Bab Iv Rencana Pola Ruang++
Bab Iv Rencana Pola Ruang++
BAB 4
RENCANA POLA RUANG KOTA MATARAM
Rencana pola ruang wilayah kota merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam
wilayah kota yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana
peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Pada bagian ini akan diuraikan pemanfaatan ruang
Kota Mataram secara menyeluruh terdiri dari kawasan lindung (non budidaya) meliputi
kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahnya (resapan air), kawasan
perlindungan setempat/RTH (Sempadan Sungai, Sempadan pantai, kawasan mata air, taman
kota, taman lingkungan, jalan-jalan utama dan pemakaman umum), kawasan cagar budaya
dan kawasan rawan bencana, sedangkan kawasan budidaya meliputi kawasan
perumahan/permukiman, pertanian, pemerintahan, jasa dan perdagangan, industri, dan
kawasan pariwisata serta rekreasi.
IV - 1
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
Sempadan pantai;
Sempadan sungai;
Kawasan sekitar danau/waduk.
3. Kawasan suaka alam;
Kawasan Cagar alam;
Kawasan Cagar Budaya.
4. Kawasan rawan bencana alam;
Kawasan rawan bencana Gempa;
Kawasan rawan bencana banjir.
IV - 2
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
IV - 3
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
IV - 4
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
pengetahuan. Fungsi bangunan pada kawasan ini dapat berubah dengan mempertahankan
bentuk asli bangunan.
Tebel 4.1
Rincian Klasifikasi Kawasan Lindung dan Lokasi
Klasifikasi Kawasan
Rincian Lokasi
No. Lindung
1 Kawasan yang Kawasan lindung yang terletak di Sayang-sayang, Selagalas,
memberikan bagian Utara Kota Mataram kawasan Pejeruk dan Mandallika
perlindungan terhadap resapan air tersebar di
kawasan bawahannya. beberapa kelurahan.
2 Kawasan 1. Jalur sempadan sungai 1. Tersebar sepanjang sungai
perlindungan 2. Jalur sempadan pantai, 2. Ampenan, Bintaro
Setempat (ruang dibutuhkan pengelolaan khusus (pemakaman)
terbuka hijau) untuk perlindungan kawasan ini 3. Cakranegara Barat, Dasan
sepanjang 8 km jalur pantai Kota Agung Baru, Ampenan
Mataram Tengah, Dasan Agung,
3. Pemakaman umum dan Udayana, Mandalika dan
Kawasan taman kota tersebar di pusat-pusat
lingkungan berdasarkan
kriteria yang ditentukan di
atas
IV - 5
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
Klasifikasi Kawasan
Rincian Lokasi
No. Lindung
3 Kawasan Cagar kawasan yang mempreservasi Cilinaya, Mayure, Tanjung
Budaya bangunan fisik serta mengkonservasi Karang, Dayan Peken, Ampenan
lingkungan alam yang memiliki nilai Tenga.
historis dan budaya Kota Mataram.
4 Kawasan Rawan kawasan yang diidentifikasi sering Karang Pule, Pagutan,
Bencana dan berpotensi tinggi mengalami Tanjung Karang dan
bencana alam seperti bahaya banjir. Jempong Baru
Sumber: Hasli Rencana
B. Rawan Kebakaran
1) Identifikasi Sarana dan Prasarana PMK
Pos PemAdam Kebakaran Kota Mataram terdapat 1 unit.
Terdapat:
21 unit Alat pemadam api ringan (APAR)
8 unit mobil pompa, kondisi layak pakai 5 unit.
0 unit mobil tangga.
Kendala-kendala dalam operasional:
- Banyaknya jaringan jalan dilingkungan permukiman yang sempit sehingga
mobil pemadam tidak dapat masuk ke TKP.
- Tinggi pembatas Gapura (Gang/Jalan) tidak sesuai, sehingga mobil
pemadam tidak dapat memasuki TKP.
- Hydrant dibeberapa ruas jalan tidak berfungsi optimal, sehingga pengisian
harus kembali ke pos, dimana pengisian ulang tanki sekitar 10 mnt.
- Debit air hydrant pada siang hari sangat kecil, karena bersumber dari
PDAM.
IV - 6
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
IV - 7
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
Tabel 4.2
Bangunan Dengan Angka Resiko Kebakaran Bahaya 3
NO PERUNTUKAN BANGUNAN
1 Hangar pesawat terbang
2 Pabrik gandum
3 Pabrik kimia
4 Pemintalan
5 Penyulingan
6 Pabrik/gudang bahan mudah terbakar
IV - 9
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
NO PERUNTUKAN BANGUNAN
7 Penggilingan Lemak
8 Gudang padi
9 Penggilingan minyak pelicin
10 Gudang penyimpanan kayu
11 Penyulingan minyak
12 Pabrik/gudang plastik
13 Penggergajian kayu
14 Pemisahan minyak pencuci logam
15 Tempat penyimpanan jerami
16 Pabrik pernis dan cat
Sumber :Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.11/KPTS/2000
Tabel 4.3
Bangunan Dengan Angka Resiko Kebakaran Bahaya 4
NO PERUNTUKAN BANGUNAN
1 Kandang kuda
2 Gudang bahan bangunan
3 Pusat perbelanjaan
4 Ruang pamer, auditorium, dan bioskop
5 Tempat penyimpanan
6 Terminal pengangkutan
7 Pertokoan
8 Pemrosesan kertas
9 Pelabuhan
10 Bengkel
11 Pabrik karet
12 Gudang untuk : mebel, umum, cat, kertas, dan minuman keras
13 Industri kayu
Sumber : Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.11/KPTS/2000
IV - 10
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
Tabel 4.4
Bangunan Dengan Angka Resiko Kebakaran Bahaya 5
NO PERUNTUKAN BANGUNAN
1 Tempat hiburan
2 Pabrik pakaian
3 Gudang pendingin
4 Gudang kembang gula
5 Gudang hasil pertanian
6 Ruang pamer dagang
7 Binatu
8 Pabrik penyamakan kulit
9 Perpustakaan (dengan buku yang besar)
10 Kios sablon
11 Toko mesin
12 Toko besi
13 Asrama perawat
14 Pabrik farmasi
15 Percetakan
16 Rumah makan
17 Pabrik tali
18 Pabrik gula
19 Pabrik perekat
20 Pabrik tekstil
21 Gudang tembakau
22 Bangunan kosong
Sumber : Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.11/KPTS/2000
IV - 11
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
Tabel 4.5
Bangunan Dengan Angka Resiko Kebakaran Bahaya 6
NO PERUNTUKAN BANGUNAN
1 Gudang minyak
2 Parkir mobil
3 Pabrik roti
4 Tempat potong rambut
5 Pabrik minuman
6 Ruang boiler
7 Pabrik bier
8 Pabrik bata
9 Pabrik kembang gula
10 Pabrik semen
11 Rumah ibadah
12 Pabrik susu
13 Tempat praktek dokter
14 Pabrik elektronik
15 Tungku/dapur
16 Pabrik pakaian bulu hewan
17 Pompa bensin
18 Pabrik gelas
19 Kamar mayat
20 Gedung pemerintah
21 Kantor pos
22 Rumah pemotongan hewan
23 Kantor telepon
24 Pabrik arloji/perhiasan
25 Pabrik anggur
Sumber : Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.11/KPTS/2000
Tabel 4.6
Bangunan Dengan Angka Resiko Kebakaran Bahaya 7
NO PERUNTUKAN BANGUNAN
1 Apartemen
2 Universitas
3 Asrama
4 Perumahan
IV - 12
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
NO PERUNTUKAN BANGUNAN
5 Pos kebakaran
6 Asrama paroki
7 Rumah sakit
8 Hotel dan motel
9 Perpustakaan (tanpa gudang buku)
10 Museum
11 Rumah perawatan
12 Perkantoran
13 Kantor polisi
14 Penjara
15 Sekolah
Sumber : Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.11/KPTS/2000
Tabel 4.7
Klasifikasi Konstruksi Bangunan
RESIKO ANGKA
KEBAKARAN KETERANGAN KLASIFIKASI
KONSTRUKSI KONSTRUKSI
Tipe I Bangunan yang dibuat dengan bahan tahan api (beton, bata 0.5
(konstruksi tahan dan lain-lain dengan bahan logam yang dilindungi) dengan
api) struktur yang dibuat sedemikian, sehingga tahan terhadap
peruntukan dan perambatan api.
Tipe II dan IV Bangunan yang seluruh bagian konstruksinya (termasuk 0.8
(tidak mudah dinding, lantai dan atap) terdiri dari bahan yang tidak mudah
terbakar, terbakar yang tidak termasuk sebagai bahan tahan api,
konstruksi kayu termasuk bangunan konstruksi kayu dengan dinding bata, tiang
berat) kayu 20,3 cm, lantai kayu 76 mm, atap kayu 51 mm, balok
kayu 15,2 X 25,4 cm
Tipe III Bangunan dengan dinding luar bata atau bahan tidak mudah 1.0
(biasa) terbakar lainnya sedangka bagian bangunan lainnya terdiri dari
kayu atau bahan yang mudah terbakar
Tipe IV Bangunan (kecuali bangunan rumah tinggal) yang strukturnya 1.0
(kerangka kayu) sebagian atau seluruhnya terdiri dari kayu atau bahan mudah
terbakar yang tidak tergolong dalam konstruksi biasa (tipe III)
Sumber : Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.11/KPTS/2000
IV - 13
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
Tabel 4.8
Prasarana Pemadam Kebakaran
BANGUNAN BANGUNAN
BANGUNAN POS
SEKTOR WILAYAH
NO RUANG PEMADAM
PEMADAM PEMADAM
KEBAKARAN
KEBAKARAN KEBAKARAN
1 Luas lahan 200 m2 400 m2 1600 m2
2 Ruang siaga 2 regu (@12 orang) 4 regu 4 regu
3 Ruang administrasi Ada Ada Ada
4 Ruang tunggu Ada Ada Ada
5 Ruang ganti Ada Ada Ada
6 Ruang rapat - Ada Ada
7 Ruang komando - - Ada
8 Garasi 2 mobil pompa 4000L 2 mobil pompa 2 mobil pompa 4000L
4000L 1 mobil tangga 17
1 mobil tangga 17 mtr
mtr 2 mobil tangga>30
2 mobil tangga>30 mtr
mtr 2 mobil ambulance
2 mobil ambulance 2 mobil pemadam
1 mobil pemadam 2 mobil alat bantu
1 mobil alat bantu pernafasan
pernafasan 2 perahu karet
2 perahu karet
9 Tandon air 12000 L 24000 L 24000 L
10 Halaman latihan Ada Ada Ada
Sumber : Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.11/KPTS/2000
IV - 16
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
IV - 17
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
IV - 19
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
Tabel 4.9
Wilayah Prioritas Penanganan Berdasarkan Potensi Kerawanan Kebakaran
TINGKAT KERAWANAN
NO KECAMATAN
KEBAKARAN
1 Ampenan Sangat Tinggi
2 Sekarbela Sangat Tinggi
3 Selaparang Sangat Tinggi
4 Mataram Tinggi
5 Cakranegara Tinggi
6 Sandubaya Tinggi
Sumber : Hasil Analisa
Wilayah Potensial Rawan Kebakaran
Selain itu potensi kerawanan juga mempertimbangkan lokasi kawasan industri di
Kota Mataram, mengingat kawasan industri merupakan daerah yang memiliki
potensi kerawanan yang cukup tinggi, sekalipun jumlah kepadatan bangunan
rendah dan jumlah penduduk rendah. Data analisa potensi kerawanan
dipergunakan sebagai dasar untuk penanganan prioritas penambahan sarana
dan prasarana pencegahan dan penaggulangan kebakaran. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 9 Wilayah Prioritas Penanganan Berdasarkan Potensi
Kawasan Industri.
Tabel 4.10
Wilayah Prioritas Penanganan Berdasarkan Potensi Kawasan Industri
TINGKAT KERAWANAN
NO KECAMATAN
KEBAKARAN
1. Sekarbela Sedang
2. Sandubaya Sedang
3. Cakranegara Sedang
4. Mataram Rendah
Sumber : Hasil Analisa
IV - 21
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
Tabel 4.11
Standart Prasarana Pemadam Kebakaran
BANGUNAN POS BANGUNAN
BANGUNAN
N PEMBANTU WILAYAH
RUANG SEKTOR PEMADAM
O PEMADAM PEMADAM
KEBAKARAN
KEBAKARAN KEBAKARAN
1 Luas lahan 200 m2 400 m2 1600 m2
2 Ruang siaga 2 regu (@12 orang) 4 regu 4 regu
Ruang
3 Ada Ada Ada
administrasi
4 Ruang tunggu Ada Ada Ada
5 Ruang ganti Ada Ada Ada
6 Ruang rapat - Ada Ada
7 Ruang komando - - Ada
8 Garasi 2 mobil pompa 4000L 2 mobil pompa 4000L 2 mobil pompa 4000L
1 mobil tangga 17 mtr 1 mobil tangga 17 mtr
2 mobil tangga>30 2 mobil tangga>30
mtr mtr
2 mobil ambulance 2 mobil ambulance
1 mobil pemadam 2 mobil pemadam
1 mobil alat bantu 2 mobil alat bantu
pernafasan pernafasan
2 perahu karet 2 perahu karet
9 Tandon air 12000 L 24000 L 24000 L
10 Halaman latihan Ada Ada Ada
Sumber : Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.11/KPTS/2000
Tabel 4.12
Kebutuhan Perlengkapan Pemadam Kebakaran Untuk Setiap Pos Pembantu
IV - 24
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
sumur kebakaran pada setiap WMK dengan kegiatan terbangun tertentu. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.13
c. Analisa Potensi Sungai Sebagai Sumber Air Cadangan
Tinjauan mengenai keberadaan pasokan air cadangan meliputi debit air,
kemudahan jangkauan peralatan kebakaran terhadap sumber air, dan jarak antara
sumber air dengan lokasi kebakaran. Permasalahan lain yang terjadi adalah tidak
semua sumber air dapat dimanfaatkan dengan baik pada musim hujan dan musim
kemarau. Agar kebutuhan akan air cadangan ini dapat selalu terpenuhi, maka
upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengoptimalkan sumber air cadangan
yang telah ada dengan menambah sumber air baru.
Tabel 4.13
Perhitungan Kebutuhan Air dan Sumur Kebakaran per Kecamatan Berdasarkan Klasifikasi Peruntukkan Lahan
TOTAL
KEBUTUHAN
KEBUTUHAN RATA-RATA KEBUTUHAN
KLASIFIKASI LAMA SEKALI TOTAL KAPASITAS KEBUTUHAN
AIR/45 JUMLAH VOLUME AIR
NO KEGIATAN PEMADAMAN PERJALANAN KEKURANGAN SUMUR SUMUR
MNT KEBAKARAN SELAMA
TERBANGUN (MENIT) (LITER)/2 AIR (LITER) (UNIT)
(LITER) PER TAHUN PEMADANAN
POS
(LITER)
F=C XDXEX
A B C D E G H=E-F I J = G/H
45 menit
Permukiman
1 Kepadatan 20 12.000 7 37.300 18.000 19.300 4.000 5
Sedang/Rendah
Permukiman
2 45 12.000 7 84.000 18.000 66.000 6.000 11
Kepadatan Tinggi
Perdagangan &
3 60 12.000 7 112.000 18.000 94.000 15.000 6
Jasa
Industri &
4 60 12.000 7 112.000 18.000 94.000 15.000 6
Pergudangan
Sumber : Hasil Analisa
IV - 26
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
2. Jalan lingkungan. Jalan lingkungan dengan lebar jalan minimum 3,5 meter,
yang pada saat terjadi kebakaran harus bebas dari segala hambatan apapun
yang dapat mempersulit masuk keluarnya mobil pemadam kebakaran.
3. Sarana Komunikasi.
Sedangkan sarana penanggulangan kebakaran yang antara lain terdiri dari:
1. Alat Pemadam Api Ringan (APAR). APAR yang tersedia pada Pos Kebakaran
Lingkungan minimal 10 (sepuluh) buah dengan isi bersih 10 (sepuluh) kg
untuk setiap buahnya.
2. Mobil pompa.
3. Mobil tangga.
27
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
28
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
29
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
Tabel 4.14
Penambahan Lokasi Pos Pembantu
1 1 Ampenan
2 2 Sandubaya
Sumber Data : Hasil Rencana
30
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
Tabel 4.15
Data Kejadian Kebakaran Kota Mataram Tahun 2005-2009
31
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
32
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
budidaya ikan atau tambak terbuka luas hanya menunggu sentuhan dana dan pengelolaan yang
baik untuk pengembangan perikanan di Kawasan Ampenan. Untuk mendukung pengembangan
perikanan di Kawasan Ampenan maka perlu ditunjang dengan sarana dan prasarana untuk
memperlancar pengembangan perikanan. Dua hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam
pengelolaan tambak, yakni aspek kelestarian lingkungan dan aspek pelibatan masyarakat
setempat. Ada beberapa kendala/permasalahan di Kota Mataram, yaitu status tanah yang belum
jelas, perkembangan tambak-tambak masyarakat di Kota Mataram terjadi secara acak dan
sporadic, di sebagian lokasi telah berkembang permukiman masyarakat.
Berdasarkan potensi khas/karakteristik kawasan dan potensi konflik yang mungkin timbul
maka pengelolaan tambak diupayakan melalui suatu pola manajemen bersama (corporate) yang
belum pernah di terapkan sebelumnya, yaitu “Tambak Estate”. Prinsip utamanya adalah
bagaimana mengelola pertambakan secara kolektif (corporate) pada suatu hamparan yang luas
dengan pola manajemen yang propesional dan terpadu. Manajemen pengelolaan didasarkan atas
kerjasama seluruh “pemegang saham” (stakeholders dan shareholders), yakni masyarakat pemilik
tanah dan pemilik modal serta investor perorangan lainnya. Manajerial dan operasional
pengelolaan tambak sehari-hari dilaksanakan oleh orang-orang yang profesional dan ahli dalam
hal pertambakan, pemasaran, pengemasan, lingkungan dan lain-lain. Tujuan utamanya adalah
optimalisasi pemanfaatan lahan dengan harapan dapat membuka peluang kerja bagi masyarakat
setempat sekaligus dapat meningkatkan perekonomian kawasan dengan menjadi prime mover
perekonomian kawasan ampenan.
33
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
34
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
Tanjung Karang Permai, Tanjung Karang, Karang Pule, Pagesangan Barat, Pagesangan,
PagesanganTimur, Abian Tumbuh Baru, Babakan, Cakranegara Selatan Baru, Turida, Mandalika,
Bertais, Mayura, Cakranegara Selatan, Cakranegara Timur, Cakranegara Barat, Cilinaya, Sapta
Marga, Pajanggik, Mataram Timur, Punia, Mataram Barat, Gomong, Dasan Agung Baru, Dasan
Agung, Mojok Barat, Mojok, Mojok Timur, Karang Taliwang, Cakranegara Utara dan Kelurahan
Selagalas. Perumahan kepadatan rendah rata-rata kapling bangunan direncanakan 200 m2,
yaitu di Kelurahan Bintaro, Ampenan Selatan, Tanjung Karang, Jempong Baru, Karang Pule,
Pagesangan Barat, Pagesangan, Rembiga, Selagalas, Rembiga, Ampenan Utara, Pejeruk,
Pejarakan Karya, Kebon Sari, Karang Baru, Sayang-sayang, Selagalas, Mandalika, Jempong Baru,
Pagutan, Turida, Babakan, Dasan Cermen, dan Kelurahan Taman Agung Pagutan.
Kepadatan perumahan yang direncanakan ini untuk rata-rata per kelurahan dan
kecamatan dengan pengembangan secara horizontal yang disesuaikan dengan ketersediaan
ruang untuk pengembangan perumahan. Dari rencana luas kapling perumahan ini
menunjukkan bahwa pengembangan perumahan di Kota Mataram semakin terbatas sehingga
pengembangan perumahan akan cenderung makin intensif di wilayah kota dan makin ekstensif
ke wilayah luar Kota Mataram. Selain itu, kebijakan pembangunan perumahan secara vertikal
diterapkan untuk perencanaan perumahan di kawasan sekitar Pusat Kota, yang saat ini
merupakan kawasan sangat padat yang sebagian besar merupakan slum area (daerah kumuh)
dengan KDB (Koefisien Dasar Bangunan) yang mendekati 60 % - 70 %; sementara nilai lahannya
sangat strategis dan bernilai ekonomi tinggi. Selain itu terdapat perumahan yang tidak teratur
dan cenderung kumuh yang terdapat di Kelurahan Ampenan Tengah, Kelurahan Tanjung Karang,
Kelurahan Pejeruk dan Kelurahan Sayang-sayang. Pada daerah kumuh ini akan dilakukan urban
renewal dan revitalisasi sehingga tercapai kualitas lingkungan yang baik, baik dengan cara
pendekatan land consolidation (konsolidasi lahan) maupun land sharing (sharing lahan).
Peremajaan kota (urban renewal) merupakan kegiatan untuk memperbaiki daerah kota;
bermaksud agar dapat meningkatkan pemanfaatan daerah-daerah yang dirasakan sudah kurang
menguntungkan bagi kehidupan sosial dan penghidupan ekonomi kota. Peremajaan Kota ini
sebagian besar dilakukan di Kecamatan Ampenan mengingat Kota ini dulunya menjadi salah satu
pusat ekonomi, pelabuhan regional dan memiliki daya tarik wisata pantai yang belum
dikembangkan dengan optimal. Salah satunya adalah perlunya relokasi permukiman padat dan
kumuh di sepanjang pantai di Kampung Bugis. Relokasi ini dapat dilakukan dengan mengarahkan
pembangunan perumahan pada lahan kosong di wilayah timur dan selatan Kota Mataram dengan
kebijakan insentif dan disinsentif sehingga dapat memudahkan pelaksanaannya.
Pembangunan kembali kota (urban redevelopment) merupakan pengaturan dan pembangunan
kembali lahan kota; berupa upaya meningkatkan manfaat lahan bagi masyarakat maupun
35
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
pemerintah kota. Untuk pengembangan baru di wilayah Mataram bagian Timur meliputi
Kelurahan Sayang-Sayang, Selagalas, Bertais, Mandalika dan Turida akan dilakukan new
development, yaitu pembangunan baru lengkap dengan ketersediaan sarana dan prasarananya
dengan konsep pengembangan kota baru yang memiliki daya tarik tersendiri bagi perkembangan
wilayah kota. Pengembangan kota baru di Mataram sebelah Timur dan Selatan ini dapat
dengan konsep pembangunan kawasan siap bangun (Kasiba, minimal 3.000 unit) dan
lingkungan siap bangun (Lisiba) yang berdiri sendiri, minimal 1.000 unit.
Kawasan Siap Bangun (KASIBA) merupakan sebidang tanah yang fisiknya telah
dipersiapkan untuk pembangunan perumahan dan permukiman skala besar yang terbagi dalam
satu atau lebih lingkungan siap bangun atau lebih yang pelaksanaannya dilakukan secara
bertahap dengan lebih dahulu dilengkapi dengan jaringan perimer dan sekunder prasarana
lingkungan sesuai dengan rencana tata ruang lingkungan yang ditetapkan pemkot dan
memenuhi persyaratan pembakuan pelayanan prasarana dan sarana lingkungan.
Lingkungan Siap Bangun (LISIBA) merupakan sebidang tanah yang merupakan bagian dari
KASIBA ataupun berdiri sendiri yang telah dipersiapkan dan dilengkapi dengan prasarana
lingkungan dan selain itu juga sesuai dengan persyaratan pembakuan tata lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan dan selain itu juga sesuai dengan persayaratan pembakuan tata
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan pelayanan lingkungan untuk membangun
kavling tanah matang; lisiba berdimensi lebih kecil daripada KASIBA. Ketentuan pembangunan
KASIBA dan LISIBA yang berdiri sendiri diatur dalam PP No. 80 Tahun 1999 tentang Kawasan
Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun.
36
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
a. Pasar
Pasar merupakan salah satu orientasi pergerakan penduduk. Oleh sebab itu dengan mengadopsi
konsep yang telah diterapkan oleh Belanda dalam penataan Kota, maka peletakan pasar dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Mataram pada tahun 2029 akan mengadopsi konsep yang
sama yaitu sebagai bagian dari pelayanan pusat sekunder yang berfungsi untuk menahan
pergerakan penduduk ke pusat kota (sebagai buffer). Pasar-pasar tersebut akan berada di sekitar
pusat kegiatan, yang akan dijadikan sebagai pusat sekunder.
Bentuk pasar ini bisa berupa pasar modern ( shopping mall ), ataupun pasar tradisional namun
dengan penataan dan pengaturan yang ketat agar terjaga lingkungannya (sebaiknya berupa
pasar tertutup/dalam gedung). Rencana pengembangan fasilitas pasar adalah sebagai berikut:
Peningkatan Pasar Kerajinan Mutiara terpadu dengan pengembangannya di Kawasan
Pusat Pagesangan.
Redevelopment kawasan Pasar lelede, Dasan Agung ,Pasar Pagutan, Pasar Sayang-
sayang, Pasar Cemara dan Pasar Rembiga.
Pengaturan dan penataan pasar yang masih sesuai dengan peruntukannya di seluruh
kelurahan.
Relokasi pasar lingkungan kelurahan/ kecamatan dan sekitarnya yang sudah tidak
sesuai lagi peruntukannya dalam rencana tata ruang kota. Untuk jelasnya lihat peta
4.2.
b. Pusat Belanja
Pusat perbelanjaan sudah cukup banyak di Kota Mataram Sampai dengan tahun 2008 jumlah
pusat sebagian besar terkonsentrasi di sekitar mataram dan cakranegara. Karena itu
perkembangan pusat perbelanjaan di wilayah tengah Kota Mataram tersebut harus
dikendalikan dan diarahkan ke wilayah Mataram Timur. Selain itu perkembangan pusat
perbelanjaan yang cenderung terpusat juga harus dikendalikan mengingat perkembangan
terpusat cenderung memicu terjadinya kemacetan.
c. Pertokoan
Pertokoan adalah pelayanan perdagangan berdiri sendiri atau secara kelompok. Pertokoan
secara kelompok biasanya berkembang secara linier mengikuti jalur jalan utama kota melengkapi
kegiatan perkotaan lain, seperti pendidikan, perkantoran dan perdagangan lainnya. Bentuk lain
berkembangnya pertokoan di Kota Mataram adalah berkembangnya Toko-toko perhiasan
mutiara, yang tidak pernah dilupakan pendatang yang berkunjung untuk membelinya.
Keberadaan Toko perhiasan dan Toko kerajinan ini bisa menguntungkan Kota Mataram karena
bisa menjadi tujuan wisata belanja dan menyerap tenaga kerja.
37
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
38
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
39
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
40
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
41
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
42
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
43
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
raga berupa penataan lansekap yang lebih baik sehingga mempunyai daya tarik yang tinggi.
Tabel 4.16
Jumlah Kebutuhan RTH Tahun 2009-2029
44
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
45
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
46
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
47
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
48
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
angkutan lainnya (khususnya angkutan pribadi). Selain itu pemerataan rute angkutan umum
kebeberapa ruas jalan lain akan meningkatkan aksesibilitas antar zona diKota Mataram.
49
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
keseluruhan. Dengan moto “Mataram Kota Ibadah (Indah, Bersih, Aman, Damai, Agamais dan
Harmonis) maju dan religius” dapat menjadi pedoman dan filter bagi masyarakat mataram
terhadap budaya informasi dan kejahatan yang datang dari luar.
Pola pengaturan seperti yang dimaksudkan di atas adalah untuk melakukan koreksi setiap lima
tahun sekali terhadap perkembangan jumlah penduduk agar antisipasi dapat dilakukan dari awal.
Pengaturan tersebut meliputi pertumbuhan, penyebaran penduduk, dan peningkatan kualitas
tenaga kerja serta keterbukaan di antara struktur dan lapisan masyarakat modern.
Adapun laju pertumbuhan rata-rata penduduk Kota Mataram sampai dengan tahun 2006 hanya
sebesar 2,82 % per tahun. Diperkirakan sampai 10 tahun mendatang laju pertumbuhan rata-rata
ini masih sesuai dengan daya tampung lahan. Pertumbuhan penduduk di Kota Mataram
diperkirakan akan mengalami beberapa periode perkembangan selama waktu perencanaan 10
tahun perkembangan penduduk dibagi dalam 2 (dua) periode (periode penyiapan dan periode
pertumbuhan konstan). Masing-masing periode ini tentunya disesuaikan dengan kondisi masing-
masing kecamatan dan kelurahan.
1. Periode I, tahun 2009 – 2019
Periode ini disebut periode penyiapan penduduk, dimana pada periode ini laju pertumbuhan
penduduk di Kota Mataram masih mengikuti tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata sekitar
2,82%. Pertumbuhan ini diperkirakan sudah merupakan pertumbuhan total mancakup
pertumbuhan alami dan migrasi. Dalam periode ini diasumsikan pertumbuhan penduduk
dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:
Adanya titik-titik pertumbuhan baru berupa ibukota kecamatan baru seperti di Kelurahan
Tanjung Karang, Karang pule, Monjok, Dasan Agung, Selagalas dan Kelurahan Bertais. Selain
itu beberapa Kawasan pengembangan ekonomi dan pusat kota dalam lima tahun pertama
diperkirakan belum
merupakan penarik bagi limpahan penduduk yang mencari kesempatan kerja dari luar daerah
ke Kota Mataram. Selain itu keberhasilan Pemerintah Kota Mataram dalam pelaksanaan
transmigrasi juga mempengaruhi pertumbuhan penduduk tersebut.
Semakin membaiknya kondisi sosial, keamanan dan iklim usaha di Kota Mataram membawa
penduduk masuk ke kota tersebut, selain daya tarik wisata yang mulai kembali dikembangkan
akan dapat menarik penduduk sementara ataupun penduduk menetap dari wilayah lain.
Pemekaran kecamatan dan kelurahan di Kota Mataram menjadi 6 kecamatan dan 50
kelurahan menjadikan semakin kecilnya lingkup pelayanan Kota kecamatan sebelumnya
dalam upaya peningkatan pelayanan kepada masyarakat serta dapat meningkatkan
kemampuan Pemerintah Kota khususnya di tingkat kecamatan dan kelurahan dalam
IV - 50
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
mengembangkan potensi sumber daya yang tersedia sehingga dapat menarik banyak
investor untuk menanamkan modal di kota tersebut.
2. Periode II, tahun 2019– 2029
Periode ini adalah periode pertumbuhan penduduk konstan. Diperkirakan pada periode ini
pembangunan sudah mulai berjalan dengan harapan berkembang dan lebih stabil dibandingkan
tahap sebelumnya. Laju pertumbuhan rata-rata tidak mengalami penurunan melainkan tetap
mengikuti kecenderungan periode sebelumya namun sudah mulai memasuki tahap awal menjadi
konstan. Hal ini berarti penduduk tetap bertumbuh secara positif. Hal ini diperkirakan
berdasarkan asumsi-asumsi berikut :
Pembangunan pada periode sebelumnya telah cukup kuat menjadi landasan pembangunan
selanjutnya sehingga pertumbuhan penduduk dapat tetap meningkat dengan positif sesuai
dengan yang telah diarahkan.
Situasi dan kondisi wilayah yang semakin kondusif dapat menarik investor-investor untuk
menanam modal Kota Mataram. Dampak dari hal ini adalah terciptanya kesempatan kerja yang
lebih luas sehingga akan memberikan penciptaan lapangan kerja.
Meningkatnya aksesibilitas transportasi darat di Kota Mataram sehingga mempermudah
mobilitas penduduk antar-wilayah baik internal maupun eksternal.
Kesempatan kerja yang ada sudah semakin terisi sehingga daya tarik migrasi penduduk untuk
mencari kesempatan kerja di kota ini menurun.
Tingkat persaingan yang semakin meningkat berdampak pada kemungkinan penduduk/tenaga
kerja mencari kesempatan berkerja di luar wilayah Kota Mataram semakin besar.
IV - 51
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
TABEL 4.17
Klasifikasi Penyebaran Dan Kepadatan Penduduk
Kelas Rentang Kelurahan Kepadatan Distribusi
Kepadatan (jiwa/ha) (%)
T >180 jiwa/ha Kel. Dayan Peken 281.73 2.42
Kel. Dasan Agung 281.28 3.16
Kel. Ampenan Tengah 193.90 2.49
S 90 s/d 180 Kel. Cakranegara Selatan Baru 152.15 1.88
jiwa/ha Kel. Banjar 146.65 1.78
Kel. Kebon Sari 143.61 1.58
Kel. Pagesangan Barat 138.19 2.72
Kel. Cakranegara Barat 121.24 1.94
Kel. Sapta Marga 120.51 1.69
Kel. Gomong 112.72 1.34
Kel. Karang Pule 111.07 2.94
Kel. Pejanggik 107.84 2.77
Kel. Monjok Barat 102.61 1.56
Kel. Babakan 90.20 2.16
R < 90 jiwa/ha Kel. Bintaro 89.89 2.47
Kel. Abian Tubuh Baru 88.36 1.42
Kel. Cakranegara Selatan 87.98 1.83
Kel. Monjok 87.95 2.77
Kel. Punia 87.36 2.32
Kel. Pagesangan 83.27 2.07
Kel. Tanjung Karang Permai 77.12 2.51
Kel. Mataram Barat 76.73 1.68
Kel. Pagutan Barat 75.79 2.38
Kel. Karang Taliwang 74.98 1.56
Kel. Pejeruk 74.61 2.15
Kel. Mataram Timur 70.36 1.66
Kel. Monjok Timur 70.12 1.15
Kel. Cakranegara Timur 66.53 1.04
Kel. Cilinaya 65.62 1.92
Kel. Mayura 60.93 1.56
Kel. Ampenan Selatan 60.84 1.76
Kel. Dasan Agung Baru 54.67 2.03
Kel. Karang Baru 53.59 2.41
Kel. Cakranegara Utara 50.46 1.54
Kel. Pejarakan Karya 50.34 1.37
Kel. Kekalik Jaya 49.61 2.13
Kel. Bertais 48.79 1.85
Kel. Taman Sari 44.60 1.72
Kel. Pagutan 43.40 2.03
Kel. Pagesangan Timur 42.27 2.40
Kel. Taman Agung Pagutan 41.03 1.55
Kel. Rembiga 38.97 2.90
Kel. Turida 38.95 2.65
Kel. Selagalas 34.97 2.71
IV - 52
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
IV - 53
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
diberbagai bidang dalam rangka mewujudkan Kota Mataram sebagai wilayah yang makmur dan
bermartabat. Rencana sebaran kepadatan penduduk dapat dilihat pada Peta 4.6.
3) Rencana Ketenagakerjaan Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Rencana penduduk yang menyangkut ketenagakerjaan dan pengembangan sumberdaya
manusia juga mempertimbangkan peran dan fungsi Kota Mataram dalam lingkup yang lebih luas.
Aspek ketenagakerjaan dipengaruhi oleh struktur umur dan peluang kerja yang terdapat di Kota
Mataram. Berdasarkan struktur usia kerja, penyebaran penduduk kelompok usia kerja di suatu
daerah berhubungan dengan peluang kerja. Diperkirakan pada akhir tahun perencanaan yaitu
tahun 2016 kondisi penduduk saat ini tidak akan jauh berubah, kecuali di daerah-daerah yang
memiliki potensi lapangan pekerjaan yang produktif seperti kawasan industri sehingga menyerap
banyak tenaga kerja baik, tenaga kerja lokal maupun tenaga kerja dari luar daerah.
Kualitas sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh penyediaan dan persebaran sarana dan
prasarana pendidikan yang memadai yang diimbangi oleh penyampaian teknologi tepat guna bagi
masyarakat. Pada dasarnya pengembangan sumberdaya manusia merupakan program jangka
panjang baik secara waktu pelaksanaan, pencapaiannya, bahkan keterkaitannya dengan sektor
lain. Dalam melaksanakan kebijakan ketenagakerjaan dan pengembangan sumberdaya manusia
dapat dilakukan secara bertahap, antara lain sebagai berikut :
1. Periode I, Tahun 2008-2018
Periode pertama yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia
wilayah Kota Mataram melalui kerjasama dengan industri-industri yang berkaitan dengan potensi
sumberdaya alam yang ada sehingga dapat menarik invesatsi usaha-usaha di sektor industri di
wilayah ini. Selain itu perlu juga perlu meningkatkan pertahanan dan keamanan dalam rangka
mereduksi dan meredam potensi-potensi konflik antar penduduk, misalnya dengan menata pola
kehidupan masyarakat yang lebih terbuka dan toleran serta membangun kembali permukiman
penduduk yang belum teratur secara optimal.
Pengembangan sektor-sektor selain jasa dan perdagangan seperti pertanian, industri dan
pariwisata sehingga memberikan pilihan kesempatan kerja baru bagi penduduk, baik itu di pusat-
pusat maupun sub pusat perkembangan kota. Selain itu juga dapat dikembangkan ekonomi
padat karya khususnya dibidang pertanian misalnya industri pengolahan sehingga dapat
meningkatkan nilai tambah. Membangun sarana dan prasarana untuk pendidikan dasar dan
pelatihan keterampilan melalui pembangunan fasilitas sekolah, pengintensifan program-program
pelatihan dan kursus-kursus keterampilan yang bersifat praktis dan tepat guna.
2. Periode II, Tahun 2019 – 2028
Peningkatan dan pengembangan kegiatan yang telah direalisasikan pada periode I sehingga
dapat menjangkau seluruh wilayah kecamatan dan kelurahan serta seluruh lapisan masyarakat.
IV - 54
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
IV - 55
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MATARAM
TAHUN 2009 - 2029
IV - 56