengguna jasa restoran.
dengan pembayaran. melebihi batas tertentu restoran  Mempengaruhi perolehan
Pada lokasi yang yang ditetapkan atau keuntungan.
sesuai dengan rencana berada pada tempat  Mempengaruhi pemilihan
pemanfaatan ruang tertentu. lokasi bagi jenis
yang berlaku. penggunaan lahan restoran.
 Memotivasi pengguna lahan
untuk bersosialisasi dengan
Rencana Tata Ruang.
 Memotivasi penggunaan
lahan pada lokasi yang
sesuai dengan rencana
2. Pengenaan pajak bagi Pengusaha Tarif pajak pemanfaatan ruang.
penyelenggaraan Penjualan makanan dan Orang pribadi restoran = ∑ (V1- V10)
pelayanan restoran minuman, pada lokasi atau badan yang = ∑ ( V1+ V2+ V3+V4+V5+  Mempengaruhi pemilihan
pada lokasi yang tidak yang tidak sesuai dengan menikmati setiap lokasi penyelenggaraan
sesuai dengan rencana/ pedoman pelayanan yang
V6+ V7+V8+V9+V10+
restoran.
rencana/ pedoman pemanfaatan ruang. disediakan V11+V12)  Memotivasi pengguna lahan
pemanfaatan ruang. Kecuali pelayanan jasa restoran untuk memahami rencana
boga atau catering, rumah pemanfaatan ruang.
makan yang peredarannya  Merangsang pengguna
tidak melebihi batas lahan agar menggunakan
tertentu yang ditetapkan lahan yang sesuai dengan
atau berada pada tempat rencana pemanfaatan
tertentu. ruang.
 Mempengaruhi pemilihan
lokasi bagi jenis
penggunaan lahan restoran.
 Memotivasi pengguna lahan
untuk bersosialisasi dengan
Rencana Tata Ruang.

VI. Perpajakan Setiap penggunaan Orang pribadi Orang pribadi  Penggunaan tenaga listrik  Mempengaruhi motivasi
Penerangan Jalan tenaga listrik yang berasal atau badan yang atau badan yang berasal dari PLN, dalam pemilihan lokasi
1. Penurunan tarif pajak dari PLN maupun bukan menggunakan yang dengan penggunaan untuk : penggunaan lahan
atas setiap PLN. tenaga listrik menggunakan  Rumah tangga sebesar 5 % permukiman, perdagangan
penggunaan tenaga Kecuali penggunaan tenaga listrik dari Nilai Jual Tenaga Listrik. dan jasa, industri,
listrik pada lokasi yang tenaga listrik oleh instansi  Bisnis sebesar 3 % dari Nilai pendidikan, perkantoran,
sesuai dengan rencana pemerintah pusat dan Jual Tenaga Listrik. dan kesehatan.
pemanfaatan ruang daerah, kedutaan,  Sosial Komersil sebesar 3 %  Mempengaruhi perolehan
yang berlaku. konsulat, perwakilan dari Nilai Jual Tenaga Listrik. keuntungan.
asing, dan lembaga  Sosial Non Komersil sebesar  Merangsang pengguna
internasional dengan asas 0 % dari Nilai Jual Tenaga lahan agar menggunakan
timbale balik, penggunaan Listrik. lahan yang sesuai dengan
tenaga listrik yang besaral  Pemerintah sebesar 0 % dari rencana pemanfaatan
dari bukan PLN dengan Nilai Jual Tenaga Listrik. ruang.

VII - 22
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

BENTUK APLIKASI
PERANGKAT INSENTIF WAJIB
NO OBJEK PAJAK SUBJEK PAJAK TARIF PAJAK IMPLIKASI APLIKASI
DAN DISINSENTIF PAJAK
PERPAJAKAN
kapasitas tertentu yang
tidak memerlukan izin
dari instasi teknis  Industri sebesar 8 % dari  Memotivasi pengguna lahan
terkait,penggunaan Nilai Jual Tenaga Listrik. untuk bersosialisasi dengan
tenaga listrik yang khusus  Penggunaan tenaga listrik Rencana Tata Ruang.
digunakan untuk tempat yang berasal dari bukan PLN,
ibadah. dengan penggunaan bukan
untuk industri ditetapkan
sebesar 2 % dari Nilai Jual
Tenaga Listrik, dan
penggunaan untuk industri
ditetapkan sebesar 5 % dari
Nilai Jual tenaga Listrik.
2. Pengenaan pajak bagi Setiap penggunaan tenaga Orang pribadi Orang pribadi  Mempengaruhi motivasi
listrik yang berasal dari PLN
penggunaan tenaga atau badan yang atau badan Tarif pajak dalam pemilihan lokasi
maupun bukan PLN. , pada
listrik pada lokasi yang menggunakan yang = ∑ (V1- V10) penggunaan lahan
lokasi yang tidak sesuai
tidak sesuai dengan tenaga listrik menggunakan permukiman, perdagangan
dengan rencana/ pedoman = ∑ ( V1+ V2+ V3+V4+V5+
rencana/ pedoman pemanfaatan ruang.Kecuali tenaga listrik dan jasa, industri,
pemanfaatan ruang. penggunaan tenaga listrik oleh
V6+ V7+V8+V9+V10+ pendidikan, perkantoran,
instansi pemerintah pusat dan V11+V12) dan kesehatan.
daerah, kedutaan, konsulat,  Memotivasi pengguna lahan
perwakilan asing, dan lembaga
untuk memahami rencana
internasional dengan asas
timbale balik, penggunaan pemanfaatan ruang.
tenaga listrik yang besaral dari  Merangsang pengguna
bukan PLN dengan kapasitas lahan agar menggunakan
tertentu yang tidak lahan yang sesuai dengan
memerlukan izin dari instasi rencana pemanfaatan
teknis terkait, penggunaan
ruang.
tenaga listrik yang khusus
digunakan untuk tempat  Memotivasi pengguna lahan
ibadah. untuk bersosialisasi dengan
Rencana Tata Ruang.

Sumber : Hasil Analisa

Keterangan:
1. Nilai implikasi jenis penyimpangan (V1) Formulasi tarif pajak :
2. Luas lahan penyimpangan (V2)
Tarif pajak = ∑ (V1- V8)
3. KDB penyimpangan (V3) = ∑ ( V1+ V2+ V3+ V4+V5+
V6+ V7+ V8+V9+V10+
4. KLB penyimpangan (V4) V11+V12)
5. Tinggi bangunan penyimpangan (TB) (V5)
6. Letak lokasi pada kawasan kota (V6)
7. Jarak dengan jalan (V7)
8. Fungsi jalan (V8)
9. Jarak dengan fasilitas (V9)
10. Nilai keuntungan (V10)
11. Tahun pemanfaatan ruang (V11)
12. Pajak yang bersangkutan dikenakan (V12)

VII - 23
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

7.4 ARAHAN SANKSI


Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 Undang-Undang No.26
tahun 2007 merupakan tindakan penertiban yang dilakukan terhadap pemanfaatan ruang
yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi.
Penertiban adalah usaha atau kegiatan untuk mengambil tindakan agar pemanfaatan
ruang yang direncanakan dapat terwujud. Tindakan penertiban dilakukan melalui
pemeriksaan dan penyidikan atas semua pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan
terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Bentuk
pengenaan sanksi dapat berupa administratif, pidana dan perdata yang diatur dalam
perundang-undangan yang berlaku.
Kegiatan penertiban dapat dilakukan dalam bentuk penertiban langsung dan
penertiban tidak langsung. Penertiban langsung yaitu melalui mekanisme penegakan hukum
yang diselenggarakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sedangkan penertiban tidak langsung yaitu dalam bentuk pengenaan sanksi disinsentif
pemanfaatan ruang yang dapat diselenggarakan antara lain melalui pengenaan retribusi
secara progresif atau membatasi penyediaan sarana dan prasarana dasar lingkungannya.
Bentuk-bentuk pengenaan sanksi yang berkenaan dengan penertiban adalah:
 Sanksi administratif, dapat berupa tindakan pembatalan izin dan pencabutan hak.
Sanksi ini dikenakan atas pelanggaran penataan ruang yang berakibat pada
terhambatnya pelaksanaan program pemanfaatan ruang.
 Sanksi perdata, dapat berupa tindakan pengenaan denda atau pengenaan ganti rugi.
Sanksi ini dikenakan atas pelanggaran penataan ruang yang berakibat terganggunya
kepentingan seseorang, kelompok orang atau badan hukum.
 Sanksi pidana, dapat berupa tindakan penahanan atau kurungan. Sanksi ini
dikenakan atas pelanggaran penataan ruang yang berakibat terganggunya
kepentingan umum.
Pelaksanaan sanksi diawali dengan peringatan/teguran kepada aktor pembangunan yang
dalam pelaksanaan pembangunannya tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang
dikeluarkan dalam Perda. Pengenaan sanksi dilaksanakan setelah diberikan
peringatan/teguran sebanyak-banyaknya tiga kali dalam kurun waktu tiga bulan sejak
dikeluarkannya peringatan/teguran pertama.

VII - 24
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

A. Penerapan Sanksi Administratif


Seperti yang telah dikemukakan pada uraian sebelumnya bahwa saat penetapan penertiban,
sanksi yang diberikan adalah sanksi administratif terlebih dahulu. Penetapan sanksi tersebut
dilakukan oleh kepala daerah yang bersangkutan, baik di Tingkat Provinsi maupun
Kabupaten/Kota. Dalam pemantauan evaluasi pemanfaatan ruang (dalam hal pelanggaran
persil) kemungkinan yang melakukan pelanggaran adalah pemilik persil (masyarakat) atau
lembaga pemberi ijin (dalam hal diwakili oleh pejabat yang bertanggung jawab). Adapun
sanksi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Yang dikenakan kepada aparat pemerintah :
 Teguran.
 Pemecatan.
 Denda.
 Mutasi.
b. Yang dikenakan kepada masyarakat :
 Teguran.
 Pencabutan ijin.
 Penghentian pembangunan.
 Pembongkaran.
Dalam proses pengenaan sanksi, tersebut dilakukan dengan melalui tahapan sebagai berikut
:
a. Pelanggaran diberi batas waktu pelaksanaan sanksi, terutama untuk pelaksanaaan
keputusan yang membutuhkan waktu, seperti pembongkaran atau pelaksanaan
administratif.
b. Apabila dalam proses pelaksanaan sanksi batas waktu yang telah ditetapkan sudah
terlampaui dan sanksi administratif belum dilaksanakan, maka pemerintah berhak
mengajukan kasus tersebut ke lembaga peradilan.

B. Penerapan Sanksi Perdata dan Sanksi Pidana


Sanksi selanjutnya adalah sanksi perdata dan sanksi pidana. Sanksi tersebut dapat
ditetapkan oleh masyarakat maupun lembaga peradilan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Adapun ketentuan sanksi tersebut adalah sebagai berikut.
a. Sanksi Perdata
Sanksi perdata dapat diajukan dan ditetapkan oleh masyarakat (musyawarah) maupun
lembaga pengadilan (proses pengadilan sanksi perdata yang dilakukan oleh masyarakat
dapat berupa penyelesaian perkara dengan cara kekeluargaan (tidak melalui lembaga

VII - 25
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

peradilan). Dalam penerapan sanksi ini harus dibuktikan kesalahannya/pelanggaran


berdasarkan hukum yang berlaku. Sanksi ini dilakukan secara sukarela dan atas kesepakatan
antar masyarakat yang mempunyai perkara. Adapun jenis sanksi perdata dapat dilihat pada
Tabel 7.3.
Tabel 7.3 Jenis Sanksi Perdata
YANG DAPAT
YANG DAPAT
JENIS SANKSI DIKENAI
MENETAPKAN SANKSI
SANKSI
Ganti rugi Pemerintah
Pemerintah
Masyarakat
Masyarakat
Lembaga Peradilan
Pemulihan keadaan Pemerintah
Pemerintah
Masyarakat
Masyarakat
Lembaga Peradilan
Pemerintah dan Pemerintah
Pemerintah
pelarangan melakukan Masyarakat
Masyarakat
suatu perbuatan Lembaga Peradilan
Sumber : Dinas Tata Kota dan Pengawasan Bangunan Kota Mataram

b. Sanksi Pidana
Sanksi pidana hanya dilaksanakan oleh lembaga peradilan yaitu dengan melalui proses
pengadilan. Pelaksanaan penertiban ini oleh lembaga peradilian pengajuan atau tuntutan
dari lembaga eksekutif (karena sanksi administratif tidak terlaksana dengan baik) atau
masyarakat umum yang menderita kerugian yang disebabkan oleh pelanggaran
pemanfaatan ruang.
Dalam penerapan sanksi ini harus dibuktikan kesalahannya/pelanggaran berdasarkan hukum
yang berlaku. Sanksi tersebut dapat berupa :
 Kurungan.
 Denda.
 Perampasan barang.
Adapun beberapa peraturan dan perundangan yang dapat digunakan dalam penerapan
sanksi yang terkait dengan pelanggaran pemanfaatan ruang dapat dilihat pada Tabel 7.4.

VII - 26
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

Tabel 7.4 Beberapa Peraturan Dan Perundang-Undangan Yang Terkait


Dengan Penataan Ruang

PERATURAN /
PERUNDANG- ISI SIFAT
UNDANGAN
Alternatif,
UU No. 5 tahun 1960
Sanksi 3 bulan dan / atau denda Rp 10.000 Kumulatif atau
tentang Peraturan daerah
kakultatif
Alternatif,
UU No. 5 tahun 1967
Peraturan Pelaksanaan Dapat Memuat Kumulatif atau
temtang Ketentuan Pokok
Pidana Berupa Kurungan dan atau Denda kakultatif &
Kehutanan
delegasi
Alternatif,
UU No. 9 tahun 1985 Kurungan 10 Tahun dan atau denda 5 juta,
Kumulatif atau
tentang Perikanan 3 bulan dan atau Rp. 5 juta
Fakultatif
Alternatif,
UU No. 11 Tahun 1974 Kurungan 5 Tahun dan atau denda Rp.
Kumulatif atau
tentang Pengairan 150.000
Fakultatif
Kurungan 3 Bulan dan atau denda Rp.
fakultatif
150.000
UU No. 13 tahun 1980 Kurungan 2 Bulan dan atau denda Rp.
tentang Jalan 100.000
Kurungan 1 bulan dan atau denda Rp.
100.000
Alternatif,
Gantirugi dan pemulihan keadaan Kumulatif atau
UU No. 26 tahun 1997
kakultatif
tentang pokok-pokok
Diakuinya sistem tangung jawab mutlak
Pengelolaan Lingkungan
(Stricy/Absolute Liability)
Hidup
Kurungan 10 tahun dan atau denda 100 juta
; satu tahun dan atau denda Rp 1.000.000
Kurungan 5 tahun atau denda 25 juta fakultatif
Kurungan 2 tahun atau denda 10 juta
UU No. 5 tahun 1984
Kurungan 5 tahun atau denda 25 juta
tentang perindustrian
Kurungan 10 tahun atau denda 100 juta

UU No. 5 tahun 1990


Kurang 10 tahun dan denda 200 juta
tentang Sumber Daya
Kurungan 5 tahun atau denda 100 juta
Hayati
UU No. 24 Tahun 1992
Menunjuk Pada Peraturan Lain
Tentang Penataan Ruang
UU No. 5 tahun 1974 Memberi wewenang pada perda untuk
Tentang Pemerintahan di mencantumkan sanksi maksimal kurungan 6

VII - 27
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029

PERATURAN /
PERUNDANG- ISI SIFAT
UNDANGAN
Daerah bulan atau sanksi Rp 50,000. jenis tindak
pidananya adalah pelanggaran. Jadi, tidak
dapat mengatur jenis pidana berupa
kejahatan
Sumber : Dinas Tata Kota dan Pengawasan bangunan Kota Mataram

VII - 28

Anda mungkin juga menyukai